قصة الواقعية في مقبرة الدحداح دمشق سوريا | KISAH NYATA DIPEMAKAMAN DAHDAH DAMASQUS SURIA

 

(edisi pencari ilmu dan orang yang menanggung pencari ilmu masuk surga dan dapat dilihat didunia)

A]. BIOGRAFI SAHABAT TSABIT BIN AD DAHDAH AL ANSHARIY 

Sekilas kisah dinamakan pemakaman DAHDAH karena didalamnya disemayamkan salah satu sahabat mulia yang bernama Tsabit bin Ad Dahdah Al Anshariy atau Abu Ad Dahadah radliyyAllahu 'anhu, beliau Abu Dahdah gugur di Perang Uhud pada tahun 3 H. Ia syahid dihantam tombak Khalid bin al-Walid. Ada pula yang mengatakan ia wafat di rumahnya. Sepulangnya Rasulullah ﷺ dari Perjanjian Hudaibiyah tahun 6 H.

Ada beberapa riwayat  hadits yang bersumber dari beliau, hadits-hadits tersebut diantaranya adalah :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، ثنا أَبُو نَصْرٍ التَّمَّارُ، ثنا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : 

أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ لِفُلَانٍ نَخْلَةً وَأَنَا أُقِيمُ حَائِطِي بِهَا فَأَمْرُهْ أَنْ يُعْطِينِي إِيَّاهَا حَتَّى أُقِيمَ بِهَا حَائِطِي، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ : 

«أَعْطِهَا إِيَّاهُ بِنَخْلَةٍ فِي الْجَنَّةِ» 

فَأَبَى فَأَتَى أَبُو الدَّحْدَاحِ الرَّجُلَ، فَقَالَ: بِعْنِي نَخْلَتَكَ بِحَائِطِي، فَفَعَلَ، فَأَتَى أَبُو الدَّحْدَاحِ فَقَالَ: 

يَا رَسُولَ اللهِ «إِنِّي قَدِ ابْتَعْتُ النَّخْلَةَ بِحَائِطِي، فَاجْعَلْهَا لَهُ وَقَدْ أَعْطَيْتُكَهَا» 

فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: 

«كَمْ مِنْ عِذْقِ رَدَاحٍ لِأَبِي الدَّحْدَاحِ مِرَارًا» ، 

فَأَتَى أَبُو الدَّحْدَاحِ امْرَأَتَهُ، فَقَالَ: يَا أُمَّ الدَّحْدَاحِ اخْرُجِي مِنَ الْحَائِطِ فَقَدْ بِعْتُهُ بِنَخْلَةٍ فِي الْجَنَّةِ، فَقَالَتْ: 

رَبِحَ الْبَيْعُ أَوْ كَلِمَةً تُشْبِهُهَا.

[رواه الطبراني في معجم الكبير /  مسند من يعرف بالكنى / من يكنى أبا الدحداح أبو الدحداح الأنصاري / رقم الحديث : ٧٦٣].

Telah menceritakan kepada kami : 'Aliy bin Abdil Aziz. Telah menceritakan kepada kami : Abu Nadlar At Tammar. Telah menceritakan kepada kami : Hammad bin Salamah. Dari Tsabit. Dari Anas radliyyAllahu 'anhu : 

Dahulu ada dua orang bertetangga yang terlibat sengketa karena memperebutkan sebatang pohon kurma. 

Salah satunya ingin memagar tanah, namun terhalang sebatang pohon kurma milik tetangganya yang tumbuh melewati pekarangannya. Persengketaan ini berlanjut sampai ke hadapan Rasulullah ﷺ. 

"Berikanlah batang kurma itu kepada saudaramu (agar ia bisa memagar tanahnya), engkau akan mendapatkan ganti sebuah kebun kurma di surga," bujuk Rasulullah ﷺ. Namun, tetap saja ia tidak tidak mau. 

Tiba-tiba, seorang sahabat bernama Abu Dahdah datang menghampiri Rasulullah. "Benarkah demikian (apa yang baru engkau sabdakan itu), wahai Rasulullah?" ujar dia. Rasulullah pun mengiyakan.

Dengan wajah semringah, Abu Dahdah langsung berujar kepada kedua orang yang bersengketa itu. “Juallah sebatang pohon kurmamu itu kepadaku. Aku beli dengan seisi kebunku,” ujar Abu Dahdah kepada si pemilik batang kurma.

Ia pun terkejut. Siapa yang tidak kenal dengan kebun kurma milik Abu Dahdah. Di kebun tersebut setidaknya ada 600 pohon kurma. Tidak itu saja, kebun tersebut juga mempunyai sumur, vila, dan taman-taman yang indah. Benarkah Abu Dahdah rela menjualnya hanya untuk mendapatkan satu batang kurma yang dipertikaikan itu? Setengah tak percaya, si pemilik batang kurma itu pun mengangguk.

“Wahai Rasulullah, aku telah membeli pohon kurma itu, aku bayar dengan kebunku. Sekarang, pohon kurma itu aku berikan kepadamu,” tutur Abu Dahdah.

Rasulullah pun terkesima dengan perbuatan Abu Dahdah. “Alangkah banyaknya tandan kurma yang harum baunya milik Abu Dahdah di surga kelak,” sabda Rasulullah seraya mengulang-ulang kalimat tersebut.

Abu Dahdah pun pulang menemui istrinya. Ia ceritakanlah apa yang baru saja ia lakukan. Ia pun mengajak istri beserta anak-anaknya untuk keluar dari kebun kurma yang baru saja ia jual itu. Dengan wajah berseri-seri, istrinya pun setuju. “Alangkah beruntungnya jual belimu, suamiku,” ujar Ummu Dahdah, istrinya. 

[HR. Thabaraniy Dalam Kitabnya al-Mu’jam al-Kabir / Musnad Man Yu'rafu Bi Al Kunya / Man Yukna Aba Ad Dahdah Abu Ad Dahdah Al Anshariy / No. Hadits :763]. 

Kisah inilah yang melatarbelakangi turunnya ayat Alquran surah al-Baqarah 002 ayat 245 : 

{مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللهَ قَرْضًا حَسَنًا} 

[سورة البقرة: ٠٠٢/ ٢٤٥] 

“Siapa yang memberi pinjam kepada Allah dengan pinjaman yang baik, pasti Allah berikan ganjaran kepadanya dengan gandaan yang banyak." 

[QS. Al Baqarah : 002/ 245].

Dalam riwayat lain disebutkan : 

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ , ثنا جَبْرُونُ بْنُ عِيسَى , ثنا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمَانَ الْحَفْرِيُّ , ثنا فُضَيْلُ بْنُ عِيَاضٍ , ثنا سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ , عَنْ عَوْنِ بْنِ أَبِي جُحَيْفَةَ , عَنْ أَبِيهِ : أَنَّ مُعَاوِيَةَ، ضَرَبَ عَلَى النَّاسِ بَعْثًا فَخَرَجُوا , فَرَجَعَ أَبُو الدَّحْدَاحٍ , فَقَالَ لَهُ مُعَاوِيَةُ: 

أَلَمْ تَكُنْ خَرَجْتَ مَعَ النَّاسِ؟ 

قَالَ: 

بَلَى , وَلَكِنِّي سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللهِ ﷺ حَدِيثًا فَأَحْبَبْتُ أَنْ أَضَعَهُ عِنْدَكَ مَخَافَةَ أَنْ لَا تَلْقَانِي , سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللهِ ﷺ يَقُولُ: 

«يَا أَيُّهَا النَّاسُ مَنْ وَلِي مِنْكُمْ عَمَلًا فَحَجَبَ بَابَهُ عَنْ ذِي حَاجَةٍ لِلْمُسْلِمِينَ حَجَبَهُ اللهُ أَنْ يَلِجَ بَابَ الْجَنَّةِ , وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا نَهْمَتَهُ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ جُوَارِي فَإِنِّي بُعِثْتُ بِخَرَابِ الدُّنْيَا ولَمْ أُبْعَثْ بِعِمَارَتِهَا»

[أخرج أبو نعيم في حلية الأولياء وطبقات الاصفياء : ج ٨ ص ١٣٠ /  ذكر طوائف من جماهير النساك والعباد / الفضيل بن عياض ومنهم الراحل من المفاوز والقفار إلى الحصون والحياض والناقل من المهالك والسباخ إلى الغصون والرياض , أبو علي الفضيل بن عياض. كان من الخوف نحيفا وللطواف أليفا. وقيل: إن التصوف المبادرة في السفر والمساهرة في الحضر / للإمام أبو نعيم أحمد بن عبد الله الأصبهاني (ت ٤٣٠ هـ) / الناشر: مطبعة السعادة - بجوار محافظة مصر عام النشر: ١٣٩٤ هـ - ١٩٧٤ مـ].

Telah menceritakan kepada kami : Sulaiman bin Ahmad. Telah menceritakan kepada kami : Jabrun bin 'Isa. Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Sulaiman Al Jafriy. Telah menceritakan kepada kami : Fudlail bin 'Iyadl. Telah menceritakan kepada kami : Sufyan Ats Tsauriy. Dari 'Aun bin Abi Hujaifah. Dari Bapaknya : 

Sesungguhnya Mu'awwiyyah bin Abi Sufyan mengutus  seorang utusan kepada manusia, lalu mereka keluar dan pulanglah Abu Al-Dahdah. Abu Mu'awwiyyah berkata kepadanya: 

Tidakkah engkau keluar bersama orang-orang itu? 

Beliau berkata: Ya, tetapi aku mendengar dari Rasulullah ﷺ sebuah hadist, lalu sebenarnya aku mau menyampaikannya kepadamu, tapi aku  kawatir jika engkau tidak mau menemuiku. Aku mendengar Rasululllah ﷺ  bersabda: 

“Wahai manusia! Siapa yang memberikan kepada kamu suatu pekerjaan, lalu ia menutup ruang kepada orang Islam yang memerlukan, Allah akan menghalanginya dari memasuki pintu surga. Siapa yang mengutamakan dunia, Allah akan mengharamkannya dari berjalan denganku, aku diutus untuk menghancurkan dunia, bukan untuk meramaikannya.” 

[Dikeluarkan Oleh Abu Nu'aim Dalam Kitabnya Hulyatu Al Auliya'i Wa Thabaqatu Al Ashfiya' : juz 8 hal 130 / Dzikru Thawa'ifi Min Jamahiri An Nisak Wa Al 'Ibadi / Al Fudlail Bin 'Iyadl Wa Minhum ... / Karya Imam Abu Nu'aim Al Asbahaniy / Cet. Mathba'ah As Sa'adah - Mesir, Th. 1394 H - 1974 M].

روى الإمام الواقدي في كتابه المغازي : 

حَدّثَنِي عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمّارٍ، عَنْ الْحَارِثِ بْنِ الْفُضَيْلِ الْخِطْمِيّ. قَالَ: أَقْبَلَ ثَابِتُ بْنُ الدّحْدَاحَةِ يَوْمَئِذٍ وَالْمُسْلِمُونَ أَوْزَاعٌ، قَدْ سَقَطَ فِي أَيْدِيهِمْ، فَجَعَلَ يَصِيحُ: يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ، إلَيّ! إلَيّ! أَنَا ثَابِتُ بْنُ الدّحْدَاحَةِ، إنْ كَانَ مُحَمّدٌ قَدْ قُتِلَ فَإِنّ اللهَ حَيّ لَا يَمُوتُ! فَقَاتِلُوا عَنْ دِينِكُمْ، فَإِنّ اللهَ مُظْهِرُكُمْ وَنَاصِرُكُمْ! فَنَهَضَ إلَيْهِ نَفَرٌ مِنْ الْأَنْصَارِ، فَجَعَلَ يَحْمِلُ بِمَنْ مَعَهُ مِنْ الْمُسْلِمِينَ، وَقَدْ وَقَفَتْ لَهُمْ كَتِيبَةٌ خَشْنَاءُ، فِيهَا رُؤَسَاؤُهُمْ: خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ، وَعَمْرُو بْنُ الْعَاصِ، وَعِكْرِمَةُ بْنُ أَبِي جَهْلٍ، وَضِرَارُ بْنُ الْخَطّابِ، فَجَعَلُوا يُنَاوِشُونَهُمْ. وَحَمَلَ عَلَيْهِ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ بِالرّمْحِ، فَطَعَنَهُ فَأَنْفَذَهُ فَوَقَعَ مَيّتًا. وَقُتِلَ مَنْ كَانَ مَعَهُ مِنْ الْأَنْصَارِ. فَيُقَالُ إنّ هَؤُلَاءِ لَآخِرُ مَنْ قُتِلَ مِنْ الْمُسْلِمِينَ. وَوَصَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إلَى الشّعْبِ مَعَ أَصْحَابِهِ، فَلَمْ يَكُنْ هُنَاكَ قِتَالٌ.

[أخرجه الوافدي في كتابه المغازي / غزوة أحد / للإمام 

محمد بن عمر بن واقد السهمي الأسلمي بالولاء، المدني، أبو عبد الله، الواقدي (ت ٢٠٧هـ) تحقيق: مارسدن جونس / الناشر: دار الأعلمي - بيروت الطبعة: الثالثة - ١٤٠٩ هـ - ١٩٨٩ مـ].

Diriwayatkan oleh Imam Al-Waqidiy  dalam kitabnya Al Maghaziy :

Telah menceritakan kepadaku : Abdullah bin 'Ammar. Dari Al Harits bin Al Fudlail Al Khithmiy, ia berkata di Perang Uhud saat kaum muslimin tengah porak-poranda barisannya :

“Hai orang-orang Anshar, dengarkan aku. Dengarkan aku. Kalau Muhammad telah terbunuh, maka Allah Maha Hidup tidak akan pernah mati. Berperanglah untuk agama kalian!!”

Tergugahlah beberapa orang dari Anshar. Mereka berangkat bersama Abu Dahdah. Saat itu, tibalah divisi pasukan lengkap, yang di dalamnya terdapat Khalid bin al-Walid, Amr bin al-Ash, dan Ikrimah. Khalid bin al-Walid menembakkan tombaknya dan berhasil membunuh Abu Dahdah. Dan ia pun berhasil membunuh orang-orang yang bersamanya.

[Dikeluarkan Oleh Al Waqidiy Dalam Kitabnya Al Maghaziy / Ghazwatu Uhud / Karya Imam Abu Abdillah Al Waqidiy As Sahmiy Al Aslamiy / Cet. Ketiga : Dar Al A'lamiy - Beirut, Th. 1409 H - 1989 M].

B]• KEWAJIBAN FAIDAH DAN KEUTAMAAN  MENCARI ILMU 

Kewajiban mencari ilmu, keutamaan, dan faidah-faidahnya dijelaskan dalam beberapa riwayat hadits diantaranya adalah :

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ: حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ شِنْظِيرٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: 

«طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ، وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ»

[رواه ابن ماجه /  افتتاح الكتاب في الإيمان وفضائل الصحابة والعلم / (١٧) - باب فضل العلماء والحث على طلب العلم / رقم الحديث : ٢٢٤].

Telah menceritakan kepada kami : Hisyam bin Ammar, ia berkata :  Telah menceritakan kepada kami : Hafsh bin Sulaiman, ia berkata :  Telah menceritakan kepada kami : Katsir bin Syinzhir. Dari Muhammad bin Sirin. Dari Anas bin Malik radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata; Rasulullah ﷺ bersabda: 

_*"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi."*_

[HR. Ibnu Majah / Iftitahu Al Kitab Fi Al Iman Wa Fadloili Ash Shahabati Wa Al 'Ilmi / Babu Fadlu Al 'Ulama' Wa Al Hitsu 'Ala Thalabi Al Ilmi / No. Hadits : 224].

Ulama' Berbeda Pendapat Mengenai Keshahihan Hadits Ini : 

كما في فيض القدير للمناوي- ‏والراجح من أقوالهم أنه صحيح لغيره، 

Seperti perkataan Imam Al Munawiy dalam kitabnya Faidlu Al Qadir : 

Dan yang rajih/unggul dari pendapat mereka adalah sesungguhnya hadits tersebut (طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ) adalah SHAHIH LIGHAIRIHI.

[Lihat Kitab Faidlul Qadir Karya Imam Al Munawiy].

وكما قال الامام السيوطي الشافعي رحمه الله تعالى ولفظه:

 

فَقَدْ قَالَ الْمِزِّيُّ ( تِلْمِيذُ النَّوَوِيِّ): إِنَّ لَهُ طُرُقًا يَرْتَقِي بِهَا إِلَى رُتْبَةِ الْحَسَنِ.

[انظر كتاب تدريب الراوي في شرح تقريب النواوي : ج ٢ ص ٦٢٢ /  أنواع الحديث / النوع الثلاثون المشهور / للإمام عبد الرحمن بن أبي بكر، جلال الدين السيوطي الشافعي (ت ٩١١هـ) حققه: أبو قتيبة نظر محمد الفاريابي / الناشر: دار طيبة - بدون السنة].

Sesungguhnya Imam Al-Miziy (murid Imam An Nawawiy) berkata: Dia memiliki banyak jalan yang bisa menaikkan statusnya pada  peringkat hadits HASSAN.

[Lihat Kitab Tadribu Ar Rawi Fi Syarhi Taqrib An Nawawiy : juz 2 hal 622 / Anwa'u Al Hadits / An Nau'u Ats Tsalatsuna Masyhur / Karya Imam Jalaluddin Abdurrahman As Suyuthiy Asy Syafi'iy / Cet. Dar Thayyibah - Tnp. Tahun].

وقال الامام الحافظ السخاوي رحمه الله في كتابه المقاصد الحسنة :  

[تنبيه]: قد ألحق بعض المصنفين بآخر هذا الحديث (ومسلمة) و لـيس لها ذكـر في شـيء من طـرقـه و إن كـان معـناها صحيحاً

[انظر كتاب المقاصد الحسنة في بيان كثير من الأحاديث المشتهرة على الألسنة : ص ٤٤٢ /  الباب الأول: الأحاديث بحسب ترتيب الأحرف / حرف الطاء المهملة / للإمام شمس الدين أبو الخير محمد بن عبد الرحمن بن محمد السخاوي (ت ٩٠٢هـ)، المحقق: محمد عثمان الخشت / الناشر: دار الكتاب العربي - بيروت

الطبعة: الأولى، ١٤٠٥ هـ - ١٩٨٥مـ].

[Perhatian] : Beberapa penyusun telah menambahkan pada akhir hadits ini (lafadz .... Wa Muslimatin) dan lafadz tersebut tidak disebutkan dalam rantai periwayatannya, walaupun sebenarnya maknanya Shahih/benar.

[Lihat Kitab Al Maqashidu Al Hasanah Fi Bayani Katsirin Min Al Ahaditsi Al Masyhurah 'Ala Al Sinati : hal 442 / Al Babu Al Awwalu : Al Ahaditsu Bihasbi Tartibi Al Ahrufi / Harfu Ath Tha' Al Muhmalati / Karya Imam As Sakhawiy / Cet. Pertama : Dar Al Kitab Al 'Arabiy - Beirut Th. 1405 H - 1985 M].

