Bismillahirrohmaanirrohiim

Tampilkan postingan dengan label MAKAN MINUM MEMBUNUH BINATANG BERBISA MEMAKAI PAKAIAN BERGAMBAR DAN MENJAWAB PANGGILAN ORANGTUA DALAM SHALAT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MAKAN MINUM MEMBUNUH BINATANG BERBISA MEMAKAI PAKAIAN BERGAMBAR DAN MENJAWAB PANGGILAN ORANGTUA DALAM SHALAT. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 Maret 2021

*★᭄꧂࿐أَلْأَكْلُ وَالشُّرْبُ وَالْقَتْلُ عَلَى الْهَامَّةِ وَاللُّبْسُ أَلَّتِيْ فِيْهَا صُوَرٌ وَالْجَوَابُ عَلَى الدَّعْوَةِ فِيْ الصَّلَاةِ | ʍǟᏦǟռ ʍɨռʊʍ ʍɛʍɮʊռʊɦ ɮɨռǟTǟռɢ ɮɛʀɮɨֆǟ ʍɛʍǟᏦǟɨ քǟᏦǟɨǟռ ɮɛʀɢǟʍɮǟʀ ɖǟռ ʍɛռʝǟաǟɮ քǟռɢɢɨʟǟռ ɖǟʟǟʍ ֆɦǟʟǟT ༻꧂*

 




(Edisi pandemi february 2021 M saat saat mengambil hati Allah agar dirahmati)


*A]• ꧁༺𝑴𝒂𝒌𝒂𝒏 𝑴𝒊𝒏𝒖𝒎 𝑫𝒂𝒍𝒂𝒎 𝑺𝒉𝒂𝒍𝒂𝒕*

Para ulama fikih bersepakat batalnya shalat dengan makan dan minum secara global. Namun mereka berbeda pendapat tentang sisa makanan yang terselip  disela - sela gigi (slilit : jawa) orang yang sedang shalat terkait sedikit banyaknya, ditelan atau tidak, dirasakan atau tidak , lupa atau tidak, dan jikalau ditiupkan keluar (dilepeh : Jawa), apakah hal tersebut membatalkan shalat atau tidak. Berikut perinciannya :

*📓✍️• جاء في "الموسوعة الفقهية الكويتيّة صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت :*  

اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى بُطْلاَنِ الصَّلاَةِ بِالأَْكْل وَالشُّرْبِ مِنْ حَيْثُ الْجُمْلَةُ.

قَال الْحَنَفِيَّةُ: وَلَوْ سِمْسِمَةً نَاسِيًا. وَاسْتَثْنَوْا مِنْ ذَلِكَ مَا كَانَ بَيْنَ أَسْنَانِهِ وَكَانَ دُونَ الْحِمَّصَةِ فَإِنَّهُ لاَ تَفْسُدُ بِهِ الصَّلاَةُ إِذَا ابْتَلَعَهُ، وَصَرَّحُوا بِفَسَادِ الصَّلاَةِ بِالْمَضْغِ إِنْ كَثُرَ، وَتَقْدِيرُهُ بِالثَّلاَثِ الْمُتَوَالِيَاتِ. وَكَذَا تَفْسُدُ بِالسُّكَّرِ إِذَا انَ فِي فِيهِ يَبْتَلِعُ ذَوْبَهُ.

قَال ابْنُ عَابِدِينَ: إِنَّ الْمُفْسِدَ: إِمَّا الْمَضْغُ، أَوْ وُصُول عَيْنِ الْمَأْكُول إِلَى الْجَوْفِ بِخِلاَفِ الطَّعْمِ.

قَال فِي الْبَحْرِ عَنِ الْخُلاَصَةِ: وَلَوْ أَكَل شَيْئًا مِنَ الْحَلاَوَةِ وَابْتَلَعَ عَيْنَهَا فَدَخَل فِي الصَّلاَةِ فَوَجَدَ حَلاَوَتَهَا فِي فِيهِ وَابْتَلَعَهَا لاَ تَفْسُدُ صَلاَتُهُ، وَلَوْ أَدْخَل الْفَايْنَذَ أَوِ السُّكَّرَ فِي فِيهِ، وَلَمْ يَمْضُغْهُ، لَكِنْ يُصَلِّي وَالْحَلاَوَةُ تَصِل إِلَى جَوْفِهِ تَفْسُدُ صَلاَتُهُ.

وَفَرَّقَ الْمَالِكِيَّةُ بَيْنَ عَمْدِ الأَْكْل وَالشُّرْبِ وَسَهْوِهِ، فَإِنْ أَكَل أَوْ شَرِبَ الْمُصَلِّي عَمْدًا بَطَلَتْ صَلاَتُهُ اتِّفَاقًا، وَأَمَّا إِنْ أَكَل أَوْ شَرِبَ سَهْوًا لَمْ تَبْطُل صَلاَتُهُ، وَانْجَبَرَ بِسُجُودِ السَّهْوِ.

وَذَهَبَ الشَّافِعِيَّةُ إِلَى بُطْلاَنِ الصَّلاَةِ بِالأَْكْل وَلَوْ كَانَ قَلِيلاً، وَإِنْ كَانَ مُكْرَهًا عَلَيْهِ؛ لِشِدَّةِ مُنَافَاتِهِ لِلصَّلاَةِ مَعَ نُدْرَتِهِ، وَاسْتَثْنَوْا مِنْ ذَلِكَ: النَّاسِيَ أَنَّهُ فِي الصَّلاَةِ، وَالْجَاهِل بِالتَّحْرِيمِ لِقُرْبِ عَهْدِهِ بِالإِْسْلاَمِ، أَوْ نَشَأَ بِبَادِيَةٍ بَعِيدَةٍ عَنِ الْعُلَمَاءِ فَلاَ تَبْطُل صَلاَتُهُ بِالأَْكْل إِلاَّ إِذَا كَثُرَ عُرْفًا، وَلاَ تَبْطُل مَا لَوْ جَرَى رِيقُهُ بِبَاقِي طَعَامٍ بَيْنَ أَسْنَانِهِ وَعَجَزَ عَنْ تَمْيِيزِهِ وَمَجِّهِ كَمَا فِي الصَّوْمِ. وَصَرَّحُوا: بِأَنَّهُ لَوْ كَانَ بِفَمِهِ سُكَّرَةٌ فَذَابَتْ فَبَلَعَ ذَوْبَهَا عَمْدًا، مَعَ عِلْمِهِ بِالتَّحْرِيمِ، أَوْ تَقْصِيرِهِ فِي التَّعَلُّمِ فَإِنَّ صَلاَتَهُ تَبْطُل. كَمَا صَرَّحُوا بِبُطْلاَنِ الصَّلاَةِ بِالْمَضْغِ إِنْ كَثُرَ، وَإِنْ لَمْ يَصِل إِلَى جَوْفِهِ شَيْءٌ.

وَفَرَّقَ الْحَنَابِلَةُ فِي ذَلِكَ بَيْنَ صَلاَةِ الْفَرْضِ وَالنَّفَل، فَصَلاَةُ الْفَرْضِ تَبْطُل بِالأَْكْل وَالشُّرْبِ عَمْدًا، قَل الأَْكْل أَوِ الشُّرْبُ أَوْ كَثُرَ، لأَِنَّهُ يُنَافِي الصَّلاَةَ. وَأَمَّا صَلاَةُ النَّفْل فَلاَ تَبْطُل بِالأَْكْل وَالشَّرَابِ إِلاَّ إِذَا كَثُرَ عُرْفًا لِقَطْعِ الْمُوَالاَةِ بَيْنَ الأَْرْكَانِ.

قَال الْبُهُوتِيُّ: وَهَذَا رِوَايَةٌ، وَعَنْهُ أَنَّ النَّفَل كَالْفَرْضِ، قَال فِي الْمُبْدِعِ وَبِهِ قَال أَكْثَرُهُمْ؛ لأَِنَّ مَا أَبْطَل الْفَرْضَ أَبْطَل النَّفَل، كَسَائِرِ الْمُبْطِلاَتِ.
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : ج ٢٧ ص ١٢٤ - ١٢٥ / حرف الصاد / صلاة / مبطلات الصلاة / الأكل والشرب / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت عدد الأجزاء: ٤٥ جزءا الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ). الأجزاء ٢٤ - ٣٨ : الطبعة الأولى، مطابع دار الصفوة - مصر - بدون السنة].

*🌴✒️• Terdapat dalam kitab "  Al-Mausu'ah Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah " Keluaran Kementrian Urusan Wakaf dan Islam Negara Kuwait:*

✍️• Para ulama fikih bersepakat batalnya shalat dengan makan dan minum secara global (menyeluruh) ...

✍️• Hanafiyyah (pengikut Imam Abu Hanifah) berkata : (batal shalatnya) walaupun hanya (makan) sebesar  biji wijen dalam keadaan lupa. Dan mereka mengecualikan dari semua itu apa yang berada diantara sela - sela giginya dan perkara tersebut lebih kecil dari biji kacang panjang/buncis maka shalat tidak rusak/batal sebab perkara itu, ketika ia menelannya, dan mereka menjelaskan kerusakan shalatnya apabila dengan mengunyahnya apabila dengan kunyahan yang banyak, dan perkiraannya dengan 3 kali kunyahan secara berturut - turut. Dan seperti ini juga rusak/batal shalatnya sebab menelan gula ketika  berada di mulutnya dan tertelan lelehannya.

Imam Ibnu 'Abidin (Al Hanafiy) berkata : Sesungguhnya yang merusakkannya adalah ketika mengunyahnya, atau sampainya bentuk makanannya kedalam perut, berbeda dengan rasanya.

Berkata (Imam Ibnu Nujaim Al Hanafiy) dalam kitab Al Bahr dari Al Khulashah : Apabila ia memakan sesuatu dari jenis  manisan dan telah menelannya, kemudian ia masuk dalam shalat, lalu masih merasakan manisnya manisan tadi dimulutnya, lalu ia menelannya, maka shalatnya tidak batal, dan apabila  memasukkan al faiadz atau gula dalam mulutnya, dan tidak mengunyahnya, akan tetapi ia sedang shalat dan manisan sampai pada perutnya, maka batal shalatnya.

✍️•Malikiyyah (pengikut Imam Malik) membedakan antara menyengaja makan dan minum dan kelupaannya, apabila Mushalli (orang yang shalat) makan atau minum dengan sengaja, maka batal shalatnya menurut ittifaq (kesepakatan ulama'). Dan adapun ketika makan dan minum (dalam shalat) tanpa sengaja, maka tidak batal shalatnya, dan menambalnya dengan sujud sahwiy.

✍️• Syafi'iyyah (pengikut Imam Syafi'iy) berpendapat pada batalnya shalat sebab makan atau minum walaupun hanya sedikit, dan walaupun ia orang yang dipaksa, karena sangat mulianya untuk melakukan shalat  dengan kelangkaannya, dan mengecualikan dari semua itu : An Nassi (orang yang lupa) dalam shalat, dan orang yang tidak tahu dengan larangan tersebut, karena  kedekatannya dengan  masa keislamannya (baru saja masuk Islam), atau dibesarkan dipedalaman yang jauh dari ulama'/ilmuwan, maka tidak membatalkan shalatnya, sebab makan kecuali ketika (ukuranya) banyak menurut pandangan umum, dan tidak  membatalkan shalat apa yang ikut berjalan bersama air liurnya  dari sisa makanan yang berasal di antara gigi - giginya, dan adanya  ketidakmampuannya untuk membedakannya dan mengeluarkannya (nglepehke : Jawa)  seperti dalam puasa.  Dan mereka menjelaskan: Jika terdapat gula di mulutnya, kemudian  meleleh, lalu dia menelannya bersamaan dengan air liurnya secara sengaja, dengan  pengetahuannya (ia tahu) bahwa itu diharamkan, atau karena sedikitnya ia dalam belajar, maka sesungguhnya shalatnya menjadi batal. Seperti mereka juga menjelaskan tidak sahnya shalat dengan mengunyah, jika mengunyahnya  banyak (berulang - ulang 3 kali berturut - turut atau lebih), dan sekalipun tidak ada sesuatu apapun yang mencapai perutnya.

✍️• Hanabilah (pengikut Imam Ahmad) yang membedakan dalam hal tersebut diantara shalat wajib dan shalat Sunnah. Sehingga shalat wajib menjadi batal sebab makan dan minum secara sengaja, baik berjumlah sedikit makan minumnya, atau banyak. Adapun shalat naafil (Sunnah) tidak batal dengan makan dan minum, kecuali jika berjumlah  banyak menurut ukuran umum, karena terputusnya muwwallah (terus menerus) di antara rukun - rukunnya.

Imam Al Buhutiy (Al Hanbaliy) berkata : dan ini sebuah riwayat dan dari beliau : bahwasanhya Shalat Sunnah seperti Shalat Wajib, berkata dalam kitab " Al Mubdi' " dan dengan perkataan tersebut ulama' kebanyakan berkata : sesungguhnya hal yang membatalkan shalat fardhu juga membatalkan shalat Sunnah, seperti sekian banyak hal - hal yang membatalkan.
[Lihat Kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah : juz 27 hal 124 - 125 / Harfu Ash Shadi / Shalatun /  Mubthilatu Ash Shalati / Al Aklu Wa Asy Syurbu / Keluaran Kementrian Urusan Wakaf dan Islam Negara Kuwait / Jumlah : 45 Juz. Dicetak Mulai Tahun : 1404 - 1427 H. Juz 27 - 38, Cet. Pertama, Dicetak Oleh Dar Ash Shafwah - Mesir - Tnp. Tahun].

*❶꧁🌴• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ ⟆ψαẜι'ιψ | Shalat Batal Sebab Makan Atau Minum Walaupun Hanya Sedikit Sedangkan Menelan Makanan (Slilit : Jawa) Termasuk Kategori Sedikit Namun Bisa Juga Membatalkan Shalat*

*📓✍️• جاء في "الموسوعة الفقهية الكويتيّة صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت :*  

اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى بُطْلاَنِ الصَّلاَةِ بِالأَْكْل وَالشُّرْبِ مِنْ حَيْثُ الْجُمْلَةُ...

وَذَهَبَ الشَّافِعِيَّةُ إِلَى بُطْلاَنِ الصَّلاَةِ بِالأَْكْل وَلَوْ كَانَ قَلِيلاً، وَإِنْ كَانَ مُكْرَهًا عَلَيْهِ؛ لِشِدَّةِ مُنَافَاتِهِ لِلصَّلاَةِ مَعَ نُدْرَتِهِ، وَاسْتَثْنَوْا مِنْ ذَلِكَ: النَّاسِيَ أَنَّهُ فِي الصَّلاَةِ، وَالْجَاهِل بِالتَّحْرِيمِ لِقُرْبِ عَهْدِهِ بِالإِْسْلاَمِ، أَوْ نَشَأَ بِبَادِيَةٍ بَعِيدَةٍ عَنِ الْعُلَمَاءِ فَلاَ تَبْطُل صَلاَتُهُ بِالأَْكْل إِلاَّ إِذَا كَثُرَ عُرْفًا، وَلاَ تَبْطُل مَا لَوْ جَرَى رِيقُهُ بِبَاقِي طَعَامٍ بَيْنَ أَسْنَانِهِ وَعَجَزَ عَنْ تَمْيِيزِهِ وَمَجِّهِ كَمَا فِي الصَّوْمِ. وَصَرَّحُوا: بِأَنَّهُ لَوْ كَانَ بِفَمِهِ سُكَّرَةٌ فَذَابَتْ فَبَلَعَ ذَوْبَهَا عَمْدًا، مَعَ عِلْمِهِ بِالتَّحْرِيمِ، أَوْ تَقْصِيرِهِ فِي التَّعَلُّمِ فَإِنَّ صَلاَتَهُ تَبْطُل. كَمَا صَرَّحُوا بِبُطْلاَنِ الصَّلاَةِ بِالْمَضْغِ إِنْ كَثُرَ، وَإِنْ لَمْ يَصِل إِلَى جَوْفِهِ شَيْءٌ.
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : ج ٢٧ ص ١٢٤ - ١٢٥ / حرف الصاد / صلاة / مبطلات الصلاة / الأكل والشرب / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت عدد الأجزاء: ٤٥ جزءا الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ). الأجزاء ٢٤ - ٣٨ : الطبعة الأولى، مطابع دار الصفوة - مصر - بدون السنة].

*🌴✒️• Terdapat dalam kitab "  Al-Mausu'ah Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah " Keluaran Kementrian Urusan Wakaf dan Islam Negara Kuwait:*

✍️• Para ulama fikih bersepakat batalnya shalat dengan makan dan minum secara global (menyeluruh) ...

✍️• Syafi'iyyah (pengikut Imam Syafi'iy) berpendapat pada batalnya shalat sebab makan atau minum walaupun hanya sedikit, dan walaupun ia orang yang dipaksa, karena sangat mulianya untuk melakukan shalat  dengan kelangkaannya, dan mengecualikan dari semua itu : An Nassi (orang yang lupa) dalam shalat, dan orang yang tidak tahu dengan larangan tersebut, karena  kedekatannya dengan  masa keislamannya (baru saja masuk Islam), atau dibesarkan dipedalaman yang jauh dari ulama'/ilmuwan, maka tidak membatalkan shalatnya, sebab makan kecuali ketika (ukuranya) banyak menurut pandangan umum, dan tidak  membatalkan shalat apa yang ikut berjalan bersama air liurnya  dari sisa makanan yang berasal di antara gigi - giginya, dan adanya  ketidakmampuannya untuk membedakannya dan mengeluarkannya (nglepehke : Jawa)  seperti dalam puasa.  Dan mereka menjelaskan: Jika terdapat gula di mulutnya, kemudian  meleleh, lalu dia menelannya bersamaan dengan air liurnya secara sengaja, dengan  pengetahuannya (ia tahu) bahwa itu diharamkan, atau karena sedikitnya ia dalam belajar, maka sesungguhnya shalatnya menjadi batal. Seperti mereka juga menjelaskan tidak sahnya shalat dengan mengunyah, jika mengunyahnya  banyak (berulang - ulang 3 kali berturut - turut atau lebih), dan sekalipun tidak ada sesuatu apapun yang mencapai perutnya.
[Lihat Kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah : juz 27 hal 124 - 125 / Harfu Ash Shadi / Shalatun /  Mubthilatu Ash Shalati / Al Aklu Wa Asy Syurbu / Keluaran Kementrian Urusan Wakaf dan Islam Negara Kuwait / Jumlah : 45 Juz. Dicetak Mulai Tahun : 1404 - 1427 H. Juz 27 - 38, Cet. Pertama, Dicetak Oleh Dar Ash Shafwah - Mesir - Tnp. Tahun].


*🌴✒️• Dalam kitab Fathu Al Qarib Al Mujib Fi Syarhi Alfaadzi At Taqrib = Al Qaulu Al Mukhtaru Fi Syarhi Ghayati Al Ikhtishari Imam Al-Ghazzi rahimahullAhu ta'ala memberi penjelasan,bahwa pekerjaan makan dan minum dalam shalat, baik itu banyak maupun sedikit tetap membatalkan shalat. Sedangkan menelan sisa makanan termasuk dari kategori sedikit, maka menelan sisa makanan juga bisa membatalkan shalat :

(وَالْأُكْلُ وَالشُّرْبُ) كَثِيْرًا كَانَ الْمَأْكُوْلُ وَالْمَشْرُوْبُ أَوْ قَلِيْلًا إِلَّا أَنْ يَكُوْنَ الشَّخْصُ فِيْ هَذِهِ الصُّوْرَةِ جَاهِلًا تَحْرِيْمَ ذَلِكَ
[انظر كتاب فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب = القول المختار في شرح غاية الاختصار : ص ٨٦ / كتاب احكام الصلاة / ركعات الفرايْض / (فَصْلٌ) فِيْ عَدَدِ مُبْطِلَاتِ الصَّلَاةِ / للشيخ  شمس الدين أبي عبد الله محمد بن قاسم بن محمد الغرابيلي الشافعي الغزي (٨٥٩ - ٩١٨ هـ) /  والنشر، دار ابن حزم للطباعة والنشر والتوزيع، بيروت - لبنان الطبعة: الأولى، ١٤٢٥ هـ = ٢٠٠٥ مـ].

(delapan & sembilan) Diantara hal yang membatalkan shalat adalah pekerjaan makan dan minum, entah itu banyak atau sedikit, kecuali seseorang dalam gambaran tersebut tidak mengetahui tentang keharaman hal itu.
[Lihat Kitab Fathu Al Qarib Al Mujib Fi Syarhi Alfaadzi At Taqrib = Al Qaulu Al Mukhtaru Fi Syarhi Ghayati Al Ikhtishari : hal 86 / Kitabu Ahkami Ash Shalati / Raka'atu Al Faraidhi / Fashlun : Fi 'Adadi Mubthilati Ash Shalati / Karya Syaikh Syamsuddin Al Ghaziy Asy Syafi'iy / Dar Ibnu Hazm - Beirut Libanon, Th. 1425 H = 2005 M].


*📓🌴• Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy dalam kitabnya Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab mengatakan :*

فِي مذاهب الْعُلَمَاءِ فِي الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ فِي الصَّلَاةِ.

قَالَ ابْنُ الْمُنْذِرِ أَجْمَع الْعُلَمَاءُ عَلَى مَنْعِهِ مِنْهُمَا وَأَنَّهُ إنْ أَكَلَ أَوْ شَرِبَ فِي صَلَاةِ الْفَرْضِ عَامِدًا لَزِمَهُ الْإِعَادَةُ فَإِنْ كَانَ سَاهِيًا .

قَالَ عَطَاءٌ لَا تَبْطُلُ وَبِهِ أَقُولُ وَقَالَ الْأَوْزَاعِيُّ وَأَصْحَابُ الرَّأْيِ تَبْطُلُ قَالَ وَأَمَّا التَّطَوُّعُ فروى عن ابن الزبير وسعيد ابن جُبَيْرٍ أَنَّهُمَا شَرِبَا فِي صَلَاةِ التَّطَوُّعِ. وَقَالَ طَاوُسٌ لَا بَأْسَ بِهِ قالَ ابْنُ الْمُنْذِرِ لَا يَجُوزُ ذَلِكَ وَلَعَلَّ مَنْ حَكَى ذَلِكَ عَنْهُ فَعَلَهُ سَهْوًا * قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللَّهُ
[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٤ ص ٩٠ /  باب صلاة التطوع / مسائل تتعلق بالكلام في الصلاة / للشيخ أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بدون السنة].

Didalam madzhab para ulama' terkait dalam masalah makan dan minum didalam shalat.

Imam Ibnu Mundzir berkata : Ulama' sepakat tentang pelarangan dari keduanya, apabila makan dan minum dalam shalat fardhu secara sengaja, maka wajib i'adah (mengganti shalatnya), walaupun karena lupa.

Imam 'Atha` berkata: Shalat tidak batal, aku berkata dengan ini. Dan Imam Auza'iy, dan Ashabu Ra'yi (Hanafiyyah) berkata : Shalatnya batal. Ia berkata : adapun dalam shalat sunnah, maka diriwayatkan dari Ibnu Zubair dan Sa'id bin Jubair, bahwasanhya keduanya minum dalam shalat sunnah. Dan Imam Thawwus berkata : Tidak masalah dengan itu. Imam Ibnu Mundzir berkata : tidak boleh hal itu. Dan barangkali orang  yang telah menceritakan semua itu darinya, melakukannya pada saat lupa. *Mushannif/pengarang rahimahullAhu telah berkata.
[Lihat Kitab Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab : juz 4 hal 90 / Babu Shalati At Tatthawwu'i / Masa'ilun Tata'alaqu Bi Al Kalami Fi Ash Shalati / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


*🌴✒️• Imam Mawardiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Hawiy Al Kabir " mengatakan :*

(فَصْلٌ): فَأَمَّا الْأَكْلُ فِي الصَّلَاةِ فَضَرْبَانِ :

أَحَدُهُمَا: أَنْ يَكُونَ ذَاكِرًا لِصَلَاتِهِ عَامِدًا فِي أَكْلِهِ فَصَلَاتُهُ بَاطِلَةٌ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مِمَّا يَجْرِي بِهِ الرِّيقُ، وَلَا يَفْسُدُ الصَّوْمُ فَلَا تَبْطُلُ بِهِ الصَّلَاةُ.

وَالثَّانِي: أَنْ يَكُونَ نَاسِيًا، فَإِنْ تَطَاوَلَ أَكْلُهُ بَطَلَتْ صَلَاتُهُ، لِأَنَّهُ عَمَلٌ طَوِيلٌ يَقْطَعُ الْمُوَالَاةَ، وَإِنَّ قَلَّ أَكْلُهُ فَصَلَاتُهُ جَائِزَةٌ، وَلَا سُجُودَ لِلسَّهْوِ عَلَيْهِ، لِأَنَّ الْعَمَلَ الْيَسِيرَ مَعْفُوٌّ عَنْهُ.
[انظر كتاب الحاوي الكبير : ج ٢ ص ١٨٨ / كتاب الصلاة / باب صفة الصلاة وما يجزئ منها وما يفسدها وعدد سجود القرآن / فصل / للإمام أبو الحسن علي بن محمد بن محمد بن حبيب البصري البغدادي الشافعي، الشهير بالماوردي (المتوفى: ٤٥٠ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت - لبنان الطبعة: الأولى، ١٤١٩ هـ = ١٩٩٩ مـ].

(Pasal) : Adapun makan dalam shalat ada dua macam:

Pertama : apabila ia orang yang sadar pada shalatnya dan orang yang dengan sengaja makan, maka sholatnya adalah batal, akan tetapi terkecuali  apa yang terjadi apabila dari sesuatu yang tertelan bersama ludah yang mengalir membawanya, maka puasa tidak batal, lalu  shalatnyapun tidak   batal sebab hal itu.

Kedua : apabila yang terjadi karena orang  yang lupa, maka bila lama waktu memakannya, maka batal sholatnya, karena hal itu adalah pekerjaan lama yang memutus rukun muwallah (terus menerus tanpa jeda), bilamana makannya sedikit, maka shalatnya dilanjutkan/mencukupi, dan tidak ada (menambal) sujud Sahwi atasnya, karena pekerjaan yang sedikit  dibebaskan darinya (diampuni).
[Lihat Kitab Al Hawiy Al Kabir : juz 2 hal 188 / Kitabu Ash Shalati / Babu Shifati Ash Shalati Wa Ma Yujzi'u Minha Wa Ma Yufsiduha Wa 'Adadi Sujudi Al Qur'ani / Fashlun / Karya Imam Mawardiy Asy Syafi'iy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut Libanon, Cet. Pertama, Th. 1419 H = 1999 M].


*📒✒️• Berkata Imam An-Nawawy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab " :*

قَالَ أَصْحَابُنَا إذَا أَكَلَ فِي صَلَاتِهِ أَوْ شَرِبَ عَمْدًا بَطَلَتْ صَلَاتُهُ سَوَاءٌ قَلَّ أَوْ كَثُرَ هَكَذَا صَرَّحَ بِهِ الْأَصْحَابُ وَحَكَى الرافعى وجهان أَنَّ الْأَكْلَ الْقَلِيلَ لَا يُبْطِلُهَا وَهُوَ غَلَطٌ وَإِنْ كَانَ بَيْنَ أَسْنَانِهِ شَيْئٌ فَابْتَلَعَهَا عَمْدًا أَوْ نَزَلَتْ مِنْ رَأْسِهِ فَابْتَلَعَهَا عَمْدًا بَطَلَتْ صَلَاتُهُ بِلَا خِلَافٍ فَإِنْ ابْتَلَعَ شَيْئًا مَغْلُوبًا بِأَنْ جَرَى الرِّيقُ بِبَاقِي الطَّعَامِ بِغَيْرِ تَعَمُّدٍ مِنْهُ أَوْ نَزَلَتْ النُّخَامَةُ وَلَمْ يُمْكِنْهُ إمْسَاكُهَا لَمْ تَبْطُلْ صَلَاتُهُ بِالِاتِّفَاقِ
[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٤ ص ٨٩ /  باب صلاة التطوع / مسائل تتعلق بالكلام في الصلاة / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦هـ) / الناشر: دار الفكر - بدون السنة].

“Berkata para sahabat kami (ulama-ulama Syafi’iyyah): “Jika makan atau minum ketika shalat dengan sengaja maka batal shalatnya, sama saja apakah sedikit atau banyak”, demikian ucapan para sahabat ((ulama-ulama Syafi’iyyah).

Imam Rafi'iy menceritakan : ada dua pendapat bahwasannya makan yang sedikit tidak membatalkan shalat, dan itu tidak benar.

Dan jika ada sesuatu di sela-sela giginya kemudian menelannya dengan sengaja atau turun dari kepalanya kemudian menelannya dengan sengaja maka batal shalatnya tanpa ada perselisihan.

Apabila menelan sesuatu yang tidak bisa ditahan seperti berjalannya air liur bersamaan dengan sisa makanan tanpa ada unsur kesengajaan darinya, atau turunnya dahak dan tidak mungkin menahannya, maka tidak batal shalatnya menurut kesepakatan.
[Lihat Kitab Al-Majmu’ Syarhu Al Muhadzdzab : juz 4 hal 89 / Babu Shalati At Tatthawwu'i / Masa'ilun Tata'alaqu Bi Al Kalami Fi Ash Shalati / Karya Imam An Nawawiy Asy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


 *🌴✒️• Syaikh DR. Wahbah bin Musthafa Az Zuhailiy hafidzohullahu ta'ala dalam kitabnya " Al Fiqhu Al Islamiy Wa Adillatuhu " mengatakan :*

وقال الشافعية والحنابلة: تبطل الصلاة بتعمد تناول قليل الأكل، لشدة منافاته للصلاة؛ لأن ذلك يشعر بالإعراض عنها، ولا تبطل بتناول قليل الأكل ناسياً أو جاهلاً تحريمه، وتبطل بكثير الأكل ولو مع النسيان والجهل في الأصح، ولو مفرقاً، بخلاف الصوم، فإنه لا يبطل بذلك.
كما تبطل بكثير المضغ، وإن لم يصل إلى الجوف شيء من الممضوغ.
وتبطل في الأصح ببلع ذوب سُكَّرة بفمه، لمنافاته للصلاة.
ولا يضر ما وصل مع الريق إلى الجوف من طعام بين أسنانه، إذا عجز عن تمييزه ومجه.
[انظر كتاب الفقه الإسلامي وأدلته : ج ٢ ص ١٠٣٠ / القسم الأول: العبادات / الباب الثاني: الصلاة / الفصل السابع: مبطلات الصلاة أو مفسداتها / أولا ـ مفسدات الصلاة عند الفقهاء / (٢) - الأكل والشرب / للشيخ الدكتور وَهْبَة بن مصطفى الزُّحَيْلِيّ، أستاذ ورئيس قسم الفقه الإسلاميّ وأصوله بجامعة دمشق - كلّيَّة الشَّريعة / الناشر: دار الفكر - سوريَّة - دمشق الطبعة: الرَّابعة - بدون السنة].

Syafi'iyyah dan Hanabillah berkata : shalat batal sebab dengan sengaja memakan sedikit makanan, karena berat kontradiksinya untuk melakukan shalat, karena hal itu menunjukkan berpaling darinya. Dan tidak batal dengan memakan sedikit makanan karena lupa atau tidak tahu tentang keharamannya (makan dalam shalat), dan batal dengan sebab banyaknya makan walaupun bersamaan dengan kelupaan dan ketidaktahuan dalam pendapat yang paling benar (ashah), sekalipun secara eceran, berbeda dengan puasa, puasa tidak batal sebab hal itu.

Seperti batalnya dengan banyaknya mengunyah, walaupun tidak sampai sesuatu apapun dari yang dikunyah kedalam perut.

Dan batal menurut pendapat yang paling benar menelan lelehan gula yang berasal dari mulutnya, karena kontradiksinya (berlawanan) pada shalat. Dan tidak berbahaya (membatalkan) sesuatu yang sampai bersama ludah kedalam perut dari sisa makanan yang terselip diantara gigi - giginya, ketika sukar/tidak mampu untuk memisahkannya atau meniupkannya keluar (nglepehke : Jawa).
[Lihat Kitab Al Fiqhu Al Islamiy Wa Adillatuhu : juz 2 hal 1030 / Al Qasmu Al Awwalu : Al 'Ibadatu / Al Babu Ats Tsaniy : Ash Shalatu / Al Fashlu As Sabi'u : Mubthilatu Ash Shalati Au Mufsidatuha / Awwalan Mufsidatu Ash Shalati 'Inda Al Fuqaha'i / (2) - Al Aklu Wa Asy Syurbu / Karya Syaikh DR. Wahbah Az Zuhailiy / Dar Al Fikri - Suriah Damasykus, Cet. Keempat - Tnp. Tahun]


*❷★᭄☘• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ Δβυ Ηαƞιẜαհ | Shalat Batal Dengan Sengaja Atau  Lupa Makan Dan Minum Sedikit Atau Banyak Walaupun Hanya Makan Sebesar Biji Wijen Karena Bukan Termasuk Amalan Shalat Makan Sisa Makanan Diantara Gigi Yang Ukurannya Lebih Kecil Dari Biji Kacang 🥜 Panjang/Buncis Shalatnya Tidak Batal Dan Shalat Batal Sebab Mengunyahnya Sampai 3 Kunyahan*

*📓✍️• جاء في "الموسوعة الفقهية الكويتيّة صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت :*  

اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى بُطْلاَنِ الصَّلاَةِ بِالأَْكْل وَالشُّرْبِ مِنْ حَيْثُ الْجُمْلَةُ...

قَال الْحَنَفِيَّةُ: وَلَوْ سِمْسِمَةً نَاسِيًا. وَاسْتَثْنَوْا مِنْ ذَلِكَ مَا كَانَ بَيْنَ أَسْنَانِهِ وَكَانَ دُونَ الْحِمَّصَةِ فَإِنَّهُ لاَ تَفْسُدُ بِهِ الصَّلاَةُ إِذَا ابْتَلَعَهُ، وَصَرَّحُوا بِفَسَادِ الصَّلاَةِ بِالْمَضْغِ إِنْ كَثُرَ، وَتَقْدِيرُهُ بِالثَّلاَثِ الْمُتَوَالِيَاتِ. وَكَذَا تَفْسُدُ بِالسُّكَّرِ إِذَا كَانَ فِي فِيهِ يَبْتَلِعُ ذَوْبَهُ.

قَال ابْنُ عَابِدِينَ: إِنَّ الْمُفْسِدَ: إِمَّا الْمَضْغُ، أَوْ وُصُول عَيْنِ الْمَأْكُول إِلَى الْجَوْفِ بِخِلاَفِ الطَّعْمِ.

قَال فِي الْبَحْرِ عَنِ الْخُلاَصَةِ: وَلَوْ أَكَل شَيْئًا مِنَ الْحَلاَوَةِ وَابْتَلَعَ عَيْنَهَا فَدَخَل فِي الصَّلاَةِ فَوَجَدَ حَلاَوَتَهَا فِي فِيهِ وَابْتَلَعَهَا لاَ تَفْسُدُ صَلاَتُهُ، وَلَوْ أَدْخَل الْفَايْنَذَ أَوِ السُّكَّرَ فِي فِيهِ، وَلَمْ يَمْضُغْهُ، لَكِنْ يُصَلِّي وَالْحَلاَوَةُ تَصِل إِلَى جَوْفِهِ تَفْسُدُ صَلاَتُهُ.
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : ج ٢٧ ص ١٢٤ - ١٢٥ / حرف الصاد / صلاة / مبطلات الصلاة / الأكل والشرب / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت عدد الأجزاء: ٤٥ جزءا الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ). الأجزاء ٢٤ - ٣٨ : الطبعة الأولى، مطابع دار الصفوة - مصر - بدون السنة].

*🌴✒️• Terdapat dalam kitab "  Al-Mausu'ah Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah " Keluaran Kementrian Urusan Wakaf dan Islam Negara Kuwait:*

✍️• Para ulama fikih bersepakat batalnya shalat dengan makan dan minum secara global (menyeluruh).

✍️• Hanafiyyah (pengikut Imam Abu Hanifah) berkata : (batal shalatnya) walaupun hanya (makan) sebesar  biji wijen dalam keadaan lupa. Dan mereka mengecualikan dari semua itu apa yang berada diantara sela - sela giginya dan perkara tersebut lebih kecil dari biji kacang panjang/buncis maka shalat tidak rusak/batal sebab perkara itu, ketika ia menelannya, dan mereka menjelaskan kerusakan shalatnya apabila dengan mengunyahnya apabila dengan kunyahan yang banyak, dan perkiraannya dengan 3 kali kunyahan secara berturut - turut. Dan seperti ini juga rusak/batal shalatnya sebab menelan gula ketika  berada di mulutnya dan tertelan lelehannya.

Imam Ibnu 'Abidin (Al Hanafiy) berkata : Sesungguhnya yang merusakkannya adalah ketika mengunyahnya, atau sampainya bentuk makanannya kedalam perut, berbeda dengan rasanya.

Berkata (Imam Ibnu Nujaim Al Hanafiy) dalam kitab Al Bahr dari Al Khulashah : Apabila ia memakan sesuatu dari jenis  manisan dan telah menelannya, kemudian ia masuk dalam shalat, lalu masih merasakan manisnya manisan tadi dimulutnya, lalu ia menelannya, maka shalatnya tidak batal, dan apabila  memasukkan al faiadz atau gula dalam mulutnya, dan tidak mengunyahnya, akan tetapi ia sedang shalat dan manisan sampai pada perutnya, maka batal shalatnya.
[Lihat Kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah : juz 27 hal 124 - 125 / Harfu Ash Shadi / Shalatun /  Mubthilatu Ash Shalati / Al Aklu Wa Asy Syurbu / Keluaran Kementrian Urusan Wakaf dan Islam Negara Kuwait / Jumlah : 45 Juz. Dicetak Mulai Tahun : 1404 - 1427 H. Juz 27 - 38, Cet. Pertama, Dicetak Oleh Dar Ash Shafwah - Mesir - Tnp. Tahun].


 *🌴✒️• Syaikh DR. Wahbah bin Musthafa Az Zuhailiy hafidzohullahu ta'ala dalam kitabnya " Al Fiqhu Al Islamiy Wa Adillatuhu " mengatakan :*

قال الحنفية: تبطل الصلاة بالأكل والشرب عامداً أم ناسياً، سواء أكان المأكول قليلاً أم كثيراً؛ لأنه ليس من أعمال الصلاة، إلا إذا كان بين أسنانه مأكول دون الحِمِّصة، فابتلعه، فلا تبطل صلاته لمشقة الاحتراز عنه دائماً، كما هو الحال في الصوم.
[انظر كتاب الفقه الإسلامي وأدلته : ج ٢ ص ١٠٣٠ / القسم الأول: العبادات / الباب الثاني: الصلاة / الفصل السابع: مبطلات الصلاة أو مفسداتها / أولا ـ مفسدات الصلاة عند الفقهاء / (٢) - الأكل والشرب / للشيخ الدكتور وَهْبَة بن مصطفى الزُّحَيْلِيّ، أستاذ ورئيس قسم الفقه الإسلاميّ وأصوله بجامعة دمشق - كلّيَّة الشَّريعة / الناشر: دار الفكر - سوريَّة - دمشق الطبعة: الرَّابعة - بدون السنة].

Hanafiyyah (Pengikut Imam Abu Hanifah) berkata :

Shalat batal sebab makan dan minum secara sengaja atau lupa, baik adanya yang dimakan sedikit atau banyak, karena hal itu bukan termasuk amaliyyah dalam shalat, kecuali ketika ada diantara gigi makanan yang ukurannya lebih kecil dari biji kacang panjang/buncis, lalu menelannya, maka tidak batal shalatnya, karena sulit menjaga darinya terus menerus, seperti itu juga kasus  didalam puasa.
[Lihat Kitab Al Fiqhu Al Islamiy Wa Adillatuhu : juz 2 hal 1030 / Al Qasmu Al Awwalu : Al 'Ibadatu / Al Babu Ats Tsaniy : Ash Shalatu / Al Fashlu As Sabi'u : Mubthilatu Ash Shalati Au Mufsidatuha / Awwalan Mufsidatu Ash Shalati 'Inda Al Fuqaha'i / (2) - Al Aklu Wa Asy Syurbu / Karya Syaikh DR. Wahbah Az Zuhailiy / Dar Al Fikri - Suriah Damasykus, Cet. Keempat - Tnp. Tahun]


*❸ꦿ᭄ꦿ🌾• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ ΜαℓιΚ Βιƞ Δƞαៜ | Makan Atau Minum Dalam Shalat Dengan Sengaja Membatalkan Shalat Tidak Batal Jika Lupa Dan Menambalnya Dengan Sujud Sahwi.*

*📓✍️• جاء في "الموسوعة الفقهية الكويتيّة صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت :*  

اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى بُطْلاَنِ الصَّلاَةِ بِالأَْكْل وَالشُّرْبِ مِنْ حَيْثُ الْجُمْلَةُ...

وَفَرَّقَ الْمَالِكِيَّةُ بَيْنَ عَمْدِ الأَْكْل وَالشُّرْبِ وَسَهْوِهِ، فَإِنْ أَكَل أَوْ شَرِبَ الْمُصَلِّي عَمْدًا بَطَلَتْ صَلاَتُهُ اتِّفَاقًا، وَأَمَّا إِنْ أَكَل أَوْ شَرِبَ سَهْوًا لَمْ تَبْطُل صَلاَتُهُ، وَانْجَبَرَ بِسُجُودِ السَّهْوِ.

[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : ج ٢٧ ص ١٢٤ - ١٢٥ / حرف الصاد / صلاة / مبطلات الصلاة / الأكل والشرب / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت عدد الأجزاء: ٤٥ جزءا الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ). الأجزاء ٢٤ - ٣٨ : الطبعة الأولى، مطابع دار الصفوة - مصر - بدون السنة].

*🌴✒️• Terdapat dalam kitab "  Al-Mausu'ah Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah " Keluaran Kementrian Urusan Wakaf dan Islam Negara Kuwait:*

✍️• Para ulama fikih bersepakat batalnya shalat dengan makan dan minum secara global (menyeluruh).

✍️•Malikiyyah (pengikut Imam Malik) membedakan antara menyengaja makan dan minum dan kelupaannya, apabila Mushalli (orang yang shalat) makan atau minum dengan sengaja, maka batal shalatnya menurut ittifaq (kesepakatan ulama'). Dan adapun ketika makan dan minum (dalam shalat) tanpa sengaja, maka tidak batal shalatnya, dan menambalnya dengan sujud sahwiy.
[Lihat Kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah : juz 27 hal 124 - 125 / Harfu Ash Shadi / Shalatun /  Mubthilatu Ash Shalati / Al Aklu Wa Asy Syurbu / Keluaran Kementrian Urusan Wakaf dan Islam Negara Kuwait / Jumlah : 45 Juz. Dicetak Mulai Tahun : 1404 - 1427 H. Juz 27 - 38, Cet. Pertama, Dicetak Oleh Dar Ash Shafwah - Mesir - Tnp. Tahun].


*📓✍️• Imam Ibnu Abdil Barr Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " At Tamhid Lima Fi Al Muwatho' Min Al Ma'aniy Wa Al Asanidi " mengatakan :*

وَأَجْمَعُوا أَنَّ الْعَمَلَ الْكَثِيرَ فِي الصَّلاةِ يُفسِدُهَا وَأَنَّ قَلِيْلَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَالْكَلاَمُ عَمْدًا فِيهَا لِغَيْرِ صَلَاحِهَا يُفْسِدُهَا ...
[انظر كتاب التمهيد لما في الموطأ من المعاني والأسانيد : ج ٢٠ ص ٩٥ /  تابع لحرف العين / عامر بن عبد الله بن الزبير / الحديث الأول / للإمام أبو عمر يوسف بن عبد الله بن محمد بن عبد البر بن عاصم النمري القرطبي (المتوفى: ٤٦٣ هـ) / الناشر: وزارة عموم الأوقاف والشؤون الإسلامية - المغرب عام النشر: ١٣٨٧ هـ].

