─═हই• ⃟ ⃟ ٩ شوّالــ ١٤٤٥ هـ • ⃟ ⃟ •ইह═─
─═हই• ⃟ ⃟ •⊰❂͜͡✯━━━━━━━━━━━━━┓
•⊰❂͜͡✯﷽✯͜͡❂⊱• 𝕽𝖔𝖐𝖔𝖐 𝕸𝖊𝖓𝖚𝖗𝖚𝖙 𝕶𝖆𝖈𝖆𝖒𝖆𝖙𝖆 𝕼𝖚𝖗'𝖆𝖓 𝕳𝖆𝖉𝖎𝖙𝖘 𝕯𝖆𝖓 𝕶𝖆𝖑𝖆𝖒 𝕬𝖍𝖑𝖎 𝕱𝖎𝖐𝖎𝖍
┗━━━━━━━━━━━━━✯͜͡❂⊱• ⃟ ⃟ •ইह═─
✯͜͡❂⊱•𝐀]• 𝐀𝐥 𝐐𝐮𝐫'𝐚𝐧
Hukum Merokok tidak secara jelas disebutkan dalam Al Qur'an. Namun dijelaskan tentang kemudaratan atau kemafsadatan sebagaimana termaktub di dalam Al-Qur'an sebagai berikut: Al-Qur'an :
وَلاَ تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ. {سورة البقرة: ٠٠٢/ ١٩٥}.
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Baqarah: 002/ 195)
✯͜͡❂⊱•𝐁]• 𝐀𝐥 𝐇𝐚𝐝𝐢𝐭𝐬
Hukum Merokok tidak secara jelas disebutkan dalam Al Hadits. Namun dijelaskan tentang tidak bolehnya berbuat kemudaratan (pada diri sendiri), dan tidak boleh berbuat kemudaratan (pada diri orang lain).
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَنْبَأَنَا مَعْمَرٌ عَنْ جَابِرٍ الْجُعْفِيِّ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- :
«لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ».
[رواه ابن ماجه, الرقم: 2331. قال الحاكم: هذا حديث صحيح الإسناد على شرط مسلم ولم يخرجاه. وقال الذهبي في التلخيص: على شرط مسلم]
Dari Ibnu 'Abbas ra, ia berkata ; Rasulullah -ﷺ-. bersabda:
"Tidak boleh berbuat kemudaratan (pada diri sendiri), dan tidak boleh berbuat kemudaratan (pada diri orang lain)".
[HR. Ibnu Majah, No. 2331. Hakim Berkata : HADITS SHAHIH SANADNYA ATAS SYARAT MISLIM Dan Bukhariy Muslim Tidak Mengeluarkannya. Imam Dzahabiy Berkata : Atas Syarat Muslim].
✯͜͡❂⊱•Syaikh Muhammad Yahya bin Muhammad al-Mukhtar bin Talib Abdullah, yang dikenal sebagai Muhammad Yahya al-Walati, seorang ahli hukum Maliki Asy'ari, berkata: Dia berasal dari kota Walata di Mauritania, (dia meninggal pada tahun 1330 H). Fi Ashli Ushul Al Madzhab – Madzhab Malik:
القاعدة الثانية: إزالة الضرر، أو الضرر يزال: أي وجوب إزالة الضرر عمن نزل به، والأصل في هذه القاعدة ما رواه مالك في الموطأ أن رسول الله -ﷺ- قال: لا ضرر ولا ضرار. لأن الشريعة مبنية على جلب المصالح ودفع المفاسد، وتندرج تحت هذه القاعدة، قاعدة: ارتكاب أخف الضررين.
ومن فروعها: شرع الزواجر من الحدود ، والضمان، ورد المغصوب، أو ضمانه بالتلف، والتطليق بالإضرار، وبالإعسار.
Kaidah kedua: Penghapusan bahaya, atau penghapusan kerugian: yaitu keharusan menghilangkan kerugian dari orang yang menimbulkannya. Dasar aturan ini adalah apa yang diriwayatkan Imam Malik dalam Al-Muwatta' bahwa Rasulullah -ﷺ- bersabda:
Tidak ada ketusakkan atau bahaya. Karena hukum syariah didasarkan pada mendatangkan manfaat dan menolak keburukan, dan kaidah ini termasuk dalam kaidah: melakukan keburukan yang lebih kecil.
Cabang-cabangnya antara lain: hukum pengendalian dari hukum hukum, jaminan, pengembalian harta rampasan, atau penjaminan atas kerusakan, perceraian dengan kerusakan, dan kepailitan. Selesai.
✯͜͡❂⊱•Beberapa pendapat itu serta argumennya dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam hukum.
(Pertama) ; HUKUM MEROKOK ADALAH MUBAH atau boleh karena rokok dipandang tidak membawa mudarat. Secara tegas dapat dinyatakan, bahwa hakikat rokok bukanlah benda yang memabukkan.
(Kedua) ; HUKUM MEROKOK ADALAH MAKRUH karena rokok membawa mudarat relatif kecil yang tidak signifikan untuk dijadikan dasar hukum haram.
(Ketiga) ; HUKUM MEROKOK ADALAH HARAM karena rokok secara mutlak dipandang membawa banyak mudarat. Berdasarkan informasi mengenai hasil penelitian medis, bahwa rokok dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dalam, seperti kanker, paru-paru, jantung dan lainnya setelah sekian lama membiasakannya. Tiga pendapat di atas dapat berlaku secara general, dalam arti mubah, makruh dan haram itu bagi siapa pun orangnya. Namun bisa jadi tiga macam hukum tersebut berlaku secara personal, dengan pengertian setiap person akan terkena hukum yang berbeda sesuai dengan apa yang diakibatkannya, baik terkait kondisi personnya atau kwantitas yang dikonsumsinya.
✯͜͡❂⊱•𝐂]• 𝐊𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐀𝐡𝐥𝐢 𝐅𝐢𝐤𝐢𝐡
ï)• §¥å£ï'便åh | شَافِعِيَْةٍّ
i-Haram
MEROKOK TERKADANG JUGA BISA HARAM jika membelinya dengan uang jatah nafaqah yang dibutuhkan keluarga atau berkeyakinan tentang bahaya merokok.
✯͜͡❂⊱•Sebagaimana diiterangkan dalam kitab Hasyiyyah Al-Bajuriy (Juz 1 hal. 343):
وَقَدْ تَعْتَرِيْهِ اْلحَرَمَةُ اِذَا كَانَ يَشْتَرِيْهِ بِمَا يَحْتَاجُهُ نَفَقَةَ عِيَالِهِ اَوْ تَيَقَّنَ ضَرَرَهُ.
[انظر كتاب حاشية البجوري :(جز 1 ص: 343). باب للشيخ ابراهيم البيجوري الشافعي].
TERKADANG JUGA BISA HARAM jika membelinya dengan uang jatah nafaqah yang dibutuhkan keluarga atau teman berkeyakinan tentang bahaya merokok. Selesai.
Merokok diharamkan selama dapat mengeruhkan atau mengaburkan akal seperti halnya orang yang memakai sejenis opium (sejenis obat bius)
✯͜͡❂⊱•Syaikh Sulaiman Al Jamal Asy Syafi'iy berkata dalam Kitabnya Futuhatu Al Wahhab Bitaudlihi Syarh Minhaj Ath Thulab = Hasyiyyah Al Jamal (Juz. 1 Hal. 170):
وَمِنْ الْبَنْجِ الْأَفْيُونُ وَجَوْزَةُ الطِّيبِ وَكَثِيرُ الْعَنْبَرِ وَالزَّعْفَرَانُ وَنَحْوُ ذَلِكَ مِنْ كُلِّ مَا فِيهِ تَكْدِيرٌ وَتَغْطِيَةٌ لِلْعَقْلِ، وَإِنْ حَرُمَ تَنَاوُلُهُ لِذَلِكَ
قَالَ شَيْخُنَا اللَّقَانِيُّ، وَمِنْهُ شُرْبُ الدُّخَانِ الْمَعْرُوفِ الْآنَ قَالَ شَيْخُنَا وَهُوَ كَذَلِكَ وَلِي بِهِ أُسْوَةٌ فَقَدْ قِيلَ أَنَّهُ يَفْتَحُ مَجَارِي الْبَدَنِ وَيُهَيِّئُهَا لِقَبُولِ الْمَوَادِّ الْمُضِرَّةِ وَيَنْشَأُ عَنْهُ التَّرَهُّلُ وَالتَّنَافِيسُ وَنَحْوُ ذَلِكَ وَرُبَّمَا أَدَّى إلَى الْعَمَى كَمَا هُوَ مُشَاهَدٌ،
وَقَدْ أَخْبَرَنِي مَنْ أَثِقُ بِهِ أَنَّهُ يَحْصُلُ مِنْهُ دَوَرَانُ الرَّأْسِ وَضَرَرُهُ أَكْثَرُ مِنْ ضَرَرِ الْمَكْمُورِ الَّذِي حَرَّمَ الزَّرْكَشِيُّ أَكْلَهُ، وَقَالَ شَيْخُنَا الْبَابِلِيُّ شُرْبُهُ حَلَالٌ وَحُرْمَتُهُ لَا لِذَاتِهِ بَلْ لِأَمْرٍ طَارِئٍ،
وَقَالَ شَيْخُنَا س ل لَيْسَ بِحَرَامٍ وَلَا مَكْرُوهٍ وَأَقَرَّهُ شَيْخُنَا الشبراملسي اهـ بِرْمَاوِيٌّ.
