Bismillahirrohmaanirrohiim

Tampilkan postingan dengan label KEWAJIBAN SABAR DAN SYUKUR BERSAMAAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KEWAJIBAN SABAR DAN SYUKUR BERSAMAAN. Tampilkan semua postingan

Minggu, 04 Desember 2022

اَلوُجُوْب عَلى الصٌَبرِ والشـكرِ مَعا | WAJIB SABAR DAN SYUKUR BERSAMAAN

 


 


"
(edisi sekalipun tidak diberi kebaikkan oleh sesama manusia akan tetapi tetap bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada sesama)

Orang biasa sekecil rambut pinoro sosro (sehelai rambut dibagi 1000) atau sak lugute kolang kaling(satu miang/selara/bulu buah kolang kaling) pasti ada rasa tidak enak dihati jikalau meminta bantuan atau menginginkan suatu kebaikkan dari orang lain namun tidak terpenuhi ataupun dipenuhi. Akan tetapi orang yang bijak dan penuh hikmah pasti akan tetap bersyukur kepada Allah ﷻ dan berterima kasih kepada sesama hambaNya sekalipun hamba sesamanya tersebut tidak memberikan atau memenuhi akan keinginannya.

Dalam beberapa riwayat Hadits Syarif Rasulullah ﷺ mengajarkan agar mau berterima kasih kepada sesama sekalipun hanya dengan ucapan جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan) karena pada hakikatnya orang mau berterima kasih kepada sesamanya,  sama saja dengan  telah bersyukur kepada Allah ﷻ :

Dalam beberapa riwayat hadits dijelaskan :

حَدَّثَنَا بَهْزٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ مُسْلِمٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:

_*«لَا يَشْكُرُ اللهَ، مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ»*_  
[رواه أحمد واللفظ له  ابتداء مسند أبي هريرة / رقم الحديث : ٧٩٢٥. وأبو داود. وابن حبان والطيالسي، وهو حديث صحيح صححه العلامة الألباني].

Telah menceritakan kepada kami : Bahz telah menceritakan kepada kami : Ar Rabi' bin Muslim, dia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Ziyad. Dari Abu Hurairah, beliau  berkata; Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

_*"Tidak bersyukur kepada Allah adalah orang yang tidak berterima kasih kepada manusia."*_
[HR. Ahmad Dan Lafadz Miliknya / Ibtida'u Musnad Abi Hurairah Radhiyallahu Anhu / No. Hadits : 7925. Abu Dawud. Ibnu Hibbab. Ath Thayalisiy. Dan Itu HADITS SHAHIH Seperti Dishahihkan Oleh Al Albaniy Tokoh Wahhabiy].


Dalam riwayat hadits yang lainnya dijelaskan :

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ سَلْمِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ زِيَادِ بْنِ كُلَيْبٍ، عَنِ الْأَشْعَثِ بْنِ قَيْسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:

_*« لَا يَشْكُرُ اللهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ»*_
[رواه أحمد /  تتمة مسند الأنصار / حديث الأشعث بن قيس الكندي / رقم الحديث : ٢١٨٣٨].
 
Telah bercerita kepada kami : Waki'. Dari Sufyan. Dari Salam bin 'Abdur Rahman. Dari Ziyad bin Kulaib. Dari Al Asy'ats bin Qais, beliau berkata: Rasulullah ﷺ pernah  bersabda:

_"Tidaklah bersyukur kepada Allah adalah orang yang tidak mau berterima kasih kepada sesama."*_
[HR. Ahmad / Titimmatu Musnad Al Anshar / Hadits Al Asy'ats Bin Qais Al Kindiy / No. Hadits : 22838].


Dalam redaksi lain Imam Bukhariy meriwayatkan dalam kitab Tarikhnya Al Adabu Al Mufrad :

 حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ مُسْلِمٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ  قَالَ‏:‏

_*«لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ‏»*_
[رواه البخاري في الآداب المفراد / ١٠ - كتاب الرعاية /  ١١٢ - بَابُ مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ / للإمام محمد بن إسماعيل البخاري (ت ٢٥٦ هـ)
المحقق: محمد فؤاد عبد الباقي / رقم الحديث : ٢١٨ /  الناشر: المطبعة السلفية ومكتبتها - القاهرة الطبعة: الثانية،١٣٧٩ مـ].

Telah menceritakan kepada kami: Musa bin Isma'il, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Ar Rabi' bin Muslim, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Ziyad. Dari Abu Hurairah beliau 'Anhu. Dari Nabi ﷺ, beliau pernah bersabda :

_"Tidaklah bersyukur kepada Allah adalah orang yang tidak mau berterima kasih kepada sesama."*_
[HR. Bukhariy Dalam Al Adabu Al Mufrad / 10 - Kitabu Ar Ri'ayah / 112 - Babu Man Lam Yasykariy An Naasi / Karya Imam Al Bukhariy / No. Hadits : 218 / Cet. Kedua : Ath Thab'ah As Salafiyyah Wa Maktabatuha - Kairo Th. 1379 H].


Dalam redaksi riwayat Imam Tirmidziy dijelaskan :

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ المُبَارَكِ قَالَ: حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ مُسْلِمٍ قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ :

_*«مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ»*_

هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ
(رواه الترمذي / ٢٥ - كتاب البر والصلة عن رسول الله ﷺ / باب ما جاء في الشكر لمن أحسن إليك / (وقال الترمذي: حديث حسن صحيح) / رقم الحديث : ١٩٤٦].

Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Muhammad. Telah mengabarkan kepada kami : 'Abdullah bin Mubarak. Telah menceritakan kepada kami : Ar Rabi' bin Muslim. Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Ziyad. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu  Anhu, beliau  berkata; Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

_*"Siapa yang tidak pandai bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, berarti ia belum bersyukur kepada Allah."*_

Abu Isa (At Tirmidziy)  berkata; Ini adalah HADITS HASAN SHAHIH.
[HR. Tirmidziy / 25 - Kitabu Al Birri Wa As Shilah 'An Rasulullah ﷺ / Babu Ma Ja'a Fi Asy Syukri Liman Ahsana Ilaika / Tirmidziy Berkata : HADITS HASAN SHAHIH/ No. Hadits : 1946].


Dalam redaksi lain riwayat Imam Ahmad dan Imam Ibnu Abi Syaibah dijelaskan :

حَدَّثَنَا بَهْزٌ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ طَلْحَةَ بْنِ مُصَرِّفٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ شَرِيكٍ الْعَامِرِيِّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَدِيٍّ الْكِنْدِيِّ، عَنِ الْأَشْعَثِ بْنِ قَيْسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ :

_*«إِنَّ أَشْكَرَ النَّاسِ لِلَّهِ أَشْكَرُهُمْ لِلنَّاسِ»*_
(ورواه أحمد واللفظ له /  تتمة مسند الأنصار / حديث الأشعث بن قيس الكندي / رقم الحديث : ٢١٨٤٦. و ابن أبي شيبة في المصنف والبيهقي في السنن الكبرى. وصححه الألباني].

Telah bercerita kepada kami : Bahz. Telah bercerita kepada kami : Muhammad bin Thalhah bin Musharrif. Dari Abdullah bin Syarik Al 'Amiri. Dari 'Abdur Rahman bin 'Adi Al Kindi. Dari Al Asy'ats bin Qais, beliau berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:

_*"Orang yang paling bersyukur pada Allah AzzaWaJalla adalah yang paling berterima kasih kepada sesama."*_
[HR. Ahmad Dan Lafadz Miliknya / Titimmatu Musnad Al Anshari / Hadits Al Asy'ats Bin Qais Al Kindiy / No. Hadits : 21486. Ibnu Abi Syaibah Dalam Al Mushannaf. Baihaqiy Dalam Sunan Al Kubra. Dan DISHAHIHKAN Oleh Al Albani Tokoh Wahhabiy].


📚Imam Tajuddin Al Munawiy Al Mishriy dalam kitabnya Faidlu Al Qadir Syarhu Jami'u Ash Shaghir menjelaskan :

(أشكر الناس لله) تعالى أي من أكثرهم شكرا له (أشكرهم للناس) لأنه سبحانه جعل للنعم وسائط منهم وأوجب شكر من جعله سببا لإفاضتها كالأنبياء والصحابة والعلماء فزيادة العبد في شكرهم زيادة في شكر ربه إذ هو المنعم بالحقيقة فشكرهم شكره ونعم الله منها بغير واسطة كأصل خلقته ومنها بواسطة وهي ما على أيدي الناس فتتقيد بشكرهم ومكافأتهم فإذا شكر الوسائط ففي الحقيقة قد شكر المنعم بإيجاد أصل النعمة ثم بتسخير الوسائط
[انظر كتاب فيض القدير شرح الجامع الصغير : ج ١ ص ٥٢٤ / حرف الهمزة / للإمام زين الدين محمد المدعو بعبد الرؤوف بن تاج العارفين بن علي بن زين العابدين الحدادي ثم المناوي القاهري (ت ١٠٣١هـ) / الناشر: المكتبة التجارية الكبرى - مصر الطبعة: الأولى، ١٣٥٦ هـ].

(Saya berterima kasih kepada orang-orang karena Allah) Yang Maha Tinggi, yaitu, sekian dari orang banyak yang paling berterima kasih kepada-Nya (saya berterima kasih kepada orang-orang) karena Allah Maha Suci Allah, Allah telah menjadikan dari mereka perantara untuk mendapatkan anugerah, dan diwajibkan untuk berterima kasih kepada orang yang Allah telah menjadikannya sebagai sebab untuk memanjanglebarkannya, seperti para Nabi, Sahabat dan Ulama'.

Maka bertambahnya rasa syukur seorang hamba kepada mereka adalah bertambahnya rasa syukur kepada Tuhannya, karena Dia adalah Pemberi Anugerah secara nyata, maka ketika  berterima kasih kepada mereka maka artinya bersyukur kepada-Nya dan anugerah-anugerah Allah diantaranya dengan langsung  tanpa perantara seperti asal terciptanya, dan diantaranya anugerah yang didapatkan dengan perantaraan yaitu sesuatu yang menjadi kekuasaan manusia seperti mampu  mengendalikan diri untuk berterima kasih kepada mereka memberikan penghargaan kepada mereka, maka ketika mau bersyukur/berterima kasih kepada para perantara maka didalam  hakikat kenyataannyanya sesungguhnya adalah sama dengan telah bersyukur kepada Yang Maha Memberi Anugerah dengan menemukan asal muasal anugerah kenikmatan, kemudian  memanfaatkan para perantara.
[Lihat Kitab Faidhlu Al Qadir Syarhu Jami'u Ash Shaghir : juz 1 hal 524 / Harfu Al Hamzah / Karya Imam Tajuddin Al Munawiy Al Mishriy / Cet. Pertama : Al Maktabah At Tijariyyah Al Kubra - Mesir Th. 1356 H].