Dan ulama' sepakat bahwasannya amaliyyah yang banyak dalam shalat bisa membatalkan shalat, dan sesungguhnya sedikitnya makan, minum, dan bicara secara sengaja didalamnya bukan karena untuk kemaslahatan/kebaikkan shalat itu bisa merusak/membatalkannya.
[Lihat Kitab At Tamhid Lima Fi Al Muwatho' Min Al Ma'aniy Wa Al Asanidi : juz 20 hal 95 / Tabi'un Liharfi Al 'Aini / 'Amir Bin 'Abdillah Bin Az Zubair / Al Haditsu Al Awwalu / Karya Imam Ibnu 'Abdil Barr Al Malikiy / Wuzaratu  'Umumi Al Auqaf Wa Asy Syu'un Al Islamiyyah - Al Maghrab, Th. 1387 H].


 *🌴✒️• Syaikh DR. Wahbah bin Musthafa Az Zuhailiy hafidzohullahu ta'ala dalam kitabnya " Al Fiqhu Al Islamiy Wa Adillatuhu " mengatakan :*

وقال المالكية: تبطل الصلاة بتعمد أكل ولو لقمة بمضعها، وتعمد شرب ولو قلّ، ولا تبطل بأكل يسير مثل الحبة بين أسنانه، كما لا تبطل بأكل أو شرب سهواً على الراجح، ويسجد له بعد السلام. فإن اجتمع الأكل والشرب، أو وجد أحدهما مع السلام سهواً، فتبطل االصلاة.
[انظر كتاب الفقه الإسلامي وأدلته : ج ٢ ص ١٠٣٠ / القسم الأول: العبادات / الباب الثاني: الصلاة / الفصل السابع: مبطلات الصلاة أو مفسداتها / أولا ـ مفسدات الصلاة عند الفقهاء / (٢) - الأكل والشرب / للشيخ الدكتور وَهْبَة بن مصطفى الزُّحَيْلِيّ، أستاذ ورئيس قسم الفقه الإسلاميّ وأصوله بجامعة دمشق - كلّيَّة الشَّريعة / الناشر: دار الفكر - سوريَّة - دمشق الطبعة: الرَّابعة - بدون السنة].

Malikiyyah (Pengikut Imam Malik) berkata :

Shalat batal sebab sengaja makan walaupun hanya sesuap dengan mengunyahnya, dan sengaja minum walau sedikit, dan shalat tidak batal sebab makan yang ringan seperti bebijian yang menyelip diantara giginya seperti tidak batalnya sebab makan atau minum karena lupa menurut pendapat yang Rajih (paling unggul) dan baginya menambal dengan sujud sahwiy setelah salam.

Apabila makan dan minum secara bersamaan, atau ditemukan salah satunya bersamaan dengan salam, maka shalatnya batal.
[Lihat Kitab Al Fiqhu Al Islamiy Wa Adillatuhu : juz 2 hal 1030 / Al Qasmu Al Awwalu : Al 'Ibadatu / Al Babu Ats Tsaniy : Ash Shalatu / Al Fashlu As Sabi'u : Mubthilatu Ash Shalati Au Mufsidatuha / Awwalan Mufsidatu Ash Shalati 'Inda Al Fuqaha'i / (2) - Al Aklu Wa Asy Syurbu / Karya Syaikh DR. Wahbah Az Zuhailiy / Dar Al Fikri - Suriah Damasykus, Cet. Keempat - Tnp. Tahun]


*❹࿐🥀• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ Δհʍαδ Βιƞ Ηαƞβαℓ | Shalat Wajib Menjadi Batal Sebab Makan Dan Minum Secara Sengaja, Baik Berjumlah Sedikit Makan Minumnya, Atau Banyak Adapun Shalat Naafil (Sunnah) Tidak Batal Dengan Makan Dan Minum, Kecuali Jika Berjumlah  Banyak Menurut Ukuran Umum.*

*📓✍️• جاء في "الموسوعة الفقهية الكويتيّة صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت :*  

اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى بُطْلاَنِ الصَّلاَةِ بِالأَْكْل وَالشُّرْبِ مِنْ حَيْثُ الْجُمْلَةُ...

وَفَرَّقَ الْحَنَابِلَةُ فِي ذَلِكَ بَيْنَ صَلاَةِ الْفَرْضِ وَالنَّفَل، فَصَلاَةُ الْفَرْضِ تَبْطُل بِالأَْكْل وَالشُّرْبِ عَمْدًا، قَل الأَْكْل أَوِ الشُّرْبُ أَوْ كَثُرَ، لأَِنَّهُ يُنَافِي الصَّلاَةَ. وَأَمَّا صَلاَةُ النَّفْل فَلاَ تَبْطُل بِالأَْكْل وَالشَّرَابِ إِلاَّ إِذَا كَثُرَ عُرْفًا لِقَطْعِ الْمُوَالاَةِ بَيْنَ الأَْرْكَانِ.

قَال الْبُهُوتِيُّ: وَهَذَا رِوَايَةٌ، وَعَنْهُ أَنَّ النَّفَل كَالْفَرْضِ، قَال فِي الْمُبْدِعِ وَبِهِ قَال أَكْثَرُهُمْ؛ لأَِنَّ مَا أَبْطَل الْفَرْضَ أَبْطَل النَّفَل، كَسَائِرِ الْمُبْطِلاَتِ.
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : ج ٢٧ ص ١٢٤ - ١٢٥ / حرف الصاد / صلاة / مبطلات الصلاة / الأكل والشرب / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت عدد الأجزاء: ٤٥ جزءا الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ). الأجزاء ٢٤ - ٣٨ : الطبعة الأولى، مطابع دار الصفوة - مصر - بدون السنة].

*🌴✒️• Terdapat dalam kitab "  Al-Mausu'ah Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah " Keluaran Kementrian Urusan Wakaf dan Islam Negara Kuwait:*

✍️• Para ulama fikih bersepakat batalnya shalat dengan makan dan minum secara global (menyeluruh) ...

✍️• Hanabilah (pengikut Imam Ahmad) yang membedakan dalam hal tersebut diantara shalat wajib dan shalat wajib. Sehingga shalat wajib menjadi batal sebab makan dan minum secara sengaja, baik berjumlah sedikit makan minumnya, atau banyak. Adapun shalat naafil (Sunnah) tidak batal dengan makan dan minum, kecuali jika berjumlah  banyak menurut ukuran umum, karena terputusnya muwwallah (terus menerus) di antara rukun - rukunnya.

Imam Al Buhutiy (Al Hanbaliy) berkata : dan ini sebuah riwayat dan dari beliau : bahwasanhya Shalat Sunnah seperti Shalat Wajib, berkata dalam kitab " Al Mubdi' " dan dengan perkataan tersebut ulama' kebanyakan berkata : sesungguhnya hal yang membatalkan shalat fardhu juga membatalkan shalat Sunnah, seperti sekian banyak hal - hal yang membatalkan.
[Lihat Kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah : juz 27 hal 124 - 125 / Harfu Ash Shadi / Shalatun /  Mubthilatu Ash Shalati / Al Aklu Wa Asy Syurbu / Keluaran Kementrian Urusan Wakaf dan Islam Negara Kuwait / Jumlah : 45 Juz. Dicetak Mulai Tahun : 1404 - 1427 H. Juz 27 - 38, Cet. Pertama, Dicetak Oleh Dar Ash Shafwah - Mesir - Tnp. Tahun].


*📓🌴• Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Mughniy " mengatakan :*

 فَصْلٌ: إذَا أَكَلَ أَوْ شَرِبَ فِي الْفَرِيضَةِ عَامِدًا، بَطَلَتْ صَلَاتُهُ، رِوَايَةً، وَاحِدَةً. وَلَا نَعْلَمُ فِيهِ خِلَافًا.

قَالَ ابْنُ الْمُنْذِرِ: أَجْمَعَ أَهْلُ الْعِلْمِ عَلَى أَنَّ الْمُصَلِّيَ مَمْنُوعٌ مِنْ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، وَأَجْمَعَ كُلُّ مَنْ نَحْفَظُ عَنْهُ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ عَلَى أَنَّ مَنْ أَكَلَ أَوْ شَرِبَ فِي صَلَاةِ الْفَرْضِ عَامِدًا أَنَّ عَلَيْهِ الْإِعَادَةَ، وَأَنَّ ذَلِكَ يُفْسِدُ الصَّوْمَ ...

وَإِنْ بَقِيَ بَيْنَ أَسْنَانِهِ ، أَوْ فِي فِيهِ مِنْ بَقَايَا الطَّعَامِ يَسِيرٌ يَجْرِي بِهِ الرِّيقُ ، فَابْتَلَعَهُ ، لَمْ تَفْسُدْ صَلَاتُهُ ؛ لِأَنَّهُ لَا يُمْكِنُ الِاحْتِرَازُ مِنْهُ " انتهى
[انظر كتاب المغني : ج ٢ ص ٤٦ و ٤٧ /  كتاب الصلاة / باب سجدتي السهو / مسألة الإمام إذا تكلم لمصلحة الصلاة / فصل دخل قوم على قوم وهم يصلون |و|  فصل إذا ترك في فيه ما يذوب كالسكر فذاب منه شيء فابتلعه أفسد صلاته /  للإمام  أبو محمد موفق الدين عبد الله بن أحمد بن محمد بن قدامة الجماعيلي المقدسي ثم الدمشقي الحنبلي، الشهير بابن قدامة المقدسي (المتوفى: ٦٢٠ هـ) / الناشر: مكتبة القاهرة، تاريخ النشر: ١٣٨٨ هـ = ١٩٦٨ مـ].

(Pasal): ketika makan atau minum didalam shalat wajib secara sengaja, maka batal shalatnya, pada  riwayat yang satu, dan aku melihat disini tidak ada perselisihan pendapat.

Imam Ibnu Mundzir berkata :

 “Ahli ilmu berijma' (sepakat) bahwa jamaah shalat dilarang makan dan minum. Dan semua orang yang kami ketahui dari kalangan ahli ilmu berijma'  bahwa siapa yang makan dan minum dalam shalat fardu dengan sengaja, maka harus i'adah (mengulangi shalatnya). Dan semua itu juga merusak/membatalkan puasa ...

Kalau tersisa di antara giginya atau di mulutnya sedikit makanan yang ada bersama air liur, kemudian tertelan. Maka shalatnya tidak batal. Karena dia tidak dapat mencegahnya.
[Lihat Kitab Al Mughniy : juz 2 hal 46 & 47 / Kitabu Ash Shalati / Babu Sajdatai As Sahwi / Mas'alatun : Al Imamu Idza Takallama Limashlahati Ash Shalati / Fashlun : Dakhala Qaumun 'Ala Qaumin Wahum Yushalluna |Dan| Fashlun : Idza Taraka Fi Fihi Ma Yadzubu Kassukari Fadzaaba Minhu Syaiun Fabtala'ahu Afsada Shalatuhu / Karya Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy Al Hanbaliy / Maktabah Al Qahirah, Th. 1388 H = 1968 M].


*🌴✒️• Imam Ibnu Muflih Al Hanbaliy  rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Mubdi' " mengatakan :*

(وَإِنْ أَكَلَ أَوْ شَرِبَ عَمْدًا بَطَلَتْ صَلَاتُهُ قَلَّ أَوْ كَثُرَ) لِأَنَّهُ عَمَلٌ مِنْ غَيْرِ جِنْسِ الصَّلَاةِ، فَاسْتَوَى كَثِيرُهُ وَقَلِيلُهُ كَالْجِمَاعِ، وَظَاهِرُهُ لَا فَرْقَ بَيْنَ الْفَرْضِ وَالنَّفْلِ، وَهُوَ إِجْمَاعُ مَنْ يَحْفَظُ عَنْهُ فِي الْفَرْضِ، لِأَنَّهُمَا يُنَافِيَانِ الصَّلَاةَ إِلَّا مَا حَكَاهُ فِي " الرِّعَايَةِ " قَوْلًا: إنَّهَا لَا تَبْطُلُ بِيَسِيرِ شُرْبٍ، لَكِنَّهُ غَيْرُ مَعْرُوفٍ،
[انظر كتاب المبدع في شرح المقنع : ج ١ ص ٤٥٣ / كتاب الصلاة / باب سجود السهو / العمل المستكثر في العادة من غير جنس الصلاة / للإمام إبراهيم بن محمد بن عبد الله بن محمد ابن مفلح، أبو إسحاق، برهان الدين (المتوفى: ٨٨٤ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت - لبنان الطبعة: الأولى، ١٤١٨ هـ = ١٩٩٧ مـ].

(Apabila makan atau minum dengan sengaja, maka batal shalatnya, baik sedikit atau banyak), karena hal itu amaliyyah dari selain jenis amalan shalat, maka sama statusnya banyaknya dan sedikitnya, seperti jima' (bersetubuh), dan dzihirnya tidak ada perbedaan diantara shalat wajib atau shalat sunnah, karena keduanya (makan atau minum didalam shalat) bertentangan dengan shalat. Kecuali perkara yang telah menceritakannya didalam kitab " Ar Ri'ayah " sebuah pendapat : bahwasanhya shalat tidak batal sebab minum sedikit, akan tetapi pendapat ini tidak dikenal,...
[Lihat Kitab Al Mubdi' Fi Syarhi Al Muqni` : juz 1 hal 453 / Kitabu Ash Shalati / Babu Sujudi As Sahwi / Al 'Amalu Al Mustakiru Fi Al 'Adaati Min Ghairi Jinsi Ash Shalati / Karya Imam Ibrahim Ibnu Muflih Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut Libanon, Cet. Pertama, Th. 1418 H = 1997 M].


*💾✍️• Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Kasyafu Al Qina' 'Ala Matni Al Iqna' " mengatakan :*

(وَلَا بَأْسَ بِبَلْعِ مَا بَقِيَ فِي فِيهِ) مِنْ بَقَايَا الطَّعَامِ مِنْ غَيْرِ مَضْغٍ (أَوْ) بَقِيَ (بَيْنَ أَسْنَانِهِ مِنْ بَقَايَا الطَّعَامِ بِلَا مَضْغٍ مِمَّا يَجْرِي بِهِ رِيقُهُ وَهُوَ الْيَسِيرُ) لِأَنَّ ذَلِكَ لَا يُسَمَّى أَكْلًا (وَمَا لَا يَجْرِي بِهِ رِيقُهُ بَلْ يَجْرِي بِنَفْسِهِ وَهُوَ مَا لَهُ جِرْمٌ تَبْطُلُ) الصَّلَاةُ (بِهِ) أَيْ بِبَلْعِهِ..." انتهى
[انظر كتاب كشاف القناع عن متن الإقناع : ج ١ ص ٢٩٩ /  كتاب الصلاة / باب سجود السهو / للإمام منصور بن يونس بن صلاح الدين ابن حسن بن إدريس البهوتى الحنبلى (المتوفى: ١٠٥١ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بدون السنة]

“Tidak mengapa menelan sisa makanan yang ada dalam mulutnya tanpa dikunyah atau sisa di antara giginya dari makanan tanpa dikunyah apa yang ada padanya dengan ludahnya dan itu sedikit. Karena hal itu tidak dinamakan makan. Adapun makanan yang tidak masuk bersama ludah bahkan berjalan sendiri dan ia mempunyai bentuk, maka shalatnya batal dengan menelannya ...”
[Lihat Kitab Kasyaful Qana’ 'An Matni Al Iqna' : juz 1 hal 299 / Kitabu Ash Shalati / Babu Sujudi As Sahwi / Karya Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Tnp. Tahun].


*💾✒️• Imam 'Abdurrahman Al Jaziriy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Fiqhu 'Ala Al Madzahibi Al Arba'ah " mengatakan :*

الحنابلة قالوا: يبطل الصلاة الكثير من الأكل والشرب؛ أما اليسير منهما فيبطلها إذا كان عمداً لا نسياناً؛ كما لا تبطل ببلع ما بين أسنانه بلا مضغ؛ ولو لم يجر به الريق؛ ويعرف الكثير واليسير بالعرف. ومثل الأكل فيما تقدم بلع ذوب السكر والحلوى ونحوهما؛ فإنه مبطل للصلاة؛ ما لم يكن يسيراً نسياناً
[انظر كتاب الفقه على المذاهب الأربعة : ج ١ ص ٢٧٨ /  كتاب الصلاة / مبطلات الصلاة إذا طرأ على المصلي ناقض الوضوء وهو في الصلاة / للإمام  عبد الرحمن بن محمد عوض الجزيري (المتوفى: ١٣٦٠ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت - لبنان الطبعة: الثانية، ١٤٢٤ هـ = ٢٠٠٣ مـ].

Hanabillah (pengikut Imam Ahmad) berkata :

Shalat batal sebab banyak makan dan minum, adapun yang sedikit dari keduanya, maka membatalkan shalatnya ketika dilakukan sengaja bukan karena lupa, seperti tidak batalnya shalat sebab menelan sisa makanan yang berada diantara gigi - giginya tanpa dikunyah, walaupun air  liur tidak berjalan mengalir membawanya, banyak  sedikitnya diketahui menurut ukuran umum. Dan perumpamaan makan seperti yang telah disebutkan didepan yakni menelan lelehan gula, manisan, dan semacam keduanya, maka hal tersebut membatalkan shalat.
[Lihat Kitab Al Fiqhu 'Ala Al Madzahibi Al Arba'ah : juz 1 hal 278 / Kitabu Ash Shalati / Mubthilatu Ash Shalati / Idza Thoro'a 'Ala Al Mushalliy Naaqidhu Al Wudhu'i Wahuwa Fi Ash Shalati / Karya Imam 'Abdurrahman Al Jaziriy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut Libanon, Cet. Kedua, Th. 1424 H = 2003 M].


*🌴✍️• Syaikh DR. Wahbah bin Musthafa Az Zuhailiy hafidzohullahu ta'ala dalam kitabnya " Al Fiqhu Al Islamiy Wa Adillatuhu " mengatakan :*

وقال الشافعية والحنابلة: تبطل الصلاة بتعمد تناول قليل الأكل، لشدة منافاته للصلاة؛ لأن ذلك يشعر بالإعراض عنها، ولا تبطل بتناول قليل الأكل ناسياً أو جاهلاً تحريمه، وتبطل بكثير الأكل ولو مع النسيان والجهل في الأصح، ولو مفرقاً، بخلاف الصوم، فإنه لا يبطل بذلك.

كما تبطل بكثير المضغ، وإن لم يصل إلى الجوف شيء من الممضوغ.

وتبطل في الأصح ببلع ذوب سُكَّرة بفمه، لمنافاته للصلاة.
ولا يضر ما وصل مع الريق إلى الجوف من طعام بين أسنانه، إذا عجز عن تمييزه ومجه.
[انظر كتاب الفقيه الإسلامي وآدلته : ج ٢ ص ١٠٣٠ /  القسم الأول: العبادات / الباب الثاني: الصلاة / الفصل السابع: مبطلات الصلاة أو مفسداتها / أولا ـ مفسدات الصلاة عند الفقهاء / (٢) - الأكل والشرب / للشيخ الدكتور وَهْبَة بن مصطفى الزُّحَيْلِيّ، أستاذ ورئيس قسم الفقه الإسلاميّ وأصوله بجامعة دمشق - كلّيَّة الشَّريعة الناشر: دار الفكر - سوريَّة - دمشق الطبعة: الرَّابعة - بدون السنة].

Syafi'iyyah (pengikut Imam Syafi'iy) dan Hanabillah (pengikut Imam Ahmad) berkata : shalat batal dengan sengaja membuat dapat (melakukan) makan sedikit, karena sangat bertentangannya (dengan amalan) milik  shalat. Karena hal itu memberikan isyarat dengan hal - hal yang bertolak belakang  darinya, dan tidak batal sebab membuat dapat makan sedikit karena lupa atau tidak tahu dengan keharamannya (makan minum didalam shalat), dan shakat batal sebab makan banyak walaupun disertai lupa dan ketidaktahuan menurut pendapat yang ashah (paling benar), walaupun diecer ecerkan, berbeda dengan puasa, puasa tidak batal sebab hal itu semua.

Seperti batalnya shalat  sebab banyaknya mengunyah walaupun tidak sampai suatu apapun kedalam perut dari makanan yang dikunyah tersebut.

Dan shalat batal menurut pendapat yang ashah/paling benar sebab menelan lelehan gula yang berada di mulutnya, karena bertentangannya (dengan amalan)  untuk shalat. Dan tidak berbahaya (sampai membatalkan shalat)  makanan yang berada diantara gigi - giginya (slilit : Jawa) sampai pada perut karena mengikuti bersamaan aliran air liur, ketika tidak kuasa untuk memisahkannya atau mengeluarkannya (nglepehke : jawa).
[Lihat Kitab Al Fiqhu Al Islamiy Wa Adillatuhu : juz 2 hal 1030 / Al Qasmu Al Awwalu : Al 'Ibadatu / Al Babu Ats Tsaniy : Ash Shalatu / Al Fashlu As Sabi'u : Mubthilatu Ash Shalati Au Mufsidatuha / Awwalan Mufsidatu Ash Shalati 'Inda Al Fuqaha'i / (2) - Al Aklu Wa Asy Syurbu / Karya Syaikh DR. Wahbah bin Musthafa Az Zuhailiy / Dar Al Fikri - Suriah Damasykus, Cet. Keempat - Tnp. Tahun]


*❺༻🍒• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ Dαwυδ Δδz Dzɸհιʀιψ | Makan Membatalkan Shalat.*

*📓🌴• Imam Ibnu Hazm Adz Dzohiriy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Maratibu Al Ijma' Fi Al 'Ibadaati Wa Al Mu'amalati Wa Al I'tiqadati " mengatakan :*

وَاتَّفَقُوا أَنَّ الْأََكْلَ وَالْقَهْقَهَةَ وَالْعَمَلَ الطَّوِيلَ بِمَا لَمْ يُؤْمَرْ بِهِ فِيهَا يَنْقُضُهَا إِذَا كَانَ تَعَمَّدَ ذَلِك كُلَهُ وَهُوَ ذَاكرٌ لِأَنَّهُ فِي صَلَاةٍ
[انظر كتاب مراتب الإجماع  في العبادات والمعاملات والاعتقادات : ص: ٢٧ / كتاب الصلاة / للإمام أبو محمد علي بن أحمد بن سعيد بن حزم الأندلسي القرطبي الظاهري (المتوفى : ٤٥٦ هـ) / الناشر : دار الكتب العلمية - بيروت - بدون السنة].

Para Ulama' sepakat bahwasannya makan, tertawa terbahak - bahak, dan bergerak - gerak lama dengan apa yang tidak diperintah dengannya didalam shalat, maka hal tersebut bisa  membatalkan shalat, ketika dengan sengaja melakukan semua hal itu, dan saat itu ia sadar bahwa ia dalam keadaan shalat.
[Lihat Kitab Maratibu Al Ijma' Fi Al 'Ibadaati Wa Al Mu'amalati Wa Al I'tiqadati : hal 27 / Kitabu Ash Shalati / Karya Imam Ibnu Hazm Adz Dzohiriy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut, Tnp. Tahun].


B]• ★᭄ꦿ᭄ꦿ 𝑴𝒆𝒎𝒃𝒖𝒏𝒖𝒉 𝑩𝒊𝒏𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑩𝒆𝒓𝒃𝒊𝒔𝒂 𝑫𝒂𝒍𝒂𝒎 𝑺𝒉𝒂𝒍𝒂𝒕

Berikut beberapa riwayat hadits yang menjelaskan bolehnya  membunuh binatang berbisa sekalipun masih dalam keadaan shalat.

حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، قَالَ: حَفِظْتُهُ  عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ يَحْيَى، أَخْبَرَهُ عَنْ ضَمْضَمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ💞–:

*_" أَمَرَ بِقَتْلِ الْأَسْوَدَيْنِ فِي الصَّلَاةِ: الْعَقْرَبِ وَالْحَيَّةِ "_*
[رواه احمد /  مسند المكثرين من الصحابة / مسند أبي هريرة رضي الله عنه / رقم الحديث : ٧٣٧٩].

Telah menceritakan kepada kami : Sufyan, ia berkata : aku menghafalkannya : Dari Ma'mar. Dari Yahya. Ia mengabarkannya dari Dhomdhom. Dari Abi Hurairah :  

*Sesungguhnya Nabi –ﷺ💞– memerintahkan untuk membunuh dua ekor si hitam meski dalam shalat, yaitu ular dan kalajengking.”*
[Hadits Shahih Diriwayatkan Oleh  Ahmad / Musnad Al Muktsirin Min Ash Shahabati / Musnad Abi Hurairah Radhiyallahu Anhu / No. Hadits. 7379].


*🌴✍️• Hadits Yang Senada :*

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ ابْنُ عُلَيَّةَ وَهُوَ ابْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْمُبَارَكِ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ ضَمْضَمِ بْنِ جَوْسٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ :

*" أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– بِقَتْلِ الْأَسْوَدَيْنِ فِي الصَّلَاةِ الْحَيَّةُ وَالْعَقْرَبُ "*

قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ وَأَبِي رَافِعٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ –ﷺ💞– وَغَيْرِهِمْ وَبِهِ يَقُولُ أَحْمَدُ وَإِسْحَقُ وَكَرِهَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ قَتْلَ الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ فِي الصَّلَاةِ و قَالَ إِبْرَاهِيمُ إِنَّ فِي الصَّلَاةِ لَشُغْلًا وَالْقَوْلُ الْأَوَّلُ أَصَحُّ.
[رواه الترمذي /  كتاب الصلاة    / صفة الصلاة     / بَاب مَا جَاءَ فِي قَتْلِ الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ فِي الصَّلَاةِ / رقم الحديث : ٣٩٠].

Telah menceritakan kepada kami : Ali bin Hujr berkata; telah menceritakan kepada kami : Isma'il bin Ulayyah -(yaitu Ibnu Ibrahim)- Dari 'Aliy bin Al Mubarak. Dari Yahya bin Abu Katsir. Dari Dhomdhom bin Jaus.  Dari Abu Hurairah, beliau berkata :

*"Rasulullah –ﷺ💞–  memerintahkan untuk membunuh dua binatang hitam dalam shalat; ular dan kalajengking."*

Ia berkata; "Dalam bab ini juga ada riwayat dari Ibnu Abbas dan Abu Rafi'".

Abu Isa berkata; "Hadits Abu Hurairah *DERAJATNYA HASAN SHAHIH.*

Para ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi –ﷺ💞– dan selainnya mengamalkan hadits ini. Pendapat ini juga diambil oleh Ahmad dan Ishaq. Sedangkan sebagian ahli ilmu memakruhkan membunuh ular dan kalajengking dalam shalat. Ibrahim berkata;

*"Sesungguhnya dalam shalat ada kesibukan."*

Pendapat pertama lebih shahih.
[HR. Tirmidziy / Kitabu Ash Shalati / Shifatu Ash Shalati / Babu Ma Ja'a Fi Qatli Al Hayyati Wa Al 'Aqrabiy Fi Ash Shalati / No. Hadits : 390].


*📓✒️• Hadits Yang Senada :*

 وحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ، عَنْ شُعْبَةَ، ح وحَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى، وَابْنُ بَشَّارٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: سَمِعْتُ قَتَادَةَ، يُحَدِّثُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، عَنِ النَّبِيِّ –ﷺ💞– أَنَّهُ قَالَ:

*_" خَمْسٌ فَوَاسِقُ، يُقْتَلْنَ فِي الْحِلِّ وَالْحَرَمِ: الْحَيَّةُ، وَالْغُرَابُ الْأَبْقَعُ، وَالْفَأْرَةُ، وَالْكَلْبُ الْعَقُورُ، وَالْحُدَيَّا"_*
[رواه مالك. وأحمد. ومسلم واللفظ له /  (١٥) - كتاب الحج / (٩) - باب ما يندب للمحرم وغيره قتله من الدواب في الحل والحرم / رقم الحديث : ١١٩٨. والترمذي. والنسائي. والدارمي].

Dan Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah. Telah menceritakan kepada kami : Ghundar. Dari Syu'bah -(dalam riwayat lain)- Dan Telah menceritakan kepada kami : Ibnul Mutsanna dan Ibnu Basysyar keduanya berkata : Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Ja'far. Telah menceritakan kepada kami : Syu'bah, saya mendengar Qatadah menceritakan dari Sa'id bin Al Musayyib. Dari Aisyah radliyyAllahu 'anha.  Dari Nabi –ﷺ💞–,  bahwa beliau bersabda:

*_"Ada lima (5) jenis binatang yang boleh dibunuh baik di tanah haram atau pun di luar tanah haram, yaitu; Ular, gagak yang di punggung atau perutnya ada warna putih, tikus, anjing gila dan elang."_*
[HR. Malik. Ahmad. Teks Hadits Milik  Muslim / (15) - Kitabu Al Hajj / (9)- Babu Ma Yundabu Lilmuhrimi Wa Ghairihi Qatluhu Mi Ad Dawaabi Fi Al Hilli Wa Al Harami / No. Hadits : 1198. Dan Tirmidziy. Nasa'i. Dan Darimiy].


*📚✒️• Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Minhaj Syarhu Shahih Muslim " mengatakan :*

قال المازري : لاتُقتَلُ حَيَّاتُ مَدِينَةِ النَّبِيِّ –ﷺ💞–  إِلَّا بِإِنْذَارِهَا كَمَا جَاءَ فِي هَذِهِ الْأَحَادِيثِ ، فَإِذَا أَنْذَرَهَا وَلَمْ تَنْصَرِفْ قَتَلَهَا . وَأَمَّا حَيَّاتُ غَيْرِ الْمَدِينَةِ  فبجميع الْأَرْضِ وَالْبُيُوتِ وَالدُّورِ فَيُنْدَبُ قَتْلُهَا مِنْ غَيْرِ إِنْذَارٍ لِعُمُومِ الْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ فِي الْأَمْرِ بِقَتْلِهَا فَفِي هَذِهِ الْأَحَادِيثِ " اقْتُلُوا الْحَيَّاتِ ", وَفِي الْحَدِيثِ الْآخَرِ " خَمْسٌ يُقْتَلْنَ فِي الْحِلِّ وَالْحَرَمِ ", مِنْهَا الْحَيَّةُ وَلَمْ يَذْكُرْ إِنْذَارًا وَفِي حَدِيثِ الْحَيَّةُ الْخَارِجَةُ بِمِنًى أَنَّهُ –ﷺ💞– أمر بقتلها ولم يذكر أَنْذَرُوهَا, قَالُوا فَأَخَذَ بِهَذِهِ الْأَحَادِيثِ فِي اسْتِحْبَابِ قَتْلِ الْحَيَّاتِ مُطْلَقًا وَخُصَّتِ الْمَدِينَةُ بِالْإِنْذَارِ لِلْحَدِيثِ الْوَارِدِ فِيهَا ...
[انظر كتاب المنهاج شرح صحيح مسلم : ج ١٤ ص ٢٣٠ /  (كتاب قتل الحيات وغيرها) / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت الطبعة: الثانية، ١٣٩٢ هـ].

Imam Al Maaziriy berkata :

Tidak boleh membunuh ularnya kota Nabi –ﷺ💞– kecuali dengan memperingatkannya, seperti datang dalam hadits - hadits ini, dan ketika sudah memperingatkannya namun tidak mau beranjak pergi, maka boleh membunuhnya.

Adapun ular - ular selain kota Madinah diseluruh permukaan tanah, rumah - rumah, dan dibawah tanah, Sunnah untuk dibunuh, tanpa diperingatkan terlebih dahulu, berdasarkan keumuman hadits - hadits yang Shahih, dalam perintah untuk membunuhnya, dalam hadits ini redaksinya berbunyi : *" kalian bunuhlah ular - ular "* , dan dalam hadits yang lain redaksinya berbunyi : *_"Ada lima (5) jenis binatang yang boleh dibunuh baik di tanah haram atau pun di luar tanah haram,..."_*, dan ular salahsatunya, dan tidak menyebutkan untuk indzar (memberi  peringatan terlebih dahulu). Dan dalam hadits ular yang keluar dari Minna, sesungguhnya Nabi –ﷺ💞– memerintahkan untuk membunuhnya, dengan tanpa menyebutkan *_" kalian peringatkan ular - ular tersebut"_*.  Mereka berkata : kemudian mengambil dalil dengan hadits - hadits ini, tentang kesunnahannya membunuh ular - ular secara mutlak (tanpa terkecuali), dan dikhususkan bagi ular - ular kota Madinah, dengan diperingatkan terlebih dahulu, berdasarkan hadits yang warid (datang)  didalamnya...
[Lihat Kitab Al Minhaj Syarhu Shahih Muslim : juz 14 hal 230 / Kitabu Qatli Al Hayyati Wa Ghairiha / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Ihya'i At Turats Al 'Arabiy - Beirut, Cet. Kedua, Th. 1392 H].
 

*📓✍️• Imam Syaukaaniy Al Yamaniy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Nailu Al Authar " mengatakan :*

وَالْحَدِيثُ يَدُلُّ عَلَى جَوَازِ قَتْلِ الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ فِي الصَّلَاةِ مِنْ غَيْرِ كَرَاهِيَةٍ وَقَدْ ذَهَبَ إلَى ذَلِكَ جُمْهُورُ الْعُلَمَاءِ  
[انظر نيل الأوطار : ج ٢ ص ٣٩٧ / كتاب اللباس / أبواب ما يبطل الصلاة وما يكره ويباح فيها / باب في أن قتل الحية والعقرب والمشي اليسير للحاجة لا يكره / للإمام محمد بن علي بن محمد بن عبد الله الشوكاني اليمني (المتوفى: ١٢٥٠ هـ) /  الناشر: دار الحديث - مصر الطبعة: الأولى، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٣ مـ].

Dan hadits menunjukkan tentang bolehnya membunuh ular dan kalajengking dalam shalat tanpa ada kemakruhannya, dan sesungguhnya ulama' jumhur (mayoritas) berpendapat pada hal tersebut.
[Lihat Kitab Nailu Al Authar : juz 2 hal 397 / Kitabu Al Libasi / Abwabu Man Yubthilu Ash Shalata Wa Ma  Yukrahu Wa Yubahu Fiha / Karya Imam Asy Syaukaaniy Al Yamaniy / Dar Al Hadits - Kairo Mesir, Cet. Pertama, Th. 1413  H = 1993 M].


*💾🌴• جاء في الموسوعة الفقهية الكويتية:*

اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى جَوَازِ قَتْل الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ فِي الصَّلاَةِ، لِمَا رَوَى أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ قَال: قَال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اُقْتُلُوا الأَْسْوَدَيْنِ فِي الصَّلاَةِ: الْحَيَّةَ وَالْعَقْرَبَ،

قَال الْكَمَال بْنُ الْهُمَامِ الْحَنَفِيُّ: الْحَدِيثُ بِإِطْلاَقِهِ يَشْمَل مَا إذَا احْتَاجَ إلَى عَمَلٍ كَثِيرٍ فِي ذَلِكَ أَوْ قَلِيلٍ، وَقِيل: بَل إذَا كَانَ قَلِيلاً. وَخَصَّ الْمَالِكِيَّةُ الْجَوَازَ فِي حَال مَا إذَا كَانَ الْعَقْرَبُ أَوِ الثُّعْبَانُ مُقْبِلَةً عَلَيْهِ، وَكَرِهُوا قَتْلَهَا فِي حَال عَدَمِ إقْبَالِهَا.

وَصَرَّحَ الدَّرْدِيرُ الْمَالِكِيُّ بِأَنَّ الصَّلاَةَ لاَ تَبْطُل بِانْحِطَاطِهِ لأَِخْذِ حَجَرٍ يَرْمِيهَا بِهِ أَوْ لِقَتْلِهَا، لَكِنْ نَقَل الدُّسُوقِيُّ عَنِ الْحَطَّابِ أَنَّ الاِنْحِطَاطَ مِنْ قِيَامٍ لأَِخْذِ حَجَرٍ أَوْ قَوْسٍ مِنَ الْفِعْل الْكَثِيرِ الْمُبْطِل لِلصَّلاَةِ مُطْلَقًا، سَوَاءٌ كَانَ لِقَتْل عَقْرَبٍ لَمْ تَرُدَّهُ أَوْ لِطَائِرٍ أَوْ صَيْدٍ. وَنَصُّوا عَلَى كَرَاهَةِ قَتْل غَيْرِ الْعَقْرَبِ وَالثُّعْبَانِ مِنْ طَيْرٍ أَوْ دُودَةٍ أَوْ نَحْلَةٍ مُطْلَقًا أَقْبَلَتْ عَلَيْهِ أَمْ لاَ.

وَنَصَّ الشَّافِعِيَّةُ عَلَى عَدَمِ بُطْلاَنِ الصَّلاَةِ عِنْدَ قَتْل الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ فِيهَا إذَا كَانَ الْعَمَل قَلِيلاً، وَبُطْلاَنِهَا إنْ كَانَ كَثِيرًا، وَالْمَرْجِعُ فِي ضَابِطِ الْعَمَل الْقَلِيل وَالْكَثِيرِ الْعَادَةُ، فَمَا يَعُدُّهُ النَّاسُ قَلِيلاً لاَ يَضُرُّ، وَمَا يَعُدُّونَهُ كَثِيرًا يَضُرُّ،

قَال النَّوَوِيُّ: قَال أَصْحَابُنَا: عَلَى هَذَا الْفَعْلَةُ الْوَاحِدَةُ كَالْخُطْوَةِ وَالضَّرْبَةِ قَلِيلٌ بِلاَ خِلاَفٍ، وَالثَّلاَثُ كَثِيرٌ بِلاَ خِلاَفٍ، وَفِي الاِثْنَيْنِ وَجْهَانِ: أَصَحُّهُمَا قَلِيلٌ، وَاتَّفَقَ الأَْصْحَابُ عَلَى أَنَّ الْكَثِيرَ إنَّمَا يُبْطِل إذَا تَوَالَى، فَإِنْ تَفَرَّقَ لَمْ يَضُرَّ.  انتهى.
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : ج ٣٢ ص ٢٢١ /  حرف الفاء / فواسق /  ما يتعلق بالفواسق من أحكام: / قتل الحية والعقرب في الصلاة / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت عدد الأجزاء: ٤٥ جزءا ، الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ). الأجزاء : ٢٤ - ٣٨،  الطبعة الأولى، مطابع دار الصفوة - مصر  - بدون السنة].

*🌴✒️• Telah ada dalam ‘Mausu’ah Fiqhiyah Kuwaitiyah :*

🌴• Para ulama fikih bersepakat diperbolehkan membunuh ular dan kalajengking dalam shalat. Sebagaimana yang diriwayatkan Abu Hurairah RadhiyyAllahu anhu, beliau berkata :  Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:

اقتلوا الأسودين في الصلاة : الحية و العقرب

“Bunuhlah dua binatang hitam dalam shalat, ular dan kalajengking.”

✒️• Imam Kamal Hamam Al-Hanafi mengatakan :  “Hadits secara umum mencakup kalau membutuhkan gerakan banyak atau sedikit. Dikatadan  kalau itu gerakan sedikit. Malikiyah mengkhususkan kalau dalam kondisi kalajengking dan ular menyerangnya. Dan mereka memakruhkan untuk membunuhnya kalau tidak menyerangnya. Sementara Dardir secara jelas mengatakan bahwa shalatnya tidak batal dengan gerakan untuk mengambil batu melemparkannya atau membunuhnya.”

✒️• Imam Ad Dardir Al Malikiy menjelaskan : sesungguhnya shalat tidak batal dengan cara merendahkan diri untuk mengambil batu untuk melempari dengannya atau membunuhnya,  akan tetapi Imam Ad Dasuqiy (Al Malikiy) menukil dari Imam Al Hathab (Al Malikiy) bahwasanhya merendahkan diri termasuk berdiri untuk mengambil batu atau anak panah adalah gerakkan/amaliyyah yang banyak yang bisa membatalkan shalat secara mutlak, baik adanya untuk membunuh kalajengking yang tidak sampai mengulanginya atau untuk membunuh burung atau buruan. Dan mereka menetapkan pada  kemakruhan membunuh selain kalajengking dan ular besar, dari jenis burung, ulat bulu, dan lebah secara mutlak, berhadapan maupun tidak.

✒️• Syafi'iyyah (pengikut Imam Syafi'iy) menetapkan pada tidak adanya kebatalan shalat ketika membunuh ular dan kalajengking didalamnya, ketika amalan/gerakannya sedikit, dan membatalkannya ketika gerakkannya banyak, dan yang menjadi tolok ukur banyak atau sedikit nya gerakkan/amaliyahnya adalah menurut pandangan umum, ketika orang banyak memprediksikan sedikit, maka tidak membahayakan/membatalkan (shalat), dan ketika orang banyak memprediksikan banyak, maka bisa membahayakan/membatalkan (shalat).

Imam An Nawawiy (Asy Syafi'iy) berkata : Sahabat - sahabat kami (Syafi'iyyah) berkata : terhadap satu gerakkan ini seperti membungkuk dan memukul yang sedikit tidak ada perselisihan sama sekali, dan 3 gerakkan itu dianggap banyak juga tidak ada perselisihan, dan dalam 2 gerakkan ada dua pendapat : dan pendapat yang paling benar adalah dianggap sedikit, dan para sahabat (Syafi'iyyah) sepakat bahwasannya banyak yang  semestinya bisa membatalkan (shalat) yakni ketika dilakukan terus menerus tanpa ada jeda, maka jikalau dilakukan terpisah satu persatu tidak membahayakan/membatalkan (shalat).
[Lihat Kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah : juz 32 hal 221 / Harfu Al Fa'i / Fawadiqun / Ma Yata'allaqu Bi Al Fawasiqi min Ahkamin / Qatlu Al Hayyati Wa Al 'Aqrabiy / Keluaran Kementrian Urusan Wakaf dan Islam Negara Kuwait / Jumlah : 45 Juz. Cetakan Mulai : 1404 - 1427 H, Juz : 24 - 38, Cet. Pertama, Oleh Dar Ash Shafwah - Mesir - Tnp. Tahun].


*💾✒️• Berikut Pendapat Para Ulama' Madzhab :*

*❶꧁🌴• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ ⟆ψαẜι'ιψ | Shalat Tidak Batal Ketika Membunuh Ular  🐍 Dan Kalajengking 🦂 Didalam Shalat, Ketika Amaliyyah/Gerakkannya Sedikit Hukumnya Sunnah  Tanpa Ada Kemakruhan.*

*💾🌴• جاء في الموسوعة الفقهية الكويتية صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت:*

وَنَصَّ الشَّافِعِيَّةُ عَلَى عَدَمِ بُطْلاَنِ الصَّلاَةِ عِنْدَ قَتْل الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ فِيهَا إذَا كَانَ الْعَمَل قَلِيلاً، وَبُطْلاَنِهَا إنْ كَانَ كَثِيرًا، وَالْمَرْجِعُ فِي ضَابِطِ الْعَمَل الْقَلِيل وَالْكَثِيرِ الْعَادَةُ، فَمَا يَعُدُّهُ النَّاسُ قَلِيلاً لاَ يَضُرُّ، وَمَا يَعُدُّونَهُ كَثِيرًا يَضُرُّ،

قَال النَّوَوِيُّ: قَال أَصْحَابُنَا: عَلَى هَذَا الْفَعْلَةُ الْوَاحِدَةُ كَالْخُطْوَةِ وَالضَّرْبَةِ قَلِيلٌ بِلاَ خِلاَفٍ، وَالثَّلاَثُ كَثِيرٌ بِلاَ خِلاَفٍ، وَفِي الاِثْنَيْنِ وَجْهَانِ: أَصَحُّهُمَا قَلِيلٌ، وَاتَّفَقَ الأَْصْحَابُ عَلَى أَنَّ الْكَثِيرَ إنَّمَا يُبْطِل إذَا تَوَالَى، فَإِنْ تَفَرَّقَ لَمْ يَضُرَّ.  انتهى.
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : ج ٣٢ ص ٢٢١ /  حرف الفاء / فواسق /  ما يتعلق بالفواسق من أحكام: / قتل الحية والعقرب في الصلاة / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت عدد الأجزاء: ٤٥ جزءا ، الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ). الأجزاء : ٢٤ - ٣٨،  الطبعة الأولى، مطابع دار الصفوة - مصر  - بدون السنة].

