┏─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫━━━━━━━━━━━━━┓
🌦️༄ ﷽ ༄🌤️ BACAAN TASBIH BAGI IMAM MA'MUM MUNFARID KETIKA RUKU'
┗━━━━━━━━━━━━━💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ┛
(Diinti sarikan dari kitab Ahaditsu Ash Shalat dan Kaifa Tushalli karya Murobbi Ruhina KH. Muhammad Ihya' 'Ulumiddin Alumnus pertama Prof. DR. Al Muhadits Abuya As Sayyid Muhammad 'Alawiy Al Malikiy Al Hasaniy Rushaifah - Makkah)
*━•⊰❁🌦️༄ ━━━━━━━━━━━━━┓
BACAAN BACAAN KETIKA RUKUK SEBANYAK 1/2/3/5/7/9/10/11 X
┗━━━━━━━━━━━━━༄🌤️❁⊱•━*
DALAM RUKU' BOLEH MEMBACA TASBIH SEKALI sudah dianggap menjalankan Sunnah, ada yang mengatakan 2 x, ada yang mengatakan paling rendahnya kesempurnaan 3x, tengah tengah kesempurnaannya 5/7x, paling tinggi kesempurnaannya 10/11x, baik bagi orang yang shalat sendirian imam atau ma'mum, namun bagi imam harus melihat kerelaan para ma'mumnya jika ingin memperpanjang atau menambah bacaan tasbihnya lebih dari 3x
Adapun shighot atau model bacaan tasbihnya bervariasi menurut riwayat yang berbeda, terdapat tambahan maupun tidaknya, yang pernah dilakukan Rasulullah -ﷺ- dalam shalat fardlu maupun sunnah, dan sebagian berpendapat boleh menggabung bacaan tasbih dengan dzikir dzikir lain, bacaan bacaan tersebut diantaranya adalah :
أ]• سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ
ب]• سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ (وبحمده)
ج]• سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
د]• اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ أَنْتَ رَبِّي خَشَعَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَلَحْمِي وَدَمِي وَمُخِّي وَعَصَبِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
ه]• سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ
و]• سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
ج]• سُبْحَانَكَ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (ثَلَاثًا)
Dll
*━•⊰❁🌦️༄ ━━━━━━━━━━━━━┓
AHADITSU QIRA'AT ATAU DZIKIR KETIKA RUKU'
┗━━━━━━━━━━━━━༄🌤️❁⊱•━*
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ قَالَ أَنْبَأَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْأَعْمَشِ قَال سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ عُبَيْدَةَ يُحَدِّثُ عَنْ الْمُسْتَوْرِدِ عَنْ صِلَةَ بْنِ زُفَرَ عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّهُ صَلَّى مَعَ النَّبِيِّ -ﷺ- فَكَانَ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ :
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ
وَفِي سُجُودِهِ :
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى، وَمَا أَتَى عَلَى آيَةِ رَحْمَةٍ إِلَّا وَقَفَ وَسَأَلَ وَمَا أَتَى عَلَى آيَةِ عَذَابٍ إِلَّا وَقَفَ وَتَعَوَّذَ
قَالَ أَبُو عِيسَى وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ قَالَ و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ شُعْبَةَ نَحْوَهُ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ حُذَيْفَةَ هَذَا الْحَدِيثُ مِنْ غَيْرِ هَذَا الْوَجْهِ أَنَّهُ صَلَّى بِاللَّيْلِ مَعَ النَّبِيِّ -ﷺ- فَذَكَرَ الْحَدِيثَ
[رواه مسلم وأبو داود الترمذي واللفظ له / أبواب الصلاة / باب ما جاء في التسبيح في الركوع والسجود / حديث رقم: ٢٦٢. والنسائي والدارمي].
Telah menceritakan kepada kami : Mahmud bin Ghailan, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Abu Dawud, ia berkata; Telah memberitakan kepada kami : Syu'bah. Dari Al A'masy, ia berkata; Aku mendengar Sa'd bin Ubaidah menceritakan dari Al Mustaurid. Dari Shillah bin Zufar. Dari Hudzaifah radliyyAllahu 'anhu : bahwasanya ia pernah shalat bersama Nabi -ﷺ- dan dalam rukuknya beliau membaca: "SUBHAANA RABBIAL AZHIIM (Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung) dan dalam sujudnya beliau mengucapkan: "SUBHAANA RABBIAL A'LA (Maha Suci Tuhanku yang Maha Tinggi)." Dan tidaklah beliau melewati ayat yang berbicara tentang rahmat, beliau berhenti (berdo'a meminta rahmat), dan tidaklah beliau melewati ayat yang berbicara tentang siksa kecuali beliau berhenti dan berlindung."
Abu Isa (At Tirmidziy) berkata; "HADITS INI DERAJATNYA HASAN SHAHIH."
Dan telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Basysyar, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Abdurrahman bin Mahdi. Dari Syu'bah seperti hadits tersebut. Hadits ini juga telah diriwayatkan dari Hudzaifah -(dengan jalur lain)-, bahwa ia pernah shalat bersama Nabi -ﷺ- lalu ia menyebutkan hadits tersebut."
[HR. Muslim Abu Dawud Teks Milik Tirmidziy No. 262. Ia berkata : HADITS HASAN SHAHIH. Nasa'i Dan Ibnu Majah]
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ مَرْوَانَ الْأَهْوَازِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ وَأَبُو دَاوُدَ عَنْ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ يَزِيدَ الْهُذَلِيِّ عَنْ عَوْنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- :
إِذَا رَكَعَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ (ثَلَاثَ مَرَّاتٍ): سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَذَلِكَ أَدْنَاهُ وَإِذَا سَجَدَ فَلْيَقُلْ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى (ثَلَاثًا) وَذَلِكَ أَدْنَاهُ قَالَ أَبُو دَاوُد هَذَا مُرْسَلٌ عَوْنٌ لَمْ يُدْرِكْ عَبْدَ اللَّهِ
[رواه الشافعي في مسنده وأبو داود واللفظ له / باب تفريع / أبواب الركوع والسجود باب مقدار الركوع والسجود / حديث رقم: ٨٨٦]
Telah menceritakan kepada kami : Abdul Malik bin Marwan Al Ahwazi. Telah menceritakan kepada kami : Abu 'Amir dan Abu Daud. Dari Ibnu Abu Dzi`b. Dari Ishaq bin Yazid Al Hudzali. Dari 'Aun bin Abdullah. Dari Abdullah bin Mas'ud radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata; Rasulullah -ﷺ- bersabda:
"Apabila kalian ruku' maka ucapkanlah : "SUBHAANA RABBIYAL 'ADZIIM" sebanyak (3X). Apabila sujud, maka ucapkanlah: "SUBHAANA RABBIYAL A'LA" sebanyak (3X)."
Abu Daud berkata: "INI ADALAH HADITS MURSAL, sebab 'Aun tidak pernah bertemu dengan Abdullah.