📚Al Imam Al-Khaththabiy  rahimahullah ta'ala dalam kitabnya Mu'alimu As Sunan Syarhu Sunan Abi Dawud berkata :

هذا يُتأول على وجهين: أحدهما: أن من كان طبعه وعادته كفران نعمة الناس وترك الشكر لمعروفهم، كان من عادته كفران نعمة الله تعالى وترك الشكر له

والوجه الآخر: أن الله سبحانه لا يقبل شكرَ العبد على إحسانه إليه، إذا كان العبدُ لا يشكرُ إحسان الناس ويكفر معروفهم

هذا الحديث فيه ذم لمن لم يشكر الناس على إحسانهم. وفيه أيضا الحث على شكر الناس على إحسانهم. وشكر الناس على إحسانهم يكون بالثناء عليهم وبالكلمة الطيبة وبالدعاء لهم
[انظر كتاب معالم السنن، وهو شرح سنن أبي داود : ج ١ ص ١١٣ / كتاب الأدب / ومن باب في الرفق / للإمام أبو سليمان حمد بن محمد بن إبراهيم بن الخطاب البستي المعروف بالخطابي (ت ٣٨٨هـ) / الناشر: المطبعة العلمية - حلب الطبعة: الأولى ١٣٥١ هـ - ١٩٣٢ مـ].

“Hadits ini (hadits pertama) ditafsirkan dalam dua makna :

Makna pertama :

Orang yang tabiat dan kebiasaannya mengingkari nikmat yang didapatnya melalui orang lain dan tidak berterimakasih atas kebaikan manusia, maka biasanya juga suka mengingkari nikmat Allah Ta’ala dan tidak bersyukur kepada-Nya.

Makna kedua :

Allah Subhanahu tidak menerima (amalan) syukur seorang hamba atas perbuatan baik Allah kepadanya jika ia tidak berterimakasih atas perbuatan baik manusia dan mengingkari kebaikan mereka.

“Dalam hadits ini terdapat celaan orang yang tidak berterimakasih kepada manusia atas perbuatan baik mereka. Didalamnya juga terdapat dorongan untuk berterimakasih kepada manusia atas perbuatan baik mereka. Sedangkan berterimakasih kepada manusia atas perbuatan baik mereka itu dengan cara memuji mereka, dengan (mengucapkan) kalimat baik serta mendoakan kebaikan untuk mereka”.
[Lihat Kitab Mu'alimu As Sunan Syarhu Abi Dawud : juz 1 hal 113 / Kitabu Al Adabi / Wa Min Babi Fi Ar Rifqiy / Karya Imam Al Khathaabiy / Cet. Pertama : Al Mathba'ah Al 'Ilmiyyah - Halb Th. 1351 H - 1932 M].


📚Imam Ibnul Atsir rahimahullah berkata dalam kitabnya An-Nihayah Fi Gharibi Al Haditsi Wa Al Atsari :

مَعْنَاهُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَا يَقْبَلُ شُكْرَ الْعَبْدِ عَلَى إحْسَانِهِ إلَيْهِ إذَا كَانَ الْعَبْدُ لَا يَشْكُرُ إحْسَانَ النَّاسِ وَيَكْفُرُ أَمْرَهُمْ ; لِاتِّصَالِ أَحَدِ الْأَمْرَيْنِ بِالْآخَرِ ،

وَقِيلَ مَعْنَاهُ : أَنَّ مَنْ كَانَ عَادَتُهُ وَطَبْعُهُ كُفْرَانَ نِعْمَةِ النَّاسِ وَتَرْكَ شُكْرِهِ لَهُمْ كَانَ مِنْ عَادَتِهِ كُفْرُ نِعْمَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَتَرْكُ الشُّكْرِ لَهُ ،

وَقِيلَ مَعْنَاهُ أَنَّ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ كَانَ كَمَنْ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَأَنَّ شُكْرَهُ كَمَا تَقُولُ لَا يُحِبُّنِي مَنْ لَا يُحِبُّكَ أَيْ : أَنَّ مَحَبَّتَكَ مَقْرُونَةٌ بِمَحَبَّتِي فَمَنْ أَحَبَّنِي يُحِبّكَ ، وَمَنْ لَا يُحِبُّكَ فَكَأَنَّهُ لَمْ يُحِبَّنِي .

وَهَذِهِ الْأَقْوَالُ مَبْنِيَّةٌ عَلَى رَفْعِ اسْمِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَنَصْبِهِ .
[انظر كتاب النهاية في غريب الحديث والأثر : ج ٢ ص ٤٩٣ - ٢٤٩٤ / باب الشين مع القاف / (شقل) / للإمام مجد الدين أبو السعادات المبارك بن محمد بن محمد بن محمد ابن عبد الكريم الشيباني الجزري ابن الأثير (ت ٦٠٦هـ) / الناشر: المكتبة العلمية - بيروت، ١٣٩٩هـ - ١٩٧٩مـ].

Maknanya : Allah Ta’ala tidak menerima (amalan) syukur seorang hamba atas perbuatan baik Allah kepadanya jika ia tidak berterimakasih atas perbuatan baik manusia dan mengingkari kebaikan mereka, karena memang dua hal ini saling berkaitan erat.

Ada yang berpendapat maknanya :

Bahwa orang yang tabiat dan kebiasaannya mengingkari nikmat yang didapatnya melalui orang lain dan tidak berterimakasih atas kebaikan manusia, maka biasanya juga suka mengingkari nikmat Allah ‘Azza Wa Jalla dan tidak bersyukur kepada-Nya.

Ada yang berpendapat maknanya :

orang yang tidak berterimakasih kepada manusia seperti orang yang tidak bersyukur kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, meskipun ia bersyukur kepada-Nya, sama seperti anda mengucapkan : “Tidaklah mencintaiku orang yang tidak mencintaimu”. Maksudnya cinta (orang) kepadamu terikat dengan cinta (nya) kepadaku, maka barang siapa mencintaiku haruslah ia mencintaimu, (sebaliknya) baransiapa yang tidak mencintaimu seolah-olah ia tidak mencintaiku!

Semua pendapat ini dibangun atas didhommahkannya kata  الله ‘Azza Wa Jalla dan difatahkannya.
[Lihat Kitab An Nihayah Fi Gharibi Al Haditsi Wa Al Atsari : juz 2 hal 493 - 494 / Babu Asy Syini Ma'a Al Qaafi / Syaqila / Karya Imam Majduddin Ibnu Al Atsir / Cet. Al Maktabah Al 'Ilmiyyah - Beirut Th. 1399 H - 1979 M].


📚Dan berikut kutipan pendapat Imam Ibnu Arabi dalam kitab Faidul Qodir karya Imam Al Munawiy menjelaskan:

(مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ) قَالَ ابْنُ الْعَرَبِيِّ: رُوِيَ بِرَفْعِ الْجَلَالَةِ وَ "النَّاسَ"، وَمَعْنَاهُ: مَنْ لَا يَشْكُرُهُ النَّاسُ لَا يَشْكُرُهُ اللَّهُ، وَبِنَصْبِهِمَا، أَيْ: مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ بِالثَّنَاءِ بِمَا أَوْلَوْهُ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ، فَإِنَّهُ أَمَرَ بِذَلِكَ عَبِيدَهُ، أَوْ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ كَمَنْ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ، وَمَنْ شَكَرَهُمْ كَمَنْ شَكَرَهُ، وَبِرَفْعِ "النَّاسَ" وَنَصْبِ الْجَلَالَةِ، وَبِرَفْعِ الْجَلَالَةِ وَنَصْبِ "النَّاسَ"، وَمَعْنَاهُ: لَا يَكُونُ مِنَ اللَّهِ شَاكِرًا إِلَّا مَنْ كَانَ شَاكِرًا لِلنَّاسِ، وَشُكْرُ اللَّهِ ثَنَاؤُهُ عَلَى الْمُحْسِنِ وَإِجْرَاؤُهُ النِّعَمَ عَلَيْهِ بِغَيْرِ زَوَالٍ،
[انظر كتاب فيض القدير شرح الجامع الصغير : ج ٦ ص ٢٤٠ / حرف الميم / للإمام زين الدين محمد المدعو بعبد الرؤوف بن تاج العارفين بن علي بن زين العابدين الحدادي ثم المناوي القاهري (ت ١٠٣١هـ) / الناشر: المكتبة التجارية الكبرى - مصر الطبعة: الأولى، ١٣٥٦ هـ].


Ibnu Arabi berkata:

Hadis tersebut diriwayatkan dengan merofa’kan lafadz jalalah (الله) dan lafadz الناس, maknanya adalah barang siapa yang tidak bersyukur kepada Allah, maka Allah tidak akan bersyukur kepada mereka.

Dengan menashabkan keduanya (lafadz الله dan الناس), maknanya adalah barang siapa yang tidak berterima kasih kepada orang-orang yang telah berbuat baik kepadanya, maka Allah tidak akan bersyukur pula kepadanya, karena sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk senantiasa berterima kasih kepada sesama. Atau makna lainnya adalah orang yang tidak bersyukur terhadap sesama seperti orang yang tidak bersyukur kepada Allah. Dan orang yang bersyukur terhadap sesama seperti orang yang bersyukur kepada Allah.

Menashabkan lafadz الله dan merofa’kan lafadz الناس atau sebaliknya (merofa’kan lafadz الله dan menashabkan  lafadz الناس), adapun maknanya adalah seseorang tidak dapat dikatakan bersyukur kepada Allah kecuali ia telah bersyukur kepada sesama manusia. Adapun yang dimaksud “Allah beryukur” adalah pujian-Nya kepada orang-orang yang berbuat baik dan memberikan mereka nikmat tanpa kehilangannya.
[Lihat Kitab Faidlu Al Qadir Syarhu Jami'u Ash Shaghir : juz 6 hal 240 / Harfu Al Mim / Karya Imam Al Munawiy Al Mishriy / Cet. Pertama : Al Maktabah At Tijariyyah Al Kubra - Mesir Th. 1356 H].


📚Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy menjelaskan dalam kitabnya Madariju As Salikin Baina Manazili Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in:

أَنَّ الشُّكْرَ يَكُونُ بِالْقَلْبِ خُضُوعًا وَاسْتِكَانَةً، وَبِاللِّسَانِ ثَنَاءً وَاعْتِرَافًا، وَبِالْجَوَارِحِ طَاعَةً وَانْقِيَادًا.
[انظر كتاب مدارج السالكين بين منازل إياك نعبد وإياك نستعين : ج ٢ ص ٢٣٧ / فصل منزلة الشكر / فصل تعريف ابن القيم للشكر / للإمام ابن القيم الجوزيه الحنبلي / المحقق: محمد المعتصم بالله البغدادي / الناشر: دار الكتاب العربي - بيروت الطبعة: الثالثة، ١٤١٦ هـ - ١٩٩٦مـ]

“Bersyukur bisa dengan hati dengan cara khudu’ (merendahkan diri) dan menyandarkan kepada-Nya. Secara lisan dengan menyanjung dan mengakuinya. Secara anggota tubuh dengan ketaatan dan pelaksanaan.
[Lihat Kitab Madarijus salikin Baina Manazili Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in : juz 2 hal 237 / Fashlun Manzilatu Asy Syukri / Fashlun Ta'rifu Ibni Al Qayyim Lisysyukri /  Karya Imam Ibnu Al Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy / Cet. Ketiga : Dar Al Kitab Al 'Arabiy - Beirut Th. 1416 H - 1996 M].