*🌴✒️• Telah ada dalam ‘Mausu’ah Fiqhiyah Kuwaitiyah Keluaran Kementrian Urusan Wakaf dan Islam Negara Kuwait  :*

✒️• Syafi'iyyah (pengikut Imam Syafi'iy) menetapkan pada tidak adanya kebatalan shalat ketika membunuh ular dan kalajengking didalamnya, ketika amalan/gerakannya sedikit, dan membatalkannya ketika gerakkannya banyak, dan yang menjadi tolok ukur banyak atau sedikit nya gerakkan/amaliyahnya adalah menurut pandangan umum, ketika orang banyak memprediksikan sedikit, maka tidak membahayakan/membatalkan (shalat), dan ketika orang banyak memprediksikan banyak, maka bisa membahayakan/membatalkan (shalat).

Imam An Nawawiy (Asy Syafi'iy) berkata : Sahabat - sahabat kami (Syafi'iyyah) berkata : terhadap satu gerakkan ini seperti membungkuk dan memukul yang sedikit tidak ada perselisihan sama sekali, dan 3 gerakkan itu dianggap banyak juga tidak ada perselisihan, dan dalam 2 gerakkan ada dua pendapat : dan pendapat yang paling benar adalah dianggap sedikit, dan para sahabat (Syafi'iyyah) sepakat bahwasannya banyak yang  semestinya bisa membatalkan (shalat) yakni ketika dilakukan terus menerus tanpa ada jeda, maka jikalau dilakukan terpisah satu persatu tidak membahayakan/membatalkan (shalat).
[Lihat Kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah : juz 32 hal 221 / Harfu Al Fa'i / Fawadiqun / Ma Yata'allaqu Bi Al Fawasiqi min Ahkamin / Qatlu Al Hayyati Wa Al 'Aqrabiy / Keluaran Kementrian Urusan Wakaf dan Islam Negara Kuwait / Jumlah : 45 Juz. Cetakan Mulai : 1404 - 1427 H, Juz : 24 - 38, Cet. Pertama, Oleh Dar Ash Shafwah - Mesir - Tnp. Tahun].


*🌴💾• Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab " mengatakan :*

 (الْخَامِسَةُ) يَجُوزُ قَتْلُ الْحَيَّةِ  وَالْعَقْرَبِ فِي الصَّلَاةِ وَلَا كَرَاهَةَ فِيهِ بَلْ قَالَ الْقَاضِي أَبُو الطَّيِّبِ وَغَيْرُهُ هُوَ مُسْتَحَبٌّ فِي الصَّلَاةِ كَغَيْرِهَا لِلْحَدِيثِ الصَّحِيحِ فِيهِ وَقَدْ سَبَقَ.
[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ١ ص ١٠٥ / باب صلاة التطوع / مسائل تتعلق بالكلام في الصلاة / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بدون السنة].

(Kelima) boleh membunuh ular 🐍 dan kalajengking 🦂 didalam shalat dan tidak makruh sama sekali didalamnya. Bahkan Qadhi Abu Thib dan yang lainnya berkata : hal itu mustahab (disunnahkan) didalam shalat seperti yang lainnya, berdasarkan hadits Shahih didalamnya, dan sudah  disebutkan sebelumnya.
[Lihat Kitab Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab : juz 1 hal 105 / Babu Shalati At Tatthawwu'i / Masa'ilun Tata'alaqu Bi Al Kalami Fi Ash Shalati / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


*📓✍️• Imam Ibnu Mundzir Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Ausath Fi As Sunani Wa Al Ijma'i Wa Al Ikhtilafi " mengatakan :*

حَدَّثنا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ قَالَ: ثنا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ ضَمْضَمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ:

*" أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ –ﷺ💞– بِقَتْلِ الْأَسْوَدَيْنِ فِي الصَّلَاةِ: الْعَقْرَبِ وَالْحَيَّةِ "*

قَالَ أَبُو بَكْرٍ: قَتْلُ الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ فِي الصَّلَاةِ مُبَاحٌ، وَبِهِ يَقُولُ عَوَامُ أَهْلِ الْعِلْمِ، رَأَى ابْنُ عُمَرَ رِيشَةً وَهُوَ يُصَلِّي فَحَسِبَ أَنَّهَا عَقْرَبٌ فَضَرَبَهَا بِنَعْلِهِ.
[انظر كتاب الأوسط في السنن والإجماع والاختلاف : ج ٣ ص ٢٧٠ / كتاب صفة الصلاة / ذكر الأمر بقتل الحية والعقرب في الصلاة / للإمام أبو بكر محمد بن إبراهيم بن المنذر النيسابوري (المتوفى: ٣١٩ هـ) / الناشر: دار طيبة - الرياض - السعودية الطبعة: الأولى - ١٤٠٥ هـ = ١٩٨٥ مـ].

Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Shabab, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : 'Abdurrazaq. Dari Ma'mar. Dari Yahya bin Abi Katsir. Dari Dhomdhomin. Dari Abi Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, beliau berkata :

*_"Rasulullah  –ﷺ💞–  memerintahkan untuk membunuh al aswadain dalam shalat; yakni kalajengking dan ular. "_*

Abu Bakar berkata: membunuh ular 🐍 dan kalajengking 🦂  dalam sholat diperbolehkan, dan dengan pendapat itu  mayoritas ulama mengatakan. Sayyidina Ibnu 'Umar RadhiyyAllahu 'Anhuma melihat semacam bulu dan saat itu beliau sedang shalat, beliau memprekdisikan bahwasannya hal itu adalah kalajengking 🦂, maka beliau memukulnya dengan sandal beliau.
[Lihat Kitab Al Ausath Fi As Sunani Wa Al Ijma'i Wa Al Ikhtilafi : juz 3 hal 270 / Kitabu Shifati Ash Shalati / Dzikru Al Amri Biqatli Al Hayati Wa Al 'Aqrabiy Fi Ash Shalati / Karya Imam Ibnu Al Mundzir Asy Syafi'iy / Daru Thayyibah - Riyadh As Su'udiyyah, Cet. Pertama, Th. 1405 H = 1985 M].


*📓✍️• Imam Ibnu Hajar Al 'Asqalaniy Asy Syafi'iy rahimahullah ta'ala menyimpulkan masalah ini dalam pernyataan beliau dalam kitabnya " Fathu Al Bariy Syarhu Shahih Al Bukhariy " :

وَعَلَى كُلِّ قَوْلٍ فَتُقْتَلُ فِي الْبَرَارِي وَالصَّحَارِي مِنْ غيْرِ إِنْذَارٍ
[انظر كتاب فتح الباري شرح صحيح البخاري : ج ٦ ص ٣٤٩ / قوله : باب قول الله تعالى وبث فيها من كل دابة (سورة البقرة : ٠٠٢ آية ١٦٤) / للإمام الحفاظ أحمد بن علي بن حجر أبو الفضل العسقلاني الشافعي  (ولد : شعبان ٧٧٣ - وتوفي: ذو الحجة ٨٥٢ هـ =  ١٣٧١ - ١٤٤٩ مـ) / الناشر: دار المعرفة - بيروت، ١٤٧٩ هـ].

Menurut semua pendapat, ular boleh dibunuh di daratan dan padang pasir tanpa diperingatkan dahulu.
[Lihat Kitab Fathu Al Bâri Syarhu Shahih Al Bukhariy : juz 6 hal 439 / Qauluhu : Babu Qaulillaahi Ta'ala : Wa Batstsa Fiha Min Kulli Daabatin (QS. Baqarah : 002 Ayat 164) / Karya Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolaniy Asy Syafi'iy / Dar Al Ma'rifah - Beirut, Th. 1379 H].

  *❷★᭄☘• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ Δβυ Ηαƞιẜαհ | Membunuh Ular Didalam Shalat Bisa Membatalkan Shalat Baik Dengan Gerakkan Yang Banyak Ataupun Sedikit.*

*💾🌴• جاء في الموسوعة الفقهية الكويتية صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت:*

قَال الْكَمَال بْنُ الْهُمَامِ الْحَنَفِيُّ: الْحَدِيثُ بِإِطْلاَقِهِ يَشْمَل مَا إذَا احْتَاجَ إلَى عَمَلٍ كَثِيرٍ فِي ذَلِكَ أَوْ قَلِيلٍ، وَقِيل: بَل إذَا كَانَ قَلِيلاً. وَخَصَّ الْمَالِكِيَّةُ الْجَوَازَ فِي حَال مَا إذَا كَانَ الْعَقْرَبُ أَوِ الثُّعْبَانُ مُقْبِلَةً عَلَيْهِ، وَكَرِهُوا قَتْلَهَا فِي حَال عَدَمِ إقْبَالِهَا.
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : ج ٣٢ ص ٢٢١ /  حرف الفاء / فواسق /  ما يتعلق بالفواسق من أحكام: / قتل الحية والعقرب في الصلاة / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت عدد الأجزاء: ٤٥ جزءا ، الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ). الأجزاء : ٢٤ - ٣٨،  الطبعة الأولى، مطابع دار الصفوة - مصر  - بدون السنة].

*🌴✒️• Telah ada dalam ‘Mausu’ah Fiqhiyah Kuwaitiyah :*

✒️• Imam Kamal Hamam Al-Hanafi mengatakan :  “Hadits secara umum mencakup kalau membutuhkan gerakan banyak atau sedikit. Dikatakan  kalau itu gerakan sedikit. Malikiyah mengkhususkan kalau dalam kondisi kalajengking dan ular menyerangnya. Dan mereka memakruhkan untuk membunuhnya kalau tidak menyerangnya. Sementara Dardir secara jelas mengatakan bahwa shalatnya tidak batal dengan gerakan untuk mengambil batu melemparkannya atau membunuhnya.”
[Lihat Kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah : juz 32 hal 221 / Harfu Al Fa'i / Fawadiqun / Ma Yata'allaqu Bi Al Fawasiqi min Ahkamin / Qatlu Al Hayyati Wa Al 'Aqrabiy / Keluaran Kementrian Urusan Wakaf dan Islam Negara Kuwait,  Jumlah : 45 Juz. Cetakan Mulai : 1404 - 1427 H, Juz : 24 - 38, Cet. Pertama, Oleh Dar Ash Shafwah - Mesir - Tnp. Tahun].


*📓🌴• Imam Syamsul A'immah
Muhammad bin  Ahmad bin Abi Sahl Abu Bakar Al-Sarakhsiy Al Hanafiy rahimahullAhu  ta'ala dalam kitabnya " Al Mabsuth " mengatakan :*

وَالْأَظْهَرُ أَنَّ الْكُلَّ سَوَاءٌ فِيهِ؛ لِأَنَّ هَذَا عَمَلٌ رُخِّصَ فِيهِ لِلْمُصَلِّي فَهُوَ كَالْمَشْيِ بَعْدَ الْحَدَثِ وَالِاسْتِقَاءِ مِنْ الْبِئْرِ وَالتَّوَضُّؤِ، وَإِذَا رَمَى طَائِرًا بِحَجَرٍ لَمْ تَفْسُدْ صَلَاتُهُ؛ لِأَنَّ هَذَا عَمَلٌ قَلِيلٌ وَلَكِنَّهُ مَكْرُوهٌ؛ لِأَنَّهُ اشْتِغَالٌ بِمَا لَيْسَ مِنْ أَعْمَالِ الصَّلَاةِ، وَلَمْ يَذْكُرْ الْكَرَاهَةَ فِي قَتْلِ الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ؛ لِأَنَّهُ مُحْتَاجٌ إلَى ذَلِكَ لِدَفْعِ أَذَاهَا عَنْ نَفْسِهِ، وَلَيْسَ فِي أَذَى الطَّيْرِ مَا يُحْوِجُهُ إلَى هَذَا لِدَفْعِ أَذَاهَا عَنْ نَفْسِهِ فَلِهَذَا ذَكَرَ الْكَرَاهَةَ فِيهِ.
[انظر كتاب المبسوط : ج ١ ص ١٩٤ / كتاب الصلاة  / باب الحدث في الصلاة / للإمام محمد بن أحمد بن أبي سهل شمس الأئمة السَّرَخْسِي الحنفي (المتوفى: ٤٨٣ هـ) / الناشر: دار المعرفة - بيروت الطبعة: بدون طبعة تاريخ النشر: ١٤١٤ هـ = ١٩٩٣ مـ].

Dan yang tampak bahwasannya semua sama di dalamnya; Karena ini adalah pekerjaan yang diberi keringanan (rukhshah) bagi Mushalli (orang yang shalat) didalamnya, dan itu seperti berjalan setelah berhadats dan bersuci dari sumur dan berwudhu. Karena ini tindakan kecil, tapi makruh (dilarang), dan ketika melempar burung dengan batu, maka hal itu tidak membatalkan shalat,  karena hal itu terlibat (sibuk) dalam apa yang bukan termasuk pekerjaan/amaliyyah  shalat, dan tidak menyebutkan kebencian/larangan  dalam membunuh ular 🐍 dan kalajengking 🦂, karena hal itu hal yang dibutuhkan  untuk menolak bahayanya dari dirinya  sendiri, dan bukan  didalam menyakiti  burung perkara yang dibutuhkannya pada hal ini, namun untuk mencegah bahayanya dari dirinya, dan karena hal ini, dia menyebutkan kemakruhan didalamya.
[Lihat Kitab Al Mabsuth : juz 1 hal 194 / Kitabu Ash Shalati / Babu Al Hadatsi Fi Ash Shalati / Karaya Imam Syamsul A'immah As Sarakhsiy Al Hanafiy / Daru Al Ma'rifah - Beirut, Th. 1414 H = 1993 M].
 

*🌴✒️• Imam Ath Thahawiy Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitab Hasyiyyahnya mengatakan :*

و" لا يكره "قتل حية وعقرب خاف" المصلي "أذاهما" أي الحية والع "بضربات وانحراف عن القبلة في الأظهر" قيد بخوف الأذى لأنه مع الأمن يكره العمل الكثير.
[انظر كتاب حاشية الطحطاوي على مراقي الفلاح شرح نور الإيضاح : ص ٧٠ / كتاب الصلاة /  فصل فيما لا يكره للمصلي / للإمام أحمد بن محمد بن إسماعيل الطحطاوي الحنفي (توفي : ١٢٣١ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية بيروت - لبنان الطبعة: الطبعة الأولى ١٤١٨ هـ = ١٩٩٧ مـ].

Dan tidak makruh membunuh ular 🐍 dan kalajengking 🦂 yang Mushalli (orang yang shalat) merasa  takut terkena pada kesakitan yang disebabkan oleh ular dan kalajengking tersebut, boleh dengan beberapa pukulan dan berpaling dari kiblat didalam pendapat yang lebih jelas, diberikan qoyyid  (batasan) sebab takut terkena kesakitan, karena hal itu bersamaan dengan rasa aman, dan dilarang melakukan banyak gerakkan.
[Lihat Kitab Hasyiyyah  Ath Thahawiy 'Ala Muraqiy Al Falahi Syarhu Nuuri Al Idhooh : hal 70 / Kitabu Ash Shalati / Fashlun : Fima La Yukrahu Lilmushalli / Karya Imam Ath Thahawiy Al Hanafiy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut Libanon, Cet. Pertama, Th. 1418 H = 1997 M].


*🌴✒️• Imam 'Alauddin Al Kasaniy Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Badai'u Ash-Shanai' Fi Tartiibi Asy Syarai' " mengatakan :*

وَقَتْلُ الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ فِي الصَّلَاةِ لَا يُفْسِدُهَا لِقَوْلِ النَّبِيِّ –ﷺ💞– { اُقْتُلُوا الْأَسْوَدَيْنِ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي الصَّلَاةِ } .

وَرُوِيَ أَنْ عَقْرَبًا لَدَغَ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– فِي الصَّلَاةِ فَوَضَعَ عَلَيْهِ نَعْلَهُ وَغَمَزَهُ حَتَّى قَتَلَهُ ...

هَذَا إذَا أَمْكَنَهُ قَتْلُ الْحَيَّةِ بِضَرْبَةٍ وَاحِدَةٍ كَمَا فَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞–  فِي الْعَقْرَبِ.

وَأَمَّا إذَا احْتَاجَ إلَى مُعَالَجَةٍ وَضَرَبَاتٍ فَسَدَتْ صَلَاتُهُ كَمَا إذَا قَاتَلَ فِي صَلَاتِهِ؛ لِأَنَّهُ عَمَلٌ كَثِيرٌ لَيْسَ مِنْ أَعْمَالِ الصَّلَاةِ،

وَذَكَرَ شَيْخُ الْإِسْلَامِ السَّرَخْسِيُّ أَنَّ الْأَظْهَرَ أَنَّهُ لَا تَفْسُدُ صَلَاتُهُ؛ لِأَنَّ هَذَا عَمَلٌ رُخِّصَ فِيهِ لِلْمُصَلِّي ...
 [انظر كتاب بدائع الصنائع في ترتيب الشرائع : ج ١ ص ٢٤٢ / كتاب الصلاة / فصل الكلام في صلاة الخوف / للإمام علاء الدين، أبو بكر بن مسعود بن أحمد الكاساني الحنفي (المتوفى: ٥٨٧هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية الطبعة: الثانية، ١٤٠٦ هـ = ١٩٨٦ مـ].

Dan boleh membunuh ular 🐍 dan kalajengking 🦂 dalam shalat dan tidak merusakkan/membatalkannya, berdasarkan sabda Nabi –ﷺ💞–:

*_"Bunuhlah dua binatang hitam dalam sholat yaitu ular dan kalajengking."_*

Dan diriwayatkan bahwasannya seekor kalajengking 🦂 telah menyengat RasulullAh  –ﷺ💞– didalam shalat, kemudian beliau meletakkan sandal diatasnya dan beliau meliriknya sampai beliau membunuhnya ...

Ini ketika memungkinkannya membunuh ular 🐍 dengan sekali pukul, seperti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah –ﷺ💞– terhadap kalajengking 🦂 (yang menyengat beliau saat shalat).

Adapun ketika membutuhkan penanganan dan beberapa pukulan, maka rusak/batal shalatnya, karena hal itu termasuk pekerjaan yang banyak  bukan merupakan bagian dari pekerjaan shalat.

Syaikhul Islam Imam As Sarakhsiy (Al Hanafiy) berkata : bahwasannya menurut  pendapat yang adzhar (jelas tampak) shalatnya tidak batal, karena ini merupakan pekerjaan yang rukhshah (diringankan) bagi Mushalli/orang yang shalat ...
[Lihat Kitab Badai'u Ash Shanai' Fi Tartiibi Asy Syarai' : juz 1 hal 242 / Kitabu Ash Shalati / Fashlun : Al Kalamu Fi Shalati Al Khaufi / Karya Imam 'Alauddin Al Kasaniy Al Hanafiy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah, Cet. Kedua, Th. 1406 = 1986 M].


*💾✍️• Imam Akmaluddin Al Babaratiy Al Hanafiy  rahimahullAhu ta'Dala dalam kitabnya " Al 'Inayah Syarhu Al Hidayah " mengatakan :*

(وَلَا بَأْسَ بِقَتْلِ الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ فِي الصَّلَاةِ) لَمْ يُفَرِّقْ بَيْنَ مَا إذَا أَمْكَنَهُ الْقَتْلُ بِضَرْبَةٍ وَاحِدَةٍ وَبَيْنَ مَا إذَا احْتَاجَ إلَى ضَرَبَاتٍ، وَهُوَ اخْتِيَارُ شَمْسِ الْأَئِمَّةِ السَّرَخْسِيِّ؛ لِأَنَّ قَوْلَهُ - عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ - «اُقْتُلُوا الْأَسْوَدَيْنِ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي الصَّلَاةِ» لَمْ يَفْصِلْ،

وَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ: إنْ أَمْكَنَهُ الْقَتْلُ بِضَرْبَةٍ فَعَلَ، وَإِنْ ضَرَبَ ضَرَبَاتٍ اسْتَقْبَلَ الصَّلَاةَ؛ لِأَنَّهُ عَمَلٌ كَثِيرٌ.

وَالْجَوَابُ أَنَّهُ عَمَلٌ كَثِيرٌ رُخِّصَ فِيهِ لِلْمُصَلِّي فَهُوَ كَالْمَشْيِ بَعْدَ الْحَدَثِ وَالِاسْتِقَاءِ مِنْ الْبِئْرِ وَالتَّوَضُّؤِ، وَفِي كَلَامِ الْمُصَنِّفِ مَا يَنْبُو عَنْ هَذَا؛ لِأَنَّهُ قَالَ: وَلِأَنَّ فِيهِ إزَالَةَ الشُّغْلِ فَأَشْبَهَ دَرْءَ الْمَارِّ فَإِنَّهُ يُشِيرُ إلَى أَنَّهُ لَيْسَ كَالْمَشْيِ بَعْدَ الْحَدَثِ وَغَيْرِهِ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ لِإِصْلَاحِ الصَّلَاةِ دُونَ هَذَا.

قَوْلُهُ: (وَيَسْتَوِي جَمِيعُ أَنْوَاعِ الْحَيَّاتِ) يَعْنِي الَّتِي تُسَمَّى جِنِّيَّةً وَغَيْرُهَا
[انظر كتاب العناية شرح الهداية : ج ١ ص ٤١٦ / كتاب الصلاة / باب ما يفسد الصلاة وما يكره فيها / فصل يكره للمصلي أن يعبث بثوبه أو بجسده / للإمام أكملُ الدين البابرتي، هو أكمل الدين أبو عبد الله محمد بن محمد بن محمود بن أحمد الرومي البابرتي الحنفي الماتريدي (المتوفى: ٧٨٦هـ) / الناشر: دار الفكر - بدون السنة].


(Dan tidak mengapa membunuh ular 🐍 dan kalajengking 🦂 dalam shalat) tidak dibedakan antara ketika memungkinkannya bisa membunuh dengan satu pukulan saja, atau ketika membutuhkan pada beberapa pukulan, dan itu adalah pendapat pilihan Imam Syamsul A'immah As Sarakhsiy, karena berdasarkan sabda Nabi -'Alqihi Ash Shalatu Wa As Salamu- :

*_"Bunuhlah dua binatang hitam dalam sholat yaitu ular dan kalajengking."_*

Dan tidak diperinci, dan sebagian ada yang mengatakan : jikalau memungkinkannya membunuh dengan 1 pukulan maka lakukanlah, akan tetapi apabila memukul dengan banyak pukulan, maka tetaplah menghadap shalat, karena hal itu adalah pekerjaan yang banyak (selain dalam shalat).

Dan jawabannya bahwasannya hal itu adalah pekerjaan yang banyak dan diberikan keringanan (rukhshah) bagi Mushalli (orang yang shalat) didalamnya, hal itu seperti orang yang berjalan setelah hadats dan bersuci dari sumur dan berwudhu, dan didalam ungkapan mushannif/pengarang (hal tersebut) tidak muncul dari hal ini, karena Mushannif berkata : bahwasannya didalamnya menghilangkan kesibukkannya  kemudian disamakan dengan mencegah orang yang berjalan, hal tersebut tidak menunjukkan bahwasanya hal itu bukan seperti berjalan setelah hadats atau yang lainnya, karena semua itu untuk kemaslahatan/kebaikkan shalat bukan hal ini.

Ungkapan mushannif (dan sama semua jenis ular) yakni yang dinamakan jinniyyah (jin) dan yang lainnya.
[Lihat Kitab Al 'Inayah Syarhu Al Hidayah : juz   1 hal 416 / Kitabu Ash Shalati / Babu Ma Yufsidu Ash Shalata Wa Ma Yukrahu Fiha / Karya Imam Akmaluddin Al Babaratiy Al Hanafiy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


*💾🌴• Imam 'Abdurrahman Syaikhi Zaadah Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Majma' Al Anhar Fi Syarhi Multaqa Al Abhar " mengatakan :*

(لَا) أَيْ لَا يُكْرَهُ (قَتْلُ الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ) فِي الصَّلَاةِ سَوَاءٌ كَانَتْ جِنِّيَّةً وَهِيَ بَيْضَاءُ لَهَا ضَفِيرَتَانِ تَمْشِي مُسْتَوِيَةً أَوْ غَيْرَ جِنِّيَّةٍ وَهِيَ سَوْدَاءُ تَمْشِي مُلْتَوِيَةً لِقَوْلِهِ - عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ - «اُقْتُلُوا الْأَسْوَدَيْنِ أَيْ الْعَقْرَبَ وَالْحَيَّةَ»

وَلَا يَخْفَى أَنَّهُ يَدُلُّ عَلَى إبَاحَةِ قَتْلِ الْجِنِّيَّةِ وَغَيْرِهَا ,

وَقِيلَ: لَا يَحِلُّ قَتْلُ الْجِنِّيَّةِ كَمَا فِي غَيْرِهَا إلَّا إذَا قِيلَ: خَلِّي طَرِيقَ الْمُسْلِمِينَ فَإِنْ أَبَتْ فَحِينَئِذٍ تُقْتَلُ،
[انظر كتاب مجمع الأنهر في شرح ملتقى الأبحر : ج ١ ص ١٢٦ / كتاب الصلاة / فصل ما يكره في الصلاة / للإمام عبد الرحمن بن محمد بن سليمان المدعو بشيخي زاده, يعرف بداماد أفندي (المتوفى: ١٠٧٨ هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بدون السنة].

Tidak dimakruhkan membunuh ular 🐍 dan kalajengking 🦂 didalam shalat baik berjenis jinniyyah yaitu ular yang  berwarna putih yang keduanya mendesis yang berjalan melata, atau selain ular jinniyyah yaitu ular sauda' ular yang berwarna hitam yang berjalan berliku - liku, berdasarkan sabda Nabi -'alaihissallam- :

*_"Bunuhlah dua binatang hitam dalam sholat yaitu ular dan kalajengking."_*

Dan tidak samar/diragukan  bahwasannya hadits itu menunjukkan akan bolehnya membunuh ular jinniyyah (berwarna putih berjalan melata dan selainnya berwarna hitam berjalan berkelok - kelok) dan selainnya.

Dikatakan : tidak halal membunuh ular jinniyyah seperti pada yang lainnya, kecuali ketika dikatakan : kecuali ketika berlalu dijalanan tempat lewatnya kaum muslimin, maka jikalau tidak mau pergi pada saat itu boleh dibunuh,...
[Lihat Kitab Majma' Al Anhar Fi Syarhi Multaqa Al Abhar : juz 1 hal 126 / Kitabu Ash Shalati / Fashlun : Ma Yukrahu Fi Ash Shalati / Karya Imam 'Abdurrahman Syaikhi Zaadah Al Hanafiy / Dar Ihya' At Turats Al 'Arabiy - Tnp. Tahun].


*❸ꦿ᭄ꦿ🌾• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ ΜαℓιΚ Βιƞ Δƞαៜ | Sebagian Ulama Berpendapat Bahwa Aturan Ini Hanya Berlaku Khusus Di Madinah Dan Sebagian Yang Lain Berpendapat Berlaku Umum Untuk Semua Ular 🐍 Yang Masuk Rumah, Baik Di Madinah Maupun Di Luar Madinah.*

Sebagian ulama mengatakan bahwa aturan ini hanya berlaku di Madinah. Sementara ulama yang lain mengatakan bahwa ini berlaku umum untuk semua ular yang masuk rumah, baik di Madinah maupun di luar Madinah.


*💾✍️• Imam Ibnul Arabiy Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitab tafsirnya " Ahkamu Al Qur'an " mengatakan :*

وَقَدْ ذَهَبَ قَوْمٌ إلَى أَنَّ ذَلِكَ مَخْصُوصٌ بِالْمَدِينَةِ، لِقَوْلِهِ فِي الصَّحِيحِ: إنَّ بِالْمَدِينَةِ جِنًّا أَسْلَمُوا. وَهَذَا لَفْظٌ مُخْتَصٌّ بِهَا، فَتَخْتَصُّ بِحُكْمِهَا.

قُلْنَا: هَذَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّ غَيْرَهَا مِنْ الْبُيُوتِ مِثْلُهَا؛ لِأَنَّهُ لَمْ يُعَلِّلْ بِحُرْمَةِ الْمَدِينَةِ، فَيَكُونُ ذَلِكَ الْحُكْمُ مَخْصُوصًا بِهَا، وَإِنَّمَا عَلَّلَ بِالْإِسْلَامِ، وَذَلِكَ عَامٌّ فِي غَيْرِهَا،
[انظر كتاب أحكام القرآن : ج ٤ ص ٣١٨ / سورة الجن فيها آيتان / الآية الأولى قوله تعالى: {قل أوحي إلي أنه استمع نفر من الجن / مسألة زاد الجن / للإمام القاضي محمد بن عبد الله أبو بكر بن العربي المعافري الاشبيلي المالكي (المتوفى: ٥٤٣ هـ) /  الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت - لبنان الطبعة: الثالثة، ١٤٢٤ هـ = ٢٠٠٣ مـ].

Sebagian ulama berpendapat bahwa aturan ini hanya berlaku khusus di Madinah, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam shahih Muslim, “Sesungguhnya di Madinah ada jin yang sudah masuk islam.” lafadz ini menunjukkan khusus di Madinah, sehingga hukumnya hanya berlaku untuk Madinah.

Menurut kami, hadits ini justru menunjukkan bahwa rumah-rumah yang lain juga memiliki hukum yang sama. Karena Nabi –ﷺ💞– tidak mengaitkan dengan kemuliaan Madinah, sehingga hukumnya hanya berlaku di Madinah, namun Nabi –ﷺ💞– memberikan alasan dengan Islamnya jin itu, dan itu mencakup umum seluruh rumah.
[Lihat Kitab Ahkam al-Quran : juz 4 hal 318 / Suratu Al Jinni Fiha Ayatani / Al Ayatu Al Ula Qauluhu Ta'ala : Katakanlah (Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin ... / Mas'alatun : Zada Al Jinnu / Karya Imam Ibnu 'Arabiy Al Malikiy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut Lebanon, Cet. Ketiga, Th. 1424 H = 2003 M].


*📓✍️• جاء في الموسوعة الفقهية الكويتية صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت:*

وَصَرَّحَ الدَّرْدِيرُ الْمَالِكِيُّ بِأَنَّ الصَّلاَةَ لاَ تَبْطُل بِانْحِطَاطِهِ لأَِخْذِ حَجَرٍ يَرْمِيهَا بِهِ أَوْ لِقَتْلِهَا، لَكِنْ نَقَل الدُّسُوقِيُّ عَنِ الْحَطَّابِ أَنَّ الاِنْحِطَاطَ مِنْ قِيَامٍ لأَِخْذِ حَجَرٍ أَوْ قَوْسٍ مِنَ الْفِعْل الْكَثِيرِ الْمُبْطِل لِلصَّلاَةِ مُطْلَقًا، سَوَاءٌ كَانَ لِقَتْل عَقْرَبٍ لَمْ تَرُدَّهُ أَوْ لِطَائِرٍ أَوْ صَيْدٍ.وَنَصُّوا عَلَى كَرَاهَةِ قَتْل غَيْرِ الْعَقْرَبِ وَالثُّعْبَانِ مِنْ طَيْرٍ أَوْ دُودَةٍ أَوْ نَحْلَةٍ مُطْلَقًا أَقْبَلَتْ عَلَيْهِ أَمْ لاَ.
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : ج ٣٢ ص ٢٢١ /  حرف الفاء / فواسق /  ما يتعلق بالفواسق من أحكام: / قتل الحية والعقرب في الصلاة / صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت عدد الأجزاء: ٤٥ جزءا ، الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ). الأجزاء : ٢٤ - ٣٨،  الطبعة الأولى، مطابع دار الصفوة - مصر  - بدون السنة].

*🌴✒️• Telah ada dalam Al ‘Mausu’ah Al  Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah Keluaran Kementerian Urusan Wakaf Dan Islam Negara Kuwait :*

✒️• Imam Ad Dardir Al Malikiy menjelaskan : sesungguhnya shalat tidak batal dengan cara merendahkan diri mengambil batu untuk melempari dengan batu tersebut atau membunuhnya,  akan tetapi Imam Ad Dasuqiy (Al Malikiy) menukil dari Imam Al Hathab (Al Malikiy) bahwasannya merendahkan diri termasuk berdiri untuk mengambil batu atau anak panah adalah gerakkan/amaliyyah yang banyak yang bisa membatalkan shalat secara mutlak, baik adanya untuk membunuh kalajengking 🦂 yang tidak sampai mengulanginya atau untuk membunuh burung 🐦 atau hewan  buruan. Dan mereka menetapkan pada  kemakruhan membunuh selain kalajengking 🦂 dan ular 🐍 besar, dari jenis burung, ulat bulu, dan lebah secara mutlak, berhadapan dengannya ataupun tidak.
[Lihat Kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah : juz 32 hal 221 / Harfu Al Fa'i / Fawadiqun / Ma Yata'allaqu Bi Al Fawasiqi min Ahkamin / Qatlu Al Hayyati Wa Al 'Aqrabiy / Keluaran Kementrian Urusan Wakaf dan Islam Negara Kuwait / Jumlah : 45 Juz. Cetakan Mulai : 1404 - 1427 H, Juz : 24 - 38, Cet. Pertama, Oleh Dar Ash Shafwah - Mesir - Tnp. Tahun].


*💾👌• Imam Ibnu Abdil Barr Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " At Tamhid Lima Fi Al Muwatho' Min Al Ma'aniy Wa Al Asanidi " mengatakan :*

أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى جَوَازِ قَتْلِ حَيَّاتِ الصَّحَارِي ، صِغَارًا كُنَّ أَوْ كِبَارًا، أَيَّ نَوْعٍ كَانَ الْحَيَّاتُ.  انتهى
[انظر كتاب التمهيد لما في الموطأ من المعاني والأسانيد : ج ١٦ ص ٢٨ /  باب النون / نافع بن جرجس / الحديث الثامن والستون / للإمام أبو عمر يوسف بن عبد الله بن محمد بن عبد البر بن عاصم النمري القرطبي (المتوفى: ٤٦٣ هـ) /  الناشر: وزارة عموم الأوقاف والشؤون الإسلامية - المغرب عام النشر: ١٣٨٧ هـ].

Para ulama berkonsensus (berijma’) tentang bolehnya membunuh ular 🐍 padang pasir, baik yang kecil ataupun yang besar dalam semua jenis ular.
[Lihat Kitab At Tamhîd Lima Fi Al Muwatho' Min Al Ma'aniy Wa Al Asanidi : juz 16 hal 28 / Babu An Nuni / Nafi' Bin Jirjis / Al Haditsu Ats Tsaminu Wa As Situn / Karya Imam  Ibnu Abdil Barr Al Malikiy / Wuzaratu 'Umumi Al Auqafi Wa Asy Syu'uni Al Islamiyyah - Al Maghrab, Th. 1387 H].


*📒✒️• Selanjutnya Imam Ibnu Abdil Barr Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala masih dalam kitabnya " At Tamhid Lima Fi Al Muwatho' Min Al Ma'aniy Wa Al Asanidi " mengatakan :*

الْأَوْلَى أَنْ تُنْذَرَ عَوَامِرُ الْبُيُوتِ كُلِّهَا كَمَا قَالَ مَالِكٌ . وَالْإِنْذَارُ أَنْ يَقُولَ الَّذِي يَرَى الْحَيَّةَ فِي بَيْتِهِ: أُحَرِّجُ عَلَيْكِ أَيَّتُهَا الْحَيَّةُ أن تظهر لَنَا أَوْ تُؤْذِينَا " انتهى
[انظر كتاب التمهيد لما في الموطأ من المعاني والأسانيد : ج ١٢ ص ٢٦٣ /  باب الصاد / صيفي بن زياد /  حديث واحد / للإمام أبو عمر يوسف بن عبد الله بن محمد بن عبد البر بن عاصم النمري القرطبي (المتوفى: ٤٦٣ هـ) /  الناشر: وزارة عموم الأوقاف والشؤون الإسلامية - المغرب عام النشر: ١٣٨٧ هـ].

Yang lebih utama adalah apabila memberikan peringatan terlebih dahulu ular-ular yang ada di rumah-rumah semuanya seperti ungkapan
Imam Mâlik rahimahullAhu ta'ala.  

Dan bentuk  peringatan tersebut adalah, apabila seseorang yang melihat ular berada didalam rumahnya maka agar ia mengucapkan :

*_wahai ular aku akan mengeluarkanmu ketika kamu jelas terlihat olehku, akan menyakitiku_*
[Lihat Kitab At Tamhîd Lima Fi Al Muwatho' Min Al Ma'aniy Wa Al Asanidi : juz 16 hal 263 / Babu Ash Shadi / Shaifiy Bin Ziyad / Haditsun Wahidun / Karya Imam  Ibnu Abdil Barr Al Malikiy / Wuzaratu 'Umumi Al Auqafi Wa Asy Syu'uni Al Islamiyyah - Al Maghrab, Th. 1387 H].


*💾🌴• Imam Al-Qarâfiy Al Malikiy  rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Adz Dzakhirah " berkata :*

وَكَرِهَ قَتْلَ الْعَقْرَبِ وَالْحَيَّةِ وَالطَّيْرِ يَرْمِيهِ وَرُوِيَ عَنْهُ عَدَمُ كَرَاهَةِ قَتْلِ الْعَقْرَبِ وَفِي أَبِي دَاوُدَ أَمَرَنَا عَلَيْهِ السَّلَامُ بِقَتْلِ الْأَسْوَدَيْنِ فِي الصَّلَاةِ الْحَيَّةُ وَالْعَقْرَبُ
[انظر كتاب الذخيرة : ج ٢ ص ١٥١ / كتاب الصلاة / الباب الثالث في شروط الصلاة / فصل في الرعاف / للإمام أبو العباس شهاب الدين أحمد بن إدريس بن عبد الرحمن المالكي الشهير بالقرافي (المتوفى: ٦٨٤هـ) / الناشر: دار الغرب الإسلامي- بيروت الطبعة: الأولى، ١٩٩٤ مـ].

Dan dimakruhkan membunuh kalajengking 🦂, ular 🐍, dan burung 🐦, dengan memanahnya, dan diriwayatkan darinya : tidak adanya kemakruhan membunuh kalajengking 🦂, dan dalam Sunan Abi Dawud diriwayatkan : Rasulullah –ﷺ💞– memerintahkan kepada kami untuk membunuh 2 hewan hitam dalam shalat yakni ular 🐍 dan kalajengking 🦂.
[Lihat Kitab Adz-Dzakhirâh : juz 2  hal 151 / Kitabu Ash Shalati / Al Babu Ats Tsalitsu Fi Syuruthi Ash Shalati / Fashlun : Fi Ar Ru'afi / Karya Imam Al Qarafiy Al Malikiy / Dar Al 'Gharbi Al Islamiy - Beirut, Cet. Pertama, Th. 1994 M].


*🌴✍️• Dalam kesempatan lain Imam Al-Qarâfiy Al Malikiy  rahimahullAhu ta'ala masih dalam kitabnya yang sama " Adz Dzakhirah " berkata :*

وَفِي الْمُقَدِّمَاتِ لَا يجوز قتل الْحَيَّات بِالْمَدِينَةِ إِلَّا بعد الاستيذان ثَلَاثًا إِلَّا ذَا الطُّفْيَتَيْنِ وَالْأَبْتَرَ وَيُسْتَحَبُّ أَنْ لَا تُقْتَلَ حَيَّاتُ الْبُيُوتِ فِي غَيْرِ الْمَدِينَةِ إِلَّا بعد الاستيذان ثَلَاثًا مِنْ غَيْرِ إِيجَابٍ لِاحْتِمَالِ اللَّامِ لِلْعَهْدِ بِخِلَافِ حَيَّاتِ الْمَدِينَةِ وَأَمَّا حَيَّاتُ الصَّحَارِي وَالْأَوْدِيَةِ فَتُقْتَلُ مِنْ غَيْرِ خِلَافٍ بِغَيْرِ اسْتِئْذَانٍ لِبَقَائِهَا على الْأَمر بقتلها
[انظر كتاب الذخيرة : ج ١٣ ص ٢٨٨ / كتاب الجامع / الجنس الأول العقيدة / فرع / النوع الحادي عشر قتل الدواب المؤذية / للإمام أبو العباس شهاب الدين أحمد بن إدريس بن عبد الرحمن المالكي الشهير بالقرافي (المتوفى: ٦٨٤هـ) / الناشر: دار الغرب الإسلامي- بيروت الطبعة: الأولى، ١٩٩٤ مـ].

Didalam Al Muqaddimah : Dilarang membunuh ular - ular 🐍 dikota  Madinah kecuali setelah diperingatkan selama 3 hari (dikatakan : 3x) kecuali ular 🐍 Dza thufyataini | ذَا الطُّفْيَتَيْنِ (ular yang mempunyai garis - garis putih dipunggungnya) dan ular 🐍 Abtar | أَلْأَبْتَرُ (sejenis ular Azraq | أَزْرَقُ yang pendek ekornya atau sama sekali tidak berekor), dan Sunnah agar tidak membunuh ular - ular 🐍 yang masuk didalam rumah - rumah diselain kota Madinah kecuali setelah diperingatkan selama 3 hari, dari tanpa diindahkan, berbeda dengan ular - ular 🐍 kota Madinah,

Adapun ular-ular padang pasir atau wadi (lembah) maka dibunuh tanpa ada perselisihan Ulama dengan tanpa peringatan dahulu, karena tetap berada pada perintah membunuhnya.
[Lihat Kitab Adz-Dzakhirâh : juz 13 hal 288 / Kitabu Al Jami'i / Al Jinsu Al Awwalu Al 'Aqidatu / Far'un / An Nau'u Al Hadiy 'Asyara Qatlu Ad Dawaab Al Mu'dziyyati / Karya Imam Al Qarafiy Al Malikiy / Dar Al 'Gharbi Al Islamiy - Beirut, Cet. Pertama, Th. 1994 M].


*📓🌴• Sedangkan Ibnu Abi Zaid al-Qairwani Al Malikiy  rahimahullah ta'ala dalam kitabnya Ar Risalah " berkata :*

وجاء فيما ظهر من الحيات بالمدينة أن تؤذن ثلاثا وإن فعل ذلك في غيرها فهو حسن ولا تؤذن في الصحراء ويقتل ما ظهر منها
[انظر الرسالة : ص ١٦٨ /  باب في الرؤيا والتثاوب والعطاس واللعب بالنرد وغيرها والسبق بالخيل والرمي وغير ذلك / للإمام أبو محمد عبد الله بن (أبي زيد) عبد الرحمن النفزي، القيرواني، المالكي (المتوفى: ٣٨٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بدون السنة].

Dan tersebut didalam perkara yang sudah jelas, dari ular - ular 🐍 dikota Madinah, agar memperingatkan 3 hari (dikatakan : 3x sebelum membunuhnya), dan apabila semua itu dilakukan diluar kota Madinah, maka itu bagus.

Dan tidak diperingatkan dulu di padang pasir dan dibunuh semua yang Nampak.
[Lihat Kitab Ar Risâlah, Ibni Abi Zaid al-Qairwaniy : hal 168 / Babu Fi Ar Ru'ya Wa At Tatsaubi Wa Al 'uthasi Wa Al Lu'abi Bi An Nardi Wa Ghairiha Wa As Sibaqi Bi Al Khaili Wa Ar Ramyi Wa Ghairi Dzalika / Karya Imam Ibn Abi Zayd al-Qayrawani Al Malikiy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


*🍒✍️• Imam Hathab Ar Ru'ainiy Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya  " Mawahibu Al Jalil Syarhu Mukhtasar Khalil " mengatakan :*

وَأَمَّا مَا سِوَى الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ مِنْ طَيْرٍ أَوْ صَيْدٍ أَوْ ذَرَّةٍ أَوْ حِدَأَةٍ أَوْ نَحْلَةٍ أَوْ بَعُوضَةٍ فَلَا خِلَافَ أَنَّ قَتْلَ شَيْءٍ مِنْهَا فِي الصَّلَاةِ مَكْرُوهٌ وَلَا يَنْبَغِي فَإِنْ فَعَلَ لَمْ تَبْطُلْ الصَّلَاةُ إلَّا بِمَا فِيهِ شَغْلٌ كَثِيرٌ،
[انظر كتاب مواهب الجليل في شرح مختصر خليل : ج ٢ ص ٣٢ / كتاب الصلاة / فصل السهو عن بعض الصلاة / فائدة أبكم أشار في صلاته / للإمام شمس الدين أبو عبد الله محمد بن محمد بن عبد الرحمن الطرابلسي المغربي، المعروف بالحطاب الرُّعيني المالكي (المتوفى: ٩٥٤ هـ) / الناشر: دار الفكر الطبعة: الثالثة، ١٤١٢ هـ = ١٩٩٢ مـ].

