*A• 🌹👄 INTEROPEKSI DIRI🍇🌺*
*🍒🌿Firman Allah subhaanahu wa ta'ala :*
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ. وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ.
{سورة الحشر : ٠٥٩/ ١٨ - ١٩}.
Artinya:
“Wahai orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah; Renung dan fikirkanlah apakah yang dibekalan yang telah disediakan untuk hari esok. Bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat mengetahui setiap perbuatan yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang yang telah melupakan Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa pada diri mereka. Mereka itulah orang yang fasiq.
{QS. Al-Hasyr : 059/ 18-19}.
*🌹🍀 KRETERIA KECERDASAN SEORANG MUSLIM TULEN adalah selalu (محاسبة النفس) mengevaluasi diri,* agar tidak terjerumus dalam menggunjingkan orang lain daripada mengevaluasi diri sendiri didunia sebelum dihisab (dihitung) diakhirat kelak, karena diakhirat kelak yang dipertanggung jawabkan dan dihisab bukanlah kebaikkan atau keburukkan orang lain, tetapi yang dihisab adalah kebaikkan atau keburukkan diri sendiri. Walhasil mengapa mesti sibuk dengan mengevaluasi orang lain didunia? Sedangkan diakhirat itu tidak dihisab untuk diri sendiri?
Hadits Nabi ﷺ 🌹 yang menjelaskan tentang hal tersebut diantaranya adalah :
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ عَنْ النَّبِيِّ ﷺ 🍇 قَالَ :
*_" الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ."_*
قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
قَالَ وَمَعْنَى قَوْلِهِ : "مَنْ دَانَ نَفْسَهُ يَقُولُ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا قَبْلَ أَنْ يُحَاسَبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ".
وَيُرْوَى عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ :
" حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا."
وَيُرْوَى عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ قَالَ :
" لَا يَكُونُ الْعَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ مِنْ أَيْنَ مَطْعَمُهُ وَمَلْبَسُهُ."
{رواه الترمذي / ٣٥ - أبواب صفة القيامة والرقائق والورع / باب / رقم الحديث : ٢٤٥٩}.
Telah menceritakan kepada kami : Sufyan bin Waqi'. Telah menceritakan kepada kami : 'Isa bin Yunus. Dari Abu Bakar bin Abu Maryam. Dan telah mengkhabarkan kepada kami : 'Abdullah bin Abdurrahman. Telah mengkhabarkan kepada kami : 'Amru bin 'Aun. Telah mengkhabarkan kepada kami : Ibnu Al Mubarak. Dari Abu Bakar bin Abu Maryam. Dari Dlamrah bin Habib. Dari Syaddad bin Aus. Dari Nabi ﷺ 🍒 beliau bersabda:
*_"Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan kepada Allah (mengikuti tuntutan kepentingan naluriahnya ternyata dia sama sekali tidak merasa bermasalah bahkan ber-angan-angan kepada Allah bahwa Allah akan mengampuni dirinya atau dia melakukan banyak do-sa lalu berangan-angan masuk surga tanpa adanya upaya untuk memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah subhaanahu wa ta'ala)."_*
Dia (Tirmidzi) berkata: Hadits ini hasan.
Dan dia berkata : *Makna ungkapan dari sabda Rasulullah ﷺ ( دان نفسه ) 💐 menghisab/ mengevaluasi dirinya' adalah ( حاسب نفسه في الدنيا قبل أن يحاسب يوم القيامة ) ‘orang yang menghisab (mengevaluasi diri) di dunia sebelum dihisab pada hari akhir.’*
Dan telah diriwayatkan dari Umar bin Al Khottob beliau berkata:
*Hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum kalian dihitung dan persiapkanlah untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb Yang Maha Agung), hisab (perhitungan) akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang selalu menghisab dirinya ketika di dunia."*
Dan telah diriwayatkan dari Maimun bin Mihran dia berkata:
*Seorang hamba tidak akan bertakwa hingga dia menghisab dirinya sebagaimana dia menghisab temannya dari mana dia mendapatkan makan dan pakaiannya."*
{HR. Tirmidzi / 35 - Abwaabu Shifati Al Qiyamati Wa Al Raqaaiqi Wa Al Wara'i / No. 2459}.