📚Dalam kesempatan lain Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy juga menjelaskan dalam kitabnya hakikat syukur dalam ibadah :

وَهُوَ ظُهُورُ أَثَرِ نِعْمَةِ اللَّهِ عَلَى لِسَانِ عَبْدِهِ: ثَنَاءً وَاعْتِرَافًا. وَعَلَى قَلْبِهِ: شُهُودًا وَمَحَبَّةً. وَعَلَى جَوَارِحِهِ: انْقِيَادًا وَطَاعَةً.
[انظر كتاب مدارج السالكين بين منازل إياك نعبد وإياك نستعين : ج ٢ ص ٢٣٤ / فصل منزلة الشكر / فصل أصل الشكر في اللغة / للإمام ابن القيم الجوزيه الحنبلي / المحقق: محمد المعتصم بالله البغدادي / الناشر: دار الكتاب العربي - بيروت الطبعة: الثالثة، ١٤١٦ هـ - ١٩٩٦مـ]

“Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah padanya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran bahwa ia telah mendapat nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah”
[Lihat Kitab Madarijus salikin Baina Manazili Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in : juz 2 hal 234 / Fashlun Manzilatu Asy Syukri / Fashlun Ashlu Asy Syukri Fi Al Lughati /  Karya Imam Ibnu Al Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy / Cet. Ketiga : Dar Al Kitab Al 'Arabiy - Beirut Th. 1416 H - 1996 M].


Dan sebaik baik kata yang diucapka bagi orang yang berbuat baik maupun buruk adalah JazakaAllahu Khair, sebagaimana riwayat hadits :

حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ الْأَعْمَشُ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:

_*«مَنِ اسْتَعَاذَ بِاللهِ فَأَعِيذُوهُ، وَمَنْ سَأَلَكُمْ  فَأَعْطُوهُ، وَمَنْ دَعَاكُمْ فَأَجِيبُوهُ، وَمَنْ أَتَى إِلَيْكُمْ  مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ، حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ»*_
[رواه أحمد واللفظ له /  مسند المكثرين من الصحابة / مسند عبد الله بن عمر رضي الله عنهما / رقم الحديث : ٦١٠٦. وأبو داود والحاكم وصححه الألباني الوهابي].

Telah menceritakan kepada kami : Affan. Telah menceritakan kepada kami : Abu 'Awanah. Telah menceritakan kepada kami : Sulaiman Al A'masy. Dari Mujahid. Dari Ibnu Umar radliyyAllahu 'anhuma. Dari Nabi ﷺ, beliau pernah bersabda:

_*"Barangsiapa yang meminta perlindungan dengan menyebut nama Allah, lindungilah dia. Siapa yang meminta kepada kalian, berilah. Siapa yang mengundang kalian, penuhilah. Dan siapa yang berbuat baik kepada kalian maka balaslah (kebaikannya) dengan kebaikan yang setimpal dan jika kalian tidak mendapat sesuatu untuk membalasnya kebaikannya maka berdo'alah untuknya sampai kalian merasa telah membalas kebaikannya."*_
[HR. Ahmad Dan Lafadz Miliknya / Musnad Al Muktsirin Min Ash Shahabati / Musnad 'Abdullah Bin 'Umar RadliyyAllahu 'Anhuma / No. Hadits : 6106. Abu Dawud. Hakim. Dan DISHAHIHKAN Oleh Al Albani Al Wahhabiy].


Didalam riwayat hadits yang lainnya dijelaskan :

حَدَّثَنَا الحُسَيْنُ بْنُ الحَسَنِ المَرْوَزِيُّ بِمَكَّةَ، وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعِيدٍ الجَوْهَرِيُّ، قَالَا: حَدَّثَنَا الأَحْوَصُ بْنُ جَوَّابٍ، عَنْ سُعَيْرِ بْنِ الخِمْسِ، عَنْ سُلَيْمَانَ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ، عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:

_*«مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَقَالَ لِفَاعِلِهِ: جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ»*_

هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ جَيِّدٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ إِلَّا مِنْ هَذَا الوَجْهِ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ، وَسَأَلْتُ مُحَمَّدًا فَلَمْ يَعْرِفْهُ
[رواه الترمذي واللفظ له /  ٢٥ - أبواب البر والصلة /  باب ما جاء في المتشبع بما لم يعطه / رقم الحديث : ٢٠٣٥.  والنسائي وابن حبان وصححه العلامة الألباني).

Telah menceritakan kepada kami : Al Husain bin Al Hasan Al Marwazi di Makkah, dan Ibrahim bin Sa'id Al Jauhari keduanya berkata : Telah menceritakan kepada kami : Al Ahwash bin Jawwab. Dari Su'air bin Al Khims. Dari Sulaiman At Taimi. Dari Abu Utsman An Nahdi. Dari Usamah bin Zaid, beliau  berkata; Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

_*"Barang siapa yang diperlakukan dengan baik kemudian dia mengucapkan, 'JAZAAKALLAAHU KHAIRAN' maka sungguh dia telah memberikan pujian yang terbaik."*_

Berkata Abu Isa (At Tirmidziy) : Ini merupakan HADITS HASAN JAYYID GHARIB yang tidak kami ketahui dari haditsnya Usamah bin Zaid kecuali dari jalur ini dan telah diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ  hadits yang serupa. Aku bertanya kepada Muhammad (bin Isma'il Al Bukhariy), namun dia tidak mengetahuinya.
[HR. Tirmidziy Dan Lafadz Miliknya / 25 - Abwabu Al Birri Wa Ash Shilati / Babu Ma Ja'a Fi Al Mutasyabi' Bima Lam Yu'thihi / No. Hadits : 2035. An Nasa'i. Ibnu Hibban. Dan DISHAHIHKAN Oleh Al Albani Tokoh Wahhabiy].


Dan didalam riwayat hadits yang lainnya dijelaskan :

حَدَّثَنَا سَكَنُ بْنُ نَافِعٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا صَالِحُ بْنُ أَبِي الْأَخْضَرِ، عَنْ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ، قَالَ:

_*«مَنْ أُتِيَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ، فَلْيُكَافِئْ بِهِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ، فَلْيَذْكُرْهُ، فَمَنْ ذَكَرَهُ، فَقَدْ شَكَرَهُ»*_
[رواه أحمد واللفظ له /  مسند النساء / مسند الصديقة عائشة بنت الصديق رضي الله عنها / رقم الحديث : ٢٤٥٩٣. والطبراني وحسنه الألباني الوهابي].

Telah menceritakan kepada kami : Sakan bin Nafi', ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Shalih bin Abi Al Ahdlor. Dari Az Zuhriy. Dari 'Urwah. Dari 'Aisyah RadhiyyAllahu 'Anha : Bahwasanya Rasulullah ﷺ pernah  bersabda:

_*“Barangsiapa yang diberikan kepadanya sebuah kebaikan, hendaklah ia membalasnya dan barangsiapa yang tidak sanggup maka sebutlah (kebaikan)nya, dan barangsiapa yang menyebut (kebaikan)nya, maka sungguh ia telah bersyukur kepadanya dan barangsiapa yang puas dengan sesuatu yang tidak ia miliki, maka ia seperti seorang yang memakai pakaian palsu.”*_
[HR. Ahmad Dan Lafadz Miliknya / Musnad An Nisa' / Musnad Ash Shadiqah 'Aisyah Binti Ash Shadiq RadliyyAllahu 'Anha / No. Hadits : 24593. Thabaraniy. Dan DIHASANKAN Oleh Al Albani Tokoh Wahhabiy].


Didalam riwayat hadits yang lainnya dijelaskan :

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عُثْمَانَ بْنِ صَالِحٍ، ثنا سُلَيْمَانُ بْنُ أَيُّوبَ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ جَدِّي، عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ، عَنْ طَلْحَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِﷺ:

_*«مَنْ أُولِيَ مَعْرُوفًا فَلْيَذْكُرْهُ فَمَنْ ذَكَرَهُ فَقَدْ شَكَرَهُ، وَمَنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ»*_
[رواه الطبراني /  نسبة طلحة بن عبيد الله رضي الله عنه / وما أسند طلحة بن عبيد الله رضي الله عنه / رقم الحديث : ٢١١. وحسنه الألباني الوهابي].

Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin 'Utsman bin Shalih. Telah menceritakan kepada kami : Sulaiman bin Ayyub. Telah menceritakan kepadaku Bapakku. Dari Kakekku. Dari Musa bin Thalhah. Dari Thalhah RadhiyyAllahu 'Anhu, beliau berkata : Rasulullah ﷺ pernah bersabda :

_*“Barangsiapa yang telah mendapatkan kenikmatan dari seseorang, maka sebutlah (pelaku kebaikan karena kebaikannya). Siapa saja yang menyebutnya, berarti dia telah berterima kasih padanya. Dan barangsiapa yang menyembunyikan kebaikannya, maka berarti dia telah mengkufurinya (tidak berterima kasih kepadanya).”*_
[HR. Thabaraniy Dalam Mu'jam Al Kabir / Nisbatu Thalhah Bin 'Ubaidillah RadhiyyAllahu 'Anhu / Wa Ma Usnida Thalhah Bin 'Ubaidillah RadhiyyAllahu 'Anhu / No. Hadits : 211. Dan DIHASANKAN Oleh Al Albani Tokoh Wahhabiy].


Didalam riwayat hadits yang lainnya dijelaskan :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَ: أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّةَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ:

«مَنْ أُعْطِيَ عَطَاءً فَوَجَدَ فَلْيَجْزِ بِهِ، وَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُثْنِ، فَإِنَّ مَنْ أَثْنَى فَقَدْ شَكَرَ، وَمَنْ كَتَمَ فَقَدْ كَفَرَ، وَمَنْ تَحَلَّى بِمَا لَمْ يُعْطَهُ كَانَ كَلَابِسِ ثَوْبَيْ زُورٍ»: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ ⦗٣٨٠⦘ وَفِي البَابِ عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ، وَعَائِشَةَ وَمَعْنَى قَوْلِهِ: «وَمَنْ كَتَمَ فَقَدْ كَفَرَ» يَقُولُ: قَدْ كَفَرَ تِلْكَ النِّعْمَةَ
[رواه الترمذي / ٢٥ - أبواب البر والصلة / باب ما جاء في المتشبع بما لم يعطه / رقم الحديث : ٢٠٣٤. وقال حديث حسن غريب، وحسنه  الألباني].