Dan adapun selain ular  🐉 dan kalajengking 🦂 dari jenis burung 🦜, atau binatang buruan 🦌, atau semut kecil 🐜, atau burung rajawali 🦅, atau lebah 🐝, atau nyamuk 🦟, maka tidak ada perselisihan bahwasannya membunuh sesuatu dari hewan - hewan yang disebutkan dalam shalat hukumnya makruh dan tidak patut, kemudian jika melakukannya tidak batal shalatnya, kecuali dengan perkara menyibukkan yang banyak ...
[Lihat Kitab Mawahibu  Al Jalil Fi Syarhi Mukhtashar Khalil : juz  2 hal 32 / Kitabu Ash Shalati / Fashlun : As Sahwu 'An Ba'dhi Ash Shalati / Faidatun : Abkama Asyara Fi Shalatihi / Karya Imam  Al Hathab Ar Ru'ainiy Al Malikiy / Dar Al Fikri , Cet. Ketiga , Th. 1412 H = 1992 M].


*❹࿐🥀• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ Δհʍαδ Βιƞ Ηαƞβαℓ | Diperbolehkan Membunuh Ular 🐉Dan Kalajengking 🦂  Tanpa Ada Perbedaan Pendapat.*

*💾✒️• Imam Ibnu Rajab Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Fathu Al Bariy Syarhu Shahih Al Bukhariy " mengatakan :*

وأخَذ أكثرُ العلماء بهذا الحديث، ورخَّصوا في قتْل الحيَّة والعقرب في الصَّلاة، منهم: ابن عمر، والحسن، وهو قول أبي حنيفة، والشافعيِّ، وأحمدَ، وإسحاق، وغيرهم.
[انظر كتاب فتح الباري شرح صحيح البخاري : ج ٩ ص ٣٣٣ /  كتاب العمل في الصلاة / (١٠) - باب ما يجوز من العمل في الصلاة / للإمام زين الدين عبد الرحمن بن أحمد بن رجب بن الحسن، السَلامي، البغدادي، ثم الدمشقي، الحنبلي (المتوفى: ٧٩٥ هـ) / الناشر: مكتبة الغرباء الأثرية - المدينة النبوية. الحقوق: مكتب تحقيق دار الحرمين - القاهرة الطبعة: الأولى، ١٤١٧ هـ = ١٩٩٦ مـ].

Kebanyakkan (mayoritas) Ulama' mengambil dalil dengan hadits ini, dan mereka memberikan rukhshah (keringanan) pada pembunuhan ular 🐍 dan kalajengking 🦂, diantara mereka adalah : Sayyidina Ibnu 'umar radhiyyAllahu 'anhuma dan Imam Al Hasan, dan itu merupakan pendapat Imam Abu Hanifah, Asy Syafi'iy, Ahmad, Ishaq, dan yang lain - lainnya.
[Lihat Kitab Fathu Al Bariy Syarhu Shahih Al Bukhariy : juz 9 hal 333 / Kitabu Al 'Amali Fi Ash Shalati / (10) - Babu Ma Yajuzu Min Al 'Amali Fi Ash Shalati / Karya Imam Ibnu Rajab Ad Dimsyaqiy Al Hanbaliy / Maktabah : Al Ghuraba' Al Atsariyyah - Al Madinah An Nabawiyyah. Al Huquq  Maktabu Tahqiqi Dar Al Haramain - Kairo, Cet. Pertama, Th. 1417 H = 1996 M].


*📓🌴• Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Mughniy " mengatakan :*

وَأَمَرَ النَّبِيُّ –ﷺ💞– بِقَتْلِ الْأَسْوَدَيْنِ فِي الصَّلَاةِ. فَإِذَا رَأَى الْعَقْرَبَ خَطَا إلَيْهَا، وَأَخَذَ النَّعْلَ، وَقَتَلَهَا، وَرَدَّ النَّعْلَ إلَى مَوْضِعِهَا؛ لِأَنَّ ابْنَ عُمَرَ نَظَرَ إلَى رِيشَةٍ فَحَسِبَهَا عَقْرَبًا، فَضَرَبَهَا بِنَعْلِهِ، وَحَدِيثُ النَّبِيِّ –ﷺ💞– أَنَّهُ الْتَحَفَ بِإِزَارِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ. انتهى.
[انظر كتاب المغني : ج ٢ ص ١٨٢ / كتاب الصلاة / باب الإمامة وصلاة الجماعة / فصل العمل اليسير في الصلاة / للإمام موفق الدين عبد الله بن أحمد بن محمد بن قدامة الجماعيلي المقدسي ثم الدمشقي الحنبلي، الشهير بابن قدامة المقدسي (المتوفى: ٦٢٠ هـ) / الناشر: مكتبة القاهرة الطبعة: بدون السنة].

Dan Nabi –ﷺ💞– memerintahkan membunuh 2 hewan hitam (ular 🐍 dan kalajengking 🦂) didalam shalat.

Maka ketika ia melihat kalajengking dia berjalan dan mengambil sandal membunuhnya. Kemudian mengembalikan sandal dan kembali ke tempatnya.”

Karena Ibnu 'Umar radhiyyAllahu 'anhuma pernah melihat semacam bulu, dan beliau memprediksikan itu adalah kalajengking 🦂, maka beliaupun memukulnya dengan sandal beliau. Dan hadits Nabi –ﷺ💞– : (Dari Wa'il bin Hujrin)  bahwasannya beliau pernah menyelimuti dengan selendangnya dan beliau masih dalam keadaan shalat.
Selesai
[Lihat Kitab Al Mughniy : juz 2 hal 182 / Kitabu Ash Shalati / Babu Al Imamati Wa Shalati Al Jama'ati / Fashlun : Al 'Amalu Al Yasiru Fi Ash Shalati / Karya Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy Al Hanbaliy / Maktabah Al Qahirah - Tnp. Tahun].


*🌴✒️• Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Kasyafu Al Qina' 'Ala Matni Al Iqna' " berkata :*

(وَلَهُ) أَيْ الْمُصَلِّي (قَتْلُ حَيَّةٍ وَعَقْرَبٍ) لِحَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ💞– «أَمَرَ بِقَتْلِ الْأَسْوَدَيْنِ فِي الصَّلَاةِ: الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ» رَوَاهُ الْخَمْسَةُ وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ

(وَ) لَهُ قَتْلُ (قَمْلَةٍ) لِأَنَّ عُمَرَ وَأَنَسًا وَالْحَسَنَ الْبَصْرِيَّ كَانُوا يَفْعَلُونَهُ وَلِأَنَّ فِي تَرْكِهَا أَذَى لَهُ إنْ تَرَكَهَا.
[انظر كتاب كشاف القناع عن متن الإقناع : ج ١ ص ٣٧٦ /  كتاب الصلاة / باب صفة الصلاة / فصل ما يكره وما يباح وما يستحب في الصلاة / للإمام منصور بن يونس بن صلاح الدين ابن حسن بن إدريس البهوتى الحنبلى (المتوفى: ١٠٥١ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بدون السنة].

Dan boleh bagi Mushalli (orang yang shalat) membunuh ular 🐍 dan kalajengking 🦂, berdasarkan hadits Abu Hurairah :

*_"Bahwasannya Nabi –ﷺ💞– memerintahkan 2 hewan hitam yaitu ular 🐍, dan kalajengking 🦂."_*[HR. Khamsah Dan Dishahihkan Oleh Tirmidziy].

Dan boleh baginya membunuh kutu, karena sesungguhnya Sayyidina 'Umar, Anas, Imam Al Hasan Al Bashriy, radhiyyAllahu 'anhum mereka melakukannya, dan karena sesungguhnya dalam meninggalkannya adalah kesakitan baginya, apabila meninggalkan tidak membunuhnya.
[Lihat Kitab Kasyafu Al Qina' 'An Matni Al Iqna' : juz 1 hal 376 / Kitabu Ash Shalati / Babu Shifati Ash Shalati / Fashlun : Ma Yukrahu Wa Ma Yubahu Wa Ma Yustahabbu Fi Ash Shalati / Karya Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Tnp. Tahun].


*📓✍️• Imam 'Alauddin Al Murdawiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Inshaf Fi Ma'rifati Ar Rajih Min Al Khilafi " mengatakan :*

وَلَهُ قَتْلُ الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ وَالْقَمْلَةِ) بِلَا خِلَافٍ أَعْلَمُهُ بِشَرْطِهِ، وَلَهُ قَتْلُ الْقَمْلَةِ مِنْ غَيْرِ كَرَاهَةٍ، عَلَى الصَّحِيحِ مِنْ الْمَذْهَبِ، وَعَنْهُ يُكْرَهُ، وَعِنْدَ الْقَاضِي بِالتَّغَافُلِ عَنْهَا أَوْلَى، وَعَنْهُ يَصُرُّهَا فِي ثَوْبِهِ , وَقَالَ الْقَاضِي: إنْ رَمَى بِهَا جَازَ.
[انظر كتاب الإنصاف في معرفة الراجح من الخلاف : ج ٢ ص ٩٦ /  كتاب الصلاة / باب صفة الصلاة / للإمام  علاء الدين أبو الحسن علي بن سليمان المرداوي الدمشقي الصالحي الحنبلي (المتوفى: ٨٨٥ هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي الطبعة: الثانية - بدون السنة].

Dan boleh bagi Mushalli (orang yang shalat) membunuh ular 🐍, kalajengking 🦂, dan kutu, tanpa ada perbedaan pendapat yang saya sudah mengetahuinya  dengan persyaratannya, dan boleh baginya membunuh kutu tanpa makruh menurut pendapat yang benar dari Al Madzhab (Hanabillah), dan diceritakan darinya dimakruhkan, dan menurut Al Qadhiy : cukup dengan mengagetkannya lebih  utama, dan diceritakannya : dan membungkus didalam bajunya. Dan Al Qadhi berkata : apabila menghempaskannya, maka diperbolehkan.
[Lihat Kitab Al Inshaf Fi Ma'rifati Ar Rajih Min Al Khilafi : juz 2 hal 96 / Kitabu Ash Shalati / Babu Shifati Ash Shalati / Karya Imam 'Alauddin Al Murdawiy Al Hanbaliy / Dar Ihya'i At Turats Al 'Arabiy , Cet. Kedua , Tnp. Tahun].


*🌴✒️• Syaikh Ibnu Qasim Al 'Ashimiy An Najdiy Al Hanbaliy hafidzhullahu ta'ala dalam kitabnya " Hasyiyyah Ar Raudh Al Murbi' " berkata :*

وقال الخطابي: رخص أهل العلم في قتل الأسودين في الصلاة إلا النخعي، والسنة أولى ما اتبع،

وفي الإنصاف: له قتل الحية والعقرب بلا خلاف أعلمه،

وحكى في كتاب رحمة الأمة الإجماع عليه، وفي معنى الحية كل مضر مباح قتله،
[انظر كتاب حاشية الروض المربع : ج ٢ ص ١٠٧ / كتاب الصلاة / باب صفة الصلاة / ما يجوز قتله وهو يصلي / للإمام  عبد الرحمن بن محمد بن قاسم العاصمي الحنبلي النجدي (المتوفى: ١٣٩٢ هـ) / الناشر: (بدون ناشر) الطبعة: الأولى - ١٣٩٧ هـ].

Imam Khottobiy (Asy Syafi'iy) mengatakan :

“Ahli ilmu memberi keringanan dalam membunuh dua binatang hitam (ular dan kalajengking) dalam shalat kecuali Nakho’i. sunah lebih utama diikuti.

Dalam kitab Inshof, “Dia diperbolehkan membunuh ular dan kalajengking tanpa ada perbedaan yang saya ketahui.

Diceritakan dalam kitab ‘Rahmatul Ummah : “Ada ijma’ (konsesus/kesepakatan) atasnya. Yang semakna dengan ular adalah semua yang membahayakan diperbolehkan dibunuh.” Selesai  
[Lihat Kitab Hasyiyyah Ar Raudh Al Murbi' : juz 2 hal 107 / Kitabu Ash Shalati / Babu Shifati Ash Shalati / Ma Yajuzu Qatluhu Wa Huwa Yushalliy / Karya  Syaikh Ibnu Qasim Al 'Ashimiy An Najdiy Al Hanbaliy / Tanpa Penerbit, Cet. Pertama, Th. 1397 H].


*📚✍️• Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Kasyafu Al Qina' 'Ala Matni Al Iqna' " berkata :*

(وَلَا أَثَرَ لِعَمَلِ غَيْرِهِ) أَيْ الْمُصَلِّي (كَمَنْ مَصّ وَلَدُهَا) أَوْ وَلَدُ غَيْرِهَا (ثَدْيَهَا) وَهِيَ تُصَلِّي (فَنَزَلَ لَبَنُهَا) وَلَوْ كَانَ كَثِيرًا فَلَا تَبْطُلُ صَلَاتُهَا، لِعَدَمِ الْمُنَافِي.
[انظر كتاب كشاف القناع عن متن الإقناع : ج ١ ص ٣٧٦ /  كتاب الصلاة / باب صفة الصلاة / فصل ما يكره وما يباح وما يستحب في الصلاة / للإمام منصور بن يونس بن صلاح الدين ابن حسن بن إدريس البهوتى الحنبلى (المتوفى: ١٠٥١ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بدون السنة].

Dan tidak berpengaruh karena pekerjaan orang lain selain orang yang shalat, seperti seorang wanita yang menyusui anaknya atau menyusui bukan anaknya yang menyedot pada payudaranya, dan ia sedang shalat, kemudian menetes keluar air asinya walaupun banyak, maka tidak batal shalatnya, karena tidak  adanya yang perlu  dinafikan.
[Lihat Kitab Kasyafu Al Qina' 'An Matni Al Iqna' : juz 1 hal 376 / Kitabu Ash Shalati / Babu Shifati Ash Shalati / Fashlun : Ma Yukrahu Wa Ma Yubahu Wa Ma Yustahabbu Fi Ash Shalati / Karya Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Tnp. Tahun].


*❺༻🍒• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ Dαwυδ Δδz Dzɸհιʀιψ | Orang Yang Bergerak Sedikit Atau Banyak Dengan Sengaja Didalam Shalat Dari Hal Yang Tidak Diperbolehkan Didalamnya Maka  Batal Shalatnya.*

*🌴✒️• Imam Ibnu Hazm Adz Dzohiriy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Muhalla " mengatakan :*

مَسْأَلَةٌ: وَمَا عَمِلَهُ الْمَرْءُ فِي صَلَاتِهِ مِمَّا أُبِيحَ لَهُ مِنْ الدِّفَاعِ عَنْهُ وَغَيْرِ ذَلِكَ فَهُوَ جَائِزٌ، وَلَا تَبْطُلُ صَلَاتُهُ بِذَلِكَ، وَكَذَلِكَ الْمُحَارَبَةُ لِلظَّالِمِ، وَإِطْفَاءُ النَّارِ الْعَادِيَةِ، وَإِنْقَاذُ الْمُسْلِمِ، وَفَتْحُ الْبَابِ؛ قَلَّ ذَلِكَ الْعَمَلُ أَمْ كَثُرَ؟ .

وَكُلُّ مَا تَعَمَّدَ الْمَرْءُ عَمَلَهُ فِي صَلَاتِهِ مِمَّا لَمْ يُبَحْ لَهُ عَمَلُهُ فِيهَا بَطَلَتْ صَلَاتُهُ بِذَلِكَ قَلَّ ذَلِكَ الْعَمَلُ أَمْ كَثُرَ؟
[انظر كتاب المحلّى بالآثار : ج ٢ ص ١١٩ /  كتاب الصلاة / مَسْأَلَةٌ: وَمَا عَمِلَهُ الْمَرْءُ فِي صَلَاتِهِ مِمَّا أُبِيحَ لَهُ مِنْ الدِّفَاعِ عَنْهُ / للإمام أبو محمد علي بن أحمد بن سعيد بن حزم الأندلسي القرطبي الظاهري (المتوفى: ٤٥٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بيروت - بدون السنة].

Masalah : dan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang didalam shalat dari hal yang diperbolehkan baginya  dari semacam perlindungan, pertahanan (mafhumnya bisa dari hewan yang membahayakan, dll), dari gangguannya, dan selain semua itu, maka  diperbolehkan, dan tidak batal shalatnya sebab semua itu, dan seperti hal tersebut adalah melawan orang yang berbuat dzalim, memadamkan kobaran api 🔥 yang datang tiba - tiba, menyelamatkan sesama muslim, membukakan pintu, baik semua aktifitas itu sedikit atau banyak.

Dan semua hal yang  dengan sengaja oleh seseorang dilakukannya dalam shalat dari hal yang tidak diperbolehkan baginya untuk melakukannya didalamnya, maka batal shalatnya sebab semua itu baik sedikit aktifitasnya tersebut  atau banyak.
[Lihat Kitab Al Muhalla Bi Al Atsari : juz 2 hal 119 / Kitabu Ash Shalati / Mas'alatun : Ma 'Amilahu Al Mar'u Fi Ash Shalati Mimma Ubiha Lahu Min Ad Difaa'i 'Anhu / Karya Imam Ibnu Hazm Adz Dzohiriy / Dar Al Fikri - Beirut - Tnp. Tahun].


*C]• ꧁࿐𝑴𝒆𝒎𝒂𝒌𝒂𝒊 𝑷𝒂𝒌𝒂𝒊𝒂𝒏  𝑩𝒆𝒓𝒈𝒂𝒎𝒃𝒂𝒓 𝑫𝒂𝒍𝒂𝒎 𝑺𝒉𝒂𝒍𝒂𝒕*

Sebelum membahas yang lebih lanjut tentang hukum dan perbedaan pendapat para ulama' madzhab  dalam hal ini, terlebih dahulu membahas hadits tentang hukum gambar dilembar pakaian atau yang lain  beserta bahanya jika mengenakan atau menggunakannya dalam rumah, ruangan, mushalla, masjid, untuk shalat, dll.

*1️⃣📚• Hadits Riwayat Imam Bukhariy Dari Sayyidina Abu Thalhah RadhiyyAllahu 'Anhu.*

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا هِشَامٌ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ ح حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي أَخِي عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي عَتِيقٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو طَلْحَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ صَاحِبُ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– وَكَانَ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– أَنَّهُ قَالَ :

*_«لَا تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ يُرِيدُ التَّمَاثِيلَ الَّتِي فِيهَا الْأَرْوَاحُ»_*
[رواه البخاري / (٦٤) - كتاب المغازي / باب / رقم الحديث : ٤٠٠٢].

Telah menceritakan kepada kami : Ibrahim bin Musa. Telah mengabarkan kepada kami : Hisyam. Dari Ma'mar. Dari Az Zuhri. -(dan diriwayatkan dari jalur lain)-, Telah menceritakan kepada kami : Isma'il, dia berkata : Telah  menceritakan kepadaku : Saudaraku.  Dari Sulaiman. Dari Muhammad bin 'Atiq.  Dari Ibnu Syihab. Dari 'Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud, bahwa Ibnu Abbas radliyyAllahu 'anhuma berkata : Telah mengabarkan kepadaku : Abu Thalhah, radliyyAllahu 'anhu -(seorang sahabat –ﷺ💞–, dan seseorang yang pernah ikut serta dalam perang Badr bersama Rasulullah –ﷺ💞–)-, bahwa beliau bersabda:

*_"Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar." Maksudnya adalah gambar yang bernyawa."_*
[HR. Bukhariy / (64) - Kitabu Al Maghaziy / Bab / No. Hadits : 4002].


*2️⃣📚• Hadits Senada Riwayat Imam Bukhariy Dari Sayyidatina 'Aisyah radliyyAllahu 'anha.*

 عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا اشْتَرَتْ نُمْرُقَةً فِيهَا تَصَاوِيرُ فَلَمَّا رَآهَا رَسُولُ–ﷺ💞– قَامَ عَلَى الْبَابِ فَلَمْ يَدْخُلْهُ فَعَرَفْتُ فِي وَجْهِهِ الْكَرَاهِيَةَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ وَإِلَى رَسُولِهِ –ﷺ💞– مَاذَا أَذْنَبْتُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– :

*_«مَا بَالُ هَذِهِ النُّمْرُقَةِ قُلْتُ اشْتَرَيْتُهَا لَكَ لِتَقْعُدَ عَلَيْهَا وَتَوَسَّدَهَا؟»_*

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– :  

*_«إِنَّ أَصْحَابَ هَذِهِ الصُّوَرِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُعَذَّبُونَ فَيُقَالُ لَهُمْ أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ»_*

وَقَالَ :

*_«إِنَّ الْبَيْتَ الَّذِي فِيهِ الصُّوَرُ لَا تَدْخُلُهُ الْمَلَائِكَةُ»_*
[رواه البخاري /  (٧٧) - كتاب اللباس / باب من لم يدخل بيتا فيه صورة / رقم الحديث : ٥٩٦١].

Telah menceritakan kepada kami :  'Abdullah bin Yusuf.  Telah mengabarkan kepada kami : Malik.  Dari Nafi'. Dari Al Qasim bin Muhammad. Dari 'Aisyah Ummul Mu'minin radliyyAllahu 'anha, beliau  mengabarkan kepadanya bahwa dia telah membeli bantal yang ada gambarnya. Ketika Rasulullah –ﷺ💞– melihatnya Beliau berdiri di pintu dan tidak masuk ke dalam rumah, Maka aku mengerti betapa dari wajah Beliau nampak ketidak sukaan. Maka aku katakan:

"Wahai Rasulullah, aku bertaubat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya –ﷺ💞–, dosa apa yan telah aku perbuat?"

Maka Rasulullah –ﷺ💞– bersabda :

*_"Mengapa bantal ini ada disini?"_*

Aku berkata; "Aku membelinya untuk anda agar anda dapat duduk dan bersandar di atasnya".

Maka Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:

*_"Sesungguhnya orang yang membuat gambar ini akan disiksa pada hari qiyamat dan akan dikatakan kepada mereka; "hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan"._*

Dan Beliau juga bersabda:

*_"Sesungguhnya rumah yang berisi gambar-gambar tidak akan dimasuki oleh Malaikat"._*
[HR. Bukhariy / (77) - Kitabu Al Libasi / Babu Man Lam Yadkhul Baitan Fihi Shuratun / No. Hadits : 5961].


*3️⃣📚• Hadits Senada Riwayat Imam Muslim Dari Sayyidina Abi Thalhah Al Anshariy RadhiyyAllahu 'Anhu.*

حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ أَبِي الْحُبَابِ مَوْلَى بَنِي النَّجَّارِ عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ عَنْ أَبِي طَلْحَةَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– يَقُولُ :

*_«لَا تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا تَمَاثِيلُ»_*

قَالَ فَأَتَيْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ : إِنَّ هَذَا يُخْبِرُنِي أَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ💞– قَالَ :

*_«لَا تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا تَمَاثِيلُ»_*؟

فَهَلْ سَمِعْتِ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– ذَكَرَ ذَلِكَ ، فَقَالَتْ :

*"لَا وَلَكِنْ سَأُحَدِّثُكُمْ مَا رَأَيْتُهُ فَعَلَ رَأَيْتُهُ خَرَجَ فِي غَزَاتِهِ فَأَخَذْتُ نَمَطًا فَسَتَرْتُهُ عَلَى الْبَابِ فَلَمَّا قَدِمَ فَرَأَى النَّمَطَ عَرَفْتُ الْكَرَاهِيَةَ فِي وَجْهِهِ فَجَذَبَهُ حَتَّى هَتَكَهُ أَوْ قَطَعَهُ وَقَالَ :

*_«إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَأْمُرْنَا أَنْ نَكْسُوَ الْحِجَارَةَ وَالطِّينَ »_*,

قَالَتْ : فَقَطَعْنَا مِنْهُ وِسَادَتَيْنِ وَحَشَوْتُهُمَا لِيفًا فَلَمْ يَعِبْ ذَلِكَ عَلَيَّ.
[رواه مسلم / (٣٧) - كتاب اللباس والزينة / (٢٦) - باب لا تدخل الملائكة بيتا فيه كلب ولا صورة / رقم الحديث : ٢١٠٦ و ٢١٠٧].

Telah menceritakan kepada kami : Ishaq bin Ibrahim; Telah mengabarkan kepada kami : Jarir. Dari Suhail bin Abu Shalih. Dari Sa'id bin Yasar Abu Al Hubab (budak dari Bani An Najjar). Dari Zaid bin Khalid Al Juhaniy. Dari Abu Thalhah Al Anshariy, beliau berkata;

Aku mendengar Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:

*_"Para Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada anjing dan gambar-gambar."_*

Zaid berkata; 'Lalu aku menemui Aisyah dan aku tanyakan kepadanya; 'Abu Thalhah mengabarkan kepadaku bahwa Nabi –ﷺ💞– bersabda:

*_"Para Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada anjing dan gambar-gambar."_*

Apakah anda pernah mendengar Nabi –ﷺ💞– menyebutkan hal itu.

[Aisyah] menjawab; 'Tidak, akan tetapi akan aku ceritakan kepadamu perbuatan beliau yang pernah aku lihat. Aku pernah melihat beliau keluar dalam suatu perjalanan, lalu aku mengambil karpet kemudian aku tutupkan pada pintu. Tatkala Nabi –ﷺ💞– datang dan beliau melihat karpet tersebut, aku mengerti ada tanda kebencian dari wajah beliau, kemudian beliau mencabutnya dan memotongnya seraya bersabda;

*_"Sesungguhnya Allah tidak pernah menyuruh kita untuk menutupi batu dan tanah."_*

Aisyah berkata; Lalu aku memotongnya untuk dijadikan dua bantal dan aku isi dengan pelepah kurma. Beliau tidak mencelaku atas hal itu.
[HR. Muslim / (37) - Kitabu Al Libas Wa Az Zinati / (26) - Babu La Yadkhulu Al Malaikatu Baitan Fihi Kalbun Wa La Shuratun / No. Hadits : 2106 & 2107].


*4️⃣📚• Hadits Senada Riwayat Imam Ahmad, Bukhariy, Dan Abu Dawud Dari Sayyidatina 'Aisyah RadhiyyAllahu 'Anha.*

حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ يَحْيَى عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حِطَّانَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا حَدَّثَتْهُ :

*"أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ يَتْرُكُ فِي بَيْتِهِ شَيْئًا فِيهِ تَصَالِيبُ إِلَّا نَقَضَهُ."*
[رواه أحمد. واللفظ للبخاري / (٧٧) - كتاب اللباس / باب نقض الصور / رقم الحديث : ٥٩٥٢].

Telah menceritakan kepada kami Mu'adz bin Fadlalah. Telah menceritakan kepada kami : Hisyam. Dari Yahya. Dari 'Imran bin Hithan, bahwa Aisyah radliyyAllahu 'anha,  telah menceritakan kepadanya :

*"Bahwa Nabi –ﷺ💞–  tidak pernah meninggalkan (gambar) salib melainkan beliau akan menghancurkannya."*
[HR.Ahmad No. Hadits : 23127, 24803, 24946. Teks Hadits Milik Imam Bukhariy/ (77) - Kitabu Al Libasi / Babu Naqdhi Ash Shuwari / No. Hadits : 5952. Dan Abu Dawud No. 3621].


*📓🌴• Imam Asy Syaukaaniy rahimahullAhu ta'ala memberikan taqliq/ulasan tentang hadits ini didalam kitabnya " Nailu Al Authar " menjelaskan :*

 وَالْحَدِيثُ يَدُلُّ عَلَى عَدَمِ جَوَازِ اتِّخَاذِ الثِّيَابِ وَالسُّتُوْرِ  وَالْبُسُطِ وَغَيْرِهَا الَّتِي فِيهَا تَصَاوِيرُ، ...

وَأَمَّا تَصْوِيرُ صُورَةِ الشَّجَرِ وَجِبَالِ الْأَرْضِ وَغَيْرِ ذَلِكَ مِمَّا لَيْسَ فِيهِ صُورَةُ حَيَوَانٍ فَلَيْسَ بِحَرَامٍ هَذَا حُكْمُ نَقْشِ التَّصْوِيرِ.

وَأَمَّا اتِّخَاذُ مَا فِيهِ صُورَةُ حَيَوَانٍ فَإِنْ كَانَ مُعَلَّقًا عَلَى حَائِطٍ أَوْ ثَوْبًا أَوْ عِمَامَةً أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ مِمَّا لَا يُعَدُّ مُمْتَهَنًا فَهُوَ حَرَامٌ , وَإِنْ كَانَ فِي بِسَاطٍ يُدَاسُ وَمِخَدَّةٍ وَوِسَادَةٍ وَنَحْوِهَا مِمَّا يُمْتَهَنُ فَلَيْسَ بِحَرَامٍ، وَلَكِنْ هَلْ يَمْنَعُ دُخُولَ مَلَائِكَةِ الرَّحْمَةِ ذَلِكَ الْبَيْتَ وَسَيَأْتِي.
[انظر كتاب نيل الأوطار : ج ٢ ص ١١٩ - ١٢٠ / كتاب اللباس / باب حكم ما فيه صورة من الثياب والبسط والستور والنهي عن التصوير / للإمام  محمد بن علي بن محمد بن عبد الله الشوكاني اليمني (المتوفى: ١٢٥٠ هـ) / الناشر: دار الحديث - مصر الطبعة: الأولى، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٣ مـ].

Dan hadits menunjukan pada ketidakbolehannya memakai pakaian, selubung, hamparan, dan lainnya, yang bergambar ...

Dan adapun gambar pepohonan, gunung - gunung dibumi, dan selain semua itu,  termasuk dari perkara yang tidak bergambar binatang, maka tidak haram, dan ini adalah hukum mendesain gambar.

Dan adapun memakai sesuatu yang bergambar binatang, apabila dipajang ditembok, pakaian, surban, dan lain sebagainya, dari perkara yang tidak disediakan, maka haram hukumnya, dan apabila terdapat pada hamparan yang disembunyikan, bantal, alas duduk, dan semacamnya, dari perkara yang disediakan, maka bukanlah hal yang haram, namun apakah dapat mencegah masuknya malaikat rahmat pada rumah tersebut, dan akan datang penjelasannya.
[Lihat Kitab Nailu Al Authar : juz 2 hal 119 - 120 / (77) - Kitabu AlLibasi / Babu Hukmi Ma Fihi Shuratun Min Ats Tsiyabi Wa Al Busthi Wa As Suturi Wa An Nahyi 'An At Tashwiri / Karya Imam Asy Syaukaaniy Al Yamaniy / Dar Al Hadits - Mesir, Cet. Pertama, Th. 1413 H = 1993 M].


*📓✍️• Al-Imam an-Nawawi rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Minhaj Syarhu Shahih Muslim " berkata:*

قَالَ أَصْحَابُنَا وَغَيْرُهُمْ مِنَ الْعُلَمَاءِ تَصْوِيرُ صُورَةِ الْحَيَوَانِ حَرَامٌ شَدِيدُ التَّحْرِيمِ وَهُوَ مِنَ الْكَبَائِرِ لِأَنَّهُ مُتَوَعَّدٌ عَلَيْهِ بِهَذَا الْوَعِيدِ الشَّدِيدِ الْمَذْكُورِ فِي الْأَحَادِيثِ وَسَوَاءٌ صَنَعَهُ بِمَا يُمْتَهَنُ أَوْ بِغَيْرِهِ فَصَنْعَتُهُ حَرَامٌ بِكُلِّ حَالٍ لِأَنَّ فِيهِ مُضَاهَاةً لِخَلْقِ اللَّهِ تَعَالَى وَسَوَاءٌ مَا كَانَ فى ثوب أو بساط أودرهم أَوْ دِينَارٍ أَوْ فَلْسٍ أَوْ إِنَاءٍ أَوْ حَائِطٍ أَوْ غَيْرِهَا وَأَمَّا تَصْوِيرُ صُورَةِ الشَّجَرِ وَرِحَالِ الْإِبِلِ وَغَيْرِ ذَلِكَ مِمَّا لَيْسَ فِيهِ صُورَةُ حَيَوَانٍ فَلَيْسَ بِحِرَامٍ هَذَا حُكْمُ نَفْسِ التَّصْوِيرِ وَأَمَّا اتِّخَاذُ الْمُصَوَّرِ فِيهِ صُورَةَ حَيَوَانٍ فَإِنْ كَانَ مُعَلَّقًا عَلَى حَائِطٍ أَوْ ثَوْبًا ملبوسا أو عمامة ونحو ذلك مما لا يعد مُمْتَهَنًا فَهُوَ حَرَامٌ وَإِنْ كَانَ فِي بِسَاطٍ يُدَاسُ وَمِخَدَّةٍ وَوِسَادَةٍ وَنَحْوِهَا مِمَّا يُمْتَهَنُ فَلَيْسَ بِحِرَامٍ وَلَكِنْ هَلْ يَمْنَعُ دُخُولَ مَلَائِكَةِ الرَّحْمَةِ ذَلِكَ الْبَيْتَ فِيهِ كَلَامٌ نَذْكُرُهُ قَرِيبًا إِنْ شاء الله
[انظر كتاب المنهاج شرح صحيح مسلم : ج ١٤ ص ٨١ / كتاب اللباس والزينة / باب تحريم تصوير صورة الحيوان وتحريم اتخاذ ما فيه / للإمام   أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت الطبعة: الثانية، ١٣٩٢ هـ].

“Para sahabat kami (ulama Syafi’iyyah, pen) dan selain mereka berkata: “Menggambar atau mematung bentuk hewan adalah haram dengan pengharaman yang sangat. Itu termasuk dosa besar karena adanya ancaman yang keras yang telah disebutkan dalam beberapa hadits. Baik itu membentuk gambar yang dihinakan atau yang lainnya. Maka membuatnya itu hukumnya haram apapun keadaannya, karena di dalamnya terdapat penyerupaan dengan ciptaan Allah ta’ala. Baik itu gambar di baju, di permadani, pada uang dinar atau dirham atau koin tembaga, atau di wadah atau tembok atau selainnya. Adapun menggambar atau mematung pohon atau baju unta dan sebagainya yang bukan gambar binatang, maka tidak haram. Ini hukum dalam menggambar atau mematung. Adapun menjadikan (atau memasang) gambar bernyawa, maka jika berupa sesuatu yang digantungkan di tembok, atau yang dipakai baju, atau surban dan lain sebagainya yang tidak dihinakan, maka hukumnya haram. Jika pada permadani yang diinjak atau bantal dan guling atau selainnya dari yang disandari, maka hukumnya tidak haram. Akan tetapi apakah menghalangi masuknya malaikat rahmat ke rumah itu, di sini ada pembicaraan para ulama yang akan kami sebutkan. Insya Allah.”
[Lihat Kitab Al Minhaj Syarhu Shahih Muslim : juz 14 hal 81 / Kitabu Al Libasi Wa Az Zinati / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Babu Tahrimi Tashwiri Shurati Al Hayawaniy Wa Tahrimi Itikhadzi Ma Fihi / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Ihya'i At Turats Al 'Arabiy - Beirut, Th. 1392 H].


*📚✒️• Para ulama sepakat atas keharaman suatu gambar ketika memenuhi lima kategori berikut:  

فعلم أن المجمع على تحريمه من تصوير الأكوان ما اجتمع فيه خمسة قيود عند أولي العرفان أولها ؛ كون الصورة للإنسان أو للحيوان ثانيها ؛ كونها كاملة لم يعمل فيها ما يمنع الحياة من النقصان كقطع رأس أو نصف أو بطن أو صدر أو خرق بطن أو تفريق أجزاء لجسمان ثالثها ؛ كونها في محل يعظم لا في محل يسام بالوطء والامتهان رابعها ؛ وجود ظل لها في العيان خامسها ؛ أن لا تكون لصغار البنان من النسوان

  فإن انتفى قيد من هذه الخمسة . . كانت مما فيه اختلاف العلماء الأعيان . فتركها حينئذ أورع وأحوط للأديان

“Maka dapat dipahami bahwa gambar yang disepakati keharamannya adalah gambar yang terkumpul di dalamnya lima hal. Pertama, gambar berupa manusia atau hewan. Kedua, gambar dalam bentuk yang sempurna, tidak terdapat sesuatu yang mencegah hidupnya gambar tersebut, seperti kepala yang terbelah, separuh badan, perut, dada, terbelahnya perut, terpisahnya bagian tubuh. Ketiga, gambar berada di tempat yang dimuliakan, bukan berada di tempat yang biasa diinjak dan direndahkan. Keempat, terdapat bayangan dari gambar tersebut dalam pandangan mata. Kelima, gambar bukan untuk anak-anak kecil dari golongan wanita. Jika salah satu dari lima hal di atas tidak terpenuhi, maka gambar demikian merupakan gambar yang masih diperdebatkan di antara ulama. Meninggalkan (menyimpan gambar demikian) merupakan perbuatan yang lebih wira’i dan merupakan langkah hati-hati dalam beragama”.
[Lihat Kitab Majmu’ fatawa wa ar-Rasa’il, hal. 213. Karya Syarif Sayyid 'Alawiy Al-malikiy Al-Hasaniy].


*🌴✍️• Syaikh 'Aliy Ash Shabuniy hafidzhullahu ta'ala mengklasifikasikan  perbedaan pendapat mengenai gambar ini dihimpun secara runtut dalam kitabnya " Rawai’u al-Bayan "  dengan mengutip pandangan Imam An-Nawawi dan Al Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqalaniy :*

وقال الإمام النووى: إن جواز اتخاذ الصور إنما هو إذا كانت لا ظل لها وهى مع ذلك مما يوطأ ويداس أو يمتهن بالاستعمال كالوسائد

وقال العلامة ابن حجر فى شرحه للبخارى حاصل ما فى اتخاذ الصور أنها إن كانت ذات أجسام حرم بالإجماع وإن كانت رقما فى ثوب فأربعة أقوال: الأول: يجوز مطلقا عملا بحديث إلا رقما فى الثوب الثانى: المنع مطلقا عملا بالعموم الثالث: إن كانت الصورة باقية بالهيئة قائمة الشكل حرم وإن كانت مقطوعة الرأس أو تفرقت الأجزاء جاز قال: وهذا هو الأصح الرابع: إن كانت مما يمتهن جاز وإلا لم يجز واستثنى من ذلك لعب البنات
[انظر كتاب روائع البيان تفسير آيات الأحكام : ج ٢ ص ٤١٥ /  سورة سبأ (١) حكم التماثيل والصور / للشيخ محمد علي الصابوني /  الناشر: مكتبة الغزالي - دمشق، مؤسسة مناهل العرفان - بيروت الطبعة: الثالثة، ١٤٠٠ هـ = ١٩٨٠ مـ].

“Imam Nawawi menjelaskan bahwa boleh menggunakan gambar hanya ketika tidak memiliki bayangan, selain itu gambar tersebut juga biasa diinjak atau direndahkan penggunaannya, seperti bantal.”    

Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani saat mensyarahi kitab Imam Bukhari mengatakan, “Kesimpulan dalam penggunaan gambar bahwa sesungguhnya jika gambar memiliki bentuk tubuh (jism) maka haram secara ijma’. Jika gambar hanya sebatas raqm (gambar) dalam baju, maka terdapat empat pendapat. Pertama, boleh secara mutlak, berdasarkan redaksi hadits illa raqman fits tsaubi (kecuali gambar dalam baju). Kedua, haram secara mutlak, berdasarkan keumuman redaksi hadits. Ketiga, jika gambarnya dapat menetap dengan keadaan yang dapat berdiri sendiri, maka hukumnya haram. Namun jika gambarnya terpotong kepalanya atau terpisah bagian tubuhnya maka boleh. Pendapat ketiga ini merupakan pendapat yang ashah (paling kuat). Keempat, jika gambarnya merupakan gambar yang dianggap remeh maka diperbolehkan, jika tidak dianggap remeh (diagungkan misalnya) maka tidak diperbolehkan. Dikecualikan dari permasalahan di atas adalah mainan anak kecil”
[Lihat Kitab Rawai’ al-Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam : juz 2 hal 415 / Surah Saba' (1) Hukmu At Tamatsili Wa Ash Shuwari /  Karya Syaikh Muhammad Ali Ash -Shabuniy / Maktabah Al Ghazaliy - Damasykus, Mu'assasah Manahil Al 'Irfani - Beirut, Cet. Ketiga, Th. 1400 H - 1980 M].


*💾✒️• Ulama yang berpandangan tentang bolehnya menyimpan gambar atau lukisan di dalam rumah, salah satunya adalah ulama kenamaan mesir, Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi. Beliau menjelaskan tentang permasalahan ini dalam himpunan fatwanya:

س: ما القول فيمن يزينون الحائط برسوم بعض الحيوانات؟ هل هذه ينطبق عليها ما ينطبق على التماثيل البارزة المجسدة من تحريم؟

(ج): يقول فضيلة الشيخ الشعراوى: لا شيء في ذلك، ولكن ما حرم هو ما يفعله البعض لتقديس وتعظيم هذه الحيوانات، أما أن ترسم لكي يستعمل في الزينة فلا مانع من ذلك  

“Pertanyaan: ‘Bagaimana pendapat anda tentang orang yang menghiasi tembok dengan gambar/lukisan sebagian hewan? Apakah berlaku pada permasalahan ini suatu hukum yang berlaku pada patung yang berbentuk jasad yakni hukum haram?’”  

“Syekh as-Sya’rawi menjawab: ‘Hal di atas tidak perlu dipermasalahkan, hal yang diharamkan adalah perbuatan yang dilakukan sebagian orang berupa mengultuskan dan mengagungkan gambar hewan tersebut. Sedangkan melukis hewan dengan tujuan untuk digunakan menghias (tembok) maka tidak ada larangan untuk melakukannya”
[Lihat Mausu’ah Fatawa as-Sya’rawi, hal. 591. Karya
Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawiy].

Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keharaman menyimpan gambar yang disepakati oleh para ulama hanya berlaku pada gambar atau lukisan makhluk hidup yang memiliki bentuk (jism) atau memiliki bayangan dan diagungkan oleh pemiliknya, seperti patung misalnya. Sedangkan selain gambar dengan kriteria tersebut, ulama berbeda pendapat dalam menghukuminya, sebagian ulama menghalalkan dan sebagian ulama yang lain mengharamkannya. Berbeda halnya ketika gambar atau lukisan bukan bergambar makhluk hidup, tapi berupa pemandangan alam, lukisan abstrak dan berbagai lukisan tak hidup lainnya, maka para ulama memperbolehkan lukisan tersebut.  

Begitu juga memasang foto, lukisan atau gambar para ulama, hewan dan lainnya. Semuanya diperbolehkan. Ini sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Wahbah Al-Zuhaili dalam kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu sebagai berikut;

أما التصوير الشمسي أو الخيالي فهذا جائز، ولا مانع من تعليق الصور الخيالية في المنازل وغيرها، إذا لم تكن داعية للفتنة كصور النساء التي يظهر فيها شيء من جسدها غير الوجه والكفين، كالسواعد والسيقان والشعور، وهذا ينطبق أيضا على صور التلفاز
[انظر كتاب الفقه الإسلامي وأدلته : ج ٤ ص ٢٦٧٦ /  القسم الأول: العبادات / الباب السابع: الحظر والإباحة / المبحث الرابع ـ الوطء والنظر واللمس واللهو والتصوير والوسم والوشم وأحكام الشعر والنتف والتفليج والسلام / خامسا ـ التصوير / خلاصة الرأي في التصوير / للشيخ الدكتور وَهْبَة بن مصطفى الزُّحَيْلِيّ، أستاذ ورئيس قسم الفقه الإسلاميّ وأصوله بجامعة دمشق - كلّيَّة الشَّريعة الناشر: دار الفكر - سوريَّة - دمشق الطبعة: الرَّابعة - بدون السنة].

