Bismillahirrohmaanirrohiim

Tampilkan postingan dengan label FENOMENA QURBAN/AQIQAH SUSULAN BAGI ORANG LAIN DAN ORANG MATI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FENOMENA QURBAN/AQIQAH SUSULAN BAGI ORANG LAIN DAN ORANG MATI. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 September 2018

*🐫🐃 مٙسْىٔٙلٙةٌ فِيْمٙا كٙانٙ الّٙذِيْ يٙتٙعٙلّٙقُ بِالْأُضْحِيّٙةِ أٙوِ الْعٙقِيْقٙةِ قٙضٙاءً لِلْغٙيْرِ أٙوِ الْأٙمْوٙاتِ | ƒєησмєηα уαηg α∂α qυявαη/αqιqαн qα∂ℓσ' вαgι σяαηg ℓαιη ∂αη вαgι σяαηg уαηg ѕυ∂αн мєηιηggαℓ🐏🐑*




*A• HUKUM UDLHIYYAH/QURBAN.*

*KESUNNAHAN DALAM HAL INI ADALAH SUNNAH KIFAYAH* jika dalam keluarga adalah satu dari mereka telah menjalankan kurban maka gugurlah kesunnahan yang lain, tetapi jika hanya satu orang maka hukumnya adalah sunnah ‘ain, sedang *_kesunnahan berkurban ini tentunya ditujukan kepada orang muslim yang merdeka, sudah baligh, berakal dan mampu._*

*🌴🍒• قال الإمام الشربيني الشافعي رحمه الله تعالى في كتابه " الإقناع في حل الفاظ ابي شجاع ":*

وَالْاُضْحِيَة- ....(سُنَّةٌ) مُؤَكَّدَةٌ فِيحَقِّنَا عَلَى الْكِفَايَةِ إِنْ تَعَدَّدَ أَهْلُ الْبَيْتِ فَإِذَا فَعَلَهَا وَاحِدٌ مِنْ أَهْلِ الْبَيْتِ كَفَى عَنِ الْجَمِيعِ وَإِلَّا فَسُنَّةُ عَيْنٍ وَالْمُخَاطَبُ بِهَا الْمُسْلِمُ اَلْحُرُّ اَلْبَالِغُ اَلْعَاقِلُ اَلْمُسْتَطِيعُ
{انظر كتاب الإقناع في حل الفاظ ابي شجاع : ج ٢ ص ٥٨٨. للإمام الشربيني الشافعي}.

*📙🖊• Imam Syarbiniy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Al Ìqnaa' Fi Halli Alfaadzi Abi Syujaa' " berkata :*

*“Hukum berkurban adalah sunnah muakkad yang bersifat kifayah* apabila jumlahnya dalam satu keluarga banyak, maka jika salah satu dari mereka sudah menjalankannya maka sudah mencukupi untuk semuanya jika tidak maka menjadi sunnah ain. Sedangkan mukhatab (orang yang terkena khitab/perintah) adalah orang islam yang merdeka, sudah baligh, berakal dan mampu” .
{Lihat Kitab al-Iqna’ fi Halli Alfazhi Abi asy-Syuja’ : juz 2 hal 588. Karya Imam Muhammad al-Khathib asy-Syarbini asy-Syafi'iy. Cet. Bairut-Maktab al-Buhuts wa ad-Dirasat, tanpa th}.

Sampai di sini tidak ada persoalan, *_tetapi persoalan kemudian muncul mengenai berkurban untuk orang yang telah meninggal dunia._* Biasanya hal ini dilalukan oleh pihak keluarganya, karena orang yang telah meninggal dunia sewaktu masih hidup belum pernah berkurban. 