Telah menceritakan kepada kami : Ali bin Hujr. Telah mengabarkan kepada kami : Isma'il bin 'Ayysy. Dari Umarah bin Ghaziyyah. Dari Abu Zubair. Dari Jabir. Dari Nabi ﷺ, beliau pernah bersabda:

_*"Barang siapa yang diberi suatu pemberian lalu dia memperoleh kelebihan harta, maka hendaknya dia memberi. Dan barang siapa yang tidak mendapatkan kelebihan harta hendaknya dia memuji, karena barang siapa yang memuji dia telah bersyukur dan barang siapa yang menyembunyikan nikmat berarti dia telah kufur nikmat. Dan barang siapa yang bersikap (mengaku) dengan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya, maka dia ibarat orang yang memakai dua buah baju kebohongan."*_

Berkata Abu Isa (At Tirmidziy): Ini merupakan HADITS HASAN GHARIB. Hadits semakna juga diriwayatkan dari Asma' binti Abu Bakar dan 'Aisyah.
[HR. Tirmidziy / 25 - Abwabu Al Birri Wa Ash Shilati / Babu Ma Ja'a Fi Al Mutasyabi' Bima Lam Yu'thihi / No. Hadits : 2034. Dan DIHASANKAN Oleh Al Albani Tokoh Wahhabiy].


Dalam riwayat hadits yang senada disebutkan :

عَنِ الثَّوْرِيِّ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُبَيْدَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:

_*«إِذَا قَالَ الرَّجُلُ لِأَخِيهِ: جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ»*_
[رواه عبد الرزاق في المصنف واللفظ له /  ٣ - كتاب الصلاة / باب الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم / رقم الحديث : ٣١١٨. والحميدي في المسند وصححه الألباني الوهابي].

Dari Ats Tsauriy. Dari Musa bin 'Ubaidah. Dari Muhammad bin Tsabit. Dari Abi Hurairah RadhiyyAllahu 'Anhu, beliau berkata : Rasulullah ﷺ pernah bersabda :

_*"Ketika seorang laki-laki berkata kepada saudaranya (sesama muslim) JazakaAllahu Khairan (yaitu semoga Allah menentukan kebaikan untukmu), maka sesungguhnya ia telah melebihkan di dalam pujian (yaitu ia telah berbuat lebih di dalam pujian itu)."*_  
[HR. Abdurrazaq Dalam Al Mushannaf Dan Lafadz Miliknya / 3 - Kitabu Ash Shalati / Babu Ash Shalati 'Ala An Nabiy ﷺ / No. Hadits : 3128. Humaidiy Dalam Al Musnad. Dan DIHASANKAN Oleh Al Albani Tokoh Wahhabiy].


📚Berkata Syaikh  Muhammad Syamsul Haq Al Azhim Abady dalam kitabnya 'Aunu Al Ma'bud Syarhu Sunan Abi Dawud;

فَدَلَّ هَذَا الْحَدِيث عَلَى أَنَّ مَنْ قَالَ لِأَحَدٍ جَزَاك اللَّه خَيْرًا مَرَّة وَاحِدَة فَقَدْ أَدَّى الْعِوَض وَإِنْ كَانَ حَقّه كَثِيرًا. انتهى.
[انظر كتاب عون المعبود شرح سنن ابي داود : ج ٥ ص ٦٢ /  ٩ - كتاب الزكاة / باب الرجل يخرج من نصر ينصر (من ماله) فلا يبقى في يده شيء) / للشيخ محمد أشرف بن أمير بن علي بن حيدر، أبو عبد الرحمن، شرف الحق، الصديقي، العظيم آبادي (ت ١٣٢٩هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بيروت الطبعة: الثانية، ١٤١٥ هـ].

“Hadits ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang mengucapkan kepada seseorang : “Jazakallah khairan” sekali, sungguh ia telah menunaikan gentian, meskipun haknya banyak.”
[Lihat kitab ‘Aun al Ma’bud Syarhu Sunan Abi Dawud : juz 5 hal 62 / 9 - Kitabu Az Zakati / Babu Ar Rajuli Yakhruju Min Nashrin Yanshuru (Min Malihi) Fala Yabqa Fi Yadihi Syai'un / Karya Syaikh Syarafu Al Haq Ash Shidiqiy Al 'Adzim Abadiy / Cet. Kedua : Dar Al Kutub Al Ilmiyyah - Beirut Th. 1415 H].


📚Berkata Imam Abdurrauf Al Munawiy Al Mishriy  rahimahullah dalam kitabnya Faidlu Al Qadir Syarhu Jami'u Ash Shaghir:

(إِذَا قَالَ الرَّجُلُ) ؛ يَعْنِي: الْإِنْسَانُ؛ (لِأَخِيهِ) ؛ أَيْ: فِي الْإِسْلَامِ؛ الَّذِي فَعَلَ مَعَهُ مَعْرُوفًا؛ (جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا) ؛ أَيْ: قَضَى لَكَ خَيْرًا؛ وَأَثَابَكَ عَلَيْهِ؛ يَعْنِي: أَطْلُبُ مِنَ اللَّهِ أَنْ يَفْعَلَ ذَلِكَ بِكَ؛ (فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ) ؛ أَيْ: بَالَغَ فِيهِ؛ وَبَذَلَ جُهْدَهُ فِي مُكَافَأَتِهِ عَلَيْهِ؛ بِذِكْرِهِ بِالْجَمِيلِ؛ وَطَلَبِهِ لَهُ مِنَ اللَّهِ (تَعَالَى) الْأَجْرَ الْجَزِيلَ؛ فَإِنْ ضَمَّ لِذَلِكَ مَعْرُوفًا مِنْ جِنْسِ الْمَفْعُولِ مَعَهُ؛ كَانَ أَكْمَلَ؛ هَذَا مَا يَقْتَضِيهِ هَذَا الْخَبَرُ؛ لَكِنْ يَأْتِي فِي آخَرَ مَا يُصَرِّحُ بِأَنَّ الِاكْتِفَاءَ بِالدُّعَاءِ إِنَّمَا هُوَ عِنْدَ الْعَجْزِ عَنْ مُكَافَأَتِهِ بِمِثْلِ مَا فَعَلَ مَعَهُ مِنَ الْمَعْرُوفِ؛

ثُمَّ إِنَّ الدُّعَاءَ الْمَذْكُورَ إِنَّمَا هُوَ لِلْمُسْلِمِ؛ كَمَا تَقَرَّرَ؛ أَمَّا لَوْ فَعَلَ ذِمِّيٌّ بِمُسْلِمٍ مَعْرُوفًا؛ فَيَدْعُو لَهُ بِتَكْثِيرِ الْمَالِ وَالْوَلَدِ وَالصِّحَّةِ وَالْعَافِيَةِ.
[انظر كتاب فيض القدير شرح الجامع الصغير : ج ١ ص ٤١٠ / حرف الهمزة / للإمام زين الدين محمد المدعو بعبد الرؤوف بن تاج العارفين بن علي بن زين العابدين الحدادي ثم المناوي القاهري (ت ١٠٣١هـ) / الناشر: المكتبة التجارية الكبرى - مصر الطبعة: الأولى، ١٣٥٦ هـ].

“(Jika seorang mengatakan) yaitu seorang manusia (kepada saudaranya) yaitu persaudaraan Islam yang telah berbuat kepada kebaikan (jazakallah khairan) yaitu semoga Allah menentukan kebaikan untukmu dan memberikan pahala atasnya, yaitu aku memohon dari Allah untuk melakukan itu denganmu (maka sungguh ia telah melebihkan di dalam pujian) yaitu ia telah berbuat lebih di dalam pujian itu dan telah mengerahkan usahanya di dalam pembalasannya terhadapnya dengan menyebutkannya dengan kebaikan dan permintaanya untuknya dari Allah Ta’ala pahala yang besar, dan jika digabungkan hal itu dengan jenis apa yang telah ia lakukan kepadanya, niscaya ini akan lebih sempurna apa yang disebutkan oelh riwayat ini, tetapu disebutkan di akhir hadits, yang menjelaskan bahwa mencukupkan dengan doa, maka sesungguhnya ini adalah ketika tidak sanggup untuk membalas seperti apa yang telah ia lakukan kebaikan kepadanya. Kemudian sesungguhnya doa yang disebutkan di dalam hadis hanya untuk seorang muslim sebagaimana yang telah ditetapkan,

adapun kalau ada seorang kafir dzimmi (tidak memerangi Islam) berbuat kebaikan kepada seorang muslim maka ia mendoakannya agar mendapatkan harta, anak, kesehatan dan ‘afiyah.”
[Lihat Kitab Faidlu Al Qadir Syarhu Jami'u Ash Shaghir : juz 1 hal 410 / Harfu Al Hamzah / Karya Imam Abdurrauf Al Munawiy Al Mishriy / Cet. Pertama : Al Maktabah At Tijariyyah Al Kubra - Mesir Th. 1356 H].


📚Imam Abdurrahman Al Mubarakfuriy menjelaskan dalam kitabnya Tuhfatu Al Ahwadzi Syarhu Sunan At Tirmidziy :

 (جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا) أَيْ خَيْرَ الْجَزَاءِ أَوْ أَعْطَاكَ خَيْرًا مِنْ خَيْرَيِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

(فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ) أَيْ بَالَغَ فِي أَدَاءِ شُكْرِهِ وَذَلِكَ أَنَّهُ اعْتَرَفَ بِالتَّقْصِيرِ وَأَنَّهُ مِمَّنْ عَجَزَ عَنْ جَزَائِهِ وَثَنَائِهِ فَفَوَّضَ جَزَاءَهُ إِلَى اللَّهِ لِيَجْزِيَهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى

قَالَ بَعْضُهُمْ إِذَا قَصُرَتْ يَدَاكَ بِالْمُكَافَأَةِ فَلْيَطُلْ لِسَانُكَ بِالشُّكْرِ وَالدُّعَاءِ.
[انظر كتاب تحفة الأحوذي بشرح جامع الترمذي : ج ٦ ص ١٥٦  /  أبواب النكاح / باب ما جاء في الثناء بالمعروف / للإمام أبو العلا محمد عبد الرحمن بن عبد الرحيم المباركفورى (ت ١٣٥٣هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بيروت بدون السنة].

“Makna “jazaakallahu khairan” adalah “sebaik-baik balasan” atau “semoga Allah membalasmu dengan balasan kebaikan di dunia maupun di akhirat”.

“sedangkan makna (berarti dia telah sampai pada derajat mensyukurinya) adalah dengan ucapan tersebut, berarti dia mengakui bahwa dirinya kurang mensyukurinya dan dirinya termasuk orang yang tidak mampu membalas kebaikannya dan tidak mampu memujinya (dengan semestinya atas kebaikannya). Sehingga dia serahkan pembalasan kebaikannya kepada Allah, agar Allah membalasnya dengan balasan kebaikan yang sempurna.”

“Sebagian ulama berkata, apabila Anda tidak mampu membalas kebaikan (orang lain), maka perbanyaklah lisanmu dengan berterima kasih dan mendoakannya.”
[Lihat Kitab Tuhfahtu Al Ahwadzi Syarhu Sunan At Tirmidziy : juz 6 hal 156 / Abwabu An Nikahi / Babu Ma Ja'a Fi Ats Tsana'i Bilma'rufi / Karya Imam Abdurrahman Al Mubarakfuriy / Cet. Dar Al Kutub Al Ilmiyyah - Tnp. Tahun].