[HR. Syafi'iy Dalam Musnadnya Dan Teks Milik Abu Daud No. 886]
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ يَزِيدَ الْهُذَلِيِّ عَنْ عَوْنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ النَّبِيَّ -ﷺ- قَالَ :
إِذَا رَكَعَ أَحَدُكُمْ فَقَالَ فِي رُكُوعِهِ :
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ (ثَلَاثَ مَرَّاتٍ) فَقَدْ تَمَّ رُكُوعُهُ وَذَلِكَ أَدْنَاهُ
وَإِذَا سَجَدَ فَقَالَ فِي سُجُودِهِ :
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى (ثَلَاثَ مَرَّاتٍ) فَقَدْ تَمَّ سُجُودُهُ وَذَلِكَ أَدْنَاهُ
قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ حُذَيْفَةَ وَعُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ مَسْعُودٍ لَيْسَ إِسْنَادُهُ بِمُتَّصِلٍ عَوْنُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ لَمْ يَلْقَ ابْنَ مَسْعُودٍ
وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ يَسْتَحِبُّونَ أَنْ لَا يَنْقُصَ الرَّجُلُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ مِنْ ثَلَاثِ تَسْبِيحَاتٍ
وَرُوِيَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ قَالَ أَسْتَحِبُّ لِلْإِمَامِ أَنْ يُسَبِّحَ خَمْسَ تَسْبِيحَاتٍ لِكَيْ يُدْرِكَ مَنْ خَلْفَهُ ثَلَاثَ تَسْبِيحَاتٍ وَهَكَذَا قَالَ إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
[رواه الترمذي واللفظ له / أبواب الصلاة / باب ما جاء في التسبيح في الركوع والسجود / حديث رقم: ٢٦١. وابن ماجه].
Telah menceritakan kepada kami : Ali bin Hujr, ia berkata; Telah mengabarkan kepada kami : Isa bin Yunus. Dari Ibnu Abu Dzi`b. Dari Ishaq bin Yazid Al Hudzali. Dari 'Aun bin Abdullah bin Utbah. Dari Ibnu Mas'ud radliyyAllahu 'anhu: Bahwa Nabi -ﷺ- bersabda:
"Jika salah seorang dari kalian rukuk lalu mengucapkan dalam rukuknya; SUBHAANA RABBIAL AZHIIM (Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung) 3 kali maka rukuknya telah sempurna. Dan itu adalah yang minimal.
Kemudian ketika sujud mengucapkan; SUBHAANA RABBIAL A'LA (Maha Suci Tuhanku yang Maha Tinggi) 3 kali maka rukuknya telah sempurna. Dan itu adalah yang minimal."
Ia berkata; "Dalam bab ini ada juga hadits dari Hudzaifah dan Uqbah bin Amir."
Abu Isa (At Tirmidziy) berkata; "Hadits Ibnu Mas'ud SANADNYA TIDAK BERSAMBUNG, karena 'Aun bin Abdullah bin Utbah tidak bertemu Ibnu Mas'ud.
Hadits ini diamalkan oleh para ahli ilmu, bahwa mereka menyukai agar seseorang tidak mengurangi dalam membaca tasbih dalam rukuk dan sujudnya. Dan telah diriwayatkan dari ABDULLAH BIN AL MUBARAK, ia berkata; "Aku lebih suka bagi imam untuk BERTASBIH 5 KALI AGAR ORANG YANG BERADA DI BELAKANGNYA SEMPAT MEMBACA TASBIH 3 KALI.
Ishaq bin Ibrahim juga berpendapat seperti ini."
[HR. Tirmidziy No. 261. Teks Miliknya. Dan Ibnu Majah]
وقال الامام أبو عبد الله محمد بن إدريس الشافعي (١٥٠ - ٢٠٤ هـ) في كتابه الأم / باب التكبير للركوع وغيره / باب القول في الركوع (ج ١ ص ١٣٣):
وَأُحِبُّ أَنْ يَبْدَأَ الرَّاكِعُ فِي رُكُوعِهِ أَنْ يَقُولَ : سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ ثَلَاثًا وَيَقُولُ مَا حَكَيْت أَنَّ النَّبِيَّ -ﷺ- كَانَ يَقُولُهُ وَكُلُّ مَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- فِي رُكُوعٍ، أَوْ سُجُودٍ أَحْبَبْت أَنْ لَا يُقَصِّرَ عَنْهُ إمَامًا كَانَ، أَوْ مُنْفَرِدًا وَهُوَ تَخْفِيفٌ لَا تَثْقِيلٌ " قَالَ الرَّبِيعُ إلَى هَا هُنَا انْتَهَى سَمَاعِي مِنْ الْبُوَيْطِيِّ ".
┏─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Abu Abdullah Muhammad bin Idris Al-Syafi’i (150-204 H) mengatakan dalam Kitabnya Al-Umm / Bab Tentang Takbir Rukuk Dan Lain-lain / Bab Ucapan Dalam Rukuk (Vol. 1, Hal. 133):
Saya lebih suka orang yang ruku' memulai rukuknya dengan mengucapkan :
سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ ثَلَاثًا
(Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung), sebanyak 3 kali, dan mengatakan “Apa yang saya ceritakan : bahwa Nabi -ﷺ- mengatakannya.” Dan semua apa yang dikatakan Rasulullah -ﷺ- dalam rukuk atau sujudnya, saya menyukai, supaya tidak meringkasnya, baik dia imam, atau orang yang shalat sendirian, dan itu ringan tidak berat. Al-Rabi' berkata : “Di sinilah saya mengakhiri pendengaran saya dari Al-Buwaithiy."
أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ عُثْمَانَ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ حِمْيَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعَيْبٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ وَذَكَرَ آخَرَ قَبْلَهُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مَسْلَمَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -ﷺ- كَانَ إِذَا قَامَ يُصَلِّي تَطَوُّعًا يَقُولُ إِذَا رَكَعَ :
اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ أَنْتَ رَبِّي خَشَعَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَلَحْمِي وَدَمِي وَمُخِّي وَعَصَبِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
[رواه النسائي/ ١٢ - كتاب التطبيق / ١٤ - نوع آخر / رقم الحديث: ١٠٥٢].
Telah mengabarkan kepada kami : Yahya bin 'Utsman, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Ibnu Himyar, dia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Syu'aib. Dari Muhammad bin Al Munkadir dan yang lain menyebutkan sebelumnya yaitu dari 'Abdurrahman Al A'raj. Dari Muhammad bin Maslamah radliyyAllahu : Bahwa Rasulullah -ﷺ- apabila berdiri untuk shalat sunnah maka beliau saat ruku' membaca doa :
اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ أَنْتَ رَبِّي خَشَعَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَلَحْمِي وَدَمِي وَمُخِّي وَعَصَبِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
("Ya Allah, kepada-Mu aku ruku', kepada-Mu aku pasrah, kepada-Mu aku bertawakal. Pendengaranku, pandanganku, darahku, dagingku, tulangku, dan persendianku semua khusyu' (tunduk) kepada Allah, Rabb semesta alam)."
