*📓✍️• تُسَنٌُ أَلصٌَدَقَةُ بِالصَّلَاةِ | 𝔖𝔲𝔫𝔫𝔞𝔥 𝔖𝔥𝔞𝔡𝔞𝔮𝔞𝔥 𝔇𝔢𝔫𝔤𝔞𝔫 𝔐𝔢𝔪𝔟𝔞𝔯𝔢𝔫𝔤𝔦 𝔖𝔥𝔞𝔩𝔞𝔱 𝔒𝔯𝔞𝔫𝔤 𝔏𝔞𝔦𝔫 𝔄𝔤𝔞𝔯 𝔖𝔥𝔞𝔩𝔞𝔱 𝔒𝔯𝔞𝔫𝔤 𝔗𝔢𝔯𝔰𝔢𝔟𝔲𝔱 𝔗𝔢𝔯𝔥𝔦𝔱𝔲𝔫𝔤 𝔖𝔥𝔞𝔩𝔞𝔱 𝔅𝔢𝔯𝔧𝔞𝔪𝔞'𝔞𝔥*

 

(edisi november tahun pandemi covid - 19, th. 2020 m, banyaknya orang terhalang shalat berjama'ah saat pandemi sebab alasan daerah masing - masing namun mereka belum banyak  mengerti cara lain untuk sedekah berupa shalat yang bisa menjadikan shalat saudaranya terhitung  berjama'ah)

Shadaqah bisa dengan apapun termasuk shadaqah shalat dalam halayak umum hal ini belum betul - betul tersosialisasi dengan merata, sehingga belum banyak yang shalat sendirian  meminta sedekah shalat kepada saudaranya, atau menawarkan  memberikan sedekah shalat ketika melihat saudaranya shalat sendirian, atau bahkan memerintahkan untuk memberikan sedekah berupa shalat. Namun hal ini sebenarnya sudah diajarkan oleh Rasulullah –ﷺ💞– agar menolong atau bersedekah shalat kepada saudaranya yang shalat sendirian atau tidak mendapati shalat berjamaah karena jama'ah telah selesai dilaksanakan. Kisahnya ada seseorang yang datang sedangkan Nabi –ﷺ💞– telah selesai dari shalat, lalu beliau mengatakan kepada para sahabat :

*_“Siapakah yang mau bersedekah untuk orang ini, yaitu melaksanakan shalat bersamanya?”_* Hal ini dijelaskan dalam riwayat hadits diantaranya :

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ عَنْ سُلَيْمَانَ الْأَسْوَدِ عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– أَبْصَرَ رَجُلًا يُصَلِّي وَحْدَهُ , فَقَالَ :

*_«أَلَا رَجُلٌ يَتَصَدَّقُ عَلَى هَذَا فَيُصَلِّيَ مَعَهُ»_*
[رواه ابو داود / كتاب الصلاة / باب فِي الْجَمْعِ فِي الْمَسْجِدِ مَرَّتَيْنِ / رقم الحديث : ٥٧٤].

 Telah menceritakan kepada kami : Musa bin Isma'il. Telah menceritakan kepada kami : Wuhaib. Dari Sulaiman Al-Aswad. Dari Abu Al-Mutawakkil. Dari Abu Sa'id Al-Khudriy  bahwasanya Rasulullah –ﷺ💞– pernah melihat seorang laki laki sedang mengerjakan shalat sendirian, maka beliau bersabda:

*_"Adakah seseorang yang mau bersedekah kepada orang ini dengan mengerjakan shalat bersamanya?"_*
[HR. Abu Daud / Kitabu Ash Shalati / Babu Fi Al Jam'i Fi Al Masjidi Marrataini / No. 574. Dan Tirmidzi, no. 220. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini SHAHIH].


*📓✍️• Imam Asy-Syaukaniy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Nailu Al Authar " mengatakan :*

وَفِي رِوَايَةٍ لِأَحْمَدَ: «صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞–  بِأَصْحَابِهِ الظُّهْرَ، فَدَخَلَ رَجُلٌ وَذَكَرَهُ» ) ...

وَالْحَدِيثُ يَدُلُّ عَلَى مَشْرُوعِيَّةِ الدُّخُولِ مَعَ مَنْ دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ مُنْفَرِدًا، وَإِنْ كَانَ الدَّاخِلُ مَعَهُ قَدْ صَلَّى فِي جَمَاعَةٍ
[انظر كتاب نيل الأوطار : ج ٣ ص ١٨٠ / كتاب اللباس / أبواب صلاة الجماعة / بَابُ مَنْ صَلَّى فِي الْمَسْجِدِ جَمَاعَةً بَعْدَ إمَامِ الْحَيِّ / للإمام محمد بن علي بن محمد بن عبد الله الشوكاني اليمني (المتوفى: ١٢٥٠ هـ) / الناشر: دار الحديث - مصر الطبعة: الأولى، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٣ مـ].

Dalam riwayat Ahmad yang lain : Rosululloh –ﷺ💞– telah selesai sholat dhuhur bersama para sahabatnya, lalu seorang laki-laki masuk” Kemudian dikemukakan hadits di atas tadi ...

Hadits ini menunjukkan disyariatkannya untuk menyertai sholat orang yang sholat sendirian, walaupun ia sendiri telah mengerjakan sholat berjamaah.
[Lihat Kitab Nailu Al Author : juz 3 hal. 180 / Kitabu Al Libasi / Abwabu Shalati Al Jama'ati / Babu Man Shalla Fi Al Masjidi Jama'atan Ba'da Imami Al Hayyi / Karya Imam Syaukaniy Al Yamaniy ) Dar Al Hadits - Mesir , Cet. Pertama , Th. 1413 H = 1993 M].


*🌴📒• Jika seorang lelaki mengimami wanita, maka perlu diketahui bahwa shalatnya seorang lelaki  bersama wanita perlu dirinci. Al Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahullAhu ta'ala  dalam kitabnya " Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab " menjelaskan :

قَالَ أَصْحَابُنَا : إذَا أَمَّ الرَّجُلُ بِامْرَأَتِهِ أَوْ مَحْرَمٍ لَهُ وَخَلَا بِهَا جَازَ بِلَا كَرَاهَةٍ لِأَنَّهُ يُبَاحُ لَهُ الْخَلْوَةُ بِهَا فِي غَيْرِ الصَّلَاةِ وَإِنْ أَمَّ بِأَجْنَبِيَّةٍ وَخَلَا بِهَا حَرُمَ ذَلِكَ عَلَيْهِ وَعَلَيْهَا لِلْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ الَّتِي سَأَذْكُرُهَا إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى وَإِنْ أَمَّ بِأَجْنَبِيَّاتٍ وَخَلَا بِهِنَّ فَطَرِيقَانِ قَطَعَ الْجُمْهُورُ بِالْجَوَازِ
[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٤ ص ٢٧٧ /  باب صلاة التطوع / باب صفة الائمة / للإمام النووي الشافعي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) الناشر: دار الفكر - بدون السنة].

“Para ulama madzhab kami (Syafi'iyyah) berkata :

jika seorang lelaki mengimami istrinya atau mahramnya, dan hanya berdua, hukumnya boleh tanpa kemakruhan. Karena lelaki boleh berduaan dengan mereka (istri dan mahram) di luar shalat. Adapun jika ia mengimami wanita yang bukan mahram, dan hanya berduaan, maka haram bagi si lelaki dan haram bagi si wanita. Karena hadits-hadits shahih yang akan saya sebutkan menunjukkan terlarangnya. Jika satu lelaki mengimami beberapa wanita dan mereka berkhalwat, maka jumhur ulama membolehkannya”
[Lihat Kitab Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab : juz  4 hal 277 / Babu Shalati At Tatthawwu' / Babu Shifati Al A'immati / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


*📚✍️• Hadits Yang Senada Dari Mihjan bin Al-Adra’ :*

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، قَالَ سُفْيَانُ، مَرَّةً: عَنْ بُسْرٍ، أَوْ بِشرِ بْنِ مِحْجَنٍ، ثُمَّ كَانَ يَقُولُ بَعْدُ عَنْ ابْنِ مِحْجَنٍ الدِّيلِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ –ﷺ💞– وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ، فَحَضَرَتِ الصَّلَاةُ، فَصَلَّى فَقَالَ لِي:

*_" أَلَا صَلَّيْتَ؟ "._*

قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، قَدْ صَلَّيْتُ فِي الرَّحْلِ، ثُمَّ أَتَيْتُكَ. قَالَ:

*_" فَإِذَا فَعَلْتَ، فَصَلِّ مَعَهُمْ، وَاجْعَلْهَا نَافِلَةً "._*

قَالَ أَبِي: وَلَمْ يَقُلْ أَبُو نُعَيْمٍ، وَلَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ: وَاجْعَلْهَا نَافِلَةً
[رواه أحمد /  مسند الكوفيين / حَدِيثُ بُسْرِ بْنِ مِحْجَنٍ، عَنْ أَبِيهِ / رقم الحديث : ١٨٩٧٨].

Telah menceritakan kepada kami : Waki'.  Telah menceritakan kepada kami : Sufyan. Dari Zaid bin Aslam  -(dan sekali waktu Sufyan berkata)- Dari Busr atau Busrun bin Mihjan -(setelah itu ia mengatakan, dari ayahku, Mihjan Ad Dili)- Dari Bapaknya, beliau berkata; Saya mendatangi Nabi –ﷺ💞– , yang saat itu beliau berada di Masjid. Kemudian masuklah waktu shalat, beliau pun shalat dan bertanya kepadaku:

*_"Tidakkah kamu shalat?"_*

Saya menjawab, "Wahai Rasulullah, saya telah menunaikan shalat di perjalanan, baru kemudian menemui Anda."

Beliau bersabda:

*_"Jika kamu telah laksanakan, maka shalatlah bersama mereka, dan jadikanlah ia sebagai Nafilah/Sunnah."_*

Bapakku berkata; [Abu Nu'aim] tidak mengatakan :

*"Dan jadikanlah ia sebagai shalat Nafilah."*

Dan tidak pula [Abdurrahman].
[HR. Ahmad / Musnad Al Kufiyyun / Hadits Busri Bin Mihjan , 'An Abihi / No. 18978].


*📓🌴• Syaikh Muhammad Abid As-Sindiy Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitab Musnad Syafi’i menjelaskan hadits dari Dari Mihjan bin Al-Adra’ :

وتكون الإعادة نافلة يثاب عليها وذلك أولى من مخالفته المصلين وجلوسه وهم في الصلاة مما يشعر بالخلاف والفرقة .
[انظر كتاب مسند الإمام الشافعي - ترتيب السندي الحنفي : ج ١ ص ١٠٢ / كتاب الصلاة وفيه ثلاثة وعشرون بابا / الباب السابع في الجماعة وأحكام الإمامة / للإمام الشافعي أبو عبد الله محمد بن إدريس بن العباس بن عثمان بن شافع بن عبد المطلب بن عبد مناف المطلبي القرشي المكي (المتوفى: ٢٠٤ هـ) رتبه على الأبواب الفقهية: محمد عابد السندي / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت - لبنان عام النشر: ١٣٧٠ هـ = ١٩٥١ مـ].

Mengulangi sholat seperti yang disebutkan dalam hadits ini hukumnya sunnat, pelakunya memperoleh pahala. Hal ini lebih baik baginya dari pada ia berbeda dengan jama'ah yang sedang sholat dan hanya duduk saja, sedangkan mereka mengerjakan sholat.
[Lihat Kitab Musnad Syafi’i - Tartibu Al Imam As Sindiy Al Hanafiy : juz 1, hal 102 / Kitabu Ash Shalati Wa Fihi Tsalatsatu Wa 'Isyruna Baban / Al Babu As Sabi'u Fi Al Jama'ah Wa Ahkami Al Imamah / Karya Imam Muhammad Bin Idris Asy Syafi'iy Ratabahu 'Ala Al Abwabi Al Fiqhiyyah : Muhammad 'Abid As Sindiy Al Hanafiy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut Libanon , Th. 1370 H = 1951 M].


*📚✍️• Dan Hadits Senada Dari Sulaiman, Mantan Budak Sayyidatna Maimunah, radliyyAllahu 'anha :*

 حَدَّثَنَا يَحْيَى،  عَنْ حُسَيْنٍ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ، حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ، -(مَوْلَى مَيْمُونَةَ)-, قَالَ: أَتَيْتُ عَلَى ابْنِ عُمَرَ وَهُوَ بِالْبَلَاطِ، وَالْقَوْمُ يُصَلُّونَ فِي الْمَسْجِدِ، قُلْتُ: مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تُصَلِّيَ مَعَ النَّاسِ، أَوِ الْقَوْمِ؟ قَالَ: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ –ﷺ💞– قَالَ:

*_" لَا تُصَلُّوا صَلَاةً فِي يَوْمٍ مَرَّتَيْنِ "_*
[رواه احمد /  مسند المكثرين من الصحابة /؛مسند عبد الله بن عمر رضي الله عنهما / رقم الحديث : ٤٦٨٩].

Telah menceritakan kepada kami : Yahya. Dari Husain. Telah menceritakan kepada kami : Amru bin Syu'aib. Telah menceritakan kepadaku : Sulaiman -(mantan budak Maimunah).- Ia berkata, "Aku pernah datang menemui Ibnu Umar yang sedang duduk di lantai padahal orang-orang sedang shalat berjama'ah di masjid. Aku pun bertanya kepadanya :

"Apa yang menghalangimu untuk shalat bersama orang-orang itu?" Ia menjawab :

"Aku pernah mendengar Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:

*_"Janganlah kamu melakukan (satu) shalat dua kali dalam sehari."_*
[HR. Ahmad / Musnad Al Muktsirin Min Ash Shahabati / Musnad 'Abdullah Bin 'Umar RadliyyAllahu 'Anhuma / No. 4689. Dan Abu Dawud dan Nasa’i].


*💾✍️• Imam Asy-Syaukaniy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Nailu Al Authar "  mengatakan :*

وَحَدِيثُ مِحْجَنٍ وَمَا قَبْلَهُ مِنْ الْأَحَادِيثِ الَّتِي أَشَارَ إلَيْهَا الْمُصَنِّفُ تَدُلُّ عَلَى مَشْرُوعِيَّةِ الدُّخُولِ فِي صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ لِمَنْ كَانَ قَدْ صَلَّى تِلْكَ الصَّلَاةَ، وَلَكِنْ ذَلِكَ مُقَيَّدٌ بِالْجَمَاعَاتِ الَّتِي تُقَامُ فِي الْمَسَاجِدِ ...

قَوْلُهُ - –ﷺ💞–: «لَا تُصَلُّوا صَلَاةً فِي يَوْمٍ مَرَّتَيْنِ» لَفْظُ النَّسَائِيّ «لَا تُعَادُ الصَّلَاةُ فِي يَوْمٍ مَرَّتَيْنِ» قَدْ تَمَسَّكَ بِهَذَا الْحَدِيثِ الْقَائِلُونَ أَنَّ مَنْ صَلَّى فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ أَدْرَكَ جَمَاعَةً لَا يُصَلِّي مَعَهُمْ كَيْفَ كَانَتْ؛ لِأَنَّ الْإِعَادَةَ لِتَحْصِيلِ فَضِيلَةِ الْجَمَاعَةِ وَقَدْ حَصَلَتْ لَهُ، وَهُوَ مَرْوِيٌّ عَنْ الصَّيْدَلَانِيِّ وَالْغَزَالِيِّ وَصَاحِبِ الْمُرْشِدِ ...