[انظر كتاب فتوحات الوهاب بتوضيح شرح منهج الطلاب = بحاشية الجمل (ج ١ ص ١٧٠) / كتاب الطهارة / باب في النجاسة وإزالتها / المؤلف: سليمان بن عمر بن منصور العجيلي الأزهري الشافعي، المعروف بالجمل (ت ١٢٠٤هـ)، الناشر: دار الفكر - بدون السنة].
Di antara obat bius (anastetik) itu adalah opium, dan tabib (dokter) memperbolehkannya, pala, banyak damar, kunyit, dan sejenisnya, yang mengganggu dan mengaburkan akal pikiran, meskipun haram mendapatkannya untuk semua itu
Syaikh kita Al-Laqaniy berkata, DAN TERMASUK DARINYA ADALAH MEROKOK UNTUK ISTILAH YANG TERKENAL SEKARANG. Syaikh kita juga berkata, dan saya punya contohnya, karena dikatakan dapat membuka saluran tubuh dan membuat sejuk, hal ini karena ia menerima zat-zat berbahaya dan mengakibatkan kendur, naik-turun, dan sejenisnya, dan dapat menyebabkan kebutaan, seperti yang terlihat.
Seseorang yang saya percaya pernah mengatakan kepada saya bahwa hal itu menyebabkan pusing di kepala dan menyebabkan lebih banyak bahaya daripada daging pecah yang diharamkan oleh Imam Al-Zarkasyi untuk memakannya, dan Guru Kami Al Babiliy berkata : meminumnya diperbolehkan, dan keharamannya bukan karena dzatnya, tetapi karena untuk hal yang bersifat sementara.
Syaikh kami (S.L) berkata: Itu tidak diharamkan maupun tidak dimakruhkan, dan Syaikh kami Al-Syubramalsiy menyetujuinya. Selesai. Barmawi. Selesai.
✯͜͡❂⊱•Merokok Membatalkan Puasa
✯͜͡❂⊱•Syaikh Sayyid Abu Bakr Muhammad Syatho Ad Dimyathiy Asy Syafi'iy dalam kitabnya I'anatu Ath Thalibin (Juz. 2 Hal. 260):
وفي البيجرمي: وأما الدخان الحادث الآن المسمى بالتتن - لعن الله من أحدثه - فإنه من البدع القبيحة - فقد أفتى شيخنا الزيادي أولا بأنه لا يفطر، لأنه إذ ذاك لم يكن يعرف حقيقته، فلما رأى أثره بالبوصة التي يشرب بها، رجع وأفتى بأنه يفطر.اه.
[انظر كتاب إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين (هو حاشية على فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين) : (ج ٢ ص ٢٦٠) / باب الصوم / المؤلف: أبو بكر (المشهور بالبكري) عثمان بن محمد شطا الدمياطي الشافعي (ت ١٣١٠هـ) / الناشر: دار الفكر للطباعة والنشر والتوريع - الطبعة: الأولى، ١٤١٨ هـ - ١٩٩٧ مـ].
✯͜͡❂⊱•Dalam Hawasyai Al-Syarwaniy (Juz. 3 Hal. 400):
ومن العين الدخان المشهور وهو المسمى بالتتن ومثله التنباك فيفطر به الصائم لأن له أثرا يحس كما يشاهد في باطن العود شيخنا عبارة الكردي على بافضل وفي التحفة وفتح الجواد عدم ضرر الدخان وقال سم في شرح أبي شجاع فيه نظر لأن الدخان عين اه وعبارة بعض الهوامش المعتبرة ويفطر الصائم بشرب التنباك لأنه بفعل فاعل يتولد منه لا أثر وقد صرح بذلك الشيخ علي بن الجمال المكي وغيره كالبرماوي علي العلامة عبد الله بن سعيد باقشير وغيرهم.
ii-Makruh
MENURUT QAUL MU’TAMAD, seperti pendapat Imam Al Bajuri, HUKUM MEROKOK ITU ADALAH MAKRUH. Pendapat ini diterangkan dalam kitab: Irsyad al-Ihwan fi Bayani Ahkami Syurbi al-Qahwah Wa al-Dukhan (hal. 37-38) :
(اَلْمُعْتَمَدُ اَنَّهُ) اَيْ شُرْبُ الدُّخَانُ (مَكْرُوْهٌ كَمَا يَقُوْلُ اَلْبَاجُوْرِى اَلأََفْقَهُ) مِنْ كِتَابِ الْبُيُوْعِ مِنْ حَاشِيَةِ عَلىَ شَرْحِ اْلغَايَةِ، وَعِبَارَتُهُ بَعْدَ ذِكْرِ الْقَوْلِ باِلْحَرَمَةِ وَهٰذَا ضَعِيْفٌ وَكَذَا اْلقَوْلُ بِأَنَّهُ مُبَاحٌ وَاْلمُعْتَمَدُ أَنَّهُ مَكْرُوْهٌ.
[انظر كتاب ارشاد الاخوان: في بيان احكام شرب القهوة والدخان : (ص: 38 – 37 )].
(Qoul yang mu’tamad) sesungguhnya MEROKOK ITU MAKRUH seperti yang dikatakan oleh Imam al-Bajuri dari kitab al-buyu’ dari hasyiyah syarah al-Ghoyah, perkataannya setelah menyebutkan hukum haram, ini pendapat yang lemah, begitu juga dengan perkataan bahwa hukumnya boleh, DAN YANG MU’TAMAD HUKUMNYA MAKRUH. Selesai.
iii- Wajib
Menurut pendapat Imam al-Bajuri, HUKUM MEROKOK ITU TERKADANG BISA WAJIB apabila akan terjadi bahaya jika meninggalkannya. Hal ini diterangkan dalam kitab: Hasyiyyah Al-Bajuri (Juz 1 hal. 343):
بـَلْ قَدْ يَعْتـَرِيْهِ اْلوُجُوْبُ كَمَا يَعْلَمُ الضَّرَرُ بِتَرْكِهِ.
[انظر كتاب حاشية البجوري : (جز 1 ص 343)].
HUKUM MEROKOK ITU TERKADANG BISA WAJIB apabila akan terjadi bahaya jika meninggalkannya. Selesai.
✯͜͡❂⊱•Tiga tingkatan hukum merokok tersebut, baik bersifat general maupun personal terangkum dalam penjelasan panjang Syaikh Sayyid 'Abdur Rahman ibn Muhammad ibn Husain ibn 'Umar Ba'alawiy Al Hadlromiy Asy Syafi'iy di dalam kitabnya Bughyatul Mustarsyidin (hal.260) :
(مسئلة ك) لم يرد في التنباك حديث عنه ولا أثر عن أحد من السلف، .......
والذي يظهر أنه إن عرض له ما يحرمه بالنسبة لمن يضره في عقله أو بدنه فحرام، كما يحرم العسل على المحرور والطين لمن يضره، وقد يعرض له ما يبيحه بل يصيره مسنوناً، كما إذا استعمل للتداوي بقول ثقة أو تجربة نفسه بأنه دواء للعلة التي شرب لها، كالتداوي بالنجاسة غير صرف الخمر، وحيث خلا عن تلك العوارض فهو مكروه، إذ الخلاف القوي في الحرمة يفيد الكراهة
[انظر كتاب بغية المسترشدين: (ص ٢٦٠). للشيخ السيد عبد الرحمن بن محمد بن حسين باعلوي الحضرمي الشافعي].