وقال الامام المناوي في كتابه فيض القدير ل : 

 

وقال المصنف: جمعت له خمسين طريقا وحكمت بصجته لغيره ولم أصحح حديثا لم أسبق لتصحيحه سواه

[انظر كتاب فيض القدير شرح الجامع الصغير : ج ٤ ص ٢٦٧ / حرف الطاء / للإمام زين الدين محمد المدعو بعبد الرؤوف بن تاج العارفين بن علي بن زين العابدين الحدادي ثم المناوي القاهري (ت ١٠٣١هـ) / الناشر: المكتبة التجارية الكبرى - مصر، الطبعة: الأولى، ١٣٥٦ هـ].

Imam Al Munawiy dalam kitabnya Faidl Al Qadir berkata : 

Imam Mushonnif (pengarang kitab Jamiussoghir: Imam Suyuthi) berkata: “Aku mengumpulkan hadist ini (melalui) 50 periwayat dan aku menghukumi (hadist ini) dengan SHOHIH LI GHOIRIHI (Shohih dengan memandang periwayatan hadist lain) dan aku tidak menghukumi shohih suatu hadist yang belum aku shohihkan selain hadist diatas”.

[Lihat Kitab Faidlu Al Qadir : juz 4 hal 267 / Harfu Ath Tha' / Karya Imam Al Munawiy / Cet. Pertama : Al Maktabah At Tijariyyah Al Kubra - Mesir Th. 1356 M].

وقال الإمام النووي الشافعي رحمه الله تعالى في المجموع :

وَهَذَا الْحَدِيثُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ ثَابِتًا فَمَعْنَاهُ صَحِيحٌ

[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ١ ص ٢٤ / مقدمة / باب أقسام العلم الشرعي / للإمام أبو زكريا محيي الدين بن شرف النووي الشافعي(ت ٦٧٦ هـ) باشر تصحيحه: لجنة من العلماء / الناشر: (إدارة الطباعة المنيرية، مطبعة التضامن الأخوي) - القاهرة

عام النشر:١٣٤٤ - ١٣٤٧ هـ]. 

Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy dalam kitabnya Al Majmu' Syarhu Al Muhadzab berkata : 

Dan hadits ini walaupun statusnya tidak tetap, namun maknanya SHAHIH/BENAR.

[Lihat Kitab Al Majmu'Syarhu Al Muhadzab : juz 1 hal 24 / Muqaddimah / Babu Aqsami Al Ilmi Asy Syar'iy / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Cet. Idarah Ath Thaba'ah Al Muniriyyah - Kairo Th. 1344 - 1347 H].

وقال العلامة ملا علي القاري الحنفي رحمه الله تعالى : 

لَكِنَّ كَثْرَةَ الطُّرُقِ تَدُلُّ عَلَى ثُبُوتِهِ وَيَقْوَى بَعْضُهُ بِبَعْضٍ.

[انظر كتاب مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح : ج ١ ص ٣٠١ / كتاب العلم /  للإمام ملا علي بن (سلطان) محمد، أبو الحسن نور الدين الملا الهروي القاري الحنفي (ت ١٠١٤هـ) / الناشر: دار الفكر، بيروت - لبنان

الطبعة: الأولى، ١٤٢٢هـ - ٢٠٠٢مـ].

Imam Mula Aliy Al Qariy Al Hanafiy rahimahullahu ta'ala berkat a : 

Akan tetapi karena banyak akan periwayatannya, itu  menunjukkan akan ketetapan haditsnya dan saling memperkuat sebagian dengan sebagian yang lain.

[Lihat Kitab Mirqatu Al Mafatihi Syarhu Misykat Al Mashabih : juz 1 hal 301 / Kitabu Al Ilmi / Karya Imam Mula 'Aliy Al Qariy Al Hanafiy / Cet. Pertama : Dar Al Fikr - Beirut Libanon Th. 1422 H - 2002 M].

Adapun Maksud Hadits Tersebut Ulama' Juga Berbeda Pendapat :

فقال الامام المناوي رحمة الله عليه في كتابه فيض القدير: 

قد تباينت الأقوال وتناقضت الآراء وفي هذا العلم المفروض على نحو عشرين قولا وكل فرقة تقيم الأدلة على علمها وكل لكل معارض وبعض لبعض مناقض وأجود ما قيل قول القاضي: 

ما لا مندوحة عن تعلمه كمعرفة الصانع ونبوة رسله وكيفية الصلاة ونحوها فإن تعلمه فرض عين 

قال الغزالي في الإحياء: المراد العلم بالله وصفته التي تنشأ عنه المعارف القلبية وذلك لا يحصل من علم الكلام بل يكاد يكون حجابا مانعا منه وإنما يتوصل له بالمجاهدة فجاهد تشاهد ثم أطال في تقريره بما يشرح الصدور ويملأ القلب من النور ...(إلى أن قال) … 

سئل عنه النووي فقال: ضعيف وإن كان معناه صحيحا ...(إلى أن قال)… 

وقال المصنف: جمعت له خمسين طريقا وحكمت بصجته لغيره ولم أصحح حديثا لم أسبق لتصحيحه سواه.

[انظر كتاب فيض القدير شرح الجامع الصغير : ج ٤ ص ٢٦٧ / حرف الطاء / للإمام زين الدين محمد المدعو بعبد الرؤوف بن تاج العارفين بن علي بن زين العابدين الحدادي ثم المناوي القاهري (ت ١٠٣١هـ)

الناشر: المكتبة التجارية الكبرى - مصر

الطبعة: الأولى، ١٣٥٦ هـ].

Imam Al Munawiy dalam kitabnya Faidlu Al Qadir berkata :

(Mencari ilmu adalah suatu keharusan bagi setiap muslim)Telah aku jelaskan Qoul-qoul dan pertentangan pendapat tentang Ilmu yang di haruskan (mempelajarinya) sekitar 50 qoul, dan setiap golongan berpegang pada dasar-dasar sesuai keilmuan, satu sama lainnya saling bertentangan.

- Namun pendapat yang paling Indah, adalah dari Imam Al Qodli: “Setiap ilmu yang harus di pelajari (tidak ada keleluasaan untuk tidak mempelajarinya) seperti mengetahui pencipta, kenabian Rosul-Nya, tata cara sholat dan lainnya, karena mempelajarinya adalah kewajiban bagi setiap orang”.

- Imam Ghozali dalam kitab Ikhya’ berkata: “Yang di kehendaki (dengan Ilmu yang di haruskan mempelajarinya) adalah mengetahui (ma’rifat/Wushul) Alloh dan sifat-Nya, dimana dengan ilmu tersebut muncul pengetahuan yang bersumber dari hati, dan hal itu tidak akan berhasil dari Ilmu Kalam (Tauhid/teologi), bahkan ilmu kalam bisa menjadi penghalang dan penyegah mengetahui Alloh. Ma’rifat kepada Alloh hanya bisa berhasil dengan mujahadah (bersungguh-sungguh beribadah kepada Alloh), bersungguh-sungguhlah maka engkau akan menemukan ma’rifat kepada Alloh!”. Kemudian Imam Ghozali membeberkan keterangan tentang sesuatu yang bisa melapangkan dada dan menerangi hati.

- Pada waktu Imam Nawawi di tanya (tentang status) Hadist ini, beliau berkata: “(hadist ini) adalah hadist dloif (lemah dipandang dari periwayat), walaupun Shohih dalam segi makna (maknanya benar). Imam Mushonnif (pengarang kitab Jamiussoghir: Imam Suyuthi) berkata: “Aku mengumpulkan hadist ini (melalui) 50 periwayat dan aku menghukumi (hadist ini) dengan Shohih Li Ghoirihi (Shohih dengan memandang periwayatan hadist lain) dan aku tidak menghukumi shohih suatu hadist yang belum aku shohihkan selain hadist diatas”.

[Lihat Kitab Faidlu Al Qadir : juz 4 hal 267 / Harfu Ath Tha' / Karya Imam Al Munawiy / Cet. Pertama : Al Maktabah At Tijariyyah Al Kubra - Mesir Th. 1356 M].

وجاء في كتاب الجامع لعلوم الإمام أحمد - أصول الفقه :

قال إسحاق: "طَلَبُ العِلْمِ فَرِيضَةٌ"  لم يصح الخبر فيه إلا أن معناه قائم، يلزمُه طلبُ علم ما يحتاجُ إليه من وضوئه، وصلاته، وزكاته إن كان له مالٌ، وكذلك الحج وغيره، وإنَّما معنى الواجب أنَّها إذا وقعت فلا طاعة للأبوين في ذلك، وأمَّا من خرج يبتغي علمًا فلا بدَّ له من الخروج بإذن الأبوين؛ لأنه فضيلة ما لم تحل به البلية، والنوافل لا تُبتغى إلا بإذن الآباء.

[انظر الجامع لعلوم الإمام أحمد - أصول الفقه الإمام  أبو عبد الله أحمد بن حنبل : ج ٥ ص ٣٥ / المؤلف: خالد الرباط، سيد عزت عيد [بمشاركة الباحثين بدار الفلاح] / الناشر: دار الفلاح للبحث العلمي وتحقيق التراث، الفيوم - جمهورية مصر العربية، الطبعة: الأولى، ١٤٣٠ هـ - ٢٠٠٩ مـ].

Imam Ishaq berkata: “Mencari ilmu itu wajib.” Riwayat tentang hal itu TIDAKLAH  SHAHIH, namun  MAKNANYA SAHIH. Dia harus mencari ilmu tentang apa yang dia butuhkan.

Begitu juga dengan ilmu haji dan lain-lainnya, namun makna kewajiban adalah jika sedang berlangsung/mendaftar, maka belajar ilmu haji tidak ada ketaatan/izin kepada orang tua dalam hal itu. Adapun barangsiapa keluar untuk mencari ilmu, maka ia harus keluar dengan izin orang tuanya, karena hal tersebut merupakan sebuah keutamaan yang dapat memposisikannya agar musibah tidak menimpanya, dan ilmu  shalat sunnah tidak boleh dicari kecuali dengan izin orang tua.

[Lihat Kitab Al Jami' Li'ulumi Al Imam Ahmad - Usul Al Fiqhi Al Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hambal : juz 5 hal 35 / Karya Perserikatan Pembahas Darul Fallah / Cet. Pertama :  Dar Al Falah Lilbahtsi Al Ilmiy  Wa Tahqiqi At Turats Al Qayyum - Jumhuriyyah Al Arabiyyah Mesir, Th. 1430 H - 2009 M].

Syaikh lmam Burhanu Al Islam Az-Zarnujiy  (w. 593 H/1196 M) dalam kitabnya " Ta'limu Al Muta'alim menyampaikan nasihatnya:

فَصْلٌ فِى مَاهِيَةِ الْعِلْمِ وَ الْفِقْهِ َو فَضْلِهِ

بَلْ يُفْتَرَضُ عَلَيْهِ طَلَبُ عِلْمِ اْلحَالِ كَمَا يُقَالُ اَفْضَلُ الْعِلْمِ عِلْمُ الْحَالِ اَفْضَلُ الْعَمَلِ حِفْظُ اْلحَالِ

(Fasal) menerangkan sejatinya ilmu, ilmu fiqih dan keutamaannya

tetapi setiap muslim dan muslimat di wajibkan mempelajari ilmu hal (ilmu tentang keadaan yang di butuhkan sekarang). seperti yang telah di katakan paling utamanya ilmu adalah ilmu hal dan paling utamanya amal adalah menjaga ilmu hal (Perilaku).

وَيُفْتَرَضُ عَلَى اْلمُسْلِمِ طَلْبُ عِلْمِ مَا يَقَعُ لَهُ فِى حَالِهِ فِىْ اَىِّ حَالٍ كَانَ. فَإِنَّهُ لاَبُدَّ لَهُ مِنَ الصَّلاَةِ. فَيُقْتَرَضُ عَلَيْهِ عِلْمُ مَا يَقَعُ لَهُ فِى صَلاَتِهِ بِقَدْرِ مَا يُؤَذِّىْ بِهِ فَرْ ضَ ا لصلا ة و يجب عليه علم ما يقع له بقد ر ما يؤ دي بهاْ لوَاجِبَ. لأَنَّ مَا يَتَوَسَّلُ بِهِ اِلى اِقَامَةِ اْلفَرْضِ يَكُوْنُ فَرْضًا وَمَا يَتَوَسَّلُ بِه اِلى اِقَامَةِ اْلوَاجِبِ يَكُوْنُ وَاجِبًا وَكَذلِكَ فِى الصَّوْمِ وَالزَّكّاةِ اِنْ كَانَ لَهُ مَلٌ وَاْلحَجِّ اِنْ وَجَبَ عَلَيْهِ وَكَذلِكَ فِى اْلبُيُوْعِ اِنْ كَانَ يَتَّجِرُ. 

Artinya: “Setiap orang Islam diwajibkan menuntut ilmu yang berkaitan dengan apa yang menjadi keperluannya saat itu, kapan saja. Oleh karena setiap orang Islam harus mengetahui sesuatu yang datang (rukun dan syarat-syarat sahnya sholat) supaya dapat melaksanakan kewajiban sholat dengan sempurna. Setiap orang Islam wajib mempelajari atau mengetahui sesuatu amalan yang akan dikerjakannya untuk memenuhi kewajiban tersebut, karena sesuatu yang menjadi perantara (wasilah) untuk dapat melaksanakan kewajiban maka mempelajari/mengetahui/menuntut ilmu tersebut hukumnya wajib, maka mempelajari ilmu agama hukumnya wajib, misal ilmu tentang puasa, zakat bila mempunyai harta, haji jika sudah mampu, dan ilmu tentang jual beli jika akan berdagang”.

 وشرف العلم لايخفى على أحد إذ هو المختص بالإنسانية لأن جميع الخصال سوى العلم، يشترك فيها الإنسان وسائر الحيوانات: كالشجاعة والجراءة والقوة والجود والشفقة وغيرها سوى العلم وبه أظهر الله تعالى فضل آدم عليه السلام على الملائكة، وأمرهم بالسجود له

“Tidak seorang pun yang meragukan akan pentingnya ilmu pengetahuan, karena ilmu itu khusus dimiliki umat manusia. Adapun selain ilmu, itu bisa dimiliki manusia dan bisa dimiliki binatang. Dengan ilmu Allah SWT mengangkat derajat Nabi Adam as, di atas para malaikat. Oleh karena itu, malaikat di perintah oleh Allah SWT agar sujud kepada Nabi Adam as”.

Sebagaimana hakekat tujuan manusia hidup di dunia adalah Taqwa yaitu menjalankan perintahnya (Allah SWT) dan menjauhi segala larangannya (Allah SWT), dengan cara mengetahui dan belajar agama Islam, terkhusus bagi para pelajar dan santri. 

وإنما شرف العلم بكونه وسيلة الى البر والتقوى، الذى يستحق بها المرء الكرامة عند الله، والسعادة والأبدية

“Ilmu itu sangat penting karena itu sebagai wasilah (sarana) untuk bertaqwa. Dengan taqwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat disisi Allah, dan keuntungan yang abadi”.

[Lihat Kitab Ta'limu Al Muta'alim : hal 9 - 10 / Fashlun Fi Mahiyyatu Al Ilmi Wa Al Fiqhi Wa Fadhlihi / Karya Syaikh lmam Burhanu Al Islam Az-Zarnuji (w. 593 H/1196 M) / Al Maktabah Asy Syamilah].

Dalam kesempatan lain pengarang kitab Ta'limu Al Muta'alim menjelaskan akan niat para pencari ilmu, beliau mengatakan :

ثم لابد له من النية فى زمان تعلم العلم، إذ النية هى الأصل فى جميع الأفعال لقوله عليه السلام: إنما الأعمال بالنيات. حديث صحيح.

Wajib berniat waktu belajar. Sebab niat itu menjadi pokok dari segala hal, sebagaimana sabda nabi saw : Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu terserah niatnya” Hadits shahih.

[روى] عن رسول الله صلى الله عليه وسلم: كم من عمل يتصور بصورة عمل الدنيا، ثم يصير بحسن النية من أعمال الآخرة، وكم من عمل يتصور بصورة عمل الآخرة ثم يصير من أعمال الدنيا بسوء النية.

Dari beliau pula diriwayatkan sebuah hadits : ”Banyak amal perbuatan yang berbentuk amal dunia namun karena bagus niatnya maka menjadi bagian amal akhirat. Adapula amal perbuatan yang terlihat amal akhirat lalu menjadi amal dunia yang karena buruk niat.”

وينبغى أن ينوى المتعلم بطلب العلم رضاء الله والدار الآخرة، وإزالة الجهل

عن نفسه، وعن سائر الجهال، وإحياء الدين وإبقاء الإسلام، فإن بقاء الإسلام

بالعلم، ولايصح الزهد والتقوى مع الجهل.

وأنشدنا الشيخ الإمام الأجل الأستاذ برهان الدين صاحب الهداية لبعضهم شعرا:

فـساد كـبير عـالم مـتهتـك            وأكـبر منه جاهل متنسك

هما فتنة للعالمين عظيمة            لمن بهما فى دينه يتمسك

Di waktu belajar hendaklah berniat mencari Ridha Allah swt. Kebahagian akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh, mengembangkan agama dan melanggengkan islam sebab kelanggengan islam itu harus diwujudkan dengan ilmu. Zuhud dan taqwapun tidak sah jika tanpa berdasar ilmu.

Syaikhul imam Ajall Burhanuddin Shahibul Hidayah menyanyikan syair gubahan sebagian ulama :

    Hancur lebur, orang alim tak teratur

    Lebih lebur, bila si jahil ibadah ngawur

  

    Keduanya menjadi fitnah,menimpa ganas di dunia

Atas yang mengikutinya, sebagai dasar peri agama.

وينوى به: الشكر على نعمة العقل، وصحة البدن, ولا ينوى به إقبال الناس

عليه، ولا استجلاب حطام الدنيا، والكرامة عند السلطان وغيره.

Dengan belajar pula, hendaklah diniati untuk mensyukuri kenikmatan akal dan badan yang sehat. Belajar jangan diniatkan untuk mencari pengaruh, kenikmatan dunia ataupun kehormatan di depan sultan dan penguasai-penguasa lain.

[Lihat Kitab Ta'limu Al Muta'alim : hal 12 / Fashlun Fi An Niyyati Fi Hali At Ta'allumi /  Karya Syaikh lmam Burhanu Al Islam  Az-Zarnuji (w. 593 H/1196 M) / Al Maktabah Asy Syamilah].