قَالَ فِي الِاسْتِذْكَارِ: اتَّفَقَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَإِسْحَاقُ بْنُ رَاهْوَيْهِ عَلَى أَنَّ مَعْنَى قَوْلِهِ –ﷺ💞–- : «لَا تُصَلُّوا صَلَاةً فِي يَوْمٍ مَرَّتَيْنِ» أَنَّ ذَلِكَ أَنْ يُصَلِّيَ الرَّجُلُ صَلَاةً مَكْتُوبَةً عَلَيْهِ ثُمَّ يَقُومَ بَعْدَ الْفَرَاغِ مِنْهَا فَيُعِيدَهَا عَلَى جِهَةِ الْفَرْضِ أَيْضًا، وَأَمَّا مَنْ صَلَّى الثَّانِيَةَ مَعَ الْجَمَاعَةِ عَلَى أَنَّهَا نَافِلَةٌ اقْتِدَاءً بِالنَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فِي أَمْرِهِ بِذَلِكَ فَلَيْسَ ذَلِكَ مِنْ إعَادَةِ الصَّلَاةِ فِي يَوْمٍ مَرَّتَيْنِ؛ لِأَنَّ الْأُولَى فَرِيضَةٌ وَالثَّانِيَةَ نَافِلَةٌ فَلَا إعَادَةَ حِينَئِذٍ.
[انظر كتاب نيل الأوطار : ج ٣ ص ١٨٤ / كتاب اللباس / أبواب صلاة الجماعة / باب من صلى ثم أدرك جماعة فليصلها معهم نافلة / للإمام محمد بن علي بن محمد بن عبد الله الشوكاني اليمني (المتوفى: ١٢٥٠ هـ) / الناشر: دار الحديث، مصر الطبعة: الأولى، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٣ مـ].

Hadits Mihjan menunjukkan disyariatkannya mengikuti sholat jamaah bagi yang telah melaksanakan sholat tersebut, namun ini terikat dengan jamaah yang dilaksanakan di masjid.

Sabda beliau (Janganlah kalian melakukan satu sholat dua kali dalam satu hari) hadits ini dijadikan dalil oleh mereka yang berpendapat bahwa orang yang telah mengerjakan suatu sholat dengan berjama'ah, kemudian ia mendapati lagi jamaah lain yang sedang mengerjakan sholat tersebut, maka ia tidak perlu lagi sholat bersama jamaah kedua, bagaimanapun kondisinya. Karena keutamaan berjamaah telah diperolehnya. Demikian pendapat yang diriwayatkan dari Imam Ash-Shoidalani, Imam Al-Ghozali dan penulis Al-Mursyid.

Imam Ibnu Abdil Barr Al Malikiy berkata dalam kitabnya Al Istidzkar :

Imam Ahmad bin Hambal dan Ishaq bin Rohawiyah telah sepakat, bahwa makna sabda Nabi –ﷺ💞–((Janganlah kalian melakukan satu sholat dua kali dalam satu hari)) adalah, seseorang telah melaksanakan suatu sholat fardhu, setelah selesai, ia mengulanginya lagi juga sebagai sholat fardhu. Adapun orang yang meniatkan sholat keduanya bersama jamaah sebagai sholat sunnah, sesuai dengan tuntunan dan perintah Nabi Shollallohu ’alaihi wasallam, maka ini tidak termasuk mengulangi suatu sholat dua kali dalam hari yang sama. Karena shalat pertama diniatkan sebbagai sholat fardhu, sedangkan yang kedua kalinya diniatkan sebagai sholat sunnah, sehingga dengan begitu tidak terjadi pengulangan.
[Lihat Kitab Nailu Al Author : juz 3 hal. 184 / Kitabu Al Libasi / Abwabu Shalati Al Jama'ati / Babu Man Shalla Fi Al Masjidi Jama'atan Ba'da Imami Al Hayyi / Karya Imam Syaukaniy Al Yamaniy ) Dar Al Hadits - Mesir , Cet. Pertama , Th. 1413 H = 1993 M. Dan Lihat Kitab Fiqih Sunnah 1, hal. 352-353].


*💾✍️• Boleh mengikuti shalat jamaah untuk kedua kalinya, SHALAT YANG KEDUA DIHUKUMI SUNNAH. Contoh seorang suami boleh mengulang shalat jamaah bersama istrinya di rumah setelah melakukan shalat wajib di masjid. Hal ini dijelaskan dalam riwayat hadits diantaranya :

(صحيح) عَنْ أَبِي الْعَالِيَةِ؛ الْبَرَاءِ، قَالَ: مَرَّ بِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الصَّامِتِ، فَأَلْقَيْتُ لَهُ كُرْسِيًّا، فَجَلَسَ، فقلت له: إن ابن أبي زِيَادٍ قَدْ أَخَّرَ الصَّلَاةَ، فَمَا تَأْمُرُ؟ فَضَرَبَ فَخِذِي ضَرْبَةً- أَحْسَبُهُ قَالَ: حَتَّى أَثَّرَ فِيهَا - ثُمَّ قَالَ: سَأَلْتُ [خَلِيلِي] أَبَا ذَرٍّ كَمَا سَأَلْتَنِي فَضَرَبَ فَخِذِي كَمَا ضربت فخذك، فَقَالَ:

أَتَيْتُ النَّبِيَّ –ﷺ💞– بِوَضُوءٍ، فَحَرَّكَ رَأْسَهُ، وَعَضَّ عَلَى شَفَتَيْهِ! قُلْتُ: بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي، آذَيْتُكَ؟ قَالَ:

*_" لَا وَلَكِنَّكَ تُدْرِكُ أُمَرَاءَ - أَوْ أَئِمَّةً- يؤخرون الصلاة لوقتها"._*

فقلت: فَمَا تَأْمُرُنِي؟ قَالَ:

*_" صَلِّ الصَّلَاةَ لِوَقْتِهَا؛ فَإِنْ أَدْرَكْتَ مَعَهُمْ فَصَلِّ، ولا تقل ولا تقولن) : قد صليت، فلا أصلي"._*
[رواه البخاري في الأدب المفرد : ص ٦٣ /  (٣٨٦) -  بَابُ إِذَا ضَرَبَ الرَّجُلُ فَخِذَ أَخِيهِ ولم يرد به سوءاً- (٤٣٤) / رقم الحديث : ٩٥٧| ٧٣٧].
 

*((SHAHIH))* Dari Abul Aliah Al Barra' berkata :  

"Abdullah bin Shamit melewati Saya, lalu Saya sediakan kursi untuknya, kemudian dia duduk. Lalu Saya katakan kepadanya, 'Sesungguhnya Ibnu Abu Ziyad telah mengakhirkan shalat, lantas apa yang engkau anjurkan?'

Lalu dia memukul paha Saya sekali -(Saya kira ia berkata: Hingga membekas)- lalu berkata :

'Saya bertanya kepada (sahabat dekat Saya) Abu Dzar seperti yang engkau tanyakan kepada Saya, lalu ia menepuk paha Saya sebagaimana Saya menepuk pahamu, lantas ia berkata :  

"Saya membawakan air wudhu untuk Nabi –ﷺ💞– ." Lalu beliau menggerakkan kepalanya dan merapatkan dua bibirnya!'

Saya berkata, 'Sungguh, apakah Saya menyakitimu?' Beliau menjawab :

*_'Tidak, tetapi engkau mendapatkan para umara atau -para imam- mengakhirkan shalat dari waktunya.'_*

Saya berkata, 'Apa yang engkau perintahkan kepada Saya?' Beliau bersabda :  

*_'Shalatlah tepat pada waktunya. Bila engkau mendapatkan mereka (shalat) maka shalatlah, dan janganlah engkau berkata (dalam satu riwayat, jangan sekali-kali engkau berkata) Saya sudah shalat, jadi Saya tidak shalat (lagi).'_*
[HR. Bukhariy Dalam Kitab Tarikhnya Adabu Al Mufrad / (386) - Babu Idza Dloroba Ar Rajulu Fakhidza Akhihi Wa Lam Yarid Bihi Suu'an / No. 957|737].


*📚✍️• Hadits Senada Yang Diriwayatkan Dari Yazid bin Al-Aswad :*

أَخْبَرَنَا زِيَادُ بْنُ أَيُّوبَ، قَالَ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، قَالَ حَدَّثَنَا يَعْلَى بْنُ عَطَاءٍ، قَالَ حَدَّثَنَا جَابِرُ بْنُ يَزِيدَ بْنِ الأَسْوَدِ الْعَامِرِيُّ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– صَلاَةَ الْفَجْرِ فِي مَسْجِدِ الْخَيْفِ فَلَمَّا قَضَى صَلاَتَهُ إِذَا هُوَ بِرَجُلَيْنِ فِي آخِرِ الْقَوْمِ لَمْ يُصَلِّيَا مَعَهُ قَالَ ‏"‏ عَلَىَّ بِهِمَا ‏"‏ ‏.‏ فَأُتِيَ بِهِمَا تُرْعَدُ فَرَائِصُهُمَا فَقَالَ ‏:

*_"‏ مَا مَنَعَكُمَا أَنْ تُصَلِّيَا مَعَنَا ‏"‏ ‏.‏_*

قَالاَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا قَدْ صَلَّيْنَا فِي رِحَالِنَا ‏.‏ قَالَ ‏:

*_"‏ فَلاَ تَفْعَلاَ إِذَا صَلَّيْتُمَا فِي رِحَالِكُمَا ثُمَّ أَتَيْتُمَا مَسْجِدَ جَمَاعَةٍ فَصَلِّيَا مَعَهُمْ فَإِنَّهَا لَكُمَا نَافِلَةٌ ‏"‏ ‏.‏_*
[رواه النسائي /  (١٠)- كتاب الإمامة /  إعادة الفجر مع الجماعة لمن صلى وحده / رقم الحديث : ٥٨٥].

Telah mengabarkan kepada kami : Ziyad bin Ayyub, dia berkata; Telah menceritakan kepada kami :  Husyaim, dia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Ya'la bin 'Atha, dia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Jabir bin Yazid bin Al Aswad Al 'Amiri. Dari Bapaknya,  beliau berkata;

"Aku ikut shalat Subuh berjamaah di masjid Al Khaif bersama Rasulullah –ﷺ💞–   dan setelah selesai shalat tiba-tiba ada dua orang di barisan paling belakang tidak ikut shalat bersama beliau –ﷺ💞–.
Rasulullah  –ﷺ💞– lalu bersabda:

*_"Bawa dua orang tersebut kepadaku"._*

Kedua orang tersebut kemudian segera dibawa kepada beliau dalam keadaan gemetar sendi-sendinya, lantas beliau bersabda:

*_"Apakah yang menghalangi kalian berdua untuk shalat bersama kami?_* '

Keduanya menjawab, 'Wahai Rasulullah–ﷺ💞–  kami telah shalat di rumah kami'. Rasulullah–ﷺ💞– berkata:

*_"Jangan kamu lakukan hal itu (meninggalkan shalat berjamaah). Jika kalian berdua telah shalat di rumah kalian, kemudian kalian datang ke masjid yang sedang shalat berjama'ah, maka shalatlah bersama mereka, karena bagi kalian hal itu adalah Sunnah."_*
[HR. An-Nasa’i / Kitabu Al Imamah /  I'adatu Al Fajri Ma'a Al Jama'ati Liman Shalla Wahdahu /  No. 858. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad HADITS INI HASAN].


*💾✍️• Hadits Senada Dari  Mihjan Riwayat Imam Nasa'i :*

أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ عَنْ مَالِكٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِي الدِّيلِ يُقَالُ لَهُ بُسْرُ بْنُ مِحْجَنٍ عَنْ مِحْجَنٍ أَنَّهُ كَانَ فِي مَجْلِسٍ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ  –ﷺ💞– فَأَذَّنَ بِالصَّلَاةِ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– ثُمَّ رَجَعَ وَمِحْجَنٌ فِي مَجْلِسِهِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– :

*_«مَا مَنَعَكَ أَنْ تُصَلِّيَ أَلَسْتَ بِرَجُلٍ مُسْلِمٍ؟»_*

قَالَ بَلَى وَلَكِنِّي كُنْتُ قَدْ صَلَّيْتُ فِي أَهْلِي. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– :

*_« إِذَا جِئْتَ فَصَلِّ مَعَ النَّاسِ وَإِنْ كُنْتَ قَدْ صَلَّيْتَ»._*
[رواه النسائي / (١٠)- كتاب الإمامة /  إعادة الفجر مع الجماعة لمن صلى وحده / رقم الحديث : ٨٤٨].

Telah mengabarkan kepada kami : Qutaibah. Dari Malik. Dari Zaid bin Aslam. Dari seorang lelaki dari Bani Ad Dil yang dipanggil [Busr bin Mihjan]. Dari Mihjan  bahwasanya ia pernah berada dalam suatu majelis bersama Rasulullah –ﷺ💞–  lalu dikumandangkan adzan untuk shalat, maka Rasulullah–ﷺ💞– segera bangkit kemudian kembali, sedangkan Mihjan masih di majelisnya. Rasulullah–ﷺ💞–  lalu berkata kepadanya:

*_"Apakah yang menghalangimu untuk shalat? Bukankah kamu seorang muslim?"_*

la menjawab, "Tentu, tetapi aku sudah shalat bersama keluargaku." Kemudian Rasulullah–ﷺ💞–  bersabda:

*_"Bila kamu datang (ke masjid) maka shalatlah bersama orang-orang, walaupun kamu telah menunaikannya."_*
[HR. An-Nasa’i / (10)-  Kitabu Al Imamah /  I'adatu Al Fajri Ma'a Al Jama'ati Liman Shalla Wahdahu / No. 848. Dan Ahmad, 4: 34. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad HADITS INI HASAN].