“Tidak ada hadis mengenai tembakau dan tidak ada atsar (ucapan dan tindakan) dari seorang pun di antara para shahabat Nabi -ﷺ-.…
Jelasnya, jika terdapat unsur-unsur yang membawa mudarat bagi seseorang pada akal atau badannya, maka hukumnya adalah haram sebagaimana madu itu haram bagi orang yang sedang sakit demam, dan lumpur itu haram bila membawa mudarat bagi seseorang.
Namun kadangkala terdapat unsur-unsur yang MUBAH TETAPI BERUBAH MENJADI SUNAH sebagaimana bila sesuatu YANG MUBAH ITU DIMAKSUDKAN UNTUK PENGOBATAN BERDASARKAN KETERANGAN TERPERCAYA ATAU PENGALAMAN DIRINYA BAHWA SESUATU ITU DAPAT MENJADI OBAT UNTUK PENYAKIT YANG DIDERITA sebagaimana berobat dengan benda najis selain khamr.
Sekiranya terbebas dari unsur-unsur haram dan mubah, maka hukumnya makruh karena bila terdapat unsur-unsur yang bertolak belakang dengan unsur-unsur haram itu dapat dipahami makruh hukumnya.” Selesai
✯͜͡❂⊱•Senada dengan penjelasan di atas, apa yang telah diuraikan oleh Mahmud Syaltut di dalam Al-Fatawa (hal.383-384) dengan sepenggal teks sebagai berikut:
إن التبغ ..... فحكم بعضهم بحله نظرا إلى أنه ليس مسكرا ولا من شأنه أن يسكر ونظرا إلى أنه ليس ضارا لكل من يتناوله, والأصل في مثله أن يكون حلالا ولكن تطرأ فيه الحرمة بالنسبة فقط لمن يضره ويتأثر به. .... وحكم بعض أخر بحرمته أوكراهته نظرا إلى ما عرف عنه من أنه يحدث ضعفا فى صحة شاربه يفقده شهوة الطعام ويعرض أجهزته الحيوية أو أكثرها للخلل والإضطراب.
Tentang tembakau … SEBAGIAN ULAMA MENGHUKUMI HALAL KARENA MEMANDANG BAHWASANYA TEMBAKAU TIDAKLAH MEMABUKKAN, dan hakikatnya bukanlah benda yang memabukkan, disamping itu juga tidak membawa mudarat bagi setiap orang yang mengkonsumsi. ...Pada dasarnya semisal tembakau adalah halal, tetapi bisa jadi haram bagi orang yang memungkinkan terkena mudarat dan dampak negatifnya. Sedangkan sebagian ulama' lainnya menghukumi haram atau makruh karena memandang tembakau dapat mengurangi kesehatan, nafsu makan, dan menyebabkan organ-organ penting terjadi infeksi serta kurang stabil. Selesai.
✯͜͡❂⊱•Dalam kitab Fathu Al-Mu’in (Hal. 580-581) ketika Syaikh Zainuddin Al-Malibariy menerangkan tentang had (sanksi pidana) dari meminum zat cair yang memabukan.
وخرج بالشراب ما حرم من الجامدات فلا حد فيها وإن حرمت وأسكرت بل التعزير: ككثير البنج والحشيشة والأفيون. ويكره أكل يسير منها من غير قصد المداومة ويباح لحاجة التداوي.
“Benda-benda padat yang haram dikecualikan dari minuman-minuman (dalam persoalan had). Maka, tidak ada had dalam benda-benda padat, kendati benda-benda tersebut haram dan memabukan. Yang ada hanya takzir seperti banyaknya (konsumsi) anastetik, ganja, dan opium. Memakan sedikit dari benda-benda padat tersebut hukumnya makruh dengan catatan tanpa adanya tujuan menkonsumsi secara rutin. Adapun jika untuk kebutuhan pengobatan, hukum mengkonsumsinya adalah boleh”. Selesai.
GANJA HANYA BOLEH DIKONSUMSI (SEBAGAI OBAT) BILA KEADAAN SESEORANG MEMENUHI TIGA SYARAT, yaitu : 1) seseorang berada pada keadaan hajat, 2) dilakukan oleh tenaga medis, dan 3) telah ada regulasi yang memperbolehkan.
1. Berada pada tingkatan hajat
✯͜͡❂⊱•Dijelaskan mengenai ganja, opium, tembakau, rokok, dan kopi oleh Prof DR. Wahbah Az-Zuhailiy di dalam kitab ya Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adillatuh (Cet. III, Jilid 6, hal. 166-167) sebagai berikut:
الحشيش والأفيون والبنج
يحرم كل ما يزيل العقل من غير الأشربة المائعة كالبنج والحشيشة والأفيون، لما فيها من ضرر محقق، ولا ضرر ولا ضرار في الإسلام، ولكن لا حد فيها؛ …
ويحل القليل النافع من البنج وسائر المخدرات للتداوي ونحوه؛ لأن حرمته ليست لعينه، وإنما لضرره
القهوة والدخان: سئل صاحب العباب الشافعي عن القهوة، فأجاب: للوسائل حكم المقاصد فإن قصدت للإعانة على قربة كانت قربة أو مباح فمباحة أو مكروه فمكروهة أو حرام فمحرمة وأيده بعض الحنابلة على هذا التفضيل. وقال الشيخ مرعي بن يوسف الحنبلي صاحب غاية المنتهى: ويتجه حل شرب الدخان والقهوة والأولى لكل ذي مروءة تركهما
[انظر كتاب الفِقْهُ الإسلاميُّ وأدلَّتُهُ : (ج ٧ ص ٥٥٠٥) / الفئة الثالثة ـ الأشربة الحلال في رأي ضعيف: وهي خليط الزبيب والتمر المطبوخ، والمتخذ من غير العنب والتمر / الحشيش والأفيون والبنج / المؤلف: أ. د. وَهْبَة بن مصطفى الزُّحَيْلِيّ، أستاذ ورئيس قسم الفقه الإسلاميّ وأصوله بجامعة دمشق - كلّيَّة الشَّريعة / الناشر: دار الفكر - سوريَّة - دمشق، بدون السنة].
“Ganja, Opium, dan Bahan Anastetik”
“Segala sesuatu yang menghilangkan akal dari selain minuman hukumnya haram seperti anastetik, ganja, dan opium, sebab di dalamnya ada bahaya yang nyata. Tidak boleh berbuat bahaya dan saling berbuat bahaya dalam Islam, namun tidak ada had dalam benda-benda padat ini…
Kadar sedikit dan bermanfaat dari bahan anastetik dan hal-hal lain yang menghilangkan akal untuk kepentingan pengobatan adalah halal. Sebab, keharaman itu semua bukan sebab wujudnya, melainkan sebab bahayanya.”
Masalah kopi dan rokok; penyusun kitab Al-'Ubab dari madzhab Asy-Syafi'i ditanya mengenai kopi, lalu ia menjawab: (Kopi itu sarana) hukum, setiap sarana itu sesuai dengan tujuannnya. Jika sarana itu dimaksudkan untuk ibadah maka menjadi ibadah, untuk yang mubah maka menjadi mubah, untuk yang makruh maka menjadi makruh, atau haram maka menjadi haram. Hal ini dikuatkan oleh sebagian ulama' dari madzhab Hanbaliy terkait penetapan tingkatan hukum ini. Syaikh Mar'i ibn Yusuf dari madzhab Hanbaliy, penyusun kitab Ghayah Al-Muntaha mengatakan : Jawaban tersebut mengarah pada ROKOK DAN KOPI ITU HUKUMNYA MUBAH, TETAPI BAGI ORANG YANG SANTUN LEBIH UTAMA MENINGGALKAN KEDUANYA. Selesai.
2. Dilakukan oleh Tenaga Medis
Penentuan kadar sedikit dan bermanfaat ini sejalan dengan kaidah-kaidah fikih dalam Al Aysbah Wa An Nadzair (Juz. 1 Hal. 84) karya Imam Al-Suyuthiy Asy Syafi'iy yakni
مَا أُبِيحَ لِلضَّرُورَةِ يُقَدَّرُ بِقَدْرِهَا
“Sesuatu yang diperbolehkan sebab keadaan darurat (sesuatu yang jika ditinggalkan akan mengantarkan pada kerusakan), maka kebolehannya disesuaikan dengan kadarnya”
Sebagai catatan, kebutuhan (sesuatu yang jika ditinggalkan bisa menimbulkan kepayahan dan kesulitan) dalam kaidah fikih menempati kedudukan darurat.