1. Istilah الْكَيِّسُ adalah :
اَلْعَاقِلُ الْمُتَبَصِّرُ فِيْ الأُمُوْرِ اَلنَّاظِرُ فِيْ الْعَوَاقِبِ اَيْ اَلْفَطَنَةُ وَالذُّكَاءُ اَيْ عَاقِلٌ مُتَّزِنٌ سَرِيْعُ الْفَهْمِ
*_“seorang yang beraqal dan jeli dalam mengkaji berbagai urusan/perkara yang akan dilakukan ser-ta memperhatikan dengan serius akibat-akibatnya atau seseorang yang pandai dan cerdas atau se-seorang yang beraqal cerdas sehingga sangat cepat memahami."_*
Sedangkan istilah الْعَاجِزُ adalah :
اَلْمُقْصِرُ فِيْ الأُمُوْرِ اَيْ اَلسَّفِيْهُ الرَّأْيُ
*_“seseorang yang sangat terbatas kemampuannya dalam mengkaji berbagai urusan/perkara atau seseorang yang kemampuan pikirannya sangat dungu."_*
Kemudian sifat yang dilekatkan kepada الْكَيِّسُ maupun الْعَاجِزُ ditunjukkan oleh bagian اَلْخَبَرُ dari ha-dits tersebut yakni :
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
Makna (دَلاَلَةُ اللَّفْظِ) yang diwakili oleh bagian hadits مَنْ دَانَ نَفْسَهُ adalah :
حَاسَبَهَا وَأَذَلَّهَا وَاسْتَعْبَدَهَا وَقَهَّرَهَا حَتَّى صَارَتْ مُطِيْعَةً مُنْقَادَةً
“menghitungnya, menundukkannya, mengendalikannya dan menaklukannya sehingga menjadi taat dan dapat dikendalikan”
lalu bagian hadits وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ menunjukkan makna :
هُوَ يَعْمَلُ مَادَامَ حَيًّا فِيْ الدُّنْيَا سَيْرًا وَاسْتِجَابًا بِأَوَامِرِ اللهِ وَتَرْكًا وَاجْتِنَابًا نَوَاهِيَهُ ذَلِكَ ِلأَنَّهُ يَفْهَمُ اَنَّ الْمَوْتَ عَاقِبَةُ أَمْرِ الدُّنْيَا
“dia selalu berbuat selama hidup di dunia sesuai dengan dan memenuhi perintah-perintah Allah serta meninggalkan dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Hal itu karena dia memahami bahwa maut adalah akibat dari urusan dunia”
Bagian اَلْخَبَرُ dari الْعَاجِزُ yakni مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ maknanya adalah :
مِنَ الإِتِّبَاعِ أَيْ جَعَلَهَا تَابِعَةً لِهَوَاهَا أَيْ يَكُوْنُ الَّذِيْ غَلَبَتْ عَلَيْهِ نَفْسُهُ وَعَمِلَ مَا أَمَرَتْهُ بِهِ نَفْسُهُ فَصَارَ عَاجِزًا لِنَفْسِهِ فَأَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَأَعْطَاهَا مَا اشْتَهَتْهُ وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ اْلأَمَانِيَّ فَهُوَ مَعَ تَفْرِيْطِهِ فِيْ طَاعَةِ رَبِّهِ وَاتِّبَاعِ شَهَوَاتِهِ لاَ يَعْتَذِرُ بَلْ يَتَمَنَّى عَلَى اللهِ اْلأَمَانِيَّ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُ أَيْ هُوَ يَذْنَبُ وَيَتَمَنَّى الْجَنَّةَ مِنْ غَيْرِ اْلإِسْتِغْفَارِ وَالتَّوْبَةِ
“mengikutinya atau menjadikannya mengikuti kepentingan naluriah atau dia adalah seseorang yang didominasi oleh kepentingan naluriahnya dan melakukan apa pun yang diperintahkan kepa-danya oleh kepentingan naluriahnya tersebut, sehingga jadilah dia lemah dalam menghadapi ke-pentingan naluriahnya itu lalu dia biarkan dirinya mengikuti kepentingan naluriahnya serta mem-berikan kepadanya apa pun yang sangat dihasratkannya, kemudian dia berangan-angan kepada Allah yakni dalam keadaan dirinya yang sangat sedikit sikap taat kepada Rabnya serta mengikuti tuntutan kepentingan naluriahnya ternyata dia sama sekali tidak merasa bermasalah bahkan ber-angan-angan kepada Allah bahwa Allah akan mengampuni dirinya atau dia melakukan banyak do-sa lalu berangan-angan masuk surga tanpa adanya upaya untuk memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah SWT”
2. bagian hadits مَنْ دَانَ نَفْسَهُ selain sebagai اَلْخَبَرُ yang menjelaskan sifat yang melekat pada الْكَيِّسُ, juga berkedudukan sebagai pujian (اَلْمَدْحُ) bagi الْكَيِّسُ itu sendiri sehingga memberikan makna secara مَنْطُوْقًا (مَدْلُوْلُ اللَّفْظِ) bahwa Islam telah mewajibkan umat Islam untuk mensifati dirinya dengan mak-na yang diwakili oleh istilah الْكَيِّسُ berikut realitas dari sifat الْكَيِّسُ itu. Demikian juga halnya dengan bagian hadits وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ menunjukkan bahwa sikap itu wajib dilakukan oleh umat Islam.