وجاء في كتاب المسوط للإمام السرخسي الحنفي رحمه الله تعالى : 

فَقَدْ أَشَارَ مُحَمَّدٌ رَحِمَهُ اللَّهُ إلَى ذَلِكَ فِي قَوْلِهِ طَلَبُ الْكَسْبِ فَرِيضَةٌ ، كَمَا أَنَّ طَلَبَ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ فَتَشْبِيهُ هَذَا بِذَاكَ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ طَلَبَ الْعِلْمِ أَعْلَى دَرَجَةً مِنْ غَيْرِهِ وَبَيَانُ فَرْضِيَّةِ طَلَبِ الْعِلْمِ فِي قَوْلِهِ عَلَيْهِ السَّلَامُ { طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ } وَالْمُرَادُ عِلْمُ الْحَلَالِ عَلَى مَا قِيلَ : أَفْضَلُ الْعِلْمِ عِلْمُ الْحَلَالِ وَأَفْضَلُ الْعَمَلِ حِفْظُ الْحَالِ وَبَيَانُ هَذَا أَنَّ مَا يَحْتَاجُ الْمَرْءُ فِي الْحَالِ لِأَدَاءِ مَا لَزِمَهُ يُفْتَرَضُ عَلَيْهِ عَيْنًا عِلْمُهُ كَالطَّهَارَةِ لِأَدَاءِ الصَّلَاةِ فَإِنْ أَرَادَ التِّجَارَةَ يُفْتَرَضُ عَلَيْهِ تَعَلُّمُ مَا يَتَحَرَّزُ بِهِ عَنْ الرِّبَا وَالْعُقُودِ الْفَاسِدَةِ ، وَإِنْ كَانَ لَهُ مَالٌ يُفْتَرَضُ عَلَيْهِ تَعَلُّمُ زَكَاةِ جِنْسِ مَالِهِ لِيَتَمَكَّنَ بِهِ مِنْ الْأَدَاءِ ، وَإِنْ لَزِمَهُ الْحَجُّ يُفْتَرَضُ عَلَيْهِ تَعَلُّمُ مَا يُؤَدِّي بِهِ الْحَجَّ هَذَا مَعْنَى عِلْمِ الْحَالِ

[انظر كتاب المبسوط : ح ٢٠ ص ٢٦٠ / كتاب الكسب / للإمام محمد بن أحمد بن أبي سهل شمس الأئمة السرخسي الحنفي (ت ٤٨٣ هـ) باشر تصحيحه: جمع من أفاضل العلماء / الناشر: مطبعة السعادة - مصر وصوّرَتها: دار المعرفة - بيروت، لبنان - بدون السنة].

Tersebut dalam kitab Al Mabsuth karya Imam As Sarkhasiy Al Hanafiy rahimahullahu ta'ala :

Imam Muhammad rahimahullahu ta'ala mengisyaratkan:  merujuk pada hal ini dengan perkataaan beliau, “Mencari penghasilan adalah wajib.”

Sebagaimana menuntut ilmu adalah kewajiban, maka menyamakan dengan hal itu adalah bukti bahwasannya  menuntut ilmu itu lebih tinggi derajatnya dari yang lainnya.

Dan klarifikasi kewajiban mencari ilmu ada didalam sabda Nabi 'alaihissalam : "{Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim}"

Dan yang dimaksud adalah ilmu yang halal, menurut apa yang telah dikatakan: Ilmu yang paling baik adalah ilmu yang halal, dan sebaik-baik amal adalah menjaga perilaku.

Dan penjelasannya adalah bahwa apa yang dibutuhkan seseorang segera untuk melakukan apa yang diperlukan baginya, dia diharuskan untuk mengetahui apa yang dia harus ketahui, seperti belajar ilmu bersuci untuk melakukan shalat.

Jika dia ingin berdagang, dia diharuskan untuk mempelajari apa yang dengan ilmu itu bisa menjaganya dari hal riba dan akad/kontrak  yang rusak.

Dan jika dia memiliki harta, dia wajib mempelajari ilmu jenis  zakat hartanya, agar dengan ilmu tersebut dia bisa menunaikan kewajiban zakatnya.

Dan jika dia diharuskan menunaikan ibadah haji, maka dia wajib belajar bagaimana cara menunaikan haji, agar ia dapat menunaikannya. Dan inilah yang disebut ILMU HAL.

[Lihat Kitab Al Mabsuth : juz 20 hal 260 / Kitabu Al Kasbi / Karya Imam As Sarkhasiy Al Hanafiy / Mathba'ah As Sa'adah - Mesir Dan Naskah Salinannya Dar Al Ma'rifah - Beirut Libanon, Tnp. Tahun].

قال الامام ابن عبد البر المالكي رحمه الله : 

وَأَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَحْمَدَ وَعُبَيْدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عُبَيْدٍ قَالَا: نا أَبُو عَلِيٍّ الْحَسَنُ بْنُ سَلَمَةَ بْنِ سَلْمُونَ، ثنا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْجَارُودِ، ثنا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ الْكَوْسَجُ قَالَ: سَمِعْتُ إِسْحَاقَ بْنَ رَاهَوَيْهِ يَقُولُ: 

" طَلَبُ الْعِلْمِ وَاجِبٌ وَلَمْ يَصِحَّ فِيهِ الْخَبَرُ إِلَّا أَنَّ مَعْنَاهُ أَنْ يَلْزَمَهُ طَلَبُ عِلْمِ مَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ مِنْ وُضُوئِهِ وَصَلَاتِهِ وَزَكَاتِهِ إِنْ كَانَ لَهُ مَالٌ وَكَذَلِكَ الْحَجُّ وَغَيْرُهُ، قَالَ: وَمَا وَجَبَ عَلَيْهِ مِنْ ذَلِكَ لَمْ يَسْتَأْذِنْ أَبَوَيْهِ فِي الْخُرُوجِ إِلَيْهِ وَمَا كَانَ مِنْهُ فَضِيلَةً لَمْ يَخْرُجْ إِلَى طَلَبِهِ حَتَّى يَسْتَأْذِنَ أَبَوَيْهِ 

قَالَ أَبُو عُمَرَ: «يُرِيدُ إِسْحَاقُ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ، أَنَّ الْحَدِيثَ فِي وُجُوبُ طَلَبُ الْعِلْمُ فِي أَسَانِيدِهِ مَقَالٌ لِأَهْلِ الْعِلْمِ بِالنَّقْلِ وَلَكِنَّ مَعْنَاهُ صَحِيحٌ عِنْدَهُمْ وَإِنْ كَانُوا قَدِ اخْتَلَفُوا فِيهِ اخْتِلَافًا مُتَقَارِبًا عَلَى مَا نَذْكُرُهُ هَا هُنَا إِنْ شَاءَ اللَّهُ»

[انظر كتاب جامع بيان العلم وفضله : ج ١ ص ٥٢ /  باب قوله صلى الله عليه وسلم: " طلب العلم فريضة على كل مسلم " قال أبو عمر: هذا حديث يروى عن أنس بن مالك , عن النبي صلى الله عليه وسلم من وجوه كثيرة , كلها معلولة , لا حجة في شيء منها عند أهل العلم بالحديث من جهة الإسناد / للإمام أبو عمر يوسف بن عبد البر المالكي (ت ٤٦٣ هـ)، المحقق: أبو الأشبال الزهيري

/ الناشر: دار ابن الجوزي - السعودية الطبعة: الأولى، ١٤١٤ هـ - ١٩٩٤ مـ].

Imam Ibnu Abdil Barr Al Malikiy berkata :

Menuntut ilmu itu wajib, dan tidak ada riwayat yang shahih tentangnya, kecuali  maknanya itu berarti dia wajib mencari ilmu tentang apa yang dia perlukan dari wudhunya, shalatnya, dan zakatnya apabila dia memiliki uang, begitu juga haji dan selain itu, dia (Imam Ishaq) berkata: Dan sesuatu yang wajib baginya dari semua itu  maka ia tidak perlu  meminta izin terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya, dan mencari sesuatu yang darinya hanya ada keutamaan (bukan kewajiban) janganlah keluar untuk mencapainya sehingga ia  meminta izin terlebih dahulu  kepada kedua orang tuanya.

Abu Omar berkata: Yang dimaksud Imam  "Ishaq adalah : Wallaahu A'lam sesungguhnya hadits yang menjelaskan kewajiban mencari ilmu didalam sanad rantai perawinya masih menjadi perdebatan dikalangan ahli ilmu secara naql akan tetapi MAKNANYA SHAHIH/BENAR menurut mereka apabila mereka berselisih pendapat namun perbedaan mereka tidak terlalu jauh, seperti apa yang akan  kami sebutkan di sini, insya Allah.

[Lihat Kitab Jami'u Bayani Al Ilmi Wa Fadhlihi : juz 1 hal 52 / Babu Qauluhu ShallAllahu 'Alaihi Wasalam : Thalabu Al Ilmi Faridhatun ... / Karya Imam Ibnu Abdil Barr Al Malikiy / Cet. Pertama : Dar Ibnu Al Jauziy - As Su'udiyyah Th. 1414 H - 1994 M].

Dalam riwayat hadits yang lainnya :

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، قَالَ: حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ يَزِيدَ العَتَكِيُّ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الرَّازِيِّ، عَنْ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: 

_*«مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ العِلْمِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ»*_

قَالَ أَبُو عِيسَى : هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ وَرَوَاهُ بَعْضُهُمْ فَلَمْ يَرْفَعْهُ.

[رواه الترمذي /  ٣٩ - أبواب العلم / باب فضل طلب العلم / رقم الحديث : ٢٦٤٧].

Telah bercerita kepada kami : Nahsr bin Ali dia berkata : Telah bercerita kepada kami : Khalid bin Yazid Al Ataki. Dari Abu Ja'far Ar Razi. Dari Ar Rabi' bin Anas. Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, beliau berkata; Rasulullah ﷺ pernah  bersabda: 

_*"Barangsiapa keluar dalam rangka menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai dia kembali."*_ 

Abu Isa (At Tirmidzi)  berkata; 'HADITS INI HASAN GHARIB, sebagian perawi telah meriwayatkannya namun tidak merafa'kannya.'

[HR. Tirmidzi / 39 - Abwabu Al Ilmi / Babu Fadhlu Thalabi Al Ilmi / No. Hadits : 3647].

Dalam riwayat hadits yang lainnya dijelaskan :

عن عَبْد الْعَزِيزِ بن أَبِي رَوَّادٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ قَالَ: كَانَ يُقَالُ: 

الْعِلْمُ ضَالَّةُ الْمُؤْمِنِ يَغْدُو فِي طَلَبِهِ , فَإِذَا أَصَابَ مِنْهُ شَيْئًا حَوَاهُ

[رواه ابن أبي شيبة في مصنفه /  ٣٣ - كتاب الزهد / ما قالوا في البكاء من خشية الله / رقم الحديث : ٢٥٧١٤].

Dari Abdul ‘Aziz bin Abi Rawwaad. Dari Abdullah bin Ubaid bin Umair, ia berkata: Dulu dikatakan:

“Ilmu itu suatu yang hilang dari seorang mukmin, ia keluar mencarinya. Dan jika ia mendapatkan sesuatu darinya maka ia mengambilnya”.

[HR. Ibnu Abi Syaibah Dalam Mushannafnya / 33 - Kitabu Az Zuhdi / Ma Qalu Fi Al Buka'i Min KhasyatiAllahi / No. Hadits : 25714].

Didalam riwayat hadits yang lainnya dijelaskan :

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، عَنْ حُمَيْدٍ الْخَرَّاطِ، عَنِ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: 

_*«مَنْ جَاءَ مَسْجِدِي هَذَا، لَمْ يَأْتِ إِلَّا لِخَيْرٍ يَتَعَلَّمُهُ، أَوْ يُعَلِّمُهُ، فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَمَنْ جَاءَه لِغَيْرِ ذَلِكَ، فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ رَجُلٍ يَنْظُرُ إِلَى مَتَاعِ غَيْرِهِ».*_

[رواه أحمد /  مسند المكثرين من الصحابة / مسند أبي هريرة رضي الله عنه / رقم الحديث : ٩٤١٩].

Telah menceritakan kepada kami : Qutaibah berkata; Telah menceritakan kepada kami : Hatim bin Isma'il. Dari Humaid Al Kharrath. Dari Al Maqburi. Dari Abu Hurairah radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata; Rasulullah ﷺ pernah  bersabda: 

_*"Barangsiapa datang ke masjidku ini, ia tidak datang kecuali untuk suatu kebaikan yang ia pelajari, maka ia seperti seorang mujahid fi sabilillah. Dan barangsiapa datang bukan untuk tujuan itu, maka ia seperti seorang yang melihat harta milik orang lain."*_

 [HR. Ahmad / Musnad Al Muktsirin Min Ash Shahabati / Musnad Abi Hurairah Radhiyallahu Anhu / No. Hadits : 9419].

Didalam riwayat hadits yang lainnya dijelaskan :

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ، عَنْ دَاوُدَ بْنِ جَمِيلٍ، عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ، قَالَ: كُنْتُ جَالِسًا عِنْدَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ، فَأَتَاهُ رَجُلٌ، فَقَالَ: يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ، أَتَيْتُكَ مِنَ الْمَدِينَةِ، مَدِينَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُ بِهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَالَ: فَمَا جَاءَ بِكَ تِجَارَةٌ؟ قَالَ: لَا، قَالَ: وَلَا جَاءَ بِكَ غَيْرُهُ؟ قَالَ: لَا، قَالَ: فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: 

«مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، حَتَّى الْحِيتَانِ فِي الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ»

[رواه ابن ماجه /  افتتاح الكتاب في الإيمان وفضائل الصحابة والعلم / (١٧) - باب فضل العلماء والحث على طلب العلم / رقم الحديث : ٢٢٣].

Telah menceritakan kepada kami : Nashr bin Ali Al Jahdlami, ia  berkata : Telah menceritakan kepada kami : Abdullah bin Daud. Dari 'Ashim bin Raja` bin Haiwah. Dari Dawud bin Jamil. Dari Katsir bin Qais, ia berkata; "Ketika aku sedang duduk di samping Abu Darda di masjid Damaskus, tiba-tiba datang seseorang seraya berkata; "Hai Abu Darda, aku mendatangi anda dari kota Madinah, kota Rasulullah ﷺ karena satu hadits yang telah sampai kepadaku, bahwa engkau telah menceritakannya dari Nabi ﷺ! " Lalu Abu Darda bertanya; "Apakah engkau datang karena berniaga?" Katsir bin Qais menjawab; "Bukan, " Abu Darda` bertanya lagi, "Apakah karena ada urusan yang lainnya?" Katsir bin Qais menjawab; "Bukan, " Katsir bin Qais berkata; "Sesungguhnya aku mendengar ﷺ pernah bersabda: 

_*"Barangsiapa meniti jalan untuk mencari ilmu, Allah akan permudahkan baginya jalan menuju surga. Para Malaikat akan membentangkan sayapnya karena ridla kepada penuntut ilmu. Dan seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada di air. Sungguh, keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah adalah ibarat bulan purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang sangat besar."*_

[HR. Ibnu Majah / Iftitahu Al Kitabi Fi Al Imani Wa Fadlo'ili Ash Shahabati Wa Al Ilmi / 17 - Babu Fadlu 'Ulama' Wa Al Hitsu 'Ala Thalabi Al Ilmi / No. 223].

Didalam riwayat hadits yang lainnya dijelaskan :

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي حُمَيْدٌ قَالَ سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ يَخْطُبُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ : 

_*«مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَيُعْطِي اللَّهُ وَلَنْ يَزَالَ أَمْرُ هَذِهِ الْأُمَّةِ مُسْتَقِيمًا حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ أَوْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ»*_

[رواه البخاري / كتاب الاعتصام بالكتاب والسنة /  باب قول النبي لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق / رقم الحديث : ٧٣١٢].

Telah menceritakan kepada kami : Ismail. Telah menceritakan kepada kami : Ibn Wahb. Dari Yunus. Dari Ibn Syihab. Telah mengabarkan kepadaku : Humaid, ia  berkata : aku mendengar Mu'awiyah bin Abu Sufyan  berpidato dengan berkata : "Aku mendengar Nabi ﷺ pernah bersabda; 

_*"Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik, maka Allah menjadikannya pandai terhadap urusan agamanya, hanyasanya aku membagi sedang Allah Sang pemberi, dan keadaan umat ini akan terus senantiasa lurus hingga kiamat tiba, atau dengan redaksi, 'hingga keputusan Allah tiba."*_

[HR.Bukhariy / Babu Al I'tishami Bi Al Kitabi Wa As Sunnati / Babu Qaulu An Nabi La Tazalu Thaifatun Min Ummatiy Dzahiriina 'Ala Al Haqqi / No. Hadits : 7312].

قال الامام العيني الحنفي رحمه الله :

قَوْله: (يفقهه) أَي: يفهمهُ، إِذْ الْفِقْه فِي اللُّغَة الْفَهم. قَالَ تَعَالَى {يفقهوا قولي} (طه: ٢٨) أَي: يفهموا قولي، من فقه يفقه، من بَاب: علم يعلم، ثمَّ خص بِهِ علم الشَّرِيعَة، والعالم بِهِ يُسمى فَقِيها. انتهى 

[انظر كتاب "عمدة القاري" شرح صحيح البخاري: ج ٢ ص ٤٦ / كتاب العلم / (باب العلم قبل القول والعمل لقوله تعالى {فاعلم أنه لا إله إلا الله} (محمد: ١٩) فبدأ بالعلم) / للإمام أبو محمد محمود بن أحمد بن موسى بن أحمد بن حسين الغيتابى الحنفى بدر الدين العينى (ت ٨٥٥هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت بدون السنة].

Imam Al 'Ainiy Al Hanafiy rahimahullahu ta'ala berkata :

Sabda Nabi ﷺ (Yufaqqihu) : artinya dipahamkan, karena fiqh secara bahasa adalah faham. Allah berfirman ( Qs.Thoha: 28 ) : “ yafqahu qauli “, yaitu mereka memahami perkataanku. Kemudian istilah ini digunakan secara khusus untuk ilmu syari'ah. Maka orang yang memahami ilmu syariah disebut orang yang Faqih “

[Lihat Kitab 'Umdatu Al Qari Syarhu Shahih Al Bukhariy : juz 2 hal 46 / Kitabu Al Ilmi / Babu Al Ilmi Qabla Al Qauli Wa Al Amali ... / Karya Imam Al 'Ainiy Al Hanafiy / Cet. Dar Ihya' At Turats Al 'Arabiy - Beirut Tnp. Tahun].

Berkata Imam  An-Nawawiy di dalam kitabnya Al Minhaj  Syarh Shahih Muslim berkata :

وَفَضْلُ الْمَشْيِ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ وَيَلْزَمُ مِنْ ذَلِكَ الِاشْتِغَالُ بِالْعِلْمِ الشَّرْعِيِّ بِشَرْطِ أَنْ يُقْصَدَ بِهِ وَجْهُ اللَّهِ تعالى وان كَانَ هَذَا شَرْطًا فِي كُلِّ عِبَادَةٍ لَكِنَّ عَادَةَ الْعُلَمَاءِ يُقَيِّدُونَ هَذِهِ الْمَسْأَلَةَ بِهِ لِكَوْنِهِ قَدْ يَتَسَاهَلُ فِيهِ بَعْضُ النَّاسِ وَيَغْفُلُ عَنْهُ بَعْضُ الْمُبْتَدِئِينِ وَنَحْوُهُمْ

[انظر كتاب المنهاج شرح صحيح مسلم : ج ١٧ ص ٢١ / 

 كتاب الذكر والدعاء والتوبة والاستغفار / (بَاب فَضْلِ الِاجْتِمَاعِ عَلَى تِلَاوَةِ الْقُرْآنِ وَعَلَى الذِّكْرِ (رقم الحديث : ٢٦٩٩) فيه / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (ت ٦٧٦هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت الطبعة: الثانية، ١٣٩٢ هـ].