Adapun hukum gambar dari hasil kamera atau lukisan itu boleh, dan tidak ada larangan untuk menggantungkan gambar animasi di rumah dan lainnya selama tidak mendatangkan fitnah seperti gambar perempuan yang tampak sesuatu dari tubuhnya selain wajah dan kedua telapak tangan, seperti pergelangan tangan, betis dan rambut. Ini juga berlaku pada gambar televisi.
[Lihat Kitab Al Fiqhu Al Islamiy Wa Adillatuhu : juz 4 hal 2676 / Al Qasmu Al Awwalu : Al 'Ibadatu / Al Babu As Sabi'u : Al Hadzru Wa Al ibahah / Al Mabhatsu Ar Rabi'u : Al Wath'u Wa An Nadzru Wa Al Lamsu Wa Al Lahwu Wa At Tashwiru Wa Al Wasmu Wa Al Wasymu Wa Ahkamu Asy Sya'riy Wa An Natfi Wa At Tafliji Wa As Salami / Khamisan : At Tashwiru / Khulashaatu Ar Ra'yi Fi At Tafsiri / Karya Syaikh DR. Wahbah Bin Musthafa Az Zuhailiy / Dar Al Fikri - Suriah - Damasykus , Cet. Keempat, Tnp. Tahun].


*5️⃣📚• Hadits Tentang Larangan Melihat Hal Yang Bisa Mengganggu Dalam Shalat.*

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ قَالَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ : أَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ💞– صَلَّى فِي خَمِيصَةٍ لَهَا أَعْلَامٌ فَنَظَرَ إِلَى أَعْلَامِهَا نَظْرَةً فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ :

*_«اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلَاتِي»_*

وَقَالَ هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَ النَّبِيُّ –ﷺ💞–:

*_«كُنْتُ أَنْظُرُ إِلَى عَلَمِهَا وَأَنَا فِي الصَّلَاةِ فَأَخَافُ أَنْ تَفْتِنَنِي»_*
[رواه البخاري / (٨) - كتاب الصلاة / بَاب إِذَا صَلَّى فِي ثَوْبٍ لَهُ أَعْلَامٌ وَنَظَرَ إِلَى عَلَمِهَا
 / رقم الحديث : ٣٧٣].

Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Yunus, ia berkata, Telah menceritakan kepada kami : Ibrahim bin Sa'd, ia berkata, Telah menceritakan kepada kami : Ibnu Syihab. Dari 'Urwah. Dari 'Aisyah radliyyAllahu 'anha :  bahwa Nabi –ﷺ💞– shalat di atas kain yang bergambar. Lalu beliau melihat kepada gambar tersebut. Selesai shalat beliau berkata:

*_"Pergilah dengan membawa kain ini kepada Abu Jahm dan gantilah dengan pakaian polos dari Abu Jahm. Sungguh kain ini tadi telah mengganggu shalatku."_*

[Hisyam bin 'Urwah] berkata dari Bapaknya. Dari 'Aisyah radliyyAllahu 'anha, beliau berkata : "Nabi –ﷺ💞– bersabda:

*_"Aku melihat pada gambarnya dan aku khawatir gambar itu menggangguku."_*
[HR. Bukhariy / (8) - Kitabu Ash Shalati / Babu Idza Shalla Fi Tsaubin Lahu A'lamun Wa Nadzara Ilaa 'Alamiha / No. Hadits : 373].


*🌴✒️• Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab " berkata :*

قَالَ الْعُلَمَاءُ فِي هَذَا الْحَدِيثِ الْحَثُّ عَلَى حُضُورِ الْقَلْبِ فِي الصَّلَاةِ وَتَدَبُّرِ تِلَاوَتِهَا وَأَذْكَارِهَا وَمَقَاصِدِهَا مِنْ الِانْقِيَادِ وَالْخُضُوعِ وَمَنْعِ النَّظَرِ مِنْ الِامْتِدَادِ إلَى مَا يَشْغَلُ وَإِزَالَةِ كل ما يخاف اشتغال الْقَلْبِ بِسَبَبِهِ وَكَرَاهَةِ تَزْوِيقِ مِحْرَابِ الْمَسْجِدِ وَحَائِطِهِ وَنَقْشِهِ وَغَيْرِ ذَلِكَ مِنْ الشَّاغِلَاتِ وَفِيهِ أَنَّ الصَّلَاةَ تَصِحُّ وَإِنْ حَصَلَ فِيهَا فِكْرٌ وَاشْتِغَالُ قَلْبٍ بِغَيْرِهَا
[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٤ ص ٩٧ /  باب صلاة التطوع / مسائل تتعلق بالكلام في الصلاة / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بدون السنة].

Ulama' berkata dalam hadits ini menunjukkan anjuran kuat pada kehadiran hati dalam shalat, merenungkan bacaan dan dzikir - dzikirnya, dan tujuan - tujuannya dari pengendalian diri dan pasrah,

Dan mencegah  melihat dari menyebarkan (pandangan) pada perkara yang dapat mengganggu dan menghilangkan segala hal, yang ditakutkan hati akan terombang ambing karenanya,

Dan makruh memasangi mihrab masjid, temboknya, mengukirnya, dan selain semua itu dari hal yang dapat mengganggu, dan didalamnya  sesungguhnya  shalatnya tetap sah, walaupun  terjadi didalam shalat angan pikiran dan terganggunya hati  disebabkan hal yang lainnya, ...
[Lihat Kitab Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab : juz 4 hal 97 / Babu Shalati At Tatthawwu'i / Masa'ilun Tata'alaqu Bi Al Kalami Fi Ash Shalati / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


*💾✒️• Imam Ibnu Daqiq Al 'Ied Al Malikiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Ihkaamu Al Ahkam Syarhu. 'Umdatu Al Ahkami " mengatakan :*

وَقَدْ اسْتَنْبَطَ الْفُقَهَاءُ مِنْ هَذَا: كَرَاهَةَ كُلِّ مَا يُشْغِلُ عَنْ الصَّلَاةِ مِنْ الْأَصْبَاغِ وَالنُّقُوشِ، وَالصَّنَائِعِ الْمُسْتَطْرَفَةِ، فَإِنَّ الْحُكْمَ يَعُمُّ بِعُمُومِ عِلَّتِهِ، وَالْعِلَّةُ: الِاشْتِغَالُ عَنْ الصَّلَاةِ. انتهى
[انظر إحكام الأحكام شرح عمدة الأحكام : ج ١ ص ٣٢٧ / كتاب الصلاة / باب الجمع بين الصلاتين في السفر / للإمام محمد بن علي بن وهب بن مطيع، أبو الفتح، تقي الدين القشيري، المعروف كأبيه وجده بابن دقيق العيد على مذهبي المالكي والشافعي ( ولد وتوفي : ٦٢٥ - ٧٠٢ هـ = ١٢٢٨ - ١٣٠٢ مـ) / الناشر: مطبعة السنة المحمدية - بدون السنة].

Dengan hadits ini, para ahli fiqih mengambil hukum makruhnya segala sesuatu yang mengganggu shalat baik dari cat, gambar maupun buatan (hiasan) pinggiran. Karena hukum itu mencakup keumuman illat (sebabnya). Dan illat (sebabnya) adalah sesuatu yang mengganggu dari shalat.’
[Lihat Kitab Ihkamu Al Ahkam Syarhu 'Umdatu Al Ahkami : juz 1 hal. 327 / Kitabu Ash Shalati / Babu Al Jam'i Baina Ash Shalataini Fi As Safari / Karya Imam Ibnu Daqiq Al Ied Al Malikiy Asy Syafi'iy / Mathba'ah As Sunnah Al Muhammadiyyah - Tnp. Tahun].


*❶꧁🌴• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ ⟆ψαẜι'ιψ | Makruh Shalat Mengenakan Pakaian Yang Ada Gambarnya.*

*📓🌴• Imam Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab " berkata :*

وَأَمَّا الثَّوْبُ الَّذِي فِيهِ صُوَرٌ أَوْ صَلِيبٌ أَوْ مَا يُلْهِي فَتُكْرَهُ الصَّلَاةُ فِيهِ وَإِلَيْهِ وَعَلَيْهِ لِلْحَدِيثِ. انتهى.
[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٣ ص ٨٠ /  كتاب الصلاة / باب ستر العورة / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي الشافعي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بدون السنة].

Adapun pakaian yang ada gambarnya atau gambar salip atau gambar yang dapat mengacaukan pikiran, maka dimakruhkan shalat dengan mengenakannya, kepadanya dan atasnya, berdasarkan hadits.
[Lihat Kitab Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab : juz 3 hal 80 / Kitabu Ash Shalati / Babu Sitri Al 'Aurati / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


*📚🌴• Imam Khothib Asy-Syirbini Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Mughni Al Muhtaj Fi Syarhi Al Minhaj " mengatakan :*

وَيَجُوزُ مَا عَلَى أَرْضٍ وَبِسَاطٍ وَمِخَدَّةٍ.

وَمَقْطُوعُ الرَّأْسِ وَصُورَةُ شَجَرٍ.وَيَحْرُمُ تَصْوِيرُ حَيَوَانٍ. ....

(وَيَجُوزُ مَا) أَيْ صُورَةُ حَيَوَانٍ كَائِنَةٌ (عَلَى أَرْضٍ وَبِسَاطٍ) يُوطَأُ (وَمِخَدَّةٍ) يُتَّكَأُ عَلَيْهَا وَآنِيَةٍ تُمْتَهَنُ الصُّوَرُ بِاسْتِعْمَالِهَا كَطَبَقٍ وَخِوَانٍ وَقَصْعَةٍ، وَالضَّابِطُ فِي ذَلِكَ إنْ كَانَتْ الصُّورَةُ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا يُهَانُ جَازَ وَإِلَّا فَلَا،

لِمَا رَوَاهُ مُسْلِمٌ عَنْ عَائِشَةَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا -: «أَنَّ النَّبِيَّ - –ﷺ💞– - قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ وَقَدْ سَتَرَتْ عَلَى صُفَّةٍ لَهَا سِتْرًا فِيهِ الْخَيْلُ ذَوَاتُ الْأَجْنِحَةِ فَأَمَرَ بِنَزْعِهَا»

وَفِي رِوَايَةٍ: «قَطَعْنَا مِنْهَا وِسَادَةً أَوْ وِسَادَتَيْنِ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– يَرْتَفِقُ بِهِمَا»
[انظر كتاب  مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج : ج ٤ ص ٤٠٨ - ٤٠٩ / كتاب النكاح / فصل في الوليمة / للإمام شمس الدين، محمد بن أحمد الخطيب الشربيني الشافعي (المتوفى: ٩٧٧ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية الطبعة: الأولى، ١٤١٥ هـ = ١٩٩٤ مـ].

“Dan boleh gambar yang ada di atas lantai, karpet, bantal guling, yang terpotong kepalanya, dan pepohonan.

Dan haram menggambar hewan. ....

Dan boleh gambar hewan yang ada pada lantai, karpet, yang diinjak, bantal guling yang diduduki, juga wadah-wadah yang gambar tersebut diremehkan dan tak diperhatikan untuk dipergunakannya seperti piring, meja makan, nampan. Dan kaidahnya bahwa jika gambar berada pada sesuatu yang diremehkan dan tak diperhatikan maka boleh. Sebagaimana yang diriwayatkan Muslim dari Aisyah radhiyyAllahu 'anha, “Bahwa Nabi ﷺ datang dari safar kemudian melihat dan beliau menutupi kamar Nabi ﷺ dengan gorden yang bergambar kuda bersayap, maka beliau memerintahkan untuk melepasnya.”

Dan dalam satu riwayat, “Maka kami pun memotongnya menjadi satu atau dua bantal dan Nabi ﷺ duduk bersandar atasnya.”
[Lihat Kitab Mughniy Al Muhhtaj Ila Ma'rifati Ma'aniy Alfadzi Al Minhaj : juz 4 hal 408 - 409 / Kitabu An Nikahi / Fashlun Fi Al Waliimati / Karya Imam Al Khatib Asy Syarbiniy Asy Syafi'iy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah , Cet. Pertama, Th. 1415 H = 1994 M].


*🌴✒️• Syaikh Zainuddin Al-Millibari Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Fathu Al Mu'in "  mengatakan ;*

و لا يحرم أيضا تصوير حيوان بلا رأس خلافا للمتولي.
[انظر كتاب  بشرح قرة العين بمهمات الدين : ص ٩٦ / باب النكاح / فصل في الصداق / للإمام زين الدين أحمد بن عبد العزيز بن زين الدين بن علي بن أحمد المعبري المليباري الهندي الشافعي (المتوفى: ٩٨٧ هـ) / الناشر: دار بن حزم الطبعة: الأولى - بدون السنة]

“Dan tidak diharamkan pula menggambar hewan dengan tanpa kepala, menyelisihi Imam Al Mutawwaliy.
[Lihat Kitab Fathu Al Mu'in Bi Syarhi Qurrati Al 'Aini Bimuhimmati Ad Din : hal 92 / Babu An Nikahi / Fashlun : Fi Ash Sidaaq / Karya Imam Zainuddin Al-Millibari Asy Syafi'iy / Dar Ibnu Hazm , Cet. Pertama _ Tnp. Tahun].


*📓✍️• Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Minhaju Ath Thalibin Wa 'Umdatu Al Muftiin   Fi Al Fiqhi Al Imam Asy Syafi'iy " mengatakan :*

وَمِنْ الْمُنْكَرِ فِرَاشُ حَرِيرٍ وَصُورَةُ حَيَوَانٍ عَلَى سَقْفٍ أَوْ جِدَارٍ أَوْ وِسَادَةٍ أَوْ سِتْرٍ أَوْ ثَوْبٍ مَلْبُوسٍ،

وَيَجُوزُ مَا عَلَى أَرْضٍ وَبِسَاطٍ وَمِخَدَّةٍ. وَمَقْطُوعُ الرَّأْسِ وَصُورَةُ شَجَرٍ. وَيَحْرُمُ تَصْوِيرُ حَيَوَانٍ.. ...
[انظر كتاب منهاج الطالبين وعمدة المفتين في الفقه الإمام الشافعي : ص ٢٢٣ / كتاب الصداق / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦هـ) / الناشر: دار الفكر الطبعة: الأولى، ١٤٢٥ هـ = ٢٠٠٥مـ].

“Dan termasuk kemunkaran adalah permadani dari sutra, juga gambar hewan pada atap, tembok, bantal sofa, gorden, atau pakaian.”

Dan boleh gambar yang ada di atas lantai, karpet, bantal guling, yang terpotong kepalanya, dan pepohonan.

Dan haram menggambar hewan.”
[Lihat Kitab Minhaju Ath Thalibin Wa 'Umdatu Al Muftiin Fi Al Fiqhi Al Imam Asy Syafi'iy : hal 223 / Kitabu Ash Shiddaq / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri , Cet. Pertama , Th. 1425 H = 2005 M].

*🌴📓• Imam Ibnu Hajar Al Haitamiy Al Makkiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Tuhfatu Al Muhtaj Fi  Syarhi Al Minhaj Wa Hawasyai Asy Syarwaniy Wa Al 'Ibadiy " mengatakan :*

(وَيَحْرُمُ) وَلَوْ عَلَى نَحْوِ أَرْضٍ وَمَا مَرَّ مِنْ الْفَرْقِ إنَّمَا هُوَ فِي الِاسْتِدَامَةِ (تَصْوِيرُ حَيَوَانٍ) وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ نَظِيرٌ كَمَا مَرَّ بَلْ هُوَ كَبِيرَةٌ لِمَا فِيهِ مِنْ الْوَعِيدِ الشَّدِيدِ كَاللَّعْنِ ...

وَخَرَجَ بِحَيَوَانٍ تَصْوِيرُ مَا لَا رَأْسَ لَهُ فَيَحِلُّ خِلَافًا لِمَا شَذَّ بِهِ الْمُتَوَلِّي وَكَفَقْدِ الرَّأْسِ فَقْدُ مَا لَا حَيَاةَ بِدُونِهِ نَعَمْ يَظْهَرُ أَنَّهُ لَا يَضُرُّ فَقْدُ الْأَعْضَاءِ الْبَاطِنَةِ كَالْكَبِدِ وَغَيْرِهِ؛ لِأَنَّ الْمَلْحَظَ الْمُحَاكَاةُ وَهِيَ حَاصِلَةٌ بِدُونِ ذَلِكَ وَلَا شَيْءَ لِمُصَوِّرٍ
[انظر كتاب تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي : ج ٧ ص ٣٤٣ / كتاب النكاح / كتاب الصداق / فصل وليمة العرس / للإمام أحمد بن محمد بن علي بن حجر الهيتمي / الناشر: المكتبة التجارية الكبرى - بمصر , عام النشر: ١٣٥٧ هـ = ١٩٨٣ مـ].

Dan haram walaupun diatas semacam tanah, dan perkara yang yang sudah lewat  dari sebuah perbedaan maka yang sesungguhnya adalah ia masih dalam ketetapan menggambar hewan, walaupun tidak ada baginya orang yang melihat seperti penjelasan yang sudah lewat, namun itu adalah dosa besar, dikarenakan sesuatu didalamnya terdapat ancaman yang berat dan laknat ....

Dan berbeda dengan hewan yakni gambar hewan tanpa kepala, maka diperbolehkan,  menyelisihi perkara yang Imam Al Mutawwaliy menganggapnya tidak wajar dengannya, dan seperti gambar yang terputus kepalanya, terputus bagian anggotanya yang tidak bisa hidup tanpanya, benar menjadi jelas bahwasanhya tidak membahayakan terputus anggota bagian dalam seperti jantung dan yang lainnya, karena sesungguhnya hal yang diamati yang dibuat aturan yaitu perkara yang dihasilkan tanpa semua itu, maka tidak berakibat apapun bagi si pelukis.
[Lihat Kitab Tuhfatu Al Muhtaj Ila Syarhi Al Minhaj Wa Hawasyai Asy Syarwaniy Wa Al 'Ibadiy : juz 7 hal 343 / Kitabu An Nikahi / Kitabu Ash Shidaaqi / Fashlun : Waliimatu Al 'Arusi / Karya Imam Ibnu Hajar Al-Haitamiy Al Makkiy Asy Syafi'iy / Al Maktabah At Tijariyyah Al Kubro - Mesir, Th. 1387 H = 1983 M].


*❷★᭄☘• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ Δβυ Ηαƞιẜαհ | Makruh Melakukan Shalat Memakai Pakaian Atau Menempati Suatu Tempat Yang Ada Gambarnya Dan Haram Memakai Pakaian Dan Selainnya Yang Bergambar Binatang Pada Setiap Kesempatan.*

*🌴✒️• Al 'Alamah Ibnu 'Abidin Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Raddu Al Muhtar 'Ala Ad Durru Al Mukhtar " mengatakan :*

وَظَاهِرُ كَلَامِ النَّوَوِيِّ فِي شَرْحِ مُسْلِمٍ الْإِجْمَاعُ عَلَى تَحْرِيمِ تَصْوِيرِ الْحَيَوَانِ، وَقَالَ: وَسَوَاءٌ صَنَعَهُ لِمَا يُمْتَهَنُ أَوْ لِغَيْرِهِ، فَصَنْعَتُهُ حَرَامٌ بِكُلِّ حَالٍ لِأَنَّ فِيهِ مُضَاهَاةَ لِخَلْقِ اللهِ تَعَالَى، وَسَوَاءٌ كَانَ فِي ثَوْبٍ أَوْ بِسَاطٍ أَوْ دِرْهَمٍ وَإِنَاءٍ وَحَائِطٍ وَغَيْرِهَا اهـ

فَيَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ حَرَامًا لَا مَكْرُوهًا إنْ ثَبَتَ الْإِجْمَاعُ أَوْ قَطْعِيَّةُ الدَّلِيلِ بِتَوَاتُرِهِ اهـ  
[انظر كتاب الدر المختار وحاشية ابن عابدين (رد المحتار) : ج ١ ص ٦٤٧ / كتاب الصلاة / باب ما يفسد الصلاة وما يكره فيها / فرع لا بأس بتكليم المصلي وإجابته برأسه / للإمام ابن عابدين، محمد أمين بن عمر بن عبد العزيز عابدين الدمشقي الحنفي (المتوفى: ١٢٥٢ هـ) / الناشر: دار الفكر-بيروت الطبعة: الثانية، ١٤١٢ هـ ١٩٩٢ مـ].

Dan kejelasan ungkapan Imam An Nawawiy dalam Syarah Muslim Al Ijma' (kesepakatannya) adalah pada keharaman menggambar binatang, dan ia berkata : baik digunakan pada hal yang dihinakan atau selainnya, maka penggunaannya haram dalam setiap hal, karena didalamnya mengandung arti menyamai terhadap makhluk Allah Ta'ala, baik gambarnya terdapat pada pakaian, hamparan, uang dirham, wadah - wadah, tembok, dan selainnya.
[Lihat Kitab Raddu Al Muhtar 'Ala Ad Durri Al Mukhtar (Hasyiyyah Ibnu 'Abidin) : juz 1 hal 647 / Kitabu Ash Shalati / Babu Ma Yufsidu Ash Shalata Wa Ma Yukrahu Fiha / Far'un : La Ba'sa Bitaklimi Al Mushalliy Wa Ijaabatihi Bira'sihi / Karya Imam Ibnu 'Abidin Al Hanafiy / Dar Al Fikri - Beirut, Cet. Kedua, Th. 1412 H = 1992 M].


*📓✍️• Imam 'Alauddin Al Kasaniy Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Badai'u Ash Shanai' Fi Tartiibi Asy Syarai' " mengatakan:*

وَلَوْ صَلَّى عَلَى هَذَا الْبِسَاطِ فَإِنْ كَانَتْ الصُّورَةُ فِي مَوْضِعِ سُجُودِهِ يُكْرَهُ لِمَا فِيهِ مِنْ التَّشَبُّهِ بِعِبَادَةِ الصُّوَرِ وَالْأَصْنَامِ، وَكَذَا إذَا كَانَتْ أَمَامَهُ فِي مَوْضِعٍ؛ لِأَنَّ مَعْنَى التَّعْظِيمِ يَحْصُلُ بِتَقْرِيبِ الْوَجْهِ مِنْ الصُّورَةِ، فَأَمَّا إذَا كَانَتْ فِي مَوْضِعِ قَدَمَيْهِ فَلَا بَأْسَ بِهِ لِمَا فِيهِ مِنْ الْإِهَانَةِ دُونَ التَّعْظِيمِ، هَذَا إذَا كَانَتْ الصُّورَةُ كَبِيرَةً، فَأَمَّا إذَا كَانَتْ صَغِيرَةً لَا تَبْدُو لِلنَّاظِرِ مِنْ بَعِيدٍ فَلَا بَأْسَ بِهِ؛ لِأَنَّ مَنْ يَعْبُدُ الصَّنَمَ لَا يَعْبُدُ الصَّغِيرَ مِنْهَا جِدًّا، وَقَدْ رُوِيَ أَنَّهُ كَانَ عَلَى خَاتَمِ أَبِي مُوسَى ذُبَابَتَانِ.
[انظركتاب بدائع الصنائع في ترتيب الشرائع : ج ١ ص ١١٦ / كتاب الصلاة / فصل شرائط أركان الصلاة / للإمام علاء الدين، أبو بكر بن مسعود بن أحمد الكاساني الحنفي (المتوفى: ٥٨٧ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية الطبعة: الثانية، ١٤٠٦ هـ = ١٩٨٦ مـ].

Dan apabila shalat diatas hamparan ini, lalu gambarnya berada tepat ditempat sujudnya, maka dimakruhkan karena sesuatu yang ada didalamnya termasuk menyerupai dengan beribadah kepada gambar - gambar, atau  kepada berhala - berhala, begitu juga apabila gambarnya berada didepannya pada suatu tempat, karena makna ta'dzim (mengagungkan) bisa  didapati sebab dekatnya wajah dari gambar, adapun apabila terletak tepat di dua telapak kakinya, maka tidak ada bahaya dengannya, karena perkara didalamya termasuk menghinakan bukan mengagungkan, dan ini kalau gambarnya besar, apabila gambarnya kecil dan  tidak terlihat jelas bagi orang yang melihat dari tempat yang jauh, maka tidak berbahaya dengannya, Karena orang yang menyembah berhala, tidak menyembah sesuatu yang sangat kecil darinya. Dan sesungguhnya telah diriwayatkan bahwa hal tersebut pernah ada pada cincin Abi Musa yang bergambar 2 lalat kecil.
[Lihat Kitab Badai'u Ash Shanai' Fi Tartiibi Asy Syarai' : juz 1 hal 116 / Kitabu Ash Shalati / Fashlun : Syaraithu Arkani Ash Shalati / Karya Imam 'Alauddin Al Kasaniy Al Hanafiy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah, Cet. Kedua, Th. 1406 H = 1986 M].


*📓🌴• Imam Ibnu Nujaim Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Bahru Ar Ra'iq Syarhu Kanzu Ad Daqaiqi Wa Minhatu Al Khaliq  Wa Taklimatu Ath Thuriy " mengatakan :*

(قَوْلُهُ وَلُبْسُ ثَوْبٍ فِيهِ تَصَاوِيرُ) لِأَنَّهُ يُشْبِهُ حَامِلَ الصَّنَمِ فَيُكْرَهُ وَفِي الْخُلَاصَةِ وَتُكْرَهُ التَّصَاوِيرُ عَلَى الثَّوْبِ صَلَّى فِيهِ أَوْ لَمْ يُصَلِّ اهـ.

وَهَذِهِ الْكَرَاهَةُ تَحْرِيمِيَّةٌ وَظَاهِرُ كَلَامِ النَّوَوِيِّ فِي شَرْحِ مُسْلِمٍ الْإِجْمَاعُ عَلَى تَحْرِيمِ تَصْوِيرِهِ صُورَةَ الْحَيَوَانِ وَأَنَّهُ قَالَ : قَالَ أَصْحَابُنَا وَغَيْرُهُمْ مِنْ الْعُلَمَاءِ : تَصْوِيرُ صُوَرِ الْحَيَوَانِ حَرَامٌ شَدِيدُ التَّحْرِيمِ وَهُوَ مِنْ الْكَبَائِرِ لِأَنَّهُ مُتَوَعَّدٌ عَلَيْهِ بِهَذَا الْوَعِيدِ الشَّدِيدِ الْمَذْكُورِ فِي الْأَحَادِيثِ يَعْنِي مِثْلَ مَا فِي الصَّحِيحَيْنِ عَنْهُ –ﷺ💞– «أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُونَ يُقَالُ لَهُمْ أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ»
[انظر كتاب البحر الرائق شرح كنز الدقائق ومنحة الخالق وتكملة الطوري : ج ٢ ص ٢٩ / كتاب الصلاة / باب ما يفسد الصلاة وما يكره فيها / تغميض عينيه في الصلاة / للإمام زين الدين بن إبراهيم بن محمد، المعروف بابن نجيم المصري (المتوفى: ٩٧٠ هـ) وفي آخره: تكملة البحر الرائق لمحمد بن حسين بن علي الطوري الحنفي القادري (ت بعد ١١٣٨ هـ) وبالحاشية: منحة الخالق لابن عابدين / الناشر: دار الكتاب الإسلامي الطبعة: الثانية - بدون السنة].

(Ungkapannya : dan memakai pakaian yang bergambar) karena hal itu menyerupai orang yang membawa patung berhala, maka dimakruhkan, dan didalam kitab " Al Khulashah " disebutkan : dan dimakruhkan gambar pada pakaian yang orang memakainya untuk shalat maupun tidak untuk shalat. Selesai.

Dan kemakruhan ini bersifat makruh tahrim (mendekati haram). Dan kejelasan ungkapan Imam An Nawawiy dalam Syarah Muslim : Al Ijma' (kesepakatannya) pada keharamannya terhadap gambar   binatang. Dan sesungguhnya ia berkata : sahabat - sahabat kami (Syafi'iyyah) dan selain mereka dari para ulama' berkata : menggambar gambar binatang sangat haram hukumnya, yaitu termasuk dari  melakukan dosa - dosa yang besar, karena diancam atasnya dengan ancaman yang berat seperti disebutkan dalam hadits, yakni semisal hadits dalam kitab shahihaini (Bukhariy dan Muslim) dari Nabi –ﷺ💞–

*_"Yang paling parah siksanya di hari kiamat adalah mushawwir (tukang membuat patung/tukang gambar). Dikatakan kepada mereka : hidupkan apa yang kamu ciptakan."_*
(HR. Bukhariy dan Muslim).
[Lihat Kitab Al Bahru Ar Ra'iq Syarhu Kanzu Ad Daqaiqi Wa Minhatu Al Khaliq  Wa Taklimatu Ath Thuriy : juz 2 hal 29 / Kitabu Ash Shalati / Babu Ma Yufsidu Ash Shalata Wa Ma Yukrahu Fiha / Taghmidhu 'Ainaihi Fi Ash Shalati / Karya Imam Ibnu Nujaim Al Hanafiy / Dar Al Kutub Al Islamiy, Cet. Kedua - Tnp. Tahun].


*💾✍️• Imam Akmaluddin Al Babaratiy Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al 'Inayah Syarhu Al Hidayah " mengatakan:*

(وَلَوْ لَبِسَ ثَوْبًا فِيهِ تَصَاوِيرُ يُكْرَهُ) لِأَنَّهُ يُشْبِهُ حَامِلَ الصَّنَمِ، وَالصَّلَاةُ جَائِزَةٌ فِي جَمِيع ذَلِكَ لِاسْتِجْمَاعِ شَرَائِطِهَا، وَتُعَادُ عَلَى وَجْهٍ غَيْرِ مَكْرُوهٍ، وَهَذَا الْحُكْمُ فِي كُلِّ صَلَاةٍ أُدِّيَتْ مَعَ الْكَرَاهَةِ
[انظر كتاب العناية شرح الهداية : ج ١ ص ٤١٦ / كتاب الصلاة / باب ما يفسد الصلاة وما يكره فيها / فصل يكره للمصلي أن يعبث بثوبه أو بجسده / للإمام محمد بن محمد بن محمود، أكمل الدين أبو عبد الله ابن الشيخ شمس الدين ابن الشيخ جمال الدين الرومي البابرتي الحنفي (المتوفى: ٧٨٦هـ) / الناشر: دار الفكر - بدون السنة].

Dan apabila mengenakan pakaian yang bergambar, maka dimakruhkan, karena sesungguhnya hal itu menyerupai orang yang membawa berhala, dan shalat tetap terus jalan (sah)  dalam semua hal itu, karena telah berkumpul syarat - syaratnya, dan dihitung pada satu sisi yang tidak dimakruhkan, dan hukum ini berlaku pada setiap shalat yang dikerjakan bersamaan dengan kemakruhan.
[Lihat Kitab Al 'Inayah Syarhu Al Hidayah : juz 1 hal 416 / Kitabu Ash Shalati / Babu Ma Yufsidu Ash Shalata Wa Ma Yukrahu Fiha / Fashlun : Yukrahu Lilmushalli An Ya'bitsa Bitsaubihi Au Bijasadihi / Karya Imam Akmaluddin Al Babaratiy Al Hanafiy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


*❸ꦿ᭄ꦿ🌾• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ ΜαℓιΚ Βιƞ Δƞαៜ | Makruh Shalat Didalam Gereja Atau Tempat Yang Ada Gambar Gambar Dan Patungnya Atau Menghindari Segala Sesuatu Yang Mengganggu Shalat Jika Melihatnya.*

Kalau sekiranya menjadi perhatian orang yang melihatnya, dan kemungkinan besar  akan mengganggu orang shalat dengan memperhatikan apa yang ada di dalamnya, maka dimakruhkan shalat dengannya. Terdapat ketetapan larangan dari Nabi –ﷺ💞– dari sesuatu yang mengganggu dalam shalat.

Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Sayyidatna 'Aisyah radhiyyAllahu ’anha :

أنَّ النَّبِي –ﷺ💞– صَلَّى فِي خَمِيصَةٍ لَهَا أَعْلاَمٌ ، فَنَظَرَ إِلَى أَعْلاَمِهَا نَظْرَةً ، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ : اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ ، وَائْتُونِى بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ ، فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلاَتِي

“Sesungguhnya Nabi –ﷺ💞– shalat di baju dari wol yang ada gambarnya. Kemudian beliau selintas melihat gambar. Ketika selesai shalat, beliau mengatakan :

*_‘Pergilah dengan membawa baju ini ke Abu Jahm, dan bawakan (penggantinya) untukku dengan Anbijaniyah (baju kasar tanpa ada gambar) kepunyaan Abu Jahm. Karena baju tersebut baru saja melalaikanku dari shalatku.”_*

Hadits (tersebut) diriwayatkan oleh Bukhari di shahihnya, 373. Beliau memberi judul bab dengan perkataannya, ‘Bab shalat dengan baju yang ada gambar dan melihat ke gambarnya.' Diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya, no. 556. Beliau memberi judul bab dengan mengatakan, ‘Bab makruhnya shalat di baju yang ada gambarnya.’


*🌴✒️• Imam Abul 'Abbas Ahmad Al  Qurthubiy Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al-Mufhim lima Asykala min Talkhish kitab Muslim " mengatakan:*

وفي هذا الحديث : جواز لباس الثياب ذوات الأعلام . وفيه : التحفظ من كل ما يشغل عن الصلاة النظر إليه. انتهى
[انظر كتاب المفهم لما أشكل من تلخيص مسلم : ج ٢ ص ١٦٣ /  كتاب الصلاة    /
باب الصلاة في النعلين والثوب المعلم وبحضرة / للإمام أبو العباس أحمد بن عمر بن إبراهيم القرطبي المالكي (٥٧٨ - ٦٥٦ هـ)  / المكتبة الإسلامية].

Dan didalam hadits ini : Boleh memakai pakaian yang bergambar.

Dan didalam hadits ini terkandung pelajaran bahwa hendaknya menghindari segala sesuatu yang mengganggu shalat apabila melihatnya.’
[Lihat Kitab Al-Mufhim Lima Asykala Min Talkhis Muslim : juz 2 hal 163 / Kitabu Ash Shalati / Babu Ash Shalati Fi An Na'laini Wa Ats Tsaubi Al Ma'lami Wa Bi Hadhratin / Karya Imam Abul 'Abbas Ahmad Al Qurthubiy Al Malikiy / Al Maktabah Al Islamiyyah].


*🌴✒️• Imam Ibnu Daqiq Al 'Ied Al Malikiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Ihkaamu Al Ahkam Syarhu 'Umdatu Al Ahkami " mengatakan :*

وَقَدْ اسْتَنْبَطَ الْفُقَهَاءُ مِنْ هَذَا: كَرَاهَةَ كُلِّ مَا يُشْغِلُ عَنْ الصَّلَاةِ مِنْ الْأَصْبَاغِ وَالنُّقُوشِ، وَالصَّنَائِعِ الْمُسْتَطْرَفَةِ، فَإِنَّ الْحُكْمَ يَعُمُّ بِعُمُومِ عِلَّتِهِ، وَالْعِلَّةُ: الِاشْتِغَالُ عَنْ الصَّلَاةِ. انتهى
[انظر إحكام الأحكام شرح عمدة الأحكام : ج ١ ص ٣٢٧ / كتاب الصلاة / باب الجمع بين الصلاتين في السفر / للإمام محمد بن علي بن وهب بن مطيع، أبو الفتح، تقي الدين القشيري، المعروف كأبيه وجده بابن دقيق العيد على مذهبي المالكي والشافعي ( ولد وتوفي : ٦٢٥ - ٧٠٢ هـ = ١٢٢٨ - ١٣٠٢ مـ) / الناشر: مطبعة السنة المحمدية - بدون السنة].

Dengan hadits ini, para ahli fiqih mengambil hukum makruhnya segala sesuatu yang mengganggu shalat baik dari cat, gambar maupun buatan (hiasan) pinggiran. Karena hukum itu mencakup keumuman illat (sebabnya). Dan illat (sebabnya) adalah sesuatu yang mengganggu dari shalat.’
[Lihat Kitab Ihkamu Al Ahkam Syarhu 'Umdatu Al Ahkami : juz 1 hal. 327 / Kitabu Ash Shalati / Babu Al Jam'i Baina Ash Shalataini Fi As Safari / Karya Imam Ibnu Daqiq Al Ied Al Malikiy Asy Syafi'iy / Mathba'ah As Sunnah Al Muhammadiyyah - Tnp. Tahun].


*💾✍️• Imam Muhammad Bin 'Abdul Baqiy Az Zurqaniy Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Syarhu Az Zurqaniy 'Ala Al Muwatho' " mengatakan:*

وَأَنَّ كُلَّ مَا يَشْغَلُ الْمَرْءَ فِي صَلَاتِهِ وَلِمَ يَمْنَعْهُ مِنْ إِقَامَةِ فَرَائِضِهَا وَأَرْكَانِهَا لَا يُفْسِدُهَا وَلَا يُوجِبُ عَلَيْهِ إِعَادَتَهَا وَمُبَادَرَتُهُ –ﷺ💞– إِلَى مَصَالِحِ الصَّلَاةِ وَنَفْيِ مَا لَعَلَّهُ يَحْدُثُ فِيهَا، وَأَمَّا بَعْثُهُ بِالْخَمِيصَةِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ فَلَا يَلْزَمُ مِنْهُ أَنْ يَلْبَسَهَا فِي الصَّلَاةِ، ...

قَالَ الْبَاجِيُّ: أَوْ لِيَقْتَدِيَ بِهِ فِي تَرْكِ لِبْسِهَا مِنْ غَيْرِ تَحْرِيمٍ اهـ.

وَاسْتَنْبَطَ الْإِمَامُ مِنَ الْحَدِيثِ كَرَاهَةَ النَّظَرِ إِلَى كُلِّ مَا يَشْغَلُ عَنِ الصَّلَاةِ مِنْ صَبْغٍ وَعَلَمٍ وَنُقُوشٍ وَنَحْوِهَا لِقَوْلِهِ فِي التَّرْجَمَةِ: النَّظَرُ إِلَى مَا يَشْغَلُكَ عَنْهَا فَعَمَّ، وَلَمْ يُقَيِّدْ بِخَمِيصَةٍ وَلَا غَيْرِهَا وَاسْتَنْبَطَ مِنْهُ الْبَاجِيُّ صِحَّةَ الْمُعَاطَاةِ لِعَدَمِ ذِكْرِ الصِّيغَةِ،
[انظر كتاب شرح الزرقاني على الموطأ بالإختصار : ج ١ ص ٣٦٢ / كتاب الصلاة / باب النظر في الصلاة إلى ما يشغلك عنها / للإمام محمد بن عبد الباقي بن يوسف الزرقاني المصري الأزهري المالكي / الناشر: مكتبة الثقافة الدينية - القاهرة الطبعة: الأولى، ١٤٢٤ هـ = ٢٠٠٣ مـ].

Dan sesungguhnya semua perkara yang dapat mengganggu seseorang dalam shalatnya dan tidak mencegahnya dari memenuhi fardhu - fardhunya, rukun - rukunnya, maka tidak merusakkan/membatalkan shalatnya, dan tidak wajib i'adah (mengulang) baginya, dan tindakkan cepat Nabi –ﷺ💞– adalah bertujuan untuk kemaslahatan/kebaikkan shalat dan menafikan sesuatu yang siapa tahu akan terjadi didalamnya, dan adapun pengiriman beliau dengan mengantarkan baju wol yang bergambar kepada Abu Jahm, maka tidak wajib darinya supaya memakainya didalam shalat (namun Rasulullah hanya meminta agar diganti dengan baju yang tidak bergambar) ...  

Imam Al Bajiy (Al Malikiy) berkata : atau supaya meneladani denganya dalam meninggalkan pemakaiannya tanpa ada unsur keharaman. Selesai.

Al Imam (Malik Bin Anas) mengambil konskwensi hukum dari hadits tersebut : pada kemakruhan melihat segala sesuatu yang dapat menyibukkan/menjauhkan dari shalat, dari hal yang dicap, ditandai, diukir, dan lain sebagainya, berdasarkan ungkapannya, dalam terjemah : melihat segala sesuatu yang dapat mengacaukan shalat, maka hal itu menjadi umum, tidak hanya tertentu dengan  baju wol bergambar saja, namun juga tidak boleh melihat selainnya. Imam Al Bajiy (Al Malikiy) mengambil konskwensi hukum : sahnya Al Mu'athah (tanpa ketentuan) karena tidak ada penyebutan shighot (teks, formatnya).
[Lihat Kitab Syarhu Az Zurqaniy 'Ala Al Muwatho' : juz 1 hal 362 / Kitabu Ash Shalati / Babu An Nadzri Fi Ash Shalati Ila Ma Yusyghiluka 'Anha / Karya Imam Muhammad Bin 'Abdul Baqiy Az Zurqaniy Al Malikiy / Maktabah Ats Tsaqafah Ad Diniyyah - Kairo, Cet. Pertama, Th. 1424 H = 2003 M].


*🌴✍️• Tersebut dalam kitab " Al Mudawwanah Al Kubra  " kitab himpunan pertanyaan yang dilontarkan kepada Imam Malik beserta jawabannya  yang diriwayatkan oleh Imam Sahnun Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala :*

قَالَ مَالِكٌ: وَأَنَا أَكْرَهُ الصَّلَاةَ فِي الْكَنَائِسِ لِنَجَاسَتِهَا مِنْ أَقْدَامِهِمْ وَمَا يُدْخِلُونَ فِيهَا وَالصُّوَرِ الَّتِي فِيهَا، فَقِيلَ لَهُ يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ إنَّا رُبَّمَا سَافَرْنَا فِي أَرْضٍ بَارِدَةٍ فَيَجُنُّنَا اللَّيْلُ وَنَغْشَى قُرًى لَا يَكُونُ لَنَا فِيهَا مَنْزِلٌ غَيْرَ الْكَنَائِسِ تُكِنُّنَا مِنْ الْمَطَرِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرْدِ؟

قَالَ: أَرْجُو إذَا كَانَتْ الضَّرُورَةُ أَنْ يَكُونَ فِي ذَلِكَ سَعَةٌ إنْ شَاءَ اللَّهُ وَلَا يُسْتَحَبُّ النُّزُولُ فِيهَا إذَا وُجِدَ غَيْرُهَا ...

قُلْتُ: أَكَانَ مَالِكٌ يَكْرَهُ أَنْ يُصَلِّيَ الرَّجُلُ إلَى قِبْلَةٍ فِيهَا تَمَاثِيلُ؟

قَالَ: كَرِهَ الْكَنَائِسَ لِمَوْضِعِ التَّمَاثِيلِ فَهَذَا عِنْدَهُ لَا شَكَّ أَشَدُّ مِنْ ذَلِكَ.
[انظر كتاب المدونة الكبرى : ج ١ ص ١٨٢ / كتاب الصلاة  الأول / الصلاة في المواضع التي تجوز فيها الصلاة / للإمام مالك بن أنس بن مالك بن عامر الأصبحي المدني (المتوفى: ١٧٩ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية الطبعة: الأولى، ١٤١٥ هـ = ١٩٩٤ مـ].

Imam Malik berkata : Dan aku tidak suka shalat didalam tempat ibadahnya kaum Nasrani/Yahudi karena najis yang berasal dari telapak kaki mereka,  dan perkara yang mereka masukkan didalamnya, dan gambar-gambar (tuhan mereka) ddidalamnya. Ditanyakan kepada beliau : Wahai Aba 'Abdillah kita bisa jadi sedang melakukan perjalanan didaerah yang sangat dingin, lalu kami hadats besar pada malamnya, dan kami bernaung disebuah kawasan yang kami tidak menemukan tempat berlindung kecuali tempat ibadah kaum Nasrani/Yahudi, yang akan kami tempati berlindung dari hujan, salju, dan hawa dingin?

Beliau menjawab : Aku lebih suka dan berharap ketika keadaan darurat dalam hal tersebut ada kelonggaran InsyaAllah, dan tidak disunnahkan untuk singgah didalamnya ketika diketemukan tempat singgah selainnya ...

Aku (Imam Sahnun Al Malikiy) bertanya : Adakah Imam Malik tidak suka apabila seseorang shalat tepat menghadap diarah kiblat yang ada patungnya disana?

(Imam Qasim murid Imam Malik) menjawab : Beliau (Imam Malik) tidak suka tempat ibadah kaum Nasrani/Yahudi, karena untuk tempat menaruh patung-patung (tuhan mereka), lalu menurut beliau ini tidak diragukan lagi lebih parah dari semuanya.
[Lihat Kitab Al Mudawwanah Al Kubra : juz 1 hal 182 / Kitabu Ash Shalati Al Awwali / Ash Shalatu Fi Al Mawadhi'i Allati Tajuzu Fiha Ash Shalatu / Karya Imam Mâlik Bin Anas Al Ashbahiy Al Madaniy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah, Cet. Pertama, Th. 1415 H = 1994 M].