Imam Muhyiddin Syarf an-Nawawi Asy Syafi'iy  dalam kitab Minhaj ath-Thalibin dengan tegas menyatakan *_tidak ada kurban untuk orang yang telah meniggal dunia kecuali semasa hidupnya pernah berwasiat._*

*📓🍒• قال الإمام النووي الشافعي رحمه الله تعالى في كتابه " منهاج الطالبين ":*

وَلَا تَضْحِيَةَ عَنْ الْغَيْرِ بِغَيْرِ إذْنِهِ وَلَا عَنْ مَيِّتٍ إنْ لَمْ يُوصِ بِهَا
{انظر كتاب منهاج الطالبين : ص ٣٢١. للإمام النووي الشافعي. طبعة : دار الفكر - بيروت. السنة : ١٤٢٥ هـ / ٢٠٠٥ مـ}.

*📘🖋• Imam Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala didalam Kitabnya " Minhaaju Ath Thaalibiin " berkata :*

*_“Tidak sah berkurban untuk orang lain (yang masih hidup) dengan tanpa seijinnya, dan tidak juga untuk orang yang telah meninggal dunia apabila ia tidak berwasiat untuk dikurbani”._* 
(Lihat Kitab  Minhaj ath-Thalibin : hal 321. Karya Imam Muhyiddin Syarf an-Nawawiy asy-Syafi'iy. Cet. 
Bairut-Dar al-Fikr, cet ke-1, 1425 H/2005 M}.

Setidaknya argumentasi yang dapat dikemukakan untuk menopang pendapat ini adalah *_bahwa kurban merupakan ibadah yang membutuhkan niat._* Karenanya, niat orang yang berkurban mutlak diperlukan.


*B• HUKUM QURBAN UNTUK ORANG LAIN ATAU ORANG YANG SUDAH MENINGGAL.*

*Namun ada pandangan lain yang menyatakan kebolehan berkurban untuk orang yang telah meninggal dunia* sebagaimana dikemukakan oleh Abu al-Hasan al-Abbadi. Alasan pandangan ini adalah bahwa berkurban termasuk sedekah, sedangkan bersedekah untuk orang yang telah meninggal dunia adalah sah dan bisa memberikan kebaikan kepadanya, serta pahalanya bisa sampai kepadanya sebagaimana yang telah disepakati oleh para ulama.

*📘🌴• قال الإمام النووي الشافعي رحمه الله تعالى في كتابه " المجموع شرح المهذب ":*

لَوْ ضَحَّى عَنْ غَيْرِهِ بِغَيْرِإذْنِهِ لَمْ يَقَعْ عَنْهُ (وَأَمَّا) التَّضْحِيَةُ عَنْ الْمَيِّتِ فَقَدْ أَطْلَقَ أَبُوالْحَسَنِ الْعَبَّادِيُّ جَوَازَهَا لِأَنَّهَا ضَرْبٌ مِنْ الصَّدَقَةِ وَالصَّدَقَةُ تَصِحُّ عَنْ الْمَيِّتِ وَتَنْفَعُ هُوَتَصِلُ إلَيْهِ بِالْإِجْمَاعِ
{انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٨ ص ٤٠٦. للإمام النووي الشافعي. طبعة : دار الفكر - ببيروت بدون السنة}.

*📓🎙• Imam Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala didalam Kitabnya " Al Majmu' Syarhu Al Muhadzab " berkata :*

“Seandainya seseorang berkurban untuk orang lain tanpa seizinnya maka tidak bisa. Adapun berkurban untuk orang yang sudah meninggal dunia maka Abu al-Hasan al-'Abbadi *_memperbolehkannya secara mutlak karena termasuk sedekah,_* sedang sedekah untuk orang yang telah meninggal dunia itu sah, bermanfaat untuknya, dan pahalanya bisa sampai kepadanya sebagaimana ketetapan ijma` para ulama”.
{Lihat Kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab : juz 8 hal 406. Karya Imam Muhyiddin Syaraf an-Nawawi Asy Syafi'iy. Cet. Bairut-Dar al-Fikr}.