Dalam sebuah riwayat disebutkan :

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ كَرِيزٍ، قَالَ: قَالَ عُمَرُ:

" لَوْ يَعْلَمُ أَحَدُكُمْ مَا لَهُ فِي قَوْلِهِ لِأَخِيهِ: جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا، لَأَكْثَرَ مِنْهَا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ "
[رواه ابن أبي شيبة في المصنف /  ١٧ - كتاب الأدب / في قول الرجل لأخيه: جزاك الله خيرا / رقم الحديث : ٢٦٥١٩].

Telah menceritakan kepada kami : Waki'. Dari Usamah bin Zaid. Dari Thalhah bin 'Ubaidillah bin Kariz, ia berkata : 'Umar radliyyAllahu 'anhu pernah berkata :

_“Seandainya salah seorang di antara kalian mengetahui kebaikan yang didapatkan pada ucapan yang ditujukan kepada saudaranya, “jazaakallahu khairan”, tentulah satu sama lain akan memperbanyak ucapan tersebut di antara kalian.”_
[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Kitabnya  Al-Mushannaf / 17 - Kitabu Al Adabi / Fi Qauli Ar Rajuli Liakhihi : JazakAllahu Khairan / No. Hadits : 26519].


Didalam kitab Al Adab Asy Syar'iyyah Wa Al Manhu Al Mar'iyyah dijelaskan :

Berterima kasih kepada orang-orang yang berbuat baik kepada Anda termasuk orang Islam dan juga boleh pada non-Muslim, jika dia melakukan kebaikan kepada Anda, maka ucapkan terima kasih dengan kata-kata yang sesuai dengan kondisinya, seperti mengucapkan terima kasih, atau aku ucapkan terima kasih, atau sejenisnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh seorang tabi'in masyhur Sa'id bin Jubair rahimahullahu ta'ala.

وَقِيلَ لِسَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ -: الْمَجُوسِيِّ يُولِينِي خَيْرًا فَأَشْكُرُهُ قَالَ: نَعَمْ وَقَالَ بَعْضُهُمْ.
[انظر كتاب الآداب الشرعية والمنع  المرعية : ج ١ ص ٣١٥ /  فصل من لم يشكر الناس لا يشكر الله / للإمام محمد بن مفلح بن محمد بن مفرج، أبو عبد الله، شمس الدين المقدسي الرامينى ثم الصالحي الحنبلي (ت ٧٦٣هـ)
الناشر: عالم الكتب - بدون السنة].

Dikatakan kepada Sa'id bin Jubair - (semoga Tuhan meridhoi dia) -:

Orang Magusian memperlakukan saya dengan baik, jadi saya berterima kasih padanya. Dia (Sa'id bin Jubair) berkata: Ya.
[Lihat Kitab Al Adabu Asy Syar'iyyah Wa Al Manhu Al Mar'iyyah : juz 1 hal 315 / Fashlun Man Lam Yasykurunnas La Yasykurullaaha / Karya Imam Ibnu Muflih Al Maqdisiy Al Hanbaliy / Cet. 'Alimu Al Kutub - Tnp. Tahun].


Orang yang mengungkap kejelekan saudaranya karena perbuatan dosa (yang dia lakukan), maka dia tidak akan mati  sampai melakukannya (perbuatan yang diungkap kejelekkannya oleh dirinya hal ini sebagaimana  penjelasan hadits :

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الحَسَنِ بْنِ أَبِي يَزِيدَ الهَمْدَانِيُّ، عَنْ ثَوْرِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:

_*«مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ»*_

قَالَ أَحْمَدُ: قَالُوا: «مِنْ ذَنْبٍ قَدْ تَابَ مِنْهُ»

هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَلَيْسَ إِسْنَادُهُ بِمُتَّصِلٍ وَخَالِدُ بْنُ مَعْدَانَ لَمْ يُدْرِكْ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ، وَرُوِيَ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ أَنَّهُ أَدْرَكَ سَبْعِينَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَاتَ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ فِي خِلَافَةِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ، وَخَالِدُ بْنُ مَعْدَانَ رَوَى عَنْ غَيْرِ وَاحِدٍ مِنْ أَصْحَابِ مُعَاذٍ عَنْ مُعَاذٍ غَيْرَ حَدِيثٍ»
[رواه الترمذي /  ٣٥ - أبواب صفة القيامة والرقائق والورع / باب / رقم الحديث : ٢٥٠٥. وقال الألباني الوهابي : موضوع].

Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Mani’. Telah bercerita kepada kami : Muhammad bin Al Hasan bin Abu Yazid Al Hamdani. Dari Tsaur bin Yazid. Dari Khalid bin Ma’dan. Dari Mu’adz bin Jabal radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata:
Rasulullah ﷺ pernah  bersabda:

_*“Barang siapa mengungkap kejelekan saudaranya karena perbuatan dosa (yang dia lakukan), maka dia tidak akan meninggal sampai melakukannya (perbuatan yang diungkap kejelekkannya oleh dirinya).”*_

Ahmad berkata:
Perbuatan dosa yang dia telah bertobat.

Abu ‘Isa (At Tirmidziy)  berkata:
HADIS INI GHARIB, DAN SANADNYA TIDAK BERSAMBUNG, adapun Khalid bin Ma’dan dia tidak bertemu dengan Mu’adz bin Jabal, dan telah diriwayatkan dari Khalid bin Ma’dan bahwa dia bertemu dengan tujuh puluh sahabat Nabi ﷺ, dan Mu’adz bin Jabal wafat pada masa khalifah Umar bin Al Khaththab, sementara Khalid bin Ma’dan telah meriwayatkan banyak hadis dari sekian banyak sahabat Mu’adz dari Mu’adz.
[HR. Tirmidziy / 35 - Abwabu Shifati Al Qiyamati Wa Ar Raqaiqi Wa Wara'i / Bab / No. Hadits ; 2505. Dan DIMAUDHU'KAN Oleh Al Albani Tokoh Wahhabiy].


Imam Abdurrahman Al Mubarakfuriy menjelaskan dalam kitabnya Tuhfatu Al Ahwadzi Syarhu Sunan At Tirmidziy :

قال العلماء: ... يُجَازَى بِسَلْبِ التَّوْفِيقِ حَتَّى يَرْتَكِبَ مَا عَيَّرَ أَخَاهُ بِهِ وَذَاكَ إِذَا صَحِبَهُ إِعْجَابُهُ بِنَفْسِهِ لِسَلَامَتِهِ مِمَّا عَيَّرَ بِهِ أَخَاهُ.
[انظر كتاب تحفة الأحوذي بشرح جامع الترمذي :

Dibalas dengan memberikannya jalan hingga ia akan melakukan maksiat yang ia cela yang dilakukan oleh saudaranya. Hal tersebut karena ia sombong/kagum dengan dirinya sendiri karena ia merasa selamat dari dosa tersebut.”


Imam Ibnu Abiddunya  rahimahullahu ta'ala dalam kitabnya Ash Shamt meriwayatkan :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ، أَخْبَرَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، رَحْمَةُ اللَّهُ عَلَيْهِ، قَالَ:

«إِنِّي لَأَجِدُ نَفْسِي تُحَدِّثُنِي بِالشَّيْءِ، فَمَا يَمْنَعُنِي أَنْ أَتَكَلَّمَ بِهِ إِلَّا مَخَافَةَ أَنِ ابْتُلِيَ بِهِ»
[انظر كتاب الصمت وآداب اللسان : ص ١٧٠ /  باب ما نهي عنه العباد أن يسخر بعضهم من بعض / رقم الحديث : ٢٨٩ / للإمام أبو بكر عبد الله بن محمد بن عبيد بن سفيان بن قيس البغدادي الأموي القرشي المعروف بابن أبي الدنيا (ت ٢٨١هـ) المحقق: أبو إسحاق الحويني / الناشر: دار الكتاب العربي - بيروت، الطبعة: الأولى، ١٤١٠ هـ].

Telah menceritakan kepada kami : 'Aliy bin Al Ja'diy. Telah mengabarkan kepada kami : Isra'il. Dari Al A'masy. Dari Ibrahim (An Nakha'i) rahimahullahu 'alaihi, beliau pernah berkata :

“Aku melihat sesuatu yang aku tidak suka, tidak ada yang menahanku untuk berkomentar dan membicarakannya kecuali karena aku khawatir aku yang akan ditimpakan masalahnya dikemudian hari.”
[HR. Ibnu Abid Dunya dalam kitab Ash-Shamt : hal 170 / Babu Ma Nuhiya 'Anhu Al 'Ibadu An Yaskhara Ba'dhahum Min Ba'dhin / No. Hadits : 287].

Dalam riwayat selanjutnya :

حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ خِدَاشٍ، حَدَّثَنِي صَالِحٌ الْمُرِّيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ الْحَسَنَ، رَحِمَهُ اللَّهُ، يَقُولُ:

" كَانُوا يَقُولُونَ: مَنْ رَمَى أَخَاهُ بِذَنْبٍ، قَدْ تَابَ إِلَى اللَّهِ مِنْهُ، لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَبْتَلِيَهِ اللَّهُ بِهِ "
[انظر كتاب الصمت وآداب اللسان : ص ١٧٠ /  باب ما نهي عنه العباد أن يسخر بعضهم من بعض / رقم الحديث : ٢٨٩ / للإمام أبو بكر عبد الله بن محمد بن عبيد بن سفيان بن قيس البغدادي الأموي القرشي المعروف بابن أبي الدنيا (ت ٢٨١هـ) المحقق: أبو إسحاق الحويني / الناشر: دار الكتاب العربي - بيروت، الطبعة: الأولى، ١٤١٠ هـ].

Telah menceritakan kepada : Khalid bin Khidasy. Telah menceritakan kepadaku : Shalih Al Murry, ia berkata : Aku mendengar Al Hasan (Al Bashriy) pernah berkata :  

“Para sahabat dan tabi’in memiliki konsep, barang siapa yang mencela saudaranya, karena dosa-dosanya, sedangkan saudaranya itu sudah bertaubat kepada Allāh, maka si pencela tidak akan meninggal dunia kecuali dia akan mengalami dosa saudaranya tersebut.”
[HR. Ibnu Abid Dunya dalam kitab Ash-Shamt : hal 170 / Babu Ma Nuhiya 'Anhu Al 'Ibadu An Yaskhara Ba'dhahum Min Ba'dhin / No. Hadits : 289].


📚Demikian juga Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy rahimahullahu  menjelaskan bahwa menjelek-jelekkan saudaranya yang telah melakukan dosa, maka bisa jadi ia akan melakukan dosa tersebut.

وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ عَيَّرْتَ بِهَا أَخَاكَ فَهِيَ إِلَيْكَ.يَحْتَمِلُ أَنْ يُرِيدَ بِهِ: أَنَّهَا صَائِرَةٌ إِلَيْكَ وَلَا بُدَّ أَنْ تَعْمَلَهَا،

وَهَذَا مَأْخُوذٌ مِنَ الْحَدِيثِ الَّذِي رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ فِي جَامِعِهِ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ:

«مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ»
[انظر كتاب مدارج السالكين بين منازل إياك نعبد وإياك نستعين : ج ١ ص ١٩٤ /  أركان المحاسبة / فصل الركن الثالث الرضا بالطاعة والتعيير بالمعصية / للإمام محمد بن أبي بكر بن أيوب بن سعد شمس الدين ابن قيم الجوزية الحنبلي (ت ٧٥١هـ)، المحقق: محمد المعتصم بالله البغدادي / الناشر: دار الكتاب العربي - بيروت، الطبعة: الثالثة، ١٤١٦ هـ - ١٩٩٦مـ].

“Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut."

Dan ini diambil dari hadits yang telah diriwayatkan oleh Imam Tirmidziy dalam kitab Jami'nya dari Nabi ﷺ
[Lihat Kitab Madariju As Salikin Baina Manazili Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in : juz 1 hal 194 / Arkanu Al Muhasabati / Fashlun Ar Ruknu Ats Tsalits Ar Ridho Biththa'ati Wa At Ta'yiir Bima'shiyyati / Karya Imam Ibnu Al Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy / Cet. Ketiga : Dar Al Kitab Al'Arabiy - Beirut Th. 1416 H - 1996 M].


📚Beliau melanjutkan penjelasan bahwa dosa mencela saudaranya yang telah melakukan dosa itu lebih besar dari dosa itu yang dilakukan oleh saudaranya. Beliau berkata,

أَنَّ تَعْيِيرَكَ لِأَخِيكَ بِذَنْبِهِ أَعْظَمُ إِثْمًا مِنْ ذَنْبِهِ وَأَشَدُّ مِنْ مَعْصِيَتِهِ، لِمَا فِيهِ مِنْ صَوْلَةِ الطَّاعَةِ، وَتَزْكِيَةِ النَّفْسِ، وَشُكْرِهَا، وَالْمُنَادَاةِ عَلَيْهَا بِالْبَرَاءَةِ مِنَ الذَّنْبِ، وَأَنَّ أَخَاكَ بَاءَ بِهِ،
[انظر كتاب مدارج السالكين بين منازل إياك نعبد وإياك نستعين : ج ١ ص ١٩٥ /  أركان المحاسبة / فصل الركن الثالث الرضا بالطاعة والتعيير بالمعصية / للإمام محمد بن أبي بكر بن أيوب بن سعد شمس الدين ابن قيم الجوزية الحنبلي (ت ٧٥١هـ)، المحقق: محمد المعتصم بالله البغدادي / الناشر: دار الكتاب العربي - بيروت، الطبعة: الثالثة، ١٤١٦ هـ - ١٩٩٦مـ].

“Engkau mencela saudaramu yang melakukan dosa, ini lebih besar dosanya daripada dosa yang dilakukan  saudaramu dan maksiat yang lebih besar, karena menghilangkan ketaatan menganggap dirinya suci, ia akan berterima kasih padanya, merasa telah bebas dari dosa kesalahannya, dan saudaramu kembali dengannya."
[Lihat Kitab Madariju As Salikin Baina Manazili Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in : juz 1 hal 195 / Arkanu Al Muhasabati / Fashlun Ar Ruknu Ats Tsalits Ar Ridho Biththa'ati Wa At Ta'yiir Bima'shiyyati / Karya Imam Ibnu Al Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy / Cet. Ketiga : Dar Al Kitab Al'Arabiy - Beirut Th. 1416 H - 1996 M].


وعن أَبي ذرٍّ قَالَ: قَالَ لي رسولُ الله ﷺ: لا تَحقِرَنَّ مِنَ المَعْرُوف شَيْئًا، وَلَو أنْ تَلقَى أخَاكَ بوجهٍ طليقٍ رواه مسلم.


📚Imam Ibnu Al Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy secara rinci menjelaskan beberapa macam maqam manusia dan maqam yang tertinggi adalah MAQAM SYUKUR karena memandang bahwa musibah dipandang sebagai sebuah kenikmatan, berikut penjelasan beliau dalam kitab Uddatu Ash Shabirin Wa Dzakhiratu Asy Syakirin :

"والمصائب التي تحل بالعبد ، وليس له حيلة في دفعها، كموت من يعزُّ عليه ، وسرقة ماله، ومرضه ، ونحو ذلك ، فإن للعبد فيها أربع مقامات:

أحدها : مقام العجز، وهو مقام الجزع والشكوى والسخط ، وهذا ما لا يفعله إلا أقل الناس عقلاً وديناً ومروءة .

المقام الثاني: مقام الصبر ، إما لله ، وإما للمروءة الإنسانية .

المقام الثالث : مقام الرضى وهو أعلى من مقام الصبر، وفي وجوبه نزاع ، والصبر متفق على وجوبه .

المقام الرابع : مقام الشكر ، وهو أعلى من مقام الرضى ؛ فإنه يشهدُ البليةَ نعمة ، فيشكر المُبْتَلي عليها " انتهى  
[انظر كتاب "عدة الصابرين وذخيرة الشاكرين" : ص ٦٦ /  الباب الثالث عشر: في بيان أن الإنسان لا يستغنى عن الصبر في حال من الأحوال / للإمام محمد بن أبي بكر بن أيوب بن سعد شمس الدين ابن قيم الجوزية الحنبلي (ت ٧٥١هـ) / الناشر: دار ابن كثير، دمشق، بيروت/مكتبة دار التراث، المدينة المنورة، المملكة العربية السعودية / الطبعة: الثالثة، ١٤٠٩هـ/ ١٩٨٩مـ].

Dan musibah yang menimpa seorang hamba, dan dia tidak memiliki cara untuk menghindarinya, seperti kematian seseorang yang dia sayangi, pencurian uangnya, penyakitnya, dan sejenisnya, di mana hamba memiliki empat kedudukan:

(Pertama): Maqam Lemah, yaitu posisi kecemasan, keluhan dan ketidakpuasan, dan ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil orang yang berakal, beragama dan ksatria.

(Kedua): Maqam  Kesabaran, baik teruntuk Allah semata, atau untuk membela harga diri kemanusiaan.

(Ketiga): Maqam Ridhlo, yang lebih tinggi dari Maqam  Kesabaran, dan ada perselisihan tentang kewajibannya, dan kesabaran disepakati atas kewajibannya.

(Keempat): Maqam  Syukur, yang lebih tinggi dari Maqam Ridhlo. Karena dia menyaksikan kesengsaraan sebagai sebuah berkah kenikmatan, dan dia berterima kasih kepada yang memberikan  penderitaan karenanya.
[Lihat Kitab 'Uddatu Ash Shabirin Wa Dzakhiratu Asy Syakirin : hal 66 / Al Babu Ats Tsaniy 'Asyara : Fi Bayani Anna Al Insaana La Yastaghni 'An Ash Shabri Fi Halin Min Al Ahwali / Karya Imam Ibnu Al Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy / Cet. Ketiga : Dar Ibnu Katsir Damsyiq Beirut - Maktabah Dar At Turats Al Madinah Al Munawwarah Al Mamlakah Al 'Arabiyyah As Su'udiyyah Th. 1409 H - 1989 M].


📚Syaikh Muhammad Jamaluddin Al Qasimiy dalam kitabnya Mau'idzotu Al Mu'minin Min Ihya' Ulumuddin menjelaskan :

فَإِنَّ اللَّهَ - تَعَالَى - لَمْ يَخْلُقْ شَيْئًا إِلَّا وَفِيهِ حِكْمَةٌ وَنِعْمَةٌ أَيْضًا .

فَإِذَنْ فِي خَلْقِ اللَّهِ - تَعَالَى - الْبَلَاءُ نِعْمَةٌ أَيْضًا إِمَّا عَلَى الْمُبْتَلَى أَوْ عَلَى غَيْرِ الْمُبْتَلَى ، فَإِذَنْ كُلُّ حَالَةٍ لَا تُوصَفُ بِأَنَّهَا بَلَاءٌ مُطْلَقٌ ، وَلَا نِعْمَةٌ مُطْلَقَةٌ فَيَجْتَمِعُ فِيهَا عَلَى الْعَبْدِ وَظِيفَتَانِ : الصَّبْرُ وَالشُّكْرُ جَمِيعًا .
[انظر كتاب موعظة المؤمنين من إحياء علوم الدين     : ص ٢٨٧ / كتاب الصبر والشكر     / ما يشترك فيه الصبر والشكر / للشيخ  محمد جمال الدين بن محمد سعيد بن قاسم الحلاق القاسمي (ت ١٣٣٢هـ), المحقق: مأمون بن محيي الدين الجنان / الناشر: دار الكتب العلمية, سنة النشر: ١٤١٥ هـ - ١٩٩٥ مـ].

Sesungguhnya Allah - Yang Maha Kuasa - tidak menciptakan sesuatu kecuali yang ada hikmah dan rahmat di dalamnya juga.

Jadi, dalam ciptaan Tuhan - Yang Mahakuasa - mushibah juga merupakan anugerah, baik itu ada pada yang diberi mushibah atau atas orang yang tidak diberi mushibah, sehingga setiap kasus kejadian tidak bisa disifati sebagai bala'/musibah yang mutlak, dan bukan juga disifati nikmat yang mutlak, maka dikumpulkan atas seorang hamba untuk memenuhi dua fungsi: sabar dan syukur secara bersamaan.
[Lihat Kitab Mau'idzotu Al Mu'minin Min Ihya'Ulumuddin: hal 287 / Kitabu Ash Shabri Wa Asy Syukri / Ma Yasytariku Fihi Ash Shabru Wa Asy Syukru / Karya Syaikh  Muhammad Jamaluddin Al Qasimiy / Cet. Dar Al Kutub Al Ilmiyyah Th. 1415 H - 1995 M].

