┏─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫━━━━━━━━━━━━━┓
᪇ 💫﷽💫᪇ TATACARA SUJUD MENURUT SUNNAH DAN ULAMA' MADZHAB
┗━━━━━━━━━━━━━💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ┛
(Diinti sarikan dari kitab Ahaditsu Ash Shalat dan Kaifa Tushalli karya Murobbi Ruhina KH. Muhammad Ihya' 'Ulumiddin Alumnus pertama Prof. DR. Al Muhadits Abuya As Sayyid Muhammad 'Alawiy Al Malikiy Al Hasaniy Rushaifah - Makkah)
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫1)-MENURUT MADZHAB IMAM ASY SYAFI'IY
i>Bertakbir Ketika Sujud Tanpa Mengangkat Tangan
وقال الإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي الشافعي (ت ٦٧٦هـ) في كتابه المنهاج شرح صحيح مسلم ابن الحجاج / كتاب الصلاة / باب إثبات التكبير في كل خفض ورفع في الصلاة (ج ٤ ص ٩٩):
وَقَوْلُهُ : يُكَبِّرُ حِينَ يَهْوِي سَاجِدًا . ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ ، وَيُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ ، مِنَ الْمَثْنَى هَذَا دَلِيلٌ عَلَى مُقَارَنَةِ التَّكْبِيرِ لِهَذِهِ الْحَرَكَاتِ وَبَسْطِهِ عَلَيْهَا فَيَبْدَأُ بِالتَّكْبِيرِ حِينَ يَشْرَعُ فِي الِانْتِقَالِ إِلَى الرُّكُوعِ وَيَمُدُّهُ حَتَّى يَصِلَ حَدَّ الرَّاكِعِينَ ، ثُمَّ يَشْرَعُ فِي تَسْبِيحِ الرُّكُوعِ ، وَيَبْدَأُ بِالتَّكْبِيرِ حِينَ يَشْرَعُ فِي الْهُوِيِّ إِلَى السُّجُودِ وَيَمُدُّهُ حَتَّى يَضَعَ جَبْهَتَهُ عَلَى الْأَرْضِ ، ثُمَّ يَشْرَعُ فِي تَسْبِيحِ السُّجُودِ وَيَبْدَأُ فِي قَوْلِهِ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ حِينَ يَشْرَعُ فِي الرَّفْعِ مِنَ الرُّكُوعِ وَيَمُدُّهُ حَتَّى يَنْتَصِبَ قَائِمًا ، ثُمَّ يَشْرَعُ فِي ذِكْرِ الِاعْتِدَالِ وَهُوَ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ إِلَى آخِرِهِ ، وَيَشْرَعُ فِي التَّكْبِيرِ لِلْقِيَامِ مِنَ التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ حِينَ يَشْرَعُ فِي الِانْتِقَالِ وَيَمُدُّهُ حَتَّى يَنْتَصِبَ قَائِمًا . هَذَا مَذْهَبُنَا وَمَذْهَبُ الْعُلَمَاءِ كَافَّةً
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Abu Zakariyya Muhyiddin Yahya bin Syaraf Al-Nawawiy Al-Syafi'iy (w. 676 H) mengatakan dalam Kitabnya Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim Ibnu Al-Hajjaj / Kitab Shalat / Bab Penetapan Takbir Dalam Setiap Turun Dan Naik Dalam Sholat (Vol. 4, Hal. 99):
Keterangan Abu Hurairah: ‘Nabi -ﷺ- bertakbir ketika turun sujud, kemudian bertakbir ketika bangkit…’ ini menunjukkan bahwa takbir itu mengiringi gerakan-gerakan tersebut. Dan dilakukan sepanjang gerakan perpindahan itu. Takbir dimulai ketika seseorang mulai bergerak untuk rukuk, dipanjangkan sampai dia di posisi rukuk… DIA MULAI TAKBIR KETIKA HENDAK TURUN SUJUD, LALU DIPANJANGKAN, HINGGA DIA LETAKKAN DAHINYA DI TANAH… dan takbir bangkit dari tasyahud awal dimulai ketika bergerak, dipanjangkan hingga tegak berdiri sempurna. Ini adalah Madzhab kami (Syafi'iyyah) dan para ulama secara menyeluruh.
ii>Wajib Sujud Diatas Tujuh Anggota Sujud
قال الإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي الشافعي (ت ٦٧٦هـ) في كتابه المنهاح شرح صحيح مسلم ابن الحجاج / كتاب الصلاة / باب أعضاء السجود والنهي عن كف الشعر والثوب (ج ٤ ص ٢٠٨):
وَالثَّانِي يَجِبُ وَهُوَ الْأَصَحُّ وَهُوَ الَّذِي رَجَّحَهُ الشَّافِعِيُّ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - ، فَلَو أَخَلَّ بِعُضْوٍ مِنْهَا لَمْ تَصِحَّ صَلَاتُهُ. انتهى .
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫 Imam Abu Zakariyya Muhyiddin Yahya bin Syaraf Al-Nawawiy Al-Syafi'iy (w. 676 H) mengatakan dalam Kitabnya Al-Minhāj Syarhu Shahih Muslim Ibnu Al-Hajjaj / Kitab Shalat / Bab Anggota Sujud Dan Larangan Menutup Rambut Dan Pakaian (Vol. 4, Hal. 208):
Yang kedua adalah WAJIB, DAN ITULAH YANG LEBIH BENAR, dan itulah yang diunggulkan oleh Imam Asy Syafi'iy – rahimahullahu ta'ala - :
“Kalau salah satu anggota ini tidak (menempel), MAKA SHALATNYA TIDAK SAH.”
وقال الإمام أبو زكريا محيي الدين بن شرف النووي الشافعي (ت ٦٧٦ هـ) في كتابه المجموع شرح المهذب / كتاب الصلاة / مسائل مهمة تتعلق بقراءة الفاتحة وغيرها في الصلاة (ج ٣ ص ٤٢٣):
فَالسُّجُودُ عَلَى الْجَبْهَةِ وَاجِبٌ بِلَا خِلَافٍ عِنْدَنَا وَالْأَوْلَى أَنْ يَسْجُدَ عَلَيْهَا كُلِّهَا فَإِنْ اقْتَصَرَ عَلَى مَا يَقَعُ عَلَيْهِ الِاسْمُ مِنْهَا أَجْزَأَهُ مَعَ أَنَّهُ مَكْرُوهٌ كَرَاهَةَ تَنْزِيهٍ هَذَا هُوَ الصَّوَابُ الَّذِي نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ فِي الْأُمِّ وَقَطَعَ بِهِ جُمْهُورُ الْأَصْحَابِ وَحَكَى ابْنُ كَجٍّ وَالدَّارِمِيُّ وَجْهًا أَنَّهُ يَجِبُ وَضْعُ جَمِيعِهَا وَهُوَ شَاذٌّ ضَعِيفٌ انتهى
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Abu Zakariyya Muhyiddin bin Syaraf Al-Nawawiy Al-Syafi'iy (w. 676 H) mengatakan dalam Kitabnya Al-Majmu' Syarhu Al-Muhadzdzab / Kitab Shalat / Masalah Penting Terkait Membaca Al-Fatihah Dan Lain-lain Dalam Shalat (Jilid 3, Hal. 423):
“Sujud di atas dahi (kening) adalah wajib tanpa ada perbedaan menurut kami. Yang terbaik adalah sujud semuanya. Kalau hanya sekedar menempel sekiranya cukup dinamakan sujud, maka sujudnya sah tapi dimakruhkan dengan makruh yang cenderung membolehkan. Pendapat ini yang benar sebagaimana dinyatakan oleh Imam Syafi’i dalam kitab Al-Umm dan didukung oleh mayoritas ulama Madzhab. Diberitakan dari Ibnu Kajji dan Ad-Darimi, bahwa keharusan meletakkan semua (anggota sujud) adalah pendapat aneh dan lemah.”
وقال الإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي الشافعي (ت ٦٧٦هـ) في كتابه "المنهاج شرح صحيح مسلم بن الحجاج" / كتاب الصلاة / باب أعضاء السجود والنهي عن كف الشعر والثوب (ج ٤ ص ٢٠٨):
هَذِهِ الْأَحَادِيثُ فِيهَا فَوَائِدُ مِنْهَا أَنَّ أَعْضَاءَ السُّجُودِ سَبْعَةٌ وَأَنَّهُ يَنْبَغِي لِلسَّاجِدِ أَنْ يَسْجُدَ عَلَيْهَا كُلِّهَا وَأَنْ يَسْجُدَ عَلَى الْجَبْهَةِ وَالْأَنْفِ جَمِيعًا فَأَمَّا الْجَبْهَةُ فَيَجِبُ وَضْعُهَا مَكْشُوفَةً عَلَى الْأَرْضِ وَيَكْفِي بَعْضُهَا وَالْأَنْفُ مُسْتَحَبٌّ فَلَوْ تَرَكَهُ جَازَ وَلَوِ اقْتَصَرَ عَلَيْهِ وَتَرَكَ الْجَبْهَةَ لَمْ يَجُزْ هَذَا مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ وَمَالِكٍ رَحِمَهُمَا اللَّهُ تَعَالَى وَالْأَكْثَرِينَ
وقال أبو حنيفة رضي الله عنه وبن الْقَاسِمِ مِنْ أَصْحَابِ مَالِكٍ لَهُ أَنْ يَقْتَصِرَ عَلَى أَيِّهِمَا شَاءَ وَقَالَ أَحْمَدُ رَحِمَهُ اللَّهُ تعالى وبن حَبِيبٍ مِنْ أَصْحَابِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَجِبُ أَنْ يَسْجُدَ عَلَى الْجَبْهَةِ وَالْأَنْفِ جَمِيعًا لِظَاهِرِ الْحَدِيثِ. اهـ.
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Abu Zakariyya Muhyiddin bin Syaraf Al-Nawawiy Al-Syafi'iy (w. 676 H) mengatakan dalam Kitabnya “Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim Ibnu Al-Hajjaj” / Kitab Shalat / Bab Anggota Sujud dan Larangan Menahan Rambut Dan Pakaian (Vol. 4, Hal. 208):
Hadits-hadits tersebut mengandung manfaat antara lain, sujud itu ada tujuh anggota bagiannya, dan hendaknya orang yang sujud bersujud diatas semuanya, dengan gambara ia sujud diatas dahi dan hidung, sedangkan dahi maka wajib meletakkannya dengan disingkapkan di atas tanah, dan meletakkan sebagian dahi sudah mencukupinya. Meletakkan hidungnya dianjurkan, jika meninggalkannya diperolehkan. Jika dia membatasi diri hanya meletakkan diatas hidung dan meninggalkan bagian depan dahi, maka hal itu tidak mencukupinya menurut Madzhab Syafi'iy dan Malik, rahimahumullahu ta'ala, dan sebagian besar dari mereka
Imam Abu Hanifah radhiyallahu 'anhu berkata, dan Ibnu al-Qasim salah satu sahabat Imam Malik : Dia bisa membatasinya pada apapun (dari hidung dan dahi) yang dia inginkan."
Imam Ahmad rahimahullahu berkata, dan Ibnu Habib salah satu sahabat Imam Malik, radhiyyAllahu 'anhuma.” Mereka wajib sujud di dahi dan hidung, berdasarkan dzohir makna hadits tersebut.
وقال الإمام شمس الدين، محمد بن محمد، الخطيب الشربيني الشافعي [ت ٩٧٧ هـ] في كتابه مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج / كتاب الصلاة / باب صفة الصلاة (ج ١ ص ٣٧٢):
وَيَكْفِي وَضْعُ جُزْءٍ مِنْ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْ هَذِهِ الْأَعْضَاءِ كَالْجَبْهَةِ وَالْعِبْرَةُ فِي الْيَدَيْنِ بِبَطْنِ الْكَفِّ، سَوَاءٌ الْأَصَابِعُ وَالرَّاحَةُ: قَالَ فِي الْمَجْمُوعِ، وَفِي الرِّجْلَيْنِ بِبَطْنِ الْأَصَابِعِ فَلَا يُجْزِئُ الظَّهْرُ مِنْهَا وَلَا الْحَرْفُ
وقال النووي الشافعي رحمه الله تعالى في كتابه المجموع شرح المهذب / كتاب الصلاة / مسائل مهمة تتعلق بقراءة الفاتحة وغيرها في الصلاة (ج ٣ ص ٤٢٩):
قَالَ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ وَإِذَا أَوْجَبْنَا وَضْعَ هَذِهِ الْأَعْضَاءِ لَمْ يَجِبْ كَشْفُ الرُّكْبَتَيْنِ وَالْقَدَمَيْنِ لَكِنْ يُسْتَحَبُّ كَشْفُ الْقَدَمَيْنِ وَيَلْزَمُهُ عَدَمُ كَشْفِ الرُّكْبَتَيْنِ وَقَدْ سَبَقَ دَلِيلُ الْجَمِيعِ وَفِي وُجُوبِ كَشْفِ الْيَدَيْنِ قَوْلَانِ (الصَّحِيحُ) أَنَّهُ لَا يَجِبُ وَهُوَ الْمَنْصُوصُ فِي عَامَّةِ كُتُبِ الشَّافِعِيِّ كَمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ
Imam Asy Syafi'iy dan para sahabatnya berkata : jika kami mewajibkan penempatan organ-organ ini, maka TIDAK WAJIB untuk membuka lutut dan telapak kaki, tetapi LEBIH BAIK untuk membuka telapak kaki, dan WAJIB baginya UNTUK TIDAK membuka lutut, dan dalil untuk semuanya telah disebutkan.