Di kalangan madzhab Syafi’i sendiri pandangan yang pertama dianggap sebagai pandangan yang lebih sahih (ashah) dan dianut mayoritas ulama dari kalangan madzhab syafi’i. Kendati pandangan yang kedua tidak menjadi pandangan mayoritas ulama madzhab syafi’i, namun pandangan kedua didukung oleh madzhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali (jumhur/mayoritas ulama). 

Hal ini sebagaimana yang terdokumentasikan dalam kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah.

*💾✒• جاء في كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية لوزارة الأوقاف والشؤون الإسلامية - الكويت :*

إِذَا أَوْصَى الْمَيِّتُ بِالتَّضْحِيَةِ عَنْهُ، أَوْ وَقَفَ وَقْفًا لِذَلِكَ جَازَ بِالاِتِّفَاقِ. فَإِنْ كَانَتْ وَاجِبَةً بِالنَّذْرِ وَغَيْرِهِ وَجَبَ عَلَى الْوَارِثِ إِنْفَاذُ ذَلِكَ. أَمَّا إِذَا لَمْ يُوصِ بِهَافَأَرَادَ الْوَارِثُ أَوْ غَيْرُهُ أَنْ يُضَحِّيَ عَنْهُ مِنْ مَال نَفْسِهِ، 

فَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْمَالِكِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ إِلَى جَوَازِ التَّضْحِيَةِ عَنْهُ، إِلاَّ أَنَّ الْمَالِكِيَّةَ أَجَازُوا ذَلِكَ مَعَ الْكَرَاهَةِ. وَإِنَّمَا أَجَازُوهُ لِأَنَّ الْمَوْتَ لاَ يَمْنَعُ التَّقَرُّبَ عَنِ الْمَيِّتِ كَمَا فِي الصَّدَقَةِ وَالْحَجِّ.
{انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : ج ه ص ١٠٦ - ١٠٧. لوزارة الأوقاف والشؤون الإسلامية - الكويت}.

*📒🖍• Terdapat dalam kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah karya Wazaratu Al Auqaaf Wa Asy Syu'uun Al Islamiyyah - Kuwait :*

“Adapun jika (orang yang telah meninggal dunia) belum pernah berwashiyyat untuk dikurbani kemudian ahli waris atau orang lain mengurbani orang yang telah meninggal dunia tersebut dari hartanya sendiri maka madzhab hanafii, maliki, dan hanbali *memperbolehkannya.* Hanya saja menurut madzhab maliki boleh tetapi makruh. Alasan mereka adalah karena kematian tidak bisa menghalangi orang yang meninggal dunia untuk ber-taqarrub kepada Allah sebagaimana dalam sedekah dan ibadah haji”. 
{Lihat Kitab  Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwatiyyah : juz 5  hal 106 - 107. Karya Wizarah al-Awqaf wa asy-Syu`un al-Islamiyyah-Kuwait (Kementrian Urusan Wakaf dan Urusan Agama - Negara Kuwait) Cet. Bairut-Dar as-Salasil}.


*C• WAKTU BOLEHNYA MENGQODLO QURBAN/AQIQAH SUSULAN.*

Syarat dan Rukun Aqiqah dan Qurban adalah sama cuma dibedakan pada waktu pelaksanaanya, Qurban adaa'/Qurban Sunnah (tepat pada hari raya Iedul adha ditambah 3 hari tasyriq) begitu juga qurban qodlo' (susulan) waktunya harus sama, berbeda dengan Qurban Nadzar (menunjuk seekor hewan untuk dijadikan qurban) waktunya *_tidak harus sama_* dengan qurban adaa' atau qurban Sunnah, sedangkan waktu aqiqah boleh dilakukan bebas pada waktunya, hanya saja disunnahkan pada hari ke 7, 14, dan 21 beserta kelipatannya  setelah kelahiran, akan tetapi boleh juga  melaksanakannya bukan pada hitungan yang tersebut diatas.