الْحَاجَةُ تَنْزِلُ مَنْزِلَةَ الضَّرُورَة
“Hajat menempati kedudukan darurat”
3. Harus ada regulasi yang memperbolehkan
Dalam konteks negara modern, kepatuhan seorang Muslim terhadap pemimpinnya adalah dengan mengikuti regulasi atau peraturan perundang-undangan yang ada di suatu negara. Dalam kitab Bughyah Al-Mustarsyidin, Syaikh Sayyid Abdurahman ibn Muhammad Al-Masyhur mengatakan :
تجب طاعة الإمام فيما أمر به ظاهراً وباطناً مما ليس بحرام أو مكروه ، فالواجب يتأكد ، والمندوب يجب ، وكذا المباح إن كان فيه مصلحة كترك شرب التنباك إذا قلنا بكراهته لأن فيه خسة بذوي الهيئات
“Mematuhi pemimpin hukumnya wajib dalam segala yang dia perintahkan baik secara lahir maupun batin jika perkara yang diperintahkan bukan perkara yang haram atau makruh. Perkara yang wajib akan menjadi kukuh dan perkara yang sunah akan menjadi wajib (jika diperintahkan oleh pemimpin). Perkara yang mubah dalam agama (jika diperintahkan oleh pemimpin) juga (menjadi wajib) jika di dalamnya terdapat kemaslahatan seperti meninggalkan merokok, jika memang kita menghukuminya makruh. Sebab, di dalam tindakan merokok terdapat kehinaan bagi orang-orang memiliki kedudukan.” Selesai.
*꧁࿐Ulama' Madzhab Imam Ahmad yang memperbolehkan Menghisap Rokok sebagaimana disebutkan dalam kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah (Juz. 10 Hal. 104) diantaranya adalah :
وَمِنَ الشَّافِعِيَّةِ: الْحِفْنِيُّ، وَالْحَلَبِيُّ، وَالرَّشِيدِيُّ، وَالشُّبْرَامَلْسِيُّ، وَالْبَابِلِيُّ، وَعَبْدُ الْقَادِرِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى الْحُسَيْنِيُّ الطَّبَرِيُّ الْمَكِّيُّ، وَلَهُ رِسَالَةٌ سَمَّاهَا (رَفْعُ الاِشْتِبَاكِ عَنْ تَنَاوُل التُّنْبَاكِ) .
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : (ج ١٠ ص ١٠٥) / حكم استعماله / القائلون بإباحته وأدلتهم / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت، الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ)].
Di antara Ulama' Pengikut Imam Asy Syafi'iy adalah : Al-Hifniy, Al-Halabiy, Al-Rasyidiy, Al-Syubramalsiy, Al-Babiliy, dan Abd Al-Qadir bin Muhammad bin Yahya al-Husayni Al-Thabari Al-Makki dia beliau mempunyai risalah yang dinamakan : " Raf'u Al Istibaak 'An Tanawuli At Tunbaak". Selesai.
*꧁࿐Ulama' Pengikut Madzhab Imam Asy Syafi'iy yang MENGHARAMKAN MENGHISAP ROKOK sebagaimana disebutkan dalam kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah (Juz. 10 Hal. 101) diantaranya adalah :
وَمِنَ الشَّافِعِيَّةِ: نَجْمُ الدِّينِ الْغَزِّيُّ، وَالْقَلْيُوبِيُّ، وَابْنُ عَلاَّنَ، وَغَيْرُهُمْ.
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : (ج ١٠ ص ١٠١) / حكم استعماله / القائلون بإباحته وأدلتهم / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت، الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ)].
Dari kalangan pengikut Imam Asy Syafi'iy yang mengharamkan merokok adalah : Imam Najmuddin Al Ghazziy, Al Qalyubiy, Ibnu 'Alaan, dan selain mereka. Selesai.
ïï)• Håñå£ï¥¥åh | حَنَفِيَْةُْ
Al-Thommah Al-Kubro berpendapat kalau menghukumi haram atau makruh itu harus ada dalil karena keduanya itu adalah hukum syar’i, sedangkan dalam masalah rokok ini tidak ada dalil (al-Qur’an atau Hadits) yang menetapkannya dengan hukum haram atau makruh, karena rokok tidaklah membuat mabuk, tidak mengganggu pikiran juga tidak membahayakan, bahkan ada beberapa manfaatnya sesuai dengan qoidah “Al-Aslu Fil Asyyaai Al-Ibaakhah”, karena sesuatu yang membahayakan bagi sebagian orang tidak bisa menjadi sebab mengharamkan kepada setiap orang. Seperti halnya madu!, pada satu sisi madu bisa membahayakan bagi orang yang mengidap penyakit kuning dan memperparah penyakitnya, tetapi di sisi lain madu bisa menjadi obat bagi penyakit yang lain dengan keterangan yang pasti bahwa madu adalah obat.
*꧁࿐Hal ini diterangkan oleh Imam Muhammad 'Alauddin Afandi Al Hanafi dalam kitabnya Qurrotu 'Uyunu Al Akhyaar = Takmillah Hasiyah Raddul Muhtar 'Ala Ad Durri Al Mukhtar (Juz 7 hal. 15):
وَأَقَامَ الطَّامَّةَ الْكُبْرَى عَلَى الْقَائِلِ بِالْحُرْمَةِ أَوْ بِالْكَرَاهَةِ فَإِنَّهُمَا حُكْمَانِ شَرْعِيَّانِ لَا بُدَّ لَهُمَا مِنْ دَلِيلٍ وَلَا دَلِيلَ عَلَى ذَلِكَ فَإِنَّهُ لَمْ يَثْبُتْ إسْكَارُهُ وَلَا تَفْتِيرُهُ وَلَا إضْرَارُهُ، بَلْ ثَبَتَ لَهُ مَنَافِعُ، فَهُوَ دَاخِلٌ تَحْتَ قَاعِدَةِ : "الْأَصْلُ فِي الْأَشْيَاءِ الْإِبَاحَةُ" وَأَنَّ فَرْضَ إضْرَارِهِ لِلْبَعْضِ لَا يَلْزَمُ مِنْهُ تَحْرِيمُهُ عَلَى كُلِّ أَحَدٍ ، فَإِنَّ الْعَسَلَ يَضُرُّ بِأَصْحَابِ الصَّفْرَاءِ الْغَالِبَةِ وَرُبَّمَا أَمْرَضَهُمْ مَعَ أَنَّهُ شِفَاءٌ بِالنَّصِّ الْقَطْعِيِّ.
[انظر كتاب قرة عيون الأخيار: تكملة رد المحتار على الدر المختار : (ج ٧ ص ١٥) / كتاب الأشربة / مؤلف التكملة: محمد علاء الدين أفندي، نجل ابن عابدين الحنفي [ت ١٣٠٦ هـ] / الناشر: دار الفكر، بيروت - لبنان، الطبعة: ١٤١٥ هـ - ١٩٩٥ مـ. وانظر كتاب حاشية رد المحتار، على الدر المختار: شرح تنوير الأبصار : (ج ٦ ص ٤٥٩ - ٤٦٠) / كتاب الأشربة / المؤلف: محمد أمين، الشهير بابن عابدين [ت ١٢٥٢ هـ] / الناشر: شركة مكتبة ومطبعة مصطفى البابي الحلبي وأولاده بمصر، الطبعة: الثانية ١٣٨٦ هـ = ١٩٦٦ مـ].
Ath-Thommah Al-Kubro berpendapat atas orang yang berpendapat dengan keharaman atau kemakruhan itu harus ada dalil karena keduanya itu adalah hukum syar’i, SEDANGKAN DALAM MASALAH ROKOK INI TIDAK ADA DALIL (AL-QUR’AN ATAU HADITS) YANG MENETAPKANNYA DENGAN HUKUM HARAM ATAU MAKRUH, karena rokok tidaklah membuat mabuk, tidak mengganggu pikiran juga tidak membahayakan, bahkan ada beberapa manfaatnya sesuai dengan qoidah “Al-Ashlu Fi Asyyaa'i Al-Ibaahah” (pada asalnya segala sesuatu itu boleh), karena sesuatu yang membahayakan bagi sebagian orang tidak bisa menjadi sebab mengharamkan kepada setiap orang. Seperti halnya madu!, pada satu sisi madu bisa membahayakan bagi orang yang mengidap penyakit kuning dan memperparah penyakitnya, tetapi di sisi lain madu bisa menjadi obat bagi penyakit yang lain dengan keterangan yang pasti bahwa madu adalah obat. Selesai.