*🌴📒• Syaikh Al Mubarakfuriy rahimahullAhu ta'ala dalam Kitabnya " Tuhfatu Al Ahwadzi Syarhu Sunan At Tirmidziy " berkata :*

قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ يَزِيدَ بْنِ الْأَسْوَدِ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَهُوَ قَوْلُ غَيْرِ وَاحِدٍ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ وَبِهِ يَقُولُ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ وَالشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ وَإِسْحَقُ قَالُوا إِذَا صَلَّى الرَّجُلُ وَحْدَهُ ثُمَّ أَدْرَكَ الْجَمَاعَةَ فَإِنَّهُ يُعِيدُ الصَّلَوَاتِ كُلَّهَا فِي الْجَمَاعَةِ وَإِذَا صَلَّى الرَّجُلُ الْمَغْرِبَ وَحْدَهُ ثُمَّ أَدْرَكَ الْجَمَاعَةَ قَالُوا فَإِنَّهُ يُصَلِّيهَا مَعَهُمْ وَيَشْفَعُ بِرَكْعَةٍ وَالَّتِي صَلَّى وَحْدَهُ هِيَ الْمَكْتُوبَةُ عِنْدَهُمْ

(فَإِنَّهَا لَكُمَا نَافِلَةٌ ) فِيهِ تَصْرِيحٌ بِأَنَّ الثَّانِيَةَ فِي الصَّلَاةِ الْمُعَادَةِ نَافِلَةٌ ، وَظَاهِرُهُ عَدَمُ الْفَرْقِ بَيْنَ أَنْ تَكُونَ الْأُولَى جَمَاعَةً أَوْ فُرَادَى ؛ لِأَنَّ تَرْكَ الِاسْتِفْصَالِ، فِي مَقَامِ الِاحْتِمَالِ: يُنَزَّلُ مَنْزِلَةَ الْعُمُومِ فِي الْمَقَالِ "
 
قال بن عَبْدِ الْبَرِّ قَالَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِنَّمَا يُعِيدُ الصَّلَاةَ مَعَ الْإِمَامِ فِي جَمَاعَةٍ مَنْ صَلَّى وَحْدَهُ فِي بَيْتِهِ أَوْ فِي غَيْرِ بَيْتِهِ وَأَمَّا مَنْ صَلَّى فِي جَمَاعَةٍ وَإِنْ قَلَّتْ فَلَا يُعِيدُ فِي أُخْرَى قَلَّتْ أَوْ كَثُرَتْ وَلَوْ أَعَادَ فِي جَمَاعَةٍ أُخْرَى لَأَعَادَ فِي ثَالِثَةٍ وَرَابِعَةٍ إِلَى مَا لَا نِهَايَةَ لَهُ وَهَذَا لَا يَخْفَى فَسَادُهُ قَالَ وَمَنْ قَالَ بِهَذَا الْقَوْلِ مَالِكٌ وَأَبُو حَنِيفَةَ وَالشَّافِعِيُّ وَأَصْحَابُهُمْ

قُلْتُ حَدِيثُ الْبَابِ يَدُلُّ عَلَى مَشْرُوعِيَّةِ الدُّخُولِ مَعَ الْجَمَاعَةِ بِنِيَّةِ التَّطَوُّعِ لِمَنْ كَانَ قَدْ صَلَّى تِلْكَ الصَّلَاةَ وَلَوْ كَانَ الْوَقْتُ وَقْتَ كَرَاهَةٍ لِلتَّصْرِيحِ بِأَنَّ ذَلِكَ كَانَ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ وَإِلَى ذَلِكَ ذَهَبَ الشَّافِعِيُّ فَيَكُونُ هَذَا مُخَصِّصًا لِعُمُومِ الْأَحَادِيثِ الْقَاضِيَةِ بِكَرَاهَةِ الصَّلَاةِ بَعْدَ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَمَنْ جَوَّزَ التَّخْصِيصَ بِالْقِيَاسِ الْحَقَ مَا سَاوَاهُ مِنْ أَوْقَاتِ الْكَرَاهَةِ وَظَاهِرُ التَّقْيِيدِ بِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ أَتَيْتُمَا مَسْجِدَ جَمَاعَةٍ أَنَّ ذَلِكَ مُخْتَصٌّ بِالْجَمَاعَاتِ الَّتِي تُقَامُ فِي الْمَسَاجِدِ لَا الَّتِي تُقَامُ فِي غَيْرِهَا فَيُحْمَلُ الْمُطْلَقُ مِنْ أَلْفَاظِ الْحَدِيثِ عَلَى الْمُقَيَّدِ بِمَسْجِدِ الْجَمَاعَةِ قَالَهُ الشَّوْكَانِيُّ
[انظر كتاب تحفة الأحوذي شرح سنن الترمذي : ج ٢ ص ٣ - ٤ /  (٢) - أبواب الصلاة / باب ما جاء في الرجل يصلي وحده ثم يدرك الجماعة / للشيخ أبو العلا محمد عبد الرحمن بن عبد الرحيم المباركفورى (المتوفى: ١٣٥٣ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بيروت بدون السنة].

Berkata Abu 'Isa (At Tirmidzi); "Hadits Yazid bin Al Aswad derajatnya HASAN SHAHIH, ini adalah pendapat banyak ulama. Pendapat ini juga dipegang oleh Sufyan Ats Tsauri, Syafi'i, Ahmad dan Ishaq." Mereka berkata;

"Jika seorang laki-laki telah shalat sendirian kemudian mendapatkan shalat berjama'ah, maka hendaklah ia mengulangi semua shalatnya dengan berjama'ah. Dan jika seorang laki-laki telah shalat maghrib sendirian kemudian mendapatkan shalat berjama'ah, maka mereka berpendapat, "Hendaklah ia shalat bersama mereka dan menggenapkan, sedangkan shalat yang ia lakukan sendirian itulah yang fardlu bagi mereka."

((Karena buat kalian itu adalah Sunnah)) didalamnya jelas  dinyatakan bahwa shalat kedua yang diulang adalah Sunnah, dan lahiriyahnya tidak adanya pemisahan antara shalat yang pertama secara berjama'ah atau shalat sendirian, karena sesungguhnya meninggalkan pemisahan dalam posisi ihtimal/kemungkinan: dapat  menurunkan status generalitas/posisi umum dalam banyak artikel/pendapat.

Ibnu Abdil Barr (Al Malikiy) berkata : Jumhur/Mayoritas ulama fikih berkata ;  semestinya untuk mengulang shalat bersama imam dalam rombongan orang yang shalat sendirian di rumahnya atau di selain rumahnya, dan adapun orang yang shalat dalam rombongan dan walaupun sedikit jumlahnya, maka tidak boleh diulangi dalam shalat lain sedikit atau banyak, dan jika mengulang dalam  rombongan lain pasti boleh mengulang pada rombongan ketiga dan keempat tanpa akhir baginya. Dan ini tidak terlihat kerusakannya, katanya, dan mereka yang mengatakan perkataan ini adalah Imam Malik, Abu Hanifah, Al Syafi'i dan teman-temannya.

Saya berpendapat : Hadits dalam bab ini  menunjukkan legalitas disunnahkannya  masuk bersama jama'ah dengan niatan Tatthawwu'/mencari kesunnahan bagi mereka yang telah mengerjakan sholat itu, walaupun waktunya jatuh pada waktu karahah/dilarang melakukan shalat untuk memperjelas bahwa semua itu terjadi diwaktu sholat subuh dan  Imam Asy Syafi'iy menggunakan semua itu, Jadi ini didedikasikan untuk keumuman hadits - haditsnya yang menghukumi dengan kemakruhan melakukan shalat  setelah sholat subuh dan ulama' yang memperbolehkan adanya takhshish/kekhushusan dengan diqiyaskan/disamakan dengan perkara yang sudah pasti selainnya yang terdiri dari waktu - waktu yang dilarang melakukan shalat, dan batasan yang jelas, adalah sabda Nabi –ﷺ💞– dan kemudian Anda berdua datang ke masjid tempat berjamaah shalat fardhu, sebenarnya semua itu hanya  dikhususkan pada  shalat - shalat yang biasa dilakukan berjama'ah yang diadakan di masjid bukan berlaku pada  shalat - shalat yang biasa dilakukan berjama'ah tetapi didirikan diselain masjid, maka  kemutlakan dari lafadz - lafadz hadits yang  dimuat atas dasar alasan/ketentuan (shalat tersebut) dilakukan didalam masjid yang sudah biasa sebagai  tempat berjamaah shalat fardhu, seperti yang telah dikatakannya oleh Imam Asy Syaukaaniy.
[Lihat Kitab Tuhfatu Al  Ahwadzi Syarhu Sunan At Tirmidziy : juz hal / Kitabu Ash Shalati / Babu Ma Ja'a Fi Fadhli Al Jama'ati / Babu Ma Ja'a Fi Ar Rajuli Yushalli Wahdahu Tsumma Yudriku Al Jama'ata / Karya Syaikh Abdurrahman Al Mubarakfuriy Al Hindiy / Dar Al Kutub Al Ilmiyyah - Beirut Tnp. Tahun].



*1️⃣🌴• Tidak Boleh Mengulang Shalat Ashar Maghrib Dan Subuh Menurut MADZHAB IMAM ABU HANIFAH*

*🌴🎙️• Syaikh Muhammad Zakariyya Al Kandahlawiy Al Hindiy hafidzhullahu ta'ala dalam kitabnya " Aujaz Al Masalik Ila Muwatho' Malik " berkata :*

وقال المغيرة : تعاد الصلاة كلها، وبه قال الشافعي. وقال أبو حنيفة: يعيد الظهر والعشاء ولا يعيد غيرهما، وقال أبو ثور: يعيدها كلها إلا الفجر والعصر، اه.
[انظر كتاب أوجز المسالك الى موطاْ مالك /صلاة الجماعة / للشيخ محمد زكريا الكندهلوي الهندي].

Al Mughirah berkata : Semua shalat bisa diulang , Imam Asy Syafi'iy telah berkata dengan pendapat tersebut.

Imam Abu Hanifah berkata : Shalat Dzuhur dan Isya' BOLEH DIULANG, DAN TIDAK BOLEH DIULANG selain dari keduanya.

Imam Abu Tsur berkata : Boleh mengulang semua shalat kecuali shalat ashar dan shalat subuh.
[Lihat Kitab Aujaz Al Masalik Ila Muwatho' Malik / Shalatu Al Jama'ati / Karya Syaikh Muhammad Zakariyya Al Kandahlawiy Al Hindiy Al Madaniy].


*💾✍️• Dan Tersebut Dalam Kitab Al Hidayah Fi Tajhriji Ahaditsi Al Bidayah  Karya Sayyid Syarif Syaikh Abu Faidl Al Ghumariy Al Hasaniy hafidzhullahu ta'ala :*

 وقال أبو حنيفة: يعيد الصلوات كلها إلا المغرب والعصر. وقال الأوزاعي: إلا المغرب والصبح. وقال أبو ثور: إلا العصر والفجر. وقال الشافعي: يعيد الصلوات كلها
[انظر كتاب الهداية في تخريج أحاديث البداية / السريف السيد للشيخ أحمد بن محمد بن الصدِّيق بن أحمد، أبو الفيض الغُمَارِي الحسني الأزهري المالكي (المتوفى: ١٣٨٠ هـ. وانظر كتاب أوجز المسالك الى موطأ مالك / للشيخ محمد زكريا الكاندهلوي الهندي المدني].

Sedang Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) berpendapat :  boleh mengulangi semua sholatnya (dengan berjamaah) kecuali sholat Maghrib dan Ashar.

Sedang Imam Al Auza’iy :  mengecualikan sholat Maghrib dan Shubuh,

Sedang Imam Abu Syam : mengecualikan sholat Ashar dan Shubuh.
[Lihat Kitab Al Hidayah Fi Tajhriji Ahaditsi Al Bidayah / Karya Sayyid Syarif Syaikh Abu Faidl Ahmad Bin Shadiq Al Ghumariy Al Hasaniy Al Malikiy. Dan Kitab Aujza Al Masalik Ila Al Muwatho' Al Imam Malik / Karya Syaikh Muhammad Yusuf Al Kandahlawiy Al Hindiy Al Madaniy].


*🌴✍️• Tersebut Dalam Kitab " Ma'alimu As Sunan Syarhu Sunan Abi Dawud" Karya Imam Al Khathabiy Al Bastiy Asy Syafi'iy  rahimahullAhu ta'ala :*

وفى الحديث من الفقه أن من صلى في رحله ثم صادف جماعة يصلون كان عليه أن يصلي معهم أي صلاة كانت من الصلوات الخمس، وهو مذهب الشافعي وأحمد وإسحاق وبه قال الحسن والزهرى.

وقال قوم يعيد إلاّ المغرب والصبح، كذلك قال النخعي وحكي ذلك عن الأوزاعي. وكان مالك والثوري يكرهان أن يعيد صلاة المغرب وكان أبو حنيفة لا يرى أن يعيد صلاة العصر والمغرب والفجر إذا كان قد صلاهن.
[انظر كتاب معالم السنن : ج ١ ص ١٦٤ /  كتاب الصلاة / ومن باب يصلي معهم إذا كان في المسجد / للإمام  أبو سليمان حمد بن محمد بن إبراهيم بن الخطاب البستي المعروف بالخطابي البستي الشافعي (المتوفى: ٣٨٨ هـ = ٩٩٨ مـ) / الناشر: المطبعة العلمية - حلب , الطبعة: الأولى  ١٣٥١ هـ = ١٩٣٢ مـ].

Dan didalam hadits dilihat dari kajian fikihnya, bahwa siapa pun yang shalat dalam perjalanannya dan kemudian bertemu dengan sekelompok orang yang sedang  shalat berjamaah, maka dia harus shalat bersama mereka, yaitu shalat yang manapun dari salah satu shalat lima waktu, dan ini adalah madzhab Imam  Al-Syafi'i, Ahmad dan Ishaq.

Dan ada yang mengatakan bahwa dia harus mengulang kecuali shalat Maghrib dan shalat subuh, begitulah perkataan Imam Al-Nakha'i, dan semua itu diceritakan dari Imam Al-Auza'i.  Imam Malik dan Al-Tsauri keduanya  sangat tidak suka mengulang shalat Maghrib, dan Imam Abu Hanifah tidak berpendapat supaya  mengulangi shalat Ashar, Maghrib dan Subuh ketika dia sudah benar - benar sudah mengerjakannya.
[Lihat Kitab Ma'alimu As Sunan Syarhu Sunan Abi Dawud : juz 1 hal 164 / Kitabu Ash Shalati / Wa Min Babi Yushalli Ma'ahum Idza Kana Fi Al Masjidi / Karya Imam Al Khathabiy Al Bastiy Asy Syafi'iy / Al Mathba'ah Al Ilmiyyah - Halab, Cet. Pertama , Th. 1351 H = 1932 M].



*2️⃣🌴• Semua Shalat Boleh Diulang Kecuali Shalat Subuh Dan  Maghrib Dan Tidak Boleh Diulang Shalat Yang Dilakukan Berjamaah Yang Jumlahnya Sedikit Atau Banyak Menurut MADZHAB IMAM MALIK BIN ANAS.*


*🌴✍️• Imam Ibnu Abdil Barr Al Malikiy RahimahullAhu Ta'ala Dalam Kitabnya " Al Istidzkar " berkata :*

وَقَدِ اخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ فِي هَذَا الْمَعْنَى فَقَالَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِنَّمَا يُعِيدُ الصَّلَاةَ مَعَ الْإِمَامِ فِي الْجَمَاعَةِ مَنْ صَلَّى وَحْدَهُ فِي بَيْتِهِ وَأَهْلِهِ أَوْ فِي غَيْرِ بَيْتِهِ

وَأَمَّا مَنْ صَلَّى فِي جَمَاعَةٍ وَإِنْ قَلَّتْ فَإِنَّهُ لَا يُعِيدُ فِي جَمَاعَةٍ أَكْثَرَ مِنْهَا وَلَا أَقَلَّ وَكُلُّ مَنْ صَلَّى عِنْدَهُمْ مَعَ آخَرَ فَقَدْ صَلَّى فِي جَمَاعَةٍ وَلَا يُعِيدُ فِي أُخْرَى قَلَّتْ أَوْ كَثُرَتْ وَلَوْ أَعَادَ فِي جَمَاعَةٍ أُخْرَى لَأَعَادَ فِي ثَالِثَةٍ أَوْ رَابِعَةٍ إِلَى مَا لَا نِهَايَةَ لَهُ وَهَذَا لَا يَخْفَى فَسَادُهُ وَمِمَّنْ قَالَ بِهَذَا الْقَوْلِ مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ وَأَبُو حَنِيفَةَ والشافعي وأصحابهم ...

وَاخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ أَيْضًا فِيمَا يُعَادُ مِنَ الصَّلَوَاتِ مَعَ الْإِمَامِ لِمَنْ صَلَّاهَا وَحْدَهُ , فَقَالَ قَوْمٌ يُعِيدُ الصَّلَوَاتِ كُلَّهَا مَعَ الْإِمَامِ مَنْ صَلَّاهَا وَحْدَهُ إِلَّا الصُّبْحَ وَالْمَغْرِبَ

ذَكَرَ مَالِكٌ فِي الْمُوَطَّأِ عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَقُولُ مَنْ صَلَّى الْمَغْرِبَ أَوِ الصُّبْحَ ثُمَّ أَدْرَكَهُمَا مَعَ الْإِمَامِ فَلَا يعد لهما. انتهى .
[انظر كتاب الاستذكار : ج ٢ ص ١٥٦ / كتاب صلاة الجماعة / باب إعادة الصلاة مع الإمام / للإمام أبو عمر يوسف بن عبد الله بن محمد بن عبد البر بن عاصم النمري القرطبي المالكي (المتوفى: ٤٦٣ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بيروت الطبعة: الأولى، ١٤٢١ هـ = ٢٠٠٠ مـ].

Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini , Jumhur/Mayoritas ulama mengatakan :  semestinya BOLEH MENGULANG orang yang shalat sendirian di rumahnya , atau bersama keluarganya, atau bersama selain keluarganya.

Dan adapun orang  yang sudah shalat berjamaah walaupun sedikit jumlahnya, maka dia TIDAK BOLEH MENGULANG SHALATNYA pada shalat jamaah yang lebih banyak jumlahnya daripada shalat jamaah yang sedikit jumlahnya, DAN JUGA DIA TIDAK BOLEH MENGULANG SHALATNYA pada jamaah yang sedikit jumlahnya daripada shalat jamaah yang lebih sedikit jumlah daripadanya. Dan setiap orang yang selainnya ikut shalat bersama mereka, maka sesungguhnya dia sudah dihitung shalat berjamaah. Dan TIDAK BOLEH MENGULANG pada shalat jamaah yang lain baik yang jumlahnya sedikit atau banyak, dan apabila diperbolehkan  mengulang pada jamaah yang lain , maka pasti boleh mengulang shalat pada shalat jamaah yang ketiga atau keempat atau hingga tidak terbatas baginya, dan ini tidak diragukan akan kerusakkannya, dan sebagian ulama' yang telah berpendapat dengan pendapat ini adalah Imam Malik bin Anas , Imam Abu Hanifah , dan Imam Syafi'iy bersama para sahabat-sahabatnya.
 
Ulama' ahli fikih juga berbeda pendapat pada sholat yang dapat diulang dari beberapa shalat  bersama imam, bagi  orang yang shalat sendirian :

Maka sebagian Ulama' ada yang mengatakan: Seseorang BOLEH MENGULANG SEMUA SHALAT bersama imam KECUALI SHALAT SUBUH DAN  MAGHRIB.

Malik menyebutkan dalam Muwatho' dari  Nafi 'bahwasannya  'Abdullah bin Umar ada  mengatakan : Barangsiapa yang sudah shalat Maghrib atau Subuh, kemudian dia menemukan shalat keduanya sedang dilakukan berjama'ah bersama imam , maka dia TIDAK BOLEH MENGULANGI KEDUANYA (shalat subuh dan shalat maghrib tersebut).
[Lihat Kitab Al Istidzkar : juz 2 hal 155 - 156 / Kitabu Shalati Al Jama'ati / Babu I'adatu Ash Shalati Ma'a Al Imami / Karya Imam Ibnu 'Abdil Barr Al Malikiy / Dar Al Kutub Al Ilmiyyah - Beirut, Cet. Pertama , Th. 1421 H = 2000 M].


*💾🎙️• Imam Ibnu Rusyd Al Malikiy RahimahullAhu Ta'ala  Dalam Kitabnya " Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatu Al Muqtasid " berkata :*

وَأَمَّا الْمَسْأَلَةُ الثَّانِيَةُ فَإِنَّ الَّذِي دَخَلَ الْمَسْجِدَ، وَقَدْ صَلَّى لَا يَخْلُو مِنْ أَحَدِ وَجْهَيْنِ:

إِمَّا أَنْ يَكُونَ صَلَّى مُنْفَرِدًا، وَإِمَّا أَنْ يَكُونَ صَلَّى فِي جَمَاعَةٍ.

فَإِنْ كَانَ صَلَّى مُنْفَرِدًا فَقَالَ قَوْمٌ: يُعِيدُ مَعَهُمْ كُلَّ الصَّلَوَاتِ إِلَّا الْمَغْرِبَ فَقَطْ، وَمِمَّنْ قَالَ بِهَذَا الْقَوْلِ مَالِكٌ وَأَصْحَابُهُ،

وَقَالَ أَبُو حَنِيفَةَ: يُعِيدُ الصَّلَوَاتِ كُلَّهَا إِلَّا الْمَغْرِبَ وَالْعَصْرَ.

وَقَالَ الْأَوْزَاعِيُّ: إِلَّا الْمَغْرِبَ وَالصُّبْحَ،

وَقَالَ أَبُو ثَوْرٍ: إِلَّا الْعَصْرَ وَالْفَجْرَ،

وَقَالَ الشَّافِعِيُّ: يُعِيدُ الصَّلَوَاتِ كُلَّهَا، وَإِنَّمَا اتَّفَقُوا عَلَى إِيجَابِ إِعَادَةِ الصَّلَاةِ عَلَيْهِ بِالْجُمْلَةِ، لِحَدِيثِ بسر بن محجن عَنْ أَبِيهِ «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– قَالَ لَهُ حِينَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ وَلَمْ يُصَلِّ مَعَهُ: مَا لَكَ لَمْ تُصَلِّ مَعَ النَّاسِ: أَلَسْتَ بِرَجُلٍ مُسْلِمٍ؟ فَقَالَ: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَكِنِّي صَلَّيْتُ فِي أَهْلِي، فَقَالَ - عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ -: إِذَا جِئْتَ فَصَلِّ مَعَ النَّاسِ وَإِنْ كُنْتَ قَدْ صَلَّيْتَ»
[انظر كتاب بداية المجتهد ونهاية المقتصد : ج ١ ص ١٥٢ /  كتاب الصلاة / الجملة الثالثة من كتاب الصلاة  
أركان الصلاة / الباب الثاني من الجملة الثالثة صلاة الجماعة / الفصل الأول في معرفة حكم صلاة الجماعة / للإمام أبو الوليد محمد بن أحمد بن محمد بن أحمد بن رشد القرطبي الشهير بابن رشد الحفيد (المتوفى: ٥٩٥ هـ) / الناشر: دار الحديث - القاهرة الطبعة: بدون طبعة تاريخ النشر: ١٤٢٥ هـ = ٢٠٠٤ مـ].

Seseorang yang memasuki masjid, padahal ia sudah menjalankan sholat wajib, mungkin termasuk salah satu dari dua kemungkinan :

~ Sudah menjalankan sholat sendirian atau

~ Sudah menjalankan sholat berjamaah.
Jika ia sudah menjalankan sholat sendirian, ia harus mengulangi sholat dengan berjamaah, kecuali sholat maghrib. Demikian pendirian sebagian fuqoha' diantaranya Imam Malik dan sekelompok (Malikiyah) pengikut beliau.

Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat : Boleh mengulangi semua sholatnya (dengan berjamaah) kecuali sholat Maghrib dan Ashar.

Sedangkan *Imam Al Auza’i* mengecualikan sholat Maghrib dan Shubuh,

sedang *Imam Abu Syam* mengecualikan sholat Ashar dan Shubuh.

Adapun Imam  Al-Syafi'iy berkata: Dia boleh mengulangi semua shalat, dan semestinya mereka setuju pada penegasan/konsensus  mengulang shalat untuknya secara umum, berdasarkan pada hadits Bisyr bin Muhammad dari ayahnya :
Rosululloh –ﷺ💞– pernah bersabda kepada Bisyr bin Muhammad ketika ia memasuki masjid dan tidak ikut sholat jamaah bersama beliau :

*_“Ada halangan apa Anda tidak ikut kami sholat berjamaah? Tidakkah kamu seorang muslim?”_*

Lalu jawabnya, ”Benar, saya Muslim wahai Rosululloh. Tetapi aku sudah menjalankan sholat di rumahku”. Jawab Nabi selanjutnya :

*_”Apabila kamu datang (ke Masjid), maka kerjakanlah sholat bersama orang-orang, meskipun kamu sudah sholat."_* (HR. Nasa’i dan Malik).
[Lihat Kitab Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatu Al Muqtashid : juz 1, hal. 152 / Kitabu Ash Shalati / Al Jumlah Ats Tsalitsah Min Kitabi Ash Shalati Arkanu Ash Shalati / Al Babu Ats Tsani Min Al Jumlah Ats Tsalitsah Shalatu Al Jama'ati / Karya Imam Ibnu Rusyd Al Malikiy / Dar Al Hadits - Kairo , Th. 1425 H = 2004 M].
 

*🌴✍️• Imam Ibnu Abdil Barr Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Kafi Fi Fiqhi Ahli Al Madinah " mengatakan :

وقول رسول الله –ﷺ💞–:

"لا تعاد صلاة في يوم واحد مرتين"

معناه عندنا لمن صلى في جماعة ان لا يعيد في جماعة أخرى لأن ذلك لو جاز في واحدة لجاز في أكثر إلى ما لا نهاية له ,

وإنما أمر المنفرد بالإعادة في جماعة لانفرادة فاستحال أن تقاس الجماعة عليه ,وجمهور الفقهاء على مثل قول مالك في ذلك.

ومن صلى وحده ثم وجد جماعة تصلي تلك الصلاة بعينها في وقتها فحسن له أن يدخل فيصليها معهم ولو كان في مسجد أو غيره فأقيمت تلك الصلاة التي صلاها منفردا لم يخرج حتى يصليها معهم وهذا في كل صلاة إلا المغرب وحدها ومن أهل المدينة من رأى أن تعاد المغرب وغيرها.
[انظر كتاب الكافي في فقه اهل المدينة : ج ١ ص ٢١٨ /  كتاب الصلاة / باب إعادة الصلاة في جماعة لمن صلى وحده وإعادة الجماعة في المسجد / للإمام أبو عمر يوسف بن عبد الله بن محمد بن عبد البر بن عاصم النمري القرطبي المالكي (المتوفى: ٤٦٣ هـ) /  الناشر: مكتبة الرياض الحديثة - الرياض - المملكة العربية السعودية , الطبعة: الثانية، ١٤٠٠ هـ = ١٩٨٠ مـ].

Dan sabda Rasulullah –ﷺ💞– , semoga doa dan damai Allah besertanya:

“Tidak ada doa yang diulangi dalam satu hari dua kali.”

Artinya menurut kami (pengikut Imam Malik)  bagi orang yang sudah shalat dalam berjama'ah TIDAK BOLEH MENGULANGINYA DI SHALAT JAMA'AH LAIN, karena jika itu sampai diperbolehkan dalam satu jama'ah saja, maka itu pasti akan diperbolehkan pada lebih banyak dari shalat berjamaah sampai  tidak terbatas (Jadi tidak mungkin bisa diukur shalat jama'ah yang dilakukannya).

Dan semestinya perintah terhadap munfarid/orang yang shalat sendirian untuk mengulang shalatnya dalam suatu jama'ah shalat disebabbkan karena kesendiriannya (agar memperoleh predikat shalat jama'ah), maka kemudian layak baginya apabila disamakan dengan shalat berjama'ah, dan mayoritas ahli hukum fikih sepakat menurut apa yang dikatakan oleh Imam Malik tentang itu.

Dan barangsiapa yang shalat sendiri dan kemudian menemukan shalat jama'ah yang lain, maka dia mengikuti shalat tersebut, jika masih pada waktunya, kemudian bagus baginya apabila dia masuk mengikuti shalat berjamaah bersama mereka, walaupun dia sedang berada di dalam masjid atau di tempat lain, maka sholat yang dia sholat sendiri masih belum dihitung keluar sampai dia sholat bersama mereka. Dan ini berlaku pada setiap shalat kecuali Maghrib saja, dan diantara masyarakat Madinah yang berpendapat BOLEH MENGULANG  bukan hanya Shalat Maghrib tapi juga shalat yang lainnya.
[Lihat Kitab Al Kafi Fi Fiqhi Ahli Al Madinah: juz 1 hal 218 / Kitabu Ash Shalati / Babu I'adatu Ash Shalati Fi Jama'atin Liman Shalla Wahdahu / Wai'adatu Al Jama'ati Fi Al Masjidi / Karya Imam Ibnu 'Abdil Barr Al Malikiy / Maktabah Ar Riyadl Al Haditsah - Riyadl - Al Mamlakah Al 'Arabiyyah As Su'udiyyah , Cet. Kedua , Th. 1400 H = 1980 M].


*💾✍️• Tersebut Dalam Kitab Kumpulan Jawaban dan Pertanyaan " Al Madunah Al Kubra " yang diriwayatkan oleh Imam Sahnun Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala dari Imam Abdurrahman bin Al  Qasimi Al 'Ataqiy Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala dari Imam Malik bin Anas rahimahullAhu ta'ala :*

قَالَ: وَقَالَ مَالِكٌ: إذَا جَاءَ الرَّجُلُ الْمَسْجِدَ وَقَدْ صَلَّى وَحْدَهُ فِي بَيْتِهِ فَلْيُصَلِّ مَعَ النَّاسِ إلَّا الْمَغْرِبَ، فَإِنَّهُ إنْ كَانَ قَدْ صَلَّاهَا ثُمَّ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَأَقَامَ الْمُؤَذِّنُ صَلَاةَ الْمَغْرِبِ فَلْيَخْرُجْ.

قُلْتُ لِابْنِ الْقَاسِمِ: فَإِنْ جَهِلَ ذَلِكَ فَصَلَّى مَعَ الْإِمَامِ الْمَغْرِبَ ثَانِيَةً؟

قَالَ: أَحَبُّ إلَيَّ أَنْ يَشْفَعَ صَلَاتَهُ الْآخِرَةَ بِرَكْعَةٍ وَتَكُونُ الْأُولَى الَّتِي صَلَّى فِي بَيْتِهِ صَلَاتَهُ، وَقَدْ بَلَغَنِي عَنْ مَالِكٍ.

قُلْتُ: أَيُّ شَيْءٍ يَقُولُ مَالِكٌ فِي الصُّبْحِ إذَا صَلَّاهَا فِي بَيْتِهِ ثُمَّ أَدْرَكَهَا مَعَ الْإِمَامِ أَيُعِيدُهَا؟

قَالَ: نَعَمْ وَهُوَ قَوْلُهُ يُعِيدُ الصَّلَوَاتِ كُلَّهَا إلَّا الْمَغْرِبَ.

قَالَ: وَقَالَ مَالِكٌ: كُلُّ مَنْ صَلَّى فِي بَيْتِهِ ثُمَّ أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ أَعَادَ إلَّا الْمَغْرِبَ.
[انظر كتاب المدونة الكبرى ورواها عبد السلام بن سعيد التنوخي الملقب بسحنون (٢٤٠ هـ = ٨٥٤ مـ) الذي جمعها وصنفها، ورواها عن عبد الرحمن بن القاسم العتقي (١٩١ هـ = ٨٠٦ مـ) عن الإمام مالك بن أنس : ج ١ ص ١٧٩ / كتاب الصلاة  الأول / إعادة الصلاة مع الإمام / للإمام مالك بن أنس بن مالك بن عامر الأصبحي المدني (المتوفى: ١٧٩ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية الطبعة: الأولى، ١٤١٥ هـ = ١٩٩٤ مـ].
 
Dia berkata: Malik berkata: Jika seorang pria datang ke masjid sedangkan ia sudah  shalat sendirian di rumahnya, maka  shalatlah dengan mereka kecuali (Ketika menemui Shalat Maghrib).
 
Hal tersebut apabila dia sudah sholat  kemudian masuk masjid dan muadzin beriqamah untuk mendirikan sholat Vlakhrj.qlt muazin Maghrib, maka sebaiknya keluarlah.

Aku bertanya kepada Imam Ibn al-Qasim: Apabila dia tidak tahu terus dia sholat maghrib yang kedua  bersama imam?