شكراً ياربي
(المنشدة : الروسية خديجة كومدوفا)


شكراً يا ربي شكراً
هديت قلبي شكراً
نورت دربي شكراً
شكراً يا رب

يا منزل القرآن
يا خالق الإنسان
يا ربي يا رحمن
شكراً يا رب

أنا بصلاتي أسلم
وبالسعادة أنعم
أفخر بأني مسلم
شكراً يارب

يا خالق الأكوان
يا ربي يارحمن
أكرمني بالغفران
شكرا يارب

نور ياربي دربي
و استر ياربي عيبي
و اغفر ياربي ذنبي
دوماً يارب

دايم مدى الأزمان
أكرمني بالايمان
و اغفر لي يامنان
دوماً يارب
Selesai dinukil di Kradenan selatan 003 001 Kradenan Srumbung Magelang Jateng 56483

Hari Ahad Wage malam Senin Kliwon

١١ جمادى الٱخير ١٤٤٤ هـ
04 Desember 2022 M


PALING DIMINATI

Kategori

SHALAT (8) HADITS (5) WANITA (5) ADAB DAN HADITS (3) FIQIH HADIST (3) WASHIYYAT DAN FAWAID (3) 5 PERKARA SEBELUM 5 PERKARA (2) AQIDAH DAN HADITS (2) CINTA (2) PERAWATAN JENAZAH BAG VII (2) SIRAH DAN HADITS (2) TAUSHIYYAH DAN FAIDAH (2) TAWAJUHAT NURUL HARAMAIN (2) (BERBHAKTI (1) 11 BAYI YANG BISA BICARA (1) 12 BINATANG YANG MASUK SURGA (1) 25 NAMA ARAB (1) 7 KILOGRAM UNTUK RAME RAME (1) ADAB DAN AKHLAQ BAGI GURU DAN MURID (1) ADAB DAN HADITS (SURGA DIBAWAH TELAPAK KAKI BAPAK DAN IBU) (1) ADAT JAWA SISA ORANG ISLAM ADALAH OBAT (1) AIR KENCING DAN MUNTAHAN ANAK KECIL ANTARA NAJIS DAN TIDAKNYA ANTARA CUKUP DIPERCIKKI AIR ATAU DICUCI (1) AJARAN SUFI SUNNI (1) AKIBAT SU'UDZON PADA GURU (1) AL QUR'AN (1) AMALAN KHUSUS JUMAT TERAKHIR BULAN ROJAB DAN HUKUM BERBICARA DZIKIR SAAT KHUTBAH (1) AMALAN NISFHU SYA'BAN HISTORY (1) AMALAN SUNNAH DAN FADHILAH AMAL DIBULAN MUHARRAM (1) AMALAN TANPA BIAYA DAN VISA SETARA HAJI DAN UMRAH (1) APAKAH HALAL DAN SAH HEWAN YANG DISEMBELIH ULANG? (1) AQIDAH (1) ASAL MULA KAUM KHAWARIJ (MUNAFIQ) DAN CIRI CIRINYA (1) ASAL USUL KALAM YANG DISANGKA HADITS NABI (1) AYAT PAMUNGKAS (1) BAGAIMANAPUN BENTUKNYA VAGINA RASANYA TUNGGAL (1) BAHASA ALAM AKHIRAT (1) BELAJAR DAKWAH YANG BIJAK MELALUI BINATANG (1) BERITA HOAX SEJARAH DAN AKIBATNYA (1) BERSENGGAMA ITU SEHAT (1) BERSIKAP LEMAH LEMBUT KEPADA SIAPA SAJA KETIKA BERDAKWAH (1) BIRRUL WALIDAIN PAHALA DAN MANFAATNYA (1) BOLEH MEMINTA BANTUAN ATAU PERTOLONGAN JIN MALAIKAT DAN RUH PARA NABI WALI DAN SHOLIHIN (1) BOLEH SHALAT SUNNAH SETELAH WITIR (1) BOLEHNYA MENDEKTE IMAM DAN MEMBAWA MUSHAF DALAM SHALAT (1) BOLEHNYA MENGGABUNG DUA SURAT SEKALIGUS (1) BOLEHNYA PATUNGAN DAN MEWAKILKAN PENYEMBELIHAN KEPADA KAFIR DZIMMI ATAU KAFIR KITABI (1) BULAN ROJAB DAN KEUTAMAANNYA (1) Boleh Memuji Atau Menyebut Keahlian Diri Sendiri Untuk Promosi Bukan Untuk Kesombongan Atau Pamer (1) DAGING KURBAN AQIQAH UNTUK KAFIR NON MUSLIM (1) DAN FAKHR (1) DAN YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA) (1) DARIMANA SEHARUSNYA UPAH JAGAL DAN BOLEHKAH MENJUAL DAGING KURBAN (1) DASAR PERAYAAN MAULID NABI (1) DEFINISI DAN BATASAN YATIM MENURUT ULAMA' MADZHAB (1) DEFINISI TINGKATAN DAN PERAWATAN SYUHADA' (1) DO'A MUSTAJAB (1) DO'A TIDAK MUSTAJAB (1) DOA ASMAUL HUSNA PAHALA DAN FAIDAHNYA (1) DOA DIDALAM SHALAT DAN SHALAT DENGAN SELAIN BAHASA ARAB (1) DOA KHUSUS (1) DOA ORANG MUSLIM DAN KAFIR YANG DIDZALIMI MUSTAJAB (1) DOA SHALAT DLUHA MA'TSUR (1) DONGO JOWO MUSTAJAB (1) DSB) (1) DURHAKA (1) FADHILAH RAMADHAN DAN DOA LAILATUL QADAR (1) FAIDAH MINUM SUSU DIAWWAL TAHUN BARU HIJRIYYAH (1) FENOMENA QURBAN/AQIQAH SUSULAN BAGI ORANG LAIN DAN ORANG MATI (1) FIKIH SHALAT DENGAN PENGHALANG (1) FIQIH MADZAHIB (1) FIQIH MADZAHIB HUKUM MEMAKAN SERANGGA (1) FIQIH MADZAHIB HUKUM MEMAKAN TERNAK YANG DIBERI MAKAN NAJIS (1) FIQIH QURBAN SUNNI (1) FUNGSI ZAKAT FITRAH DAN CARA IJAB QABULNYA (1) GAHARU (1) GAYA BERDZIKIRNYA KAUM CERDAS KAUM SUPER ELIT PAPAN ATAS (1) HADITS DAN ATSAR BANYAK BICARA (1) HADITS DLO'IF LEBIH UTAMA DIBANDINGKAN DENGAN PENDAPAT ULAMA DAN QIYAS (1) HALAL BI HALAL (1) HUKUM BERBUKA PUASA SUNNAH KETIKA MENGHADIRI UNDANGAN MAKAN (1) HUKUM BERKURBAN DENGAN HEWAN YANG CACAT (1) HUKUM BERSENGGAMA DIMALAM HARI RAYA (1) HUKUM DAN HIKMAH MENGACUNGKAN JARI TELUNJUK KETIKA TASYAHUD (1) HUKUM FAQIR MISKIN BERSEDEKAH (1) HUKUM MEMASAK DAN MENELAN IKAN HIDUP HIDUP (1) HUKUM MEMELIHARA MENJUALBELIKAN DAN MEMBUNUH ANJING (1) HUKUM MEMUKUL DAN MEMBAYAR ONGKOS UNTUK PENDIDIKAN ANAK (1) HUKUM MENCIUM MENGHIAS DAN MENGHARUMKAN MUSHAF AL QUR'AN (1) HUKUM MENGGABUNG NIAT QODLO' ROMADLAN DENGAN NIAT PUASA SUNNAH (1) HUKUM MENINGGALKAN PUASA RAMADLAN MENURUT 4 MADZHAB (1) HUKUM MENYINGKAT SHALAWAT (1) HUKUM PUASA SYA'BAN (NISHFU SYA'BAN (1) HUKUM PUASA SYAWWAL DAN HAL HAL YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA (1) HUKUM PUASA TARWIYYAH DAN 'ARAFAH BESERTA KEUTAMAAN - KEUTAMAANNYA (1) HUKUM SHALAT IED DIMASJID DAN DIMUSHALLA (1) HUKUM SHALAT JUM'AT BERTEPATAN DENGAN SHALAT IED (1) IBADAH JIMA' (BERSETUBUH) DAN MANFAAT MANFATNYA (1) IBADAH TERTINGGI PARA PERINDU ALLAH (1) IBRANI (1) ILMU MUKASYAFAH (WERUH SAK DURUNGE WINARAH) (1) IMAM ABU DAWUD MASUK SURGA GARA GARA MENJAWAB ORANG BERSIN DAN IMAM GHOZALI GARA GARA SEEKOR LALAT (1) IMAM YANG CERDAS YANG FAHAM MEMAHAMI POSISINYA (1) INDONESIA (1) INGAT SETELAH SALAM MENINGGALKAN 1 ATAU 2 RAKAAT APA YANG HARUS DILAKUKAN? (1) INOVASI BID'AH OLEH ULAMA' YANG DITUDUH MEMBID'AH BID'AHKAN (1) ISLAM (1) ISTRI GALAK ADALAH GURU MENJADI WALI ALLAH (1) JANGAN GAMPANG MELAKNAT (1) JUMAT DIGANDAKAN 70 KALI BERKAH (1) KAIFA TUSHLLI (XX) - (1) KAIFA TUSHOLLI (III) - MENEPUK MENARIK MENGGESER DALAM SHALAT SETELAH TAKBIRATUL IHRAM (1) KAIFA TUSHOLLI (XV) - SOLUSI KETIKA LUPA DALAM SHALAT JAMAAH FARDU JUM'AH SENDIRIAN MASBUQ KETINGGALAN (1) KAIFA TUSHOLLI (I) - SAHKAH TAKBIRATUL IHROM DENGAN JEDA ANTARA KIMAH ALLAH DAN AKBAR (1) KAIFA TUSHOLLI (II) - MENEMUKAN SATU RAKAAT ATAU KURANG TERHITUNG MENEMUKAN SHALAT ADA' DAN SHALAT JUM'AT (1) KAIFA TUSHOLLI (IV) - SOLUSI KETIKA LUPA MELAKUKAN SUNNAH AB'ADH DAN SAHWI BAGI IMAM MA'MUM MUNFARID DAN MA'MUM MASBUQ (1) KAIFA TUSHOLLI (IX) - BASMALAH TERMASUK FATIHAH SHALAT TIDAK SAH TANPA MEMBACANYA (1) KAIFA TUSHOLLI (V) - (1) KAIFA TUSHOLLI (VI) - TAKBIR DALAM SHALAT (1) KAIFA TUSHOLLI (VII) - MENARUH TANGAN BERSEDEKAP MELEPASKANNYA ATAU BERKACAK PINGGANG SETELAH TAKBIR (1) KAIFA TUSHOLLI (VIII) - BACAAN FATIHAH DALAM SHOLAT (1) KAIFA TUSHOLLI (XI) - LOGAT BACAAN AMIN SELESAI FATIHAH (1) KAIFA TUSHOLLI (XII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XIV) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XIX) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XVI) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XVII) - BACAAN TASBIH BAGI IMAM MA'MUM DAN MUNFARID KETIKA RUKU' (1) KAIFA TUSHOLLI (XVIII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XX1V) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXI) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXIII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXIX) - BACAAN