Fénoména yang terjadi di sebagian daerah kita, biasanya Qurban Qadlo' (susulan)  dilaksanakan  sewaktu ada warga muslim yang meninggal dunia dan ahli warisnya mampu, biasanya mereka menyembelih ternak dengan niat shadaqah untuk dikirimkan pahalanya pada  mayyit. Ada oknum kiyai atau mbah modin setempat yang memberi saran kepada ahli waris agar ternak yang disembelih pada saat kematian keuarganya itu diniati untuk qurbannya si mayit. Dengan alasan : ini sebagai qurban diqadla’ (disusulkan pelaksanaannya)  padahal hari kematiannya bukan pada hari raya Idul Adlha/hari-hari tasyriq, tapi tidak mengapa jikalau diniatkan mengaqiqahkan mayyit, jikalau simayyit semasa hidupnya belum pernah aqiqah.

Sebagaimana disebut di awal bahwa qurban ‘anil/dari mayit walaupun tanpa adanya wasiat adalah sah menurut pendapat Imam Rafi’iy, *_akan tetapi jangan terus langsung difahami bahwa hal tersebut boleh dilakukan setiap saat, walaupun dengan niat mengqadla,_* karena qurban itu salah satu ibadah yang dikaitkan dengan waktu, yakni Idul Adlha dan hari-hari tasyriq. 

Penjelasannya sebagaimana yang di sebut dalam kitab Mustashfa :

*📓🌴• قال الإمام الغزالي الشافعي ألصوفي (وهو  أبو حامد محمد بن محمد الغزالي الطوسي الشافعي المتوفى: ٥٠٥ هـ) رحمه الله تعالى في كتابه " المستصفى ":*

(وَلاَ تَقِسْ عَلَيْهِ) أَيْ عَلَى الصَّوْمِ (الْجُمْعَةَ وَلاَ اْلأُضْحِيَّةَ)

فَإِنَّهُمَا لاَيُقْضَيَانِ فِيْ غَيْرِ وَقْتِهِمَا.
{انظر كتاب المستصفى : ج ٢ ص ٩. للإمام أبو حامد محمد بن محمد الغزالي الطوسي الصوفي الشافعي}.

*📘🎙• Imam Ghazaliy Ash Shufiy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala dalam kitabnya " Al Mustashfaa " berkata :*

“Jangan anda mengqiyaskan/menyamakan puasa dengan shalat Jum’at dan penyembelihan qurban, keduanya (Jum’atan dan menyembelih qurban) tidak boleh diqadla’ pada saat-saat yang bukan waktunya”.
{Lihat Kitab Al Mustashfaa : juz 2 hal 9. Karya Imam Ghazaliy Asy Syafi'iy}.


Dalam kitab “ Ats Tsimaru Al Yani’ah”  disebutkan :

*📓🍒• جاء في كتاب الثمار اليانعة في الرياض البديعة وهو ( شرح نووي على الرياض البديعة) للشيخ محمد النووي البنتني الإندونيسي الشافعي حفظه الله تعالى :*

(فَمَنْ ذَبَحَ ضَحِيَّتَهُ قَبْلَ دُخُوْلِ وَقْتِهَا) بِأَنْ لَمْ يَمْضِ مِنَ الطَّلُوْعِ أَقَلُّ مَا يُجْزِئُ مِنَ الصَّلاَةِ وَالْخُطْبَةِ (لَمْ تَقَعْ ضَحِيَّةً، وَكَذَا مَنْ ذَبَحَهَا بَعْدَ خُرُوْجِ وَقْتِهَا إِلاَّ إِذَا نَذَرَ ضَحِيَّةً مُعَيَّنَةً).
{انظر كتاب الثمار اليانعة في الرياض البديعة وهو ( شرح نووي على الرياض البديعة) : ص ٨٠. للشيخ محمد النووي البنتني الشافعي الإندونيس}.