Dia (Ibnul Qasim) menjawab: Aku lebih suka apabila dia  melengkapi shalat maghribnya yang terakhir/kedua dengan satu raka'at dan  sholat maghribnya yang pertama yang dia  lakukan dirumah yang menjadi sholatnya, dan sesungguhnya begitulah yang telah sampai kepadaku dari Imam Malik.

Aku bertanya : terus apa yang dikatakan Imam Malik tentang orang yang sudah melakukan shalat subuh dirumah kemudia dia menemukan jama'ah shalat subuh yang kedua , apakah dia boleh mengulanginya?

Imam Ibnul Qasim menjawab : Ya, dan itu perkataan Imam Malik semua sholat boleh diulangi kecuali shalat Maghrib.

Imam Ibnu Qasim berkata : Imam Malik mengatakan : Setiap orang yang sudah shalat dirumahnya, kemudian shalat akan didirikan, sementara dia (stelah shalat dirumah) berada di masjid, maka dia BOLEH MENGULANG kecuali SHALAT MAGHRIB.
[Lihat Kitab " Al Madunah Al Kubra " Yang Diriwayatkan Oleh Imam Sahnun Al Malikiy Dari Imam Abdurrahman bin Al  Qasimi Al 'Ataqiy Al Malikiy Dari Imam Malik bin Anas : juz 1 hal 179 / Kitabu Ash Shalati Al Awwali / I'adatu Ash Shalati Ma'a Al Imami / Karya Imam Malik Bin Anas Al Madaniy Al Ashbahiy / Dar Al Kutub Al Ilmiyyah , Cet. Pertama , Th. 1415 H = 1994 M].



*3️⃣🌴• Boleh Mengulang Semua Shalat Baik Diwaktu Karahah/Dilarang  Maupun Bukan Menurut MADZHAB IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS ASY SYAFI'IY*

*🌴💾• Ibnu Hajar Al-Asqolaniy Asy Syafi'iy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Bulughu Al Marom Min Adillati Al Ahkam "  mengutip sebuah hadits :*

 وَعَنْ يَزِيدَ بْنِ اَلْأَسْوَدِ ‏- رضى الله عنه ‏- { أَنَّهُ صَلَّى مَعَ رَسُولِ اَللَّهِ ‏–ﷺ💞– صَلَاةَ اَلصُّبْحِ, فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا هُوَ بِرَجُلَيْنِ لَمْ يُصَلِّيَا, فَدَعَا بِهِمَا, فَجِيءَ بِهِمَا تَرْعَدُ فَرَائِصُهُمَا, فَقَالَ لَهُمَا: "مَا مَنَعَكُمَا أَنْ تُصَلِّيَا مَعَنَا؟"

قَالَا: قَدْ صَلَّيْنَا فِي رِحَالِنَا.

قَالَ: "فَلَا تَفْعَلَا, إِذَا صَلَّيْتُمَا فِي رِحَالِكُمْ, ثُمَّ أَدْرَكْتُمْ اَلْإِمَامَ وَلَمْ يُصَلِّ, فَصَلِّيَا مَعَهُ, فَإِنَّهَا لَكُمْ نَافِلَةٌ" } رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَاللَّفْظُ لَهُ, وَالثَّلَاثَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَابْنُ حِبَّان
[صحيح.‏ رواه أحمد (4/160 و 161)‏، والنسائي (2/112)‏، وأبو داود (575)‏ و (576)‏، والترمذي (219)‏، وابن حبان (1564 و 1565)‏ وقال الترمذي: "حسن صحيح"].
[انظر كتاب بلوغ المرام من أدلة الأحكام : ج ١ ص ١١٧ / كتاب الصلاة / باب صلاة الجماعة والإمامة / مشروعية الصلاة مع الإمام إذا وجده / للإمام أبو الفضل أحمد بن علي بن محمد بن أحمد بن حجر العسقلاني الشافعي  (المتوفى: ٨٥٢ هـ) / الناشر: دار الفلق - الرياض الطبعة: السابعة، ١٤٢٤  هـ].

Dari Yazid Ibnu al-Aswad radliyyAllahu 'anhu bahwa sesungguhnya beliau  pernah sholat Shubuh bersama Rosululloh –ﷺ💞– Ketika Rosululloh –ﷺ💞– telah usai sholat beliau bertemu dengan dua orang laki-laki yang tidak ikut sholat. Beliau memanggil kedua orang itu, lalu keduanya dihadapkan dengan tubuh gemetaran. Beliau bertanya pada mereka:

*_"Apa yang menghalangimu sehingga tidak ikut sholat bersama kami?"_*

Mereka menjawab: Kami telah sholat di rumah kami. Beliau bersabda:

*_"Jangan berbuat demikian, bila kamu berdua telah sholat di rumahmu kemudian kamu melihat imam belum sholat, maka sholatlah kamu berdua bersamanya karena hal itu menjadi sunnah bagimu."_*(*SHAHIH* Riwayat Imam Tiga dan Ahmad dengan lafadh menurut riwayat Ahmad. Hadits shohih menurut Ibnu Hibban dan Tirmidzi, dan beliau berkata *HASAN SHAHIH*).
[Lihat Kitab Bulughu Al Maram Min Adillati Al Ahkam : juz 1 hal 117 / Kitabu Ash Shalati / Babu Shalati Al Jama'ati Wa Al Imamati / Masyru'iyyatu Ash Shalati Ma'a Al Imami Idza Wajadahu / Karya Imam Ibnu Hajar Al Asqalaniy Asy Syafi'iy / Dar Al Falaq -  Ar Riyadl , Cet. Ketujuh , Th. 1424 H].


*🌴🎙️• Imam Ash-Shon’aniy rahimahullAhu ta'ala  berkata :*

وَهَذَا الْحَدِيثُ وَقَعَ فِي مَسْجِدِ الْخَيْفِ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ فَدَلَّ عَلَى مَشْرُوعِيَّةِ الصَّلَاةِ مَعَ الْإِمَامِ إذَا وَجَدَهُ يُصَلِّي أَوْ سَيُصَلِّي بَعْدَ أَنْ كَانَ قَدْ صَلَّى جَمَاعَةً أَوْ فُرَادَى، وَالْأُولَى هِيَ الْفَرِيضَةُ، وَالْأُخْرَى نَافِلَةٌ كَمَا صَرَّحَ بِهِ الْحَدِيثُ وَظَاهِرُهُ أَنَّهُ لَا يُحْتَاجُ إلَى رَفْضِ الْأُولَى،

وَذَهَبَ إلَى هَذَا زَيْدُ بْنُ عَلِيٍّ وَالْمُؤَيَّدُ وَجَمَاعَةٌ مِنْ الْآلِ وَهُوَ قَوْلُ الشَّافِعِيِّ.
[انظر كتاب سبل السلام شرح بلوغ المرام : ج ١ ص ٣٦٢ / كتاب الصلاة / باب صلاة الجماعة والإمامة / الأعذار في ترك صلاة الجماعة / للإمام محمد بن إسماعيل بن صلاح بن محمد الحسني، الكحلاني ثم الصنعاني، أبو إبراهيم، عز الدين، المعروف كأسلافه بالأمير (المتوفى: ١١٨٢ هـ) / الناشر: دار الحديث  - بدون السنة].

Hadits ini terjadi di masjid Al-Khoif pada waktu haji wada’, yang menunjukkan tentang disyariatkannya seseorang sholat bersama imam jika mendapatinya sedang sholat atau akan sholat, setelah orang itu selesai melaksanakan sholat baik secara berjama'ah atau sendirian. Maka sholat yang telah dilakukan yang pertama dihitung sholat fardhu baginya, sedang sholat yang dilakukan kedua kalinya bersama dengan imam dianggap sholat sunnah sebagaimana yang dijelaskan hadits ini. Dhohirnya hadits ini, bahwa tidak perlu menolak sholat pertama, yakni sholat pertama dianggap sebagai sholat fardhu.

Pendapat ini didukung oleh Imam Zaid bin Ali, Al-Muayyid Billah, dan sekelompok ulama ahlul bait. Ini juga merupakan pendapat Imam Asy-Syafi’iy.
[Lihat Kitab Subulu As Salam Syarhu Bulughu Al Maram: juz 1, hal. 362 / Kitabu Ash Shalati / Babu Shalati Al Jama'ati Wa Al Imamati / Al A'dzaru Fi Tarki Shalati Al Jama'ati / Karya Imam. Ash Shon'aniy / Dar Al Hadits - Tnp. Tahun].


*💾✍️• Imam Asy Syafi’iy rahimahullAhu ta'ala meriwayatkan sebuah hadits :*

 أَخْبَرَنَا الرَّبِيعُ قَالَ: أَخْبَرَنَا الشَّافِعِيُّ قَالَ : أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْمَجِيدِ قَالَ: أَخْبَرَنِي ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ عَمْرٍو عَنْ جَابِرٍ قَالَ:

*_«كَانَ مُعَاذٌ يُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ –ﷺ💞– الْعِشَاءَ، ثُمَّ يَنْطَلِقُ إلَى قَوْمِهِ فَيُصَلِّيهَا لَهُمْ هِيَ لَهُ تَطَوُّعٌ وَهِيَ لَهُمْ مَكْتُوبَةٌ»_*
[رواه الشافعي في الأم : ج ١ ص ٢٠٠ / كتاب الصلاة / باب صفة الأئمة اختلاف نية الإمام والمأموم / للإمام الشافعي أبو عبد الله محمد بن إدريس بن العباس بن عثمان بن شافع بن عبد المطلب بن عبد مناف المطلبي القرشي المكي (المتوفى: ٢٠٤ هـ) / الناشر: دار المعرفة - بيروت الطبعة: بدون طبعة سنة النشر: ١٤١٠ هـ = ١٩٩٠ مـ].

Telah mengabarkan kepada kami : Ar Rabi', ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami : Asy Syafi'iy, ia berkata : Telah mengabarkan kepada kami : 'Abdul Majid, ia berkata : Telah mengabarkan kepadaku : Ibnu Juraij. Dari 'Amr. Dari Jabir (bin Abdullah), beliau berkata : bahwasanya Mu’adz bin Jabal mengerjakan sholat Isya' bersama Nabi –ﷺ💞– , lalu beliau  kembali kepada kaumnya dan mengerjakan sholat isya bersama mereka, dan shalat Isya' itu adalah sunah baginya, dan wajib bagi kaumnya.
[HR. Syafi'iy Dalam  Kitab Al-Umm : juz 1, hal. 200 / Kitabu Ash Shalati / Babu Shifati Al A'immati / Ikhtilafu Niati Al Imami Wa Al Ma'mumi / Karya Imam Muhammad Bin Idris Asy Syafi'iy / Dar Al Ma'rifati - Beirut , Th. 1410 H = 1990 M].


*✍️🌴• Berkata Imam Baghawiy Asy Syafi'iy    رحمه الله Dalam Kitabnya " Syarhu As Sunnah :*

ثُمَّ إِذَا صَلاهَا بِالْجَمَاعَةِ بَعْدَمَا صَلَّى وَحْدَهُ، فَالأَوْلَى فَرْضُهُ عِنْدَ الأَكْثَرِينَ، وَالثَّانِيَةُ نَافِلَةٌ، لِمَا رُوِيَ عَنْ جَابِرِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ الأَسْوَدِ، عَنْ أَبِيهِ، ...

قَالَ الشَّيْخُ الإِمَامُ: وَفِيهِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ مَنْ صَلَّى بِالْجَمَاعَةِ صَلاةً، ثُمَّ أَدْرَكَ جَمَاعَةً أُخْرَى يَجُوزُ أَنْ يُصَلِّيَهَا ثَانِيًا مَعَهُمْ، وَيَجُوزُ أَنْ يَؤُمَّ فِيهَا قَوْمًا.

وَفِيهِ دَلِيلٌ عَلَى جَوَازِ صَلاةِ الْمُفْتَرِضِ خَلْفَ الْمُنْتَفِلِ، لأَنَّ مُعَاذًا كَانَتْ صَلاتُهُ الثَّانِيَةُ نَافِلَةً، وَصَلاةُ الْقَوْمِ خَلْفَهُ فَرِيضَةً، وَهُوَ قَوْلُ عَطَاءٍ، وَطَاوُسٍ، وَبِهِ قَالَ الأَوْزَاعِيُّ، وَالشَّافِعِيُّ، وَأَحْمَدُ، وَذَهَبَ هَؤُلاءِ إِلَى أَنَّ اخْتِلافَ نِيَّةِ الإِمَامِ وَالْمَأْمُومِ لَا يَمْنَعُ صِحَّةَ صَلاةِ الْمَأْمُومِ،..." انتهى .
[انظر كتاب شرح السنة : ج ٣ ص ٤٣٢ و ٤٣٦ / (٥) - كتاب الصلاة / باب من صلى وحده ثم أدرك جماعة يصليها معهم / و باب من صلى مرة ثم أم قوما في تلك الصلاة / للإمام محيي السنة، أبو محمد الحسين بن مسعود بن محمد بن الفراء البغوي الشافعي (المتوفى: ٥١٦ هـ) /  الناشر: المكتب الإسلامي - دمشق، بيروت الطبعة: الثانية، ١٤٠٣ هـ = ١٩٨٣ مـ].

Kemudian jika dia shalat berjamaah setelah dia shalat sendiri, maka shalat yang pertama adalah wajib baginya menurut
mayoritas ulama', dan shalat yang kedua adalah naafil/sunnah ...

Syekh Imam berkata : didalam hadits menunjukkan dalil :  Bahwasannya orang yang shalat berjama'ah, kemudian menyusul kelompok lain, maka dia aqqdiperbolehkan untuk shalat lagi bersama mereka, dan dia diperbolehkan mengimami suatu kaum.

Dan didalam hadits menunjukkan akan diperbolehkannya orang yang shalat fardlu, bermakmum dibelakang orang yang shalat Sunnah,  karena sesungguhnya shalat keduanya sahabat Mu'adz adalah Sunnah, dan fardlu bagi kaum yang bermakmum dibelakangnya. Dan ini adalah pendapat Imam 'Atho` dan Thawwus. Dan dengan pendapat tersebut telah berkata : Imam Al Auza'iy , Asy Syafi'iy , dan Ahmad.

Mereka berpegang bahwasannya  perbedaan niat diantara Imam dan ma'mum/orang yang  sholat dibelakangnya tidak menghalangi keabsahan shalat Ma'mum,
[Lihat Kitab Syarhu As Sunnah : juz 3 hal 432 & 435 / (5) - Kitabu Ash Shalati / Babu Man Shalla Wahdahu Tsumma Adraka Jama'atan Yushalliiha Ma'ahum / Karya Imam Baghawiy Asy Syafi'iy / Al Maktabah Al Islamiy - Beirut Damaskus, Cet. Kedua , Th. 1403 H = 1983 M].


*💾🎙️• Berkata Imam Az Zarkasyi Asy Syafi'iy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Mantsur Fi Al Qawa'idi Al Fiqhiyyah " :*

إذَا صَلَّى وَحْدَهُ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ ، ثُمَّ أَعَادَ الصَّلَاةَ ، ثُمَّ ظَهَرَ أَنَّ الصَّلَاةَ الْأُولَى وَقَعَتْ عَلَى نَوْعٍ مِنْ الْخَلَلِ : فَقِيَاسُ هَذِهِ النَّظَائِرِ: أَنَّهَا تُجْزِئُهُ ، وَإِنْ أَوْقَعَهَا بِقَصْدِ النَّفْلِ.