Di dalam hadist tersebut terdapat keutamaan menuntut ilmu dan secara otomatis menunjukkan keutamaan menyibukkan diri dengan ilmu syar’i, tetapi syaratnya harus DINIATKAN KARENA ALLAH. Syarat ini walaupun berlaku dalam seluruh ibadah, tetapi sebagai kebiasaan para ulama menekankan secara khusus keikhlasan di dalam menuntut ilmu, karena sebagian masyarakat menganggap remeh hal ini dan para penuntut ilmu yang pemula seringkali lengah dalam masalah ini. “

[Lihat Kitab Al Minhaj Syarhu Shahih Muslim : juz 17 hal 21 / Kitabu Adz Dzikri Wa Ad Du'ai Wa At Taubati Wa Al Istighfari / Babu Fadhli Al Ijtima'i 'Ala Tilawati Al Qur'ani Wa 'Ala Adz Dzikri (No. Hadits : 2699) Fihi / Karya Imam Abu Zakariyya Muhyiddin Bin Syaraf An Nawawiy Asy Syafi'iy / Cet. Kedua : Dar Ihyai At Turats Al 'Arabiy - Beirut Th. 1392 H].

Pada kesempatan lain berkata Imam An-Nawawiy Asy Syafi'iy di dalam kitabnya Al Minhaj Syarh Shahih Muslim :

فِي تَحْصِيلِ هذه الفضيلة الاجتماع فى مدرسة وَرِبَاطٍ وَنَحْوِهِمَا إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى وَيَدُلُّ عَلَيْهِ الْحَدِيثُ الَّذِي بَعْدَهُ فَإِنَّهُ مُطْلَقٌ يَتَنَاوَلُ جَمِيعَ الْمَوَاضِعِ وَيَكُونُ التَّقْيِيدُ فِي الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ خَرَجَ عَلَى الْغَالِبِ لَا سِيَّمَا فِي ذَلِكَ الزَّمَانِ فَلَا يَكُونَ لَهُ مَفْهُومٌ يُعْمَلُ بِهِ 

[انظر كتاب المنهاج شرح صحيح مسلم : ج ١٧ ص ٢٢ / 

 كتاب الذكر والدعاء والتوبة والاستغفار / (بَاب فَضْلِ الِاجْتِمَاعِ عَلَى تِلَاوَةِ الْقُرْآنِ وَعَلَى الذِّكْرِ (رقم الحديث : ٢٦٩٩) فيه / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (ت ٦٧٦هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت الطبعة: الثانية، ١٣٩٢ هـ].

“ Selain di masjid, untuk mendapatkan keutamaan berkumpul untuk mencari ilmu, juga bisa di dapat di tempat lain seperti sekolah, pesantren dan sejenisnya insya Allah. Yang menunjukkan hal itu adalah hadits sesudahnya yang menerangkan tentang cakupan semua tempat. Oleh karena sebutan tempat tertentu (masjid) pada hadits pertama hanya menunjukkan kebiasaan, khususnya pada zaman itu, sehingga tidak ada mafhum yang diamalkan. “  

[Lihat Kitab Al Minhaj Syarhu Shahih Muslim : juz 17 hal 22 / Kitabu Adz Dzikri Wa Ad Du'ai Wa At Taubati Wa Al Istighfari / Babu Fadhli Al Ijtima'i 'Ala Tilawati Al Qur'ani Wa 'Ala Adz Dzikri (No. Hadits : 2699) Fihi / Karya Imam Abu Zakariyya Muhyiddin Bin Syaraf An Nawawiy Asy Syafi'iy / Cet. Kedua : Dar Ihyai At Turats Al 'Arabiy - Beirut Th. 1392 H].

Berkata Ibnul Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy rahimahullahu dalam kitabnya Madariju As Salikin Baina Manazili Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in :

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: 

"النَّاسُ إِلَى الْعِلْمِ أَحْوَجُ مِنْهُمْ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ. لِأَنَّ الرَّجُلَ يَحْتَاجُ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ فِي الْيَوْمِ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ. وَحَاجَتُهُ إِلَى الْعِلْمِ بِعَدَدِ أَنْفَاسِهِ."

وَرُوِّينَا عَنِ الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: 

"طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ النَّافِلَةِ. وَنَصَّ عَلَى ذَلِكَ أَبُو حَنِيفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ."

وَقَالَ ابْنُ وَهْبٍ: كُنْتُ بَيْنَ يَدِي مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ. فَوَضَعْتُ أَلْوَاحِي وَقُمْتُ أُصَلِّي. فَقَالَ: مَا الَّذِي قُمْتَ إِلَيْهِ بِأَفْضَلَ مِمَّا قُمْتَ عَنْهُ. ذَكَرَهُ ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ وَغَيْرُهُ.

[انظر كتاب مدارج السالكين بين منازل إياك نعبد وإياك نستعين : ج ٢ ص ٤٤٠ / فصل منزلة العلم / شرف العلم وفضله / للإمام محمد بن أبي بكر بن أيوب بن سعد شمس الدين ابن قيم الجوزية الحنبلي (ت ٧٥١هـ)، المحقق: محمد المعتصم بالله البغدادي / الناشر: دار الكتاب العربي - بيروت، الطبعة: الثالثة، ١٤١٦ هـ - ١٩٩٦مـ].

Imam Ahmad bin Hambal radliyyAllahu 'anhu berkata : 

“Manusia sangat membutuhkan kepada ilmu melebihi kebutuhan mereka kepada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dalam sehari sekali atau dua kali saja. Sedangkan ilmu dibutuhkan sebanyak bilangan nafas seseorang.”

Kami meriwayatkan dari Imam Asy Syafi'iy radliyyAllahu 'anhu, sesungguhnya beliau pernah berkata : 

"Menuntut ilmu lebih baik daripada shalat sunnah".

Dan Imam Abu Hanifah radhiyallahu 'anhu juga mengatakan hal itu.

Imam Ibnu Wahb berkata : Saya berada di hadapan Imam  Malik, semoga Tuhan meridhoi dia. Jadi saya mengatur meja dan berdiri untuk shalat (Sunnah) diatasnya. Dia (Imam Malik) berkata: Apa yang kamu bangkit (shalat suunah)  kepadanya tidaklah lebih utama dari pada apa yang kamu berada padanya (bersama Imam Malik belajar kepadanya). Ibnu Abdil Barr dan yang lainnya telah menyebutkannya. 

[Lihat Kitab Madariju As Salikin Baina Manazili Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in : juz 2 hal 440 / Fashlun Manzilatu Al Ilmi / Syarafu Al Ilmi Wa Fadhlihi / Karya Imam Ibnu Al Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy / Cet. Ketiga : Dar Al Kitab Al'Arabiy - Beirut Th. 1416 H - 1996 M].

وقال شيخ الإسلام ابن تيمية الحنبلي رحمه الله :

وَإِنَّمَا الْفِقْهُ فِي الدِّينِ فَهْمُ مَعَانِي الْأَمْرِ وَالنَّهْيِ لِيَسْتَبْصِرَ الْإِنْسَانُ فِي دِينِهِ أَلَا تَرَى قَوْله تَعَالَى: {لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ} [التوبة: ١٢٢] فَقَرَنَ الْإِنْذَارَ بِالْفِقْهِ فَدَلَّ عَلَى أَنَّ الْفِقْهَ مَا وَزَعَ عَنْ مُحَرَّمٍ أَوْ دَعَا إلَى وَاجِبٍ وَخَوَّفَ النُّفُوسَ مَوَاقِعَهُ الْمَحْظُورَةَ " .

انتهى 

[انظر كتاب "الفتاوى الكبرى" : ج ٦ ص ١٧١ / الطريق الأول بطلان الحيل وأدلة التحريم / الوجه الثالث والعشرون إذا تأملت عامة الحيل وجدتها رفعا للتحريم / للإمام تقي الدين أبو العباس أحمد بن عبد الحليم بن عبد السلام بن عبد الله بن أبي القاسم بن محمد ابن تيمية الحراني الحنبلي الدمشقي (ت ٧٢٨هـ)

الناشر: دار الكتب العلمية

الطبعة: الأولى، ١٤٠٨هـ - ١٩٨٧مـ، وينظر : "مجموع الفتاوى" : ج ٢٠ ص ٢١٢].

Imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy rahimahullahu ta'ala  berkata :

“ Bertafaqquh fiddin adalah memahami arti perintah dan larangan, agar seseorang mengerti tentang agamanya, apakah anda tidak memperhatikan firman  Allah : “...untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” ( Qs. at-Taubah : 122 ) , maka Allah menggandengkan antara perintah untuk memberikan peringatan dengan perintah untuk bertafaqquh fiddin, hal ini menunjukkan bahwa paham adalah dengan menjauhi dari sesuatu yang haram, atau mengajak kepada suatu kewajiban, serta memberikan peringatan kepada jiwa-jiwa agar tidak mendekati hal-hal yang dilarang ( agama ) “

[Lihat Kitab Al Fatawa Al Kubro : juz 6 hal 171 / Ath Thariq Al Awwalu Butlanu Al Hil Wa Adillatu At Tahrimi / Al Wajhu Ats Tsalitsu Wa Al 'Isyruun : Idza Taammalat 'Ammata Al Hil ... / Karya Imam Taqiyyuddin  Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy / Cet. Pertama : Dar Al Kutub Al Ilmiyyah Th. 1408 H - 1987 M].

وقال الإمام شيخ الإسلام ابن تيمية الحنبلي رحمه الله :

" كُلُّ مَنْ أَرَادَ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا لَا بُدَّ أَنْ يُفَقِّهَهُ فِي الدِّينِ ، فَمَنْ لَمْ يُفَقِّهْهُ فِي الدِّين ِ، لَمْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا ، وَالدِّينُ : مَا بَعَثَ اللَّهُ بِهِ رَسُولَهُ ؛ وَهُوَ مَا يَجِبُ عَلَى الْمَرْءِ التَّصْدِيقُ بِهِ وَالْعَمَلُ بِهِ ، وَعَلَى كُلِّ أَحَدٍ أَنْ يُصَدِّقَ مُحَمَّدًا ﷺ فِيمَا أَخْبَرَ بِهِ ، وَيُطِيعَهُ فِيمَا أَمَرَ ، تَصْدِيقًا عَامًّا ، وَطَاعَةً عَامَّةً ". انتهى 

[انظر كتاب " مجموع الفتاوى " : 

Barang siapa yang dikehendaki Allah untuk kebaikannya, maka dia harus benar benar memahami ilmu  agama, jadi barang siapa yang tidak mau  memahami dalam agama, maka Allah tidak akan menghendaki kebaikan untuknya.

Dan agama: dengan apa Allah mengutus Rasul-Nya; dan itulah perkara yang wajib atas seseorang untuk  membenarkan dan mengamalkannya.

Dan wajib bagi setiap orang agar  membenarkan Nabi  Muhammad ﷺ dalam apa yang dia kabarkan kepadanya, dan mematuhi apa yang dia perintahkan, dengan pengesahan dan kepatuhan umum.

[Lihat Kitab Majmu' Al Fatawa :

Berkata Imam An-Nawawiy Asy Syafi'iy dalam kitabnya Al Minhaj Syarhu  Shahih Muslim :

فِيهِ فَضِيلَةُ الْعِلْمِ ، وَالتَّفَقُّهِ فِي الدِّينِ ، وَالْحَثِّ عَلَيْهِ ؛ وَسَبَبُهُ : أَنَّهُ قَائِدٌ إِلَى تَقْوَى اللَّهُ تَعَالَى

[انظر كتاب المنهاج شرح صحيح مسلم : ج ٧ ص ١٢٧ / كتاب الزكاة هي في اللغة النماء والتطهير فالمال / باب النهي عن المسألة / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (ت ٦٧٦هـ)

الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت، الطبعة: الثانية، ١٣٩٢ هـ].  

“Di dalamnya terdapat keutamaan ilmu dan keutamaan bertafaqquh fiddin ( belajar agama), serta motivasi untuk melakukan hal tersebut, karena hal itu akan menyebabkan seseorang menjadi bertaqwa kepada Allah “ 

[Lihat Kitab Al Minhaj Syarhu Shahih Muslim : juz 7 hal 127 / Kitabu Az Zakati Hiya Fi Al Lughati An Nama'u Wa At Tathiiri Fa Al Mali / Babu An Nahyi 'An Al Mas'alati / Karya Imam Abu Zakariyya Muhyiddin An Nawawiy Asy Syafi'iy / Cet. Kedua : Dar Ihyai At Turats Al 'Arabiy - Beirut Th. 1392 M].

Didalam riwayat hadits yang lainnya dijelaskan : 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ، قَالَ: نَا عُبَيْدُ بْنُ جنادٍ، قَالَ: نَا عَطَاءُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ، عَنْ أَبِيهٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: 

«اغْدُ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنِ الْخَامِسَ فَتَهْلَكَ» 

وَهَذَا الْحَدِيثُ لَا نَعْلَمُهُ يُرْوَى عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ مِنْ وَجْهٍ مِنَ الْوجُوهِ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ، عَنْ أَبِي بَكْرَةَ وَعَطَاءِ بْنِ مُسْلِمٍ لَيْسَ بِهِ بَأْسٌ وَلَمْ يُتَابِعْ عَلَيْهِ

[رواه البازار في مسند البزار المنشور باسم البحر الزخار / مسند أبي بكرة رضي الله عنه / حديث أبي بكرة / رقم الحديث : ٣٦٢٦].

Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Abdirrahim, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : 'Ubaid bin Jinan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : 'Atha bin Muslim. Dari Khalid Al Hadza'. Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah. Dari ayahnya radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata : Rasulullah ﷺ, pernah bersabda : 

“Jadilah orang alim atau seorang yang mau belajar, atau seorang pendengar, atau orang yang suka, janganlah jadi yang kelima.” 

Hadits ini kami tidak mengetahuinya diriwayatkan dari  Rasulillah ﷺ dari satu jalan dari beberapa jalan. Dan kami tidak mendengarnya kecuali dari jalan ini. Dari Abi Bakrah dan 'Atha bin Muslim. Tidak ada masalah dengannya dan tidak diikuti.

[HR. Al Bazzar / Musnad Abi Bakrah RadliyyAllahu 'Anhu / Hadits Abi Bakrah / No. Hadits : 3626].

Dan yang kelima dikatakan dengan jelas adalah mubtadi'/ahli bid'ah seperti dalam riwayat : 

حَدَّثَنَا أَبُو الْقَاسِمِ حَفْصُ بْنُ عُمَرَ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو حَاتِمٍ الرَّازِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ حُمَيْدٍ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: 

«كُنْ عَالِمًا، أَوْ مُتَعَلِّمًا، أَوْ مُسْتَمِعًا، أَوْ مُحِبًّا، وَلَا تَكُنِ الْخَامِسَةَ فَتَهْلَكَ». قَالَ: فَقُلْتُ لِلْحَسَنِ: مَنِ الْخَامِسَةُ؟ قَالَ: «الْمُبْتَدِعُ»

[انظر كتاب الإبانة عن شريعة الفرقة الناجية ومجانبة الفرق المذمومة : ج ١ ص ٣٤١ / باب ما أمر به من التمسك بالسنة والجماعة، والأخذ بها، وفضل من لزمها / للإمام أبو عبد الله عبيد الله بن محمد بن بَطَّة العكبري الحنبلي (ت ٣٨٧ هـ)، المحقق: رضا معطي، وعثمان الأثيوبي، ويوسف الوابل، والوليد بن سيف النصر، وحمد التويجري / الناشر: دار الراية للنشر والتوزيع، الرياض - بدون السنة].

Telah menceritakan kepada kami : Abul Qasim Hafsh bin 'Umar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Hatim Ar Raziy, ia berkata : ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Telah menceritakan kepada kami : Abu Salamah, ia berkata : Telah menceritakan kepada :  Hammad. Dari Humaid. Dari Al-Hasan Al-Bashri. Dari Abu Ad-Darda’,  beliau berkata : 

“Jadilah seorang alim atau seorang yang mau belajar, atau seorang yang sekedar mau dengar, atau seorang yang sekedar suka, janganlah jadi yang kelima.” Humaid berkata pada Al-Hasan Al-Bashri, yang kelima itu apa? Jawab Al Hasan :  

“Janganlah jadi AHLI BID’AH (yang beramal asal-asalan tanpa panduan ilmu, pen.) 

[Lihat Kitab Al-Ibanah Al-Kubra : juz 1 hal 341 / Babu Ma Amara Bihi Min At Tamassuki Bi As Sunnati Wa Al Jama'ati Wa Al Akhdzi Biha Wa Fadhli Man Lazimaha / Karya Ibnu Batthah Al Hanbaliy / Cet. Dar Ar Rayah - Riyadh Tnp. Tahun].

Dalam riwayat hadits yang lainnya dijelaskan :

ابْنُ نُمَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ، عَنِ الْحَسَنِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : 

الْعِلْمُ عِلْمَانِ: عِلْمٌ فِي الْقَلْبِ فَذَاكَ الْعِلْمُ النَّافِعُ , وَعِلْمٌ عَلَى اللِّسَانِ فَتِلْكَ حُجَّةُ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ

[رواه ابن أبي شيبة في مصنفه /  ٣٣ - كتاب الزهد / ما ذكر عن نبينا ﷺ في الزهد / رقم الحديث : ٣٤٣٦١].

Ibnu Numair berkata : Telah menceritakan kepada kami : Hisyam. Dari Al Hasan, beliau berkata: Rasulullah ﷺ, pernah bersabda : 

“ Ilmu ada dua ; ilmu di lisan dan ilmu di hati. Ilmu di hati adalah ilmu yang bermanfaat, sedangkan ilmu di lisan adalah hujjah Allah atas anak Adam.

[HR. Abi Syaibah Dalam Al-Mushonnaf / 33 - Kitabu Az Zuhdi / 'Ma Dzukiro 'An Nabiyyina ﷺ Fi Az Zuhdi / No. Hadits : 34361].

Tersebut dalam kitab Ihya' Ulumuddin Imam Abu Hamid bin Muhammad Al Ghazaliy Ath Thusiy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala berkata :

وَأَمَّا الْآثَارُ : فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ذَلَلْتُ طَالِبًا فَعَزَزْتُ مَطْلُوبًا وَكَذَلِكَ قَالَ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ رَحِمَهُ اللهُ مَا رَأَيْتُ مِثْلَ ابْنِ عَبَّاسٍ ، إِذَا رَأَيْتَهُ رَأَيْتَ أَحْسَنَ النَّاسِ وَجْهًا ، وَإِذَا تَكَلَّمَ فَأَعْرَبُ النَّاسِ لِسَانًا وَإِذَا أَفْتَى فَأَكْثَرُ النَّاسِ عِلْمًا . 

Adapun atsar (kata-kata sahabat). Ibnu Abbas ra berkata: “Saya rendahkan penuntut ilmu dan saya muliakan sesuatu yang di tuntutnya (ilmu)”.

Begitu juga Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah berkata: “Saya tidak pernah melihat orang seperti Ibnu Abbas, apabila saya melihatnya maka saya melihat orang yang wajahnya paling tampan. Dan apabila ia berbicara, maka ia orang yang paling lancar lidahnya, dan apabila ia memberi fatwa, maka ia orang yang paling banyak ilmunya”.