*💾✒• Tersebut Dalam Kitab “ Ats Tsimaru Al Yani’ah Syarhu Nawawiy Fi Ar Riyaadli Al Badii'ah " Karya Syaikh Muhammad Nawawiy Al Bantaniy Asy Syafi'iy hafidzohullaahu ta'ala :*

“Barang siapa menyembelih ternak qurban, sebelum tiba waktunya yakni saat matahari sudah terbit dan setelah pelaksanaan shalat id (dua rakaat) beserta khotbahnya, *_maka tidak sah qurbannya._* Demikian pula tidak sah seseorang yang menyembelih qurban setelah keluar waktunya (10 Dzul Hijjah dan tiga hari tasyriq), kecuali karena nadzar qurban mu’ayyan”.
{Lihat Kitab Ats Tsimaru Al Yani’ah Syarhu Nawawiy Fi Ar Riyaadli Al Badii'ah : hal 80. Karya Syaikh Muhammad Nawawiy Al Bantaniy Asy Syafi'iy Al Indonisiy}.


Jika qurbannya untuk orang yang masih hidup maka harus seijinnya, kecuali Qurban Nadzar pelaksanaannya  harus disegerakan dan tidak harus menunggu pada tanggal 10 Dzul Hijjah ditambah 3 hari tasyriiqnya. Jika sudah meninggal dan ada wasiyat untuk berqurban maka boleh. Namun Menurut Imam Rofi’iy, boleh meskipun tidak ada wasiat sebelumnya, karena qurban itu seperti sedekah, pendapat beliau ini dijelaskan dalam kitab Hasyiyyataa  Qalyubi Wa 'Amiirah  dijelaskan:

*💾🍒• قالا الامامان شهاب الدين قليوبي وشهاب الدين عميرة من اصحاب الشافعية في كتابهما " حاشيتان ":*

(وَلاَ تَضْحِيَةَ عَنِ الْغَيْرِ) الْحَيِّ (بِغَيْرِ إذْنِهِ) وَبِإِذْنِهِ تَقَدَّمَ (وَلاَ عَنْ مَيِّتٍ إنْ لَمْ يُوصِ بِهَا) وَبِإِيصَائِهِ تَقَعُ لَهُ. (قوله وَبِإِيصَائِهِ) ... إلى أن قال: وَقَالَ الرَّافِعِيُّ: فَيَنْبَغِي أَنْ يَقَعَ لَهُ وَإِنْ لَمْ يُوصِ لأَنَّهَا ضَرْبٌ مِنْ الصَّدَقَةِ.
{انظر كتاب حاشيتا قليوبي - وعميرة : ج ٤ ص ٢٥٥. للإمامين شهاب الدين قليوبي وشهاب الدين عميرة} 

*📔🖍• Imam Syihabuddin Qalyubiy dan Syihabuddin 'Amiirah dari kalangan Syafi'iyyah dalam kitab mereka " Hasyiyataani " berkata :*

“Imam An-Nawawi berpendapat bahwa tidak sah berqurban untuk orang lain yang masih hidup tanpa mendapat izin dari yang bersangkutan. Tidak sah pula berqurban untuk mayit, apabila tidak berwasiat demikian ...(sampai pada perkataan) ...  Sedangkan Imam Ar-Rafi’i berpendapat boleh dan sah berqurban untuk mayit walaupun dia tidak berwasiat, karena ibadah qurban adalah salah satu jenis shadaqah”
{Lihat Kitab Hasyiyataani : juz 4 hal 255. Karya Imam  Syihabuddin Qalyubiy dan Syihabuddin 'Amiirah dari kalangan Syafi'iyyah}.


Adapun hukum  aqiqoh adalah suatu keharusan yang harus dilaksanakan sampai-sampai ada Ulama yang mewajibkannya. Hanya saja dalam Madzhab Syafi'i aqiqoh tidak wajib tetapi hukumnya sunah mu'akkad (sunah yang dianjurkan).