*꧁࿐Ulama' Pengikut Madzhab Abu Hanifah YANG MEMPERBOLEHKAN MENGHISAP ROKOK sebagaimana disebutkan dalam kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah (Juz. 10 Hal. 104) diantaranya adalah :
الْقَائِلُونَ بِإِبَاحَتِهِ وَأَدِلَّتُهُمْ:
١٣ - ذَهَبَ إِلَى الْقَوْل بِإِبَاحَةِ شُرْبِ الدُّخَّانِ مِنَ الْحَنَفِيَّةِ: الشَّيْخُ عَبْدُ الْغَنِيِّ النَّابُلُسِيُّ، وَقَدْ أَلَّفَ فِي إِبَاحَتِهِ رِسَالَةً سَمَّاهَا (الصُّلْحُ بَيْنَ الإِْخْوَانِ فِي إِبَاحَةِ شُرْبِ الدُّخَّانِ) وَمِنْهُمْ صَاحِبُ الدُّرِّ الْمُخْتَارِ، وَابْنُ عَابِدِينَ، وَالشَّيْخُ مُحَمَّدٌ الْعَبَّاسِيُّ الْمَهْدِيُّ صَاحِبُ الْفَتَاوَى الْمَهْدِيَّةِ، وَالْحَمَوِيُّ شَارِحُ الأَْشْبَاهِ وَالنَّظَائِرِ.
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : (ج ١٠ ص ١٠٤) / حكم استعماله / القائلون بإباحته وأدلتهم / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت، الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ)].
Adapun orang-orang yang mengatakan halal dan dalil-dalilnya:
13 - Memegang pada pendapat dengan diperbolehkannya menghisap rokok dari kalangan ulama pengikut Imam Abu Hanifah diantaranya adalah: Syaikh Abdul-Ghanniy An -Nabulsiy, dan beliau mengarang sebuah risalah mengenai diperbolehkannya merokok yang ia namakan : "Ash Shulhu Baina Al Ikhwan Fi Ibahati Syurbi Ad Dukhan", dan di antara mereka adalah penulis kitab Raddu Al Mukhtar (Imam Al Hashkafiy), dan Ibnu 'Abidin, Dan Syaikh Muhammad Al 'Abbaasiy Al Mahdiy pemilik kitab : "Al Fatawa Al Mahdiyyah, dan Al Hamawiy pensyarah Al Ashbaah Wa An Nadzoir. Selesai.
*꧁࿐Syaikh Ahmad Ath Thahthawiy Al Hanafiy berkata dalam Kitabnya Hasyiyyah Ath Thahthawiy 'Ala Maraqi Al Falah (Hal. 665):
قوله ( وهو الدخان ) في الأشباه في قاعدة الأصل الإباحة أو التوقف ويظهر أثره فيما أشكل حاله كالحيوان المشكل أمره والنبات المجهول بسيمته ا هـ
قلت فيفهم منه حكم النبات الذي شاع في زماننا المسمى بالتتن فتنبه وقد كرهه الشيخ العمادي الحا قاله بالثوم والبصل بالأولى فتدبرا. انتهـى
[انظر كتاب حاشية الطحطاوي على مراقي الفلاح شرح نور الإيضاح : (ص ٦٦٥) / كتاب الصوم / باب مايفسد به الصوم وتجب به الكفارة مع القضاء / المؤلف: أحمد بن محمد بن إسماعيل الطحطاوي الحنفي (ت ١٢٣١ هـ)
ضبطه وصححه: محمد عبد العزيز الخالدي
الناشر: دار الكتب العلمية بيروت - لبنان، الطبعة: الطبعة الأولى ١٤١٨ هـ - ١٩٩٧ مـ].
Ucapannya (yang berupa rokok) dalam Al Asybah yang didasarkan pada prinsip dasar "Al Ashlu Al Ibahah Au At Tawaquf (boleh atau berhenti), dan dampaknya tampak pada hal-hal yang kondisinya bermasalah, misalnya hewan yang kondisinya bermasalah dan tumbuhan yang tidak diketahui ciri-cirinya. Selesai.
Aku berpendapat: maka dari situ dapat dipahami hukum tentang tumbuhan yang sekarang ini banyak disebut dengan nama “tutn”, maka beliau menjelaskannya, dan Syaikh Al-'Imadiy tidak menyukainya, beliau bersikukuh bahwa beliau telah menyebutkannya dengan bawang putih dan bawang bombay terlebih dahulu, maka kau renungkanlah keduanya. Selesai.
*꧁࿐Syaikh Abu Sa'id Al Khadimiy Al Hanafiy dalam kitabnya Muhammadiyyah Wa Syari'ah Nabawiyyah Fi Sirah Ahmadiyah (Juz. 1 Hal. 96):
(فَتَرْكُهَا أَوْلَى) ؛ لِأَنَّهَا تُوجِبُ الطُّمَأْنِينَةَ عَلَى النِّعَمِ الْفَانِيَةِ وَالنِّسْيَانَ عَمَّا يُوجِبُ الْأُلْفَةَ مَعَ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قِيلَ هُنَا وَمِنْ ذَلِكَ اسْتِعْمَالُ الْتُتْنَ وَالْقَهْوَةِ وَالصَّوَابُ عَدَمُ حُرْمَتِهِمَا وَكَرَاهَتِهِمَا؛ لِأَنَّهُمَا مِنْ الْبِدَعِ الْعَادِيَّةِ فَمَنْ حَرَّمَهُمَا لَزِمَهُ حُرْمَةُ الْبِدَعِ الْعَادِيَّةِ. انتهى
[انظر كتاب محمدية وشريعة نبوية في سيرة أحمدية : (ج ١ ص ٩٦) / الفصل الثاني في بيان البدع / أنواع البدعة وأحكامها / المؤلف: محمد بن محمد بن مصطفى بن عثمان، أبو سعيد الخادمى الحنفي (ت ١١٥٦هـ) / الناشر: مطبعة الحلبي، الطبعة: بدون طبعة، ١٣٤٨هـ].
(JADI LEBIH BAIK MENINGGALKANNYA); Karena ia dapat mendatangkan ketentraman, keberkahan sesaat dan melupakan dari apa yang mengharuskan adanya pertautan hati dengan Nabi -ﷺ- Disebutkan di sini termasuk penggunaan Tatan dan kopi. Dan yang benar tidak adanya keharaman keduanya dan Kemakruhan keduanya, Karena keduanya termasuk bid'ah adat biasa, maka barangsiapa yang mengharamkan keduanya, maka ia wajib mengharamkan bid'ah adat biasa tersebut. Selesai.
*꧁࿐Ulama' Pengikut Madzhab Abu Hanifah yang MENGHARAMKAN MENGHISAP ROKOK sebagaimana disebutkan dalam kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah (Juz. 10 Hal. 101) diantaranya adalah :
الأَْحْكَامُ الْمُتَعَلِّقَةُ بِالتَّبَغِ
حُكْمُ اسْتِعْمَالِهِ
٤ – مُنْذُ ظُهُورِ الدُّخَّانِ – وَهُوَ الاِسْمُ الْمَشْهُورُ لِلتَّبَغِ – وَالْفُقَهَاءُ يَخْتَلِفُونَ فِي حُكْمِ اسْتِعْمَالِهِ، بِسَبَبِ الاِخْتِلاَفِ فِي تَحَقُّقِ الضَّرَرِ مِنَ اسْتِعْمَالِهِ، وَفِي الأَْدِلَّةِ الَّتِي تَنْطَبِقُ عَلَيْهِ، قِيَاسًا عَلَى غَيْرِهِ، إِذْ لاَ نَصَّ فِي شَأْنِهِ
فَقَال بَعْضُهُمْ: إِنَّهُ حَرَامٌ، وَقَال آخَرُونَ: إِنَّهُ مُبَاحٌ، وَقَال غَيْرُهُمْ: إِنَّهُ مَكْرُوهٌ
وَبِكُل حُكْمٍ مِنْ هَذِهِ الأَْحْكَامِ أَفْتَى فَرِيقٌ مِنْ كُل مَذْهَبٍ، وَبَيَانُ ذَلِكَ فِيمَا يَلِي
الْقَائِلُونَ بِتَحْرِيمِهِ وَأَدِلَّتُهُمْ
٥ – ذَهَبَ إِلَى الْقَوْل بِتَحْرِيمِ شُرْبِ الدُّخَّانِ مِنَ الْحَنَفِيَّةِ: الشَّيْخُ الشُّرُنْبُلاَلِيُّ، وَالْمَسِيرِيُّ، وَصَاحِبُ الدُّرِّ الْمُنْتَقَى، وَاسْتَظْهَرَ ابْنُ عَابِدِينَ أَنَّهُ مَكْرُوهٌ تَحْرِيمًا عِنْدَ الشَّيْخِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْعِمَادِيِّ.