وَقَالَ ابْنُ الْمُبَارَكِ رَحِمَهُ اللهُ عَجِبْتُ لِمَنْ لَمْ يَطْلُبِ الْعِلْمَ كَيْفَ تَدْعُوهُ نَفْسُهُ إِلَى مَكْرُمَةٍ.

Ibnul Mubarak rahimahullah berkata: “Saya heran terhadap orang yang tidak menuntut ilmu, bagaimanakah ia mengajak dirinya kepada kemuliaan?”.

وَقَالَ بَعْضُ الْحُكَمَاءِ إِنِّي لَا أَرْحَمُ رِجَالًا كَرَحْمَتِي لِأَحَدِ رَجُلَيْنِ رَجُلٍ يَطْلُبُ الْعِلْمَ وَلَا يَفْهَمُ وَرَجُلٍ يَفْهَمُ الْعِلْمَ وَلَا يَطْلُبُهُ . 

Dan sebagian Hukama’ berkata: “Sesungguhnya saya tidak sayang kepada orang-orang seperti sayangku kepada salah satu dari dua orang, yaitu seseorang yang mempelajari ilmu namun ia tidak paham dan seseorang yang memahami ilmu namun ia tidak menuntutnya”.

وَقَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَأَنْ أَتَعَلَّمَ مَسْأَلَةً أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةٍ . 

وَقَالَ أَيْضًا : : " كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا وَلَا تَكُنِ الرَّابِعَ فَتَهْلِكَ "

Dan Abu Darda’ berkata: “Sungguh saya belajar satu masalah lebih saya sukai dari pada mendirikan malam (shalat sunnah dimalam hari)”. Dan beliau berkata juga: “Orang yang berilmu dan orang yang belajar ilmu itu adalah dua sekutu dalam kebaikan, sedangkan seluruh manusia (lainnya) adalah dungu, tidak ada kebaikan padanya”. Dan beliau berkata juga: “Jadilah orang yang pandai atau orang belajar atau orang yang mendengarkan ilmu dan jangan kamu menjadi orang yang keempat, maka kamu binasa”.

وَقَالَ عَطَاءٌ مَجْلِسُ عِلْمٍ يُكَفِّرُ سَبْعِينَ مَجْلِسًا مِنْ مَجَالِسِ اللَّهْوِ . 

Dan Atha’ berkata: “Majlis ilmu itu menghapus tujuh puluh majlis dari majlis yang lahan (sia-sia)”.

وَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مَوْتُ أَلْفِ عَابِدٍ قَائِمِ اللَّيْلِ صَائِمِ النَّهَارِ أَهْوَنُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ بَصِيرٍ بِحَلَالِ اللَّهِ وَحَرَامِهِ . 

Sahabat Umar radliyyAllahu 'anhu  berkata: “Kematian seribu orang ahli ibadah yang mendirikan malam dan puasa di siang hari adalah lebih ringan dari pada kematian seorang alim yang mengetahui apa yang dihalalkan dan apa yang diharamkan oleh Allah”.

وَقَالَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ مِنَ النَّافِلَةِ . 

Imam Syafi’i berkata: “Menuntut ilmu itu adalah lebih utama dari pada shalat sunnah”.

وَقَالَ ابْنُ عَبْدِ الْحَكَمِ رَحِمَهُ اللَّهُ كُنْتُ عِنْدَ مَالِكِ أَقْرَأُ عَلَيْهِ الْعِلْمَ ، فَدَخَلَ الظُّهْرِ فَجَمَعْتُ الْكُتُبَ لِأُصَلِّيَ فَقَالَ يَا هَذَا مَا الَّذِي قُمْتَ إِلَيْهِ بِأَفْضَلَ مِمَّا كُنْتَ فِيهِ إِذَا صَحَّتِ النِّيَّةُ . 

Ibnu Abdil Hakam rahimahullah berkata: “Saya disisi Malik belajar ilmu lalu masuk waktu Dhuhur lalu saya kumpulkan kitab-kitab untuk shalat”. Maka ia berkata: “Hai ini !!! Apa yang kamu bangkit kepadanya tidaklah lebih utama dari pada apa yang kamu ada padanya, apabila niat itu benar”.

وَقَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مَنْ رَأَى أَنَّ الْغُدُوَّ إِلَى طَلَبِ الْعِلْمِ لَيْسَ بِجِهَادٍ فَقَدْ نَقَصَ فِي رَأْيِهِ وَعَقْلِهِ .

[انظر كتاب احياء علوم الدين : ج ١ ص ٩ / الباب الأول في فضل العلم والتعليم والتعلم وشواهده من النقل والعقل / فضيلة التعليم / للإمام أبو حامد محمد بن محمد الغزالي الطوسي (ت ٥٠٥هـ)

الناشر: دار المعرفة - بيروت بدون السنة].

Dan Abu Darda’ berkata: “Barang siapa memandang bahwa pergi mencari ilmu itu tidak termasuk jihad, maka ia adalah orang yang telah berkurang pendapat dan akalnya”. 

[Lihat Kitab Ihya'Ulumuddin : juz 1 hal 9 / Al Babu Al Awwalu Fi Fadhli Al Ilmi Wa At Ta'lim Wa At Ta'allum ... / Fadhilatu At Ta'lim / Karya Imam Abu Hamid bin Muhammad Al Ghazaliy  Ath Thusiy Asy Syafi'iy / Cet. Dar Al Ma'rifah - Beirut Tnp. Tahun].

 

Didalam riwayat hadits yang lainnya dijelaskan : 

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ خِدَاشٍ البَغْدَادِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ الوَاسِطِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ، عَنْ قَيْسِ بْنِ كَثِيرٍ، قَالَ: 

قَدِمَ رَجُلٌ مِنَ المَدِينَةِ عَلَى أَبِي الدَّرْدَاءِ، وَهُوَ بِدِمَشْقَ فَقَالَ: 

مَا أَقْدَمَكَ يَا أَخِي؟ 

فَقَالَ: حَدِيثٌ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قَالَ: أَمَا جِئْتَ لِحَاجَةٍ؟ قَالَ: لَا، قَالَ: أَمَا قَدِمْتَ لِتِجَارَةٍ؟ قَالَ: لَا، قَالَ: مَا جِئْتُ إِلَّا فِي طَلَبِ هَذَا الحَدِيثِ؟ قَالَ: فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: 

_*«مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَبْتَغِي فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ، وَإِنَّ المَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضَاءً لِطَالِبِ العِلْمِ، وَإِنَّ العَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الأَرْضِ حَتَّى الحِيتَانُ فِي المَاءِ، وَفَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ، كَفَضْلِ القَمَرِ عَلَى سَائِرِ الكَوَاكِبِ، إِنَّ العُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا العِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ».*_ 

وَلَا نَعْرِفُ هَذَا الحَدِيثَ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ عَاصِمِ بْنِ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ، وَلَيْسَ هُوَ عِنْدِي بِمُتَّصِلٍ هَكَذَا حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ خِدَاشٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَإِنَّمَا يُرْوَى هَذَا الحَدِيثُ عَنْ عَاصِمِ بْنِ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ جَمِيلٍ، عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «وَهَذَا أَصَحُّ مِنْ حَدِيثِ مَحْمُودِ بْنِ خِدَاشٍ، وَرَأْيُ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْمَاعِيلَ هَذَا أَصَحُّ»

[رواه ابو داود والترمذي واللفظ له /  ٣٩ - أبواب العلم / باب ما جاء في فضل الفقه على العبادة / رقم الحديث : ٢٦٨٢].

Telah menceritakan kepada kami : Mahmud bin Khidasy Al Baghdadi. Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Yazid Al Washiti. Telah menceritakan kepada kami : 'Ashim bin Raja` bin Haiwah. Dari Qais bin Katsir, ia berkata; Seseorang dari Madinah mendatangi Abu Darda`di Damaskus, Abu Darda` bertanya; "Apa yang membuatmu datang kemari wahai saudaraku?" 

Orang itu menjawab: "Satu hadits yang telah sampai kepadaku bahwa anda menceritakannya dari ﷺ." 

Abu Darda` bertanya; "Bukankah kau datang karena keperluan lain?" 

Orang itu menjawab; "Tidak." 

Abu Darda` bertanya; "Bukankah kau datang untuk berniaga?" 

Orang itu menjawab: "Tidak, aku datang hanya untuk mencari hadits tersebut." 

Abu Darda` berkata; "Aku mendengar Rasulullah ﷺ pernah  bersabda: 

_*"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan menuntunnya menuju surga dan para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena senang kepada pencari ilmu, sesungguhnya orang berilmu itu akan dimintakan ampunan oleh (makhluq) yang berada di langit dan di bumi hingga ikan di air, keutamaan orang yang berlilmu atas ahli ibadah laksana keutamaan rembulan atas seluruh bintang, sesungguhnya ulama adalah pewaris pada nabi dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu, maka siapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil bagian yang banyak."*_ 

Abu Isa (At Tirmidziy) berkata; "Kami hanya mengetahui hadits ini kecuali dari hadits Ashim bin Raja` bin Haiwah dan hadits ini menurutku tidak tersambung (sanadnya). Demikian Mahmud bin Khidasy menceritakan hadits ini kepada kami. hadits ini hanya diriwayatkan dari Ashim bin Raja` bin Haiwah. Dari Dawud bin Jamil. Dari Katsir bin Qais. Dari Abu Darda`. Dari Nabi ﷺ HADITS INI LEBIH SHAHIH dari hadits Mahmud bin Khidasy dan pendapat Muhammad bin Isma'il ini LEBIH BENAR.

[HR. Abu Dawud Dan Tirmidzi Dan Lafadz Miliknya / 39 - Abwabu Al Ilmi / Babu Ma Ja'a Fi Fadhli Al Fiqhi 'Ala Al Ibadati / No. Hadits : 2682].

C]. IMBALAN SURGA BAGI ORANG YANG MAU MENOLONG ULAMA' ATAU PENCARI ILMU DAN ANCAMAN ANCAMAN KETIKA SALAH NIAT  DALAM MENCARI ILMU

Perlu diingat ibadah tertinggi menurut konsepsi tashawwuf ulama' atau pencari ilmu tidaklah berniat  mengharap imbalan apapun ketika mereka menyampaikan ilmu atau sedang mencari ilmu baik dari imbalan dunia maupun akhirat. Adapun dalam tingkatan syari'at masih boleh mengharap ridlo Allah, pahala Allah, menghilangkan kebodohan diri sendiri maupun orang lain, dan lain semacamnya . Dan ada ancaman-ancaman jikalau mereka melakukan hal yang sebaliknya, sebagaimana dijelaskan dalam  riwayat hadits Nabi ﷺ, atsar para sahabat Nabi رضي الله عنهم, maqalah ulama salaf para tabi'in, tabi'ut tabi'in رحمهم الله تعالى hingga ulama kontemporer حفظهم الله تعالى saat ini :

Imbalan surga bagi orang yang mau menolong ahli ilmu sekalipun dia bukan ulama' atau santri/siswa seperti kisah nyata yang pernah terjadi  dipemakaman Dahdah Damaskus Suriah ketika Sang Penggali kubur melihat secara  langsung dua bersaudara yang meninggal tidak berselang beberapa lama dikisahkan Sang Kakak Seorang Pencari Ilmu sedangkan Sang Adik adalah Tukang Kayu yang penghasilannya diberikan kepada kakanya untuk biaya mencari ilmu keduanya meninggal  masuk surga disaksikan langsung oleh penggali kubur mereka.

Istilah menolong disini bisa difahami seperti hadits dibawah ini semisal dengan para  ulama atau pencari ilmu menyambut baik mereka, menjaga mereka, memahami kesulitan mereka, mengajari orang yang ingin belajar, membantu kelancaran dakwah mereka, dan lain sebagainya.

📚Diriwayatkan Sebuah Hadits Yang Menjelaskan Bagaimana Rasulullah ﷺ Meminta Agar Menyambut Dan Menolong Ahli Ilmu, Riwayat Tersebut Adalah : 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَارِثِ بْنِ رَاشِدٍ الْمِصْرِيُّ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ عَبْدَةَ عَنْ أَبِي هَارُونَ الْعَبْدِيِّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قَالَ :

_*«سَيَأْتِيكُمْ أَقْوَامٌ يَطْلُبُونَ الْعِلْمَ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَقُولُوا لَهُمْ مَرْحَبًا مَرْحَبًا بِوَصِيَّةِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَاقْنُوهُمْ»*_

قُلْتُ لِلْحَكَمِ مَا اقْنُوهُمْ قَالَ : عَلِّمُوهُمْ.

[رواه ابن ماجه / افتتاح الكتاب في الإيمان وفضائل الصحابة والعلم / (٢٢) باب الوصاة بطلبة العلم / رقم الحديث : ٢٤٧].

Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Al Harits bin Rasyid Al Mishri, ia berkata :  Telah menceritakan kepada kami : Al Hakam bin 'Abdah. Ddari Abu Harun Al 'Abdi. Dari Abu Sa'id Al Khudlri radliyyAllahu 'anhu. Dari Rasulullah ﷺ beliau pernah bersabda: 

_*"Akan datang kepada kalian orang-orang yang menuntut ilmu. Jika kalian melihat mereka maka ucapkanlah; 'selamat datang, selamat datang dengan wasiat Rasulullah ﷺ' dan cukupilah mereka."*_ 

Aku bertanya kepada Al Hakam; "Apa yang dimaksud dengan cukupilah?" ia menjawab; "Ajarilah."

[HR. Ibnu Majah / Iftitahu Al Kitabi Fi Al Imani Wa Fadhoilu Ash Shahabati Wa Al Ilmi / 22 - 

Babu Al Wushati Bithalabati Al Ilmi / No. Hadits : 247].

Syaikh Muhammad Fu'ad Abdul Baqi menjelaskan : 

(مرحبا) أي صادفت رحبا أو لقيت رحبا وسعة وقيل رحب الله بك ترحيبا. فوضع " مرحبا " موضع " يرحيبا ". (بوصية رسول الله) أي يامن أوصى بهم رسول الله. (وأقنوهم) وفي نسخة " وأفتوهم "] .

(Selamat datang) yaitu, Anda menjumpai sambutan, atau Anda menerima sambutan dan kelapangan, dan dikatakan bahwa Tuhan menyambut Anda dengan sambutan.

Meletakkan "marhaba" di tempat "selamat datang". (kehendak Rasulullah) yaitu orang-orang yang diberi washiyat oleh Rasulullah. (Dan luluskan kehendak  mereka) dan dalam sebuah salinan dikatakan "dan beri mereka fatwa."

[Lihat Tahqiq/Footnote Sunan Ibnu Majah Oleh Syaikh Muhammad Fu'ad Abdul Baqi].

📚Imbalan Pahala  Diberikan 2x Bagi Ulama' Atau Pencari Ilmu Ketika Meletakkan Ilmunya Pada Tujuan Dan Hak Yang Semestinya : 

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى. أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ عَنْ صَالِحِ بْنِ صَالِحٍ الْهَمْدَانِيِّ، عَنِ الشَّعْبِيِّ؛ قَالَ: رَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ خُرَاسَانَ سَأَلَ الشَّعْبِيَّ فَقَالَ: يَا أَبَا عَمْرٍو! إِنَّ مَنْ قِبَلَنَا مِنْ أَهْلِ خُرَاسَانَ يَقُولُونَ، فِي الرَّجُلِ، إِذَا أَعْتَقَ أَمَتَهُ ثُمَّ تَزَوَّجَهَا: فَهُوَ كَالرَّاكِبِ بَدَنَتَهُ. فَقَالَ الشَّعْبِيُّ: حَدَّثَنِي أَبُو بُرْدَةَ بْنُ أَبِي مُوسَى، عَنْ أَبِيهِ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ:

_*«ثَلَاثَةٌ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ: رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمَنَ بِنَبِيِّهِ وَأَدْرَكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَآمَنَ بِهِ وَاتَّبَعَهُ وَصَدَّقَهُ، فَلَهُ أَجْرَانِ. وَعَبْدٌ مَمْلُوكٌ أَدَّى حَقَّ اللَّهِ تَعَالَى وَحَقَّ سَيِّدِهِ، فَلَهُ أَجْرَانِ. وَرَجُلٌ كَانَتْ لَهُ أَمَةٌ فَغَذَّاهَا فَأَحْسَنَ غِذَاءَهَا. ثُمَّ أَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ أَدَبَهَا. ثُمَّ أَعْتَقَهَا وَتَزَوَّجَهَا، فَلَهُ أَجْرَانِ»*_ 

ثُمَّ قَالَ الشَّعْبِيُّ لِلْخُرَاسَانِيِّ: خُذْ هَذَا الْحَدِيثَ بِغَيْرِ شَيْءٍ فَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يَرْحَلُ فِيمَا دُونَ هَذَا إِلَى الْمَدِينَةِ.

[رواه البخاري و مسلم /  ١ - كتاب الإيمان / (٧٠) - باب وجوب الإيمان برسالة نبينا محمد صلى الله عليه وسلم إلى جميع الناس ونسخ الملل بملة / رقم الحديث : ٢٤١].

Telah menceritakan kepada kami: Yahya bin Yahya. Telah menceritakan kepada kami : Husyaim, ia  mengabarkan kepada kami : Dari Shalih bin Shalih Al-Hamdani. Dari Asy-Sya’bi, beliau berkata: Aku melihat seorang lelaki dari penduduk Khurasan bertanya kepada Asy-Sya’bi, dia berkata: 

Wahai Abu ‘Amr, sesungguhnya orang-orang yang ada di sekitar kami dari penduduk Khurasan, mereka mengatakan tentang seseorang jika memerdekakan budak wanitanya kemudian menikahinya, maka ia bagaikan orang yang menunggangi unta hady-nya. 

Asy-Sya’bi menanggapi: Abu Burdah bin Abu Musa menceritakan kepadaku dari ayahnya, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda : 

_*"Tiga golongan yang diberi pahala dua kali: (1) Seseorang dari kalangan ahli kitab yang beriman dengan nabinya lalu menjumpai masa Nabi ﷺ dan ia beriman kepada beliau, mengikuti, dan membenarkan beliau, maka ia mendapat dua pahala. (2) Seorang hamba sahaya yang menunaikan hak Allah taala dan hak tuannya, maka ia mendapat dua pahala. (3) Seorang lelaki yang mempunyai budak wanita, lalu ia memberinya makan dengan baik dan mendidiknya dengan baik, kemudian ia memerdekakannya dan menikahinya, maka ia mendapat dua pahala.”*_

Kemudian Asy-Sya’bi berkata kepada orang Khurasan tadi: Ambillah hadis ini dengan tanpa imbalan apapun! Sungguh sudah ada orang yang menempuh perjalanan ke Madinah untuk sesuatu yang lebih rendah daripada hadist ini.

[HR. Bukhariy Dan Muslim / (1) - Kitabu Al Iman / (70) - Babu Wujubu Al Iman Birisalati Nabiyyina Muhammadin ﷺ ... / No. Hadits : 241].