وَبِهِ أَجَابَ الْغَزَالِيُّ فِي فَتَاوِيهِ.

ومثله : إذا أَغْفَلَ الْمُتَوَضِّئُ لُمْعَةً فِي الْأُولَى ، فَانْغَسَلَتْ بِنِيَّةِ التَّكْرَارِ فِي الْمَرَّةِ الثَّانِيَةِ وَالثَّالِثَةِ : أَجْزَأَهُ فِي الْأَصَحِّ ، وَإِنْ قَصَدَ بِهِ النَّفَل...

إلى أن قال : " التَّحْقِيقُ أَنَّ هَذِهِ الصُّوَرَ لَيْسَتْ مِنْ قَبِيلِ قِيَامِ النَّفْلِ مَقَامَ الْفَرْضِ ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ لَيْسَ بِنَفْلٍ حَقِيقَةً ؛ بَلْ وَاجِبٌ وَاقِعٌ فِي مَحَلِّهِ ، وَالْإِتْيَانُ بِهِ عَلَى قَصْدِ النَّفْلِ لَا أَثَرَ لَهُ ؛ لِأَنَّ الْقَصْدَ إنَّمَا حَصَلَ بِنَاءً عَلَى الظَّاهِرِ ، وَهُوَ حُصُولُ الْغُسْلِ وَغَيْرِهِ مِنْ الْوَاجِبِ ، وَلَا عِبْرَةَ بِالظَّنِّ الْبَيِّنِ خَطَؤُهُ " انتهى
[انظر كتاب " المنثور في القواعد الفقهية " : ج ٣ ص ٣٠٦ /  حرف النون / النية يتعلق بها مباحث / للإمام أبو عبد الله بدر الدين محمد بن عبد الله بن بهادر الزركشي (المتوفى: ٧٩٤ هـ) / الناشر: وزارة الأوقاف الكويتية الطبعة: الثانية، ١٤٠٥ هـ = ١٩٨٥ مـ ].

Jika dia shalat sendiri atau bersama jama'ah,  lalu dia mengulang shalat, maka terlihat bahwa shalat pertama terjadi dari jenis kecelaan : maka persamaan/qiyas pandangan-pandangan ini shalat tersebut tetap mencukupinya,  meskipun kenyataannya hanya  dengan maksud untuk menempatkan sebagai sunnah.

Dan dengan itu Imam  Al-Ghazaliy menjawab dalam fatwanya.

Begitu juga: Jika orang yang berwudhu lupa pada basuhan yang pertama kali, maka dia membilas dengan niat/maksud mengulanginya dengan basuhan kedua dan basuhan ketiga kalinya, dan itu sudah mencukupinya, walaupun dengan basuhan pengulangan tersebut berniat untuk kesunnahan.

Sampai pada perkataan pengarang :

"Tahqiq/Penyelidikan  bahwa gambaran-gambaran ini bukanlah sebagai bentuk penerapan hal yang bersifat Sunnah pada perkara yang bersifat Wajib; karena semua itu bukanlah kesunnahan hakiki, sebaliknya itu adalah perkara wajib yang sesungguhnya yang  jatuh di tempatnya, dan mengerjakannya dengan niatan Sunnah  tidak mempengaruhinya sama sekali; karena niat semestinya dapat diperoleh berdasarkan atas lahiriyyahnya, yaitu keberhasilan dalam membasuh dan yang lainnya dari perkara yang wajib, dan tidak ada gunanya berasumsi dengan suatu dugaan yang jelas kesalahannya.
[Lihat Kitab Al Mantsur Fi Al Qawa'idi Al Fiqhiyyah : juz 3 hal. 306 / Harfu An Nuni / An Niatu Yata'allaqu Biha Mubahatsun / Karya Imam Az Zarkasyi Asy Syafi'iy / Kementrian Urusan Wakaf Negara Kuwait , Cet. Kedua , Th. 1405 H = 1985 M].


*🌴✍️• Shalat Pertama Adalah Fardlu Dan Shalat Pengulangannya Adalah Sunnah Semua Shalat Bisa Diulang Kecuali Shalat Subuh Ashar Dan Maghrib Menurut MADZHAB AHMAD BIN HANBAL*

*🌴✍️• Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam Kitabnya " Al Mughniy " berkata :*

إذَا أَعَادَ الصَّلَاةَ : فَالْأُولَى فَرْضُهُ .

رُوِيَ ذَلِكَ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، وَبِهِ قَالَ الثَّوْرِيُّ ، وَأَبُو حَنِيفَةَ ، وَإِسْحَاقُ ، وَالشَّافِعِيُّ فِي الْجَدِيدِ.

لقَوْله –ﷺ💞– فِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ : { تَكُنْ لَكُمَا نَافِلَةً]، وَقَوْلُهُ فِي حَدِيثِ أَبِي ذَرٍّ : { فَإِنَّهَا لَكَ نَافِلَةٌ ].

وَلِأَنَّ الْأُولَى قَدْ وَقَعَتْ فَرِيضَةً ، وَأَسْقَطَتْ الْفَرْضَ ، بِدَلِيلِ أَنَّهَا لَا تَجِبُ ثَانِيًا ؛ وَإِذَا بَرِئَتْ الذِّمَّةُ بِالْأُولَى، اسْتَحَالَ كَوْنُ الثَّانِيَةِ فَرِيضَةً ، وَجَعْلُ الْأُولَى نَافِلَةً .

قَالَ حَمَّادٌ ، قَالَ إبْرَاهِيمُ : إذَا نَوَى الرَّجُلُ صَلَاةً ، وَكَتَبَتْهَا الْمَلَائِكَةُ ؛ فَمَنْ يَسْتَطِيعُ أَنْ يُحَوِّلَهَا؟ فَمَا صَلَّى بَعْدَهَا فَهُوَ تَطَوُّعٌ .

فَعَلَى هَذَا لَا يَنْوِي الثَّانِيَةَ فَرْضًا ، لَكِنْ يَنْوِيهَا ظُهْرًا مُعَادَةً ، وَإِنْ نَوَاهَا نَافِلَةً صَحَّ" انتهى .
[انظر كتاب "المغني" : ج ٢ ص ٨٤ / كتاب الصلاة / باب الساعات التي نهي عن الصلاة فيها / مسألة كان في المسجد وأقيمت الصلاة وقد كان صلاها / فصل إذا أعاد المغرب شفعها برابعة / للإمام  أبو محمد موفق الدين عبد الله بن أحمد بن محمد بن قدامة الجماعيلي المقدسي ثم الدمشقي الحنبلي، الشهير بابن قدامة المقدسي (المتوفى: ٦٢٠ هـ) / الناشر: مكتبة القاهرة ، ١٣٨٨ هـ = ١٩٦٨ مـ].

Jika dia mengulang shalat, maka shalat yang pertama fardlunya.

Diriwayatkan dari Imam Ali, radliyyAllahu 'anhu (semoga Tuhan meridhoi beliau), dan itu dikatakan juga oleh Imam Ats Tsauriy, Abu Hanifah, Ishaq, dan Asy-Syafi'iy didalam Qaul Jadidnya.

Berdasarkan sabda Nabi –ﷺ💞–, semoga , dalam hadits otentik/hadits:

*_"shalatmu itu sebagai nafilah (shalat sunnah) bagimu,"_*

Dan sabda Nabi dalam hadits Abu Dzar: *_"Sesungguhnya shalat tersebut bagi kamu adalah naafilah (shalat Sunnah)."_*

Sesungguhnya shalat yang pertama menjadi fardlu, dan gugur kefardluannya, berdasarkan dalil bahwa tidak wajib mengulangi untuk kedua kalinya.  Dan ketika tanggung jawab selesai oleh shalat yang pertama, maka menjadikannya tidak mungkin untuk yang kedua menjadi wajib, dan yang pertama menjadi Nafilah (Sunnah).

Hammad berkata, Ibrahim berkata: Jika seseorang niat/bermaksud untuk sholat, maka malaikat akan menulisnya, maka siapa yang mampu mengubahnya? Maka ketika dia shalat  setelahnya itu adalah  shalat Tatthawwu' (Sunnah).

Maka dengan ini, dia  tidak berniat pada shalat yang kedua sebagai kewajiban, melainkan meniatkannya pada fakta/kenyataan yang berbeda, dan jikalau meniatkannya sebagai shalat sunnah maka hal tersebut termasuk hal yang benar.
[Lihat Kitab Al Mughniy : juz 2 hal 84 / Kitabu Ash Shalati / Babu As Sa'atu Allati Nuhiya 'An Ash Shalati Fiha / Mas'alatun Kana Fi Al Masjidi Wa Uqimati Ash Shalatu Wa Qad Kana Shallaha / Fashlun Idza A'ada Al Maghriba Syafa'aha Birabi'atin / Karya Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy Al Hanbaliy / Maktabah Al Qahirah , Th. 1388 H = 1968 M].


*🌴🎙️• Tersebut Dalam Kitab Al Inshaf Fi Ma'rifati Ar Rajih Min Al Khilafi karya Imam Murdawiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala :*

قَوْلُهُ (فَإِنْ صَلَّى ثُمَّ أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ اُسْتُحِبَّ لَهُ إعَادَتُهَا) وَكَذَا لَوْ جَاءَ مَسْجِدًا فِي غَيْرِ وَقْتِ نَهْيٍ، وَلَمْ يَقْصِدْهُ لِلْإِعَادَةِ، وَأُقِيمَتْ هَذَا الْمَذْهَبُ وَعَلَيْهِ جَمَاهِيرُ الْأَصْحَابِ وَجَزَمَ بِهِ فِي الْوَجِيزِ، وَالْمُحَرَّرِ، وَغَيْرِهِمَا وَقَدَّمَهُ فِي الْفُرُوعِ، وَالرِّعَايَتَيْنِ، وَالْحَاوِيَيْنِ، وَالْفَائِقِ، وَالْحَوَاشِي، وَغَيْرِهِمْ، وَلَوْ كَانَ صَلَّى جَمَاعَةً، وَهُوَ مِنْ الْمُفْرَدَاتِ ...

قَوْلُهُ إلَّا (الْمَغْرِبَ) الصَّحِيحُ مِنْ الْمَذْهَبِ: أَنَّهُ لَا يُسْتَحَبُّ إعَادَةُ الْمَغْرِبِ، وَعَلَيْهِ جَمَاهِيرُ الْأَصْحَابِ،
[انظر كتاب ((الإنصاف في معرفة الراجح من الخلاف)) : ج ٢ ص ١٥٤ / كتاب الصلاة / باب صلاة الجماعة / للإمام علاء الدين أبو الحسن علي بن سليمان المرداوي الدمشقي الصالحي الحنبلي (المتوفى: ٨٨٥ هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي الطبعة: الثانية - بدون السنة.   ويُنظر: ((المغني)) لابن قدامة : ج ٢ ص ٨٢. وانظر ((الشرح الكبير)) لشمس الدين ابن قدامة : ج ٢ ص ٦].


Ungkannya : (ketika dia sudah sholat lalu shalat sedang  berlangsung, dan dia berada didalam masjid, maka  dianjurkan baginya untuk mengulang shalatnya), begitu juga  jika dia datang kemasjid pada waktu nahyi/larangan melakukan shalat, dan dia tidak meniatkannya untuk mengulang, dan madzhab  ini ditegakkan dan menetapi atasnya mayoritas sahabat (Imam Ahmad) dan (Imam Ghazaliy) juga memperbolehkan dalam Kitab " Al Wajiz ", dan Kitab Al Muharrar ", dan selain keduanya, dan sudah bmendahuinya di kitab  " Al Furuu`, Kitab "  Al Ra'ayatain, dan Al Hawiyain, dan kitab " Al Faiq ", dan Kita Al Hawasyi, dan lain-lainnya, walaupun dia sudah shalat secara berjama'ah, dan itu adalah salah satu arti ...

Perkataannya kecuali (Maghrib) adalah Madzhab yang benar. Karena tidak disunnahkan  mengulang Shalat Maghrib, dan memegang atas pendapat tersebut mayoritas Ashab  (Imam Ahmad).
[Lihat Kitab Al Inshaf Fi Ma'rifati Ar Rajih Min Al Khilaf : juz 2 hal 54 / Kitabu Ash Shalati / Babu Shalati Al Jama'ati / Karya Imam Murdawiy Al Hanbaliy / Dar Ihya' At Turats Al 'Arabiy , Cet. Kedua , Tnp. Tahun. Lihat Juga Kitab Al Mughniy Dan Kitab Asy Syarhu Al Kabir Keduanya Karya Imam Ibnu Qudamah Al Hanbaliy].


*5️⃣🌴• Boleh Mengulang Semua Shalat Dalam Berjamaah Menurut MADZHAB IMAM DAWUD ADZ DZAHIRIY*

وَهُوَ قَوْلُ دَاوُدَ بْنِ عَلِيٍّ فِي إِعَادَةِ الصَّلَوَاتِ كُلِّهَا فِي جَمَاعَةٍ لِأَنَّهُ يَرَى الصَّلَاةَ فِي الْجَمَاعَةِ فَرْضًا عَلَى مَا تَقَدَّمَ عَنْهُ
[انظر كتاب ألإستذكار : ج ٢ ص ١٥٨ / كتاب صلاة الجماعة / باب إعادة الصلاة مع الإمام / للإمام  أبو عمر يوسف بن عبد الله بن محمد بن عبد البر بن عاصم النمري القرطبي المالكي (المتوفى: ٤٦٣هـ) /  الناشر: دار الكتب العلمية - بيروت الطبعة: الأولى، ١٤٢١ هـ = ٢٠٠٠ مـ].

Dan itu adalah ucapan Imam Dawud ibn Ali tentang mengulang semua shalat berjama'ah karena dia berpendapat shalat berjama'ah sebagai kewajiban berdasarkan penjelasan yang telah lewat darinya.
[Lihat Kitab Al Istidzkar : juz 2 hal 158 / Kitabu Shalati Al Jama'ati / Babu I'adatu Ash Shalati Ma'a Al Imami / Karya Imam Ibnu Abdil Barr Al Malikiy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut , Cet. Kedua , Th. 1421 H = 2000 M].


*📚🎙️• Hukum Dan Tatacara Dengan Isyarat Menepuk Pundak Calon Imam Shalat Seperti Berlaku Didalam Masyarakat*

Hukumnya ditafshil/diperinci sebagai berikut :

1️⃣• MUBAH (BOLEH), kalau hanya menyentuh semata

2️⃣• HARAM, kalau mengakibatkan imam sangat terkejut

3️⃣• MAKRUH, kalau mengakibatkan imam terkejut sedikit atau membuat persepsi dari orang lain bahwa menyentuh tersebut hukumnya sunah atau wajib

4️⃣• SUNNAH, kalau tidak sampai menimbulkan imam terkejut atau bahkan dapat mengingatkan imam agar dia niat menjadi IMAM


*📓✍️• Mengenai Hal Itu Tersebut Keterangan Dari Beberapa Kitab Fikih Diantaranya :*

*🌴💾• Tersebut Dalam Kitab Al Minhaj Al Qawwim Karya Imam Ibnu Hajar Al Haitamiy Al Makkiy Asy Syafi'iy  rahimahullAhu ta'ala :*

(وَيَحْرُمُ) عَلَى كُلِّ أَحَدٍ (اَلْجَهْرُ) فِي الصَّلاَةِ وَخَارِجِهَا (إِنْ شَوَّشَ عَلَى غَيْرِهِ) مِنْ نَحْوِ مُضِلٍّ أَوْ قَارِئٍ أَوْ نَائِمٍ لِلضَّرَرِ وَيَرْجِعُ لِقَوْلِ الْمُتَشَوِّشِ وَلَوْ فَاسِقًا ِلأَنَّهُ لاَ يَعْرِفُ إِلاَّ مِنْهُ. وَمَا ذَكَرَهُ مِنَ الْحُرْمَةِ ظَاهِرٌ لَكِنْ يُنَافِيْهِ كَلاَمُ الْمَجْمُوْعِ وَغَيْرِهِ. فَإِنَّهُ كَالصَّرِيْحِ فِي عَدَمِهَا إِلاَّ أَنْ يَجْمَعَ بِحَمْلِهِ عَلَى مَا إِذَا خَفَّ التَّشْوِيْشُ.
[انظر كتاب المنهاج القويم : ج ٢ ص ٣٩٦ / للإمام ابن حجر الهيتمي المكي الشافعي ].