Dalam keharusan membuka tutup tangan, ada dua perkataan: Pendapat yang benar adalah bahwa itu TIDAK WAJIB, dan itu diatur dalam kitab-kitab umum Al-Syafi'i. Seperti yang telah disebutkan oleh pengarang.
[Lihat Kitab Al Majmu' Syarhu Al Muhadzab : juz 3 hal 429. Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy].
iii>Wajib Membuka Selain Kedua Lutut Saat Sujud
و جاء في كتاب إعانة الطالبين شرح فتح المعين للشيخ السيد أبو بكر بن محمد شطا الدمياطي الشافعي / باب الصلاة (ج ١ ص ١٩٢):
(قوله: ككشف غير الركبتين) أي كما أنه يسن كشف غير الركبتين، وأما الركبتان فيكره كشفهما لأنه يفضي إلى كشف العورة. انتهى.
(Perkataannya: Seperti membuka penutup selain kedua lutut) yakni sebagaimana DISUNNAHKANNYA membuka penutup selain lutut,
Adapun dua lutut, DIMAKRUHKAN membuka keduanya karena itu mengarah pada pengungkapan bagian pribadi (aurat).
[Lihat Kitab I'anatu Ath Thalibin Syarhu Fathu Al Mu'in : juz 1 hal 192. Karya Sayyid Syaikh Abu Bakr Bin Muhammad Syatho Ad Dimyathiy Asy Syafi'iy].
iv>Shalat Dengan Memakai Sarung Tangan Ataupun Kaos Kaki
SAH SHALATNYA tetapi MAKRUH, karena yang sunnah adalah membukanya.
قال الإمام سليمان بن محمد بن عمر البُجَيْرَمِيّ المصري الشافعي (ت ١٢٢١هـ) في كتابه تحفة الحبيب على شرح الخطيب = حاشية البجيرمي على الخطيب / كتاب الصلاة / فصل في أركان الصلاة (ج ٢ ص ٣٥):
وَيُسَنُّ كَشْفُ الْيَدَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ أَيْ فِي حَقِّ الرَّجُلِ إذْ الْمَرْأَةُ يَجِبُ عَلَيْهَا سَتْرُ قَدَمَيْهَا، وَيُكْرَهُ كَشْفُ كَفَّيْهَا كَمَا يُؤْخَذُ مِنْ عِلَّةِ كَشْفِ الرُّكْبَتَيْنِ
“DISUNNAHKAN untuk membuka kedua tangan dan kaki bagi laki-laki karena bagi perempuan wajib untuk menutup kedua kakinya. Dan dimakruhkan bagi perempuan untuk membuka kedua tangannya karena alasan yang telah disebutkan dalam membuka kedua lutut (karena hal itu mengarah pada pengungkapan bagian pribadi (aurat).'
[Lihat Kitab Tuhfatul Habib 'Ala Syarhil Khatib = Hasyiyyah Al Bujairamiy 'Ala Al Khatib : juz 2 hal 35. Karya Imam Sulaiman Al Bujairamiy Asy Syafi'iy].
وقال الشبخ ابراهيم الباجوري الشافعي في كتابه حاشية الباجوري شرح فتح القريب المجيب (ج ١ ص ١٢٥):
.قوله مباشرة الخ فيجب كشف الجبهة و يسن كشف اليدين والرجلين و يكره كشف الركبتين ما عدا ما يجب ستره منهما مع العورة.
(Perkataannya : Mubasyarah -secara langsung ... Dst-). Maka WAJIB MEMBUKA DAHI, dan SUNNAH membuka tangan dan kaki, dan MAKRUH membuka lutut, kecuali sesuatu yang harus ditutup dari kedua lututnya bersamaan dengan aurat.
[Lihat Kitab Hasyiyyah Al Baijuriy 'Ala Syarhi Fathu Al Qarib Al Mujib Karya Syaikh Ibrahim Al Baijuriy Asy Syafi'iy].
v> Boleh Sujud Diatas Perkara Yang Terpisah Tidak Ikut Bergerak Ketika Berdiri Atau Duduk
وقال الشبخ زين الدين أحمد بن عبد العزيز بن زين الدين بن علي بن أحمد المعبري المليباري الهندي الشافعي (ت ٩٨٧هـ) في كتابه فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين / / باب الصلاة / فصل في صفة الصلاة (ص ١١٥):
ويصح على يد غيره وعلى نحو منديل بيده لأنه في حكم المنفصل. انتهى
DAN SAH sujudnya di atas tangan orang lain atau semacam sapu tangan yg di pegang sendiri, karena hal itu masuk dalam hukum perkara yang terpisah dengan orang yang shalat.
[Lihat kitab Fathu Al Mu'in Bisyarhi Qurratu Al 'Ain Bimuhimmati Ad Din : hal 115. Karya Imam Zainuddin Al Malibariy Asy Syafi'iy].
وجاء في كتاب تحفة الطلاب بشرح متن تحرير تنقيح اللباب في فقه الإمام الشافعي = حاشية الشرقاوي للشيخ الشرقاوي الشافعي (ج ١ ص ١٨٩ - ١٩٠):
و ثامنها سجود للأمر به في الكتاب والخبر السابق بوضع الجبهة مكشوفة و وضع اليدين والركبتين و أطراف القدمين ولو مستورة لخبر الصحيحين أمرت أن أسجد على سبعة أعظم الجبهة واليدين والركبتين و أطراف القدمين و يكفي وضع جزء من كل واحد منها والإعتبار في اليد بباطن الكف سواء الأصابع والراحة و في الرجل ببطون الأصابع و يسن كشف اليدين والرجلين و يكره كشف الركبتين.
Dan yang kedelapan : adalah sujud, yang diperintahkan dalam Kitab dan riwayat sebelumnya, meletakkan dahi yang terbuka, meletakkan tangan, lutut, dan ujung kaki, meskipun tertutup, menurut riwayat dari Sahih Bukhari dan Muslim. Saya diperintahkan untuk bersujud di atas tujuh tulang : Dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki, dan cukup dengan meletakkan bagian dari masing-masing bagiannya, dan gambaran dalam tangan yaitu dengan telapak tangan, baik dengan jari-jemarinya atau telapak tangannya, dan dalam kaki yaitu dengan bathin jari jemarinya
Dan DISUNNAHKAN untuk membuka telapak kedua tangan dan kedua kaki. (Maksudnya bagi seorang laki-laki. Karena wanita wajib baginya untuk menutup kedua telapak kakinya). Dan MAKRUH baginya membuka kedua lutut.
[Lihat kitab Tuhfatu Ath Thulab Bisyarhi Matni Tahriri Tanqihu Al Lubab = Hasyiyyah Asy Syarqawiy : juz 1 hal 189 - 190. Karya Syaikh Asy Syarqawiy Asy Syafi'iy].
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ Terdapat dalam kitab Nailu Al Author Syarhu Muntaqa Al Akhbar karya Imam Asy Syaukaniy :
قال ابن دقيق العيد : ولم يختلف في أن كشف الركبتين غير واجب لما يحذر فيه من كشف العورة وأما عدم وجوب كشف القدمين فلدليل لطيف وهو أن الشارع وقت المسح على الخف بمدة يقع فيها الصلاة بالخف فلو وجب كشف القدمين لوجب نزع الخف المقتضي لنقض الطهارة فتبطل الصلاة اه
Imam Ibnu Daqiq Al-Ied (yang juga bermadzhab Syafi‘i) mengatakan, ‘ULAMA SEPAKAT BAHWA KETERBUKAAN KEDUA LUTUT (KETIKA SUJUD) TIDAK WAJIB KARENA DIKHAWATIRKAN AURAT TERSINGKAP. Sedangkan ketidakwajiban terbukanya kedua kaki didukung sebuah dalil halus di mana Nabi Muhammad -ﷺ- pada suatu ketika mengusap khuf (sejenis kaos kaki rapat dari kulit) tetap mengenakannya dalam shalat. Seandainya keterbukaan kedua kaki itu wajib, niscaya pencopotan khuf juga wajib yang menuntut pembatalan kesucian lalu membatalkan shalat,’”
(Lihat Muhammad bin Ali As-Syaukani, Nailul Authar Syarah Muntaqal Akhbar, Beirut, Darul Fikr, cetakan pertama, 1982 M/1402 H, juz II, halaman 289).
vi>Boleh Sujud Ditelapak Kaki Atau Punggung Saudaranya Ketika Berdesak Desakkan
وقال الإمام أبو زكريا محيي الدين بن شرف النووي الشافعي (ت ٦٧٦ هـ) في كتابه المجموع شرح المهذب / كتاب الصلاة / مذاهب العلماء في التخطي (ج ٤ ص ٥٦٣ - ٥٦٤):
قَالَ أَصْحَابُنَا إذَا مَنَعَتْهُ الزَّحْمَةُ مِنْ السُّجُودِ عَلَى الْأَرْضِ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى مِنْ الْجُمُعَةِ مَعَ الْإِمَامِ فَإِنْ أَمْكَنَهُ أَنْ يَسْجُدَ عَلَى ظَهْرِ إنْسَانٍ أَوْ رِجْلِهِ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ مِنْ أَعْضَائِهِ قَالَ الشَّيْخُ نَصْرٌ الْمَقْدِسِيُّ وَغَيْرُهُ أَوْ ظَهْرِ بَهِيمَةٍ لَزِمَهُ ذَلِكَ عَلَى الصَّحِيحِ الَّذِي قَطَعَ بِهِ الْجُمْهُورُ وَنَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ وَمِنْ أَصْحَابِنَا مَنْ قَالَ فِيهِ قَوْلَانِ : (أَحَدُهُمَا) هَذَا
(وَالثَّانِي) قَالَهُ فِي الْقَدِيمِ يَتَخَيَّرُ إنْ شَاءَ سَجَدَ عَلَى الظَّهْرِ وَإِنْ شَاءَ صَبَرَ لِيَسْجُدَ عَلَى الْأَرْضِ وَهَذَا الطَّرِيقُ حَكَاهُ الْمُصَنِّفُ وَآخَرُونَ وَاتَّفَقُوا عَلَى أَنَّ الْمَذْهَبَ وُجُوبُ السُّجُودِ عَلَى الظَّهْرِ وَنَحْوِهِ لِلْحَدِيثِ الصَّحِيحِ " وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ " وَلِأَثَرِ عُمَرَ وَلِأَنَّهُ مُتَمَكِّنٌ مِنْهُ
ثُمَّ قَالَ الْجُمْهُورُ إنَّمَا يَسْجُدُ عَلَى الظَّهْرِ وَنَحْوِهِ إذَا أَمْكَنَهُ رِعَايَةُ هَيْئَةِ السُّجُودِ بِأَنْ يَكُونَ عَلَى مَوْضِعٍ مُرْتَفِعٍ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَالْمَأْتِيُّ بِهِ لَيْسَ بِسُجُودٍ فَلَا يَجُوزُ فِعْلُهُ وَفِيهِ وَجْهٌ ضَعِيفٌ أَنَّهُ لَا يَضُرُّ هُنَا ارْتِفَاعُ رَأْسِهِ وَخُرُوجُهُ عَنْ هَيْئَةِ السَّاجِدِ لِلْعُذْرِ حَكَاهُ الرَّافِعِيُّ وَغَيْرُهُ وَالْمَذْهَبُ الْأَوَّلُ فَإِذَا أَمْكَنَهُ السُّجُودُ عَلَى ظَهْرٍ وَنَحْوِهِ فَلَمْ يَسْجُدْ فَهُوَ مُتَخَلِّفٌ بِلَا عُذْرٍ هَذَا هُوَ الصَّحِيحُ وَبِهِ قَطَعَ الْمُتَوَلِّي وَالْبَغَوِيُّ
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ Imam Abu Zakariyya Muhyiddin bin Syaraf Al-Nawawiy Al-Syafi'iy (w. 676 H) mengatakan dalam Kitabnya Al-Majmu' Syarhu Al-Muhadzdzab / Kitab Shalat / Madzhab Ulama tentang Skipping (Vol. 4, Hal .563-564):
Para sahabat kami (Syafi'iyyah) berkata: Jika berkerumun menghalanginya untuk sujud di tanah pada rakaat pertama shalat Jumat bersama imam, maka ia boleh sujud diatas punggung manusia, kakinya, atau anggota tubuhnya yang lain, Seperti yang dikatakan oleh Syekh Nasr al-Maqdisi dan lain-lain, atau punggung binatang wajib melakukan hal tersebut, menurut pendapat yang benar, yaitu hal yang dikritik oleh jumhur ulama' dan dikemukakan oleh Imam Syafi'iy, dan diantara para sahabat kita (Syafi'iyyah) mengatakan : Didalmnya terdapat dua pendapat tentang hal itu : (salah satunya) ini
(dan yang kedua) Imam Syafi'iy mengatakannya dalam Qaul Qadim : boleh memilih, apabila mau sujud diatas punggung, atau jika mau, bersabar dan sujud diatas tanah, diceritakan oleh penulis dan selainnya, dan mereka sepakat bahwa menurut Madzhab (Asy Syafi'iy) adalah wajibnya sujud diatas punggung atau sejenisnya berdasarkan hadits shahih : "ketika anda diperintahkan maka lakukanlah semampumu". Dan berdasarkan perilaku 'Umar radliyyAllahu 'anhu sesungguhnya beliau trampil dalam melakukannya,
vii> Ketika Sujud Boleh Merenggangkan Sejengkal Atau Merapatkan Paha Ujung Jari Kaki Mancal Khusus Bagi Wanita Semua Tangan Dan Paha Rapat
Diriwayatkan:
وإذا سجدَ فرَّجَ بين فَخِذيهِ غيرَ حاملٍ بطنَه على شيءٍ مِن فخِذيه
“Jika Nabi sujud beliau merenggangkan pahanya tanpa menyentuhkan perutnya pada apapun dari pahanya (menjauhkan perutnya dari pahanya),”
(HR. Abu Daud no. 735)
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ Imam Asy Syaukani rahimahullah mengatakan dalam Kitabnya Nailul Authar (2/297):
قَوْلُهُ : ( فَرَّجَ بَيْنَ فَخِذَيْهِ ) أَيْ فَرَّقَ بَيْنَ فَخِذَيْهِ وَرُكْبَتَيْهِ وَقَدَمَيْهِ . قَالَ أَصْحَابُ الشَّافِعِيِّ : يَكُونُ التَّفْرِيقُ بَيْنَ الْقَدَمَيْنِ بِقَدْرِ شِبْرٍ ...(إلى أن قال)...