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : (ج ١٠ ص ١٠١) / حكم استعماله / القائلون بإباحته وأدلتهم / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت، الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ)].
Ketentuan terkait tembakau
Hukum penggunaannya
4-Sejak munculnya dukhon – sebutan populer untuk tembakau – para ahli fikih berbeda pendapat mengenai hukum penggunaannya, dengan sebab perbedaan pendapat apakah menimbulkan kerugian bagi para penggunanya, dan dalam dalil-dalil yang berlaku padanya, dianalogikan dengan yang lainnya, karena tidak ada teks tentang dia.
Sebagian dari mereka menjawab: Haram, sebagian lagi menjawab: Boleh, dan sebagian lagi menjawab: Tidak disukai.
Terhadap masing-masing putusan tersebut, kelompok dari masing-masing mazhab mengeluarkan fatwa yang dijelaskan sebagai berikut:
Yang mengatakan haram dan bukti-buktinya
5 - Syaikh Al-Syurunbulaliy, Al-Maisiriy, penulis Al-Durr Al-Muntaqa, dan Ibnu Abidin mendukung pendapat bahwa merokok MAKRUH TAHRIM menurut Syaikh Abdur-Rahman Al-Imadiy. Selesai.
ïïï)• Målïk便åh | مَالِكِيَْةُْ
BOLEH menghisap rokok
Dan pendapat yang paling kuat adalah HARAM, dan HARAM merokok didalam masjid masjid, majlis majlis ilmu, majlis majlis Qur'an, dan sebagainya karena baunya yang tak sedap
✯͜͡❂⊱•Menurut Syaikh Ali Al-Ajhuriy Al-Malikiy, MEROKOK DIHUKUMI SEBAGAI SESUATU YANG DIPERBOLEHKAN, dan pendapatnya tersebut juga di perkuat oleh pendapat Al-‘Arif Abdul Ghaniy An-Nabulsiy. Diterangkan di dalam kitab : 'Uyuunu Al Akhyaar = Takmilah Hasyiah Radd Al-Mukhtar, (Juz 7 hal. 15):
وَلِلْعَلَّامَةِ الشَّيْخِ عَلِيٍّ الْأُجْهُورِيِّ الْمَالِكِيِّ رِسَالَةٌ فِي حِلِّهِ نَقَلَ فِيهَا أَنَّهُ أَفْتَى بِحِلِّهِ مَنْ يُعْتَمَدُ عَلَيْهِ مِنْ أَئِمَّةِ الْمَذَاهِبِ الْأَرْبَعَةِ .قُلْت: وَأَلَّفَ فِي حِلِّهِ أَيْضًا سَيِّدُنَا الْعَارِفُ عَبْدُ الْغَنِيِّ النَّابْلُسِيُّ رِسَالَةً سَمَّاهَا ( الصُّلْحُ بَيْنَ الْإِخْوَانِ فِي إبَاحَةِ شُرْبِ الدُّخَانِ ) وَتَعَرَّضَ لَهُ فِي كَثِيرٍ مِنْ تَآلِيفِهِ الْحِسَانِ،
[انظر كتاب تكملة قرة عيون الأخيار = تكملة رد المحتار على الدر المختار : (ج ٧ ص ١٥) / كتاب الاشربة / مؤلف التكملة: محمد علاء الدين أفندي، نجل ابن عابدين الحنفي [ت ١٣٠٦ هـ] / الناشر: دار الفكر، بيروت - لبنان، الطبعة: ١٤١٥ هـ - ١٩٩٥ مـ].
Dan milik Al 'Alamah 'Aliy Al Ajhuriy Al Malikiy, sebuah risalah, yang membahas tentang kehalalannya, ia menukil di dalamnya bahwa ada salah seorang dari imam madzhab empat yang berpegang atasnya, menfatwakan dengan kehalalannya. Aku berkata : Dan Sayyidina Al 'Arif Abdul-Ghonniy An Nabulsiy juga menyusun sebuah risalah yang membahas tentang kehalalannya, risalah tersebut dinamakan : " (Ash Shulhu Baina Al Ikhwan Fi Ibahati Syurbi Ad Dukhon)", beliau membahasnya dalam banyak karya indahnya. Selesai.
*꧁࿐Syaikh 'Ulaisy Al Malikiy berkata dalam Kitabnya Fathu Al 'Aliy Al Malik Fi Al Fatwa 'Ala Madzhabi Al Imam Malik (Juz. 1 Hal. 189):
الْحَمْدُ لِلَّهِ الدُّخَانُ الْمَشْرُوبُ لَا نَصَّ فِيهِ لِلْمُتَقَدِّمِينَ لِعَدَمِ وُجُودِهِ فِي زَمَنِهِمْ، وَإِنَّمَا حَدَثَ بَعْدَ الْأَلْفِ، وَكَانَ حُدُوثُهُ فِي مِصْرَ فِي زَمَنِ اللَّقَانِيِّ وَالْأُجْهُورِيِّ فَأَفْتَى اللَّقَانِيُّ بِتَحْرِيمِهِ، وَنَسَبَ ذَلِكَ لِلشَّيْخِ سَالِمٌ السَّنْهُورِيُّ، وَأَلَّفَ فِي تَحْرِيمِهِ، وَتَبِعَهُ الْقُرَشِيُّ وَجَمَاعَاتٌ، وَعَلَّلَ بِتَعَالِيلَ مِنْهَا إضَاعَةُ الْمَالِ بِحَرْقِهِ مِنْ غَيْرِ فَائِدَةٍ، وَأَفْتَى الْأُجْهُورِيُّ بِعَدَمِ التَّحْرِيمِ، وَأَلَّفَ فِي ذَلِكَ وَرَدَّ عَلَى مَنْ قَالَ بِالتَّحْرِيمِ، وَتَبِعَهُ جَمَاعَاتٌ، وَاعْتَمَدَ أَكْثَرُ الْمُتَأَخِّرِينَ كَلَامَ الْأُجْهُورِيُّ، وَإِنْ كَانَتْ أَدِلَّةُ التَّحْرِيمِ أَقْوَى، وَكُلُّ هَذَا فِي غَيْرِ الْمَسَاجِدِ، وَالْمَحَافِلِ، وَأَمَّا فِيهَا فَلَا شَكَّ فِي التَّحْرِيمِ؛ لِأَنَّ لَهُ رَائِحَةً كَرِيهَةٌ،
[انظر كتاب فتح العلي المالك في الفتوى على مذهب الإمام مالك : (ج ١ ص ١٨٩) / مسائل المباح / المؤلف: محمد بن أحمد بن محمد عليش، أبو عبد الله المالكي (ت ١٢٩٩هـ)
الناشر: دار المعرفة - بدون السنة].
Alhamdulillah Dukhon (rokok) yang dihisap yang di dalamnya tidak ada Nash ketentuan bagi para ulama mutaqoddimin (pendahulu) karena tidak ada ditemukannya, pada masa mereka. Dan muncul setelah terbentuk, pertama muncul dimesir pada masa Syaikh Al-Laqaniy dan Al Ajhuriy. Dan Al Laqoniy berfatwa dengan keharamannya, dan ia menisbatkannya kepada SyAikh Salim Al -Sinhuriy, dan ia menyusun risalah tentang keharamannya, Al Qarosyi dan beberapa kelompok mengikutinya, dan kebanyakkan mutaakhirin (Ulama' zaman sekarang) memegang perkataan Al-Ajhuriy, meskipun dalil keharamannya lebih kuat, dan semua itu jika terjadi di tempat-tempat selain masjid dan tempat berkumpul, dan jika merokok dilakukan didalamnya, maka tidak ada keraguan raguan lagi tentang keharamannya, karena mempunyai bau yang tidak sedap, Selesai.
