*•••⊰✿ৡৢ˚❁ ٢٣ محـــرم ١٤٤٦ هـ ❁˚ৡ✿⊱•••*
─═हই• ⃟ ⃟ •⊰❂͜͡✯━━━━━━━━━━━━━┓
•⊰❂͜͡✯﷽✯͜͡❂⊱• EᗰᑭᗩT ᗪᗩᔕᗩᖇ KETᗩᗯᗩKKᗩᒪᗩᑎ ᗷEᖇᔕIKᗩᑭ TEᑎᗩᑎG Kᗩᒪᗩᑌ ᖇIᘔᑫI TIᗪᗩK KEᗰᗩᑎᗩ, ᔕIᗷᑌK ᗷEᖇᗩᗰᗩᒪ KᗩᖇEᑎᗩ TIᗪᗩK TEᖇGᗩᑎTIKᗩᑎ OᒪEᕼ OᖇᗩᑎG ᒪᗩIᑎ, ᗰEᗰᑭEᖇᔕIᗩᑭKᗩᑎ KEᗰᗩTIᗩᑎ KᗩᖇEᑎᗩ ᗩKᗩᑎ ᗪᗩTᗩᑎG TIᗷᗩ TIᗷᗩ, ᗪᗩᑎ ᔕEᒪᗩᒪᑌ ᗰᗩᒪᑌ KEᑭᗩᗪᗩ ᗩᒪᒪᗩᕼ KᗩᖇEᑎᗩ ᗪIᗩ ᔕEᒪᗩᒪᑌ ᗰEᒪIᕼᗩTᑎYᗩ
┗━━━━━━━━━━━━━✯͜͡❂⊱• ⃟ ⃟ •ইह═─
❁˚ৡ✿⊱•Imam Abu Nu'aim Al Ashbahaniy meriwayatkan hadits dari Hatim Al Ashom dalam kitabnya Hilyatu Al Auliya' Wa Thobaqotu Al Ashfiya' (Juz. 8 Hal. 74):
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ يَعْقُوبَ , ثنا الْعَبَّاسُ بْنُ أَحْمَدَ الشَّاشِيُّ , ثنا أَبُو عُقَيْلٍ الرُّصَافِيُّ , ثنا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ , قَالَ: قِيلَ لِحَاتِمٍ غُلَامٌ شَقِيقٌ: عَلَى مَا بَنَيْتَ عِلْمَكَ؟ قَالَ:
«عَلَى أَرْبَعٍ عَلَى فَرْضٍ لَا يُؤَدِّيهِ غَيْرِي فَأَنَا بِهِ مَشْغُولٌ , وَعَلِمْتُ أَنَّ رِزْقِيَ لَا يُجَاوَزَنِي إِلَى غَيْرِي فَقَدْ وَثِقْتُ بِهِ وَعَلِمْتُ أَنِّي لَا أَخْلُو مِنْ عَيْنِ اللهِ طَرَفَةَ عَيْنٍ فَأَنَا مِنْهُ مُسْتَحْي وَعَلِمْتُ أَنَّ لِيَ أَجَلًا يُبَادِرُنِي فَأُبَادِرُهُ».
[انظر كتاب حلية الأولياء وطبقات الأصفياء : (ج ٨ ص ٧٤) رقم الحديث : ١١٥٦٨ / ذكر طوائف من جماهير النساك والعباد / حاتم الأصم ومنهم الموثر للأدوم والأعم والآخذ بالألزم والأقوم أبو عبد الرحمن حاتم الأصم. توكل فسكن وأيقن فركن. وقيل: إن التصوف التنقي من الشكوك والتوقي في السلوك / المؤلف: أبو نعيم أحمد بن عبد الله الأصبهاني (ت ٤٣٠ هـ) / الناشر: مطبعة السعادة - بجوار محافظة مصر، عام النشر: ١٣٩٤ هـ - ١٩٧٤ مـ].
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdullah, dia berkata: Dikatakan kepada Hatim (Al Ashom), anak laki-laki saudara laki-lakinya: Atas dasar apa kamu membangun ilmumu?