SALAM SETELAH TASYAHUD MENURUT PENDAPAT ULAMA' MADZHAB MENGUSAP DAHI ATAU WAJAH DAN BERSALAM SALAMAN SETELAH SHALAT DIANTARA PRO DAN KONTRA (1) KAIFA TUSHOLLI (XXV) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXVI) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXVII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXVIII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXX) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXXI) - DZIKIR JAHRI (KERAS) MENURUT ULAMA' MADZHAB (1) KAIFA TUSHOLLI (XXXII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (x) - (1) KAJIAN TINGKEPAN NGAPATI MITONI KEHAMILAN (1) KAPAN ISTRI DAPAT MENGGUNAKAN HARTA DALAM RUMAH SUAMI? (1) KEBERKAHAN KEBERKAHAN MERAYAKAN MAULID NABI (1) KEBERSIHAN DERAJAT TINGGI DALAM SHALAT (1) KEMATIAN ULAMA' DAN AKIBATNYA (1) KEPADA ORANGTUA (1) KESUNNAHAN TABKHIR EMBAKAR DUPA (1) KESUNNAHAN TAHNIK/NYETAKKI ANAK KECIL (1) KETIKA HAJAT TERCAPAI SEMBELIHLAH SYAHWAT DAN MENDEKATLAH KEPADA ALLAH (1) KETIKA ORANG ALIM SAMA DENGAN ANJING (1) KEUTAMAAN ILMU DAN ADAB (1) KEWAJIBAN SABAR DAN SYUKUR BERSAMAAN (1) KHUTBAH JUM'AT DAN YANG BERHUBUNGAN (1) KIFARAT SUAMI YANG MENYERUBUHI ISTRI DISIANG BULAN RAMADHAN (1) KIFAROT (1) KISAH INSPIRATIF AHLU BAIT (SAYYIDINA IBNU ABBAS) DAN ULAMA' BESAR (SAYYIDINA ZAID BIN TSABIT) (1) KISAH PEMABUK PINTAR YANG MEMBUAT SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANIY MENANGIS (1) KRETERIA UCAPAN SUNNAH MENJAWAB KIRIMAN SALAM (1) KUFUR AKIBAT MENCELA NASAB KETURUNAN (1) KULLUHU MIN SYA'BAN (1) KURBAN DAN AQIQAH UNTUK MAYYIT (1) Kapan Istri Boleh Mengalokasikan Harta Gono Gini Atau Harta Pribadi Suami (1) Kasih Sayang Dan Menyejukkan Hati Dalam Sholat (1) Keirian Nabi -ﷺ-Yang Beliau Tidak Mengharapkan Ditanyakan Kepada Allah (1) LARANGAN MENYINGKAT SHALAWAT NABI (1) LEBIH UTAMA MANA GURU DAN ORANGTUA (1) MA'MUM BOLEH MEMBENARKAN BACAAN IMAM DAN WAJIB MEMBENARKAN BACAAN FATIHAHNYA (1) MA'MUM MEMBACA FATIHAH APA HUKUMNYA DAN KAPAN WAKTUNYA? (1) MACAM DIALEK AAMIIN SETELAH FATIHAH (1) MACAM MACAM NIAT ZAKAT FITRAH (1) MAKAN MINUM MEMBUNUH BINATANG BERBISA MEMAKAI PAKAIAN BERGAMBAR DAN MENJAWAB PANGGILAN ORANGTUA DALAM SHALAT (1) MALAIKAT SETAN JIN DAPAT DILIHAT SETELAH MENJELMA SELAIN ASLINYA (1) MELAFADZKAN NIAT NAWAITU ASHUMU NAWAITU USHALLI (1) MELEPAS TALI POCONG DAN MENEMPELKAN PIPI KANAN MAYYIT KETANAH (1) MEMBAYAR FIDYAH BAGI ORANG ORANG YANG TIDAK MAMPU BERPUASA (1) MEMBELI KITAB ULAMA' MENARIK RIZQI DAN KEKAYAAN (1) MEMPERBANYAK DZIKIR SAMPAI DIKATAKAN GILA/PAMER (1) MENDIRIKAN SHALAT JUM'AT DALAM SATU DESA KARENA KAWATIR TERSULUT FITNAH DAN PERMUSUHAN (1) MENGAMBIL UPAH DALAM IBADAH (1) MENGHADIAHKAN MITSIL PAHALA AMAL SHALIH KEPADA NABI ﷺ (1) MENGIRIM MITSIL PAHALA KEPADA YANG MASIH HIDUP (1) MENUTUPI AIB ORANG LAIN DAN MEMANDANG KASIH SAYANG KEPADA PELAKU MAKSIAT DAN DOSA (1) MERAWAT JENAZAH MENURUT QUR'AN HADITS MADZAHIB DAN ADAT JAWS (1) MUHASABATUN NAFSI INTEROPEKSI DIRI (1) MUTIARA HIKMAH DAN FAIDAH (1) Manfaat Ucapan Al Hamdulillah (1) Membungkuk Rukuk Mencium Lantai Sujud Kepada Makhluk (1) Mencaci Mayyit Dapat Menyakiti Kerabatnya Yang Masih Hidup Dan Dapat Menimbulkan Keburukan Keburukan (1) NABI DAN RASUL (1) NIAT PUASA SEKALI UNTUK SEBULAN (1) NISHFU AKHIR SYA'BAN (1) ORANG GILA HUKUMNYA MASUK SURGA (1) ORANG SHALIHPUN IKUT TERKENA KESULITAN HUJAN DAN GEMPA BUMI (1) PAHALA KHOTMIL QUR'AN (1) PENGHUNI KUBUR SURGA ATAUPUN NERAKA (1) PENIS DAN PAYUDARA BERGERAK GERAK KETIKA SHALAT (1) PENYELEWENGAN AL QUR'AN (1) PERAWATAN JENAZAH BAG I & II & III (1) PERAWATAN JENAZAH BAG IV (1) PERAWATAN JENAZAH BAG V (1) PERAWATAN JENAZAH BAG VI (1) PESAN MBAH HAMID PASURUAN TENTANG KEHIDUPAN (1) PREDIKSI LAILATUL QADAR (1) PUASA QODLO' (1) PUASA SUNNAH 6 HARI BULAN SYAWAL DISELAIN BULAN SYAWWAL (1) PUASA SYAWWAL DAN PUASA QADLO' (1) Paparan Syuyukh Guru Guru Murobbi Abuya Prof. DR. Sayyid Muhammad 'Alawiy Al Malikiy Al Hasaniy) (1) QISHOH ISLAMI (1) RAHASIA BAPAK PARA NABI DAN PILIHAN PARA NABI DALAM TASYAHUD SHALAT (1) RAHASIA HURUF DHOD PADA LAMBANG NU (1) RESEP MENJADI WALI (1) SAHABAT QULHU RADLIYYALLAHU 'ANHUM (1) SANAD SILSILAH ASWAJA (1) SANG GURU ASLI (1) SAYYID MUHAMMAD ALAWIY AL MALIKIY AL HASANIY KAYA RAYA NAMUN TETAP ZUHUD (1) SEDEKAH SHALAT (1) SEDEKAH TAK SENGAJA (1) SEJARAH TAHNI'AH (UCAPAN SELAMAT) IED (1) SEMBELIHAN (1) SERBA SERBI PENGGUNAAN INVENTARIS MASJID (1) SETIAP ABAD PEMBAHARU ISLAM MUNCUL (1) SHADAQAH SHALAT (1) SHALAT DAN FAIDAHNYA (1) SHALAT IED DIRUMAH KARENA SAKIT ATAU WABAH (1) SHALAT JUM'AT DISELAIN MASJID (1) SHOLAT REBO WEKASAN DIANTARA PRO DAN KONTRA (1) SILATURRAHMI SESAMA ARWAH (1) SILSILAH SYAIKH JUMADIL KUBRA TURGO JOGJA (1) SIRAH BABI DAN ANJING (1) SIRAH DAN FAIDAH (1) SIRAH DZIKIR BA'DA MAKTUBAH (1) SIRAH NABAWIYYAH (1) SIRAH NIKAH MUT'AH DAN NIKAH MISYWAR (1) SIRAH PERPINDAHAN QIBLAT (1) SIRAH THAHARAH (1) SIRAH TOPI TAHUN BARU MASEHI (1) SUHBAH HAQIQAH (1) SUM'AH (1) SUNNAH MENCERITAKAN NIKMAT YANG DIDAPAT KEPADA YANG DIPERCAYA TANPA UNSUR RIYA' (1) SURGA IMBALAN YANG SAMA BAGI PENGEMBAN ILMU PENOLONG ILMU DAN PENYEBAR ILMU HALAL (1) SUSUNAN MURAQIY/BILAL SHALAT TARAWIH WITIR DAN DOA KAMILIN (1) SYAIR/DO'A BAGI GURU MUROBBI (1) SYAIR/DO'A SETELAH BERKUMPUL DALAM KEBAIKKAN (1) SYARI'AT DARI BID'AH (1) Sedekah Boleh Dibelanjakan Sesuai Keinginan Selama Pemberi Tidak Menentukan Gunanya (1) Semua Yang Diperbolehkan Oleh Allah Adalan Sunnah Rasulullah -ﷺ- (1) Silsilah Nasab Abuya Prof. DR. Sayyid Muhammad 'Alawiy Al Malikiy Al Hasaniy (1) TA'JIL UNIK LANGSUNG BERSETUBUH TANPA MAKAN MINUM DAHULU (1) TAAT PADA IMAM ATAU PEMERINTAH (1) TAHALLUL CUKUR GUNDUL ATAU POTONG RAMBUT SELESAI HAJI DAN UMROH (1) TAKBIR IED MENURUT RASULULLAH DAN ULAMA' SUNNI (1) TALI ALLAH BERSATU DAN TAAT (1) TATACARA SHALAT ORANG BUTA ATAU BISU DAN HUKUM BERMAKMUM KEPADA KEDUANYA (1) TEMPAT SHALAT IED YANG PALING UTAMA AKIBAT PANDEMI (WABAH) CORONA (1) TIDAK BOLEH KURBAN DENGAN KUDA NAMUN HALAL DIMAKAN (1) TIDAK PERLU TEST DNA SEBAGAI BUKTI DZURRIYYAH NABI -ﷺ- (1) TREND SHALAT MEMAKAI SARUNG TANGAN DAN KAOS KAKI DAN HUKUMNYA (1) T̳I̳P̳ ̳C̳E̳P̳E̳T̳ ̳J̳A̳D̳I̳ ̳W̳A̳L̳I̳ ̳A̳L̳L̳O̳H̳ (1) UCAPAN HARI RAYA MENURUT SUNNAH (1) UCAPAN NATAL ANTARA YANG PRO DAN KONTRA (1) ULANG TAHUN RASULILLAH (1) URUTAN SILSILAH KETURUNAN ORANG JAWA (1) Ulama' Syafi'iyyah Menurut Lintas Abadnya (1) WAJIB BERMADZHAB UNTUK MENGETAHUI MATHLA' TEMPAT MUNCULNYA HILAL (1) WAJIB NIAT MASUK WAKTU MAGHRIB HINGGA SEBELUM SUBUH (1) YAUMU SYAK) (1) ZAKAT DIBERIKAN SEBAGAI SEMACAM MODAL USAHA (1) ZAKAT FITRAH 2 (1) ZAKAT FITRAH BISA UNTUK SEMUA KEBAIKKAN DENGAN BERBAGAI ALASAN (1)
Back To Top