[HR. Nasa'i No. 1052]
حَدَّثَنَا رَوْحٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْفَضْلِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، أَنَّ النَّبِيَّ -ﷺ- كَانَ إِذَا رَكَعَ قَالَ:
" اللهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، أَنْتَ رَبِّي خَشَعَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعَظْمِي وَعَصَبِي، وَمَا اسْتَقَلَّتْ بِهِ قَدَمِي، لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ "
[رواه أحمد واللفظ له / مسند الخلفاء الراشدين / مسند علي بن أبي طالب رضي الله عنه / رقم الحديث : ٩٦٠. ومسلم. وأبو داود. وغيرهم].
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ حُمَيْدٍ، عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ، قَالَ: قُمْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -ﷺ- لَيْلَةً، فَقَامَ فَقَرَأَ سُورَةَ الْبَقَرَةِ، لَا يَمُرُّ بِآيَةِ رَحْمَةٍ إِلَّا وَقَفَ فَسَأَلَ، وَلَا يَمُرُّ بِآيَةِ عَذَابٍ إِلَّا وَقَفَ فَتَعَوَّذَ، قَالَ: ثُمَّ رَكَعَ بِقَدْرِ قِيَامِهِ، يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ:
«سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ»،
ثُمَّ سَجَدَ بِقَدْرِ قِيَامِهِ، ثُمَّ قَالَ فِي سُجُودِهِ مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ قَامَ فَقَرَأَ بِآلِ عِمْرَانَ، ثُمَّ قَرَأَ سُورَةً سُورَةً
[رواه أبو داود واللفظ له / باب تفريع أبواب الركوع والسجود / باب ما يقول الرجل في ركوعه وسجوده / رقم الحديث ة: ٨٧٣. والترمذي. والنسائي].
Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Shalih. Telah menceritakan kepada kami : Ibnu Wahb. Telah menceritakan kepada kami : Mu'awiyah bin Shalih. Dari 'Amru bin Qais. Dari 'Ashim bin Humaid. Dari 'Auf bin Malik Al Asyja'i radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata;
"Di suatu malam, aku mengerjakan shalat bersama Rasulullah -ﷺ-, beliau kemudian berdiri dan membaca surat Al Baqarah, tidaklah beliau melewati ayat tentang rahmat, pasti beliau berhenti dan memohon kepada-Nya, dan tidaklah melewati ayat tentang adzab, melainkan beliau berhenti dan meminta perlindungan darinya."
katanya melanjutkan;
"Kemudian beliau ruku' yang lamanya seperti beliau berdiri, dalam ruku'nya beliau mengucapkan:
"SUBAHAANA DZIL JABARUUTI WAL MALAKUUTI WAL KIBRIYAA`I WAL 'AZHAMATI
(Maha suci dzat yang memiliki sifat kekuasaan, kerajaan, kebesaran dan keagungan)."
Kemudian beliau sujud yang lamanya seperti beliau berdiri, dalam sujudnya beliau mengucapkan seperti itu juga, sesudah itu beliau berdiri, lalu membaca surat Ali Imran, kemudian membaca surat demi surat."
[HR. Abu Daud No. 873. Tirmidziy. Dan Nasa'i]
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي الضُّحَى عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ -ﷺ-, يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
[رواه البخاري / كتاب الأذان / باب الدعاء في الركوع / حديث رقم: ٧٩٤].
Telah menceritakan kepada kami : Hafsh bin 'Umar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Syu'bah. Dari Manshur. Dari Abu Adl Dluha. Dari Masruq. Dari 'Aisyah, beliau berkata : "Nabi -ﷺ- membaca do'a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan:
"SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku) '."
[HR. Bukhari. No. 794]
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ مُنْذُ أُنْزِلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -ﷺ- إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ كَانَ يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ إِذَا قَرَأَهَا ثُمَّ رَكَعَ بِهَا أَنْ يَقُولَ :
سُبْحَانَكَ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (ثَلَاثًا)
[رواه أحمد في مسنده / مسند المكثرين من الصحابة / مسند عبد الله بن مسعود رضي الله تعالى عنه / حديث رقم: ٣٧٤٥].
Telah menceritakan kepada kami: Yahya bin Adam. Telah menceritakan kepada kami: Isra'il. Dari Abi Ishaq. Dari 'Ubaidah. Dari 'Abdillah, ia berkata : Ketika turun atas Rasulillah -ﷺ- "Idza Jaa'a Nashrullahi Wal Fath" Beliau biasa berkata banyak ketika melafadzkannya kemudian rukuk membungkukkan badannya dengannya membaca :
"SUBHANAKA RABBANA WABIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII INNAKA ANTATTAWWABURRAHIIM (3X)."
[HR. Ahmad No. 3745].
وقال الشيخ سيد سابق (ت ١٤٢٠هـ) في كتابه فقه السنة / الصلاة / القراءة خلف الإمام (ج ١ ص ١٦١ - ١٦٢):
وأما لفظ (سبحان ربي العظيم وبحمده) فقد جاء من عدة طرق كلها ضعيفة. قال الشوكاني: ولكن هذه الطرق تتعاضد، ويصح أن يقتصر المصلي على التسبيح، أو يضيف إليه أحد الاذكار الاتية:
١ - عن علي رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا ركع قال: (اللهم لك ركعت، وبك آمنت، ولك أسلمت، وأنت ربي خشع سمعي وبصري ومخي وعظمي وعصبي وما استقلت به قدمي لله رب العالمين) رواه أحمد ومسلم وأبو داود وغيرهم.
٢ - عن عائشة رضي الله عنها أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كانيقول في ركوعه وسجوده: (سبوح قدوس رب الملائكة والروح) .
٣ - وعن عوف بن مالك الاشجعي قال: قمت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلة، فقام فقرأ سورة (البقرة) إلى أن قال فكان يقول في ركوعه: (وسبحان ذي الجبروت والملكوت والكبرياء والعظمة) رواه أبو داود والترمذي والنسائي.
وعن عائشة قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يكثر أن يقول في ركوعه وسجوده: (سبحانك اللهم ربنا وبحمدك، اللهم اغفر لي) يتأول القرآن رواه أحمد والبخاري ومسلم وغيرهم.
┏─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Syaikh Sayyid Sabiq (w. 1420 H) mengatakan dalam bukunya Fiqhu Al-Sunnah / Shalat / Bacaan Dibelakang Imam (vol. 1, hlm. 161-162):
Adapun kata (سبحان ربي العظيم وبحمده : Maha Suci Tuhanku Yang Agung dan segala puji bagi-Nya) datangnya dari beberapa jalan yang kesemuanya lemah. Al-Syauwkaniy berkata: Tetapi jalan jalan ini saling menunjang, dan diperbolehkan bagi jamaah untuk membatasi dirinya pada bacaan tasbih, atau menambahkan salah satu doa berikut ini:
1 - Dari Ali, radhiyallahu 'anhu: Ketika Nabi -ﷺ- membungkuk, beliau membaca : (اللهم لك ركعت، وبك آمنت، ولك أسلمت، وأنت ربي خشع سمعي وبصري ومخي وعظمي وعصبي وما استقلت به قدمي لله رب العالمين : Ya Tuhan, kepada-Mu aku berlutut, dan kepada-Mu aku beriman, dan kepada-Mu aku berserah diri, dan hanya kepada-Mu Tuhanku, pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulang-tulangku, syaraf-syarafku, dan apa yang kupakai untuk menopang kakiku, aku berserah diri kepada Allah, Tuhan semesta alam) [HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud dan lainnya].