*💾✒️• Imam Ibnu 'Irfah Ad Dasuqiy Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Hasyiyyah Ad Dasuqiy 'Ala Asy Syarhi Al Kabir " mengatakan :*

(و) لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ (صُوَرٌ) أَيْ تَمَاثِيلُ مُجَسَّدَةٌ كَامِلَةٌ لَهَا ظِلٌّ كَحَيَوَانٍ (عَلَى كَجِدَارٍ) أَيْ فَوْقَ سَمْتِهِ لَا فِي عَرْضِهِ إذْ لَا ظِلَّ لَهُ فَلَا يَحْرُمُ كَالنَّاقِصَةِ عُضْوًا ....

وَالْحَاصِلُ أَنَّهُ يَحْرُمُ تَصْوِيرُ حَيَوَانٍ عَاقِلٍ أَوْ غَيْرِهِ إذَا كَانَ كَامِلَ الْأَعْضَاءِ إذَا كَانَ يَدُومُ إجْمَاعًا وَكَذَا إنْ لَمْ يَدُمْ عَلَى الرَّاجِحِ كَتَصْوِيرِهِ مِنْ نَحْوِ قِشْرِ بِطِّيخٍ وَيَحْرُمُ النَّظَرُ إلَيْهِ إذْ النَّظَرُ إلَى الْمُحَرَّمِ حَرَامٌ بِخِلَافِ نَاقِصِ عُضْوٍ فَيُبَاحُ النَّظَرُ إلَيْهِ وَغَيْرِ ذِي ظِلٍّ كَالْمَنْقُوشِ فِي حَائِطٍ أَوْ وَرَقٍ فَيُكْرَهُ إنْ كَانَ غَيْرَ مُمْتَهِنٍ وَإِلَّا فَخِلَافُ الْأَوْلَى كَالْمَنْقُوشِ فِي الْفُرُشِ

وَأَمَّا تَصْوِيرُ غَيْرِ الْحَيَوَانِ كَشَجَرَةٍ وَسَفِينَةٍ فَجَائِزٌ فَتَسْقُطُ الْإِجَابَةُ مَعَ مَا ذُكِرَ.
[انظر كتاب حاشية الدسوقي على الشرح الكبير : ج ٢ ص ٣٣٧ - ٣٣٨ / باب في النكاح وما يتعلق به / فصل الوليمة / للإمام محمد بن أحمد بن عرفة الدسوقي المالكي (المتوفى: ١٢٣٠هـ) / الناشر: دار الفكر - بدون السنة].

Dan tidak ada disana (tempat walimah) gambar - gambar yakni patung - patung yang terbentuk sempurna yang mempunyai bayangan pada semacam tembok yakni berada diatas lorongnya bukan dalam memajangnya saat itu tidak ada bayangan baginya, maka tidak diharamkan seperti patung yang tidak lengkap anggota badannya ...

Walhasil hal yang haram adalah menggambar binatang yang yang berakal atau yang lainnya, ketika sempurna anggotanya, ketika adanya permanen  menurut kesepakatan, dan begitu juga ketika tidak permanen  menurut pendapat yang unggul, seperti hasil lukisannya dari semacam kulit buah semangka, dan haram melihatnya, karena melihat perkara yang diharamkan adalah haram hukumnya, berbeda dengan melihat patung yang tidak lengkap anggota badannya, maka boleh melihatnya, dan selain yang mempunyai bayangan, seperti yang diukir ditembok atau kertas tembok, maka dimakruhkan jika tidak dihinakan/ditaruh dibawah, dan jikalau tidak demikian maka menyelisihi keutamaan seperti ukiran yang ditorehkan diatas hamparan/permadani.

Dan adapun gambar selain binatang seperti pepohonan, perahu, maka diperbolehkan, maka gugurlah kewajiban mendatangi  undangan walimah bersamaan dengan perkara yang telah disebutkan.
[Lihat Kitab Hasyiyyah Ad Dasuqiy 'Ala Syarhi Al Kabir : juz 2 hal 337 - 338 / Babu Fi An Nikahi Wa Ma Yata'allaqu Bihi / Fashlun : Al Waliimatu / Karya Imam Ibnu 'Irfah Ad Dasuqiy Al Malikiy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


*🌴📓• Imam 'Abdurrahman Al Qarafiy Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Anwaru Al-Buruq Fi Anwa'i Al-Furuq " mengatakan :*

الَّذِي يُصَلِّي فِي ثَوْبٍ مَغْصُوبٍ، أَوْ يَتَوَضَّأُ بِمَاءٍ مَغْصُوبٍ، أَوْ يَحُجُّ بِمَالٍ حَرَامٍ. كُلُّ هَذِهِ الْمَسَائِلِ عِنْدَنَا سَوَاءٌ فِي الصِّحَّةِ خِلَافًا لِأَحْمَدَ،

وَالْعِلَّةُ في مَا تَقَدَّمَ أَنَّ حَقِيقَةَ الْمَأْمُورِ بِهِ مِنْ الْحَجِّ وَالسُّتْرَةِ، وَصُورَةِ التَّطَهُّرِ قَدْ وُجِدَتْ مِنْ حَيْثُ الْمَصْلَحَةُ لَا مِنْ حَيْثُ الْإِذْنُ الشَّرْعِيُّ، وَإِذَا حَصَلَتْ حَقِيقَةُ الْمَأْمُورِ بِهِ مِنْ حَيْثُ الْمَصْلَحَةُ كَانَ النَّهْيُ مُجَاوِرًا وَهِيَ الْجِنَايَةُ عَلَى الْغَيْرِ كَمَا فِي الدَّارِ الْمَغْصُوبَةِ. اهـ
[انظر كتاب الفروق للقرافي = أنوار البروق في أنواء الفروق : ج ٢ ص ٨٥ / الفرق بين قاعدة الواجب الموسع وبين قاعدة ما قيل به من وجوب الصوم على الحائض / للإمام أبو العباس شهاب الدين أحمد بن إدريس بن عبد الرحمن المالكي الشهير بالقرافي (المتوفى: ٦٨٤ هـ) / الناشر: عالم الكتب - بدون السنة].

Orang yang sholat dengan mengenakkan baju rampasan, ataukah berwudhu dengan air rampasan, atau berhaji dengan harta yang haram, semua masalah ini menurut kami hukumnya sama pada sisi keabsahannya, berbeda dengan pendapat yang dipegang oleh imam Ahmad –rohimahullah-(beliau menganggap tidak sah).

Dan alasan didalam perkara yang telah lampau bahwasanhya hakikat yang diperintahkan dari haji dan penutup, dan bentuk bersuci sesungguhnya sudah ditemukan dari perkiraan kemaslahatan, bukan dari perkiraan idzin syar'i, ketika hakikat yang diperintahkan tercapai dari perkiraan kemaslahatan maka larangan terlewatkan, yaitu jinabah (hadats besar) kemudian mandi dan bersuci dengan air milik orang lain, seperti kasus didalam menempati rumah yang dighashab (dirampas, memakai tanpa izin untuk shalat dan ibadah yang lain). Selesai.
[Lihat Kitab Al Furuq Li Al Qarafiy = Anwaru Al-Buruq Fi Anwa'i Al-Furuq : juz 2 hal 85 / Al Farqu Baina Qa'idati Al Wajib Al Muwasa'i Wa Baina Qa'idati Ma Qila Bihi Min Wujubi Ash Shaumi 'Ala Al Ha'idhi / Karya Imam 'Abdurrahman Al Qarafiy Al Malikiy / 'Alimu Al Kutub - Tnp. Tahun].


*❹࿐🥀• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ Δհʍαδ Βιƞ Ηαƞβαℓ | Dimakruhkan Menghadap Sesuatu Yang Dapat Melalaikan Shalat Boleh Masuk Dan Shalat Digereja Yang Tidak Bergambar Dan Bersih Dan Makruh Shalat Ditempat Yang Bergambar Atau  Mengenakan Pakaian Yang Bergambar.*

*💾✍️• Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Mughniy " mengatakan :*

قَالَ أَحْمَدُ: وَلَا يُكْتَبُ فِي الْقِبْلَةِ شَيْءٌ، وَذَلِكَ لِأَنَّهُ يَشْغَلُ قَلْبَ الْمُصَلِّي، وَرُبَّمَا اشْتَغَلَ بِقِرَاءَتِهِ عَنْ صَلَاتِهِ، وَكَذَلِكَ يُكْرَهُ تَزْوِيقُهَا، وَكُلُّ مَا يَشْغَلُ الْمُصَلِّيَ عَنْ صَلَاتِهِ، ...

وَإِذَا كَانَ النَّبِيُّ–ﷺ💞– مَعَ مَا أَيَّدَهُ اللَّهُ تَعَالَى بِهِ مِنْ الْعِصْمَةِ وَالْخُشُوعِ، يَشْغَلُهُ ذَلِكَ، فَغَيْرُهُ مِنْ النَّاسِ أَوْلَى. انتهى
[انظر كتاب المغني : ج ٢ ص ١٧٨ - ١٧٩ /  كتاب الصلاة / باب الإمامة وصلاة الجماعة / فصل الصلاة إلى المتحدثين والنائم / للإمام أبو محمد موفق الدين عبد الله بن أحمد بن محمد بن قدامة الجماعيلي المقدسي ثم الدمشقي الحنبلي، الشهير بابن قدامة المقدسي (المتوفى: ٦٢٠ هـ) / الناشر: مكتبة القاهرة ، ١٣٨٨ هـ = ١٩٦٨مـ].

Imam Ahmad berkata : dan tidak ditulis di arah kiblat sesuatu, karena semua itu bisa menyibukkan hati mushalli (orang yang shalat), dan bisa jadi Mushalli akan disibukkan dengan membacanya daripada fokus pada shalatnya, begitu juga dimakruhkan menghiasinya, dan dimakruhkan segala sesuatu yang menggangu orang shalat dari shalatnya...

Jika Nabi –ﷺ💞– meskipun dibantu (dikuatkan) oleh Allah Ta’ala terjaga dari kemaksiatan dan kekhusyuan- masih terganggu dengan hal itu, maka orang selain beliau apalagi.’ Selesai.
[Lihat Kitab Al-Mughniy : juz 2 hal 178 - 179 / Kitabu Ash Shalati / Babu Al Imamati Wa Shalati Al Jama'ati / Fashlun : Ash Shalatu Ila Al Muhaddatsiin Wa An Na'imi / Karya Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy Al Hanbaliy / Maktabah Al Qahirah , Th. 1388 H = 1968 M].


*🌴✒️• Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Kasyafu Al Qina' 'Ala Matni Al Iqna' " mengatakan :*

(وَيُبَاحُ دُخُولُ الْبِيَعِ) جَمْعُ بَيْعَةٍ بِكَسْرِ الْبَاءِ (وَ) دُخُولُ (الْكَنَائِسِ الَّتِي لَا صُوَرَ فِيهَا وَ) تُبَاحُ (الصَّلَاةُ فِيهَا إذَا كَانَتْ نَظِيفَةً) .رُوِيَ عَنْ عُمَرَ وَأَبِي مُوسَى لِخَبَرِ «جُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا»

(وَتُكْرَهُ) الصَّلَاةُ (فِيمَا فِيهِ صُوَرٌ) بِيعَةً كَانَتْ أَوْ كَنِيسَةً لِمَا تَقَدَّمَ مِنْ حَدِيثِ «لَا تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ» .
[انظر كتاب كشاف القناع عن متن الإقناع : ج ١ ص ٢٩٣ / كتاب الصلاة / باب اجتناب النجاسة ومواضع الصلاة / فصل في بيان المواضع التي نهي عن الصلاة فيها وما يتعلق به / للإمام منصور بن يونس بن صلاح الدين ابن حسن بن إدريس البهوتى الحنبلى (المتوفى: ١٠٥١ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بدون السنة].

Dan boleh masuk gereja - gereja dan boleh masuk tempat ibadah kaum Nasrani/Yahudi yang tidak bergambar sama sekali didalamnya, dan boleh shalat didalamnya ketika keadaannya bersih. Diriwayatkan dari Sayyidina 'Umar dan Abi Musa RadhiyyAllahu 'Anhuma, berdasarkan hadits :

*_" ... Bumi itu dijadikan untukku dalam keadaan suci dan mensucikan dan (sebagai) masjid juga,...(maka siapa pun yang mana waktu sholat mendapatinya maka dia bisa sholat di mana pun dia berada)..."_*

Dan makruh shalat didalam tempat yang ada gambarnya baik tempat itu gereja atau tempat ibadahnya kaum Nasrani/Yahudi berdasarkan hadits yang telah lampau, dari hadits :  

*_"Malaikat (Rahmat) tidak memasuki rumah di mana ada anjing atau gambar makhluk hidup (manusia atau hewan)."_*
[Lihat Kitab Kasyafu Al Qina' 'Ala Matni Al Iqna' : juz 1 hal 293 / Kitabu Ash Shalati / Babu Ijtinabu An Najasati Wa Mawadhi'i Ash Shalati / Fashlun : Fi Bayani Al Mawadhi'i Allati Nuhiya 'An Ash Shalati Fiha Wa Ma Yata'allaqu Bihi / Karya Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Tnp. Tahun].


*📓✍️• Dalam Kesempatan yang lain Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala masih dalam kitabnya " Kasyafu Al Qina' 'Ala Matni Al Iqna' " mengatakan:*

(وَ) يُكْرَهُ اسْتِقْبَالُ (مَا يُلْهِيهِ) لِأَنَّهُ يَشْغَلُهُ عَنْ إكْمَالِ صَلَاتِهِ.
[انظر كتاب كشاف القناع عن متن الإقناع : ج ١ ص ٣٠٧ / كتاب الصلاة /  باب صفة الصلاة / فصل ما يكره وما يباح وما يستحب في الصلاة / للإمام منصور بن يونس بن صلاح الدين ابن حسن بن إدريس البهوتى الحنبلى (المتوفى: ١٠٥١ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بدون السنة].

Dimakruhkan menghadap sesuatu yang melalaikannya karena hal itu mengganggu kesempurnaan shalatnya."
[Lihat Kitab Kasyafu Al Qina' 'Ala Matni Al Iqna' : juz 1 hal 307 / Kitabu Ash Shalati / Babu Shifati Ash Shalati / Fashlun : Ma Yukrahu Wa Ma Yubahu Wa Ma Yustahabbu Fi Ash Shalati / Karya Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Tnp. Tahun].


*💾✍️• Imam 'Alauddin Al Murdawiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Inshaf Fi Ma'rifati Ar Rajih Min Al Khilafi " mengatakan :*

وَكَرِهَ الْآجُرِّيُّ وَغَيْرُهُ: الصَّلَاةَ عَلَى مَا فِيهِ صُورَةٌ. وَقَالَ فِي الْفُصُولِ: يُكْرَهُ فِي الصَّلَاةِ صُورَةٌ، وَلَوْ عَلَى مَا يُدَاسُ.
[انظر كتاب الإنصاف في معرفة الراجح من الخلاف : ج ١ ص ٤٧٤ / كتاب الصلاة / باب ستر العورة / للإمام علاء الدين أبو الحسن علي بن سليمان المرداوي الدمشقي الصالحي الحنبلي (المتوفى: ٨٨٥ هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي الطبعة: الثانية - بدون السنة].

Imam Al Ajuriy (Asy Syafi'iy) dan yang lainnya memakruhkan shalat pada sesuatu yang ada gambarnya. Dan berkata dalam kitab " Al Fushul " : dimakruhkan gambar dalam shalat, walaupun diatas perkara yang diinjak - injak.
[Lihat Kitab Al Inshaf Fi Ma'rifati Ar Rajih Min Al Khilafi : juz 1 hal 474 / Kitabu Ash Shalati / Babu Sitri Al 'Aurati / Karya Imam 'Alauddin Al Murdawiy Al Hanbaliy / Dar Ihya'i At Turats Al 'Arabiy , Cet. Kedua - Tnp. Tahun].


*📓✍️• Imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Syarhu Al 'Umdati " mengatakan :*

وقال في الرجل يصلي وفي كمه منديل حرير فيه صور اكرهه وقال التصاوير ما كره منها فلا بأس وسئل عن الرجل يصلي على مصلى عليه تماثيل فلم ير به باسا وقال أيضا إذا كانت توطأ فلا بأس بالجلوس عليها.

وعنه أن الصور التي على الثياب تكره ولا تحرم
[انظر كتاب شرح العمدة - كتاب الصلاة : ج ١ ص ٣٨٨ / باب شروط الصلاة / الشرط الثالث: ستر العورة / للإمام تقي الدين أبو العباس أحمد بن عبد الحليم بن عبد السلام بن عبد الله بن أبي القاسم بن محمد ابن تيمية الحراني الحنبلي الدمشقي (المتوفى: ٧٢٨ هـ) / الناشر: دار العاصمة، الرياض، المملكة العربية السعودية الطبعة: الأولى، ١٤١٨ هـ = ١٩٩٧ مـ].

Dan berkata Imam Ahmad pada seorang laki-laki yang sedang shalat dan ada didalam  lengan bajunya sapu tangan sutera yang bergambar, maka beliaupun memakruhkannya.

Dan beliau berkata : gambar-gambar yang dimakruhkan darinya tidaklah berbahaya, dan beliau ditanya tentang seorang laki-laki yang shalat ditempat shalat yang ada patungnya? Maka beliaupun tidak berpendapat dengan kasus itu berbahaya, dan beliau berkata lagi : ketika patung itu ditaruh dibawah, maka tidak berbahaya apabila duduk diatasnya.

Dan riwayat dari beliau : sesungguhnya gambar yang berada di pakaian dimakruhkan bukan diharamkan.
[Lihat Kitab Syarhu Al 'Umdah - Kitabu Ash Shalati : juz 1 hal 388 / Babu Syuruthi Ash Shalati / Asy Syarthu Ats Tsalisu : Sitri Al 'Aurati / Karya Imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy / Dar Al 'Ashimah - Riyadh - Al Mamlakah Al 'Arabiyyah As Su'udiyyah , Cet. Pertama, Th. 1418 H = 1997 M].


*📓🌴• Imam Musthafa Ar Rahaibaniy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Mathalibu Uli An Nuha Fi Syarhi Al Muntaha " mengatakan :*

و (لَا) يَحْرُمُ (افْتِرَاشُهُ، وَجَعْلُهُ) - أَيْ: الْمُصَوَّرِ - (مِخَدًّا) بَلْ يَجُوزُ بِلَا كَرَاهَةٍ "؛ لِأَنَّهُ –ﷺ💞– اتَّكَأَ عَلَى مِخَدَّةٍ فِيهَا صُورَةٌ " رَوَاهُ أَحْمَدُ.

(وَكُرِهَ صَلَاةٌ عَلَى مُصَوَّرٍ) وَلَوْ عَلَى مَا يُدَاسُ، (وَسُجُودٌ)
عَلَيْهِ (أَشَدُّ) كَرَاهَةً لِحَدِيثِ أَبِي طَلْحَةَ، وَتَقَدَّمَ. (وَلَا تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَ) لَا (صُورَةٌ) لِلْخَبَرِ السَّابِقِ.
[انظر كتاب مطالب أولي النهى في شرح غاية المنتهى : ج ١ ص ٣٥٣ /  كتاب الصلاة / باب ستر العورة / فصل حرم على ذكر وأنثى لبس ما فيه صورة حيوان / للإمام مصطفى بن سعد بن عبده السيوطي شهرة، الرحيبانى مولدا ثم الدمشقي الحنبلي (المتوفى: ١٢٤٣ هـ) / الناشر: المكتب الإسلامي الطبعة: الثانية، ١٤١٥ هـ = ١٩٩٤ مـ].

Dan tidak haram sebagai hamparannya  dan menjadikan perkara yang bergambar sebagai bantal kepala, bahkan boleh tanpa ada kemakruhannya :  karena Nabi  –ﷺ💞– pernah tidur bertekanan pada bantal kepala yang ada gambarnya. (HR. Ahmad).

Dan makruh shalat pada tempat yang bergambar, walaupun diatas sesuatu yang diinjak-injak, dan sangat makruh sujud diatasnya, berdasarkan hadits Abu Tholhah, yang sudah disebutkan. Dan malaikat rahmat tidak akan masuk rumah yang ada anjing 🐕  didalamnya dan tidak akan masuk didalam rumah yang ada gambarnya, berdasarkan riwayat hadits yang telah lampau.
[Lihat Kitab Mathalibu Uli An Nuha Fi Syarhi Al Muntaha : juz 1 hal 353 / Kitabu Ash Shalati/ Babu Sitri Al 'Aurati / Fashlun : Hurima 'Ala Dzakarin Au Untsa Lubsu Ma Fihi Shuratu Hayawanin / Karya Imam Musthafa Ar Rahaibaniy Al Hanbaliy / Al Maktab Al Islamiy , Cet. Kedua , Th. 1415 H = 1994 M].


*🌴💾• Imam Ibnu Rajab Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Fathu Al Bariy Syarhu Shahih Al Bukhariy " mengatakan :*

ويستدل للكراهة فيما فيه صور: بأن الملائكة لا تدخل بيتا فيه صورة، وبأنه محل الشياطين، فتكره الصلاة فيه كالحمام والحش.
[انظر كتاب فتح الباري شرح صحيح البخاري لابن رجب الحنبلي: ج ٣ ص ٢٤١ / كتاب الصلاة / (٥٤) - باب الصلاة في البيعة / للإمام زين الدين عبد الرحمن بن أحمد بن رجب بن الحسن، السَلامي، البغدادي، ثم الدمشقي، الحنبلي (المتوفى: ٧٩٥ هـ) / الناشر: مكتبة الغرباء الأثرية - المدينة النبوية. الحقوق: مكتب تحقيق دار الحرمين - القاهرة الطبعة: الأولى، ١٤١٧ هـ = ١٩٩٦ مـ].

Dan diambil sebagai dalil untuk kemakruhan/larangan  (shalat) didalam rumah yang ada gambarnya, karena Malaikat Rahmat tidak masuk kedalam rumah yang ada gambarnya, dan bahwasannya rumah tersebut sebagai tempat tinggal para syaitan, maka dimakruhkan shalat didalamnya seperti makruhnya shalat didalam semacam pemandian dan WC.
[Lihat Kitab Fathu Al Bariy Syarhu Shahih Al Bukhariy Li Ibni Rajab Al Hanbaliy : juz 3 hal 241 / Kitabu Ash Shalati / (54) - Babu Ash Shalati Fi Al Biya'ati / Karya Imam Ibnu Rajab Al Hanbaliy / Maktabah Al Ghuraba' Al Atsariyyah - Al Madinah An Nabawiyyah. Al Huquq : Maktab Tahqiq Dar Al Haramain , Cet.
Pertama, Th. 1417 H = 1996 M].


*❺༻🍒• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ Dαwυδ Δδz Dzɸհιʀιψ | Tidak Makruh Menggunakan Kain Bergambar Pada Selain Bantal Dan Selambu.*

*🌴✒️• Imam Ibnu Hazm Adz Dzohiriy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Muhalla Bi Al Atsari " mengatakan :*

وَقَدْ صَحَّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– أَنَّهُ كَرِهَ السِّتْرَ الْمُعَلَّقَ فِيهِ التَّصَاوِيرُ فَجُعِلَتْ لَهُ مِنْهُ وِسَادَةً فَلَمْ يُنْكِرْهَا - فَصَحَّ أَنَّ الصُّوَرَ فِي السُّتُورِ مَكْرُوهَةٌ غَيْرُ مُحَرَّمَةٍ، وَفِي الْوَسَائِدِ، وَغَيْرِ السُّتُورِ لَيْسَتْ مَكْرُوهَةَ الِاسْتِخْدَامِ بِهَا.
[انظر كتاب المحلًى بالآثار : ج ٧ ص ٥١٦ /  كتاب البيوع / مسألة بيع الصور / للإمام أبو محمد علي بن أحمد بن سعيد بن حزم الأندلسي القرطبي الظاهري (المتوفى: ٤٥٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بيروت - بدون السنة].

Dan benar dari RasulillAhi –ﷺ💞– bahwasannya beliau membenci satir/kain selambu digantung yang ada gambar-gambarnya, lalu dijadikan bagi beliau sebagian darinya sebuah bantal, beliaupun tidak menolaknya.

Maka benar bahwasannya gambar-gambar yang ada pada selambu hukumnya makruh tidak sampai diharamkan, dan terkait dalam bantal-bantal, dan selain selambu-selambu tidak dimakruhkan  menyediakan untuk menggunakannya.
[Lihat Kitab Al Muhalla Bi Al Atsari : juz 7 hal 516 / Kitabu Al Buyu'i / Mas'alatu Bai'i Ash Shuwari / Karya Imam Ibnu Hazm Adz Dzohiriy / Dar Al Fikri -  Beirut - Tnp. Tahun].


*D]• ★᭄࿂࿆༗࿐𝑴𝒆𝒏𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃 𝑷𝒂𝒏𝒈𝒈𝒊𝒍𝒂𝒏 𝑫𝒂𝒍𝒂𝒎 𝑺𝒉𝒂𝒍𝒂𝒕.*

Sebelum membahas boleh tidaknya menjawab panggilan orangtua dan yang lainnya disaat melakukan shalat menurut perbedaan pendapat Ulama' Madzhab, terlebih dulu melihat kisah Rahib Juraij yang hidup sebelum Rasulullah –ﷺ💞– pernah mengalaminya disaat beribadah, dan syari'at beliau diangkat/diadopsi kembali sebagai sebuah syari'at (ajaran) pada agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah –ﷺ💞– hingga kini.  Berikut kisahnya :

حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ هِلَالٍ عَنْ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ :

كَانَ جُرَيْجٌ يَتَعَبَّدُ فِي صَوْمَعَةٍ فَجَاءَتْ أُمُّهُ قَالَ حُمَيْدٌ فَوَصَفَ لَنَا أَبُو رَافِعٍ صِفَةَ أَبِي هُرَيْرَةَ لِصِفَةِ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– أُمَّهُ حِينَ دَعَتْهُ كَيْفَ جَعَلَتْ كَفَّهَا فَوْقَ حَاجِبِهَا ثُمَّ رَفَعَتْ رَأْسَهَا إِلَيْهِ تَدْعُوهُ فَقَالَتْ : يَا جُرَيْجُ أَنَا أُمُّكَ كَلِّمْنِي فَصَادَفَتْهُ يُصَلِّي ,فَقَالَ :

اللَّهُمَّ أُمِّي وَصَلَاتِي فَاخْتَارَ صَلَاتَهُ فَرَجَعَتْ ثُمَّ عَادَتْ فِي الثَّانِيَةِ , فَقَالَتْ :

يَا جُرَيْجُ أَنَا أُمُّكَ فَكَلِّمْنِي قَالَ :

اللَّهُمَّ أُمِّي وَصَلَاتِي فَاخْتَارَ صَلَاتَهُ , فَقَالَتْ :

اللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا جُرَيْجٌ وَهُوَ ابْنِي وَإِنِّي كَلَّمْتُهُ فَأَبَى أَنْ يُكَلِّمَنِي اللَّهُمَّ فَلَا تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ الْمُومِسَاتِ قَالَ وَلَوْ دَعَتْ عَلَيْهِ أَنْ يُفْتَنَ لَفُتِنَ قَالَ وَكَانَ رَاعِي ضَأْنٍ يَأْوِي إِلَى دَيْرِهِ قَالَ فَخَرَجَتْ امْرَأَةٌ مِنْ الْقَرْيَةِ فَوَقَعَ عَلَيْهَا الرَّاعِي فَحَمَلَتْ فَوَلَدَتْ غُلَامًا فَقِيلَ لَهَا مَا هَذَا قَالَتْ مِنْ صَاحِبِ هَذَا الدَّيْرِ قَالَ فَجَاءُوا بِفُؤُوسِهِمْ وَمَسَاحِيهِمْ فَنَادَوْهُ فَصَادَفُوهُ يُصَلِّي فَلَمْ يُكَلِّمْهُمْ قَالَ فَأَخَذُوا يَهْدِمُونَ دَيْرَهُ فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ نَزَلَ إِلَيْهِمْ فَقَالُوا لَهُ سَلْ هَذِهِ قَالَ فَتَبَسَّمَ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَ الصَّبِيِّ فَقَالَ مَنْ أَبُوكَ قَالَ أَبِي رَاعِي الضَّأْنِ فَلَمَّا سَمِعُوا ذَلِكَ مِنْهُ قَالُوا نَبْنِي مَا هَدَمْنَا مِنْ دَيْرِكَ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ قَالَ لَا وَلَكِنْ أَعِيدُوهُ تُرَابًا كَمَا كَانَ ثُمَّ عَلَاهُ
[رواه أحمد. واللفظ لمسلم /  كتاب البر والصلة والآداب    /
بَاب تَقْدِيمِ بِرِّ الْوَالِدَيْنِ عَلَى التَّطَوُّعِ بِالصَّلَاةِ وَغَيْرِهَا / رقم الحديث: ٢٥٥٠].

Telah menceritakan kepada kami : Syaiban bin Farrukh. Telah menceritakan kepada kami : Sulaiman bin Al Mughirah. Telah menceritakan kepada kami : Humaid bin Hilal. Dari Abu Rafi'.  Dari Abu Hurairah, beliau berkata;

"Suatu ketika Juraij beribadah di tempat ibadahnya." Lalu ibunya datang -Hamid berkata; Abu Rafi menggambarkan sifat Abu Hurairah ketika mencontohkan Rasulullah –ﷺ💞–  tatkala ibunya memanggil Juraij seraya meletakkan tangannya pada bulu matanya lalu mengangkat kepalanya memanggil Juraij;

'Wahai Juraij, saya ibumu jawablah!"

Ternyata ibunya mendapati Juraij sedang shalat.

Juraij pun berkata; 'Ya Allah, ibuku atau shalatku yang harus aku penuhi? ' maka Juraij memilih untuk meneruskan shalatnya.

Kemudian ibunya kembali mendatanginya (di tempat shalat), dan masih mendapati Juraij sedang shalat, ia berkata;

'Wahai Juraij, aku ini ibumu, jawablah.'

Juraij berkata dalam hatinya; 'Ya Allah, ibuku atau shalatku, ' maka ia tetap memilih shalatnya. Lalu ibunya mendatanginya dan mendapatinya sedang shalat, ia berkata;

'Wahai Juraij, aku ini ibumu, jawablah aku, ' Juraij berkata dalam hatinya;

'Ya Allah, ibuku atau shalatku, ' maka ia tetap memilih shalatnya. Dan akhirnya Ibunya berkata;

'Ya Allah, Juraij ini adalah anakku, aku telah mengajaknya berbicara (memanggilnya) tetapi ia tidak menjawabku, Ya Allah, janganlah Engkau matikan ia sebelum ia bertemu dengan seorang wanita pelacur.'

sekiranya ia berdoa supaya Juraij mendapatkan fitnah, maka Juraij pasti akan mendapatkan fitnah itu."

Abu Hurairah berkata; "Ada seorang penggembala kambing yang bernaung di rumah ibadahnya, "

Abu Hurairah berkata; "lalu wanita pelacur itu keluar dan berzina dengan penggembala kambing tersebut hingga melahirkan seorang bayi laki-laki, " maka ditanyakan kepada wanita tersebut; 'Bayi ini anak siapa? ' wanita pelacur itu menjawab; 'Anak pemilik rumah ibadah.'

lalu orang-orang pun mendatangi rumah ibadah Juraij dengan membawa kapak dan sekop mereka, mereka memanggil Juraij namun ia ternyata sedang shalat dan enggan untuk menjawabnya. Akhirnya mereka menghancurkan rumah ibadahnya. Melihat hal itu, maka turunlah Juraij menemui mereka, mereka berkata; 'Bertanyalah kepada wanita ini.'"

Abu Hurairah berkata; "Juraij tersenyum, lalu mengusap kepala bayi itu seraya bertanya; 'Siapa bapakmu? ' maka bayi itu menjawab;

'Bapakku adalah penggembala kambing.' Setelah mendengar hal itu dengan serta merta mereka berkata;

'Wahai Juraij, kami akan membangun kembali rumah ibadahmu yang telah hancur dengan emas dan perak, ' tetapi Juraij menjawab;

'Tidak, bangunlah dengan tanah kembali, ' lalu mereka pun melakukannya."
[HR. Ahmad No. 9230. Dan Teks Hadits Milik Imam Muslim / Kitabu Al Birri Wa Ash Shilati Wa Al Adabi / Babu Taqdimi Birri Al Walidaini 'Ala At Tatthawwu'i Bi Ash Shalati Wa Ghairiha / No. 2550].


*💾✍️• Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Minhaj Syarhu Shahih Muslim " membuat " BAB " dan mengatakan :*

بَاب تَقْدِيمِ بِرِّ الْوَالِدَيْنِ عَلَى التَّطَوُّعِ بِالصَّلَاةِ وَغَيْرِهَا

"قَالَ الْعُلَمَاء : كَانَ الصَّوَاب فِي حَقّه إِجَابَتهَا لِأَنَّهُ كَانَ فِي صَلَاة نَفْل , وَالِاسْتِمْرَار فِيهَا تَطَوُّع لَا وَاجِب , وَإِجَابَة الْأُمّ وَبِرّهَا وَاجِب , وَعُقُوقهَا حَرَام , وَكَانَ يُمْكِنهُ أَنْ يُخَفِّف الصَّلَاة وَيُجِيبهَا ثُمَّ يَعُود لِصَلَاتِهِ ... " انتهى .
[انظر كتاب المنهاج شرح صحيح مسلم : ج ١٦ ص ١٠٥ / كتاب البر والصلة والآداب / بَاب تَقْدِيمِ بِرِّ الْوَالِدَيْنِ عَلَى التَّطَوُّعِ بِالصَّلَاةِ وَغَيْرِهَا / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت الطبعة: الثانية، ١٣٩٢ هـ].

"Bab taqdim birrul walidaini ‘ala tatowwu’ bis shalat wa goiruha (Bab mendahulukan bakti kedua orang tua dibandingkan dengan shalat sunah dan lainnya).

"Para ulama mengatakan, ‘Yang benar baginya adalah menjawabnya karena ia dalam shalat sunah. Sementara melanjutkan shalat sunah itu tidak diwajibkan. Sementara menjawab ibu dan berbakti kepadanya itu wajib. Dan durhaka kepadanya itu haram. Atau memungkinkan baginya mempersingkat shalat dan menjawabnya kemudian kembali menunaikan shalatnya.”
[Lihat Kitab Al Minhaj Syarhu Shahih Muslim : juz 16 hal 105 / Kitabu Al Birri Wa Ash Shilati Wa Al Adabi / Babu Taqdimi Birri Al Walidaini 'Ala At Tatthawwu'i Bi Ash Shalati Wa Ghairiha / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Ihya'i At Turats Al 'Arabiy - Beirut - Cet. Kedua, Th. 1392 H].


*❶꧁🌴• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ ⟆ψαẜι'ιψ | Haram Menjawab Panggilan Orangtua Dalam Shalat Wajib Dan Boleh Dalam Shalat Sunnah.*

*🌴✒️• Disebutkan dalam kitab Hasyiayatul Bajuri Syaikh Ibrahim Al Baijuriy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala mengatakan :*

واجابة الوالدين حرام في الفرض لان قطعه حرام جائزة في النفل ثم ان شق عليهما عدمها فالاولي الاجابة وتبطل بها
[انظر كتاب حاشية البيجوري  شرح فتح القريب المجيب : ج ١ ص ١٨٣. للشيخ ابراهيم البيجوري الشافعي / دار الفكر - بدون السنة].

Menjawab panggilan orangtua hukum haram dalam shalat fardhu karena memutus shalat fardhu adalah haram, dan boleh menjawab panggilan orang tua dalam shalat sunnah. Kemudian jika tidak dijawab akan mengecewakan orang tua, maka sebaiknya menjawab dan membatalkan shalat.
[Lihat Kitab Hasyiyyah Al Baijuriy Syarhu Fathu Al Qarib Al Mujib : juz 1 hal 183. Karya Syaikh Ibrahim Al Baijuriy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


*💾✒️• Imam An-Nawawiy  rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab "  menyatakan :*

إذَا دَخَلَ فِي صَلَاةٍ مَفْرُوضَةٍ فِي أَوَّلِ وَقْتِهَا حَرُمَ عَلَيْهِ قَطْعُهَا مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَإِنْ كَانَ الْوَقْتُ وَاسِعًا
[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٢ ص ٣١٥ / باب الاحداث التى تنقض الوضوء / فصل في الاغسال المسنونة / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بدون السنة].

“Jika seseorang berada dalam posisi sedang shalat di awal waktunya, haram bagi dirinya membatalkan shalat tersebut dengan sengaja tanpa uzur syar’i, meskipun waktu kesempatan untuk melaksanakannya masih banyak.”
[Lihat Kitab Al Majmu’ Syarhu Al-Muhadzdzab : juz  2 hal 315 / Babu Al Ahdatsi Tanqudhu Al Wudhu'a / Fashlun : Fi Al Ighsali Al lMasnunati / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri -Tnp. Tahun].


*🌴✍️• Imam Syamsuddin Al-Ramliy Asy Syafi'iy Rahimahullah ta'ala  (Ulama terkemuka dalam Madzhab al-Syafi’iyyah) dalam kitabnya " Nihayatu Al Muhtaj " berkata:*

وَلَا تَجِبُ إجَابَةُ الْأَبَوَيْنِ فِي الصَّلَاةِ بَلْ تَحْرُمُ فِي الْفَرْضِ وَتَبْطُلُ بِهَا، وَتَجُوزُ فِي النَّفْلِ مَعَ بُطْلَانِهَا بِهَا،

وَالْأَوْلَى الْإِجَابَةُ فِيهِ إنْ شَقَّ عَلَيْهِمَا عَدَمُهَا
[انظر كتاب نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج : ج ٢ ص ٤٦ / كتاب الصلاة / باب يشتمل على شروط الصلاة وموانعها / فصل في مبطلات الصلاة وسننها ومكروهاتها /لا تبطل الصلاة بالذكر ووالدعاء / للإمام شمس الدين محمد بن أبي العباس أحمد بن حمزة شهاب الدين الرملي (المتوفى: ١٠٠٤ هـ) / الناشر: دار الفكر، بيروت الطبعة: ط أخيرة - ١٤٠٤ هـ = ١٩٨٤ مـ].

“Dan tidak wajib menjawab Ibu-Bapak (kedua orang tua) di dalam Shalat bahkan menjadi haram menjawab di dalam shalat yang fardlu, dan shalat menjadi batal dengan sebab menjawabnya, namun boleh menjawab ketika dalam shalat sunnah (an-Naflu) dan bersamaan dengan itu shalatnya batal dengan sebab menjawabnya.

Dan lebih Aula (utama) menjawab ketika dalam shalat sunnah jika berat atas kedua orang tua tidak mendapatkan jawaban.”
[Lihat Kitab Nihayatu Al Muhtaj Ila Syarhi Al Minhaj : juz 2 hal 46 / Kitabu Ash Shalati / Babu Yasytamilu 'Ala Syuruthi Ash Shalati Wa Mawani'iha / Fashlun : Fi Mubthilati Ash Shalati Wa Sunaniha Wa Makruhatiha / Karya Imam Syamsuddin Al-Ramliy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Beirut, Cet. Terakhir, Th. 1404 H = 1983 M].

*🌴✒️• Imam Ibnu Hajar al-Haitamiy al-Makkiy (ulama terkemuka dalam Madzhab al-Syafi’iyyah) rahimahullAhu ta'ala  dalam kitabnya " Tuhfatu Al Muhtaj Ila Syarhi Al Minhaj Wa Hawasyai Asy Syarwaniy Wa Al 'Ibadiy " menjelaskan :*

وَتَبْطُلُ بِإِجَابَةِ الْأَبَوَيْنِ وَلَا تَجِبُ فِي فَرْضٍ مُطْلَقًا بَلْ فِي نَفْلٍ إنْ تَأَذَّيَا بِعَدَمِهَا تَأَذِّيًا لَيْسَ بِالْهَيِّنِ
[انظر كتاب تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي : ج ٢ ص ١٣٩ / كتاب الصلاة / فصل في ذكر مبطلات الصلاة وسننها ومكروهاتها / للإمام أحمد بن محمد بن علي بن حجر الهيتمي الشافعي / الناشر: المكتبة التجارية الكبرى بمصر ، عام النشر: ١٣٥٧ هـ = ١٩٨٣ مـ].

“Dan batal (shalatnya) dengan menjawab kedua ibu bapak, dan tidak wajib menjawab ketika dalam shalat fardlu secara mutlak, akan tetapi menjadi wajib menjawab ketika dalam keadaan shalat sunnah jika mereka berdua merasa tersakiti dengan tidak mendapat jawaban, tersakiti dalam bentuk yang tidak ringan.”
[Lihat Kitab Tuhfatu Al Muhtaj Ila Syarhi Al Minhaj Wa Hawasyai Asy Syarwaniy Wa Al 'Ibadiy : juz 2 hal 139 / Kitabu Ash Shalati / Fashlun : Fi Dzikri Mubthilati Ash Shalati Wa Sunaniha Wa Makruhatiha / Karya Imam Ibnu Hajar Al Haitamiy Al Makkiy Asy Syafi'iy / Al Maktabah At Tijariyyah Al Kubro - Mesir, Th. 1357 H = 1983 M].


*💾✒️• Imam Ibnu Hajar Al 'Asqalaniy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Fathu Al Bariy Syarhu Shahih Al Bukhariy " mengatakan :*

وَالْأَصَحُّ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ أَنَّ الصَّلَاةَ إِنْ كَانَتْ نَفْلًا وَعُلِمَ تَأَذِّي الْوَالِدِ بِالتَّرْكِ وَجَبَتِ الْإِجَابَةُ وَإِلَّا فَلَا ,

وَإِنْ كَانَتْ فَرْضًا وَضَاقَ الْوَقْتُ لَمْ تَجِبِ الْإِجَابَةُ وَإِنْ لَمْ يَضِقْ وَجَبَ عِنْدَ إِمَامِ الْحَرَمَيْنِ وَخَالَفَهُ غَيْرُهُ لِأَنَّهَا تَلْزَمُ بِالشُّرُوعِ.اهـ
[انظر كتاب فتح الباري شرح صحيح البخاري : ج ٦ ص ٤٨٣ /  (قوله : باب قول الله تعالى : وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا) {سورة مريم : ٠١٩ الآية ١٦} / للإمام أحمد بن علي بن حجر أبو الفضل العسقلاني الشافعي / الناشر: دار المعرفة - بيروت، ١٣٧٩ هـ].

Dan yang paling benar menurut Syafi'iyyah (pengikut Imam Syafi'iy) bahwasannya jikalau shalatnya adalah shalat sunnah, dan diketahui akan menyakiti orangtua dengan meninggalkannya, maka wajib menjawab panggilannya, dan jikalau tidak demikian maka tidak wajib menjawabnya.

Dan jikalau dalam shalat wajib, dan waktunya sempit, maka tidak wajib menjawabnya, dan ketika waktunya tidak sempit, maka wajib menjawabnya menurut pendapat Imam Haramain (Imam Al Juwainiy), dan selain beliau menyelisihi pendapatnya, karena hal tersebut harus mematuhi inisiasi (upacara yang harus dilakukan).
[Lihat Kitab Fathu Al Bariy Syarhu Shahih Al Bukhariy : juz 6 hal 483 / Qauluhu : Babu Qaulillaahi Ta'ala : Wadzkur Fi Al Kitabi Maryama Idzintabadzat Min Ahliha {QS. Maryam : 019/ 16} / Karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqolaniy Asy Syafi'iy / Dar Al Ma'rifah - Beirut, Th. 1379 H].