“Haram bagi siapa pun mengeraskan suara di dalam dan di luar shalat, bila hal tersebut dapat mengganggu orang lain, baik orang shalat, pembaca al-Qur’an atau orang tidur, karena menimbulkan mudarat. Mengganggu tidaknya dikembalikan kepada orang yang terganggu meski fasiq, karena hal tersebut tidak bisa diketahui kecuali darinya. Pendapat yang dijelaskan mushannif berupa keharaman mengganggu adalah jelas, namun bertentangan dengan statemen kitab al-Majmu’ dan lainnya. Sesungguhnya dalam kitab tersebut seakan menegaskan ketiadan hukum haram. Kecuali pendapat dalam kitab al-Majmu’ tersebut diarahkan pada mengganggu yang ringan.”
[Lihat Kitab Al-Minhaj Al-Qawwim : juz 2, hal. 396-397 / Karya Syaikh Ibnu Hajar Al Haitamiy Al Makkiy Asy Syafi'iy].


*🌴🎙️• Mengomentari Referensi Di Atas, Syaikh Mahfuzh al-Tarmasiy Al Jawiy Al Indonisiy Asy Syafi'iy hafidzhullahu ta'ala  menegaskan Dalam Kitabnya Mauhibatu Dzi al-Fadli ‘Ala al-Minhaj al-Qawim*

 (قَوْلُهُ عَلَى مَا إِذَا خَفَّ التَّشْوِيْشُ) أَيْ وَمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ مِنَ الْحُرْمَةِ عَلَى مَا إِذَا اشْتَدَّ. وَعِبَارَةُ الإِيْعَابِ يَنْبَغِي حَمْلُ قَوْلِ الْمَجْمُوْعِ وَإِنْ آذَى جَارَهُ عَلَى إِيْذَاءٍ خَفِيْفٍ لاَ يُتَسَامَحُ بِهِ بِخِلاَفِ جَهْرٍ يُعَطِّلُهُ عَنِ الْقِرَاءَةِ بِالْكُلِّيَّةِ فَيَنْبَغِي حُرْمَتُهُ.‎ انتهى
[انظر كتاب موهبة ذي الفضل على المنهاج القويم : ج ٢ ص ٣٩٦ - ٣٩٧ / للشيخ محفوظ الترمسي الجاوي الإندونيسي الشافعي].

“Ucapan Syaikh Ibnu Hajar, diarahkan pada mengganggu yang ringan, maksudnya, keterangan yang disebutkan mushannif/pengarang (Syaikh Ibnu Hajar Al Haitamiy Al Makkiy Asy Syafi'iy) berupa keharaman mengganggu diarahkan kepada gangguan yang berat. Redaksi kitab al-I’ab menegaskan, seyogyannya statemen kitab al-Majmu’, (makruh) meski menyakiti tetangganya, diarahkan kepada menyakiti dalam taraf ringan yang ditolerir secara umum, berbeda dengan mengeraskan bacaan yang dapat menghambat bacaan jamaah lain secara total, maka hukumnya haram.  
[Lihat Kitab Mauhibatu Dzi al-Fadli ‘Ala al-Minhaj al-Qawim : juz 2, hal. 396-397 / Karya Syaikh Mahfudz At Tarmasi Al Jawiy Al Indonisiy Asy Syafi'iy].


*💾✍️• Tersebut Dalam Kitab Al 'Uqudu Ad Darrayyah Fi Tanqihi Al Fatawa Al Hamidiyyah Karya Al Alamah Ibnu 'Abidin Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala :*

فَائِدَةٌ، كُلُّ مُبَاحٍ يُؤَدِّي إلَى زَعْمِ الْجُهَّالِ سُنِّيَّةَ أَمْرٍ أَوْ وُجُوبَهُ فَهُوَ مَكْرُوهٌ
[انظر كتاب العقود الدَّرِّيَّةِ فِيْ تَنْقِيْحِ الْفَتَاوَى الْحَامِدِيَّةِ : ج ٢ ص ٣٣٣ / مَسَائِلُ وَفَوَائِدُ شَتَّى مِنْ الْحَظْرِ وَالْإِبَاحَةِ وَغَيْرِ ذَلِكَ / فَائِدَةٌ فَخْرُ الْإِسْلَامِ لَمَّا سُئِلَ عَنْ التَّعَصُّبِ قَالَ الصَّلَابَةُ فِي الْمَذْهَبِ وَاجِبَةٌ / للعلامة ابن عابدين، محمد أمين بن عمر بن عبد العزيز عابدين الدمشقي الحنفي (المتوفى: ١٢٥٢ هـ) / الناشر: دار المعرفة - بدون السنة].

Faidah, Segala sesuatu yang mubah yang memberikan anggapan (persepsi) kepada orang-orang bodoh [bahwa sesuatu yang mubah itu adalah sebagai sesuatu yang] sunnah atau wajib, maka hal tersebut dihukumi makruh.
[Lihat Kitab Al 'Uqudu Ad Darrayati Fi Tanqiihi Al-Fataawaa Al-Haamidiyyah : juz II hal 334 / Masa'ilu Wa Fawaidu Fi Syatta Min Al Hadzri Wa Al Ibahati Wa Ghairi Dazlika / Faidatun : Fakhru Al Islami Lamma Su'ila 'An At Ta'ashubi Qaala : Ash Shalabatu Fi Al Madzhabi Wajibatun / Karya Al 'Alamah Ibnu 'Abidin Al Hanafiy / Dar Al Ma'rifah - Tnp. Thn].


*🌴📒• Dan Tersebut Dalam Kitab Fathu Al-Mu’iin Karya Imam Zainuddin Al Malibariy Asy Syafi'iy rahimahullAhu ta'ala :*

وخرج بالأداء القضاء نعم إن اتفقت مقضية الإمام والمأموم سنت الجماعة وإلا فخلاف الأولى كأداء خلف قضاء وعكسه وفرض خلف نفل وعكسه وتراويح خلف وتر وعكسه وبالمكتوبة: المنذورة والنافلة فلا تسن فيهما الجماعة ولا تكره ...

 (وَنِيَّةُ إِمَامَةٍ) أَوْ جَمَاعَةٍ (سُنَّةٌ لِإِمَامٍ فِيْ غَيْرِ جُمُعَةٍ) لِيَنَالَ فَضْلَ جَمَاعَةِ. وَإِنْ نَوَاهُ فِيْ الأَثْنَاءِ حَصَلَ لَهُ الفَضْلُ مِنْ حِيْنَئِدٍ, أَمَّا فِيْ الجُمُعَةِ فَتَلْزَمُهُ مَعَ التَحَرُّمِ.‎
[انظر كتاب فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين (هو شرح للمؤلف على كتابه هو المسمى قرة العين بمهمات الدين) : ص ١٧٢ و  ١٧٩ /  باب الصلاة / فصل في صلاة الجماعة / للإمام زين الدين أحمد بن عبد العزيز بن زين الدين بن علي بن أحمد المعبري المليباري الهندي الشافعي (المتوفى: ٩٨٧ هـ) الناشر: دار بن حزم الطبعة: الأولى - بدون السنة ].

Dan keluar dari pembahasan tentang ada' adalah qodlo', memang benar seperti itu tetapi jika sholat qodlo'nya imam dan makmum adalah sama maka sunnah untuk berjamaah, jika tidak sama maka hukumnya khilaful aula (sebaiknya tidak dilakukan) seperti imam sholat ada' makmum sholat qodlo' dan sebaliknya, imam sholat fardlu, makmum sholat sunnah dan sebaliknya, imam sholat tarawih,makmum sholat witir dan sebaliknya. Dan terkait dengan shalat maktubah/fardlu : shalat mandzurah/nadzar, dan shalat Sunnah, didalam keduanya tidak disunnahkan berjama'ah ...

Niat menjadi imam atau berjama’ah bagi imam adalah sunah, di luar shalat jum’ah, karena untuk mendapatkan keutamaan berjama’ah. Seandainya ia niat berjama’ah di tengah mengerjakan shalat maka ia mendapatkan keutamaan itu. Adapun dalam shalat jum’ah wajib baginya niat berjama’ah saat takbiratul ihram”.      
[Lihat Kitab Fathu Al Mu'in : 171 & 179 / Babu Ash Shalati / Fashlun : Fi Shalati Al Jama'ati / Karya Syaikh Zainuddin Al Malibariy Al Hindiy Asy Syafi'iy / Dar Ibnu Hazm - Tnp. Tahun].

 

 *📓✍️• Tersebut Dalam Kitab Asna Al Mathalib Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahullAhu ta'ala :

(قَوْلُهُ: لِوَسْوَسَةٍ) قَالَ ابْنُ الْعِمَادِ لَوْ تُوَسْوَسُ الْمَأْمُومُ فِي تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ عَلَى وَجْهٍ يُشَوِّشُ عَلَى غَيْرِهِ مِنْ الْمَأْمُومِينَ حَرُمَ عَلَيْهِ ذَلِكَ كَمَنْ قَعَدَ يَتَكَلَّمُ بِجِوَارِ الْمُصَلِّي، وَكَذَا تَحْرُمُ عَلَيْهِ الْقِرَاءَةُ جَهْرًا عَلَى وَجْهٍ يُشَوِّشُ عَلَى الْمُصَلِّي بِجِوَارِهِ
[انظر كتاب أسنى المطالب شرح روضة الطالب : ج ١صـــ ٢١١ / كتاب الصلاة وفيه سبعة أبواب / كتاب صلاة الجماعة / فرع يدرك المسبوق فضل الجماعة بالإحرام قبل السلام من الإمام / للإمام زكريا بن محمد بن زكريا الأنصاري، زين الدين أبو يحيى السنيكي (المتوفى: ٩٢٦ هـ) / الناشر: دار الكتاب الإسلامي - بدون السنة].

Ibnu Al Ma'ad berkata : jikalau mengganggu (perkataannya : karena mengganggunya) ma'mum dalam bertakbiratul ihram dengan alasan bisa mengganggu anggota jama'ah lainnya, maka diharamkan semua itu baginya,  seperti orang berbincang - bincang disekitar orang yang sedang shalat, begitu juga diharamkan atas dirinya membaca dengan suara keras, dengan alasan bisa mengganggu orang yang sedang shalat disekitarnya.

[Lihat Kitab Asna Al Mathalib Syarhu Raudlotu Ath Thalib : juz 1 hal 211 / Kitabu Ash Shalati Wa Fihi Sab'atu Abwaab / Kitabu Shalati Al Jama'ati / Yudriku Al Masbuq Fadla Al Jama'ati Qabla As Salami Min Al Imami / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Kutub Al Islamiy - Tnp. Tahun].

 

 
*🌴🎙️• Tersebut Dalam Kitab Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahullAhu ta'ala :*

يَنْبَغِي لِلْإِمَامِ أَنْ يَنْوِيَ الْإِمَامَةَ فَإِنْ لَمْ يَنْوِهَا صَحَّتْ صَلَاتُهُ وَصَلَاةُ الْمَأْمُومِينَ وَفِي وَجْهٍ غَرِيبٍ حَكَاهُ الرَّافِعِيُّ عَنْ حِكَايَةِ أَبِي الْحَسَنِ الْعَبَّادِيِّ عَنْ أَبِي حَفْصٍ الْبَابْشَامِيِّ وَالْقَفَّالِ أَنَّهُمَا قَالَا يَجِبُ عَلَى الْإِمَامِ نِيَّةُ الْإِمَامَةِ وَأَشْعَرَ كَلَامُ الْعَبَّادِيِّ بِأَنَّهُمَا يَشْتَرِطَانِهَا فِي صِحَّةِ الِاقْتِدَاءِ وَالصَّوَابُ أَنَّ نِيَّةَ الْإِمَامَةِ لَا تَجِبُ وَلَا تُشْتَرَطُ لِصِحَّةِ الِاقْتِدَاءِ وَبِهِ قَطَعَ جَمَاهِيرُ أَصْحَابِنَا وَسَوَاءٌ اقْتَدَى بِهِ رِجَالٌ أَمْ نِسَاءٌ لَكِنْ يَحْصُلُ فَضِيلَةُ الْجَمَاعَةِ لِلْمَأْمُومَيْنِ وَفِي حُصُولِهَا لِلْإِمَامِ ثَلَاثَةُ أَوْجُهٍ ...

 قال المصنف رحمه الله :

(وَيَجُوزُ أَنْ يَأْتَمَّ الْمُفْتَرِضُ بِالْمُتَنَفِّلِ وَالْمُفْتَرِضُ بِمُفْتَرِضٍ فِي صَلَاةٍ أُخْرَى لِمَا رَوَى جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ مُعَاذًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ " كَانَ يُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞–  عشاء الْآخِرَةَ ثُمَّ يَأْتِي قَوْمَهُ فِي بَنِي سَلِمَةَ فَيُصَلِّيَ بِهِمْ " هِيَ لَهُ تَطَوُّعٌ وَلَهُمْ فَرِيضَةُ الْعِشَاءِ وَلِأَنَّ الِاقْتِدَاءَ يَقَعُ فِي الْأَفْعَالِ الظَّاهِرَةِ وَذَلِكَ يَكُونُ مَعَ اخْتِلَافِ النِّيَّةِ

فَأَمَّا إذَا صَلَّى الْكُسُوفَ خَلْفَ مَنْ يُصَلِّي الصُّبْحَ وَالصُّبْحَ خَلْفَ مَنْ يُصَلِّي الْكُسُوفَ لَمْ يَجُزْ لِأَنَّهُ لَا يُمْكِنُ الِائْتِمَامُ بِهِ مَعَ اخْتِلَافِ الْأَفْعَالِ)
[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٤ ص ٢٠١ - ٢٠٣ و ٢٦٩ /  باب صلاة التطوع / باب صفة الائمة / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) الناشر: دار الفكر - بدون السنة ].

“Seyogianya imam niat menjadi imam, jika ia tidak niat menjadi imam, maka sah shalatnya dan shalatnya makmum. Yang benar adalah bahwa niat imamah tidaklah wajib, dan niat imamah tidaklah disyaratkan untuk keabsahan bermakmum, pendapat ini telah ditetapkan oleh Jumhur madzhab Syafiiyah, tidak disyaratkan niat imamah tersebut, baik makmumnya para pria, maupun makmumnya para wanita, meskipun demikian mereka tetap mendapatkan fadhilah berjamaah. Tetapi mengenai imam mendapatkan fadhilah jamaahnya atau tidak, ada tiga pendapat, (tidak mendapat fadhilah jamaah, mendapat fadhilah jamaah, mendapat fadhilah jamaah jika tahu dan lalu pasang niat imamah), ...