📚Acaman Tidak Akan Mendapatkan Baunya Surga Pada Hari Kiamat Bagi Ulama' Atau Pencari Ilmu Namun Berniat Untuk Mendapatkan Sebagian Dari Dunia :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا سُرَيْجُ بْنُ النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ عَنْ أَبِي طُوَالَةَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَعْمَرٍ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : 

_*«مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا»*_

[رواه ابو داود / (٢٦) - كتاب العلم / (١٢) - باب فِي طَلَبِ الْعِلْمِ لِغَيْرِ اللَّهِ تَعَالَى / رقم الحديث : ٣٦٦٤].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Bakr bin Abu Syaibah. Telah menceritakan kepada kami : Suraij bin An Nu'man. Telah menceritakan kepada kami : Fulaih. Dari Abu Thuwalah Abdullah bin Abdurrahman bin Ma'mar Al Anshari. Dari Sa'id bin Yasar. Dari Abu Hurairah, beliau berkata, "Rasulullah ﷺ pernah  bersabda: 

_*"Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya karena Allah Azza Wa Jalla, namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sebagian dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan baunya Surga pada Hari Kiamat."*_

[HR. Abu Daud / (26) - Kitabu Al Ilmi / (12) - Babu Fi Thalbi Al Ilmi Lighairi Wajhillahi Ta'ala / No. Hadits : 3664] 

📚Ancaman Allah Tidak Peduli Di Lembah Mana  Binasa Bagi Ulama' Atau Pencari Ilmu Yang Meletakkan Ilmunya Atau Menyampaikan Ilmunya Untuk Meraih Pundi-pundi Harta :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ وَالْحُسَيْنُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ النَّصْرِيِّ عَنْ نَهْشَلٍ عَنْ الضَّحَّاكِ عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ : 

_*"لَوْ أَنَّ أَهْلَ الْعِلْمِ صَانُوا الْعِلْمَ وَوَضَعُوهُ عِنْدَ أَهْلِهِ لَسَادُوا بِهِ أَهْلَ زَمَانِهِمْ وَلَكِنَّهُمْ بَذَلُوهُ لِأَهْلِ الدُّنْيَا لِيَنَالُوا بِهِ مِنْ دُنْيَاهُمْ فَهَانُوا عَلَيْهِمْ سَمِعْتُ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ آخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ"*_

[رواه ابن ماجه /  افتتاح الكتاب في الإيمان وفضائل الصحابة والعلم / (٢٣) - باب الانتفاع بالعلم والعمل به / رقم الحديث : ٢٥٧].

Telah menceritakan kepada kami : Ali bin Muhammad dan Al Hussain bin Abdurrahman keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami : 'Abdullah bin Numair. Dari Mu'awiyah An Nashri. Dari Nahsyal. Dari Adl Dlahak. Dari Al Aswad bin Yazid. Dari 'Abdullah bin Mas'ud, beliau berkata; 

Seandainya ahlul ilmu menjaga ilmu dan meletakkannya pada ahlinya, niscaya akan memelihara penduduk zamannya. Akan tetapi mereka mencurahkannya kepada ahli dunia untuk memperoleh harta-harta mereka, sehingga mereka merendahkan diri di hadapan ahli dunia. Aku mendengar Nabi kalian ﷺ bersabda: 

_*"Barangsiapa menjadikan cita-citanya untuk menggapai akhirat, maka Allah akan mencukupkan baginya dunianya. Dan barangsiapa cita-citanya hanya untuk mencari dunia, maka Allah tidak peduli di lembah mana dia binasa."*_

[HR. Ibnu Majah / Iftitahu Al Kitabi Fi Al Imani Wa Fadloili Ash Shahabati Wa Al Ilmi / (23) - Babu Al Intifa'i Bi Al Ilmi Wa Al 'Amali Bihi / No. Hadits : 257] .

📚Ancaman Masuk Neraka Bagi Ulama' Atau Pencari Ilmu Dengan Niat Dan Tujuan  Untuk Menyaingi Para Ulama Atau Mendebat Orang-orang Bodoh, Atau Memalingkan Wajah Manusia Kepada Dirinya, Sebagaimana Dijelaskan Dalam Riwayat Hadits:

حَدَّثَنَا أَبُو الأَشْعَثِ أَحْمَدُ بْنُ المِقْدَامِ العِجْلِيُّ البَصْرِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا أُمَيَّةُ بْنُ خَالِدٍ قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي ابْنُ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: 

_*«مَنْ طَلَبَ العِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ العُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ»*_ 

«هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ، لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الوَجْهِ، وَإِسْحَاقُ بْنُ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ لَيْسَ بِذَاكَ القَوِيِّ عِنْدَهُمْ، تُكُلِّمَ فِيهِ مِنْ قِبَلِ حِفْظِهِ»

[رواه الترمذي /  ٣٩ - أبواب العلم / باب ما جاء فيمن يطلب بعلمه الدنيا / رقم الحديث : ٢٦٥٤].

Telah menceritakan kepada kami : Abu al Asy'ats Ahmad bin al Miqdam Al 'Ijli Al Bashri. Telah menceritakan kepada kami : Umayyah bin Khalid. Telah menceritakan kepada kami : Ishaq bin Yahya bin Thalhah. Telah bercerita kepada kami : Ibnu Ka'b bin Malik. Dari Bapaknya, beliau berkata; Aku mendengar ﷺ pernah bersabda: 

_*"Barangsiapa menuntut ilmu untuk mendebat para ulama, atau untuk mengolok-olok orang bodoh atau untuk mengalihkan pandangan manusia kepadanya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam neraka".*_ 

Abu Isa berkata; 'HADITS INI GHARIB, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur sanad ini. Ishaq bin Yahya bin Thalhah derajatnya bukan kuat menurut mereka, dan dia dibicarakan dari segi hafalannya.'

[HR. Tirmidzi / 39 - Abwabu Al 'Ilmi / Babu Ma Ja'a Fiman Yathlubu Bi'ilmihi Ad Dunya / No. Hadits : 2654].

📚Hadits-hadits Senada Dengan Redaksi Dan Sanad Yang Berbeda :

لَا تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوْا بِهِ الْعُلَمَاءَ وَلَا تُمَارُوْا بِهِ السُّفَهَاءَ وَلَا تَخَيَّرُوْا بِهِ الْمَجَالِسَ، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالنَّارُ النَّارُ

“Janganlah kalian mempelajari ilmu agar bisa membanggakan diri di hadapan para ulama, mendebat orang-orang bodoh, dan agar bisa mendapatkan majelis terbaik. Barangsiapa yang melakukan itu, maka neraka, dan neraka (untuknya).”

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ، وَيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ، أَوْ لِيَصْرِفَ وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْهِ، فَهُوَ فِي النَّارِ

“Barangsiapa menuntut ilmu agar bisa membanggakannya di depan para ulama, mendebat orang-orang bodoh, dan memalingkan wajah manusia kepadanya, maka dia di neraka.”

مَنْ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ، وَيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ، ويَصْرِفَ بِهِ وُجُوْهَ النَّاسِ، أَدْخَلَهُ اللّٰهُ جَهَنَّمَ

“Barangsiapa yang mempelajari ilmu agar bisa membanggakannya di depan para ulama, mendebat orang-orang bodoh, dan memalingkan wajah manusia (kepadanya), maka Allah akan memasukkannya ke dalam Neraka Jahanam.”

📚Riwayat Atsar Dari Para Sahabat Radliyyallahu 'Anhhum  Atau Maqalah Ulama' Salaf Rahimahumullahu Diantaranya :

Riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Abdurrazaq SECARA MAUQUF (sandarannya terhenti pada thabaqoh/generasi sahabat) didalam kitabnya Al Mushannaf, dari Sayyidina Ibnu Mas’ud -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ- : 

أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ قَتَادَةَ أَنَّ ابْنَ مَسْعُودٍ قَالَ : 

_*" كَيْفَ بِكُمْ إِذَا لَبِسَتْكُمْ فِتْنَةٌ يَرْبُو فِيهَا الصَّغِيرُ ، وَيَهْرَمُ فِيهَا الْكَبِيرُ ، وَيُتَّخَذُ سُنَّةٌ ، فَإِنْ غُيِّرَتْ يَوْمًا ، قِيلَ : هَذَا مُنْكَرٌ " ، قَالُوا : وَمَتَى ذَلِكَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ ؟ قَالَ : " إِذَا قَلَّتْ أُمَنَاؤُكُمْ ، وَكَثُرَتْ أُمَرَاؤُكُمْ ، وَقَلَّتْ فُقَهَاؤُكُمْ ، وَكَثُرَتْ قُرَّاؤُكُمْ ، وَتُفِقِّهَ لِغَيْرِ الدِّينِ ، وَالْتُمِسَتِ الدُّنْيَا بِعَمَلِ الْآخِرَةِ " ."*_

[أخرجه عبد الرزاق في مصنفه / كتاب الجامع / باب الفتن / رقم الحديث : ٢٠٧٤٢].

Telah menceritakan kepada kami : Abdurrazaq. Dari Ma'mar. Dari Qatadah. Sesungguhnya Ibnu Mas'ud radliyyAllahu 'anhu, pernah berkata : 

“Bagaimana kalian jika diliputi oleh fitnah, di mana anak kecil tumbuh di dalamnya dan orang tua menjalani masa tua di dalamnya dan fitnah itu telah dijadikan sebagai sunnah, jika suatu saat ia diubah, ada yang bilang, ‘Ini adalah mungkar.’ Ada yang bertanya, ‘Kapan itu?’ Dia menjawab, ‘Jika orang-orang yang bisa dipercaya di kalangan kalian sedikit dan para pemimpin kalian semakin banyak, ahli fikih kalian semakin sedikit tapi para qurra’ kalian banyak, fikih dipelajari bukan untuk tujuan agama dan dunia dicari dengan (menjual) akhirat’.”

[Diriwayatkan oleh Abdur Razzaq di kitabnya SECARA MAUQUF / Kitabu Al Jami' / Babu Al Fitan / No. Hadits : 20742].

📚Ancaman Bagi Ulama' Atau Pencari Ilmu Yang Niat Dan Tujuannya Agar Dikatakan Berilmu (Alim) Dan  Dikatakan Ahli Baca Al-qur’an (Qari’), Akan Menjadi Golongan Yang Pertama Kali Dicampakkan Kedalam Neraka, Sebagamana Penjelasan Hadits : 

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَبِيبٍ الْحَارِثِيُّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ قَالَ : تَفَرَّقَ النَّاسُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ لَهُ نَاتِلُ أَهْلِ الشَّامِ أَيُّهَا الشَّيْخُ حَدِّثْنَا حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قَالَ: نَعَمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ :

_*«إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ : تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ : كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ»*_

و حَدَّثَنَاه عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ أَخْبَرَنَا الْحَجَّاجُ يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ قَالَ تَفَرَّجَ النَّاسُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ لَهُ نَاتِلٌ الشَّامِىُّ وَاقْتَصَّ الْحَدِيثَ بِمِثْلِ حَدِيثِ خَالِدِ بْنِ الْحَارِثِ

[رواه مسلم / كتاب الإمارة / باب من قاتل للرياء والسمعة استحق النار / حديث رقم: ٣٤٣٥]. 

Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Habib Al Haritsi. Telah menceritakan kepada kami : Khalid bin Al Harits. Telah menceritakan kepada kami : Ibnu Juraij. Telah menceritakan kepadaku : Yunus bin Yusuf. Dari Sulaiman bin Yasar, dia berkata :  

"Orang-orang berpencar dari hadapan Abu Hurairah, setelah itu Natil, seorang penduduk Syam, bertanya :  

"Wahai Syaikh, ceritakanlah kepada kami sebuah hadits yang pernah kamu dengar dari Rasulullah ﷺ!" Beliau (Abu Hurairah) menjawab :  

"Ya, saya pernah mendengar Rasulullah ﷺ pernah bersabda: 

_*"Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisap pada hari Kiamat ialah seseorang yang mati syahid, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, lantas Dia bertanya: 'Apa yang telah kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku? Dia menjawab: 'Saya berjuang dan berperang demi Engkau ya Allah sehingga saya mati syahid.' Allah berfirman: 'Dusta kamu, sebenarnya kamu berperang bukan karena untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan didatangkan pula seseorang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, Allah bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat? ' Dia menjawab, 'Saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca Al Qur'an demi Engkau.' Allah berfirman: 'Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur'an agar dikatakan seorang yang mahir dalam membaca (qari'), dan kini kamu telah dikatakan seperti itu, kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang di beri keluasan rizki oleh Allah, kemudian dia menginfakkan hartanya semua, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas.' Allah bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat dengannya? ' dia menjawab, 'Saya tidak meninggalkannya sedikit pun melainkan saya infakkan harta benda tersebut di jalan yang Engkau ridlai." Allah berfirman: 'Dusta kamu, akan tetapi kamu melakukan hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan (sakha'), dan kini kamu telah dikatakan seperti itu.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka."*_

Dan telah menceritakan kepadaku : Ali bin Khasyram. Telah mengabarkan kepada kami : Al Hajjaj -(yaitu Ibnu Muhammad)- Dari Ibnu Juraij. Telah menceritakan kepadaku : Yunus bin Yusuf. Dari Sulaiman bin Yasar, dia berkata :  

"Orang-orang berpencar dari hadapan Abu Hurairah, lantas Natil As Syami …kemudian dia menyebutkan hadits tersebut seperti haditsnya Khalid bin Al Harits."

[HR. Muslim / Kitabu Al Imarah / Babu Man Qatala Lirriya'i Wa As Sum'ati Istahaqqa An Nara / No. Hadits : 3435].

وقال الامام ابو زكريا محي الدين بن شرف النووي الشافعي في كتابه المنهاج شرح صحيح مسلم :

 ‏قَوْله ﷺ فِي الْغَازِي وَالْعَالِم وَالْجَوَاد وَعِقَابهمْ عَلَى فِعْلهمْ ذَلِكَ لِغَيْرِ اللَّه , وَإِدْخَالهمْ النَّار : دَلِيل عَلَى تَغْلِيط تَحْرِيم الرِّيَاء وَشِدَّة عُقُوبَته , وَعَلَى الْحَثّ عَلَى وُجُوب الْإِخْلَاص فِي الْأَعْمَال , 

[انظر كتاب المنهاج شرح صحيح مسلم : ج ١٣ ص ٥٠ - ٥١ / كتاب الإمارة / بَاب مَنْ قَاتَلَ لِلرِّيَاءِ وَالسُّمْعَةِ اسْتَحَقَّ النَّارَ / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (ت ٦٧٦هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت

الطبعة: الثانية، ١٣٩٢ هـ]

Sabda Nabi ﷺ  Tentang orang yang agar dianggap berani berperang, agar disebut alim ulama, agar disebut dermawan , dan hukuman bagi mereka adalah karena melakukan semua itu karena niat tujuannya pada selain Allah, dan memasukkan mereka ke neraka.

Adalah sebuah dalil tentang beratnya keharaman sok pamer dan beratnya hukumannya, serta anjuran kewajiban berniat ikhlas dalam beramal,

[Lihat Kitab Al Minhaj Syarhu Shahih Muslim : juz 13 hal 50-51 / Kitabu Al Imarah / Babu Man Qatala Lirriya'i Wa As Sum'ati Istahaqqa An Nara / Karya Imam Abu Zakariyya Muhyiddin Bin Syaraf An Nawawiy Asy Syafi'iy / Cet. Kedua : Dar Ihya' At Turats Al 'Arabiy - Beirut, Th. 1392 H].

وقال الامام محمد بن مفلح المقدس الحنبلي في كتابه الآداب الشرعية والمنح المرعية : 

وَقَالَ مَالِكٌ وَجَّهَ إلَيَّ الرَّشِيدُ أَنْ أُحَدِّثَهُ فَقُلْتُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إنَّ الْعِلْمَ يُؤْتَى وَلَا يَأْتِي . فَصَارَ إلَى مَنْزِلِي فَاسْتَنَدَ مَعِي عَلَى الْجِدَارِ فَقُلْتُ لَهُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ : إنَّ مِنْ إجْلَالِ اللَّهِ إجْلَالَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ ، فَقَامَ فَجَلَسَ بَيْنَ يَدَيَّ قَالَ فَقَالَ بَعْدَ مُدَّةٍ : يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ تَوَاضَعْنَا لِعِلْمِكَ فَانْتَفَعْنَا بِهِ ، وَتَوَاضَعَ لَنَا عِلْمُ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ فَلَمْ نَنْتَفِعْ بِهِ ...

** وَقَالَ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ : لَوْ أَنَّ أَهْلَ الْعِلْمِ طَلَبُوهُ لِمَا عِنْدَ اللَّهِ لَهَابَهُمْ النَّاسُ وَلَكِنْ طَلَبُوا بِهِ الدُّنْيَا فَهَانُوا عَلَى النَّاسِ وَقَالَ سُفْيَانُ : مَا زَالَ الْعِلْمُ عَزِيزًا حَتَّى حُمِلَ إلَى أَبْوَابِ الْمُلُوكِ وَأَخَذُوا عَلَيْهِ أَجْرًا فَنَزَعَ اللَّهُ الْحَلَاوَةَ مِنْ قُلُوبِهِمْ وَمَنَعَهُمْ الْعَمَلَ بِهِ . 

[انظر كتاب الآداب الشرعية والمنح المرعية : ج ٢ ص ٤٩ /  فصل في طلب العلم وما يبدأ به منه وما هو فريضة منه وفضل أهله / 

للإمام محمد بن مفلح بن محمد بن مفرج، أبو عبد الله، شمس الدين المقدسي الرامينى ثم الصالحي الحنبلي (ت ٧٦٣هـ) / الناشر: عالم الكتب - بدون السنة].

Malik berkata, "Khalifah Al-Rashid memerintahkan agar menghadapkan ku kepadanya supaya saya meriwayatkan suatu hadits  kepadanya, kemudian saya berkata : 

Wahai Amirul Mukminin, ilmu itu didatangi bukan datang sendiri."

Maka dia (Khalifah Harun Ar Rasyid) pun  pergi ke rumahku dan bersandar di dinding bersamaku. Kemudian aku berkata kepadanya : 

"Wahai Amirul Mukminin: Merupakan bagian dari kehormatan Allah adalah untuk menghormati orang Muslim yang beruban (lebih tua).

Kemudian dia (Harun Ar Rasyid) berdiri berpindah dan duduk  dihadapanku, katanya (Imam Malik), dan dia (Harun Ar Rasyid)  berkata setelah beberapa waktu: 

"Wahai Abu Abdullah, kami rendahkanlah kami dengan ilmu anda, maka kami akan mengambil manfaat darinya, dan ilmu Sufyan bin 'Uyainah telah merendahkan kami, namun kami tidak mengambil manfaat dengannya...

Dan berkata Imam Sufyan bin 'Uyainah :

Jika orang-orang berilmu telah mencarinya, karena sesuatu dari Allah, maka orang-orang akan mengobarkan/mengelukan mereka, tetapi jika dengan ilmu mereka mencari dunia, mereka akan dipermalukan di hadapan orang-orang.