وَالْحَدِيثُ يَدُلُّ عَلَى مَشْرُوعِيَّةِ التَّفْرِيجِ بَيْنَ الْفَخِذَيْنِ فِي السُّجُودِ وَرَفْعِ الْبَطْنِ عَنْهُمَا وَلَا خِلَافَ فِي ذَلِكَ
Ungkapannya: (Dia merenggangkan pahanya) artinya dia memisahkan kedua paha, lutut, dan kakinya. Para sahabat Imam Syafi’iy berkata: JARAK ANTARA KEDUA KAKI HENDAKNYA SEJAUH SATU JENGKAL… (sampai dia berkata)...
“Hadis menunjukkan tentang DISYARIATKANNYA MELEBARKAN PAHA KETIKA SUJUD DAN MENJAUHKAN PERUT DARI PAHA. Tidak ada khilaf dalam masalah ini.”
قال الإمام أبو زكريا محيي الدين بن شرف النووي الشافعي (ت ٦٧٦ هـ) في كتابه المجموع شرح المهذب / كتاب الصلاة / مسائل مهمة تتعلق بقراءة الفاتحة وغيرها في الصلاة (ج ٣ ص ٤٣١):
قال الشافعي والاصحاب يستحب للساجدان يُفَرِّجَ بَيْنَ رُكْبَتَيْهِ وَبَيْنَ قَدَمَيْهِ قَالَ الْقَاضِي أَبُو الطَّيِّبِ فِي تَعْلِيقِهِ قَالَ أَصْحَابُنَا يَكُونُ بَيْنَ قَدَمَيْهِ قَدْرُ شِبْرٍ
وَالسُّنَّةُ أَنْ يَنْصِبَ قَدَمَيْهِ وَأَنْ يَكُونَ أَصَابِعُ رِجْلَيْهِ مُوَجَّهَةً إلَى الْقِبْلَةِ
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ Imam Abu Zakariyya Muhyiddin bin Syaraf Al-Nawawiy Al-Syafi'iy (w. 676 H) mengatakan dalam Kitabnya Al-Majmu' Syarhu Al-Muhadzdzab / Kitab Shalat / Masalah Penting Terkait Membaca Al-Fatihah Dan Lain-lain Dalam Shalat (Jilid 3, Hal. 431):
Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa DISUNNAHKAN MERENGGANGKAN DUA LUTUT DAN KAKINYA SAAT SUJUD. Membuka yang dimaksud menurut ulama Syafi’iyah adalah SEJARAK SATU JENGKAL.
DAN SUNNAH MELURUSKAN kedua telapak berjinjit (mancal) sekiranya ujung jari kakinya menghadap kiblat.
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ DIRIWAYATKAN NABI -ﷺ- MERAPATKAN KEDUA PAHANYA KETIKA SUJUD :
فَقَدْتُ رَسُولَ اللهِ -ﷺ- وَكَانَ مَعِي عَلَى فِرَاشِي ، فَوَجَدْتُهُ سَاجِداً ، رَاصّاً عَقِبَيْهِ ، مُسْتَقْبِلاً بِأَطْرَافِ أَصَابِعِهِ القِبْلَةِ ،
“Aku mencari-cari Rasulullah -ﷺ-, sebelumnya beliau bersamaku di ranjangku, ternyata aku dapati beliau dalam keadaan bersujud DENGAN MENEMPELKAN KEDUA TUMITNYA SEMENTARA UJUNG JARI JEMARI KAKINYA DIHADAPKAN KE ARAH KIBLAT.
(HR. Ahmad. Muslim. Abu Dawud. An Nasa'i. Dan Ibnu Majah)
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ DIRIWAYATKAN WANITA KETIKA SUJUD WAJIB MENGHAMPARKAN KEDUA TANGANNYA DAN MERAPATKAN KEDUA KAKINYA :
عَنْ سَالِمِ بْنِ غَيْلاَنَ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِى حَبِيبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -ﷺ- مَرَّ عَلَى امْرَأَتَيْنِ تُصَلِّيَانِ فَقَالَ :
إِذَا سَجَدْتُمَا فَضُمَّا بَعْضَ اللَّحْمِ إِلَى الأَرْضِ، فَإِنَّ الْمَرْأَةَ لَيْسَتْ فِى ذَلِكَ كَالرَّجُلِ
Dari Salim bin Ghailan dari Yazid bin Abi Habib bahwa Rasulullah -ﷺ- bertemu dengan dua perempuan yang sedang shalat kemudian Beliau bersabda :
“Apabila kalian berdua sujud maka pertemukankan sebagian daging ke tanah karena sesungguhnya sujud perempuan tidak sama dengan sujud laki-laki,”
(HR Baihaqi).
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫2)• MENURUT MADZHAB IMAM ABU HANIFAH
KETIKA SUJUD mendahulukan kedua lutut sebelum kedua tangan
SUNNAH KETIKA SUJUD meletakkan tujuh anggota sujud kelantai dan menggabungkan meletakkan dahi dan hidung kelantai tanpa ada penghalang surban atau kopiah/peci dan jika tanahnya keras dan yang benar boleh sujud diatas ujung baju atau lilitan surban yang terpisah (munfashil) darinya dan boleh sujud diatas perkara yang melekat (muttashil) ketika lantai terlalu panas atau terlalu dingin, jika tidak demikian maka tidak diperbolehkan
BOLEH SUJUD DIATAS PUNGGUNG SAUDARANYA jika terjadi desak Desakkan atau kerumunan
BAGI LAKI LAKI KETIKA SUJUD HARUS MENEGAKKAN KEDUA SIKUNYA dan khusus bagi wanita wajib menghamparkan kedua tangannya ketika sujud dan melekatkan perutnya pada kedua pahanya
KETIKA SUJUD MINIM MEMBACA Subhana Rabbiyyal a'la 3 kali.
جاء في كتاب بدائع الصنائع في ترتيب الشرائع -(بأختصار)- للإمام علاء الدين، أبو بكر بن مسعود الكاساني الحنفي الملقب بـ «بملك العلماء» (ت ٥٨٧ هـ) / فصل حكم التكبير في أيام التشريق / فصل في سنن حكم التكبير أيام التشريق (ج ١ ص ٢١٠ - ٢١١):
وَمِنْ سُنَنِ الِانْتِقَالِ أَنْ يُكَبِّرَ مَعَ الِانْحِطَاطِ وَلَا يَرْفَعُ يَدَيْهِ؛ لِمَا تَقَدَّمَ، وَمِنْهَا أَنْ يَضَعَ رُكْبَتَيْهِ عَلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَدَيْهِ وَهَذَا عِنْدَنَا،
وَهَهُنَا نَذْكُرُ سُنَنَ السُّجُودِ، مِنْهَا أَنْ يَسْجُدَ عَلَى الْأَعْضَاءِ السَّبْعَةَ لِمَا رَوَيْنَا فِيمَا تَقَدَّمَ، وَمِنْهَا أَنْ يَجْمَعَ فِي السُّجُودِ بَيْنَ الْجَبْهَةِ وَالْأَنْفِ فَيَضَعُهُمَا،
وَمِنْهَا أَنْ يَسْجُدَ عَلَى الْجَبْهَةِ وَالْأَنْفِ مِنْ غَيْرِ حَائِلٍ مِنْ الْعِمَامَةِ وَالْقَلَنْسُوَةِ.
وَلَوْ سَجَدَ عَلَى كَوْرِ الْعِمَامَةِ وَوَجَدَ صَلَابَةَ الْأَرْضِ جَازَ عِنْدَنَا كَذَا ذَكَرَ مُحَمَّدٌ فِي الْآثَارِ ...
وَالصَّحِيحُ قَوْلُنَا؛ لِمَا رُوِيَ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ «كَانَ يَسْجُدُ عَلَى كَوْرِ عِمَامَتِهِ» ؛ وَلِأَنَّهُ لَوْ سَجَدَ عَلَى عِمَامَتِهِ وَهِيَ مُنْفَصِلَةٌ عَنْهُ وَوَجَدَ صَلَابَةَ الْأَرْضِ يَجُوزُ فَكَذَا إذَا كَانَتْ مُتَّصِلَةً بِهِ وَلَوْ سَجَدَ بِهِ عَلَى حَشِيشٍ أَوْ قُطْنٍ إنْ تَسَفَّلَ جَبِينُهُ فِيهِ حَتَّى وَجَدَ حَجْمَ الْأَرْضِ أَجْزَأَهُ، وَإِلَّا فَلَا، وَكَذَا إذَا صَلَّى عَلَى طُنْفُسَةٍ مَحْشُوَّةٍ جَازَ إذَا كَانَ مُتَلَبِّدًا، وَكَذَا إذَا صَلَّى عَلَى الثَّلْجِ إذَا كَانَ مَوْضِعُ سُجُودِهِ مُتَلَبِّدًا يَجُوزُ وَإِلَّا فَلَا.وَلَوْ زَحَمَهُ النَّاسُ فَلَمْ يَجِدْ مَوْضِعًا لِلسُّجُودِ فَسَجَدَ عَلَى ظَهْرِ رَجُلٍ أَجْزَأَهُ لِقَوْلِ عُمَرَ اُسْجُدْ عَلَى ظَهْرِ أَخِيكَ فَإِنَّهُ مَسْجِدٌ لَكَ.
وَمِنْهَا أَنْ يَعْتَدِلَ فِي سُجُودِهِ وَلَا يَفْتَرِشَ ذِرَاعَيْهِ لِمَا رُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ: «اعْتَدِلُوا فِي السُّجُودِ وَلَا يَفْتَرِشْ أَحَدُكُمْ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ الْكَلْبِ» ، وَقَالَ مَالِكٌ: يَفْتَرِشُ فِي النَّفْلِ دُونَ الْفَرْضِ وَهُوَ فَاسِدٌ لِمَا رَوَيْنَا مِنْ الْحَدِيثِ مِنْ غَيْرِ فَصْلٍ وَهَذَا فِي حَقِّ الرَّجُلِ فَأَمَّا الْمَرْأَةُ فَيَنْبَغِي أَنْ تَفْتَرِشَ ذِرَاعَيْهَا وَتَنْخَفِضُ وَلَا تَنْتَصِبَ كَانْتِصَابِ الرَّجُلِ وَتَلْزَقُ بَطْنَهَا بِفَخِذَيْهَا لِأَنَّ ذَلِكَ أَسْتَرُ لَهَا، وَمِنْهَا أَنْ يَقُولَ فِي سُجُودِهِ: سُبْحَانَ رَبِّي الْأَعْلَى ثَلَاثًا وَذَلِكَ أَدْنَاهُ؛
فَأَمَّا الْمَرْأَةُ فَإِنَّهَا تَقْعُدُ كَأَسْتَرِ مَا يَكُونُ لَهَا فَتَجْلِسُ مُتَوَرِّكَةً؛ لِأَنَّ مُرَاعَاةَ فَرْضِ السَّتْرِ أَوْلَى مِنْ مُرَاعَاةِ سُنَّةِ الْقَعْدَةِ، وَيُوَجِّهُ أَصَابِعَ رِجْلِهِ الْيُمْنَى نَحْوَ الْقِبْلَةِ
وقال الإمام كمال الدين محمد بن عبد الواحد السيواسي ثم السكندري، المعروف بابن الهمام الحنفي (المتوفى سنة ٨٦١ هـ) في كتابه فيض القدير / كتاب الصلاة / باب صفة الصلاة (ج ١ ص ٣٠٣):
(وَسَجَدَ عَلَى أَنْفِهِ وَجَبْهَتِهِ) لِأَنَّ النَّبِيَّ - عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ - وَاظَبَ عَلَيْهِ (فَإِنْ اقْتَصَرَ عَلَى أَحَدِهِمَا جَازَ عِنْدَ أَبِي حَنِيفَةَ - رَحِمَهُ اللَّهُ -.