2 - Dari 'Aisyah radliyyAllahu 'anha: bahwa Rasulullah -ﷺ- biasa membaca dalam rukuk dan sujudnya: (سبوح قدوس رب الملائكة والروح : Maha Suci dan Maha Qudus, Rabb para malaikat dan malaikat Jibril).
3 - Dari 'Auf bin Malik Al-Ashja'i radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata: Aku berdiri bersama Rasulullah -ﷺ- suatu malam, dan beliau berdiri dan membaca Surah (Al-Baqarah ) sampai beliau bersabda, dan beliau biasa berkata sambil ruku’: (وسبحان ذي الجبروت والملكوت والكبرياء والعظمة : “Maha Suci Allah yang mempunyai kekuasaan, kerajaan, kesombongan, dan keagungan).” Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Al-Tirmidzi, dan Al-Nasa'i.
Dan dari 'Aisyah radliyyAllahu 'anha, dia berkata: Rasulullah -ﷺ-, sering mengatakan dalam rukuk dan sujudnya: (سبحانك اللهم ربنا وبحمدك، اللهم اغفر لي : Maha Suci Engkau, ya Tuhan, Tuhan kami, dan dengan pujianmu, ya Tuhan, maafkan aku) menafsirkan Al-Qur'an diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Bukhari, Muslim dan lain-lain.
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ الْعَبْدِيُّ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ مُطَرِّفِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ أَنَّ عَائِشَةَ نَبَّأَتْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -ﷺ-, كَانَ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ :
سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
[رواه مسلم / كتاب الصلاة / باب ما يقال في الركوع والسجود / حديث رقم: ١٠٩١].
Telah menceritakan kepada kami : Abu Bakar bin Abi Syaibah. Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Bisyr al-'Abdi. Telah menceritakan kepada kami : Sa'id bin Abi 'Arubah. Dari Qatadah. Dari Mutharrif bin Abdullah bin Asy-Syikhkhir bahwa 'Aisyah radhiyyAllahu 'anha memberitahukannya : bahwa Rasulullah -ﷺ- dahulu berdoa dalam rukuk dan sujudnya :
"SUBBUHUN QUDDUSUN RABBUL MALAAIKATI WARRUUHI". (Mahasuci, Maha Qudus, Tuhan malaikat dan Jibril)."
[HR. Muslim No. 1091]
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ، وَابْنُ رَافِعٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عُمَرَ بْنِ كَيْسَانَ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ وَهْبِ بْنِ مَانُوسَ، قَالَ: سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ، يَقُولُ: سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ، يَقُولُ: مَا صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَحَدٍ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ -ﷺ- أَشْبَهَ صَلَاةً بِرَسُولِ اللَّهِ -ﷺ- مِنْ هَذَا الْفَتَى - يَعْنِي عُمَرَ بْنَ عَبْدِ الْعَزِيزِ - قَالَ:
«فَحَزَرْنَا فِي رُكُوعِهِ عَشْرَ تَسْبِيحَاتٍ، وَفِي سُجُودِهِ عَشْرَ تَسْبِيحَاتٍ»،
قَالَ أَبُو دَاوُدَ: قَالَ أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ، قُلْتُ لَهُ: مَانُوسُ، أَوْ مَابُوسُ، قَالَ: أَمَّا عَبْدُ الرَّزَّاقِ فَيَقُولُ: مَابُوسُ، وَأَمَّا حِفْظِي فَمَانُوسُ، وَهَذَا لَفْظُ ابْنِ رَافِعٍ، قَالَ أَحْمَدُ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
[رواه أبو داود / باب تفريع أبواب الركوع والسجود / باب مقدار الركوع والسجود / رقم الحديث : ٨٨٨].
Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Shalih dan Ibnu Rafi' keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami : 'Abdullah bin Ibrahim bin Umar bin Kaisan. Telah menceritakan kepadaku : Ayahku. Dari Wahb bin Manus, dia berkata; saya mendengar Sa'id bin Jubair berkata; saya mendengar Anas bin Malik radliyyAllahu 'anhu berkata; saya tidak pernah shalat di belakang seorang pun setelah Rasulullah -ﷺ- yang shalatnya menyerupai shalat Rasulullah -ﷺ- selain pemuda ini -(yaitu Umar bin Abdul Aziz)- Anas mengatakan; 'KAMI MEMPERKIRAKAN DALAM RUKU'NYA BELIAU MENGUCAPKAN 10 KALI TASBIH."
Abu Daud mengatakan; Ahmad bin Shalih mengatakan; kataku kepada Manus atau Mabus -perawi berkata; Abdurrazaq mengatakan "Mabus" sedangkan yang ku hafal adalah Manus, ini adalah lafadznya Ibnu Rafi'. Ahmad mengatakan; dari Sa'id bin Jubair dari Anas bin Malik."
[HR. Abu Daud No. 888]
حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ نَافِعٍ أَبُو تَوْبَةَ وَمُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ الْمَعْنَى قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ مُوسَى قَالَ أَبُو سَلَمَةَ مُوسَى بْنِ أَيُّوبَ عَنْ عَمِّهِ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ:
لَمَّا نَزَلَتْ { فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ } قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- اجْعَلُوهَا فِي رُكُوعِكُمْ فَلَمَّا نَزَلَتْ { سَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى } قَالَ اجْعَلُوهَا فِي سُجُودِكُمْ
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ يَعْنِي ابْنَ سَعْدٍ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى أَوْ مُوسَى بْنِ أَيُّوبَ عَنْ رَجُلٍ مِنْ قَوْمِهِ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ بِمَعْنَاهُ زَادَ قَالَ :
فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- إِذَا رَكَعَ قَالَ : سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ (ثَلَاثًا) وَإِذَا سَجَدَ قَالَ : سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ (ثَلَاثًا)
قَالَ أَبُو دَاوُد وَهَذِهِ الزِّيَادَةُ نَخَافُ أَنْ لَا تَكُونَ مَحْفُوظَةً قَالَ أَبُو دَاوُد انْفَرَدَ أَهْلُ مِصْرَ بِإِسْنَادِ هَذَيْنِ الْحَدِيثَيْنِ حَدِيثِ الرَّبِيعِ وَحَدِيثِ أَحْمَدَ بْنِ يُونُسَ
[رواه ألو داود / باب تفريع أبواب الركوع والسجود / باب ما يقول الرجل في ركوعه وسجوده / حديث رقم: ٨٦٩].
Telah menceritakan kepada kami : Ar Rabi' bin Nafi' Abu Tsaubah dan Musa bin Isma'il sedangkan maksud haditsnya sama, keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami : Ibnu Al Mubarrak. Dari Musa. Abu Salamah Musa bin Ayyub mengatakan; dari Pamannya. Dari 'Uqbah bin 'Amir radliyyAllahu 'anhu beliau berkata;
Ketika turun; "FASABBIH BISMIRABBIKAL 'ADZIIM (maka sucikanlah dengan nama Rabbmu yang Maha Agung)."