Imam Sufyan berkata : selama ilmu yang mulia/berharga tidak  sampai dibawa ke gerbang/pintu para  raja dan mereka (ahli ilmu) mengambil upah  untuk itu, maka Tuhan akan menghilangkan rasa manis dari hati mereka dan mencegah mereka bisa beramal dengan ilmu.

[Lihat Kitab Al Adabu Asy Syar'iyyah Wa Al Man'u Al Mar'iyyah : juz 2 hal 49 / Fashlun Fi Thalabi Al Ilmi Wa Yabda'u Bihi Minhu ... / Karya Imam Muhammad Bin Muflih Al Maqdisiy Al Hanbaliy / Cet. Alimu Al Kutub - Beirut Tnp. Tahun].

📚Imam Al Hasan Al-Bashri Rahimahullah Taala Mengatakan:

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ يُرِيدُ بِهِ مَا عِنْدَ اللَّهِ، كَانَ خَيْرًا لَهُ مِمَّا طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ.

[انظر كتاب شرح السنة : ج ١ ص ٢٧٩ / كتاب العلم / باب فضل العلم / للإمام محيي السنة، أبو محمد الحسين بن مسعود بن محمد بن الفراء البغوي الشافعي (ت ٥١٦هـ)

تحقيق: شعيب الأرنؤوط-محمد زهير الشاويش / الناشر: المكتب الإسلامي - دمشق، بيروت

الطبعة: الثانية، ١٤٠٣هـ - ١٩٨٣مـ].

“Barang siapa yang menuntut ilmu, ia hanya menginginkan apa yang di sisi Allah, itu lebih baik baginya daripada apa yang disinari oleh matahari (maksudnya dunia dan seisinya, -ed.).” 

[Lihat Kitab Syarhus Sunnah juz 1 hal 279 / Kitabu Al Ilmi / Babu Fadlu Al Ilmi / Karya Muhyi'u As Sunnah Imam Al Baghawiy Asy Syafi'iy / Cet. Kedua : Al Maktab Al Islamiy - Damaskus Beirut, Th. 1403 H - 1983 M]. 

وجاء في كتاب المجالسة وجواهر العلم للإمام أحمد بن مروان الدينوري المالكي : 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ الدَّيْنَوَرِيُّ، نَا نُعَيْمُ بْنُ حَمَّادٍ؛ قَالَ: قَالَ ابْنُ الْمُبَارَكِ: 

لَا يَزَالُ الْمَرْءُ عَالِمًا مَا طَلَبَ الْعِلْمَ، فَإِذَا ظَنَّ أَنَّهُ قَدْ عَلَمَ؛ فَقَدْ جَهِلَ.

[انظر كتاب المجالسة وجواهر العلم : ج ٢ ص ١٨٦ /  

للإمام أبو بكر أحمد بن مروان بن محمد الدينوري القاضي المالكي (ت ٣٣٣ هـ) المحقق: أبو عبيدة مشهور بن حسن آل سلمان / الناشر: جمعية التربية الإسلامية (البحرين - أم الحصم)، دار ابن حزم (بيروت - لبنان) الطبعة: الأولى، ١٤١٩ هـ - ١٩٩٨ مـ].

Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Abdul Aziz Ad Dinawariy. Telah menceritakan kepada kami : Nu'aim bin Hammad, ia berkata : Ibnu Al Mubarak pernah berkata : 

“Seseorang senantiasa menjadi orang alim selama mau menuntut ilmu. Jika dia merasa telah berilmu, hakikatnya dia bodoh.”

[Lihat Kitab Al Mujaalasah Wa Jawaahirul Ilmi : juz  2 hal 186 / Karya Imam Ahmad Bin Marwan Ad Dinawariy Al Malikiy / Cet. Jam'iyyah At Tarbiyyah Al Baharain - Ummu Al Hasham, Dar Ibnu Hazm Beirut - Libanon Cet. Pertama : Th. 1419 H - 1998 M].

📚Imam Al Imam Abdullah Ibnul Mubarak Rahimahullah Berkata:

ما من شيء أفضل من طلب العلم لله، وما من شيء أبغض إلى الله من طلب العلم لغير الله.

“Tidak ada amalan yang lebih utama daripada amalan menuntut ilmu ikhlas karena Allah.

Tidak ada amalan yang paling Allah benci daripada amalan menuntut ilmu namun bukan karena Allah.” 

[Lihat Kitab ‘Awaiq ath Thalab

Karya asy Syaikh Abdussalam bin Barjas rahimahullah]

وَقَالَ صَاحِبُ الْمُحِيطِ مِنْ الْحَنَفِيَّةِ: 

أَفْضَلُ الْعُلُومِ عِنْدَ الْجُمْهُورِ بَعْدَ مَعْرِفَةِ أَصْلِ الدِّينِ وَعِلْمِ الْيَقِينِ مَعْرِفَةُ الْفِقْهِ وَالْأَحْكَامِ الْفَاصِلَةِ بَيْنَ الْحَلَالِ وَالْحَرَامِ.

[انظر كتاب الآداب الشرعية والمنح المرعية : ج ٢ ص ١٢٥ /  فصل في فضل الجمع بين الحديث وفقهه وكراهة طلب الغريب والضعيف منه / 

للإمام محمد بن مفلح بن محمد بن مفرج، أبو عبد الله، شمس الدين المقدسي الرامينى ثم الصالحي الحنبلي (ت ٧٦٣هـ) / الناشر: عالم الكتب - بدون السنة].

Ilmu yang paling utama menurut mayoritas Ulama', setelah mengetahui asal-usul agama dan ilmu kepastian, adalah ilmu fikih dan hukum-hukum yang memisahkan antara yang halal dan yang haram.

[Lihat Kitab Al Adabu Asy Syar'iyyah Wa Al Man'u Al Mar'iyyah : juz 2 hal 125 / Fashlun Fi Fadhli Al Jam'u Baina Al Haditsi Wa Fiqhihi Al Gharibi Wa Adh Dha'ifi Minhu / Karya Imam Muhammad Bin Muflih Al Maqdisiy Al Hanbaliy Wa Karahati Thalabi / Cet. Alimu Al Kutub - Beirut Tnp. Tahun].

وقال الإمام ابن عبد البر المالكي رحمه الله تعالى : 

وَفِي قَوْلِهِ أَلْهَانِي عَنْهُ الصَّفْقُ بِالْأَسْوَاقِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ طَلَبَ الدُّنْيَا يَمْنَعُ مِنَ اسْتِفَادَةِ العلم وإن كل ما ازْدَادَ الْمَرْءُ طَلَبًا لَهَا ازْدَادَ جَهْلًا وَقَلَّ عَمَلُهُ وَاللَّهُ أَعْلَمُ.

[انظر كتاب التمهيد لما في الموطأ من المعاني والأسانيد

: ج ٣ ص ٢٠٢ /  ربيعة الرأي / حديث تاسع لربيعة منقطع يتصل من وجوه حسان / للإمام أبو عمر يوسف بن عبد الله بن محمد بن عبد البر بن عاصم النمري القرطبي المالكي (ت ٤٦٣هـ)، تحقيق: مصطفى بن أحمد العلوي , محمد عبد الكبير البكري / الناشر: وزارة عموم الأوقاف والشؤون الإسلامية - المغرب، عام النشر: ١٣٨٧ هـ].

Dan dalam perkataan Ibnu 'Umar : Sesungguhnya aku telah dilalaikan oleh hiruk pikuk pasar, hal itu adalah indikasi bahwa mencari dunia bisa mencegah akan  kemanfaatan ilmu, dan   segala sesuatu yang seseorang terus menerus mencarinya, maka akan bertambah bodohnya dan menjadi sedikit pengamalannya. WaAllahu a'lam.

[Lihat Kitab At Tamhid Lima Fi Al Muwatho' Min Al Ma'aniy Wa Al Asanid : juz 3 hal 202 / Rabi'atu Ar Ra'yi / Haditsu Lirabi'ati Munqathi' Yattashilu Min Wujuhi Hisan / Karya Imam Ibnu Abdil Barr Al Malikiy / Kementerian Umum Auqaf Dan Urusan Islam Maroko Th. 1387 H].

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيُّ، قَالَ سَمِعْتُ أَحْمَدَ بْنَ مُحَمَّدِ بْنِ رُمَيْحٍ، يَقُولُ: سَمِعْتُ أَبَا طَلْحَةَ أَحْمَدَ بْنَ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْكَرِيمِ بِالْبَصْرَةِ يَقُولُ: سَمِعْتُ الرَّبِيعَ بْنَ سُلَيْمَانَ، يَقُولُ: سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ، يَقُولُ: 

_*"أَخْشَى أَنَّ مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ بِغَيْرِ نِيَّةٍ أَنْ لَا يَنْتَفِعَ بِهِ"*_

[رواه البيهقي في كتابه المدخل الى الاسنن الكبرى /  باب كراهية طلب العلم لغير الله وما جاء في الترغيب في العمل بالعلم / رقم الحديث : ٥١٢]. 

Telah mengabarkan kepada kami: Abu Abdurrahman As Sulamiy, ia berkata : Aku mendengar Ahmad bin Muhammad bin Rumaihin, ia berkata : Aku mendengar Aba Thalhah Ahmad bin Muhammad bin Abdil Karim di Bashrah, ia berkata : Aku mendengar Ar Rabi' bin Sulaiman, berkata : Aku mendengar Imam Syafi'iy berkata :  

_*"Aku takut sesungguhnya orang yang mencari ilmu dengan tanpa niat, dia  tidak akan dapat mengambil manfaat dengannya."*_

[HR. Baihaqiy Dalam Kitabnya Al Madkhal Ila As Sunan Al Kubra / Babu Karahiyyati Al Ilmi Lighairillahi Wa Ma Ja'a Fi At Targhibi Fi Al 'Amali Bi Al 'Ilmi / No. Hadits : 512].

عن الإمام أبي حنيفة رحمه الله تعالى: 

مَنْ طَلَبَ الرِّيَاسَةَ بِالْعِلْمِ قَبْلَ أَوَانِهِ لَمْ يَزَلْ فِي ذُلٍّ مَا بَقِيَ. 

[انظر كتاب تذكرة السامعِ والمتكلم في أَدب العالم والمتعلم : ص ٤٥ / الفصل الثاني في آداب العالم في درسه / الثاني عشر / للإمام بدر الدين ابن أبي إسحاق إبراهيم ابن أبي الفضل سعد الله ابن جماعة الكناني (ت ٧٣٣ هـ) تحقيق: محمد هاشم الندوي / الناشر: دائرة المعارف (وصورته دار الكتب العلمية، بيروت - لبنان)

عام النشر: ١٣٥٤ هـ].

Dari Imam Abi Hanifah rahimahullahu ta'ala :

"Barang siapa yang mencari derajat kepemimpinan dengan ilmu sebelum waktunya (masih muda), maka ia tetap berada dalam kehinaan yang tersisa (dimasa tuanya)."

[Lihat Kitab Tadzkiratu As Sami' Wa Al Mutakallim Fi Adabi Al 'Alim Wa Al Muta'alim : hal 45 / Al Fashlu Ats Tsani Fi Adabi Al 'Alimi Fi Darsihi / Ats Tsani 'Asyara / Karya Imam Badruddin Ibnu Jama'ah Al Kinaniy / Cet. Dairah Al Ma'arif (Dan Duplikatnya Di Dar Al Kutub Al Ilmiyyah - Beirut Lebanon), Th. 1354 H].

وجاء في كتاب الآداب الشرعية والمنح المرعية للامام محمد بن مفلح بن محمد بن مفرج، أبو عبد الله، شمس الدين المقدسي الرامينى ثم الصالحي الحنبلي (ت ٧٦٣هـ) : 

عَنْ عُمَرَ قَالَ: تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَنْ تَسُودُوا. قَالَ الْخَطَّابِيُّ: يُرِيدُ مَنْ لَمْ يَخْدُمْ الْعِلْمَ فِي صِغَرِهِ اسْتَحْيَا أَنْ يَخْدِمَهُ بَعْدَ كِبَرِ السِّنِّ وَإِدْرَاكِ السُّؤْدُدِ قَالَ: وَبَلَغَنِي عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ قَالَ: مَنْ تَرَأَّسَ فِي حَدَاثَتِهِ كَانَ أَدْنَى عُقُوبَتِهِ أَنْ يَفُوتَهُ حَظٌّ كَبِيرٌ مِنْ الْعِلْمِ. 

[انظر كتاب الآداب الشرعية والمنح المرعية : ج ٣ ص ٤٧٥ / فَصْلٌ التَّفَقُّهُ بِالتَّوَسُّعِ فِي الْمَعَارِفِ قَبْلَ طَلَبِ السِّيَادَةِ وَالْمَنَاصِبِ / للإمام  محمد بن مفلح بن محمد بن مفرج، أبو عبد الله، شمس الدين المقدسي الرامينى ثم الصالحي الحنبلي (ت ٧٦٣هـ)

الناشر: عالم الكتب - بدون السنة].

Dan tersebut dalam kitab Al Adab Asy Syar'iyyah Wa Al Manhu Al Mar'iyyah karya Imam Ibnu Muflih Al Hanbaliy rahimahullahu ta'ala :

Dari Sayyidina 'Umar radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata :

“Pahamilah betul-betul ilmu agama (dimasa muda)   sebelum engkau dijadikan pemimpin (dihari tua)”.

Imam Al Khathabiy berkata :

Beliau (Sayyidina 'Umar) menghendaki barangsiapa yang tidak mau melayani ilmu pengetahuan ketika dia masih muda, maka dia akan merasa malu apabila dia akan mengabdikan ilmunya setelah usia tua dan dijadikan pemimpin.

Dan Imam Khathabiy berkata : sampai kepadaku dari Imam Sufyan Ats Tsauriy, beliau berkata :

Siapa pun yang sudah  memimpin di masa mudanya, hukuman minimumnya adalah dia kehilangan sebagian besar pengetahuan (dimasa tuanya).

[Lihat Kitab Al Adabu Asy Syar'iyyah Wa Al Man'u Al Mar'iyyah : juz 2 hal 125 / Fadlu At Tafaqquhi Bittawasu'i Fi Al Ma'arif / Karya Imam Muhammad Bin Muflih Al Maqdisiy Al Hanbaliy Wa Karahati Thalabi Qabla Thalabi As Siyadah Wa Al Maqashib / Cet. Alimu Al Kutub - Beirut Tnp. Tahun].

📚Ulama Ulama' Besar Yang Mulai Mencari Ilmu Setelah Lanjut Usia 

Imam Bukhari Rahimahullah berkata (menambahi perkataan Sayyidina Umar radliyyAllahu 'anhu) :

وَقَالَ عُمَرُ تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوا قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ (البخاري): 

وَبَعْدَ أَنْ تُسَوَّدُوا وَقَدْ تَعَلَّمَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ ﷺ فِي كِبَرِ سِنِّهِمْ

[انظر كتاب صحيح البخاري /  كتاب العلم / بَاب الِاغْتِبَاطِ فِي الْعِلْمِ وَالْحِكْمَةِ].

“Tuntutlah ilmu juga walaupun setelah kalian menjadi tua; karena para shahabat Nabi ﷺ belajar pada saat mereka sudah tua”.

[Lihat Kitab Shahih Al Bukhariy / Kitabu Al Ilmi / Babu Al Ightiyath Fi Al Ilmi Wa Al Hikmati / Karya Imam Al Bukhariy].

Al Hafizh Imam Ibnu Hajar Al Asqalani Asy Syafi'iy dalam kitabnya An Nukat 'Ala Shahihi Al Bukhariy berkata:

وَإِنَّمَا عَقَّبَهُ الْبُخَارِيُّ بِقَوْلِهِ وَبَعْدَ أَنْ تُسَوَّدُوا لِيُبَيِّنَ أَنْ لَا مَفْهُومَ لَهُ خَشْيَةَ أَنْ يَفْهَمَ أَحَدٌ مِنْ ذَلِكَ أَنَّ السِّيَادَةَ مَانِعَةٌ مِنَ التَّفَقُّهِ وَإِنَّمَا أَرَادَ عُمَرُ أَنَّهَا قَدْ تَكُونُ سَبَبًا لِلْمَنْعِ لِأَنَّ الرَّئِيسَ قَدْ يَمْنَعُهُ الْكِبْرُ وَالِاحْتِشَامُ أَنْ يَجْلِسَ مَجْلِسَ الْمُتَعَلِّمِينَ

[انظر كتاب النكت على صحيح البخاري ويليه : ج ٢ ص ١١٩ / ٣ - كتاب العلم / ١٥ - باب: الاغتباط في العلم والحكمة وقال عمر: تفقهوا قبل أن تسودوا / للامام أبو الفضل ابن حجر العسقلاني

المحقق: أبو الوليد هشام بن علي السعيدني، أبو تميم نادر مصطفى محمود / الناشر: المكتبة الإسلامية للنشر والتوزيع، القاهرة - مصر

الطبعة: الأولى، ١٤٢٦ هـ - ٢٠٠٥ مـ].

“Maksud Al Bukhari menambahkan pesan dan setelah menjadi pemimpin adalah untuk menjelaskan bahwa ucapan Umar tidak boleh dipahami sebaliknya. Ia khawatir ada orang yang memahami bahwa menjadi pemimpin berarti berhenti dari belajar ilmu agama. Yang dimaksud Umar hanyalah kepemimpinan berpeluang besar menjadi sebab penghalang dari belajar ilmu agama. Sebab, seorang pemimpin bisa jadi merasa malu (gengsi) untuk duduk di majlis para santri,”

[Lihat Kitab An Nukat 'Ala Shahihi Al Bukhariy : juz 2 hal 119 / 3 - Kitabu Al Ilmi / 15 - Babu Al Ightibath Fi Al Ilmi Wa Al Hikmah Wa Qala Umaru : Tafaqqahu Qabla Tusawwidu / Karya Imam Ahmad Bin Hajar Al 'Asqalaniy Asy Syafi'iy / Cet. Pertama : Al Maktabah Al Islamiyyah Th. 1426 H - 2006 M].

وقال الامام السيوطي – رحمه الله - في كتابه تدريب الراوي في شرح تقريب النواوي :

(قَالَ جَمَاعَةٌ مِنَ الْعُلَمَاءِ: يُسْتَحَبُّ أَنْ يَبْتَدِئَ بِسَمَاعِ الْحَدِيثِ بَعْدَ ثَلَاثِينَ سَنَةً) وَعَلَيْهِ أَهْلُ الشَّامِ (وَقِيلَ: بَعْدَ عِشْرِينَ) سَنَةً، وَعَلَيْهِ أَهْلُ الْكُوفَةِ.

[انظر كتاب تدريب الراوي في شرح تقريب النواوي : ج ١ ص ١٤١ / النوع الرابع والعشرون كيفية سماع الحديث وتحمله وصفة ضبطه / أول زمن يصح فيه سماع الحديث / للإمام عبد الرحمن بن أبي بكر، جلال الدين السيوطي (ت ٩١١هـ)

حققه: أبو قتيبة نظر محمد الفاريابي / الناشر: دار طيبة - بدون السنة].

Imam As Suyuthiy rahimahullahu ta'ala berkata dalam kitabnya Tadribu Ar Rawiy Fi Syarhi Taqrib :

Jama'ah ulama' mengatakan : diperbolehkan memulai dengan  mendengarkan ilmu hadits setelah umur 30 tahun, dan ini ketetapan menurut penduduk Syam (bagian barat Saudi Arabia meliputi negara : Suriah, Palestina, Yordania, dan Lebanon). 