وَقَالَا: لَا يَجُوزُ الِاقْتِصَارُ عَلَى الْأَنْفِ إلَّا مِنْ عُذْرٍ) وَهُوَ رِوَايَةٌ عَنْهُ لِقَوْلِهِ - عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ - «أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ، وَعَدَّ مِنْهَا الْجَبْهَةَ» وَلِأَبِي حَنِيفَةَ - رَحِمَهُ اللَّهُ -
وقال الإمام محمد بن أحمد بن أبي سهل شمس الأئمة السرخسي (ت ٤٨٣ هـ) في كتابه " المبسوط " / كتاب الصلاة / صلت المرأة وربع ساقها مكشوف (ج ١ ص ٢٠٧):
[قال: : (وَمَنْ زَحَمَهُ النَّاسُ فَلَمْ يَجِدْ مَوْضِعًا لِلسُّجُودِ فَسَجَدَ عَلَى ظَهْرِ رَجُلٍ أَجْزَأَهُ) لِقَوْلِ عُمَرَ - رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ - اُسْجُدْ عَلَى ظَهْرِ أَخِيكَ فَإِنَّهُ مَسْجِدٌ لَكَ، وَقَالَ فِي خُطْبَتِهِ حِينَ طَلَبَ مِنْ النَّاسِ أَنْ يُوَسِّعَ الْمَسْجِدَ: أَيُّهَا النَّاسُ إنَّ هَذَا مَسْجِدٌ بَنَاهُ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَالْمُهَاجِرُونَ وَالْأَنْصَارُ مَعَهُ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ مَوْضِعًا فَلْيَسْجُدْ عَلَى ظَهْرِ أَخِيهِ وَرَوَى الْحَسَنُ بْنُ زِيَادٍ عَنْ أَبِي حَنِيفَةَ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - قَالَ: إنْ كَانَ السُّجُودُ عَلَى ظَهْرِ شَرِيكِهِ فِي الصَّلَاةِ يَجُوزُ وَإِلَّا فَلَا؛ لِأَنَّ الْجَوَازَ لِلضَّرُورَةِ وَذَلِكَ عِنْدَ الْمُشَارَكَةِ فِي الصَّلَاةِ، اهـ.
وقال العلامة عبد الرحمن بن محمد بن سليمان، المعروف بـ «داماد أفندي» [ت ١٠٧٨ هـ] في كتابه مَجمع الأنهُر في شرح ملتقَى الأبحُر / اب صفة الصلاة / فصل صفة الشروع في الصلاة (ج ١ ص ٩٨)
(وَإِنْ سَجَدَ لِلزَّحْمَةِ عَلَى ظَهْرِ مَنْ هُوَ مَعَهُ فِي صَلَاتِهِ) يَعْنِي لَوْ سَجَدَ لِلزِّحَامِ عَلَى ظَهْرِ مَنْ يُصَلِّي صَلَاتَهُ (جَازَ) لِلضَّرُورَةِ، وَلَا تَجُوزُ لَوْ سَجَدَ عَلَى ظَهْرِ مَنْ لَا يُصَلِّي أَوْ يُصَلِّي وَلَكِنْ لَا يُصَلِّي صَلَاتَهُ لِعَدَمِ الضَّرُورَةِ، وَهَذَا إذَا كَانَ رُكْبَتَاهُ عَلَى الْأَرْضِ وَإِلَّا فَلَا يُجْزِيه وَقِيلَ لَا يُجْزِيه إلَّا إذَا سَجَدَ الثَّانِي عَلَى الْأَرْضِ. اهـ.
وقال العلامة أحمد بن محمد بن إسماعيل الطحطاوي الحنفي (ت ١٢٣١ هـ) في كتابه حاشية الطحطاوي على مراقي الفلاح شرح نور الإيضاح / كتاب الصلاة / باب شروط الصلاة وأركانها (ص ٣٢٣):
[قوله: (على ظهر مصلٍّ صلاتَه.. إلخ) وشرط في "الكفاية": كون ركبتي الساجد على الأرض، وشرط في "المجتبى": سجود المسجود عليه على الأرض، فجملة الشروط خمسة، بل ستة بزيادة الزحام، لكن في "الْقُهُسْتَانِيّ" عن "الأصل": أنه يجوز ولو على ظهر غير المصلي، ونقل الزاهدي جوازه على ظهر كلِّ مأكول، وفي "الْقُهُسْتَانِيّ" عن صدر القضاة: أنه يجوز وإن كان سجود الثاني على ظهر الثالث، وفيه: أنه في هذه الحالة يكون الساجد الثالث في صفة الراكع أو أَزْيَد، ونقل عن الجلابي: أنه يستحب التأخير حتى يزول الزحام اهـ. قوله: (وهو اختيار الفقيه) وقيل: إن وضع اليدين والركبتين سُنة، وعليه يقال: إنَّ الحديث يقتضي وجوب السجود على الأعضاء السبعة المصرح بها فيه، ولم يقولوا به. والجواب أن الاستدلال بهذا الحديث إنما هو على أن محل السجود هذه الأعضاء لا أنَّ وَضْعَ جميعها لازمٌ لا محالة؛ فوضع اليدين والركبتين سُنة عندنا] اهـ
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫3)• MENURUT MADZHAB IMAM MALIK
KETIKA MENGETAHUI MENAIKI PERAHU TIDAK BISA SUJUD KECUALI DIPUNGGUNG SAUDARANYA maka seyogyanya tidak menaikinya dalam urusan haji atau umrah, jika tetap melakukannya wajib mengulang selamanya baginya karena seolah olah menjadikan semua itu seperti meninggalkan shalat
DIANGGAP SEMPURNA SUJUDNYA WALAUPUN DALAM SUJUDNYA TIDAK MEMBACA TASBIH atau hanya menempelkan dengan menekankan dahi dan hidung ketanah
MENDAHULUKAN TANGAN SEBELUM LUTUT BUKANLAH SYARAT dan tidak dinamakan rukun
DIANJURKAN MELURUSKAN KEDUA LUTUTNYA dan menaruh telapak tangannya diatasnya dan cukup menaruh kedua telapak tangannya diujung pahanya
YANG WAJIB DITEMPELKAN KETANAH SEBAGIAN DAHINYA apabila sujud diatas hidungnya bukan dahinya maka mengulang selamanya, jika sujud diatas dahi tanpa hidungnya, maka mencukupinya, karena sujud dengan hidungnya hukumnya sunnah
وقال الإمام شمس الدين أبو عبد الله محمد بن محمد بن عبد الرحمن الطرابلسي المغربي، المعروف بالحطاب الرُّعيني المالكي (ت ٩٥٤هـ) في كتابه مواهب الجبيل في شرح مختصر خليل / فائدة أحكام الحج / تنبيهات ركوب البحر على ثلاثة أقسام (ج ٢ ص ٥١٦ - ٥٢١):
لِأَنَّ السُّجُودَ مِنْ فَرَائِضِ الصَّلَاةِ فَإِذَا عَلِمَ أَنَّهُ لَا يَقْدِرُ فِي السَّفِينَةِ أَنْ يَسْجُدَ إلَّا عَلَى ظَهْرِ أَخِيهِ فَلَا يَنْبَغِي لَهُ رُكُوبُهَا فِي حَجٍّ وَلَا عُمْرَةٍ فَإِنْ فَعَلَ وَصَلَّى وَسَجَدَ عَلَى ظَهْرِ أَخِيهِ أَعَادَ أَبَدًا عَلَى قَوْله لِأَنَّهُ جَعَلَ ذَلِكَ كَتَرْكِ الصَّلَاةِ وَهُوَ الَّذِي يَأْتِي عَلَى مَذْهَبِ ابْنِ الْقَاسِمِ فِي الَّذِي يُقْدَحُ الْمَاءُ مِنْ عَيْنِهِ فَيُصَلِّي إيمَاءً أَنَّهُ يُعِيدُ أَبَدًا، وَقَالَ أَشْهَبُ: لَا إعَادَةَ عَلَيْهِ وَكَذَا نَقُولُ فِي الَّذِي لَا يَقْدِرُ عَلَى الزِّحَامِ أَنْ يَسْجُدَ إلَّا عَلَى ظَهْرِ أَخِيهِ أَنَّهُ لَا يُعِيدُ إلَّا فِي الْوَقْتِ وَذَلِكَ أَنَّ الْفَرْضَ انْتَقَلَ عَنْهُ إلَى الْإِيمَاءِ مِنْ أَجْلِ الزِّحَامِ فَكَانَ كَالْمَرِيضِ لَا يَسْتَطِيعُ السُّجُودَ فَرَفَعَ إلَى جَبْهَتِهِ شَيْئًا فَسَجَدَ عَلَيْهِ أَنَّ ذَلِكَ يُجْزِئُهُ وَهُوَ عِنْدَ مَالِكٍ خِلَافُ الْمَرِيضِ يُعِيدُ أَبَدًا إنْ لَمْ يَسْجُدْ إلَّا عَلَى ظَهْرِ أَخِيهِ. اهـ.
وَإِنْ لَمْ يُسَبِّحْ أَوْ مَكَّنَ جَبْهَتَهُ وَأَنْفَهُ مِنْ الْأَرْضِ فِي السُّجُودِ فَقَدْ تَمَّ ذَلِكَ إذَا تَمَكَّنَ مُطْمَئِنًّا قَالَ ابْنُ نَاجِي فِي شَرْحِهَا: ظَاهِرُهُ أَنَّ وَضْعَ الْيَدَيْنِ عَلَى الرُّكْبَتَيْنِ شَرْطٌ لَا يُسَمَّى رُكُوعًا
وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَنْصِبَ رُكْبَتَيْهِ وَيَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَيْهِمَا يَعْنِي أَنَّ الْمُسْتَحَبَّ وَضْعُهُمَا عَلَى الرُّكْبَتَيْنِ وَيُجْزِئُ وَضْعُهُمَا عَلَى أَطْرَافِ الْفَخِذَيْنِ،
فَتُمَكِّنُ جَبْهَتَك وَأَنْفَك مِنْ الْأَرْضِ يَعْنِي أَوْ مَا يَقُومُ مَقَامَهَا وَالتَّمَكُّنُ الْمَذْكُورُ إلْصَاقُهَا بِالْأَرْضِ إلْصَاقًا تَسْتَقِرُّ مَعَهُ عَلَيْهَا مُنْبَسِطَةً إنْ أَمْكَنَ وَإِلَّا فَالْوَاجِبُ أَدْنَى جُزْءٍ
أَنَّ السُّجُودَ عَلَى الْأَنْفِ لَيْسَ بِوَاجِبٍ وَهُوَ كَذَلِكَ قَالَ فِي الْمُدَوَّنَةِ وَالسُّجُودُ عَلَى الْجَبْهَةِ وَالْأَنْفِ جَمِيعًا فَإِنْ سَجَدَ عَلَى الْأَنْفِ دُونَ الْجَبْهَةِ أَعَادَ أَبَدًا ابْنُ نَاجِي يُرِيدُ وَإِنْ سَجَدَ عَلَى الْجَبْهَةِ فَإِنَّهُ يُجْزِئُهُ قَالَهُ ابْنُ الْقَاسِمِ وَهُوَ الْمَشْهُورُ ثُمَّ قَالَ: ظَاهِرُهُ أَنَّ السُّجُودَ عَلَى الْجَبْهَةِ وَالْأَنْفِ مَطْلُوبٌ عَلَى حَدِّ السَّوَاءِ وَلَيْسَ كَذَلِكَ بَلْ طَلَبُ السُّجُودِ عَلَى الْأَنْفِ مَنْدُوبٌ إلَيْهِ
قال الإمام أبو عبد الله محمد بن علي بن عمر التَّمِيمي المازري المالكي (ت ٥٣٦ هـ) في كتابه "شرح التلقين" / كتاب الطهارة / باب الجمعة (ج ١ ص ١٠١٧ - ١٠١٨):
[إذا لم يستطع المأمورُ السجودَ وزُوحم عليه؛ فأصلُ مالكٍ أنه يؤخر حتى يمكنه ذلك، لكنه مع هذا يكون حكمه أن يومئ إذا خشي فوات الركوع مع الإمام؛ فإنه يومئ ليدرك معه الركوع، وأصل أشهب: أنه يومئ وليس عليه أكثر مما في وسعه، ورأى أن الإيماء أولى من التأخير.. وأما مالكٌ فإنه يحتج بقوله صلى الله عليه وآله وسلم: «وَمَكِّنْ مِنْ جَبْهَتِكَ عَلَى الْأَرْضِ»] اهـ.