3. bagian hadits مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا selain sebagai اَلْخَبَرُ yang menjelaskan sifat yang melekat pada الْعَاجِزُ, juga berkedudukan sebagai celaan (اَلذَّمُّ) bagi الْعَاجِزُ itu sendiri sehingga memberikan makna secara مَنْطُوْقًا (مَدْلُوْلُ اللَّفْظِ) bahwa Islam telah mengharamkan umat Islam mensifati dirinya dengan makna yang diwakili oleh istilah الْعَاجِزُ berikut realitas dari sifat الْعَاجِزُ itu. Demikian juga halnya dengan ba-gian hadits وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ menunjukkan bahwa sikap itu haram dilakukan oleh umat Islam.
Jadi, umat Islam wajib menjadikan diri mereka sebagai اَلْكَيِّسُوْنَ yakni komunitas manusia yang kuat dalam dua aspek :
(a) kuat dalam proses berpikir (اَلْقُوَّةُ فِيْ تَفْكِيْرِهِمْ) dan
(b) kuat dalam memberlakukan seluruh ketentuan Allah SWT (Islam) selama mereka hidup di dunia dan itu dapat muncul dalam diri mereka akibat adanya kekuatan proses berpikir dalam diri mereka
*🍒🍀 Hadits yang senada :*
أَخْبَرَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ السَّيَّارِيُّ ، ثَنَا أَبُو الْمُوَجِّهِ ، أَنْبَأَ عَبْدَانُ ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ ، أَنْبَأَ أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ الْغَسَّانِيُّ ، عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ ، عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ 🌺 :
*_" الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ."_*
هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ
{رواه الحاكم في كتابه لمستدرك على الصحيحين / كِتَابُ التَّوْبَةِ وَالْإِنَابَةِ / وَأَمَّا حَدِيثُ شُعْبَةَ / رقم الحديث : ٧٧٤٧}.
Telah mengabarkan kepada kami : Abu Al 'Abbas As Sayyaari. Telah menceritakan kepadaku : Abu Al Muwajjih. Telah memberitakan kepada kami : 'Abdaan. Telah mengabarkan kepada kami : 'Abdullah. Telah memberitakan kepada kami : Abu Bakr bin Abi Maryam Al Ghassaniy. Dari Dlomrah bin Habiib. Dari Syaddaad bin Aus radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata : Rasulullah ﷺ 🌿 pernah bersabda:
*_"Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan kepada Allah 'Azza Wa Jalla."_*
{HR. Hakim Dalam Kitabnya Al Mustadrak 'Alaa Ash Shahihain / Kitab At Taubati Wa Al Inaabati / Wa 'Amma Haditsu Syu'bati / No. 7747. Hakim berkata : *HADITS INI SHAHIH ISNADNYA* Dan Bukhari Muslim tidak mengeluarkannya}.