*꧁࿐Tersebut dalam kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah (Juz. 10 Hal. 111):
حُكْمُ الدُّخَّانِ مِنْ حَيْثُ الطَّهَارَةُ وَالنَّجَاسَةُ:
٢٩ - صَرَّحَ الْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ بِطَهَارَةِ الدُّخَّانِ.
قَال الدَّرْدِيرُ: مِنَ الطَّاهِرِ الْجَمَادُ، وَيَشْمَل النَّبَاتَ بِأَنْوَاعِهِ، قَال الصَّاوِيُّ: وَمِنْ ذَلِكَ الدُّخَّانُ
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : (ج ١٠ ص ١١١) / الأحكام المتعلقة بالتبغ: / حكم الدخان من حيث الطهارة والنجاسة / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت، الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ). و انظر كتاب الشرح الصغير : (ج ١ ص ١٩) ط الحلبي].
Hukum Dukhon (rokok) dari segi kesucian dan kenajisan:
29 - Malikiyyah dan Syafi'iyyah menyatakan bahwa dukhon itu suci.
Al-Dardir berkata: Dan termasuk dari benda-benda padat yang suci, termasuk didalamnya tumbuhan segala jenis. Al-Shawiy berkata: Dan dari situ ada Dukhon (rokok). Selesai.
*꧁࿐Ulama' Madzhab Imam Malik YANG MEMPERBOLEHKAN MENGHISAP ROKOK sebagaimana disebutkan dalam kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah (Juz. 10 Hal. 104) diantaranya adalah :
وَمِنَ الْمَالِكِيَّةِ: عَلِيٌّ الأَُجْهُورِيُّ، وَلَهُ رِسَالَةٌ فِي إِبَاحَتِهِ سَمَّاهَا (غَايَةُ الْبَيَانِ لِحِل شُرْبِ مَا لاَ يُغَيِّبُ الْعَقْل مِنَ الدُّخَّانِ) وَنَقَل فِيهَا الإِْفْتَاءَ بِحِلِّهِ عَمَّنْ يُعْتَمَدُ عَلَيْهِ مِنْ أَئِمَّةِ الْمَذَاهِبِ الأَْرْبَعَةِ، وَتَابَعَهُ عَلَى الْحِل أَكْثَرُ الْمُتَأَخِّرِينَ مِنَ الْمَالِكِيَّةِ، وَمِنْهُمُ: الدُّسُوقِيُّ، وَالصَّاوِيُّ، وَالأَْمِيرُ، وَصَاحِبُ تَهْذِيبِ الْفُرُوقِ.
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : (ج ١٠ ص ١٠٤ - ١٠٥) / حكم استعماله / القائلون بإباحته وأدلتهم / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت، الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ)].
Dan dari kalangan Malikiyyah: Imam 'Aliy Al -Ajhuriy, dan dia memiliki risalah dalam portofolionya (pembolehannya), namanya adalah (Ghoyatu Al Bayan Lihilli Syurbi Ma La Yughoyyabu Al 'Aqla Min Ad Dukhooni) dan menukil fatwa didalamnya tentang kehalalannya dari orang yang berpegang atasnya dari imam madzhab yang empat, dan mengikutinya atas kebolehannya kebanyakkan Ulama' Malikiyyah mutaakhirin, diantara mereka adalah : Imam Ad Dasuqiy, Ash Shawiy, Al Amir, dan Pengarang Kitab Tahdzibu Al Furuq. Selesai.
*꧁࿐Ulama' Pengikut Madzhab Imam Malik yang MENGHARAMKAN MENGHISAP ROKOK sebagaimana disebutkan dalam kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah (Juz. 10 Hal. 101) :
وَقَال بِتَحْرِيمِهِ مِنَ الْمَالِكِيَّةِ: سَالِمٌ السَّنْهُورِيُّ، وَإِبْرَاهِيمُ اللَّقَّانِيُّ، وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْكَرِيمِ الْفَكُّونُ، وَخَالِدُ بْنُ أَحْمَدَ، وَابْنُ حَمْدُونَ وَغَيْرُهُمْ.
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : (ج ١٠ ص ١٠١) / حكم استعماله / القائلون بإباحته وأدلتهم / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت، الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ)].
Dan diantara Ulama' Malikiyyah yang mengatakan HARAM adalah: Syaikh Salim Al-Sanhuriy, Ibrahim Al-Laqaniy, Muhammad bin Abdul-Karim Al-Fakun, Khalid bin Ahmad, Ibnu Hamdun, dan lain-lain selain mereka. Selesai.
ïv)• Håñåßïllåh | حَنَابِلَةُْ
Sebagian memperbolehkan rokok, sebagian lainnya memakruhkannya, dan sebagian yang lain mengharamkannya
✯͜͡❂⊱•Syaikh Musthafa Ar Ruhaibaniy Al Hanbaliy berkata dalam Kitabnya Mathalib Uli An Nuha Fi Syarhi Ghoyatu Al Muntaha (Juz. 6 Hal. 219):
وَكُلُّ أَهْلِ مَذْهَبٍ مِنْ الْأَرْبَعَةِ فِيهِمْ مَنْ حَرَّمَهُ، وَفِيهِمْ مَنْ كَرِهَهُ، وَفِيهِمْ مَنْ أَبَاحَهُ، وَلَكِنَّ غَالِبَ الشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَفِيَّةِ قَالُوا إنَّهُ مُبَاحٌ أَوْ مَكْرُوهٌ، وَبَعْضُهُمْ مَنْ حَرَّمَهُ، وَغَالِبُ الْمَالِكِيَّةِ حَرَّمَهُ، وَبَعْضٌ مِنْهُمْ كَرِهَهُ، وَكَذَا أَصْحَابُنَا سِيَّمَا النَّجْدِيُّونَ إلَّا أَنِّي لَمْ أَرَ مِنْ الْأَصْحَابِ مَنْ صَرَّحَ فِي تَأْلِيفِهِ بِالْحُرْمَةِ، وَظَاهِرُ كَلَامِ الْمُصَنِّفِ هُنَا وَفِي رِسَالَةٍ أَلَّفَهَا فِيهِ: الْإِبَاحَةُ، وَظَاهِرُ كَلَامِ الشَّيْخِ مَنْصُورٍ فِي آدَابِ النِّسَاءِ " الْكَرَاهَةُ ".
[انظر كتاب مطالب أولي النهى في شرح غاية المنتهى : (ج ٦ ص ٢١٩) / فصل حكم القهوة / تتمة التشبه بشراب الخمر / المؤلف: مصطفى بن سعد بن عبده السيوطي شهرة، الرحيبانى مولدا ثم الدمشقي الحنبلي (ت ١٢٤٣هـ) / الناشر: المكتب الإسلامي، الطبعة: الثانية، ١٤١٥هـ - ١٩٩٤مـ].
Dan semua Ahli Madzhab yang empat, didalam kalangan mereka : ada yang MENGHARAMKANNYA, ada yang MEMAKRUHKANNYA, dan sebagian dari mereka MEMPERBOLEHKANNYA, akan tetapi umum (kebanyakkan) menurut kalangan Ulama' Syafi'iyyah, Hanafiyyah, mereka mengatakan : MEROKOK HUKUMNYA MUBAH (BOLEH) ATAU MAKRUH, dan sebagian dari mereka ada yang berpendapat MENGHARAMKANNYA.
Dan umum menurut kalangan Ulama' Malikiyyah mereka MENGHARAMKANNYA, dan sebagian dari kalangan mereka MEMAKRUHKANNYA.
Begitu juga menurut kami (Hanabillah) terutama masyarakat nejed (Makkah)، akan tetapi aku tidak melihat dari Ashab (Hanabillah) orang yang menjelaskan didalam karangannya dengan KEHARAMKANNYA, dan dzohir dari ungkapan pengarang (mushannif) disana, dan dalam risalah yang disusun didalamnya adalah : IBAHAH (BOLEH), dan dzohir ungkapan Syaikh Manshur dalam kitab Adabu An Nisaa' adalah : AL KAROHAH (MAKRUH). Selesai.
*꧁࿐Ulama' Madzhab Imam Ahmad YANG MEMPERBOLEHKAN MENGHISAP ROKOK sebagaimana disebutkan dalam kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah (Juz. 10 Hal. 104):
وَمِنَ الْحَنَابِلَةِ: الْكَرْمِيُّ صَاحِبُ دَلِيل الطَّالِبِ، وَلَهُ رِسَالَةٌ فِي ذَلِكَ سَمَّاهَا (الْبُرْهَانُ فِي شَأْنِ شُرْبِ الدُّخَّانِ) .كَذَلِكَ قَال الشَّوْكَانِيُّ بِإِبَاحَتِهِ.