Dan dikatakan : setelah umur 20 tahun, dan ketetapan ini menurut penduduk Kufah (merupakan sebuah kota di Iraq,  terletak 10 km di timur laut Najaf dan 170 km di selatan Bagdad).

[Lihat Kitab Tadribu Ar Rawiy Fi Syarhi Taqrib An Nawawiy : juz 1 hal 414 / An Nau'u Ar Rabi' Wa Al 'Isyruun Kaifiyyatu Sima'i Al Hadits Wa Tahmilihi Wa Shifati Dhabtihi / Awwalu Az Zaman Yashihhu Fihi Sima'u Al Hadits / Karya Imam As Suyuthiy Asy Syafi'iy / Cet. Dar Thayyibah - Tnp. Tahun].

وقال الامام الذهبي في سير اعلام النبلاء والسبكي الشافعي – رحمه الله - في طبقات الشافعية :

عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، الْمَرْوَزِيُّ الْخُرَاسَانِيُّ .حَذَقَ فِي صَنْعَةِ الْأَقْفَالِ حَتَّى عَمِلَ قُفْلًا بِآلَاتِهِ وَمِفْتَاحِهِ ، زِنَةَ أَرْبَعِ حَبَّاتٍ ، فَلَمَّا صَارَ ابْنَ ثَلَاثِينَ سَنَةً ، آنَسَ مِنْ نَفْسِهِ ذَكَاءً مُفْرِطًا ، وَأَحَبَّ الْفِقْهَ ، فَأَقْبَلَ عَلَى قِرَاءَتِهِ حَتَّى بَرَعَ فِيهِ ، وَصَارَ يُضْرَبُ بِهِ الْمَثَلُ ، وَهُوَ صَاحِبُ طَرِيقَةِ الْخُرَاسَانِيِّينَ فِي الْفِقْهِ ....

قَالَ الْفَقِيهُ نَاصِرٌ الْعُمَرِيُّ : لَمْ يَكُنْ فِي زَمَانِ أَبِي بَكْرٍ الْقَفَّالِ أَفْقَهُ مِنْهُ ، وَلَا يَكُونُ بَعْدَهُ مِثْلُهُ ، وَكُنَّا نَقُولُ : إِنَّهُ مَلَكٌ فِي صُورَةِ الْإِنْسَانِ . حَدَّثَ ، وَأَمْلَى ، وَكَانَ رَأْسًا فِي الْفِقْهِ ، قُدْوَةً فِي الزُّهْدِ . 

[انظر كتاب سير أعلام النبلاء : ج ١٦ ص ٤٠٥ - ٤٠٦ /  الطبقة الثانية والعشرون / ٢٦٧ - القفال أبو بكر عبد الله بن أحمد بن عبد الله / للإمام شمس الدين محمد بن أحمد بن عثمان الذهبي (ت ٧٤٨ هـ) تحقيق: مجموعة من المحققين بإشراف الشيخ شعيب الأرناؤوط، تقديم: بشار عواد معروف / الناشر: مؤسسة الرسالة الطبعة: الثالثة، ١٤٠٥ هـ - ١٩٨٥ مـ. وانظر كتاب" طبقات الشافعية "  : ج ١ ص ١٨٢ - ١٨٣ / الطبقة الثامنة وهم الذين كانوا في العشرين الأولى من المائة الخامسة / للإمام أبو بكر بن أحمد بن محمد بن عمر الأسدي الشهبي الدمشقي، تقي الدين ابن قاضي شهبة (ت ٨٥١هـ)

المحقق: د. الحافظ عبد العليم خان / دار النشر: عالم الكتب - بيروت الطبعة: الأولى، ١٤٠٧ هـ].

Imam Adz Dzahabiy rahimahullahu ta'ala berkata dalam kitabnya Siyaru A'lam An Nubula' :

Abu Bakar Abdullah bin Ahmad bin Abdullah al-Marwazi al-Khurasani, atau dikenal dengan al-Qaffal ash-Shaghir. Terampil dalam membuat gembok hingga bisa membuat gembok dengan alatnya dan kunci gembok itu. Ketika berusia 30 tahun, ia merasakan dirinya cerdas dan ia menyukai fikih, maka ia mulai mempelajarinya sampai menjadi pakar. Di samping lihai dalam fikih beliau juga ahli tasawuf. Beliau pemilik tarekat al-Khuraniyin dalam ilmu fikih.

Pakar fikih Nashir al-‘Umari berkata: “Tidak ada pada zamannya yang lebih faqih dari dia, dan tidak ada sesudahnya yang semisal dia. Dahulu saya mengatakan bahwa dia (seperti) malaikat dalam bentuk manusia”. 

[Lihat Kitab Siyaru A'lam An Nubula' : juz 16 hal 405 - 406 / 

At Thabaqah Ats Tsaniyyah Wa Al 'aisyrun / 267 - Al Qaffal Abu Bakr Abdillah Bin Ahmad Bin Abdillah / Karya Imam Adz Dzahabiy / Cet. Ketiga : Mu'assasah Ar Risalah Th. 1405 H - 1985 M]. Dan Lihat Thabaqatu Asy Syafi'iyyah : juz 1 hal 182 - 183 / At Thabaqah Ats Tsaminah Wahum Al Ladzina Kanuu Fi Al 'Isyriina Al Ula Min Al Mi'ah Al Kahmisah / Karya Imam Taqiyyuddin Ibnu Syuhbah / Cet. Pertama : 'Alimu Al Kutub - Beirut Libanon Th. 1407 H].

قال الامام الذهبي – رحمه الله - في كتابه سير اعلام النبلاء :

الشَّيْخُ، الإِمَامُ الكَبِيْرُ، مُفْتِي الدِّيَارِ المِصْرِيَّةِ، وَعَالِمُهَا، أَبُو عَبْدِ اللهِ الأُمَوِيُّ مَوْلاَهُمْ، المِصْرِيُّ، المَالِكِيُّ.مَوْلِدُهُ: بَعْدَ الخَمْسِيْنَ وَمائَةٍ. وَطَلَبَ العِلْمَ وَهُوَ شَابٌّ كَبِيْرٌ، فَفَاتَهُ مَالِكٌ وَاللَّيْثُ.

[انظر كتاب سير أعلام النبلاء : ج ١٠ ص ٦٥٦ /  الطبقة الثانية عشرة / ٢٣٧ - أصبغ بن الفرج بن سعيد بن نافع الأموي / للإمام شمس الدين محمد بن أحمد بن عثمان الذهبي (ت ٧٤٨ هـ) تحقيق: مجموعة من المحققين بإشراف الشيخ شعيب الأرناؤوط، تقديم: بشار عواد معروف / الناشر: مؤسسة الرسالة الطبعة: الثالثة، ١٤٠٥ هـ - ١٩٨٥ مـ].

Imam Adz Dzahabiy rahimahullahu ta'ala berkata dalam kitabnya Siyaru A'lam An Nubula' :

Syaikh, Imam Agung, mufti tanah Mesir, dan orang alimnya, Abu Abdillah Al Umawiy, tuan mereka, orang Mesir, bermadzhab Maliki, kelahiran beliau setelah 150 hijriyyah, beliau menuntut ilmu ketika sudah tua, Imam Malik dan Imam  Al-Laits meminta fatwa/wejangan darinya.

[Lihat Kitab Siyaru A'lam An Nubula' : juz 10 hal 656 / 

At Thabaqah Ats Tsaniyyah 'Asyara / 237 - Asbagh Bin Al Faraj Bin Sa'id Bin Nafi' Al Umawiy / Karya Imam Adz Dzahabiy / Cet. Ketiga : Mu'assasah Ar Risalah Th. 1405 H - 1985 M].

وقال الامام عبد الحي بن أحمد بن محمد ابن العماد العَكري الحنبلي، أبو الفلاح (ت ١٠٨٩هـ) :

قال الحاكم :

هو إمام عصره ، طلب العلم على كبر السنِّ ، وطوَّف .

[انظر كتاب شذرات الذهب في أخبار من ذهب : ج ٢ ص ٣٨٨ /  سنة ست وثمانين ومائة / للإمام عبد الحي بن أحمد بن محمد ابن العماد العَكري الحنبلي، أبو الفلاح (ت ١٠٨٩هـ)، حققه: محمود الأرناؤوط، خرج أحاديثه: عبد القادر الأرناؤوط / الناشر: دار ابن كثير، دمشق - بيروت

الطبعة: الأولى، ١٤٠٦ هـ - ١٩٨٦ مـ].

Imam Abdul Hayyi Al Fikriy Al Hanbaliy  rahimahullahu ta'ala dalam kitabnya Syidzratu Adz Dzahabi Fi Akhbarin Min Dzahabin :

Imam Hakim berkata : 

Dia (Imam Qaffal) adalah imam pada masanya, dia mencari ilmu meskipun usianya sudah tua, dan beliau melakukan pengembaraan.

[Lihat Kitab Syidzratu Adz Dzahabi Fi Akhbarin Min Dzahabin : juz 2 hal 388 / Sanata Sittin Wa Tsamanina Wa Mi'ah / Karya Imam Abdul Hayyi Al Fikriy Al Hanbaliy / Cet. Pertama : Dar Ibnu Katsir Damsyiq - Beirut Th. 1406 H - 1986 M].

قال الامام الذهبي – رحمه الله - في كتابه سير اعلام النبلاء:

الإِمَامُ، العَلاَّمَةُ، الفَقِيْهُ، المُحَدِّثُ، الثَّبْتُ، قَاضِيَ القُضَاةِ بِمِصْرَ، أَبُو عَمْرٍو، مَوْلَى زَبَّانَ ابنِ الأَمِيْرِ عَبْدِ العَزِيْزِ بنِ مَرْوَانَ، الأُمَوِيُّ، المِصْرِيُّ.مَوْلِدُهُ: فِي سَنَةِ أَرْبَعٍ وَخَمْسِيْنَ وَمائَةٍ.

وَإِنَّمَا طَلَبَ العِلْمَ عَلَى كِبَرٍ. 

[انظر كتاب " سير أعلام النبلاء " : ج ١٢ ص ٥٤ /  تابع: الطبقة الثالثة عشرة / ١٢ - الحارث بن مسكين بن محمد بن يوسف الأموي / للإمام شمس الدين محمد بن أحمد بن عثمان الذهبي (ت ٧٤٨ هـ)

تحقيق: مجموعة من، المحققين بإشراف الشيخ شعيب الأرناؤوط، تقديم: بشار عواد معروف / الناشر: مؤسسة الرسالة

الطبعة: الثالثة، ١٤٠٥ هـ - ١٩٨٥ مـ].

Dalam kesempatan lain Imam Adz Dzahabiy juga mengatakan :

Imam Al Alamah Al Faqih Al Muhaddits Penetap Hukum,  Pemimpinnya Para Hakim dimesir Abu Amr, bekas budak merdekanya Abu  Zaban bin Al Amir Abdil Aziz bin Marwan Al Umawiy - Mesir. Kelahirannya: pada tahun 154 hijriyyah.

Sesengguhnya, beliau  mencari ilmu ketika beliau sudah tua.

[Lihat Kitab Siyaru A'lam An Nubula' : juz 12 hal 54 / 

Tabi'un Ath Thabaqah Ats Tsalisah 'Asyarah / 12 - Al Harits Bin Miskin Bin Muhammad Bin Yusuf Al Umawiy / Karya Imam Adz Dzahabiy / Cet. Ketiga : Mu'assasah Ar Risalah Th. 1405 H - 1985 M].

📚Bahayanya Jika Baru Belajar Dan Tergesa gesa Dalam Berdakwah/Berfatwa Bisa Dianggap Dusta Dan Kehilangan Banyak Ilmu

وقال الحافظ الامام ابن حجر رحمه الله في كتابه فتح الباري شرح صحيح البخاري: 

وَقَالَ الشَّافِعِيُّ إِذَا تَصَدَّرَ الْحَدَثُ فَاتَهُ عِلْمٌ كَثِيرٌ .

[انظر كتاب فتح الباري شرح صحيح البخاري : ج ١ ص ١٦٦ /  قوله باب الاغتباط في العلم / للإمام أحمد بن علي بن حجر أبو الفضل العسقلاني الشافعي / الناشر: دار المعرفة - بيروت، ١٣٧٩ هـ].

Dalam kesempatan lain Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al 'Asqalaniy Al Mishriy Asy Syafi'iy mengatakan : 

Dan Imam Asy Syafi'iy berkata : Apabila seseorang yang baru belajar tergesa-gesa (karena ingin menjadi tokoh), maka akan luput/lepas darinya ilmu yang banyak”.

[Lihat Kitab Fathu Al Bari Syarhu Shahih Al Bukhariy : juz 1 hal 166 / Qauluhu : Babu Al Ightibath Fi Al Ilmi / Karya Imam Ahmad Bin Hajar Al 'Asqalaniy Al Mishriy Asy Syafi'iy / Cet. Dar Al Ma'rifah - Beirut, Th. 1379 H].

Imam Ibn Taimiyyah Al Hanbaliy rahimahullah pernah berpesan di dalam Majmū’ Al-Fatāwā beliau:

وَمَنْ تَكَلَّمَ فِي الدِّينِ بِلَا عِلْمٍ كَانَ كَاذِبًا وَإِنْ كَانَ لَا يَتَعَمَّدُ الْكَذِبَ

[انظر كتاب مجموع الفتاوى : ج ١٠ ص ٤٤٩ / من تكلم في الدين بغير علم كان كاذبا / للإمام تقي الدين أبو العباس أحمد بن عبد الحليم بن تيمية الحراني (ت ٧٢٨هـ)، المحقق: عبد الرحمن بن محمد بن قاسم / الناشر: مجمع الملك فهد لطباعة المصحف الشريف، المدينة النبوية، المملكة العربية السعودية

عام النشر: ١٤١٦هـ - ١٩٩٥مـ].

‘Barangsiapa yang berbicara tentang ihwal/seluk beluk agama dengan tanpa ilmu maka dia akan dikira telah berdusta sekalipun dia tidak berniat untuk berdusta.’

[Lihat Kitab Majmu' Al Fatawa : juz 10 hal 449 / Man Takallama Fi Ad Din Bighairi Ilmin Kana Kadziban / Karya Imam Ahmad Bin Hajar Al'Asqalaniy Al Mishriy Asy Syafi'iy / Cet. Majma' Al Mulk Fahd Lithaba'ah Al Mushaf Asy Syarif Al Madinah An Nabawiyyah Al Mamlakah Al 'Arabiyyah As Su'udiyyah Th. 1416 H - 1995 M].

📚Bahayanya Mencari/Memfatwakan Ilmu Dengan Niat Mencari Riyasah/Dunia

قال الإمام الغزالي رحمه الله: في كتابه احياء علوم الدين: 

وَاَلاَّ يَقْصِدَ الْمُتَعَلِّمُ بِالتَّعَلُّمِ الرِّياَسَةَ وَالْمَالَ وَالْجَاهَ، وَمُمَارَاةَ السُّفَهَاءِ وَمُبَاهَاةَ اْلأَقْرَانِ.

[انظر كتاب احياء علوم الدين: ج ١ ص ٥٣ /  كتاب العلم / الباب الخامس في آداب المتعلم والمعلم / للإمام  أبو حامد محمد بن محمد الغزالي الطوسي الشافعي (ت ٥٠٥هـ)

الناشر: دار المعرفة - بيروت، بدون السنة].

Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazaliy Ath Thusiy Asy Syafi'iy dalam kitabnya Ihya' Ulumuddin mengatakan :

"Pencari ilmu supaya belajar dengan niat tidak untuk mencari pangkat kekuasaan, harta, untuk menipu orang-orang bodoh, dan untuk  bermegah-megahan pamer didepan kawan-kawannya".

[Lihat Kitab Ihya' Ulumuddin : juz 1 hal 53 / Kitabu Al Ilmi / Adabu Al Muta'alim Wa Al Mu'allim / Karya Imam Abu Hamid bin Muhammad Al Ghazaliy Ath Thusiy Asy Syafi'iy / Cet. Dar Al Ma'rifah - Beirut Tnp. Tahun].

Imam Ibnu Muflih Al Maqdisiy Al Hanbaliy rahimahullahu ta'ala berkata : 

وَقَالَ ابْنُ الْجَوْزِيِّ يَنْبَغِي لِلْعَالِمِ أَنْ يَصُونَ الْعِلْمَ وَلَا يَبْذُلُهُ وَلَا يَحْمِلُهُ إلَى النَّاسِ خُصُوصًا إلَى الْأُمَرَاءِ ،

[انظر كتاب الآداب الشرعية والمنح المرعية : ج ٢ ص ٤٩ /  فصل في طلب العلم وما يبدأ به منه وما هو فريضة منه وفضل أهله / للإمام محمد بن مفلح بن محمد بن مفرج، أبو عبد الله، شمس الدين المقدسي الرامينى ثم الصالحي الحنبلي (ت ٧٦٣هـ)

الناشر: عالم الكتب - بدون السنة].

"Ibnu al-Jawzi mengatakan bahwa ulama harus menjaga ilmu dan tidak menyia-nyiakannya dan tidak menyampaikannya kepada orang-orang, terutama kepada para pembesar.

[Lihat Kitab Al Adabu Asy Syar'iyyah Wa Al Man'u Al Mar'iyyah : juz 2 hal 125 / Faslun  Fi Thalabi Al Ilmi Wa Ma Yabda' Bihi Minhu Wa Ma Huwa Faridlotun Minhu Wa Fadhlu Ahlihi / Karya Imam Muhammad Bin Muflih Al Maqdisiy Al Hanbaliy Wa Karahati Thalabi Qabla Thalabi As Siyadah Wa Al Maqashib / Cet. Alimu Al Kutub - Beirut Tnp. Tahun].

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid028QnzWA328tZwiResnYD6MWj67mBEuZDpKJZiX7xxaNU8tvK3wG7pzYgQK7XYa3Nnl&id=100012972307661

Kesimpulannya dari kisah nyata dipemakaman Dahdah Damaskus Suriah seperti dikisah Syaikh Hisyam Al Burhani dalam vidio diatas tentang penggali kubur, pencari ilmu santri/siswa, penderma untuk kegiatan mencari ilmu beserta hikmah mutiara yang pernah kami dengar bahwasannya : 

حَامِلُ الْعِلْمِ | Pengemban Ilmu Halal Kyai/Santri Guru/Siswa

نَاصِرُ العلم | Penolong Ilmu Orang Muslim Yang Mau Menolong Kelangsungan Belajar Mengajar Ilmu Yang Halal Kyai/Santri Guru/Siswa

نَاشِرُ العلم | Orang Yang Menyebarkan Ilmu Halal   

Pahala/Imbalannya sama yakni surga bagi orang yang melakukannya dengan niatan menginginkan surga dan menghindari masuk neraka.

Selesai dinukil Ahad pahing

Dikradenan selatan 003 001 Kradenan  Srumbung Magelang Jawa tengah

٦ جمادى الٱخير ١٤٤٤ هـ

27 November 2022 M