*💐🌿 Hadits Atsar yang senada :*
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ ، ثنا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ بُرْقَانَ ، عَنْ ثَابِتِ بْنِ الْحَجَّاجِ ، قَالَ : قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ :
*_" حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا ، وَزِنُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا ، فَإِنَّهُ أَهْوَنُ عَلَيْكُمْ فِي الْحِسَابِ غَدًا ، أَنْ تُحَاسِبُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ ، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ ، يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ " ._*
{رواه ابن ابي الدنيا في كتابه محاسبة النفس / الْعَاقِلُ مَنْ يَعْمَلُ لِلآخِرَةِ / رقم الحديث: ٢}.
Telah menceritakan kepada kami : Ishaq bin Isma'il. Telah menceritakan kepada kami : Sufyan bin 'Uyainah. Dari Ja'far bin Burqaan. Dari Tsaabit bin Al Hajjaj, ia berkata : 'Umar Ibn al-Khattab RadliyyAllaahu 'anhu berkata:
*_“Nilailah diri kamu sebelum ia dinilai (oleh Allah pada hari akhirat kelak), timbanglah ia sebelum ia ditimbang (oleh Allah pada hari perhitungan kelak), hitunglah diri kamu pada hari ini (iaitu ketika masih hidup di dunia ini), pasti lebih mudah bagi kamu untuk menghitung pada hari esok (yakni hari akhirat). Berhiaslah (dengan perhiasan iman dan taqwa) sebagai persiapan untuk hari kebangkitan yang sungguh dahsyat dan mendebarkan), hari itu kamu dibangkitkan dalam keadaan tidak berpakaian."_*
{HR. Ibnu Abid Dunya Dalam Kitabnya Mahaasibatu An Nafsi / Al 'Aqaaqilu Man Ya'malu Lilaakhiirah / No. 2}.
*🍒🌏 Dalam sebuah atsar disebutkan makna yang senada :*
*🌿🌺قال عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ :*
*_" أَيُّهَا النَّاسُ احْتَسِبُوا أَعْمَالَكُمْ ، فَإِنَّ مَنِ احْتَسَبَ عَمَلَهُ كُتِبَ لَهُ أَجْرُ عَمَلِهِ وَأَجْرُ حِسْبَتِهِ ."_*
{اخرجه ابن الاثير في كتابه "النهاية في غريب الحديث والأثر" / حرف الحاء / باب الحاء مع السين / للامام مجد الدين أبي السعادات المبارك بن محمد (ابن الأثير)}.
*🌏👳Berkata Umar Bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu:*
*_“Wahai manusia hitung hitunglah amalan-amalan kalian, karena barang siapa menghitung-hitung amalnya maka akan dicatat baginya pahala amalnya dan pahala bermuhasabah diri.”_*
{Dikeluarkan Oleh Ibnu Atsir Dalam Kitabnya An Nihayatu Fii Ghariibi Al Hadits / Harfu Al Haa' / Baabu Al Haa' Ma'a Al Siin}.
*B• 🌏🌿Kisah Dialog Seorang Murabbi/Syaikh/Guru Yang Cerdas Dengan Seorang Pemuda🍀👳♀*
*_Wahai Syaikh, manakah yang lebih baik, seorang muslim yang banyak ibadahnya tetapi akhlaqnya buruk ataukah seorang yang tak beribadah tapi amat baik perangainya pada sesama?",tanya seorang pemuda._*
"Subhaanallah, keduanya baik",
ujar sang Syaikh sambil tersenyum.
"Mengapa bisa begitu?",
desak si Pemuda.
"Karena orang yang tekun beribadah itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk berakhlaq mulia bersebab ibadahnya. Dan karena orang yang baik perilakunya itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk semakin taat kepadaNya."
"Jadi siapa yang lebih buruk?",
desak si Pemuda penasaran.
Air mata mengalir di pipi sang Syaikh.
"Kita Anakku", ujar Beliau.
*_"Kitalah yang layak disebut buruk sebab kita gemar sekali menghabiskan waktu untuk menilai orang lain dan melupakan diri kita sendiri." Beliau terisak-isak. "Padahal kita akan dihadapkan pada Allah dan ditanyai tentang diri kita, bukan tentang orang lain."_*
جمعها ونقلها طالب العلم محمد عبد الحكيم الجاوي. ربّنا تقبّل منّا واقبلنا بسرّ الفاتحة :