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫4)• MENURUT MADZHAB IMAM AHMAD
SAH SUJUD DENGAN SEBAGIAN ANGGOTA (SUJUD) menurut madzhab (Hanabilah) yang kuat
MAKRUH TIDAK MENEMPELKAN kedua tangan dahi dan hidung kelantai tanpa adanya udzur seperti panas, dingin, atau sakit.
TIDAK MENCUKUPI menaruh sebagian anggota sujud keatas sebagian anggota sujud yang lain
BOLEH SUJUD DENGAN SEBAGIAN TELAPAK TANGAN, MESKIPUN PADA UJUNG TELAPAK TANGANNYA. Begitu juga pada ujung kedua telapak kaki dan sebagian kening.
SUNNAH MERENGGANGKAN kedua siku menjahui kedua lambung, merenggangkan perut jauh dari kedua pahanya, dan menjauhkan kedua paha dari kedua betisnya selama tidak menyakiti atau mengganggu orang disebelahnya
SUNNAH menaruh kedua tangan dan mengumpulkan jari jemari sejajar dengan kedua bahu, boleh kedua sikunya bertekanan pada kedua pahanya ketika lama sujuludnya
SUNNAH apabila memisahkan kedua lutut
SUNNAH memisahkan jari kedua kaki dan menghadapkannya kearah kiblat
SUNNAH membaca Subhana Rabbiyyal a'la
وقال الإمام منصور بن يونس بن بن إدريس البهوتى الحنبلي (ت ١٠٥١ هـ) في كتابه شرح منتهى الإرادات = دقائق أولي النهى لشرح المنتهى / باب النية في الصلاة / باب صفة الصلاة وما يكره فيها وأركانها وواجباتها وسننها وما يتعلق بها (ج ١ ص ١٩٨ - ١٩٩):
(وَكُرِهَ تَرْكُهَا) أَيْ مُبَاشَرَةِ الْمُصَلَّى بِالْيَدَيْنِ وَالْأَنْفِ وَالْجَبْهَةِ (بِلَا عُذْرٍ) مِنْ نَحْوِ حَرٍّ أَوْ بَرْدٍ أَوْ مَرَضٍ، خُرُوجًا مِنْ الْخِلَافِ، وَأَخْذًا بِالْعَزِيمَةِ (وَيُجْزِئُ بَعْضُ كُلِّ عُضْوٍ) فِي السُّجُودِ عَلَيْهِ ; لِأَنَّهُ لَمْ يُقَيِّدْ فِي الْحَدِيث، وَإِنْ سَجَدَ عَلَى ظَهْرِ كَفَّيْهِ أَوْ أَطْرَافِ أَصَابِعِ يَدَيْهِ فَظَاهِرُ الْخَبَرِ: يُجْزِئُهُ ; لِأَنَّهُ قَدْ سَجَدَ عَلَى يَدَيْهِ. وَكَذَا لَوْ سَجَدَ عَلَى ظُهُورِ قَدَمَيْهِ (وَمَنْ عَجَزَ) عَنْ سُجُودٍ (بِالْجَبْهَةِ لَمْ يَلْزَمْهُ) سُجُودٌ (بِغَيْرِهَا) مِنْ أَعْضَاءِ السُّجُودِ،
وَلَا يُجْزِئُ وَضْعُ بَعْضِ أَعْضَاءِ السُّجُودِ فَوْقَ بَعْضٍ، كَوَضْعِ رُكْبَتَيْهِ أَوْ جَبْهَتِهِ عَلَى يَدَيْهِ.
(وَسُنَّ أَنْ يُجَافِيَ) رَجُلٌ فِي سُجُودِهِ (عَضُدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ) وَأَنْ يُجَافِيَ (بَطْنَهُ عَنْ فَخِذَيْهِ وَهُمَا) أَيْ وَأَنْ يُجَافِيَ فَخِذَيْهِ (عَنْ سَاقَيْهِ)
(مَا لَمْ يُؤْذِ جَارَهُ) بِهِ فَيَجِبُ تَرْكُهُ، لِحُصُولِ الْإِيذَاءِ الْمُحَرَّمِ بِهِ.
(وَ) سُنَّ لَهُ أَنْ (يَضَعَ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ مَضْمُومَتَيْ الْأَصَابِعِ)
(وَلَهُ) أَيْ الْمُصَلِّي (أَنْ يَعْتَمِدَ بِمَرْفِقَيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، إنْ طَالَ) سُجُودُهُ لِيَسْتَرِيحَ.
(وَ) سُنَّ لَهُ أَنْ (يُفَرِّقَ رُكْبَتَيْهِ)
(وَ) سُنَّ لَهُ أَنْ يُفَرِّقَ (أَصَابِعَ رِجْلَيْهِ وَيُوَجِّهَهَا إلَى الْقِبْلَةِ)
(وَيَقُولُ) فِي سُجُودٍ (تَسْبِيحَهُ) أَيْ سُبْحَانَ رَبِّي الْأَعْلَى وَتَقَدَّمَ مَا يُجْزِئُ مِنْهُ.
قال الإمام علاء الدين أبو الحسن علي بن سليمان المرداوي الحنبلي (٧١٧ - ٨٨٥ هـ) في كتابه الإنصاف في معرفة الراجح من الخلاف / كتاب الصلاة / باب صفة الصلاة (ج ٢ ص ٦٧):
يُجْزِئُ السُّجُودُ عَلَى بَعْضِ الْعُضْوِ، عَلَى الصَّحِيحِ مِنْ الْمَذْهَبِ، وَقِيلَ: وَلَوْ كَانَ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ، كَأَنْ يَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ حَالَةَ السُّجُودِ، وَنَقَلَ الشَّالَنْجِيُّ: إذَا وَضَعَ مَنْ يَدَيْهِ بِقَدْرِ الْجَبْهَةِ أَجْزَأَهُ قَالَ ابْنُ تَمِيمٍ: وَيَجُوزُ السُّجُودُ بِبَعْضِ الْكَفِّ، وَلَوْ عَلَى ظَهْرِهِ أَوْ أَطْرَافِ أَصَابِعِهِ، وَكَذَا عَلَى بَعْضِ أَطْرَافِ أَصَابِعِ قَدَمَيْهِ، وَبَعْضِ الْجَبْهَةِ، ..." انتهى.
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ Imam Alauddin Abu Al-Hasan Ali bin Sulaiman Al-Mardawiy Al-Hanbaliy (717-885 H) mengatakan dalam Kitabnya Al-Insaaf Fi Ma'rifati Ar Rajih Min Al Khilafi / Kitab Shalat / Bab Tentang Sifat Sholat (Vol. 2, Hal. 67):
“Disahkan sujud dengan sebagian anggota (sujud) menurut mazhab yang kuat."
Ibnu Tamim berkata, ‘Dibolehkan sujud dengan sebagian telapak tangan. Meskipun pada ujung telapak tangannya. Begitu juga pada ujung kedua telapak kaki dan sebagian kening.”
وقال الإمام مصطفى بن سعد بن عبده السيوطي شهرة، الرحيبانى مولدا ثم الدمشقي الحنبلي (ت ١٢٤٣هـ) في كتابه مطالب أولي النهى في شرح غاية المنتهى / باب صفة الصلاة وما يكره فيها وأركانها وواجباتها وسننها / فصل بعد فراغ الإمام من القراءة (ج ١ ص ٤٥٢):
"وَيُجْزِئُ بَعْضُ كُلِّ عُضْوٍ فِي السُّجُودِ عَلَيْهِ ؛ لِأَنَّهُ لَمْ يُقَيَّدْ فِي الْحَدِيثِ فِي الْكُلِّ" انتهى .
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ Imam Mustafa bin Saad bin Abduh Al-Suyuthiy Al-Ruhaibaniy Al-Dimashqi Al-Hanbaliy (w. 1243 H) mengatakan dalam Kitabnya Mathalib Uli Al-Nuha Fi Syarhi Ghayatu Al-Muntaha / Bab: Sifat Sholat, Apa Yang Tidak Disukai, Rukunnya, Kewajibannya, dan Sunnahnya / Setelah Imam Selesai Membaca (Juz 1, Hal. 452) :
“SAH, sujud dengan sebagian anggota tubuh dalam sujudnya. Karena haditsnya membatasi semuanya.”
وقال الإمام منصور بن يونس بن بن إدريس البهوتى، فقيه الحنابلة (ت ١٠٥١ هـ) في كتابه شرح منتهى الإرادات - المسمى: «دقائق أولي النهى لشرح المنتهى» / باب النية في الصلاة / باب صفة الصلاة وما يكره فيها وأركانها وواجباتها وسننها وما يتعلق بها (ج ١ ص ١٩٧):
(وَالسُّجُودُ عَلَى هَذِهِ الْأَعْضَاءِ) السَّبْعَةِ مَعَ الْأَنْفِ (بِالْمُصَلَّى) بِفَتْحِ اللَّامِ مِنْ أَرْضٍ أَوْ حَصِيرٍ أَوْ نَحْوِهِمَا (رُكْنٌ مَعَ الْقُدْرَةِ) عَلَيْهِلِحَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ. انتهى .
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ Imam Manshur ibn Yunus ibn Idris Al-Buhutiy Al Hanbaliy (w. 1051 H), mengatakan dalam Kitabnya Syarhu Muntaha Al-Iradat = “Daqaaqi Uli Al-Nuha Li Syarhi Al-Muntaha / Bab tentang Niat dalam Shalat / Bab Sifat Sholat, Apa yang Tidak Disukai, Rukunnya, Kewajibannya, Sunnahnya, Dan Segala Sesuatu Yang Berkaitan Dengannya (Vol 1, hal. 197):
“Sujud di atas tujuh anggota tubuh beserta hidung ke tempat shalat, baik di atas tanah ataupun tikar atau semisalnya, adalah rukun bagi yang mampu melaksanakannya berdasarkan hadits Ibnu Abbas.”
وقال الإمام أبو محمد عبد الله بن أحمد بن محمد بن قدامة الحنبلي (٥٤١ - ٦٢٠ ه) في كتابه المغني / كتاب الصلاة / مسألة أدرك مع الإمام أقل من ركعة يوم الجمعة (ج ٢ ص ٢٣٢ - ٢٣٣):
فَصْلٌ: وَمَتَى قَدَرَ الْمَزْحُومُ عَلَى السُّجُودِ عَلَى ظَهْرِ إنْسَانٍ، أَوْ قَدَمِهِ، لَزِمَهُ ذَلِكَ، وَأَجْزَأَهُ. قَالَ أَحْمَدُ، فِي رِوَايَةِ أَحْمَدَ بْنِ هَاشِمٍ يَسْجُدُ عَلَى ظَهْرِ الرَّجُلِ وَالْقَدَمِ، وَيُمَكِّنُ الْجَبْهَةَ وَالْأَنْفَ، فِي الْعِيدَيْنِ وَالْجُمُعَةِ. وَبِهَذَا قَالَ الثَّوْرِيُّ، وَأَبُو حَنِيفَةَ، وَالشَّافِعِيُّ، وَأَبُو ثَوْرٍ، وَابْنُ الْمُنْذِرِ، وَقَالَ عَطَاءٌ، وَالزُّهْرِيُّ، وَمَالِكٌ: لَا يَفْعَلُ. اهـ.
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ Imam Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah Al-Hanbaliy (541 - 620 H) menyebutkan dalam kitabnya Al-Mughni / Kitab Shalat / Persoalan Salat Kurang Dari Satu Rakaat Dengan Imam Pada Hari Jum'at (Vol 2 , Hal. 232-233):
Bab: Apabila seseorang yang terpaksa sujud diatas punggung atau kaki, dan ia mampu melakukannya, maka ia wajib melakukannya, dan itu hal itu mencukupi. Imam Ahmad mengatakan, menurut riwayat Ahmad bin Hasyim, beliau sujud dengan punggung laki-laki dan kaki, serta menekuk dahi dan hidung, pada shalat Idul Fitri dan Jum’at. Inilah yang dikatakan Al-Tsauriy, Abu Hanifah, Al-Syafi’iy, Abu Tsaur, Ibnu Al-Mundhir, dan Ata’, Al-Zuhri, dan Malik berkata: Jangan melakukannya.