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : (ج ١٠ ص ١٠٥) / حكم استعماله / القائلون بإباحته وأدلتهم / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت، الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ)].
(Boleh Merokok) Dari kalangan Hanabilah diantaranya : Al-Karmi, penulis " Dalilu Ath Thalib", dan dia menulis risalah tentang semua itu, dan menamakannya (Al Burhanu Fi Sya'n Syurbi Ad Dukhon). Begitu juga Imam Asy-Syaukaniy mengatakan dengan MEMPERBOLEHKANNYA. Selesai.
*꧁࿐Ulama' Pengikut Madzhab Imam Malik yang MENGHARAMKAN MENGHISAP ROKOK sebagaimana disebutkan dalam kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah (Juz. 10 Hal. 106):
وَمِنَ الْحَنَابِلَةِ: الشَّيْخُ أَحْمَدُ الْبُهُوتِيُّ، وَبَعْضُ الْعُلَمَاءِ النَّجْدِيِّينَ.
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : (ج ١٠ ص ١٠٦) / حكم استعماله / القائلون بإباحته وأدلتهم / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت، الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ)].
(Mengharamkan Rokok) Dari kalangan Hanabilah diantaranya: Syaikh Ahmad Al-Buhutiy, dan beberapa ulama Najed (Makkah). Selesai.
✯͜͡❂⊱•Ulama Dari Kalangan Madzhab Empat Yang Mengharamkan, Memakruhkan, Memperbolehkan Rokok seperti tercantum dalam kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah keluaran dari Kementerian Wakaf Dan Urusan Islam Kuwait (Juz. 10 Hal. 100 - 102):
الْقَائِلُونَ بِتَحْرِيمِهِ وَأَدِلَّتُهُمْ:
٥ - ذَهَبَ إِلَى الْقَوْل بِتَحْرِيمِ شُرْبِ الدُّخَّانِ مِنَ الْحَنَفِيَّةِ: الشَّيْخُ الشُّرُنْبُلاَلِيُّ، وَالْمَسِيرِيُّ، وَصَاحِبُ الدُّرِّ الْمُنْتَقَى، وَاسْتَظْهَرَ ابْنُ عَابِدِينَ أَنَّهُ مَكْرُوهٌ تَحْرِيمًا عِنْدَ الشَّيْخِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْعِمَادِيِّ.
وَقَال بِتَحْرِيمِهِ مِنَ الْمَالِكِيَّةِ: سَالِمٌ السَّنْهُورِيُّ، وَإِبْرَاهِيمُ اللَّقَّانِيُّ، وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْكَرِيمِ الْفَكُّونُ، وَخَالِدُ بْنُ أَحْمَدَ، وَابْنُ حَمْدُونَ وَغَيْرُهُمْ.
وَمِنَ الشَّافِعِيَّةِ: نَجْمُ الدِّينِ الْغَزِّيُّ، وَالْقَلْيُوبِيُّ، وَابْنُ عَلاَّنَ، وَغَيْرُهُمْ.
وَمِنَ الْحَنَابِلَةِ الشَّيْخُ أَحْمَدُ الْبُهُوتِيُّ، وَبَعْضُ الْعُلَمَاءِ النَّجْدِيِّينَ.
وَمِنْ هَؤُلاَءِ جَمِيعًا مَنْ أَلَّفَ فِي تَحْرِيمِهِ كَاللَّقَّانِيِّ وَالْقَلْيُوبِيِّ وَمُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْكَرِيمِ الْفَكُّونِ، وَابْنِ عَلاَّنَ.
وَاسْتَدَل الْقَائِلُونَ بِالْحُرْمَةِ بِمَا يَأْتِي:
٦ - أ - أَنَّ الدُّخَّانَ يُسْكِرُ فِي ابْتِدَاءِ تَعَاطِيهِ إِسْكَارًا سَرِيعًا بِغَيْبَةٍ تَامَّةٍ، ثُمَّ لاَ يَزَال فِي كُل مَرَّةٍ يَنْقُصُ شَيْئًا فَشَيْئًا حَتَّى يَطُول الأَْمَدُ جِدًّا، فَيَصِيرُ لاَ يُحِسُّ بِهِ، لَكِنَّهُ يَجِدُ نَشْوَةً وَطَرَبًا أَحْسَن عِنْدَهُ مِنَ السُّكْرِ. أَوْ أَنَّ الْمُرَادَ بِالإِْسْكَارِ: مُطْلَقُ الْمُغَطِّي لِلْعَقْل وَإِنْ لَمْ يَكُنْ مَعَهُ الشِّدَّةُ الْمُطْرِبَةُ، وَلاَ رَيْبَ أَنَّهَا حَاصِلَةٌ لِمَنْ يَتَعَاطَاهُ أَوَّل مَرَّةٍ. وَهُوَ عَلَى هَذَا يَكُونُ نَجِسًا، وَيُحَدُّ شَارِبُهُ، وَيَحْرُمُ مِنْهُ الْقَلِيل وَالْكَثِيرُ.
٧ - ب - إِنْ قِيل: إِنَّهُ لاَ يُسْكِرُ، فَهُوَ يُحْدِثُ تَفْتِيرًا وَخَدَرًا لِشَارِبِهِ، فَيُشَارِكُ أَوَّلِيَّةَ الْخَمْرِ فِي نَشْوَتِهِ،
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : (ج ١٠ ص ١٠٠ - ١٠٢) / حكم استعماله / القائلون بإباحته وأدلتهم / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت، الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ)].
Adapun orang-orang yang MENGATAKAN HARAM DAN DALIL-DALILNYA:
5 - Menggunakan pendapat ROKOK HARAM dari kalangan Hanafiyyah diantarnya adalah Syaikh Al-Syurunbulaliy, Al-Maisiriy, penulis Al-Durr Al-Muntaqa, dan Ibnu 'Abidin memperlihatkan pendapat BAHWA MEROKOK ITU HARAM, menurut Syaikh Abdur-Rahman Al-'Imadiy.
Di antara kalangan Malikiyyah YANG MENGATAKAN HARAM adalah: Salim Al-Sanhuriy, Ibrahim Al-Laqaniy, Muhammad bin Abdul-Karim Al-Fakun, Khalid bin Ahmad, Ibnu Hamdun, dan selain mereka.
Di kalangan Syafi’iiyyah diantarnya : Najmuddin Al-Ghaziy, Al-Qalyubiy, Ibnu Allan, dan lain-lain.
Di antara kalangan Hanabillah adalah : Syaikh Ahmad Al-Buhutiy, dan beberapa ulama Najed (Makkah).
Diantaranya ada yang menulis tentang larangannya, seperti Al-Laqaniy, Al-Qalyubiy, Muhammad bin Abdul-Karim Al-Fakun, dan Ibnu 'Alaan.
Mereka yang mengatakan larangan tersebut menggunakan dalil sebagai berikut:
6 - A - Rokok mula-mula menyebabkan mabuk dengan cepat dan menyeluruh, kemudian terus berkurang setiap saat, sedikit demi sedikit, hingga berlangsung sangat lama. Dia tidak lagi merasakannya, tetapi dia menemukan ekstasi dan kegembiraan lebih baik daripada mabuk, atau yang dimaksud dengan mabuk adalah sesuatu yang menutupi pikiran secara menyeluruh, meskipun tidak mempunyai intensitas yang menekan, dan tidak diragukan lagi demikian halnya bagi mereka yang baru pertama kali meminumnya. Oleh karena itu, ia menjadi najis, dan siapa pun yang meminumnya, dilarang meminumnya, dan ia dilarang memakannya, baik sedikit maupun banyak.
7 - B - Jika dikatakan: Tidak memabukkan, maka menyebabkan peminumnya lesu dan mati rasa, sehingga bercampur unsur araknya dalam euforianya (kegembiraannya). Selesai.
✯͜͡❂⊱•أَلحَمْدُ لِلّـهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتُمُّ الصّالِحَاتُ✯͜͡❂⊱•
•._.••´¯``•.¸¸.•` 🎀 𝑀𝒶𝑔𝑒𝓁𝒶𝓃𝑔: 🎀 `•.¸¸.•``¯´••._.•
٩ شوّالـــ ١٤٤٥ هـ
18 คpril 2024 ๓