“1). Saya mempunyai empat kewajiban yang tidak dapat dipenuhi oleh orang lain, maka saya sibuk dengan hal itu, 2). Aku tahu bahwa rezekiku tidak akan tertukar dengan rezeki orang lain, maka saya percaya padaNya, 3). Dan saya tidak akan luput dari penglihatan Allah, sekejap mata pun, maka saya malu kepada-Nya, dan 4). aku tahu bahwa aku mempunyai ajal waktu yang akan datang tiba tiba kepadaku, maka aku persiapkan bekal untuk menyambutnya."
[HR. Abu Nu'aim Dalam Hilyatu Al Auliya' No. 11568].
✯͜͡❂⊱•قال الإمام شمس الدين محمد بن أحمد بن عثمان الذهبي (ت ٧٤٨ هـ) في كتابه سير أعلام النبلاء : (ج ١١ ص ٤٨٥) / تابع: الطبقة الثانية عشرة / ١٢٨ - حاتم الأصم بن عنوان بن يوسف البلخي / الناشر: مؤسسة الرسالة - الطبعة: الثالثة، ١٤٠٥ هـ - ١٩٨٥ مـ :
✯͜͡❂⊱•Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin 'Utsman Adz-Dhahabi (w. 748 H) mengatakan dalam kitabnya Siyar A'lam An-Nubala': (Juz 11, hal. 485) / Lanjutan: Kelas Dua Belas / 128 - Hatim Al- Ashom bin 'Inwan bin Yusuf Al-Balkhiy / Penerbit : Yayasan Al-Risalah - Edisi : Ketiga, 1405 H - 1985 M:
قِيلَ لَهُ : عَلَى مَا بَنَيْتَ أَمْرَكَ فِي التَّوَكُّلِ ؟ قَالَ : عَلَى خِصَالٍ أَرْبَعَةٍ :
Ditanyakan kepadanya: Atas dasar apa anda mendasarkan kepercayaanmu ketawakkalanmu? Dia menjawab : Pada empat perbuatan:
عَلِمْتُ أَنَّ رِزْقِي لَا يَأْكُلُهُ غَيْرِي ، فَاطْمَأَنَّتْ بِهِ نَفْسِي ،
Aku tahu bahwa rezekiku tidak akan tertukar dengan rezeki orang lain, Maka akupun merasa tenang.
وَعَلِمْتُ أَنَّ عَمَلِي لَا يَعْمَلُهُ غَيْرِي ، فَأَنَا مَشْغُولٌ بِهِ ،
Aku tahu bahwa amalku tidak bisa digantikan oleh orang lain, Maka akupun sibuk mengerjakannya.
وَعَلِمْتُ أَنَّ الْمَوْتَ يَأْتِي بَغْتَةً ، فَأَنَا أُبَادِرُهُ ،
Aku tahu kematian akan datang tiba-tiba kepada ku, maka akupun persiapkan bekal untuk menyambutnya.
وَعَلِمْتُ أَنِّي لَا أَخْلُو مِنْ عَيْنِ اللَّهِ ، فَأَنَا مُسْتَحيٍ مِنْهُ .
Dan aku tahu Allah selalu melihatku, karenanya aku malu bila Allah mendapati ku melakukan maksiat. Selesai.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Ibnu Mullaqin Asy Syafi'iy berkata dalam Kitabnya Thobaqotu Al Auliya' (Hal. 178);
ولم يكن أصمَّ، وإنما جاءته أمرأةٌ تسأله مسألةً، فأتفق أن خرج منها ريحٌ، فخجلت؛ فقال حاتم: " أرفعي صوتك! " وأري من نفسه أنه أصمٌ، فسرت بذلك، وقالت: " أنه لم يسمع الصوتَ! ". فغلب عليه ذلك، حكاه أبو علي الدقاق من كلامه: " الزم خدمة مولاك، تأتك الدنيا راغمةً، والأخري راغبةً ".
[انظر كتاب طبقات الأولياء : (ص ١٧٨) / حرف الحاء / حاتم الأصم / المؤلف: ابن الملقن سراج الدين أبو حفص عمر بن علي بن أحمد الشافعي المصري (ت ٨٠٤هـ) / الناشر: مكتبة الخانجي، بالقاهرة - الطبعة: الثانية، ١٤١٥ هـ - ١٩٩٤ مـ].