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫5)• MENURUT MADZHAB IMAM ADZ DZOHIRIY
وقال الإمام أبو محمد علي بن أحمد بن سعيد بن حزم الأندلسي [الظاهري] في كتابه المحلى بالآثار / وقات الصلاة / مسألة الركوع في الصلاة والطمأنينة فيه (ج ٢ ص ٢٨٦):
وَالتَّكْبِيرُ لِكُلِّ سَجْدَةٍ مِنْهُمَا فَرْضٌ وَقَوْلُ " سُبْحَانَ رَبِّي الْأَعْلَى " فِي كُلِّ سَجْدَةٍ فَرْضٌ، وَوَضْعُ الْجَبْهَةِ وَالْأَنْفِ وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَصُدُورِ الْقَدَمَيْنِ عَلَى مَا هُوَ قَائِمٌ عَلَيْهِ - مِمَّا أُبِيحَ لَهُ التَّصَرُّفُ عَلَيْهِ -: فَرْضٌ كُلُّ ذَلِكَ وَالْجُلُوسُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ فَرْضٌ؛ وَالطُّمَأْنِينَةُ فِيهِ فَرْضٌ؛ وَالتَّكْبِيرُ لَهُ فَرْضٌ لَا تُجْزِئُ صَلَاةٌ لِأَحَدٍ بِأَنْ يَدَعَ مِنْ هَذَا كُلِّهِ عَامِدًا شَيْئًا؛
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ Imam Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa'id bin Hazm Al-Andalusiy [Al-Dzahiriy] mengatakan dalam Kitabnya Al Muhalla Bi Al-Atsār / Waktu Sholat / Masalah Rukun Dalam Sholat Dan Ketenangan Dalamnya (Vol. 2, Hal. 286):
Takbir pada setiap sujud adalah wajib, mengucapkan : Subhana Rabbiyyal a'la (“Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi”) adalah wajib, dan wajib meletakkan dahi, hidung, tangan, dan pinggul, telapak kaki dan ujung kaki pada tempat mereka berdiri - dari perkara yang diperbolehkan bagi mereka untuk melanjutkannya- Semua itu wajib, dan duduk di antara dua sujud adalah wajib, dan tuma'ninah di dalamnya adalah wajib. Dan takbir baginya wajib, dan tidaklah sah suatu shalat bagi seseorang apabila ia meninggalkan dari semua ini sama sekali
┏─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫━━━━━━━━━━━━━┓
DILARANG MEMBACA AL QUR'AN DALAM SUJUD
┗━━━━━━━━━━━━━💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ┛
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ أَخْبَرَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ سُحَيْمٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : كَشَفَ رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- السِّتَارَةَ وَالنَّاسُ صُفُوفٌ خَلْفَ أَبِي بَكْرٍ فَقَالَ :
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّهُ لَمْ يَبْقَ مِنْ مُبَشِّرَاتِ النُّبُوَّةِ إِلَّا الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الْمُسْلِمُ أَوْ تُرَى لَهُ أَلَا وَإِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ
قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ سُحَيْمٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدِ بْنِ عَبَّاسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ :
كَشَفَ رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- السِّتْرَ وَرَأْسُهُ مَعْصُوبٌ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ فَقَالَ : اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ إِنَّهُ لَمْ يَبْقَ مِنْ مُبَشِّرَاتِ النُّبُوَّةِ إِلَّا الرُّؤْيَا يَرَاهَا الْعَبْدُ الصَّالِحُ أَوْ تُرَى لَهُ ثُمَّ ذَكَرَ بِمِثْلِ حَدِيثِ سُفْيَانَ
[رواه مسلم / كتاب الصلاة / باب النهي عن قراءة القرآن في الركوع والسجود / حديث رقم: ١٠٧٤].
Telah menceritakan kepada kami : Sa'id bin Manshur dan Abu Bakar bin Abi Syaibah serta Zuhair bin Harb mereka berkata : Telah menceritakan kepada kami : Sufyan bin Uyainah. Telah mengabarkan kepadaku : Sulaiman bin Suhaim. Dari Ibrahim bin Abdullah bin Ma'bad. Dari Bapaknya. Dari Ibnu Abbas radliyaAllahu 'anhuma, beliau berkata : "Rasulullah -ﷺ- membuka tirai penutup, sedangkan manusia bershaf-shaf di belakang Abu Bakar, maka beliau bersabda, 'Wahai manusia, tidak tersisa dari pemberi kabar kenabian melainkan mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang muslim atau diperlihatkan kepadanya. Ketahuilah, AKU DILARANG UNTUK MEMBACA AL-QUR'AN DALAM KEADAAN RUKUK ATAU SUJUD. Adapun rukuk maka agungkanlah Rabb azza wa jalla, sedangkan sujud, maka berusahalah bersungguh-sungguh dalam doa, sehingga layak dikabulkan untukmu'."
Abu Bakar berkata : Telah menceritakan kepada kami : Sufyan. Dari Sulaiman. Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Ayyub. Telah menceritakan kepada kami : Ismail bin Ja'far. Telah mengabarkan kepadaku : Sulaiman bin Suhaim. Dari Ibrahim bin Abdullah bin Ma'bad bin Abbas. Dari Bapaknya. Dari 'Abdullah bin Abbas radliyaAllahu 'anhuma, beliau berkata : "Rasulullah -ﷺ- membuka tirai penutup, sedangkan kepalanya diikat, itu terjadi ketika sakitnya yang menyebabkan wafatnya, lalu beliau bersabda, 'Ya Allah, apakah aku telah menyampaikan, -beliau ulang tiga kali- sesungguhnya tidak tersisa dari pemberi kabar kenabian melainkan mimpi yang baik, yang dilihat oleh seorang muslim atau diperlihatkan kepadanya'. Kemudian beliau menyebutkan seperti hadits Sufyan."
[HR. Muslim No. 1074]
قال الإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي الشافعي (ت ٦٧٦هـ) في كتابه للمنهاج شرح صحيح مسلم ابن الحجاج / كتاب الصلاة / باب النهي عن قراءة القرآن في الركوع والسجود (ج ٤ ص ١٩٧):
وَفِي حَدِيثِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (نَهَانِي رسول الله -ﷺ- أن أَقْرَأَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا)
فِيهِ النَّهْي عَنْ قِرَاءَة الْقُرْآن فِي الرُّكُوع وَالسُّجُود , وَإِنَّمَا وَظِيفَة الرُّكُوع التَّسْبِيح , وَوَظِيفَة السُّجُود التَّسْبِيح وَالدُّعَاء , فَلَوْ قَرَأَ فِي رُكُوع أَوْ سُجُود غَيْر الْفَاتِحَة كَرِهَ وَلَمْ تَبْطُل صَلَاته , وَإِنْ قَرَأَ الْفَاتِحَة فَفِيهِ وَجْهَانِ لِأَصْحَابِنَا أَصَحّهمَا أَنَّهُ كَغَيْرِ الْفَاتِحَة فَيُكْرَه وَلَا تَبْطُل صَلَاته , وَالثَّانِي يَحْرُم وَتَبْطُل صَلَاته , هَذَا إِذَا كَانَ عَمْدًا , فَإِنْ قَرَأَ سَهْوًا لَمْ يُكْرَه , وَسَوَاء عَمْدًا أَوْ سَهْوًا يَسْجُد لِلسَّهْوِ عِنْد الشَّافِعِيّ رَحِمَهُ اللَّه تَعَالَى.
💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ─╸Imam Abu Zakariyya Muhyiddin Yahya bin Syaraf Al-Nawawiy Al-Syafi'iy (w. 676 H) mengatakan dalam Kitabnya Al Minhaj Syarhu Shahih Muslim Ibnu Al-Hajjaj / Kitab Shalat / Bab Larangan Membaca Al-Qur'an Sambil Rukuk Dan Sujud (Vol. 4, Hal. 197):
Dan dalam hadits Ali radhiyyAllahu 'anhu (Rasulullah -ﷺ-, melarang saya apabila membaca Al Qur'an sambil rukuk atau sujud)
DIDALAMNYA TERDAPAT KEHARAMAN MEMBACA AL-QUR'AN SAMBIL RUKUK DAN SUJUD, akan tetapi fungsi rukuk adalah mengagungkan, dan fungsi sujud adalah mengagungkan dan berdoa, ketika membaca sambil rukuk atau sujud selain Surah Al Fatihah, maka dimakruhkan dan shalatnya tidak batal, dan jika dia membaca Fatihah, maka menurut sahabat kami (Syafi'iyyah) ada dua sudut pandang : (yang paling benar) adalah seperti selain Fatihah, maka DIMAKRUHKAN DAN SHALATNYA TIDAK BATAL, dan (yang kedua) adalah... DIHARAMKAN DAN BATAL SHALATNYA, hal ini jika disengaja, namun jika ia membacanya secara tidak sengaja, maka hal itu tidak dimaksudkan, baik ia melakukannya dengan sengaja atau tidak, ia harus sujud sahwi menurut Imam Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala.
وجاء في كتاب ابانة الأحكام شرح بلوغ المرام للشيخ السيد علوي المالكي الحسني والشبخ حسن النوري / باب صفة الصلاة / حديث رقم : ٢٣٤ (ج ١ ص ٣١٣):
النهي عن قراءة القرآن حال الركوع والسجود وذلك لأنهما حالتا وانكسار في الظاهر والمطلوب من القارئ التلبس بحالة الرفعة تعظيما القرآن الكريم وتكريما للقارئ القائم مقام الكليم
💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ─╸Tetmuat dalam kitab Ibanatu Al-Ahkam Syarhu Bulughu Al-Maram karya Syaikh Al-Sayyid Alawiy Al-Malikiy Al-Hasaniy dan Al-Syaikh Hassan Al-Nuriy / Bab Sifat Sholat / Hadits No.: 234 (Vol 1, Hal. 313):
DIHARAMKAN MEMBACA AL-QUR'AN SAMBIL RUKUK DAN SUJUD, karena keduanya merupakan keadaan dan kerusakan yang tampak, dan yang diwajibkan bagi pembacanya adalah mengambil keadaan yang lebih tinggi, karena menghormati Al-Qur'anul Karim, dan untuk menghormati qari yang berdiri pada posisi Kalim.
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Namun Dalam Riwayat Lain Terdapat Rangkaian Bacaan Al Qur'an Yang Dibaca Ketika Sujud Terakhir Pada Shalat Sunnah 12 Rakaat Disiang Atau Malam Hari Untuk Suatu Hajat :
وقال الإمام محمد بن علي بن محمد بن عبد الله الشوكاني اليمني (ت ١٢٥٠هـ) في كتابه تحفة الذاكرين بعدة الحصن الحصين من كلام سيد المرسلين (ص ٢١٤):
(وَعنهُ -ﷺ- تصلي اثْنَتَيْ عشرَة رَكْعَة من ليل أَو نَهَار وَتشهد بَين كل رَكْعَتَيْنِ فَإِذا جَلَست فِي آخر صَلَاتك فأثن على الله تَعَالَى وصل على النَّبِي -ﷺ- ثمَّ كبر واسجد واقرأ وَأَنت ساجد : ١). فَاتِحَة الْكتاب سبع مَرَّات ٢). وَآيَة الْكُرْسِيّ سبع مَرَّات ٣). وَقل هُوَ الله أحد سبع مَرَّات وَقل : ٤). لَا إِلَه إِلَّا الله وَحده لَا شريك لَهُ لَهُ الْملك وَله الْحَمد وَهُوَ على كل شَيْء قدير عشر مَرَّات ثمَّ قل : ٥). اللَّهُمَّ إِنِّي أَسأَلك بمعاقد الْعِزّ من عرشك ومنتهى الرَّحْمَة من كتابك واسمك الْأَعْظَم وَجدك الْأَعْلَى وكلمتك التَّامَّة ٦). (ثمَّ سل حَاجَتك ...) ثمَّ ارْفَعْ رَأسك فَسلم عَن يمنك وَعَن شمالك وَاتَّقِ السُّفَهَاء أَن يعلموها فيدعوا رَبهم فيستجاب لَهُم
قَالَ الْبَيْهَقِيّ إِنَّه قد جرب فَوجدَ سَببا لقَضَاء الْحَاجة قلت وَقد روينَاهُ فِي كتاب الدُّعَاء لِلْوَاحِدِيِّ وَفِي سَنَده غير وَاحِد من أهل الْعلم ذكر أَنه جربه فَوَجَدَهُ كَذَلِك وَأَنا جربته فَوَجَدته كَذَلِك على أَن فِي سَنَده من لَا أعرفهُ
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdullah Al-Syaukaniy Al-Yamaniy (w. 1250 H) mengatakan dalam Kitabnya Tuhfatu Al-Dzakrin Bi'idati Al-Hisn Al-Hushain Min Kalami Al Mursaliin (hlm. 214 ):
(Dan dari Nabi -ﷺ- anda shalat Sunnah 12 rakaat siang atau malam, dan anda membaca tasyahud diantara setiap dua rakaat, kemudian ketika Anda duduk di akhir shalat Anda, pujilah Tuhan Yang Maha Esa dan bacalah shalawatlah atas Nabi -ﷺ-, lalu ucapkan takbir dan sujudlah, lalu bacalah sambil sujud:
1). Fatihatul Kutab tujuh kali,
2). Dan ayat kursyi tujuh kali,
3). Dan ucapkan, Qul Huwallaah tujuh kali,
dan ucapkan: 4). Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariikalahu lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'ala kulli syai'in qadiir Sepuluh kali,
Lalu ucapkanlah: 5). "Allohumma inni as'aluka bima'aaqidil 'izzi min 'arsyika wa muntaharrahmati min kitabika wa ismikal a'dzom wa juddikal a'laa wa kalimatikat tammah".