Mushannif/Pengarang (Imam Asy Syairaziy)  rahimahullAhu berkata :

 “Boleh seorang yang shalat fardhu bermakmum kepada orang yang shalat sunnah, dan orang yang shalat fardhu bermakmum kepada  orang yang shalat fardhu dalam shalat yang lain berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah radliyyAllahu 'anhu  bahwa Mu’adz radliyyAllahu 'anhu  melakukan shalat Isya’ di waktu akhir bersama Rasulullah –ﷺ💞–, kemudian ia mendatangi kaumnya di Bani Salimah lantas menjadi imam shalat bersama mereka, shalat itu baginya (hukumnya) merupakan shalat SUNNAH, sementara bagi mereka merupakan shalat Isya’ FARDLU; di samping itu karena bermakmum tersebut terjadi dalam perbuatan-perbuatan yang dzahir, padahal perkara itu berbeda niatnya…

Adapun ketika shalat gerhana dibelakang orang yang shalat subuh, dan shalat subuh dibelakang orang yang shalat gerhana, maka itu tidak diperbolehkan, karena hal tersebut  tidak mungkin mengikuti dengannya karena beserta  perbedaan tatacaranya.
[Lihat Kitab Al Majmu' Syarhu Al-Muhadzdzab : juz 4 hal 201 - 203 & 269/ Babu Shalati At Tatthawwu'i / Babu Shifati Al A'immati / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


*📒🌴• Dalam Kitabnya Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahullAhu ta'ala Sebelumnya Beliau telah mengatakan :*

 وَأَمَّا نَوَافِلُ النَّهَارِ فَيُسَنُّ فِيْهَا الْإِسْرَارُ بِلَا خِلَافٍ، وَأَمَّا نَوَافِلُ اللَّيْلِ غَيْرَ التَّرَاوِيْحِ فَقَالَ صَاحِبُ التَّتِمَّةِ: يُجْهَرُ فِيْهَا، وَقَالَ الْقَاضِيْ حُسَيْنٌ وَصَاحِبُ التَّهْذِيْبِ: يُتَوَسَّطُ بَيْنَ الْجَهْرِ وَالْإِسْرَارِ، وَأَمَّا السُّنَنُ الرَّاتِبَةُ مَعَ الْفَرَائِضِ : فَيُسَرُّ بِهَا كُلِّهَا بِاتِّفَاقِ أَصْحَابِنَا . وَنَقَلَ الْقَاضِيْ عِيَاضٌ فِي شَرْحِ مُسْلِمٍ عَنْ بَعْضِ السَّلَفِ الْجَهْرَ فِي سُنَّةِ الصُّبْحِ، وَعَنِ الْجُمْهُوْرِ الْإِسْرَارَ كَمَذْهَبِنَا
[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٣ ص ٣٩١ / كتاب الصلاة / مسائل متعلقة بالتعوذ / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) الناشر: دار الفكر - بدون السنة ].

“Adapun dalam shalat sunnah siang hari, maka disunnahkan dibaca sirr tanpa ada khilaf (perbedaan pendapat). Adapun shalat sunnah malam hari selain shalat Tarawih, maka penulis kitab at-Tatimmah mengatakan: dibaca jahar (keras, nyaring);

Tetapi Al-Qadhi Husain dan penulis Kitab At-Tahdzib berkata bahwa bacaan dilakukan secara sedang antara jahar (keras, nyaring) dan sirr (tidak keras, tidak nyaring). Sementara shalat-shalat sunnah rawatib yang mengiringi shalat fardhu: maka dilakukan dengan bacaan sirr, berdasarkan kesepakatan para kolega kami (madzhab Syafiiyah).

Al-Qadhi ‘Iyadh dalam Syarah Shahih Muslim mengutip pendapat sebagian ulama salaf mengenai menjaharkan/mengeraskan bacaan dalam shalat sunnah rawatib subuh, dan pendapat mayoritas ulama bahwa bacaan dalam shalat sunnah subuh tetap sirr (tidak nyaring), sama seperti pendapat madzhab kami (Syafiiyah),”
[Lihat Kitab Al Majmu' Syarhu Al-Muhadzdzab : juz 3  hal  391 / Kitabu Ash  Shalati / Masa'ilun Muta'aliqatun Bitta'awwudz / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


*📚✍️• Tersebut Dalam Kitab Hasyiyyah Al Baijuriy Karya Syaikh Ibrahim Al Baijuriy Asy Syafi'iy  Dan Hasyiyyah Asy Syarqowiy karya Syaikh Abdullah Hijaziy Asy Syarqowiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala :*

ولا يضر اختلاف نية الامام والمآموم لعدم فخش المخالفة فيهما فيصح اقتداء المفترض بالمتنفل والمؤدى بالقاضى وفي طاويلة بقصيرة كظهر بصبح وبالعكوس لكنه مكروه ومع ذلك تحصل فضيلة الجماعة قال: السويقى والكراهة لاتنقى الفضيلة.
[انظر كتاب حاشية البيجوري : ج ١ ص ٢٠٥ / للشيخ ابراهيم البيجوري الشافعي. وانظر كتاب حاشية الشرقاوي : ج ١ ص ٣٢٢ / للشيخ عبدالله بن حجازي بن ابراهيم الشرقاوي الشافعي ( ١١٥٠ - ١٢٢٦ هـ)].

Dan tidak bahaya perbedaan niatnya imam dan makmum dalam shalat berjamaah karena tidak adanya kenistaan ketidaksamaan didalamnya, karenanya sah makmumnya orang solat fardhu pada imam yang solat sunat, makmum solat ada’ pada imam shalat qadha dan makmum shalat panjang seperti shalat dzuhur pada imam shalat pendek seperti shalat shubuh dan sebaliknya hanya saja hukumnya makruh namun masih didapat kan fadhilah berjamaah. Berkata as-Suwayqy “Kemakruhan tersebut tidak dapat menafikan fadhilah jamaah”
[Lihat Kitab Hasyiyyah Al Baijuriy : juz 1 hal 205 / Karya Syaikh Ibrahim Al Baijuriy Asy Syafi'iy. Dan Lihat Kitab Hasyiyyah Asy Syarqowiy : juz 1 hal 324 / Karya Syaikh 'Abdullah Hijaziy Asy Syafi'iy].


*💾🌴• Dan Tersebut Dalam Kitab Al-Majmu’ Syarhu  Al-Muhadzdzab Karya Imam An Nawawiy rahimahullAhu ta'ala :*

 قال المصنف رحمه الله :

(وَيَجُوزُ أَنْ يَأْتَمَّ الْمُفْتَرِضُ بِالْمُتَنَفِّلِ وَالْمُفْتَرِضُ بِمُفْتَرِضٍ فِي صَلَاةٍ أُخْرَى لِمَا رَوَى جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ مُعَاذًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ " كَانَ يُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞–  عشاء الْآخِرَةَ ثُمَّ يَأْتِي قَوْمَهُ فِي بَنِي سَلِمَةَ فَيُصَلِّيَ بِهِمْ " هِيَ لَهُ تَطَوُّعٌ وَلَهُمْ فَرِيضَةُ الْعِشَاءِ وَلِأَنَّ الِاقْتِدَاءَ يَقَعُ فِي الْأَفْعَالِ الظَّاهِرَةِ وَذَلِكَ يَكُونُ مَعَ اخْتِلَافِ النِّيَّةِ

فَأَمَّا إذَا صَلَّى الْكُسُوفَ خَلْفَ مَنْ يُصَلِّي الصُّبْحَ وَالصُّبْحَ خَلْفَ مَنْ يُصَلِّي الْكُسُوفَ لَمْ يَجُزْ لِأَنَّهُ لَا يُمْكِنُ الِائْتِمَامُ بِهِ مَعَ اخْتِلَافِ الْأَفْعَالِ)
[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٤ ص ٢٠١ - ٢٠٣ و ٢٦٩ /  باب صلاة التطوع / باب صفة الائمة / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) الناشر: دار الفكر - بدون السنة ].

Mushannif/Pengarang rahimahullAhu berkata :

Orang yang melaksanakan solat fardhu boleh bermakmum pada orang yang solat sunnah, begitu juga orang yang solat fardhu bermakmum dengan orang yang solat fardhu yang lain. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Jabir ibn Abdullah r.a. diceritakan bahwa ˝Mu’adz r.a. solat Isya’ bersama Rasulullah –ﷺ💞–  kemudian beliau datang pada kaumnya di bani Salimah dan solat bersama mereka˝ . Solat kedua yang dilakukan oleh Rasulullah –ﷺ💞–  tersebut adalah sunnah bagi beliau dan fardhu bagi kaumnya. Hal ini diperbolehkan karena bermakmum adalah mengikuti gerakan dhahirnya saja dan itu tentunya berbeda niat.
[Lihat Kitab Al Majmu' Syarhu Al-Muhadzdzab : juz 4 hal 201 - 203 & 269/ Babu Shalati At Tatthawwu'i / Babu Shifati Al A'immati / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


 
*💾✍️• Al Habib Ali Bin Hasan Baharun Bangil Pasuruan hafidzhullahu ta'ala dalam kitabnya " Syamsu Al Munirah " berkata :*

تَصِحُّ لِلإمَامِ نِيَّةُ الإمَامَةِ مَعَ تَحَرُّمِهِ إنْ لَمْ يَكُنْ خَلْفَهُ أحَدٌ إنْ وَثَقَ بالْجَمَاعةِ عَلى الأوْجَهِ لأنَّهُ سَيَصِيْرُ إمَامًا فإنْ لَمْ يَنْوِ وَلَوْ لِعَدَمِ عِلْمِهِ بالْمُقْتَدِيْنَ حَصَلَ لِلْمأْمُوْمِ فَضِيْلَةُ الْجَماعَةِ دُوْنَهُ واِنْ نَوَاهَا فى الأثْنَاءِ حَصَلَ لَهُ الْفَضْلُ مِنْ حِيْنَئِذٍ

( قَال الْفَقِيْهُ الْحَبيْبُ زَيْنُ بْنُ سِمِيطٍ ولِذَلِكَ يَنْبغِي لِمَنْ أرَادَ الاِقْتِدَاءِ بالْمُنْفَرِدِ اَنْ يُشِيْرَ إلَيْهِ بنَحْوِ ضَرْبِ كَتْفِهِ لِيَنْوِيَ ذَلك الْمُنْفَرِدُ الإمَامَةَ فَيَحُوْزُ فَضيلَةَ الْجَمَاعَة )
[انظر كتاب الشمس المنيرة ج ١ صــ ٣٥٧ / للحبيب علي بن حسن باهارون بانجيل جاوي الشرقية].

Sah niat bagi imam berniat imamah/menjadi imam bersamaan dengan takbiratul ihramnya , walaupun tidak ada satupun orang yang mengikuti dibelakangnya, apabila mencocoki dengan jama'ah konskwensi hukumnya menurut beberapa pendapat, karena dia menjadi imam, dan apabila dia tidak berniat menjadi imam dan walaupun karena  ketidaktahuannya dengan orang-orang yang berma'mum, maka tercapailah fadlilah jama'ah bagi para ma'mum bukan bagi dirinya, jikalau dia meniatinya ditengah - tengah shalat , maka tercapailah pula  fadlilah baginya disaat itu.

Al Faqih Al Habib Zain bin Smith berkata,

“Oleh karena itu, pantas sekali bagi siapa saja yang ingin bermakmum pada orang yang shalat sendirian untuk memberi isyarat padanya. Misalkan dengan menepuk bahu, (calon imam) agar ia berniat menjadi imam sehingga mendapatkan fadhilah shalat berjamaah.”
[Lihat Kitab Asy Syamsu Al Muniroh :  juz 1 hal 357 / Karya Al Habib Ali bin Hasan Baharun].


*💾✍️• Dan Tersebut Dalam Kitab Fathu Al Qorib Al Mujib Bab Sholat Jama’ah :*

(وَ) يَجِبُ (عَلَى الْمَأْمُوْمِ أَنْ يَنْوِيَ الْاِئْتِمَامَ) أَوِ الْاِقْتِدَاءَ بِالْإِمَامِ

وَلَا يَجِبُ تَعْيِيْنُهُ بَلْ يَكْفِي الْاِقْتِدَاءُ بِالْحَاضِرِ وَإِنْ لَمْ يَعْرِفْهُ

فَإِنْ عَيَّنَهُ وَأَخْطَأَ بَطَلَتْ صَلَاتُهُ إِلَّا إِنِ انْضَمَّتْ إِلَيْهِ إِشَارَةٌ بِقَوْلِهِ نَوَيْتُ الْاِقْتِدَاءَ بِزَيْدٍ هَذَا فَبَانَ عَمْرًا فَتَصِحُّ

(دُوْنَ الْإِمَامِ) فَلَا يَجِبُ فِيْ صِحَّةِ الْاِقْتِدَاءِ بِهِ فِيْ غَيْرِ الْجُمُعَةِ نِيَّةُ الْإِمَامَةِ

بَلْ هِيَ مُسْتَحَبَّةٌ فِيْ حَقِّهِ فَإِنْ لَمْ يَنْوِ فَصَلَاتُهُ فُرَادَى.
[انظر كتاب فتح القريب المجيب = القول المختار في شرح غاية الاختصار (ويعرف بشرح ابن قاسم على متن أبي شجاع) : ص ٩٢ / كتاب أحكام الصلاة / صلاة الجماعة / للشيخ محمد بن قاسم بن محمد بن محمد، أبو عبد الله، شمس الدين الغزي، ويعرف بابن قاسم وبابن الغرابيلي (المتوفى: ٩١٨ هـ) /  الناشر: الجفان والجابي للطباعة والنشر، دار ابن حزم للطباعة والنشر والتوزيع، بيروت - لبنان الطبعة: الأولى، ١٤٢٥ هـ = ٢٠٠٥ مـ].

Bagi makmum wajib niat menjadi makmum atau niat mengikuti imam.

Dan tidak wajib menentukan imam yang diikuti bahkan cukup niat bermakmum dengan imam yang hadir saat itu walaupun dia tidak mengenalnya.

Jika ia menentukan sang imam dan ternyata keliru, maka sholatnya batal kecuali jika disertai isyarah dengan ucapannya “saya niat bermakmum pada Zaid, yaitu orang ini”, namun ternyata dia adalah ‘Amr, maka sholatnya tetap sah.

Tidak bagi imam, maka tidak wajib bagi dia niat menjadi imam untuk mengesahkan bermakmum padanya di dalam selain sholat Jum’at.

Bahkan niat menjadi imam hukumnya disunnahkan bagi imam. Jika ia tidak niat menjadi imam, maka sholatnya dihukumi sholat sendirian.
[Lihat Kitab Fathu Al Qarib Al Mujib : hal 92 / Kitabu Ahkami Ash Shalati / Shalatu Al Jama'ati / Karya Syaikh Syamsuddin Al 'Izzi Asy Syafi'iy / Al Jafan Wa Al Jabiy - Dar Ibnu Hazm - Beirut Lebanon, Cet. Pertama , Th. 1425 H = 2005 M].
    

*💾🌴• Jadi menepuk bahu untuk memberitahu bahwa kita ingin bermakmum hukumnya SUNNAH dan ini adalah hanya salah satu contoh. Hal ini bertujuan baik, yakni menolong orang shalat sendirian sehingga ia berniat menjadi imam. Dengan begitu ia akan mendapatkan fadlilah shalat berjamaah. Karena niat bagi imam tidak wajib, hanya saja ia akan kehilangan pahala berjama'ah ketika tidak berniat menjadi imam.

جمعها ورتبها " طالب العلم " عبد الحكيم الجاوي

Selesai Selasa pahing MTsN 1 Magelang

٢ ربيع الثاني ١٤٤٢ هـ
١٧ نوفمبير ٢٠٢٠ مـ