Rasulullah-ﷺ- bersabda:
"Jadikanlah ia sebagai bacaan ruku' kalian." dan ketika turun; "SABBIHISMA RABBIKAL A'LA (Sucikanlah dengan nama Rabbmu yang Maha tinggi) " maka Rasulullah -ﷺ- bersabda: "Jadikanlah ia sebagai bacaan sujud kalian."
Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Yunus. Telah menceritakan kepada kami : Al Laits -(yaitu Ibnu Sa'd)- Dari Ayyub bin Musa atau Musa bin Ayyub. Dari seorang laki-laki dari Kaumnya. Dari 'Uqbah bin 'Amir radliyyAllahu 'anhu dengan makna yang sama, dia menambahkan; Uqbah berkata;
"Apabila Rasulullah -ﷺ- ruku' beliau mengucapkan;
"SUBHAANA RABBIYAL 'AZHIIM WA BIHAMDIHI (Maha suci Rabbku yang Maha Agung dengan pujian-Nya) " sebanyak 3 kali, dan apabila sujud beliau mengucapkan;
"SUBHAANA RABBIYAL A'LA WA BIHAMDIH (Maha suci Rabbku yang Maha Tinggi dengan segala pujian-Nya) " sebanyak 3 kali." Abu Daud mengatakan; "Saya khawatir tambahan ini tidak dari tambahan yang benar-benar terjaga (kebenarannya)." Abu Daud mengatakan; "Penduduk Mesir meriwayatkan dengan periwayatan tunggal mengenai dua isnad hadits ini yaitu hadits Rabi' dan hadits Ahmad bin Yunus.
[HR. Abu Daud No. 869]
وقال الإمام محمد عبد الرؤوف المناوي في كتابه فيض القدير (ج ٥ ص ١٤٠):
وَفِيهِ نَدْبُ الذِّكْرِ الْمَذْكُورِ. وَذَهَبَ أَحْمَدُ وَدَاوُدُ إِلَى وُجُوبِهِ، وَالْجُمْهُورُ عَلَى خِلَافِهِ؛ لِأَنَّهُ (عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ) لَمَّا عَلَّمَ الْأَعْرَابِيَّ الْمُسِيءَ صَلَاتَهُ لَمْ يَذْكُرْ لَهُ ذَلِكَ وَلَمْ يَأْمُرْهُ. ...(الى ان قال)...
رَمَزَ الْمُصَنِّفُ لِحُسْنِهِ. قَالَ الْحَاكِمُ : حَدِيثٌ حِجَازِيٌّ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ، وَقَدِ اتَّفَقَا عَلَى الِاحْتِجَاجِ بِرَاوِيهِ غَيْرُ إِيَاسِ بْنِ عَامِرٍ ، وَهُوَ مُسْتَقِيمٌ، وَخَرَّجَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ فِي صَحِيحِهِ، وَلَعَلَّ الْمُصَنِّفَ لَمْ يَطَّلِعْ عَلَى تَصْحِيحِ الْحَاكِمِ ، أَوْ لَمْ يَرْتَضِهِ حَيْثُ رَمَزَ لِحُسْنِهِ وَكَأَنَّهُ تَوَقَّفَ فِي تَصْحِيحِهِ لِقَوْلِ أَبِي دَاوُدَ هَذِهِ الزِّيَادَةَ يَعْنِي قَوْلَهُ وَبِحَمْدِهِ أَخَافُ أَنْ لَا تَكُونَ مَحْفُوظَةً، لَكِنْ بَيَّنَ الْحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ ثُبُوتُهَا فِي عِدَّةِ رِوَايَاتٍ، ثُمَّ قَالَ: وَفِيهِ رَدٌّ لِإِنْكَارِ ابْنِ الصَّلَاحِ وَغَيْرِهِ هَذِهِ الزِّيَادَةَ قَالَ: وَأَصْلُهَا فِي الصَّحِيحِ عَنْ عَائِشَةَ بِلَفْظِ: (كَانَ يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ).
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Muhammad Abd Al-Ra'uf Al-Munawiy berkata dalam Kitabnya Faidlu Al-Qadir (Vol. 5, Hal. 140):
Dan di dalamnya terdapat kesunnahan berdzikir dengan lafadz yang telah disebutkan.
Imam Ahmed dan Dawud berpandangan bahwa hal itu wajib, namun Jumhur (mayoritas Ulama') tidak setuju dengannya. Karena ketika Nabi -ﷺ- mengajarkan doanya kepada orang Badui (Kholad bin Rafi') yang buruk shalatnya, beliau Nabi -ﷺ- tidak menyebutkan hal itu atau memerintahkannya...(sampai ia berkata)...
Pengarang merumuskannya karena KEHASANAN STATUS HADITSNYA. Imam Al-Hakim berkata: Hadits Hijazi SHAHIH SANANYA, dan mereka sepakat untuk menggunakan sebagai HUJJAH/DALIL selain Iyas bin Amir, dan dia orang yang lurus, dan Ibnu Khuzaimah meriwayatkannya dalam Sahihnya, barangkali penyusunnya tidak memperlihatkan PENSHAHIHAN yang dilakukan oleh Imam Al-Hakim, atau tidak puas dengannya, karena dia mengindikasikan akan KEHASANAN STATUSNYA, seolah-olah dia berhenti dalam koreksinya karena perkataan Imam Abu Dawud pada tambahan kata : (وَبِحَمْدِهِ) yang mana Imam Abu Dawud mengatakan: Saya takut bahwa hal itu tidak MAHFUDZOH (TERJAGA),
namun Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan bahwa hal itu dibuktikan dalam beberapa riwayat, lalu dia berkata: Dan di dalamnya ada penolakkan, pada pengingkaran Imam Ibnu Al-Shalah dan yang lainnya terhadap penambahan tersebut, dia berkata: Asal usulnya ada dalam Ash Shahih dari Aisyah radliyyAllahu 'anha dengan kalimat:
(كَانَ يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ).
(Beliau sering mengucapkan dalam rukuk dan sujudnya: Maha Suci Engkau, Ya Allah Tuhan kami, dan dengan puji-pujian-Mu.)
وقال الشبخ سيد سابق في كتابه فقه السنة/ الصلاة / القراءة خلف الإمام (ج ١ ص ١٦٥ - ١٦٦):
وأما أدنى ما يجزئ فالجمهور على أن أقل ما يجزئ في الركوع والسجود قدر تسبيحة واحدة. وقد تقدم أن الطمأنينة هي الفرض وهي مقدرة بمقدار تسبيحة.
وأما كمال التسبيح فقدره بعض العلماء بعشر تسبيحات لحديث سعيد بن جبير عن أنس قال: (ما رأيت أحدا أشبه صلاة برسول الله -ﷺ- من هذا الغلام، يعني عمر بن عبد العزيز فحزرنا في الركوع عشر تسبيحات وفي السجود عشر تسبيحات) .رواه أحمد وأبو داود والنسائي بإسناد جيد.
قال الشوكاني: قيل: فيه حجة لمن قال: إن كمال التسبيح عشر تسبيحات. والاصح أن المفرد يزيد في التسبيح ما أراد وكلما زاد كان أولى. والاحاديث الصحيحة في تطويله -ﷺ- ناطقة بهذا. وكذا الامام إذا كان المؤتمون لا يتأذون بالتطويل. انتهى.