*📓✍️• Menurut Imam Al-Ghazaliy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala sebagaimana disebutkan dalam risalahnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 444), sekurang-kurangnya ada tujuh adab anak kepada orang tua sebagai berikut:
 
آداب الولد مع والديه: يسمع كلامهما، و يقوم لقيامهما، و يمتثل لأمرهما، ويلبى دعوتهما، ويخفض لهما جناح الذل من الرحمة ولا يبرمهما بالإلحاح، ولا يمن عليهما بالبر لهما، ولا بالقيام بأمرهما، ولاينظر إليهما شزرًا ولا يعصى لهما أمرًا

 “Adab anak kepada orang tua, yakni 1).mendengarkan kata-kata orang tua, 2). berdiri ketika mereka berdiri, 3). mematuhi sesuai perintah-perintah mereka, 4). memenuhi panggilan mereka, 5). merendah kepada mereka dengan penuh sayang dan tidak menyusahkan mereka dengan pemaksaan, 6). tidak mudah merasa capek dalam berbuat baik kepada mereka, 7). dan tidak sungkan melaksanakan perintah-perintah mereka,  tidak memandang mereka dengan rasa curiga, dan tidak membangkang perintah mereka.”
[Lihat Kitab Majmu'ah Rasail Al-Imam Al-Ghazaliy : hal 444. Karya Imam Abu Hamid Al Ghazaliy Asy Syafi'iy / Al-Maktabah At-Taufiqiyyah - Kairo].


*❷★᭄☘• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ Δβυ Ηαƞιẜαհ | Tidak Wajib  Menjawab Panggilan Salah Satu Orangtua Ketika Sedang Shalat Wajib Kecuali Ketika Mereka Meminta Pertolongan Dan Didalam Shalat Sunnah Wajib Menjawab Panggilan  Orangtua Ketika Mereka Tidak Tahu Kalau Sedang Shalat Jika Tidak Demikian Maka Tidak Wajib Menjawab.*

*💾🌴• Imam Ibnu 'Abidin Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Hasyiyyah Ibnu 'Abidin = Raddu Al Muhtar  'Ala Al Durru Al Mukhtari " mengatakan :*

وَالْحَاصِلُ أَنَّ الْمُصَلِّيَ مَتَى سَمِعَ أَحَدًا يَسْتَغِيثُ وَإِنْ لَمْ يَقْصِدْهُ بِالنِّدَاءِ، أَوْ كَانَ أَجْنَبِيًّا وَإِنْ لَمْ يَعْلَمْ مَا حَلَّ بِهِ أَوْ عَلِمَ وَكَانَ لَهُ قُدْرَةٌ عَلَى إغَاثَتِهِ وَتَخْلِيصِهِ وَجَبَ عَلَيْهِ إغَاثَتُهُ وَقَطَعَ الصَّلَاةَ فَرْضًا كَانَتْ أَوْ غَيْرَهُ
[انظر كتاب الدر المختار وحاشية ابن عابدين (رد المحتار) : ج ٢ ص ٥١ / كتاب الصلاة / باب إدراك الفريضة / للإمام ابن عابدين، محمد أمين بن عمر بن عبد العزيز عابدين الدمشقي الحنفي (المتوفى: ١٢٥٢ هـ) / الناشر: دار الفكر-بيروت الطبعة: الثانية، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٢ مـ].

Walhasil bahwa orang yang shalat ketika mendengar seseorang meminta pertolongan, dan walaupun tidak menyengajanya dengan panggilan, atau orang lain yang memanggil, walaupun ia tidak tahu terhadap perkara yang membatalkan disebabkan olehnya, atau ia mengetahui, dan ia kuasa untuk menolongnya,

Dan kesimpulannya wajib baginya untuk menolong orang tersebut, dan membatalkan shalatnya baik shalat yang wajib atau yang selainnya.
[Lihat Kitab Ad Durru Al Mukhtari Wa Hasyiyyah Ibnu 'Abidin (Raddu Al-Muhtaar) : juz 2 hal 51 / Kitabu Ash Shalati / Babu Idraki Al Fariidhah / Karya Imam Ibnu 'Abidin Al Hanafiy / Dar Al Fikri - Beirut, Cet. Kedua, Th. 1413 H = 1992 M].


*📓🌴• Selanjutnya Imam Ibnu 'Abidin Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala masih dalam kitabnya " Hasyiyyah Ibnu 'Abidin = Raddu Al Muhtar  'Ala Al Durru Al Mukhtari " mengatakan :*

وَلَوْ دَعَاهُ أَحَدُ أَبَوَيْهِ فِي الْفَرْضِ لَا يُجِيبُهُ إلَّا أَنْ يَسْتَغِيثَ بِهِ. وَفِي النَّفْلِ إنْ عَلِمَ أَنَّهُ فِي الصَّلَاةِ فَدَعَاهُ لَا يُجِيبُهُ وَإِلَّا أَجَابَهُ. انتهى .
[انظر كتاب الدر المختار وحاشية ابن عابدين (رد المحتار) : ج ٢ ص ٥١ / كتاب الصلاة / باب إدراك الفريضة / للإمام ابن عابدين، محمد أمين بن عمر بن عبد العزيز عابدين الدمشقي الحنفي (المتوفى: ١٢٥٢ هـ) / الناشر: دار الفكر-بيروت الطبعة: الثانية، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٢ مـ].

"Kalau salat satu dari kedua orang tua memanggilanya dalam shalat wajib, maka tidak menjawabnya kecuali ketika memohon pertolongan, dan di
dalam shalat sunnah ketika salahsatu dari mereka mengetahui bahwasannya ia sedang shalat, kemudian salahsatu orangtuanya  memanggilnya, maka ia tidak wajib menjawabnya, jika tidak demikian, maka wajib menjawabnya."
[Lihat Kitab Ad Durru Al Mukhtari Wa Hasyiyyah Ibnu 'Abidin (Raddu Al-Muhtaar) : juz 2 hal 51 / Kitabu Ash Shalati / Babu Idraki Al Fariidhah / Karya Imam Ibnu 'Abidin Al Hanafiy / Dar Al Fikri - Beirut, Cet. Kedua, Th. 1413 H = 1992 M].


*🌴✍️• Dalam kesempatan lain Imam Ibnu 'Abidin Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala masih dalam kitabnya " Hasyiyyah Ibnu 'Abidin = Raddu Al Muhtar  'Ala Al Durru Al Mukhtari " mengatakan :*

قُلْت: وَمُقْتَضَاهُ أَنَّ إجَابَتَهُ خَارِجَ الصَّلَاةِ وَاجِبَةٌ أَيْضًا بِالْأَوْلَى. وَالظَّاهِرُ أَنَّ مَحَلَّهُ إذَا تَأَذَّى مِنْهُ بِتَرْكِ الْإِجَابَةِ لِكَوْنِهِ عُقُوقًا تَأَمَّلْ هَذَا،

وَذَكَرَ الرَّحْمَتِيُّ (أبو البركات الرحمتي: فقيه دمشقي، من علماء الحنفية) مَا مَعْنَاهُ أَنَّهُ لَمَّا كَانَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ وَاجِبًا وَكَانَ مَظِنَّةَ أَنْ يُتَوَهَّمَ أَنَّهُ إذَا نَادَاهُ أَحَدُهُمَا يَكُونُ عَلَيْهِ بَأْسٌ فِي عَدَمِ إجَابَتِهِ دُفِعَ ذَلِكَ بِقَوْلِهِ لَا بَأْسَ تَرْجِيحًا لِأَمْرِ اللَّهِ تَعَالَى بِعَدَمِ قَطْعِ الْعِبَادَةِ لِأَنَّ نِدَاءَهُ لَهُ مَعَ عِلْمِهِ بِأَنَّهُ فِي الصَّلَاةِ مَعْصِيَةٌ، وَلَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ، فَلَا تَجُوزُ إجَابَتُهُ؛ بِخِلَافِ مَا إذَا لَمْ يَعْلَمْ أَنَّهُ فِي الصَّلَاةِ فَإِنَّهُ يُجِيبُهُ، لِمَا عُلِمَ فِي قِصَّةِ جُرَيْجٍ الرَّاهِبِ، وَدُعَاءِ أُمِّهِ عَلَيْهِ، وَمَا نَالَهُ مِنْ الْعَنَاءِ لِعَدَمِ إجَابَتِهِ لَهَا فَلَيْسَ كَلِمَةُ لَا بَأْسَ هُنَا لِخِلَافِ الْأَوْلَى لِأَنَّ ذَلِكَ غَيْرُ مُطَّرِدٍ فِيهَا، بَلْ قَدْ تَأْتِي بِمَعْنَى يَجِبُ وَالظَّاهِرُ أَنَّ هَذَا مِنْهُ.. اهـ
[انظر كتاب الدر المختار وحاشية ابن عابدين (رد المحتار) : ج ٢ ص ٥٢ / كتاب الصلاة / باب إدراك الفريضة / للإمام ابن عابدين، محمد أمين بن عمر بن عبد العزيز عابدين الدمشقي الحنفي (المتوفى: ١٢٥٢ هـ) / الناشر: دار الفكر-بيروت الطبعة: الثانية، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٢ مـ].

Aku berpendapat : dan konskwensi hukumnya bahwa menjawab panggilan diluar shalat wajib juga, dengan konskwensi lebih utama. Dan lahiriyyahnya  tempatnya ketika akan berakibat  menyakitinya dengan mengabaikan panggilannya, karena adanya hal itu termasuk durhaka, maka perhatikanlah hal ini.

Dan Imam Ar Rahmatiy menyebutkan apa yang menjadi  maknanya, ketika birrul walidaini wajib, dapat diprediksikan apabila diumpamakan ketika salahsatu orangtua memangginya, maka akan muncul bahaya dalam pengabaiannya, semua itu ditolak dengan ungkapannya : tidak membahayakan secara lebih menguatkan, berdasarkan perintah Allah Ta'ala dengan  tidak adanya pemutusan sebuah ibadah, karena panggilan salahsatu dari orangtuanya padanya bersamaan dengan pengetahuannya bahwa panggilanya kepada anaknya yang sedang shalat adalah perbuatan maksiat, dan tidak boleh mengikuti makhluq dalam kemaksiatan kepada Tuhannya, maka tidak boleh menjawabnya, berbeda kalau salahsatu orangtuanya tidak mengetahui bahwa anaknya sedang melakukan shalat, maka ia wajib menjawabnya, berdasarkan riwayat hadits yang sudah diketahui dalam kisah Juraij Sang Rahib (pendeta), dan panggilan ibunya kepadanya, dan perkara yang menimpanya dari gangguan, akibat dari pengabaiannya terhadap panggilan ibunya, maka tidak ada kalimat " tidak berbahaya " disana, karena menyelisihi keutamaan, karena semua itu bukan sesuatu yang dikeluarkan didalamnya, sebaliknya sudah tersebut dengan artian "diwajibkan" dan yang jelas bahwa hal ini berasal darinya.
[Lihat Kitab Ad Durru Al Mukhtari Wa Hasyiyyah Ibnu 'Abidin (Raddu Al-Muhtaar) : juz 2 hal 52 / Kitabu Ash Shalati / Babu Idraki Al Fariidhah / Karya Imam Ibnu 'Abidin Al Hanafiy / Dar Al Fikri - Beirut, Cet. Kedua, Th. 1413 H = 1992 M].


*❸ꦿ᭄ꦿ🌾• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ ΜαℓιΚ Βιƞ Δƞαៜ | Menjawab Panggilan Orangtua Dalam Shalat Sunnah Lebih Utama Dibandingkan Meneruskan Shalatnya.*

*💾✒️• Imam Ibnu Hajar Al 'Asqalaniy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Fathu Al Bariy Syarhu Shahih Al Bukhariy " mengatakan :*

وَعِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ أَن إِجَابَة الْوَالِد فِي النَّافِلَةِ أَفْضَلُ مِنَ التَّمَادِي فِيهَا وَحَكَى الْقَاضِي أَبُو الْوَلِيدِ أَنَّ ذَلِكَ يَخْتَصُّ بِالْأُمِّ دون الْأَب وَعند بن أَبِي شَيْبَةَ مِنْ مُرْسَلِ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ مَا يَشْهَدُ لَهُ وَقَالَ بِهِ مَكْحُولٌ وَقِيلَ إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ بِهِ مِنَ السَّلَفِ غَيْرُهُ .اهـ
[انظر كتاب فتح الباري شرح صحيح البخاري : ج ٦ ص ٤٨٣ /  (قوله : باب قول الله تعالى : وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا) {سورة مريم : ٠١٩ الآية ١٦} / للإمام أحمد بن علي بن حجر أبو الفضل العسقلاني الشافعي / الناشر: دار المعرفة - بيروت، ١٣٧٩ هـ].

Dan menurut Malikiyyah (pengikut Imam Malik) bahwasannya menjawab panggilan orangtua dalam shalat Sunnah itu lebih utama dibandingkan dari melanjutkan didalamnya, Al Qadhi Abu Al Walid mengkisahkan : semua itu cuma dikhususkan bagi panggilan ibu bukan panggilan bapak, dan menurut Ibnu Abi Syaibah dari hadits mursalnya Muhammad bin Munkadir perkara yang  ia saksikan, dan (Tabi'in Masyhur) Imam Makhul mengatakan juga dengan hal tersebut.  Dan dikatakan tidak ada yang mengatakan dengan perihal itu dari golongan ulama salaf selain dirinya.
[Lihat Kitab Fathu Al Bariy Syarhu Shahih Al Bukhariy : juz 6 hal 483 / Qauluhu : Babu Qaulillaahi Ta'ala : Wadzkur Fi Al Kitabi Maryama Idzintabadzat Min Ahliha {QS. Maryam : 019/ 16} / Karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqolaniy Asy Syafi'iy / Dar Al Ma'rifah - Beirut, Th. 1379 H].


*❹࿐🥀• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ Δհʍαδ Βιƞ Ηαƞβαℓ | Tidak Boleh Taat  Kepada Oratua Dalam  Meninggalkan Kewajiban Dan Makruh Shalat Didalam Ruangan Yang Terdapat Gambar Dan Patung Dihadapannya.*

*💾✒️• Imam Ibnu Taimiyyah Al Maqdisiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Mustadrak 'Ala Majmu' Al Fatawa " mengatakan :*

"نصوص أحمد تدل على أنه لا طاعة لهما في ترك الفرض، وهي صريحة في عدم ترك الجماعة، وعدم تأخير الحج". انتهى
[انظر كتاب المستدرك على مجموع الفتاوى : ج ٣ ص ٢١٧ / كتاب الجهاد / للإمام تقي الدين أبو العباس أحمد بن عبد الحليم بن تيمية الحراني (المتوفى: ٧٢٨ هـ) جمعه ورتبه وطبعه على نفقته: محمد بن عبد الرحمن بن قاسم (المتوفى: ١٤٢١ هـ) الطبعة: الأولى، ١٤١٨ هـ].

Catatan catatan Imam Ahmad menunjukkan bahwasannya tidak ketaatan bagi kedua orangtua dalam meninggalkan perkara yang wajib, dan itu jelas dalam ketidakadaan meninggalkan jama'ah, dan mengakhirkan ibadah haji.
[Lihat Kitab Al Mustadrak Majmu' Al Fatawa : juz 3 hal 217 / Kitabu Al Jihadi / Karya Imam Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy / Cet. Pertama, Th. 1418 H].


*📓✍️• Dalam kesempatan lain Imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Majmu' Al Fatawa Al Kubro " mengatakan :*

وَهُوَ الصَّحِيحُ الْمَأْثُورُ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ وَغَيْرِهِ وَهُوَ مَنْصُوصٌ عَنْ أَحْمَد وَغَيْرِهِ أَنَّهُ إنْ كَانَ فِيهَا صُوَرٌ لَمْ يُصَلَّ فِيهَا لِأَنَّ الْمَلَائِكَةَ لَا تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ , وَلِأَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ💞– لَمْ يَدْخُلْ الْكَعْبَةَ حَتَّى مُحِيَ مَا فِيهَا مِنْ الصُّوَرِ

وَكَذَلِكَ قَالَ عُمَرُ: إنَّا كُنَّا لَا نَدْخُلُ كَنَائِسَهُمْ وَالصُّوَرُ فِيهَا. انتهى
[انظر كتاب مجموع الفتاوى الكبرى :  ج ٢٢ ص ١٦٢ /  الفقه (٢) : الصلاة / باب شروط الصلاة / سئل عن الصلاة في البيع والكنائس / للإمام تقي الدين أبو العباس أحمد بن عبد الحليم بن تيمية الحراني الحنبلي (المتوفى: ٧٢٨ هـ) /  الناشر: مجمع الملك فهد لطباعة المصحف الشريف، المدينة النبوية، المملكة العربية السعودية عام النشر: ١٤١٦ هـ = ١٩٩٥ مـ].

Dan Shahih Ma'tsur dari Sayyidina 'Umar bin Khattab dan yang lainnya, dan itu ditetapkan dari Imam Ahmad dan yang lainnya : bahwasannya apabila didalam rumah  tempat ibadahnya kaum Nasrani/Yahudi  terdapat gambar, maka tidak boleh shalat didalamnya, karena sesungguhnya Malaikat Rahmat tidak masuk kedalam rumah yang ada gambarnya, dan karena sesungguhnya Nabi –ﷺ💞– tidak memasuki Ka'bah , hingga dihapus gambar-gambar yang berada didalamnya,

Demikian juga Sayyidina 'Umar berkata : dan sesungguhnya kami tidak memasuki rumah ibadah kaum Nasrani/Yahudi, dan  gambar-gambar terdapat didalamnya.
[Lihat Kitab Majmu' Al Fatawa Al Kubro : juz 22 hal 162 / Al Fiqhu (2) : Ash Shalatu / Babu Syuruthi Ash Shalati / Su'ila 'An Ash  Shalati Fi Al Biya'i Wa Al Kana'isi / Karya Imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy / Majma' Al Mulk Fahd Lithaba'ati Al Mushhafi Asy Syarifi - Al Madinah An Nabawiyyah - Al Mamlakah Al 'Arabiyyah As Su'udiyyah, Th. 1416 H = 1995 M].


*💾✒️• Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Kasyafu Al Qina' 'Ala Matni Al Iqna' " mengatakan :*

( وَ ) يُكْرَهُ ( صَلَاتُهُ إلَى صُورَةٍ مَنْصُوبَةٍ ) نَصَّ عَلَيْهِ قَالَ فِي الْفُرُوعِ : وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِ بَعْضِهِمْ صُورَةٌ مُمَثَّلَةٌ ، لِأَنَّهُ يُشْبِهُ سُجُودَ الْكُفَّارِ لَهَا فَدَلَّ أَنَّ الْمُرَادَ صُورَةُ حَيَوَانٍ مُحَرَّمَةٍ لِأَنَّهَا الَّتِي تُعْبَدُ وَفِيهِ نَظَرٌ .

وَفِي الْفُصُولِ يُكْرَهُ أَنْ يُصَلِّيَ إلَى جِدَارٍ فِيهِ صُورَةٌ وَتَمَاثِيلُ لِمَا فِيهِ مِنْ التَّشَبُّهِ بِعِبَادَةِ الْأَوْثَانِ وَالْأَصْنَامِ وَظَاهِرهُ : وَلَوْ كَانَتْ صَغِيرَةً لَا تَبْدُو لِلنَّاظِرِ إلَيْهَا ، وَأَنَّهُ لَا تُكْرَهُ إلَى غَيْرِ مَنْصُوبَةٍ وَلَا سُجُودُهُ عَلَى صُورَةٍ وَلَا صُورَةٍ خَلْفَهُ فِي الْبَيْتِ وَلَا فِي فَوْقَ رَأْسِهِ فِي سَقْفٍ ، أَوْ عَنْ أَحَدِ جَانِبَيْهِ ، خِلَافًا لِأَبِي حَنِيفَةَ .
[انظر  كتاب كشاف القناع عن متن الإقناع : ج ١ ص ٣٧٠ / كتاب الصلاة / باب صفة الصلاة / فصل ما يكره وما يباح وما يستحب في الصلاة / للإمام منصور بن يونس بن صلاح الدين ابن حسن بن إدريس البهوتى الحنبلى (المتوفى: ١٠٥١ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بدون السنة].

Dan makruh shalatnya pada gambar yang dipajang dihadapannya.

Berkata dalam kitab " Al Furu' " : itu merupakan pendapat sebagian dari mereka " gambar yang mempunyai bayangan " , karena hal tersebut menyerupai sujudnya orang-orang kafir kepadanya, maka menunjukkan bahwasannya yang dimaksud adalah gambar binatang yang diharamkan, karena sesungguhnya gambar binatang tersebut yang disembah, dan dalam masalah ini banyak pendapatnya.

Dan didalam kitab " Al Fushul " : dimakruhkan apabila shalat dihadapan tembok yang terdapat gambar dan patung-patung, karena diprediksikan didalamnya menyerupai dengan orang-orang yang menyembah berhala dan patung-patung, dan detailnya : walaupun sekecil apapun bentuknya yang tidak jelas dilihat oleh yang melihatnya, dan tidak makruh shalat pada gambar yang tidak dipajang, dan tidak makruh sujudnya pada gambar , dan gambar dibelakangnya didalam rumah, dan gambar diatas kepalanya semacam gambar yang berada diatas loteng, atau dihadapan gambar yang terletak disalahsatu sisi kanan atau kirinya, menyelisihi terhadap pendapat Imam Abu Hanifah.
[Lihat Kitab Kasyafu Al Qina' 'Ala Matni Al Iqna' : juz 1 hal 370 / Kitabu Ash Shalati / Babu Shifati Ash Shalati / Fashlun : Ma Yukrahu Wa Ma Yubahu Wa Ma Yustahabbu Fi Ash Shalati / Karya Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Tnp Tahun].


*❺༻🍒• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ Dαwυδ Δδz Dzɸհιʀιψ | Tidak Makruh Menggunakan Kain Bergambar Pada Selain Bantal Dan Selambu.*

*🌴✒️• Imam Ibnu Hazm Adz Dzohiriy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Muhalla Bi Al Atsari " mengatakan :*

وَقَدْ صَحَّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– أَنَّهُ كَرِهَ السِّتْرَ الْمُعَلَّقَ فِيهِ التَّصَاوِيرُ فَجُعِلَتْ لَهُ مِنْهُ وِسَادَةً فَلَمْ يُنْكِرْهَا - فَصَحَّ أَنَّ الصُّوَرَ فِي السُّتُورِ مَكْرُوهَةٌ غَيْرُ مُحَرَّمَةٍ، وَفِي الْوَسَائِدِ، وَغَيْرِ السُّتُورِ لَيْسَتْ مَكْرُوهَةَ الِاسْتِخْدَامِ بِهَا.
[انظر كتاب المحلًى بالآثار : ج ٧ ص ٥١٦ /  كتاب البيوع / مسألة بيع الصور / للإمام أبو محمد علي بن أحمد بن سعيد بن حزم الأندلسي القرطبي الظاهري (المتوفى: ٤٥٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بيروت - بدون السنة].

Dan benar dari RasulillAhi –ﷺ💞– bahwasannya beliau membenci satir/kain selambu digantung yang ada gambar-gambarnya, lalu dijadikan bagi beliau sebagian darinya sebuah bantal, beliaupun tidak menolaknya.

Maka benar bahwasannya gambar-gambar yang ada pada selambu hukumnya makruh tidak sampai diharamkan, dan terkait dalam bantal-bantal, dan selain selambu-selambu tidak dimakruhkan  menyediakan untuk menggunakannya.
[Lihat Kitab Al Muhalla Bi Al Atsari : juz 7 hal 516 / Kitabu Al Buyu'i / Mas'alatu Bai'i Ash Shuwari / Karya Imam Ibnu Hazm Adz Dzohiriy / Dar Al Fikri -  Beirut - Tnp. Tahun].


*D]• ★᭄࿂࿆༗࿐𝑴𝒆𝒏𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃 𝑷𝒂𝒏𝒈𝒈𝒊𝒍𝒂𝒏 𝑫𝒂𝒍𝒂𝒎 𝑺𝒉𝒂𝒍𝒂𝒕.*  

 

Sebelum membahas boleh tidaknya menjawab panggilan orangtua dan yang lainnya disaat melakukan shalat menurut perbedaan pendapat Ulama' Madzhab, terlebih dulu melihat kisah Rahib Juraij yang hidup sebelum Rasulullah –ﷺ💞– pernah mengalaminya disaat beribadah, dan syari'at beliau diangkat/diadopsi kembali sebagai sebuah syari'at (ajaran) pada agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah –ﷺ💞– hingga kini.  Berikut kisahnya :

 

   حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ هِلَالٍ عَنْ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ :  كَانَ جُرَيْجٌ يَتَعَبَّدُ فِي صَوْمَعَةٍ فَجَاءَتْ أُمُّهُ قَالَ حُمَيْدٌ فَوَصَفَ لَنَا أَبُو رَافِعٍ صِفَةَ أَبِي هُرَيْرَةَ لِصِفَةِ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– أُمَّهُ حِينَ دَعَتْهُ كَيْفَ جَعَلَتْ كَفَّهَا فَوْقَ حَاجِبِهَا ثُمَّ رَفَعَتْ رَأْسَهَا إِلَيْهِ تَدْعُوهُ فَقَالَتْ : يَا جُرَيْجُ أَنَا أُمُّكَ كَلِّمْنِي فَصَادَفَتْهُ يُصَلِّي ,فَقَالَ :  اللَّهُمَّ أُمِّي وَصَلَاتِي فَاخْتَارَ صَلَاتَهُ فَرَجَعَتْ ثُمَّ عَادَتْ فِي الثَّانِيَةِ , فَقَالَتْ :  يَا جُرَيْجُ أَنَا أُمُّكَ فَكَلِّمْنِي قَالَ :  اللَّهُمَّ أُمِّي وَصَلَاتِي فَاخْتَارَ صَلَاتَهُ , فَقَالَتْ :  اللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا جُرَيْجٌ وَهُوَ ابْنِي وَإِنِّي كَلَّمْتُهُ فَأَبَى أَنْ يُكَلِّمَنِي اللَّهُمَّ فَلَا تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ الْمُومِسَاتِ قَالَ وَلَوْ دَعَتْ عَلَيْهِ أَنْ يُفْتَنَ لَفُتِنَ قَالَ وَكَانَ رَاعِي ضَأْنٍ يَأْوِي إِلَى دَيْرِهِ قَالَ فَخَرَجَتْ امْرَأَةٌ مِنْ الْقَرْيَةِ فَوَقَعَ عَلَيْهَا الرَّاعِي فَحَمَلَتْ فَوَلَدَتْ غُلَامًا فَقِيلَ لَهَا مَا هَذَا قَالَتْ مِنْ صَاحِبِ هَذَا الدَّيْرِ قَالَ فَجَاءُوا بِفُؤُوسِهِمْ وَمَسَاحِيهِمْ فَنَادَوْهُ فَصَادَفُوهُ يُصَلِّي فَلَمْ يُكَلِّمْهُمْ قَالَ فَأَخَذُوا يَهْدِمُونَ دَيْرَهُ فَلَمَّا رَأَى ذَلِكَ نَزَلَ إِلَيْهِمْ فَقَالُوا لَهُ سَلْ هَذِهِ قَالَ فَتَبَسَّمَ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَ الصَّبِيِّ فَقَالَ مَنْ أَبُوكَ قَالَ أَبِي رَاعِي الضَّأْنِ فَلَمَّا سَمِعُوا ذَلِكَ مِنْهُ قَالُوا نَبْنِي مَا هَدَمْنَا مِنْ دَيْرِكَ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ قَالَ لَا وَلَكِنْ أَعِيدُوهُ تُرَابًا كَمَا كَانَ ثُمَّ عَلَاهُ 

[رواه أحمد. واللفظ لمسلم /  كتاب البر والصلة والآداب /  بَاب تَقْدِيمِ بِرِّ الْوَالِدَيْنِ عَلَى التَّطَوُّعِ بِالصَّلَاةِ وَغَيْرِهَا / رقم الحديث: ٢٥٥٠].  

 

Telah menceritakan kepada kami : Syaiban bin Farrukh. Telah menceritakan kepada kami : Sulaiman bin Al Mughirah. Telah menceritakan kepada kami : Humaid bin Hilal. Dari Abu Rafi'.  Dari Abu Hurairah, beliau berkata;   "Suatu ketika Juraij beribadah di tempat ibadahnya." Lalu ibunya datang -Hamid berkata; Abu Rafi menggambarkan sifat Abu Hurairah ketika mencontohkan Rasulullah –ﷺ💞–  tatkala ibunya memanggil Juraij seraya meletakkan tangannya pada bulu matanya lalu mengangkat kepalanya memanggil Juraij;   'Wahai Juraij, saya ibumu jawablah!"  Ternyata ibunya mendapati Juraij sedang shalat.   Juraij pun berkata; 'Ya Allah, ibuku atau shalatku yang harus aku penuhi? ' maka Juraij memilih untuk meneruskan shalatnya.   Kemudian ibunya kembali mendatanginya (di tempat shalat), dan masih mendapati Juraij sedang shalat, ia berkata;   'Wahai Juraij, aku ini ibumu, jawablah.'   Juraij berkata dalam hatinya; 'Ya Allah, ibuku atau shalatku, ' maka ia tetap memilih shalatnya. Lalu ibunya mendatanginya dan mendapatinya sedang shalat, ia berkata;   'Wahai Juraij, aku ini ibumu, jawablah aku, ' Juraij berkata dalam hatinya;   'Ya Allah, ibuku atau shalatku, ' maka ia tetap memilih shalatnya. Dan akhirnya Ibunya berkata;   'Ya Allah, Juraij ini adalah anakku, aku telah mengajaknya berbicara (memanggilnya) tetapi ia tidak menjawabku, Ya Allah, janganlah Engkau matikan ia sebelum ia bertemu dengan seorang wanita pelacur.'   sekiranya ia berdoa supaya Juraij mendapatkan fitnah, maka Juraij pasti akan mendapatkan fitnah itu."   Abu Hurairah berkata; "Ada seorang penggembala kambing yang bernaung di rumah ibadahnya, "   Abu Hurairah berkata; "lalu wanita pelacur itu keluar dan berzina dengan penggembala kambing tersebut hingga melahirkan seorang bayi laki-laki, " maka ditanyakan kepada wanita tersebut; 'Bayi ini anak siapa? ' wanita pelacur itu menjawab; 'Anak pemilik rumah ibadah.'   lalu orang-orang pun mendatangi rumah ibadah Juraij dengan membawa kapak dan sekop mereka, mereka memanggil Juraij namun ia ternyata sedang shalat dan enggan untuk menjawabnya. Akhirnya mereka menghancurkan rumah ibadahnya. Melihat hal itu, maka turunlah Juraij menemui mereka, mereka berkata; 'Bertanyalah kepada wanita ini.'"   Abu Hurairah berkata; "Juraij tersenyum, lalu mengusap kepala bayi itu seraya bertanya; 'Siapa bapakmu? ' maka bayi itu menjawab;   'Bapakku adalah penggembala kambing.' Setelah mendengar hal itu dengan serta merta mereka berkata;   'Wahai Juraij, kami akan membangun kembali rumah ibadahmu yang telah hancur dengan emas dan perak, ' tetapi Juraij menjawab;   'Tidak, bangunlah dengan tanah kembali, ' lalu mereka pun melakukannya."  

[HR. Ahmad No. 9230. Dan Teks Hadits Milik Imam Muslim / Kitabu Al Birri Wa Ash Shilati Wa Al Adabi / Babu Taqdimi Birri Al Walidaini 'Ala At Tatthawwu'i Bi Ash Shalati Wa Ghairiha / No. 2550].   

 

*💾✍️• Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Minhaj Syarhu Shahih Muslim " membuat " BAB " dan mengatakan :*

 

  بَاب تَقْدِيمِ بِرِّ الْوَالِدَيْنِ عَلَى التَّطَوُّعِ بِالصَّلَاةِ وَغَيْرِهَا   "قَالَ الْعُلَمَاء : كَانَ الصَّوَاب فِي حَقّه إِجَابَتهَا لِأَنَّهُ كَانَ فِي صَلَاة نَفْل , وَالِاسْتِمْرَار فِيهَا تَطَوُّع لَا وَاجِب , وَإِجَابَة الْأُمّ وَبِرّهَا وَاجِب , وَعُقُوقهَا حَرَام , وَكَانَ يُمْكِنهُ أَنْ يُخَفِّف الصَّلَاة وَيُجِيبهَا ثُمَّ يَعُود لِصَلَاتِهِ ... " انتهى . 

[انظر كتاب المنهاج شرح صحيح مسلم : ج ١٦ ص ١٠٥ / كتاب البر والصلة والآداب / بَاب تَقْدِيمِ بِرِّ الْوَالِدَيْنِ عَلَى التَّطَوُّعِ بِالصَّلَاةِ وَغَيْرِهَا / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت الطبعة: الثانية، ١٣٩٢ هـ].  

 

"Bab taqdim birrul walidaini ‘ala tatowwu’ bis shalat wa goiruha (Bab mendahulukan bakti kedua orang tua dibandingkan dengan shalat sunah dan lainnya).  "Para ulama mengatakan, ‘Yang benar baginya adalah menjawabnya karena ia dalam shalat sunah. Sementara melanjutkan shalat sunah itu tidak diwajibkan. Sementara menjawab ibu dan berbakti kepadanya itu wajib. Dan durhaka kepadanya itu haram. Atau memungkinkan baginya mempersingkat shalat dan menjawabnya kemudian kembali menunaikan shalatnya.”  

[Lihat Kitab Al Minhaj Syarhu Shahih Muslim : juz 16 hal 105 / Kitabu Al Birri Wa Ash Shilati Wa Al Adabi / Babu Taqdimi Birri Al Walidaini 'Ala At Tatthawwu'i Bi Ash Shalati Wa Ghairiha / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Ihya'i At Turats Al 'Arabiy - Beirut - Cet. Kedua, Th. 1392 H].   

 

*❶꧁🌴• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ ⟆ψαẜι'ιψ | Haram Menjawab Panggilan Orangtua Dalam Shalat Wajib Dan Boleh Dalam Shalat Sunnah.*  

 

*🌴✒️• Disebutkan dalam kitab Hasyiayatul Bajuri Syaikh Ibrahim Al Baijuriy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala mengatakan :*

 

  واجابة الوالدين حرام في الفرض لان قطعه حرام جائزة في النفل ثم ان شق عليهما عدمها فالاولي الاجابة وتبطل بها 

[انظر كتاب حاشية البيجوري  شرح فتح القريب المجيب : ج ١ ص ١٨٣. للشيخ ابراهيم البيجوري الشافعي / دار الفكر - بدون السنة].  

 

Menjawab panggilan orangtua hukum haram dalam shalat fardhu karena memutus shalat fardhu adalah haram, dan boleh menjawab panggilan orang tua dalam shalat sunnah. Kemudian jika tidak dijawab akan mengecewakan orang tua, maka sebaiknya menjawab dan membatalkan shalat. 

[Lihat Kitab Hasyiyyah Al Baijuriy Syarhu Fathu Al Qarib Al Mujib : juz 1 hal 183. Karya Syaikh Ibrahim Al Baijuriy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].   

 

*💾✒️• Imam An-Nawawiy  rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab "  menyatakan :*

 

  إذَا دَخَلَ فِي صَلَاةٍ مَفْرُوضَةٍ فِي أَوَّلِ وَقْتِهَا حَرُمَ عَلَيْهِ قَطْعُهَا مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَإِنْ كَانَ الْوَقْتُ وَاسِعًا 

[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٢ ص ٣١٥ / باب الاحداث التى تنقض الوضوء / فصل في الاغسال المسنونة / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بدون السنة].  

 

“Jika seseorang berada dalam posisi sedang shalat di awal waktunya, haram bagi dirinya membatalkan shalat tersebut dengan sengaja tanpa uzur syar’i, meskipun waktu kesempatan untuk melaksanakannya masih banyak.”  

[Lihat Kitab Al Majmu’ Syarhu Al-Muhadzdzab : juz  2 hal 315 / Babu Al Ahdatsi Tanqudhu Al Wudhu'a / Fashlun : Fi Al Ighsali Al lMasnunati / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri -Tnp. Tahun].   

 

*🌴✍️• Imam Syamsuddin Al-Ramliy Asy Syafi'iy Rahimahullah ta'ala  (Ulama terkemuka dalam Madzhab al-Syafi’iyyah) dalam kitabnya " Nihayatu Al Muhtaj " berkata:*

 

  وَلَا تَجِبُ إجَابَةُ الْأَبَوَيْنِ فِي الصَّلَاةِ بَلْ تَحْرُمُ فِي الْفَرْضِ وَتَبْطُلُ بِهَا، وَتَجُوزُ فِي النَّفْلِ مَعَ بُطْلَانِهَا بِهَا،   وَالْأَوْلَى الْإِجَابَةُ فِيهِ إنْ شَقَّ عَلَيْهِمَا عَدَمُهَا  

[انظر كتاب نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج : ج ٢ ص ٤٦ / كتاب الصلاة / باب يشتمل على شروط الصلاة وموانعها / فصل في مبطلات الصلاة وسننها ومكروهاتها /لا تبطل الصلاة بالذكر ووالدعاء / للإمام شمس الدين محمد بن أبي العباس أحمد بن حمزة شهاب الدين الرملي (المتوفى: ١٠٠٤ هـ) / الناشر: دار الفكر، بيروت الطبعة: ط أخيرة - ١٤٠٤ هـ = ١٩٨٤ مـ].  

 

“Dan tidak wajib menjawab Ibu-Bapak (kedua orang tua) di dalam Shalat bahkan menjadi haram menjawab di dalam shalat yang fardlu, dan shalat menjadi batal dengan sebab menjawabnya, namun boleh menjawab ketika dalam shalat sunnah (an-Naflu) dan bersamaan dengan itu shalatnya batal dengan sebab menjawabnya.   Dan lebih Aula (utama) menjawab ketika dalam shalat sunnah jika berat atas kedua orang tua tidak mendapatkan jawaban.” 

[Lihat Kitab Nihayatu Al Muhtaj Ila Syarhi Al Minhaj : juz 2 hal 46 / Kitabu Ash Shalati / Babu Yasytamilu 'Ala Syuruthi Ash Shalati Wa Mawani'iha / Fashlun : Fi Mubthilati Ash Shalati Wa Sunaniha Wa Makruhatiha / Karya Imam Syamsuddin Al-Ramliy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Beirut, Cet. Terakhir, Th. 1404 H = 1983 M].  

 

*🌴✒️• Imam Ibnu Hajar al-Haitamiy al-Makkiy (ulama terkemuka dalam Madzhab al-Syafi’iyyah) rahimahullAhu ta'ala  dalam kitabnya " Tuhfatu Al Muhtaj Ila Syarhi Al Minhaj Wa Hawasyai Asy Syarwaniy Wa Al 'Ibadiy " menjelaskan :*

 

  وَتَبْطُلُ بِإِجَابَةِ الْأَبَوَيْنِ وَلَا تَجِبُ فِي فَرْضٍ مُطْلَقًا بَلْ فِي نَفْلٍ إنْ تَأَذَّيَا بِعَدَمِهَا تَأَذِّيًا لَيْسَ بِالْهَيِّنِ  

[انظر كتاب تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي : ج ٢ ص ١٣٩ / كتاب الصلاة / فصل في ذكر مبطلات الصلاة وسننها ومكروهاتها / للإمام أحمد بن محمد بن علي بن حجر الهيتمي الشافعي / الناشر: المكتبة التجارية الكبرى بمصر ، عام النشر: ١٣٥٧ هـ = ١٩٨٣ مـ].  

 

“Dan batal (shalatnya) dengan menjawab kedua ibu bapak, dan tidak wajib menjawab ketika dalam shalat fardlu secara mutlak, akan tetapi menjadi wajib menjawab ketika dalam keadaan shalat sunnah jika mereka berdua merasa tersakiti dengan tidak mendapat jawaban, tersakiti dalam bentuk yang tidak ringan.” 

[Lihat Kitab Tuhfatu Al Muhtaj Ila Syarhi Al Minhaj Wa Hawasyai Asy Syarwaniy Wa Al 'Ibadiy : juz 2 hal 139 / Kitabu Ash Shalati / Fashlun : Fi Dzikri Mubthilati Ash Shalati Wa Sunaniha Wa Makruhatiha / Karya Imam Ibnu Hajar Al Haitamiy Al Makkiy Asy Syafi'iy / Al Maktabah At Tijariyyah Al Kubro - Mesir, Th. 1357 H = 1983 M].   

 

*💾✒️• Imam Ibnu Hajar Al 'Asqalaniy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Fathu Al Bariy Syarhu Shahih Al Bukhariy " mengatakan :*

 

  وَالْأَصَحُّ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ أَنَّ الصَّلَاةَ إِنْ كَانَتْ نَفْلًا وَعُلِمَ تَأَذِّي الْوَالِدِ بِالتَّرْكِ وَجَبَتِ الْإِجَابَةُ وَإِلَّا فَلَا ,  وَإِنْ كَانَتْ فَرْضًا وَضَاقَ الْوَقْتُ لَمْ تَجِبِ الْإِجَابَةُ وَإِنْ لَمْ يَضِقْ وَجَبَ عِنْدَ إِمَامِ الْحَرَمَيْنِ وَخَالَفَهُ غَيْرُهُ لِأَنَّهَا تَلْزَمُ بِالشُّرُوعِ.اهـ 

[انظر كتاب فتح الباري شرح صحيح البخاري : ج ٦ ص ٤٨٣ /  (قوله : باب قول الله تعالى : وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا) {سورة مريم : ٠١٩ الآية ١٦} / للإمام أحمد بن علي بن حجر أبو الفضل العسقلاني الشافعي / الناشر: دار المعرفة - بيروت، ١٣٧٩ هـ].  

 

Dan yang paling benar menurut Syafi'iyyah (pengikut Imam Syafi'iy) bahwasannya jikalau shalatnya adalah shalat sunnah, dan diketahui akan menyakiti orangtua dengan meninggalkannya, maka wajib menjawab panggilannya, dan jikalau tidak demikian maka tidak wajib menjawabnya.  Dan jikalau dalam shalat wajib, dan waktunya sempit, maka tidak wajib menjawabnya, dan ketika waktunya tidak sempit, maka wajib menjawabnya menurut pendapat Imam Haramain (Imam Al Juwainiy), dan selain beliau menyelisihi pendapatnya, karena hal tersebut harus mematuhi inisiasi (upacara yang harus dilakukan). 

[Lihat Kitab Fathu Al Bariy Syarhu Shahih Al Bukhariy : juz 6 hal 483 / Qauluhu : Babu Qaulillaahi Ta'ala : Wadzkur Fi Al Kitabi Maryama Idzintabadzat Min Ahliha {QS. Maryam : 019/ 16} / Karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqolaniy Asy Syafi'iy / Dar Al Ma'rifah - Beirut, Th. 1379 H].   

 

*📓✍️• Menurut Imam Al-Ghazaliy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala sebagaimana disebutkan dalam risalahnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 444), sekurang-kurangnya ada tujuh adab anak kepada orang tua sebagai berikut:

 

   آداب الولد مع والديه: يسمع كلامهما، و يقوم لقيامهما، و يمتثل لأمرهما، ويلبى دعوتهما، ويخفض لهما جناح الذل من الرحمة ولا يبرمهما بالإلحاح، ولا يمن عليهما بالبر لهما، ولا بالقيام بأمرهما، ولاينظر إليهما شزرًا ولا يعصى لهما أمرًا   

 

“Adab anak kepada orang tua, yakni 1).mendengarkan kata-kata orang tua, 2). berdiri ketika mereka berdiri, 3). mematuhi sesuai perintah-perintah mereka, 4). memenuhi panggilan mereka, 5). merendah kepada mereka dengan penuh sayang dan tidak menyusahkan mereka dengan pemaksaan, 6). tidak mudah merasa capek dalam berbuat baik kepada mereka, 7). dan tidak sungkan melaksanakan perintah-perintah mereka,  tidak memandang mereka dengan rasa curiga, dan tidak membangkang perintah mereka.” [Lihat Kitab Majmu'ah Rasail Al-Imam Al-Ghazaliy : hal 444. Karya Imam Abu Hamid Al Ghazaliy Asy Syafi'iy / Al-Maktabah At-Taufiqiyyah - Kairo].   