(Ya Allah, aku memohon kepadamu dengan setinggi-tingginya kemuliaan dari singgasana-Mu dan rahmat yang setinggi-tingginya dari kitab-Mu, nama-Mu yang terbesar, kemuliaan-Mu yang tertinggi, dan firman-Mu yang sempurna)
6). (Kemudian mintalah apa yang kamu butuhkan…) Kemudian angkat kepalamu dan ucapkan salam ke kanan dan ke kirimu, dan waspadalah terhadap orang-orang bodoh, agar mereka tidak mengetahuinya dan berseru kepada Tuhannya, dan Dia akan menjawab mereka.
Al-Bayhaqi mengatakan bahwa dia telah mencobanya dan menemukan sebab dikabulkannya hajat. Saya berkata, “Kami meriwayatkannya dalam Kitab Ad Du'a oleh Al-Wahidi, dan dalam sanadnya, lebih dari satu ulama menyebutkan bahwa dia mencobanya dan ternyata seperti itu, dan saya mencobanya dan ternyata seperti itu.” Harap dicatat bahwa ada seseorang dalam sanadnya yang saya tidak tahu
┏─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫━━━━━━━━━━━━━┓
BOLEH DUDUK IQA' DIANTARA DUA SUJUD DAN TASYAHUD AWWAL
┗━━━━━━━━━━━━━💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ┛
حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ قَالَ ح و حَدَّثَنَا حَسَنٌ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ وَتَقَارَبَا فِي اللَّفْظِ قَالَا جَمِيعًا أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ طَاوُسًا يَقُولُا قُلْنَا لِابْنِ عَبَّاسٍ فِي الْإِقْعَاءِ عَلَى الْقَدَمَيْنِ فَقَالَ :
هِيَ السُّنَّةُ فَقُلْنَا لَهُ إِنَّا لَنَرَاهُ جَفَاءً بِالرَّجُلِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ :
بَلْ هِيَ سُنَّةُ نَبِيِّكَ -ﷺ-
[رواه مسلم / كتاب المساجد ومواضع الصلاة / باب جواز الإقعاء على العقبين / حديث رقم: ١١٩٨].
Telah menceritakan kepada kami : Ishaq bin Ibrahim. Telah mengabarkan kepada kami : Muhammad bin Bakar -(Lewat jalur periwayatan lain)- Dan telah menceritakan kepada kami : Hasan al-Hulwani. Telah menceritakan kepada kami : Abdurrazzaq dan keduanya berdekatan dalam lafadz, semuanya berkata : Telah mengabarkan kepada kami : Ibnu Juraij. Telah mengabarkan kepadaku : Abu Az-Zubair bahwasanya dia mendengar Thawus berkata, "Kami bertanya kepada Ibnu Abbas radliyaAllahu 'anhuma MENGENAI HUKUM DUDUK DI ATAS KEDUA TUMIT (IQ'A)." Dia menjawab, "HUKUMNYA SUNANAH". Kami bertanya, "Kami lihat janggal orang duduk seperti itu." Ibnu Abbas menjawab, "Bahkan, begitulah sunnah Nabimu -ﷺ-."
[HR. Muslim No. 1198]
وقال الإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي الشافعي (ت ٦٧٦هـ) في كتابه المنهاج شرح صحيح مسلم ابن الحجاج / (كتاب المساجد ومواضع الصلاة / [٥٢٠] قوله -ﷺ-. باب جواز الاقعاء على العقبين (ج ٥ ص ١٩):
أَنَّ الْإِقْعَاء نَوْعَانِ.
أَحَدهمَا أَنْ يُلْصِق أَلْيَتَيْهِ بِالْأَرْضِ , وَيَنْصِب سَاقَيْهِ , وَيَضَع يَدَيْهِ عَلَى الْأَرْض كَإِقْعَاءِ الْكَلْب , هَكَذَا فَسَّرَهُ أَبُو عُبَيْدَة مَعْمَر بْن الْمُثَنَّى وَصَاحِبه أَبُو عُبَيْد الْقَاسِم بْن سَلَام وَآخَرُونَ مِنْ أَهْل اللُّغَة , وَهَذَا النَّوْع هُوَ الْمَكْرُوه الَّذِي وَرَدَ فِيهِ النَّهْي.
وَالنَّوْع الثَّانِي : أَنْ يَجْعَل أَلْيَتَيْهِ عَلَى عَقِبَيْهِ بَيْن السَّجْدَتَيْنِ , وَهَذَا هُوَ مُرَاد اِبْن عَبَّاس بِقَوْلِهِ : سُنَّة نَبِيّكُمْ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , وَقَدْ نَصَّ الشَّافِعِيّ - رَضِيَ اللَّه عَنْهُ - فِي الْبُوَيْطِيّ وَالْإِمْلَاء عَلَى اِسْتِحْبَابه فِي الْجُلُوس بَيْن السَّجْدَتَيْنِ , وَحَمَلَ حَدِيث اِبْن عَبَّاس - رَضِيَ اللَّه عَنْهُمَا - عَلَيْهِ جَمَاعَات مِنْ الْمُحَقِّقِينَ مِنْهُمْ الْبَيْهَقِيُّ وَالْقَاضِي عِيَاض وَآخَرُونَ رَحِمَهُمْ اللَّه تَعَالَى.
قَالَ الْقَاضِي : وَقَدْ رُوِيَ عَنْ جَمَاعَة مِنْ الصَّحَابَة وَالسَّلَف أَنَّهُمْ كَانُوا يَفْعَلُونَهُ , قَالَ : وَكَذَا جَاءَ مُفَسَّرًا عَنْ اِبْن عَبَّاس - رَضِيَ اللَّه عَنْهُمَا - مِنْ السُّنَّة أَنْ تَمَسّ عَقِبَيْك أَلْيَيْكَ , هَذَا هُوَ الصَّوَاب فِي تَفْسِير حَدِيث اِبْن عَبَّاس.
وَقَدْ ذَكَرْنَا أَنَّ الشَّافِعِيّ - رَضِيَ اللَّه عَنْهُ - عَلَى اِسْتِحْبَابه فِي الْجُلُوس بَيْن السَّجْدَتَيْنِ , وَلَهُ نَصٌّ آخَر وَهُوَ الْأَشْهَر : أَنَّ السُّنَّة فِيهِ الِافْتِرَاش , وَحَاصِله أَنَّهُمَا سُنَّتَانِ , وَأَيّهمَا أَفْضَل ؟ فِيهِ قَوْلَانِ.
وَأَمَّا جِلْسَة التَّشَهُّد الْأَوَّل وَجِلْسَة الِاسْتِرَاحَة فَسُنَّتهمَا الِافْتِرَاش , وَجِلْسَة التَّشَهُّد الْأَخِير السُّنَّة فِيهِ التَّوَرُّك , هَذَا مَذْهَب الشَّافِعِيّ رَضِيَ اللَّه عَنْهُ , وَقَدْ سَبَقَ بَيَانه مَعَ مَذَاهِب الْعُلَمَاء رَحِمَهُمْ اللَّه تَعَالَى.
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ Imam Abu Zakariyya Muhyiddin Yahya bin Syaraf Al-Nawawiy Al-Syafi'iy (w. 676 H) mengatakan dalam Kutabnya Al-Minhaj Syarhu Sahih Muslim Ibnu Al-Hajjaj / (Kitab Masjid dan Tempat Sholat / [520 ] Sabdanya -ﷺ- Dalam Bab Tentang Diperbolehkannya Menduduki Kedua Tumit (Iq'a) (Vol. 5, Hal. 19):
Duduk Iq’a ada dua macam:
• Yang Pertama: Mendudukkan bokong di atas lantai kemudian menegakkan betisnya, dan meletakkan kedua tangannya di atas lantai, sebagaimana duduknya anjing. Ini yang ditafsirkan oleh Abu Ubaidah Ma’mar bin Al Mutsanna dan muridnya yaitu Abu Ubaid Al Qasim bin Salam, dan para ahli bahasa yang lain. Duduk jenis ini MAKRUH DAN INI YANG DILARANG DALAM HADIST.
• Yang Kedua: MENDUDUKAN BOKONG DI ATAS KEDUA TUMIT DI ANTARA DUA SUJUD. Inilah yang dimaksud Ibnu Abbas radliyyAllahu ’anhuma dalam perkataan beliau: “Ini adalah Sunnah Nabimu ﷺ”. Dan Imam Asy Syafi’i dalam Al Buwaithi dan Al Imla’ menyatakan, duduk seperti ini DIANJURKAN KETIKA DUDUK DI ANTARA DUA SUJUD”
┏─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫━━━━━━━━━━━━━┓
TIDAK SUJUD SEPERTI MEMATUKNYA BURUNG GAGAK ATAU AYAM JANTAN
┗━━━━━━━━━━━━━💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ┛
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي زِيَادٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ :
«أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- بِثَلَاثٍ وَنَهَانِي عَنْ ثَلَاثٍ أَمَرَنِي بِرَكْعَتَيْ الضُّحَى كُلَّ يَوْمٍ وَالْوِتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَنَهَانِي عَنْ نَقْرَةٍ كَنَقْرَةِ الدِّيكِ وَإِقْعَاءٍ كَإِقْعَاءِ الْكَلْبِ وَالْتِفَاتٍ كَالْتِفَاتِ الثَّعْلَبِ».
[رواه أحمد / مسند المكثرين من الصحابة / مسند أبي هريرة رضي الله عنه / حديث رقم: ٨١٠٦].
Telah menceritakan kepada kami: Yahya bin Adam. Telah menceritakan kepada kami: Syarik. Dari Yazid bin Abi Ziyad. Dari Mujahid. Dari Abi Hurairah radhiyyAllahu 'anhu beliau berkata:
Rasulullah -ﷺ- memerintahkan aku dengan tiga perkara dan melarangku dari tiga perkara. Memerintahkan aku untuk melakukan shalat dhuha dua rakaat setiap hari, witir sebelum tidur, dan puasa tiga hari dari setiap bulan. Melarangku dari sujud mematuk seperti patukan ayam jantan, duduk iq’a (menghamparkan kedua tangan) seperti duduk iq’anya anjing, dan menoleh sebagaimana musang menoleh. (HR. Ahmad no. 8106, DISHAHIHKAN Oleh Syaikh Ahmad Syakir Dalam Takhrij Musnad Ahmad 15/240].
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ الطَّيَالِسِيُّ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ الْحَكَمِ، ح وحَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيِّ، عَنْ تَمِيمِ بْنِ مَحْمُودٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ شِبْلٍ، قَالَ: «نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- عَنْ نَقْرَةِ الْغُرَابِ، وَافْتِرَاشِ السَّبْعِ، وَأَنْ يُوَطِّنَ الرَّجُلُ الْمَكَانَ فِي الْمَسْجِدِ كَمَا يُوَطِّنُ الْبَعِيرُ»، هَذَا لَفْظُ قتَيْبَةَ
[رواه أبو داود / بواب تفريع استفتاح الصلاة / باب صلاة من لا يقيم صلبه في الركوع والسجود / رقم الحديث: ٨٦٢].
Telah menceritakan kepada kami : Abu Al Walid Ath Thayalisi. Telah menceritakan kepada kami : Al Laits. Dari Yazid bin Abu Habib. Dari Ja'far bin Al Hakam -(Dan diriwayatkan dari jalur lain)-, Telah menceritakan kepada kami : Qutaibah. Telah menceritakan kepada kami : Al Laits. Dari Ja'far bin Abdullah Al Anshari. Dari Tamim bin Mahmud. Dari 'Abdurrahman bin Syibl radliyyAllahu 'anhu beliau berkata; Rasulullah -ﷺ- melarang (sujud dengan cepat) seperti burung gagak mematuk dan (menghamparkan lengan ketika sujud) seperti binatang buas yang sedang membentangkan kakinya dan melarang seseorang mengambil lokasi khusus di Masjid (untuk ibadatnya : nyengker) sebagaimana unta menempati tempat berderumnya." Ini adalah lafadz yang berasal dari Qutaibah."