Dia (sebenarnya) tidak tuli, tetapi seorang wanita datang kepadanya menanyakan sebuah pertanyaan, dan secara kebetulan, keluar angin (kentut) dari dirinya, dan dia menjadi malu. Hatim berkata: “Angkatlah suaramu!” (membuat si wanita berpikir bahwa dia tuli). Dan aku menganggap bahwa dirinya tuli, maka si wanita senang dengan hal itu dan berkata: “Dia tidak mendengar suara itu!. Hal ini menenangkannya.
Abu Ali Ad-Daqqaq meriwayatkan dari perkataannya: “Tetaplah berkomitmen untuk mengabdi kepada tuanmu, dan dunia ini akan datang kepadamu dengan sendirinya, dan akhirat akan datang kepadamu dengan sendirinya.” Selesai
❁˚ৡ✿⊱•Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy berkata dalam Kitabnya Madariju As Salikin Baina Manazili Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in (Juz. 2 Hal. 328):
قَالَ أَبُو عَلِيٍّ الدَّقَّاقُ : جَاءَتِ امْرَأَةٌ فَسَأَلَتْ حَاتِمًا عَنْ مَسْأَلَةٍ ؟ فَاتَّفَقَ أَنَّهُ خَرَجَ مِنْهَا صَوْتٌ فِي تِلْكَ الْحَالَةِ . فَخَجِلَتْ . فَقَالَ حَاتِمٌ : ارْفَعِي صَوْتَكِ . فَأَوْهَمَهَا أَنَّهُ أَصَمُّ . فَسُرَّتِ الْمَرْأَةُ بِذَلِكَ . وَقَالَتْ : إِنَّهُ لَمْ يَسْمَعِ الصَّوْتَ . فَلُقِّبَ بِحَاتِمٍ الْأَصَمِّ وَهَذَا التَّغَافُلُ هُوَ نِصْفُ الْفُتُوَّةِ .
وَأَمَّا نِسْيَانُ الْأَذِيَّةِ فَهُوَ بِأَنْ تَنْسَى أَذِيَّةَ مَنْ نَالَكَ بِأَذًى ، لِيَصْفُوَ قَلْبُكَ لَهُ . وَلَا تَسْتَوْحِشَ مِنْهُ . انتهى
[انظر كتاب مدارج السالكين بين منازل إياك نعبد وإياك نستعين : (ج ٢ ص ٣٢٨) / درجات الفتوة / فصل الدرجة الثانية أن تقرب من يقصيك / المؤلف: محمد بن أبي بكر بن أيوب بن سعد شمس الدين ابن قيم الجوزية الحنبلي (ت ٧٥١هـ) / الناشر: دار الكتاب العربي - بيروت، الطبعة: الثالثة، ١٤١٦ هـ - ١٩٩٦مـ].
Abu Ali Ad-Daqqaq berkata: Seorang wanita datang dan bertanya kepada Hatim tentang suatu hal? Kebetulan ada suara (kentut) yang keluar dari dirinya dalam kejadian itu, dia merasa malu. Hatim berkata: "Angkat (keraskan) suaramu. Jadi dia membuat si wanita berpikir, bahwa dia tuli. Wanita itu senang dengan hal itu. Dia berkata: Dia tidak mendengar suara itu. Maka kemudian Ia dijuluki Hatim Al Ashom (si Tuli). Dan taghoful (menutup mata terhadap keburukkan, Menutup mata terhadap kesalahan, tidak menghitung perbuatan buruk, mengatasi kesalahan kecil, dan tidak fokus menangkap hal negatif) ini, merupakan separuh dari futuwwah (muru'ah, kewibawaan).
Adapun melupakan keburukan berarti melupakan keburukan orang yang menyakitimu, sehingga hatimu menjadi jernih baginya. Dan jangan merasa enggan untuk menghiburnya. Selesai.
✯͜͡❂⊱•أَلحَمْدُ لِلّـهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتُمُّ الصّالِحَاتُ✯͜͡❂⊱•
•._.••´¯``•.¸¸.•` 🎀 𝒦𝓇𝒶𝒹𝑒𝓃𝒶𝓃 𝓈𝑒𝓁𝒶𝓉𝒶𝓃
𝒮𝓇𝓊𝓂𝒷𝓊𝓃𝑔
𝑀𝒶𝑔𝑒𝓁𝒶𝓃𝑔
🎀 `•.¸¸.•``¯´••._.•
٢٣ محـــرم ١٤٤٦ هـ
29 วนli 2024 ๓