وقال ابن عبد البر: ينبغي لكل إمام أن يخفف، لامره صلى الله عليه وسلم، وإن علم قوة من خلفه، فإنه لا يدري ما يحدث لهم من حادث، وشغل عارض وحاجة وحدث وغير ذلك.
وقال ابن المبارك: استحب للامام أن يسبح خمس تسبيحات، لكي يدرك من خلفه ثلاث تسبيحات.والمستحب ألا يقتصر المصلي على التسبيح، بل يزيد عليه ما شاء من الدعاء.
┏─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Syaikh Sayyid Sabiq mengatakan dalam Kitabnya “Fiqhu Al-Sunnah / Shalat / Bacaan Di Belakang Imam (Vol. 1, Hal. 165-166):
Adapun minimal yang mencukupi, mayoritas Ulama' (jumhur) berpendapat bahwa yang paling sedikit yang cukup dalam rukuk dan sujud adalah jumlah 1 tasbihah. Telah disebutkan sebelumnya bahwa ketenangan (thuma'ninah) itu wajib dan kadar ukurannya adalah sepanjang 1 tasbihah.
Adapun kesempurnaan bacaan tasbih, sebagian ulama memperkirakannya 10 tasbihan, berdasarkan hadits Sa'id bin Jubair dari riwayat Anas radliyyAllahu 'anhu, yang mengatakan: (saya tidak pernah melihat shalat yang lebih menyerupai shalat Rasulullah -ﷺ- selain pemuda ini -(yaitu Umar bin Abdul Aziz)- Anas mengatakan; 'KAMI MEMPERKIRAKAN DALAM RUKU'NYA IA MENGUCAPKAN 10 KALI TASBIH DAN DALAM SUJUDNYA IA MENGUCAPKAN 10 KALI TASBIH (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Al -Nasa'i dengan SANAD JAYYID).
Asy-Syaukaniy berkata: Dikatakan: Didalamnya terdapat dalil bagi orang-orang yang mengatakan: Kesempurnaan tasbih itu 10 tasbihan. Pendapat yang benar adalah bahwa seseorang menambah bacaan tasbihnya sebanyak yang dia inginkan, dan semakin banyak dia menambahkannya, semakin baik. Hadits hadits shahih tentang memanjangkannya Rasulullah -ﷺ- berbicara tentang hal ini. Begitu pula dengan imam, boleh memanjangkan bacaan tasbihnya jika orang yang berma'mum kepadanya tidak merasa dirugikan dengan sebab memanjangkannya. Selesai
Ibnu Abd al-Barr Al Malikiy berkata: Hendaknya setiap imam mempersingkatnya, karena perintahnya -ﷺ-, meskipun dia mengetahui ada kekuatan orang yang berma'mum di belakangnya, karena dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada mereka dalam hal perkara yang datang, kesibukkan yang tiba tiba, kebutuhan, kejadian, dll.
Ibnu Al-Mubarak berkata: Disunnahkan bagi imam untuk mengucapkan 5 tasbihan, sehingga orang yang berma'mum dibelakangnya dapat mengejar memenuhi 3 tasbihan. Dianjurkan agar orang yang shalat tidak membatasi dirinya hanya membaca tasbih, melainkan menambahkan doa ke dalamnya apa pun yang diinginkannya.
وقال الامام أبو زكريا محيي الدين بن شرف النووي الشافعي (ت ٦٧٦ هـ) في كتابه المجموع شرح المهذب / كتاب الصلاة / مسائل مهمة تتعلق بقراءة الفاتحة وغيرها في الصلاة (ج ٣ ص ٤١٢):
قال أصحابنا يُسْتَحَبُّ التَّسْبِيحُ فِي الرُّكُوعِ وَيَحْصُلُ أَصْلُ السُّبْحَةِ بقوله : سبحان الله أو سبحان ربي, وأدني الْكَمَالِ أَنْ يَقُولَ : سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَهَذَا أَدْنَى مَرَاتِبِ الْكَمَالِ
قَالَ الْقَاضِي حُسَيْنٌ قَوْلُ الشَّافِعِيِّ يَقُولُ ::سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ ثَلَاثًا وَذَلِكَ أَدْنَى الْكَمَالِ لَمْ يُرِدْ أَنَّهُ لَا يُجْزِيهِ أَقَلُّ مِنْ الثَّلَاثِ لِأَنَّهُ لَوْ سَبَّحَ مَرَّةً وَاحِدَةً كَانَ آتِيًا بِسُنَّةِ التَّسْبِيحِ وَإِنَّمَا أَرَادَ أَنَّ أَوَّلَ الْكَمَالِ الثَّلَاثُ قَالَ وَلَوْ سَبَّحَ خَمْسًا أَوْ سَبْعًا أَوْ تِسْعًا أَوْ إحْدَى عَشْرَةَ كَانَ أَفْضَلَ وَأَكْمَلَ لَكِنَّهُ إذَا كَانَ إمَامًا يُسْتَحَبُّ أَنْ لَا يَزِيدَ عَلَى ثَلَاثٍ وَكَذَا قَالَ صَاحِبُ الْحَاوِي : أَدْنَى الْكَمَالِ ثَلَاثٌ وَأَعْلَى الْكَمَالِ إحْدَى عَشْرَةَ أَوْ تِسْعٌ وَأَوْسَطُهُ خَمْسٌ وَلَوْ سَبَّحَ مَرَّةً حَصَلَ التَّسْبِيحُ
قَالَ أَصْحَابُنَا وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَقُولَ سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ وَمِمَّنْ نَصَّ عَلَى اسْتِحْبَابِ قَوْلِهِ وَبِحَمْدِهِ الْقَاضِي أَبُو الطَّيِّبِ وَالْقَاضِي حُسَيْنٌ وَصَاحِبُ الشَّامِلِ وَالْغَزَالِيُّ وَآخَرُونَ وَيُنْكَرُ عَلَى الرَّافِعِيِّ لانه قال وبعضم يُضِيفُ إلَيْهِ وَبِحَمْدِهِ فَأَوْهَمَ أَنَّهُ وَجْهٌ شَاذٌّ مَعَ أَنَّهُ مَشْهُورٌ لِهَؤُلَاءِ الْأَئِمَّةِ قَالَ أَصْحَابُنَا ويستحب أن يقول اللهم ركعت إلي آخر حديث على رضي الله تعالي عَنْهُ وَهَذَا أَتَمُّ الْكَمَالِ وَاتَّفَقَ الْأَصْحَابُ عَلَى أَنَّهُ يَأْتِي بِالتَّسْبِيحِ أَوَّلًا وَهُوَ ظَاهِرُ نَصِّ الشَّافِعِيِّ فِي الْأُمِّ الَّذِي قَدَّمْتُهُ قَالَ أَصْحَابُنَا فَإِذَا أَرَادَ الِاقْتِصَارَ عَلَى أَحَدِ الذِّكْرَيْنِ فَالتَّسْبِيحُ أَفْضَلُ لِأَنَّهُ أَكْثَرُ فِي الْأَحَادِيثِ وَمِمَّنْ صَرَّحَ بِهَذَا الْقَاضِي حُسَيْنٌ وَإِمَامُ الْحَرَمَيْنِ وَصَاحِبُ الْعُدَّةِ وَآخَرُونَ قَالَ الْقَاضِي أَبُو الطَّيِّبِ وَالْإِتْيَانُ بِقَوْلِهِ اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتَ إلَى آخِرِهِ مَعَ ثَلَاثِ تسبيحات أفضل من حذفه وزيادة التسبيح على ثلاث وهذا الذى قاله واضح لا يجى فِيهِ خِلَافٌ قَالَ أَصْحَابُنَا وَالزِّيَادَةُ عَلَى ثَلَاثِ تسبيحات تستحب المنفرد وَأَمَّا الْإِمَامُ فَلَا يَزِيدُ عَلَى ثَلَاثِ تَسْبِيحَاتٍ وَقِيلَ خَمْسٍ إلَّا أَنْ يَرْضَى الْمَأْمُومُونَ بِالتَّطْوِيلِ وَيَكُونُوا مَحْصُورِينَ لَا يَزِيدُونَ هَكَذَا قَالَهُ الْأَصْحَابُ وَقَدْ قَالَ الشَّافِعِيُّ فِي الْأُمِّ أُحِبُّ أَنْ يَبْدَأَ الرَّاكِعُ فَيَقُولَ سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ ثَلَاثًا وَيَقُولُ مَا حَكَيْتُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُهُ يَعْنِي حَدِيثَ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُقَالَ وَكُلُّ مَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في رُكُوعٍ أَوْ سُجُودٍ أَحْبَبْتُ أَنْ لَا يُقَصِّرَ عنه اما ما كان أو منفردا وهو تحفيف لا تثقيل هذا لفظ نصه وظاهر اسْتِحْبَابُ الْجَمِيعِ لِلْإِمَامِ لَكِنَّ الْأَقْوَى مَا ذَكَرَهُ الْأَصْحَابُ فَيُتَأَوَّلُ نَصُّهُ عَلَى مَا إذَا رَضِيَ الْمَأْمُومُونَ أَوْ عَلَى غَيْرِهِ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ
┏─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Abu Zakariyya Muhyiddin bin Syaraf Al-Nawawiy Al-Syafi'iy (w. 676 H) mengatakan dalam Kitabnya Al-Majmu' Syarhu Al-Muhadzdzab / Kitab Shalat / Masalah Penting Terkait Membaca Al-Fatihah Dan Lain-lain Dalam Shalat (Jilid 3, Hal. 412):
Para sahabat kami (Syafi'iyyah) mengatakan bahwa disunnahkan membaca tasbih dalam rukuk, dan asal muasal tasbih dapat dicapai dengan mengucapkan :
سبحان الله أو سبحان ربي
(“Maha Suci Allah”) atau (“Maha Suci Tuhanku”) Kesempurnaan yang paling rendah adalah dengan mengucapkan :
سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ (ثَلَاثَ مَرَّاتٍ).
(“Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung”) 3 kali, karena ini adalah tingkat kesempurnaan yang paling rendah.
Al-Qadli Hussein mengatakan ungkapan Al-Syafi’iy, beliau mengucapkan :
سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
(“Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung”) 3 kali, dan itu adalah kesempurnaan yang paling rendah, bukan mengatakan kurang dari 3 maka ia tidak mendapat pahala, karena jika ia membaca tasbih 1 kali saja, maka ia sudah mengikuti sunnah membaca tasbih, namun yang beliau maksudkan adalah yang pertama dari kesempurnaan adalah membaca tasbih 3 kali, dan jika membaca tasbih 5, 7, 9, atau 11 kali, itu akan lebih baik dan lebih sempurna, tetapi jika dia seorang imam, dianjurkan tidak lebih dari 3 kali. Demikian pula penulis Al-Hawi mengatakan : “Yang paling rendah kesempurnaannya adalah 3 kali, dan kesempurnaan tertingginya adalah 11 kali atau 9 kali, tengah tengahnya adalah 5 kali, dan jika dia membaca tasbih 1 kali, dia sudah mendapati kesunnahan membaca tasbih.
Para sahabat kami (Syafi'iyyah) berkata : “Disunnahkan untuk mengucapkan :
سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ
('Maha Suci Tuhanku, Yang Maha Agung dan dengan puji-pujian kepada-Nya”) Dan di antara orang-orang yang menghendaki untuk mengatakan :
وَبِحَمْدِهِ
(“Dan dengan memuji-Nya,”) adalah Qodli Abu Al-Thayyib, Qodli Husain, Pengarang Al-Syamil, Al-Ghazaliy, dan yang lain, dan hal ini tidak disetujui oleh Al-Rafi'iy karena katanya : dan sebagian dari mereka menambahkannya : وَبِحَمْدِهِ (dan dengan memuji-Nya), mereka salah memahami bahwa itu adalah aspek yang tidak normal padahal terkenal bagi para imam tersebut.
Sahabat kami (Syafi'iyyah) mengatakan : Disunnahkan membaca : اللهم ركعت ... ('Ya Allah, aku tunduk ...) sampai akhir hadist Imam Aliy radliyyAllahu 'anhu, dan ini adalah kesempurnaan yang paling sempurna. Para sahabat (Syafi'iyyah) sepakat bahwa ia harus membaca tasbih terlebih dahulu, dan ini terlihat dari teks Syafi'iy dalam Al-Umm yang saya sampaikan.
Para sahabat kami (Syafi'iyyah) berkata : 'Jika dia ingin membatasi dirinya pada salah satu dari 2 dzikir tersebut, maka membaca tasbih lebih utama karena lebih banyak terdapat pada hadits dan dari orang-orang yang menjelaskan pernyataan ini dengan jelas adalah : Qodli Hussein, Imam Al Haramain, pengarang Al 'Uddah, dan lainnya.
Qodli Abu Al-Thayyib berkata : dan membaca :
اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتَ إلَى آخِرِهِ
("Ya Tuhan, saya telah sujud ... dst)., dengan 3 tasbih itu lebih baik dari pada menghapusnya dan menambah lebih dari 3 tasbih, dan ini yang beliau sampaikan dengan jelas, dan tidak ada perbedaan pendapat mengenai hal tersebut.
Sahabat kami (Syafi'iyyah) mengatakan : Menambah dari 3 tasbihan disunnahkan bagi orang yang shalat sendirian (munfarid), dan bagi
imam, tidak boleh menambah lebih dari 3, dikatakan : lebih dari 5 tasbihan, kecuali para ma'mum ridlo dengan perpanjangannya dan mereka dibatasi dan tidak menambah lagi. Demikianlah yang diucapkan para sahabat (Syafi'iyyah), dan Al-Syafi'i berkata dalam Al -Umm : aku lebih suka orang yang ruku' memulai dan berkata :
سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ ثَلَاثًا
(Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung), 3 kali, dan mengucapkan apa yang aku meriwayatkan bahwa Nabi -ﷺ- biasa mengucapkannya, artinya hadits Ali radliyyAllahu 'anhu katanya : dan semua yang dikatakan Rasulullah -ﷺ- dalam rukuk atau sujud, aku ingin dia tidak ketinggalan , apakah dia shalat sebagai imam atau seorang yang shalat sendirian, dan itu adalah hal yang bijaksana, tidak memberatkan.