 

*❷★᭄☘• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ Δβυ Ηαƞιẜαհ | Tidak Wajib  Menjawab Panggilan Salah Satu Orangtua Ketika Sedang Shalat Wajib Kecuali Ketika Mereka Meminta Pertolongan Dan Didalam Shalat Sunnah Wajib Menjawab Panggilan  Orangtua Ketika Mereka Tidak Tahu Kalau Sedang Shalat Jika Tidak Demikian Maka Tidak Wajib Menjawab.*  

 

*💾🌴• Imam Ibnu 'Abidin Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Hasyiyyah Ibnu 'Abidin = Raddu Al Muhtar  'Ala Al Durru Al Mukhtari " mengatakan :*

 

  وَالْحَاصِلُ أَنَّ الْمُصَلِّيَ مَتَى سَمِعَ أَحَدًا يَسْتَغِيثُ وَإِنْ لَمْ يَقْصِدْهُ بِالنِّدَاءِ، أَوْ كَانَ أَجْنَبِيًّا وَإِنْ لَمْ يَعْلَمْ مَا حَلَّ بِهِ أَوْ عَلِمَ وَكَانَ لَهُ قُدْرَةٌ عَلَى إغَاثَتِهِ وَتَخْلِيصِهِ وَجَبَ عَلَيْهِ إغَاثَتُهُ وَقَطَعَ الصَّلَاةَ فَرْضًا كَانَتْ أَوْ غَيْرَهُ  

[انظر كتاب الدر المختار وحاشية ابن عابدين (رد المحتار) : ج ٢ ص ٥١ / كتاب الصلاة / باب إدراك الفريضة / للإمام ابن عابدين، محمد أمين بن عمر بن عبد العزيز عابدين الدمشقي الحنفي (المتوفى: ١٢٥٢ هـ) / الناشر: دار الفكر-بيروت الطبعة: الثانية، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٢ مـ].  

 

Walhasil bahwa orang yang shalat ketika mendengar seseorang meminta pertolongan, dan walaupun tidak menyengajanya dengan panggilan, atau orang lain yang memanggil, walaupun ia tidak tahu terhadap perkara yang membatalkan disebabkan olehnya, atau ia mengetahui, dan ia kuasa untuk menolongnya,  Dan kesimpulannya wajib baginya untuk menolong orang tersebut, dan membatalkan shalatnya baik shalat yang wajib atau yang selainnya. 

[Lihat Kitab Ad Durru Al Mukhtari Wa Hasyiyyah Ibnu 'Abidin (Raddu Al-Muhtaar) : juz 2 hal 51 / Kitabu Ash Shalati / Babu Idraki Al Fariidhah / Karya Imam Ibnu 'Abidin Al Hanafiy / Dar Al Fikri - Beirut, Cet. Kedua, Th. 1413 H = 1992 M].   

 

*📓🌴• Selanjutnya Imam Ibnu 'Abidin Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala masih dalam kitabnya " Hasyiyyah Ibnu 'Abidin = Raddu Al Muhtar  'Ala Al Durru Al Mukhtari " mengatakan :*

 

  وَلَوْ دَعَاهُ أَحَدُ أَبَوَيْهِ فِي الْفَرْضِ لَا يُجِيبُهُ إلَّا أَنْ يَسْتَغِيثَ بِهِ. وَفِي النَّفْلِ إنْ عَلِمَ أَنَّهُ فِي الصَّلَاةِ فَدَعَاهُ لَا يُجِيبُهُ وَإِلَّا أَجَابَهُ. انتهى . 

[انظر كتاب الدر المختار وحاشية ابن عابدين (رد المحتار) : ج ٢ ص ٥١ / كتاب الصلاة / باب إدراك الفريضة / للإمام ابن عابدين، محمد أمين بن عمر بن عبد العزيز عابدين الدمشقي الحنفي (المتوفى: ١٢٥٢ هـ) / الناشر: دار الفكر-بيروت الطبعة: الثانية، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٢ مـ].  

 

"Kalau salat satu dari kedua orang tua memanggilanya dalam shalat wajib, maka tidak menjawabnya kecuali ketika memohon pertolongan, dan di dalam shalat sunnah ketika salahsatu dari mereka mengetahui bahwasannya ia sedang shalat, kemudian salahsatu orangtuanya  memanggilnya, maka ia tidak wajib menjawabnya, jika tidak demikian, maka wajib menjawabnya." 

[Lihat Kitab Ad Durru Al Mukhtari Wa Hasyiyyah Ibnu 'Abidin (Raddu Al-Muhtaar) : juz 2 hal 51 / Kitabu Ash Shalati / Babu Idraki Al Fariidhah / Karya Imam Ibnu 'Abidin Al Hanafiy / Dar Al Fikri - Beirut, Cet. Kedua, Th. 1413 H = 1992 M].   

 

*🌴✍️• Dalam kesempatan lain Imam Ibnu 'Abidin Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala masih dalam kitabnya " Hasyiyyah Ibnu 'Abidin = Raddu Al Muhtar  'Ala Al Durru Al Mukhtari " mengatakan :*

 

  قُلْت: وَمُقْتَضَاهُ أَنَّ إجَابَتَهُ خَارِجَ الصَّلَاةِ وَاجِبَةٌ أَيْضًا بِالْأَوْلَى. وَالظَّاهِرُ أَنَّ مَحَلَّهُ إذَا تَأَذَّى مِنْهُ بِتَرْكِ الْإِجَابَةِ لِكَوْنِهِ عُقُوقًا تَأَمَّلْ هَذَا،   وَذَكَرَ الرَّحْمَتِيُّ (أبو البركات الرحمتي: فقيه دمشقي، من علماء الحنفية) مَا مَعْنَاهُ أَنَّهُ لَمَّا كَانَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ وَاجِبًا وَكَانَ مَظِنَّةَ أَنْ يُتَوَهَّمَ أَنَّهُ إذَا نَادَاهُ أَحَدُهُمَا يَكُونُ عَلَيْهِ بَأْسٌ فِي عَدَمِ إجَابَتِهِ دُفِعَ ذَلِكَ بِقَوْلِهِ لَا بَأْسَ تَرْجِيحًا لِأَمْرِ اللَّهِ تَعَالَى بِعَدَمِ قَطْعِ الْعِبَادَةِ لِأَنَّ نِدَاءَهُ لَهُ مَعَ عِلْمِهِ بِأَنَّهُ فِي الصَّلَاةِ مَعْصِيَةٌ، وَلَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ، فَلَا تَجُوزُ إجَابَتُهُ؛ بِخِلَافِ مَا إذَا لَمْ يَعْلَمْ أَنَّهُ فِي الصَّلَاةِ فَإِنَّهُ يُجِيبُهُ، لِمَا عُلِمَ فِي قِصَّةِ جُرَيْجٍ الرَّاهِبِ، وَدُعَاءِ أُمِّهِ عَلَيْهِ، وَمَا نَالَهُ مِنْ الْعَنَاءِ لِعَدَمِ إجَابَتِهِ لَهَا فَلَيْسَ كَلِمَةُ لَا بَأْسَ هُنَا لِخِلَافِ الْأَوْلَى لِأَنَّ ذَلِكَ غَيْرُ مُطَّرِدٍ فِيهَا، بَلْ قَدْ تَأْتِي بِمَعْنَى يَجِبُ وَالظَّاهِرُ أَنَّ هَذَا مِنْهُ.. اهـ 

[انظر كتاب الدر المختار وحاشية ابن عابدين (رد المحتار) : ج ٢ ص ٥٢ / كتاب الصلاة / باب إدراك الفريضة / للإمام ابن عابدين، محمد أمين بن عمر بن عبد العزيز عابدين الدمشقي الحنفي (المتوفى: ١٢٥٢ هـ) / الناشر: دار الفكر-بيروت الطبعة: الثانية، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٢ مـ].  

 

Aku berpendapat : dan konskwensi hukumnya bahwa menjawab panggilan diluar shalat wajib juga, dengan konskwensi lebih utama. Dan lahiriyyahnya  tempatnya ketika akan berakibat  menyakitinya dengan mengabaikan panggilannya, karena adanya hal itu termasuk durhaka, maka perhatikanlah hal ini.  Dan Imam Ar Rahmatiy menyebutkan apa yang menjadi  maknanya, ketika birrul walidaini wajib, dapat diprediksikan apabila diumpamakan ketika salahsatu orangtua memangginya, maka akan muncul bahaya dalam pengabaiannya, semua itu ditolak dengan ungkapannya : tidak membahayakan secara lebih menguatkan, berdasarkan perintah Allah Ta'ala dengan  tidak adanya pemutusan sebuah ibadah, karena panggilan salahsatu dari orangtuanya padanya bersamaan dengan pengetahuannya bahwa panggilanya kepada anaknya yang sedang shalat adalah perbuatan maksiat, dan tidak boleh mengikuti makhluq dalam kemaksiatan kepada Tuhannya, maka tidak boleh menjawabnya, berbeda kalau salahsatu orangtuanya tidak mengetahui bahwa anaknya sedang melakukan shalat, maka ia wajib menjawabnya, berdasarkan riwayat hadits yang sudah diketahui dalam kisah Juraij Sang Rahib (pendeta), dan panggilan ibunya kepadanya, dan perkara yang menimpanya dari gangguan, akibat dari pengabaiannya terhadap panggilan ibunya, maka tidak ada kalimat " tidak berbahaya " disana, karena menyelisihi keutamaan, karena semua itu bukan sesuatu yang dikeluarkan didalamnya, sebaliknya sudah tersebut dengan artian "diwajibkan" dan yang jelas bahwa hal ini berasal darinya. 

[Lihat Kitab Ad Durru Al Mukhtari Wa Hasyiyyah Ibnu 'Abidin (Raddu Al-Muhtaar) : juz 2 hal 52 / Kitabu Ash Shalati / Babu Idraki Al Fariidhah / Karya Imam Ibnu 'Abidin Al Hanafiy / Dar Al Fikri - Beirut, Cet. Kedua, Th. 1413 H = 1992 M].   *❸ꦿ᭄ꦿ🌾• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ ΜαℓιΚ Βιƞ Δƞαៜ | Menjawab Panggilan Orangtua Dalam Shalat Sunnah Lebih Utama Dibandingkan Meneruskan Shalatnya.*  

 

*💾✒️• Imam Ibnu Hajar Al 'Asqalaniy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Fathu Al Bariy Syarhu Shahih Al Bukhariy " mengatakan :*

 

  وَعِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ أَن إِجَابَة الْوَالِد فِي النَّافِلَةِ أَفْضَلُ مِنَ التَّمَادِي فِيهَا وَحَكَى الْقَاضِي أَبُو الْوَلِيدِ أَنَّ ذَلِكَ يَخْتَصُّ بِالْأُمِّ دون الْأَب وَعند بن أَبِي شَيْبَةَ مِنْ مُرْسَلِ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ مَا يَشْهَدُ لَهُ وَقَالَ بِهِ مَكْحُولٌ وَقِيلَ إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ بِهِ مِنَ السَّلَفِ غَيْرُهُ .اهـ 

[انظر كتاب فتح الباري شرح صحيح البخاري : ج ٦ ص ٤٨٣ /  (قوله : باب قول الله تعالى : وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا) {سورة مريم : ٠١٩ الآية ١٦} / للإمام أحمد بن علي بن حجر أبو الفضل العسقلاني الشافعي / الناشر: دار المعرفة - بيروت، ١٣٧٩ هـ].  

 

Dan menurut Malikiyyah (pengikut Imam Malik) bahwasannya menjawab panggilan orangtua dalam shalat Sunnah itu lebih utama dibandingkan dari melanjutkan didalamnya, Al Qadhi Abu Al Walid mengkisahkan : semua itu cuma dikhususkan bagi panggilan ibu bukan panggilan bapak, dan menurut Ibnu Abi Syaibah dari hadits mursalnya Muhammad bin Munkadir perkara yang  ia saksikan, dan (Tabi'in Masyhur) Imam Makhul mengatakan juga dengan hal tersebut.  Dan dikatakan tidak ada yang mengatakan dengan perihal itu dari golongan ulama salaf selain dirinya. 

[Lihat Kitab Fathu Al Bariy Syarhu Shahih Al Bukhariy : juz 6 hal 483 / Qauluhu : Babu Qaulillaahi Ta'ala : Wadzkur Fi Al Kitabi Maryama Idzintabadzat Min Ahliha {QS. Maryam : 019/ 16} / Karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqolaniy Asy Syafi'iy / Dar Al Ma'rifah - Beirut, Th. 1379 H].   

 

*❹࿐🥀• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ Δհʍαδ Βιƞ Ηαƞβαℓ | Tidak Boleh Taat  Kepada Oratua Dalam  Meninggalkan Kewajiban Dan Makruh Shalat Didalam Ruangan Yang Terdapat Gambar Dan Patung Dihadapannya.*  

 

*💾✒️• Imam Ibnu Taimiyyah Al Maqdisiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Mustadrak 'Ala Majmu' Al Fatawa " mengatakan :*

 

  "نصوص أحمد تدل على أنه لا طاعة لهما في ترك الفرض، وهي صريحة في عدم ترك الجماعة، وعدم تأخير الحج". انتهى 

[انظر كتاب المستدرك على مجموع الفتاوى : ج ٣ ص ٢١٧ / كتاب الجهاد / للإمام تقي الدين أبو العباس أحمد بن عبد الحليم بن تيمية الحراني (المتوفى: ٧٢٨ هـ) جمعه ورتبه وطبعه على نفقته: محمد بن عبد الرحمن بن قاسم (المتوفى: ١٤٢١ هـ) الطبعة: الأولى، ١٤١٨ هـ].

  

Catatan catatan Imam Ahmad menunjukkan bahwasannya tidak ketaatan bagi kedua orangtua dalam meninggalkan perkara yang wajib, dan itu jelas dalam ketidakadaan meninggalkan jama'ah, dan mengakhirkan ibadah haji.  

[Lihat Kitab Al Mustadrak Majmu' Al Fatawa : juz 3 hal 217 / Kitabu Al Jihadi / Karya Imam Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy / Cet. Pertama, Th. 1418 H].   *📓✍️• Dalam kesempatan lain Imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Majmu' Al Fatawa Al Kubro " mengatakan :*

 

  وَهُوَ الصَّحِيحُ الْمَأْثُورُ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ وَغَيْرِهِ وَهُوَ مَنْصُوصٌ عَنْ أَحْمَد وَغَيْرِهِ أَنَّهُ إنْ كَانَ فِيهَا صُوَرٌ لَمْ يُصَلَّ فِيهَا لِأَنَّ الْمَلَائِكَةَ لَا تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ , وَلِأَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ💞– لَمْ يَدْخُلْ الْكَعْبَةَ حَتَّى مُحِيَ مَا فِيهَا مِنْ الصُّوَرِ   وَكَذَلِكَ قَالَ عُمَرُ: إنَّا كُنَّا لَا نَدْخُلُ كَنَائِسَهُمْ وَالصُّوَرُ فِيهَا. انتهى  

[انظر كتاب مجموع الفتاوى الكبرى :  ج ٢٢ ص ١٦٢ /  الفقه (٢) : الصلاة / باب شروط الصلاة / سئل عن الصلاة في البيع والكنائس / للإمام تقي الدين أبو العباس أحمد بن عبد الحليم بن تيمية الحراني الحنبلي (المتوفى: ٧٢٨ هـ) /  الناشر: مجمع الملك فهد لطباعة المصحف الشريف، المدينة النبوية، المملكة العربية السعودية عام النشر: ١٤١٦ هـ = ١٩٩٥ مـ].  Dan Shahih Ma'tsur dari Sayyidina 'Umar bin Khattab dan yang lainnya, dan itu ditetapkan dari Imam Ahmad dan yang lainnya : bahwasannya apabila didalam rumah  tempat ibadahnya kaum Nasrani/Yahudi  terdapat gambar, maka tidak boleh shalat didalamnya, karena sesungguhnya Malaikat Rahmat tidak masuk kedalam rumah yang ada gambarnya, dan karena sesungguhnya Nabi –ﷺ💞– tidak memasuki Ka'bah , hingga dihapus gambar-gambar yang berada didalamnya,  Demikian juga Sayyidina 'Umar berkata : dan sesungguhnya kami tidak memasuki rumah ibadah kaum Nasrani/Yahudi, dan  gambar-gambar terdapat didalamnya. 

[Lihat Kitab Majmu' Al Fatawa Al Kubro : juz 22 hal 162 / Al Fiqhu (2) : Ash Shalatu / Babu Syuruthi Ash Shalati / Su'ila 'An Ash  Shalati Fi Al Biya'i Wa Al Kana'isi / Karya Imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy / Majma' Al Mulk Fahd Lithaba'ati Al Mushhafi Asy Syarifi - Al Madinah An Nabawiyyah - Al Mamlakah Al 'Arabiyyah As Su'udiyyah, Th. 1416 H = 1995 M].  

 

*💾✒️• Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Kasyafu Al Qina' 'Ala Matni Al Iqna' " mengatakan :*

 

  ( وَ ) يُكْرَهُ ( صَلَاتُهُ إلَى صُورَةٍ مَنْصُوبَةٍ ) نَصَّ عَلَيْهِ قَالَ فِي الْفُرُوعِ : وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِ بَعْضِهِمْ صُورَةٌ مُمَثَّلَةٌ ، لِأَنَّهُ يُشْبِهُ سُجُودَ الْكُفَّارِ لَهَا فَدَلَّ أَنَّ الْمُرَادَ صُورَةُ حَيَوَانٍ مُحَرَّمَةٍ لِأَنَّهَا الَّتِي تُعْبَدُ وَفِيهِ نَظَرٌ .  وَفِي الْفُصُولِ يُكْرَهُ أَنْ يُصَلِّيَ إلَى جِدَارٍ فِيهِ صُورَةٌ وَتَمَاثِيلُ لِمَا فِيهِ مِنْ التَّشَبُّهِ بِعِبَادَةِ الْأَوْثَانِ وَالْأَصْنَامِ وَظَاهِرهُ : وَلَوْ كَانَتْ صَغِيرَةً لَا تَبْدُو لِلنَّاظِرِ إلَيْهَا ، وَأَنَّهُ لَا تُكْرَهُ إلَى غَيْرِ مَنْصُوبَةٍ وَلَا سُجُودُهُ عَلَى صُورَةٍ وَلَا صُورَةٍ خَلْفَهُ فِي الْبَيْتِ وَلَا فِي فَوْقَ رَأْسِهِ فِي سَقْفٍ ، أَوْ عَنْ أَحَدِ جَانِبَيْهِ ، خِلَافًا لِأَبِي حَنِيفَةَ .

  [انظر  كتاب كشاف القناع عن متن الإقناع : ج ١ ص ٣٧٠ / كتاب الصلاة / باب صفة الصلاة / فصل ما يكره وما يباح وما يستحب في الصلاة / للإمام منصور بن يونس بن صلاح الدين ابن حسن بن إدريس البهوتى الحنبلى (المتوفى: ١٠٥١ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بدون السنة].  

Dan makruh shalatnya pada gambar yang dipajang dihadapannya.   Berkata dalam kitab " Al Furu' " : itu merupakan pendapat sebagian dari mereka " gambar yang mempunyai bayangan " , karena hal tersebut menyerupai sujudnya orang-orang kafir kepadanya, maka menunjukkan bahwasannya yang dimaksud adalah gambar binatang yang diharamkan, karena sesungguhnya gambar binatang tersebut yang disembah, dan dalam masalah ini banyak pendapatnya.  Dan didalam kitab " Al Fushul " : dimakruhkan apabila shalat dihadapan tembok yang terdapat gambar dan patung-patung, karena diprediksikan didalamnya menyerupai dengan orang-orang yang menyembah berhala dan patung-patung, dan detailnya : walaupun sekecil apapun bentuknya yang tidak jelas dilihat oleh yang melihatnya, dan tidak makruh shalat pada gambar yang tidak dipajang, dan tidak makruh sujudnya pada gambar , dan gambar dibelakangnya didalam rumah, dan gambar diatas kepalanya semacam gambar yang berada diatas loteng, atau dihadapan gambar yang terletak disalahsatu sisi kanan atau kirinya, menyelisihi terhadap pendapat Imam Abu Hanifah. 

[Lihat Kitab Kasyafu Al Qina' 'Ala Matni Al Iqna' : juz 1 hal 370 / Kitabu Ash Shalati / Babu Shifati Ash Shalati / Fashlun : Ma Yukrahu Wa Ma Yubahu Wa Ma Yustahabbu Fi Ash Shalati / Karya Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Tnp Tahun].   

 

*❺༻🍒• Μεƞυʀυτ Μαδzհαβ Iʍαʍ Dαwυδ Δδz Dzɸհιʀιψ | Boleh Menjawab Dalam Shalat Hanya Khusus Bagi Panggilan Nabi –ﷺ💞–.*

  حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ شُعْبَةَ قَالَ حَدَّثَنِي خَبِيبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي سَعِيدِ بْنِ الْمُعَلَّى قَالَ :   

كُنْتُ أُصَلِّي فَدَعَانِي رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– فَلَمْ أُجِبْهُ حَتَّى صَلَّيْتُ فَأَتَيْتُهُ فَقَالَ :  

*_«مَا مَنَعَكَ أَنْ تَأْتِيَنِي»_*   قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أُصَلِّي قَالَ :  

*_«أَلَمْ يَقُلْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ }»_* (سورة الانفال : ٢٤), 

ثُمَّ قَالَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ أَوْ مِنْ الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ قَالَ : فَأَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ : إِنَّكَ قُلْتَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَالَ :  

*_«نَعَمْ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ»_* 

[رواه أحمد في مسنده /  مسند الشاميين / حديث أبي سعيد بن المعلى رضي الله تعالى عنه / رقم الحديث : ١٧٣٩٥].  Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Sa'id. Dari Syu'bah,  ia berkata : Telah menceritakan kepadaku : Khabib bin Abdurrahman. Dari Hafsh bin Ashim. Dari Abu Sa'id Al Mu'alla, beliau berkata :   

 

"Suatu saat saya sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba Rasulullah –ﷺ💞–  memanggilku, namun saya tidak menjawab panggilannya hingga shalatku selesai.   Ketika aku datang, beliau pun bertanya:   

*_"Apa yang menghalangimu untuk mendatangiku?"_*   

Saya menjawab, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya sedang shalat."   Beliau bersabda:   *_"Bukankah Allah 'azza wajalla telah berfirman: '(Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu…) ' (Qs. Al Anfaal: 24)._*   

Beliau bersabda lagi:   *_"Sungguh, saya akan mengajarimu satu surat paling agung yang terdapat di dalam Al Qur`an, atau dari Al Qur`an sebelum kamu keluar dari Masjid."_*   

Abu Sa'id berkata; Kemudian beliau memegang tanganku, dan saat beliau hendak keluar Masjid, saya pun berkata : "Wahai Rasulullah, engkau telah mengatakan 'Saya akan mengajarimu surat yang paling agung yang terdapat di dalam Al Qur`an? '   

Beliau menjawab :    *_"Benar. Yaitu AL HAMDU LILLAHI RABBIL 'AALAMIIN (Segala puji bagi Allah, Rabb semesta Alam). Ia adalah As Sab'u Al Matsani, dan Al Qur`an Al Azhim yang telah diwahyukan kepadaku."_* 

[HR. Ahmad Dalam Kitab Musnadnya / Musnad Asy Syamiyyiin / Hadits Abi Sa'id Al Mu'alla RadhiyyAllahu Ta'ala 'Anhu / No. 17395].   

 

*💾✍️• Imam Ibnu Hazm Adz Dzohiriy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Muhalla Bi Al Atsari " menjelaskan :*

  فَصَحَّ أَنَّ هَذَا بَعْدَ تَحْرِيمِ الْكَلَامِ فِي الصَّلَاةِ، لِامْتِنَاعِ أَبِي سَعِيدٍ مِنْ إجَابَةِ النَّبِيِّ –ﷺ💞– حَتَّى أَتَمَّ الصَّلَاةَ، وَصَحَّ أَنَّ الْكَلَامَ مَعَ النَّبِيِّ –ﷺ💞– مُبَاحٌ فِي الصَّلَاةِ هَذَا خَاصٌّ لَهُ، وَفِيهِ حَمْلُ اللَّفْظِ عَلَى الْعُمُومِ، وَإِجْمَاعُ أَهْلِ الْإِسْلَامِ الْمُتَيَقِّنِ عَلَى أَنَّ الْمُصَلِّيَ يَقُولُ فِي صَلَاتِهِ " السَّلَامُ عَلَيْك أَيُّهَا النَّبِيُّ ". وَلَا يَخْتَلِفُ الْحَاضِرُونَ مِنْ خُصُومِنَا عَلَى أَنَّ مَنْ قَالَ عَامِدًا فِي صَلَاتِهِ: السَّلَامُ عَلَيْك يَا فُلَانُ، أَنَّ صَلَاتَهُ قَدْ بَطَلَتْ - وَبِاَللَّهِ  تَعَالَى التَّوْفِيقُ. 

[انظر كتاب المحلّى بالآثار : ج ٢ ص ٣١٨ / كتاب الصلاة / أوقات الصلاة / مسألة : لا يحل للمصلي أن يضم ثيابه قاصدا بذلك الصلاة / للإمام أبو محمد علي بن أحمد بن سعيد بن حزم الأندلسي القرطبي الظاهري (المتوفى: ٤٥٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بيروت - بدون السنة].

Jelas bahwasannya kasus ini setelah diharamkannya berbicara dalam shalat , karena penolakkan Sahabat Abi Sa'id Al Mu'alla dari menjawab panggilan Nabi –ﷺ💞– sampai beliau menyelesaikan shalatnya.   Dan jelas bahwasannya berbicara bersama Nabi –ﷺ💞– DIPERBOLEHKAN dalam shalat, dan ini KHUSUS BAGI BELIAU, muatan lafadz didalamnya atas  umum, dan kesepakatan para ahli islam yang diyakini bahwasannya orang yang shalat boleh apabila berbicara dalam shalatnya " السَّلَامُ عَلَيْك أَيُّهَا النَّبِيُّ " dan orang-orang yang hadir tidak menyanggah kami bahwasannya orang yang dengan sengaja mengucapkan (dalam shalat) " السَّلَامُ عَلَيْك يَا فُلَانُ ... ", sesungguhnya shalatnya batal. Dan pertolongan hanya dengan izin Allah Ta'ala.  

[Lihat Kitab Al Muhalla Bi Al Atsari : juz 2 hal 318 / Kitabu Ash Shalati / Auqatu Ash Shalati / Mas'alatun : La Yahillu Li Al Mushalli An Yadhumma Tsiyabahu Qashidan Bidzalika Ash Shalata / Karya Imam Ibnu Hazm Adz Dzohiriy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].

 

    جمعها ورتبها " طالب العلم " عبد الحكيم الجاوي الماجلانجي   

 

Selesai Senin Wage MTsN 1 Magelang :

  ١٤ ماريس ٢٠٢١ مـ | ٣٠ رجب ١٤٤٢ هـ

PALING DIMINATI

Kategori

SHALAT (8) HADITS (5) WANITA (5) ADAB DAN HADITS (3) FIQIH HADIST (3) WASHIYYAT DAN FAWAID (3) 5 PERKARA SEBELUM 5 PERKARA (2) AQIDAH DAN HADITS (2) CINTA (2) PERAWATAN JENAZAH BAG VII (2) SIRAH DAN HADITS (2) TAUSHIYYAH DAN FAIDAH (2) TAWAJUHAT NURUL HARAMAIN (2) (BERBHAKTI (1) 11 BAYI YANG BISA BICARA (1) 12 BINATANG YANG MASUK SURGA (1) 25 NAMA ARAB (1) 7 KILOGRAM UNTUK RAME RAME (1) ADAB DAN AKHLAQ BAGI GURU DAN MURID (1) ADAB DAN HADITS (SURGA DIBAWAH TELAPAK KAKI BAPAK DAN IBU) (1) ADAT JAWA SISA ORANG ISLAM ADALAH OBAT (1) AIR KENCING DAN MUNTAHAN ANAK KECIL ANTARA NAJIS DAN TIDAKNYA ANTARA CUKUP DIPERCIKKI AIR ATAU DICUCI (1) AJARAN SUFI SUNNI (1) AKIBAT SU'UDZON PADA GURU (1) AL QUR'AN (1) AMALAN KHUSUS JUMAT TERAKHIR BULAN ROJAB DAN HUKUM BERBICARA DZIKIR SAAT KHUTBAH (1) AMALAN NISFHU SYA'BAN HISTORY (1) AMALAN SUNNAH DAN FADHILAH AMAL DIBULAN MUHARRAM (1) AMALAN TANPA BIAYA DAN VISA SETARA HAJI DAN UMRAH (1) APAKAH HALAL DAN SAH HEWAN YANG DISEMBELIH ULANG? (1) AQIDAH (1) ASAL MULA KAUM KHAWARIJ (MUNAFIQ) DAN CIRI CIRINYA (1) ASAL USUL KALAM YANG DISANGKA HADITS NABI (1) AYAT PAMUNGKAS (1) BELAJAR DAKWAH YANG BIJAK MELALUI BINATANG (1) BERITA HOAX SEJARAH DAN AKIBATNYA (1) BERSENGGAMA ITU SEHAT (1) BERSIKAP LEMAH LEMBUT KEPADA SIAPA SAJA KETIKA BERDAKWAH (1) BIRRUL WALIDAIN PAHALA DAN MANFAATNYA (1) BOLEH SHALAT SUNNAH SETELAH WITIR (1) BOLEHNYA MENDEKTE IMAM DAN MEMBAWA MUSHAF DALAM SHALAT (1) BOLEHNYA MENGGABUNG DUA SURAT SEKALIGUS (1) BOLEHNYA PATUNGAN DAN MEWAKILKAN PENYEMBELIHAN KEPADA KAFIR DZIMMI ATAU KAFIR KITABI (1) BULAN ROJAB DAN KEUTAMAANNYA (1) DAGING KURBAN AQIQAH UNTUK KAFIR NON MUSLIM (1) DAN FAKHR (1) DAN YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA) (1) DARIMANA SEHARUSNYA UPAH JAGAL DAN BOLEHKAH MENJUAL DAGING KURBAN (1) DASAR PERAYAAN MAULID NABI (1) DEFINISI TINGKATAN DAN PERAWATAN SYUHADA' (1) DO'A MUSTAJAB (1) DO'A TIDAK MUSTAJAB (1) DOA ASMAUL HUSNA PAHALA DAN FAIDAHNYA (1) DOA DIDALAM SHALAT DAN SHALAT DENGAN SELAIN BAHASA ARAB (1) DOA ORANG MUSLIM DAN KAFIR YANG DIDZALIMI MUSTAJAB (1) DOA SHALAT DLUHA MA'TSUR (1) DONGO JOWO MUSTAJAB (1) DURHAKA (1) FADHILAH RAMADHAN DAN DOA LAILATUL QADAR (1) FAIDAH MINUM SUSU DIAWWAL TAHUN BARU HIJRIYYAH (1) FENOMENA QURBAN/AQIQAH SUSULAN BAGI ORANG LAIN DAN ORANG MATI (1) FIKIH SHALAT DENGAN PENGHALANG (1) FIQIH MADZAHIB (1) FIQIH MADZAHIB HUKUM MEMAKAN SERANGGA (1) FIQIH MADZAHIB HUKUM MEMAKAN TERNAK YANG DIBERI MAKAN NAJIS (1) FIQIH QURBAN SUNNI (1) FUNGSI ZAKAT FITRAH DAN CARA IJAB QABULNYA (1) GAYA BERDZIKIRNYA KAUM CERDAS KAUM SUPER ELIT PAPAN ATAS (1) HADITS DAN ATSAR BANYAK BICARA (1) HADITS DLO'IF LEBIH UTAMA DIBANDINGKAN DENGAN PENDAPAT ULAMA DAN QIYAS (1) HALAL BI HALAL (1) HUKUM BERBUKA PUASA SUNNAH KETIKA MENGHADIRI UNDANGAN MAKAN (1) HUKUM BERKURBAN DENGAN HEWAN YANG CACAT (1) HUKUM BERSENGGAMA DIMALAM HARI RAYA (1) HUKUM DAN HIKMAH MENGACUNGKAN JARI TELUNJUK KETIKA TASYAHUD (1) HUKUM FAQIR MISKIN BERSEDEKAH (1) HUKUM MEMASAK DAN MENELAN IKAN HIDUP HIDUP (1) HUKUM MEMELIHARA MENJUALBELIKAN DAN MEMBUNUH ANJING (1) HUKUM MEMUKUL DAN MEMBAYAR ONGKOS UNTUK PENDIDIKAN ANAK (1) HUKUM MENCIUM MENGHIAS DAN MENGHARUMKAN MUSHAF AL QUR'AN (1) HUKUM MENGGABUNG NIAT QODLO' ROMADLAN DENGAN NIAT PUASA SUNNAH (1) HUKUM MENINGGALKAN PUASA RAMADLAN MENURUT 4 MADZHAB (1) HUKUM MENYINGKAT SHALAWAT (1) HUKUM PUASA SYA'BAN (NISHFU SYA'BAN (1) HUKUM PUASA SYAWWAL DAN HAL HAL YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA (1) HUKUM PUASA TARWIYYAH DAN 'ARAFAH BESERTA KEUTAMAAN - KEUTAMAANNYA (1) HUKUM SHALAT IED DIMASJID DAN DIMUSHALLA (1) HUKUM SHALAT JUM'AT BERTEPATAN DENGAN SHALAT IED (1) IBADAH JIMA' (BERSETUBUH) DAN MANFAAT MANFATNYA (1) IBADAH TERTINGGI PARA PERINDU ALLAH (1) IBRANI (1) IMAM YANG CERDAS YANG FAHAM MEMAHAMI POSISINYA (1) INDONESIA (1) INGAT SETELAH SALAM MENINGGALKAN 1 ATAU 2 RAKAAT APA YANG HARUS DILAKUKAN? (1) ISLAM (1) JANGAN GAMPANG MELAKNAT (1) JUMAT DIGANDAKAN 70 KALI BERKAH (1) KAIFA TUSHLLI (XX) - (1) KAIFA TUSHOLLI (III) - MENEPUK MENARIK MENGGESER DALAM SHALAT SETELAH TAKBIRATUL IHRAM (1) KAIFA TUSHOLLI (XV) - SOLUSI KETIKA LUPA DALAM SHALAT JAMAAH FARDU JUM'AH SENDIRIAN MASBUQ KETINGGALAN (1) KAIFA TUSHOLLI (I) - SAHKAH TAKBIRATUL IHROM DENGAN JEDA ANTARA KIMAH ALLAH DAN AKBAR (1) KAIFA TUSHOLLI (II) - MENEMUKAN SATU RAKAAT ATAU KURANG TERHITUNG MENEMUKAN SHALAT ADA' DAN SHALAT JUM'AT (1) KAIFA TUSHOLLI (IV) - SOLUSI KETIKA LUPA MELAKUKAN SUNNAH AB'ADH DAN SAHWI BAGI IMAM MA'MUM MUNFARID DAN MA'MUM MASBUQ (1) KAIFA TUSHOLLI (IX) - BASMALAH TERMASUK FATIHAH SHALAT TIDAK SAH TANPA MEMBACANYA (1) KAIFA TUSHOLLI (V) - (1) KAIFA TUSHOLLI (VI) - TAKBIR DALAM SHALAT (1) KAIFA TUSHOLLI (VII) - MENARUH TANGAN BERSEDEKAP MELEPASKANNYA ATAU BERKACAK PINGGANG SETELAH TAKBIR (1) KAIFA TUSHOLLI (VIII) - BACAAN FATIHAH DALAM SHOLAT (1) KAIFA TUSHOLLI (XI) - LOGAT BACAAN AMIN SELESAI FATIHAH (1) KAIFA TUSHOLLI (XII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XIV) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XIX) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XVI) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XVII) - BACAAN TASBIH BAGI IMAM MA'MUM DAN MUNFARID KETIKA RUKU' (1) KAIFA TUSHOLLI (XVIII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XX1V) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXI) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXIII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXIX) - BACAAN SALAM SETELAH TASYAHUD MENURUT PENDAPAT ULAMA' MADZHAB MENGUSAP DAHI ATAU WAJAH DAN BERSALAM SALAMAN SETELAH SHALAT DIANTARA PRO DAN KONTRA (1) KAIFA TUSHOLLI (XXV) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXVI) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXVII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXVIII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXX) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXXI) - DZIKIR JAHRI (KERAS) MENURUT ULAMA' MADZHAB (1) KAIFA TUSHOLLI (XXXII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (x) - (1) KEBERSIHAN DERAJAT TINGGI DALAM SHALAT (1) KEMATIAN ULAMA' DAN AKIBATNYA (1) KEPADA ORANGTUA (1) KESUNNAHAN TAHNIK/NYETAKKI ANAK KECIL (1) KEUTAMAAN ILMU DAN ADAB (1) KEWAJIBAN SABAR DAN SYUKUR BERSAMAAN (1) KHUTBAH JUM'AT DAN YANG BERHUBUNGAN (1) KIFARAT SUAMI YANG MENYERUBUHI ISTRI DISIANG BULAN RAMADHAN (1) KISAH INSPIRATIF AHLU BAIT (SAYYIDINA IBNU ABBAS) DAN ULAMA' BESAR (SAYYIDINA ZAID BIN TSABIT) (1) KISAH PEMABUK PINTAR YANG MEMBUAT SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANIY MENANGIS (1) KRETERIA UCAPAN SUNNAH MENJAWAB KIRIMAN SALAM (1) KULLUHU MIN SYA'BAN (1) KURBAN DAN AQIQAH UNTUK MAYYIT (1) LARANGAN MENYINGKAT SHALAWAT NABI (1) LEBIH UTAMA MANA GURU DAN ORANGTUA (1) MA'MUM BOLEH MEMBENARKAN BACAAN IMAM DAN WAJIB MEMBENARKAN BACAAN FATIHAHNYA (1) MA'MUM MEMBACA FATIHAH APA HUKUMNYA DAN KAPAN WAKTUNYA? (1) MACAM DIALEK AAMIIN SETELAH FATIHAH (1) MACAM MACAM NIAT ZAKAT FITRAH (1) MAKAN MINUM MEMBUNUH BINATANG BERBISA MEMAKAI PAKAIAN BERGAMBAR DAN MENJAWAB PANGGILAN ORANGTUA DALAM SHALAT (1) MALAIKAT SETAN JIN DAPAT DILIHAT SETELAH MENJELMA SELAIN ASLINYA (1) MELAFADZKAN NIAT NAWAITU ASHUMU NAWAITU USHALLI (1) MELEPAS TALI POCONG DAN MENEMPELKAN PIPI KANAN MAYYIT KETANAH (1) MEMBAYAR FIDYAH BAGI ORANG ORANG YANG TIDAK MAMPU BERPUASA (1) MEMPERBANYAK DZIKIR SAMPAI DIKATAKAN GILA/PAMER (1) MENDIRIKAN SHALAT JUM'AT DALAM SATU DESA KARENA KAWATIR TERSULUT FITNAH DAN PERMUSUHAN (1) MENGAMBIL UPAH DALAM IBADAH (1) MENGHADIAHKAN MITSIL PAHALA AMAL SHALIH KEPADA NABI ﷺ (1) MENGIRIM MITSIL PAHALA KEPADA YANG MASIH HIDUP (1) MERAWAT JENAZAH MENURUT QUR'AN HADITS MADZAHIB DAN ADAT JAWS (1) MUHASABATUN NAFSI INTEROPEKSI DIRI (1) MUTIARA HIKMAH DAN FAIDAH (1) Manfaat Ucapan Al Hamdulillah (1) NABI DAN RASUL (1) NIAT PUASA SEKALI UNTUK SEBULAN (1) NISHFU AKHIR SYA'BAN (1) ORANG GILA HUKUMNYA MASUK SURGA (1) ORANG SHALIHPUN IKUT TERKENA KESULITAN HUJAN DAN GEMPA BUMI (1) PAHALA KHOTMIL QUR'AN (1) PENIS DAN PAYUDARA BERGERAK GERAK KETIKA SHALAT (1) PENYELEWENGAN AL QUR'AN (1) PERAWATAN JENAZAH BAG I & II & III (1) PERAWATAN JENAZAH BAG IV (1) PERAWATAN JENAZAH BAG V (1) PERAWATAN JENAZAH BAG VI (1) PREDIKSI LAILATUL QADAR (1) PUASA SUNNAH 6 HARI BULAN SYAWAL DISELAIN BULAN SYAWWAL (1) PUASA SYAWWAL DAN PUASA QADLO' (1) QISHOH ISLAMI (1) RAHASIA BAPAK PARA NABI DAN PILIHAN PARA NABI DALAM TASYAHUD SHALAT (1) RAHASIA HURUF DHOD PADA LAMBANG NU (1) RESEP MENJADI WALI (1) SAHABAT QULHU RADLIYYALLAHU 'ANHUM (1) SANAD SILSILAH ASWAJA (1) SANG GURU ASLI (1) SEDEKAH SHALAT (1) SEDEKAH TAK SENGAJA (1) SEJARAH TAHNI'AH (UCAPAN SELAMAT) IED (1) SERBA SERBI PENGGUNAAN INVENTARIS MASJID (1) SETIAP ABAD PEMBAHARU ISLAM MUNCUL (1) SHADAQAH SHALAT (1) SHALAT DAN FAIDAHNYA (1) SHALAT IED DIRUMAH KARENA SAKIT ATAU WABAH (1) SHALAT JUM'AT DISELAIN MASJID (1) SILSILAH SYAIKH JUMADIL KUBRA TURGO JOGJA (1) SIRAH BABI DAN ANJING (1) SIRAH DAN FAIDAH (1) SIRAH DZIKIR BA'DA MAKTUBAH (1) SIRAH NABAWIYYAH (1) SIRAH NIKAH MUT'AH DAN NIKAH MISYWAR (1) SIRAH PERPINDAHAN QIBLAT (1) SIRAH THAHARAH (1) SIRAH TOPI TAHUN BARU MASEHI (1) SUHBAH HAQIQAH (1) SUM'AH (1) SUNNAH MENCERITAKAN NIKMAT YANG DIDAPAT KEPADA YANG DIPERCAYA TANPA UNSUR RIYA' (1) SURGA IMBALAN YANG SAMA BAGI PENGEMBAN ILMU PENOLONG ILMU DAN PENYEBAR ILMU HALAL (1) SUSUNAN MURAQIY/BILAL SHALAT TARAWIH WITIR DAN DOA KAMILIN (1) SYAIR/DO'A BAGI GURU MUROBBI (1) SYAIR/DO'A SETELAH BERKUMPUL DALAM KEBAIKKAN (1) SYARI'AT DARI BID'AH (1) TA'JIL UNIK LANGSUNG BERSETUBUH TANPA MAKAN MINUM DAHULU (1) TAAT PADA IMAM ATAU PEMERINTAH (1) TAKBIR IED MENURUT RASULULLAH DAN ULAMA' SUNNI (1) TALI ALLAH BERSATU DAN TAAT (1) TATACARA SHALAT ORANG BUTA ATAU BISU DAN HUKUM BERMAKMUM KEPADA KEDUANYA (1) TEMPAT SHALAT IED YANG PALING UTAMA AKIBAT PANDEMI (WABAH) CORONA (1) TIDAK BOLEH KURBAN DENGAN KUDA NAMUN HALAL DIMAKAN (1) TREND SHALAT MEMAKAI SARUNG TANGAN DAN KAOS KAKI DAN HUKUMNYA (1) T̳I̳P̳ ̳C̳E̳P̳E̳T̳ ̳J̳A̳D̳I̳ ̳W̳A̳L̳I̳ ̳A̳L̳L̳O̳H̳ (1) UCAPAN HARI RAYA MENURUT SUNNAH (1) UCAPAN NATAL ANTARA YANG PRO DAN KONTRA (1) ULANG TAHUN RASULILLAH (1) URUTAN SILSILAH KETURUNAN ORANG JAWA (1) Ulama' Syafi'iyyah Menurut Lintas Abadnya (1) WAJIB BERMADZHAB UNTUK MENGETAHUI MATHLA' TEMPAT MUNCULNYA HILAL (1) YAUMU SYAK) (1) ZAKAT DIBERIKAN SEBAGAI SEMACAM MODAL USAHA (1) ZAKAT FITRAH 2 (1) ZAKAT FITRAH BISA UNTUK SEMUA KEBAIKKAN DENGAN BERBAGAI ALASAN (1)
Back To Top