[HR. Abu Dawud No. 862]
┏─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫━━━━━━━━━━━━━┓
SUNNAH DUDUK IFTIROSY MENDUDUKI KAKI KIRI PADA DUDUK DIANTARA DUA SUJUD DENGAN MENGHADAPKAN DADA JARI KAKI KANAN KEARAH KIBLAT
┗━━━━━━━━━━━━━💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ┛
SELAIN SUNNAH DUDUK IQA' (PANTAT MENDUDUKI KEDUA TUMIT) juga Sunnah duduk iftirasy pada tasyahud awwal dan duduk tawwaruk ketika tasyahud akhir
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ خَالِدٍ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَلْحَلَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ وَحَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ وَيَزِيدَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَلْحَلَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ أَنَّهُ كَانَ جَالِسًا مَعَ نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ -ﷺ- فَذَكَرْنَا صَلَاةَ النَّبِيِّ -ﷺ- فَقَالَ أَبُو حُمَيْدٍ السَّاعِدِيُّ أَنَا كُنْتُ أَحْفَظَكُمْ لِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ -ﷺ- رَأَيْتُهُ إِذَا كَبَّرَ جَعَلَ يَدَيْهِ حِذَاءَ مَنْكِبَيْهِ وَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ يَدَيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ هَصَرَ ظَهْرَهُ فَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ اسْتَوَى حَتَّى يَعُودَ كُلُّ فَقَارٍ مَكَانَهُ فَإِذَا سَجَدَ وَضَعَ يَدَيْهِ غَيْرَ مُفْتَرِشٍ وَلَا قَابِضِهِمَا وَاسْتَقْبَلَ بِأَطْرَافِ أَصَابِعِ رِجْلَيْهِ الْقِبْلَةَ فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْيُمْنَى وَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِهِ ... الحديث.
[رواه البخاري واللفظ له / كتاب الأذان / باب سنة الجلوس في التشهد / حديث رقم : ٨٠٦].
Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Bukair, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Al Laits. Dari Khalid. Dari Sa'id. Dari Muhammad bin 'Amru bin Halhalah. Dari Muhammad bin 'Amru bin 'Atha', dan telah menceritakan kepada kami : Al Laits. Dari Yazid bin Abu Habib dan Yazid bin Muhammad. Dari Muhammad bin 'Amru bin Halhalah. Dari Muhammad bin 'Amru bin 'Atha', bahwasanya dia duduk bersama beberapa orang sahabat Nabi -ﷺ- mereka bercerita tentang shalatnya Nabi -ﷺ- Maka berkatalah Abu Hamid As Sa'idi radliyyAllahu 'anhu : "Aku adalah orang yang paling hafal dengan shalatnya Rasulullah -ﷺ- jika shalat aku melihat beliau takbir dengan mengangkat kedua tangannya sejajar dengan pundaknya, jika rukuk maka beliau menempatkan kedua tangannya pada lutut dan meluruskan punggungnya. Jika mengangkat kepalanya, beliau berdiri lurus hingga seluruh tulung punggungnya kembali pada tempatnya semula. Dan jika sujud maka beliau meletakkan tangannya dengan tidak menempelkan lengannya ke tanah atau badannya, dan dalam posisi sujud itu beliau menghadapkan jari-jari kakinya ke arah kiblat. Apabila duduk pada rakaat kedua, BELIAU DUDUK DI ATAS KAKINYA YANG KIRI (IFTIROSY) dan menegakkan kakinya yang kanan. Dan jika duduk pada rakaat terakhir, maka beliau memasukkan kaki kirinya (di bawah kaki kananya) dan menegakkan kaki kanannya dan beliau duduk pada tempat duduknya."
[HR. Bukhariy Teks Miliknya No. 828 DAN Muslim No. 226].
Dalam riwayat lain:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْقَطَّانُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ سَمِعْتُهُ وَهُوَ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ -ﷺ- أَحَدُهُمْ أَبُو قَتَادَةَ بْنُ رِبْعِيٍّ يَقُولُ أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ -ﷺ- قَالُوا مَا كُنْتَ أَقْدَمَنَا لَهُ صُحْبَةً وَلَا أَكْثَرَنَا لَهُ إِتْيَانًا قَالَ بَلَى قَالُوا فَاعْرِضْ فَقَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ اعْتَدَلَ قَائِمًا وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ وَرَكَعَ ثُمَّ اعْتَدَلَ فَلَمْ يُصَوِّبْ رَأْسَهُ وَلَمْ يُقْنِعْ وَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَاعْتَدَلَ حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ فِي مَوْضِعِهِ مُعْتَدِلًا ثُمَّ أَهْوَى إِلَى الْأَرْضِ سَاجِدًا ثُمَّ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ ثُمَّ جَافَى عَضُدَيْهِ عَنْ إِبْطَيْهِ وَفَتَخَ أَصَابِعَ رِجْلَيْهِ ثُمَّ ثَنَى رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ عَلَيْهَا ثُمَّ اعْتَدَلَ حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ فِي مَوْضِعِهِ مُعْتَدِلًا ثُمَّ أَهْوَى سَاجِدًا ... الحديث.
[رواه الترمذي / أبواب الصلاة / باب ما جاء في وصف الصلاة / حديث رقم: ٣٠٤].
Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Basysyar dan Muhammad bin Al Mutsanna, mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Sa'id Al Qaththan, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Abdul Hamid bin Ja'far, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin 'Amru bin 'Atha`. Dari Abu Humaid As Sa'idi radliyyAllahu 'anhu beliau berkata; "Aku mendengarnya -waktu itu ia berada di antara sepuluh sahabat Nabi -ﷺ- di antaranya adalah Abu Qatadah bin Rib'i- ia berkata; "Aku adalah orang yang paling tahu dengan shalat Nabi -ﷺ- di antara kalian." Mereka berkata; "Engkau bukan orang yang lebih dulu menjadi sahabat beliau dan tidak lebih banyak mendatanginya ketimbang kami!" ia berkata; "Benar, " mereka berkata; "Maka ceritakanlah!" ia berkata;
"Rasulullah -ﷺ- jika berdiri shalat selalu tegak dan berimbang lalu mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya. Jika beliau ingin rukuk, maka beliau kembali mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya dan mengucapkan ALLAHU AKBAR. Lalu rukuk dan berimbang, tidak mengangkat atau menundukkan kepalanya, lalu meletakkan kedua tangannya pada lutut. Setelah itu beliau mengucapkan SAMI'A ALLAHU LIMAN HAMIDAH seraya mengangkat kedua tangannya secara berimbang hingga setiap tulang kembali ke tempatnya. Kemudian beliau sujud dengan diiringi ucapan ALLAHU AKBAR, beliau merenggangkan kedua tangannya menjauh dari ketiak dan melenturkan jari-jari kakinya. BELIAU LALU MELIPAT KAKI KIRINYA DAN DUDUK DI ATASNYA (IFTIROSY) SECARA BERIMBANG HINGGA SETIAP TULANG KEMBALI KE TEMPATNYA. Setelah itu beliau kembali sujud ... Al Hadits.
[HR. Tirmidzi No. 304. At Tirmidzi Mengatakan : HASAN SHAHIH].
Diriwayatkan Dalam Hadits Lain :
أَخْبَرَنَا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ بَكْرِ بْنِ مُضَرَ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ عَنْ يَحْيَى أَنَّ الْقَاسِمَ حَدَّثَهُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ وَهُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ :
«مِنْ سُنَّةِ الصَّلَاةِ أَنْ تَنْصِبَ الْقَدَمَ الْيُمْنَى وَاسْتِقْبَالُهُ بِأَصَابِعِهَا الْقِبْلَةَ وَالْجُلُوسُ عَلَى الْيُسْرَى».
[رواه النسائي / كتاب التطبيق / باب الاستقبال بأطراف أصابع القدم القبلة عند القعود للتشهد / حديث رقم: ١١٥٨].
Telah mengabarkan kepada kami : Ar Rabi' bin Sulaiman bin Dawud, dia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Ishaq bin Bakr bin Mudhar, dia berkata; Bapakku telah menceritakan kepadaku dari 'Amr bin Al Harits. Dari Yahya bahwasanya Al Qasim menceritakan kepadanya dari 'Abdullah bin 'Abdullah bin 'Umar. Dari Bapaknya beliau berkata;
"TERMASUK SUNNAH SHALAT adalah engkau menegakkan kaki kanan dan menghadapkan jari-jemari kedua kaki ke kiblat, SERTA DUDUK DI ATAS KAKI KIRI (IFTIROSY)."
[HR. An Nasa’i No. 1158].
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عَمْرٍو، أَخْبَرَنِي فُلَيْحٌ، أَخْبَرَنِي عَبَّاسُ بْنُ سَهْلٍ، قَالَ: اجْتَمَعَ أَبُو حُمَيْدٍ، وَأَبُو أُسَيْدٍ، وَسَهْلُ بْنُ سَعْدٍ، وَمُحَمَّدُ بْنُ مَسْلَمَةَ، فَذَكَرَ هَذَا الْحَدِيثَ، وَلَمْ يَذْكُرِ الرَّفْعَ إِذَا قَامَ مِنْ ثِنْتَيْنِ، وَلَا الْجُلُوسَ، قَالَ: حَتَّى فَرَغَ ثُمَّ جَلَسَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى، وَأَقْبَلَ بِصَدْرِ الْيُمْنَى عَلَى قِبْلَتِهِ
[رواه أبو داود / باب تفريع أبواب الركوع والسجود / باب من ذكر التورك في الرابعة / رقم الحديث: ٩٦٧].
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal. Telah menceritakan kepada kami : Abdul Malik bin 'Amru. Telah mengabarkan kepadaku : Fulaih. Telah mengabarkan kepadaku : 'Abbas bin Sahl dia berkata; Abu Humaid, Abu Usaid, Sahl bin Sa'd dan Muhammad bin Maslamah pernah berkumpul…" kemudian dia menyebutkan hadits ini, namun tidak menyebutkan tentang mengangkat (tangan) apabila berdiri dari dua raka'at dan juga pada waktu duduk" katanya; "Sampai beliau selesai, kemudian duduk dengan menduduki kaki kiri dan menghadapkan kiblat dada jari kaki sebelah kanannya (jinjit mancal) kearah kiblatnya."
[HR. Abu Dawud No. 967]
┏─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫━━━━━━━━━━━━━┓
DOA SAAT DUDUK DIANTARA DUA SUJUD
┗━━━━━━━━━━━━━💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ┛
1-Hadits Ketika Duduk diantara Dua Sujud Membaca Doa : رَبِّ اغْفِرْ لِي، رَبِّ اغْفِرْ لِي
عَنْ حُذَيْفَةَ، أَنَّهُ رَأَى رَسُولَ اللَّهِ -ﷺ- يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ، فَكَانَ يَقُولُ: ...(وساق الحديث)...
فَكَانَ يَقُولُ فِي سُجُودِهِ: «سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى»، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ السُّجُودِ، وَكَانَ يَقْعُدُ فِيمَا بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ نَحْوًا مِنْ سُجُودِهِ، وَكَانَ يَقُولُ: «رَبِّ اغْفِرْ لِي، رَبِّ اغْفِرْ لِي»، ...الحديث.
2-Hadits Ketika Duduk diantara Dua Sujud Membaca Doa : اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ :
«اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي».
[رواه أبو داود / أبواب تفريع استفتاح الصلاة / باب الدعاء بين السجدتين / حديث رقم: ٨٥٠].
Dari Ibnu Abbas radliyaAllahu 'anhuma bahwa Nabi -ﷺ- mengucapkan diantara dua sujudnya "ALLAHUMMA GHFIR LI WARHAMNI WA'AFINI WAHDINI WARZUQNI" (ya Allah anugerahkanlah untukku ampunan, rahmat, kesejahteraan, petunjuk dan rizki)."
[HR. Abu Dawud No. 850]
3-Hadits Ketika Duduk diantara Dua Sujud Membaca Doa : اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ -ﷺ- كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ :
«اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي». ...
[رواه الترمذي / أبواب الصلاة / باب ما يقول بين السجدتين / حديث رقم: ٢٨٤].
Dari Ibnu Abbas radliyaAllahu 'anhuma beliau berkata;
"Ketika duduk di antara dua sujud, Nabi -ﷺ- membaca do`a: "ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WAHDINII WARZUQNII
[HR. Tirmidziy No. 284]
4-Hadits Ketika Duduk diantara Dua Sujud Membaca Doa :
«رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَارْزُقْنِي، وَارْفَعْنِي»
[رواه ابن ماجه رقم الحديث: ٨٧٨].
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات
Magelang :
١٧ جمادى الأولى ١٤٤٥ هـ
02 Desember 2023 M