Ini adalah kalimat dari teksnya dan jelas bahwa kesunnahannya menyeluruh bagi imam, tetapi yang lebih kuat adalah apa yang disebutkan para sahabat (Syafi'iyyah), sehingga teksnya ditafsirkan menurut perkara jika para ma'mum shalat itu rela atau menurut hal lain. Dan Allah Maha Mengetahui.
وقال الإمام أبو محمد عبد الله بن أحمد بن محمد بن قدامة المقدسي الحنبلي (٥٤١ - ٦٢٠ ه) في كتابه "المغني" / باب صفة الصلاة / مسألة التسبيح في الركوع (ج ١ ص ٣٦١):
"(وَيَقُولُ: سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ ثَلَاثًا. وَهُوَ أَدْنَى الْكَمَالِ، وَإِنْ قَالَ مَرَّةً أَجْزَأَهُ) .
وَجُمْلَةُ ذَلِكَ : أَنَّهُ يُشْرَعُ أَنْ يَقُولَ فِي رُكُوعِهِ: سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ ...
وَيُجْزِئُ تَسْبِيحَةٌ وَاحِدَةٌ؛ لِأَنَّ النَّبِيَّ -ﷺ- أَمَرَ بِالتَّسْبِيحِ فِي حَدِيثِ عُقْبَةَ ، وَلَمْ يَذْكُرْ عَدَدًا، فَدَلَّ عَلَى أَنَّهُ يُجْزِئُ أَدْنَاهُ، وَأَدْنَى الْكَمَالِ ثَلَاثٌ؛ لِقَوْلِ النَّبِيِّ -ﷺ- فِي حَدِيثِ ابْنِ مَسْعُودٍ " وَذَلِكَ أَدْنَاهُ ".
قَالَ أَحْمَدُ فِي رِسَالَتِهِ: جَاءَ الْحَدِيثُ عَنْ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ أَنَّهُ قَالَ: التَّسْبِيحُ التَّامُّ سَبْعٌ، وَالْوَسَطُ خَمْسٌ، وَأَدْنَاهُ ثَلَاثٌ.
وَقَالَ الْقَاضِي: الْكَامِلُ فِي التَّسْبِيحِ، إنْ كَانَ مُنْفَرِدًا، مَا لَا يُخْرِجُهُ إلَى السَّهْوِ، وَفِي حَقِّ الْإِمَامِ مَا لَا يَشُقُّ عَلَى الْمَأْمُومِينَ .
وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ الْكَمَالُ عَشْرَ تَسْبِيحَاتٍ؛ لِأَنَّ أَنَسًا رَوَى، أَنَّ النَّبِيَّ -ﷺ- كَانَ يُصَلِّي كَصَلَاةِ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ ، فَحَزَرُوا ذَلِكَ بِعَشْرِ تَسْبِيحَاتٍ.
وَقَالَ بَعْضُ أَصْحَابِنَا: الْكَمَالُ أَنْ يُسَبِّحَ مِثْلَ قِيَامِهِ؛ لِأَنَّ النَّبِيَّ -ﷺ- قَدْ رَوَى عَنْهُ الْبَرَاءُ قَالَ: قَدْ رَمَقْتُ مُحَمَّدًا -ﷺ- وَهُوَ يُصَلِّي، فَوَجَدْتُ قِيَامَهُ، فَرَكْعَتَهُ، فَاعْتِدَالَهُ بَعْدَ رُكُوعِهِ، فَسَجْدَتَهُ، فَجَلْسَتَهُ مَا بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ، فَسَجْدَتَهُ، فَجَلْسَتَهُ مَا بَيْنَ التَّسْلِيمِ وَالِانْصِرَافِ قَرِيبًا مِنْ السَّوَاءِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، إلَّا أَنَّ الْبُخَارِيَّ قَالَ: مَا خَلَا الْقِيَامَ وَالْقُعُودَ قَرِيبًا مِنْ السَّوَاءِ." انتهى .
┏─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah Al-Maqdisiy Al-Hanbaliy (541 - 620 H) mengatakan dalam Kitabnya “Al-Mughni” / Bab Ciri-Ciri Sholat / Persoalan Tasbih Dalam Rukuk (Vol 1, Hal .361):
(Dan dia berkata:
سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ (ثَلَاثًا).
(Maha Suci Tuhanku Yang Maha Besar) sebanyak 3 kali. Ini adalah kalimat yang paling rendah kesempurnaannya, dan jika dia mengucapkannya 1 kali, maka itu sudah cukup).
Rangkumannya adalah diperintahkan agar mengucapkan dalam rukuknya:
سُبْحَانَ رَبِّي الْعَظِيمِ ...
(Maha Suci Tuhanku Yang Agung...)
1 tasbihan saja sudah cukup. Karena Rasulullah -ﷺ- memerintahkan membaca tasbih dalam hadits 'Uqbah, DAN BELIAU TIDAK MENYEBUTKAN BERAPA JUMLAHNYA, maka hal tersebut menunjukkan bahwa sudah mencukupi yang terendah, dan jumlah kesempurnaannya yang paling rendah adalah membaca 3 kali, berdasarkan hadits Nabi -ﷺ- dalam hadits Ibnu Mas'ud radliyyAllahu 'anhu, “Dan itu adalah yang terendah.”
Ahmad berkata dalam risalahnya: Hadits tersebut berasal dari Al-Hasan Al-Bashri yang mengatakan: Yang paling tinggi membaca tasbih 7 kali, yang tengah 5 kali, dan yang paling rendah adalah 3 kali.
Qodli (Hakim) berkata: Orang yang sempurna dalam membaca tasbih, jika dia mengerjaka shalatnya sendirian, yang tidak membuatnya untuk sujud sahwi, dan hak imam adalah yang tidak menyulitkan para ma'mum, dan kemungkinan kesempurnaannya membaca sampai 10 kali. Karena Anas meriwayatkan bahwa Nabi -ﷺ- biasa shalat seperti shalatnya Umar bin Abdul Aziz, MAKA MEREKA MEMPERKIRAKANNYA DENGAN MEMBACA 10 TASBIHAN.
Beberapa sahabat kami (Hanabillah) berkata: Yang sempurna adalah ketika dia membaca tasbih, seperti lamanya ketika beliau berdiri; Karena Nabi -ﷺ- yang telah meriwayatkan darinya Al-Bara', radliyyAllahu 'anhu yang berkata: Aku memperhatikan Muhammad -ﷺ- ketika beliau sedang shalat, dan aku menemukan berdirinya, rukuknya, sujudnya, I'tidalnya setelah beliau ruku', maka sujudnya, duduknya di antara dua sujud, sujudnya, dan duduknya di antara salam dan berpaling menyelesaikan. SEMUA SAMA SAJA. (Disepakati), hanya saja Al-Bukhari berkata: “Kecuali selain berdiri dan duduk, hampir sama.”
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات
Magelang : 11/11/2023 M