Kesunahan Aqiqoh bagi orang tua untuk mengaqiqohi anaknya ditangguhkan sampai anaknya belum berusia baligh dan jika anaknya sudah berusia baligh maka kesunnahan orang tua untuk mengaqiqohi anaknya menjadi gugur dalam arti tidak disunahkan lagi. Namun, bila seorang anak mampu untuk *_mengaqiqohi untuk dirinya sendiri dalam usia baligh tersebut maka dalam Madzhab Syafi'i hukumnya BOLEH Bahkan hukumnya sunnah baginya melakukan aqiqoh sendiri._*


Menurut qoul mukhtar (pendapat yang dipilih oleh ulama’) dalam madzhab syafi’i, setelah lewat masa 7 hari, *_aqiqoh bisa dilakukan kapan saja ketika seseorang sudah mampu melakukan aqiqoh, sampai masa baligh. Alasannya sebab penyembelihan aqiqoh *_setelah lewatnya hari ke 7 sifatnya adalah qodho’ (susulan),_* jadi kalau bisa secepatnya dikerjakan ketika sudah mampu.

Hanya saja penyembelihan aqiqah dianjurkan untuk dilakukan pada hari ke 14, dan jika tidak bisa maka pada hari ke 21, begitu seterusnya dengan hitungan kelipatan 7, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Al-Busyaihi, salah seorang ashab madzhab Syafi'iy  Pendapat ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan Dari Ummu Kurz dan Abi Kurz:

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ الشَّيْبَانِيُّ ، ثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ ، أَنْبَأَ يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ ، أَنْبَأَ عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ ، عَنْ عَطَاءٍ ، عَنْ أُمِّ كُرْزٍ ، وَأَبِي كُرْزٍ ، قَالَا : 

نَذَرَتِ امْرَأَةٌ مِنْ آلِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ إِنْ وَلَدَتِ امْرَأَةُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ نَحَرْنَا جَزُورًا ، فَقَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا : 

«لَا بَلِ السُّنَّةُ أَفْضَلُ عَنِ الْغُلَامِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ ، وَعَنِ الْجَارِيَةِ شَاةٌ تُقْطَعُ جُدُولًا وَلَا يُكْسَرَ لَهَا عَظْمٌ فَيَأْكُلُ وَيُطْعِمُ وَيَتَصَدَّقُ ، وَلْيَكُنْ ذَاكَ يَوْمَ السَّابِعِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَفِي أَرْبَعَةَ عَشَرَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَفِي إِحْدَى وَعِشْرِينَ»

هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ *
{رواه الحاكم في مستدركه / كِتَابُ الذَّبَائِحِ / بَابُ الذَّبَائِحِ / رقم الحديث : ٧٧٠٣}.

Telah mengabarkan kepada kami : Abu 'Abdillah Muhammad bin Ya'qub Asy Syaibaaniy. Telah menceritakan kepada kami : Ibrahim bin Ìbnu 'Abdillah. Telah menyåmpaikan Yazid bin Harun. Telah menyampaikan 'Abdul Malik bin Abi Sulaiman. Dari 'Atho`. Dari Ummi Kurzin dan Abi Kurzin, keduanya berkata : 

“Seorang wanita dari keluargaAbdurrohman bin Abu Bakar bernadzar, apabila istri Abdurrohman melahirkan seorang bayi maka aku akan menyembelih seekor unta, mendengar hal itu Aisyah berkata: 

*_“Jangan, mengerjakan kesunahan itu lebih utama, bagi anak lelaki 2 kambing yang besar, dan bagi anak perempuan satu kambing, yang dipotong sepenggal-penggal, dan tulangnya tidak dipecah, kemudian (dagingnya) dimakan dan disedekahkan. Dan itu semua hendaknya dikerjakan pada hari ke-7, jika tidak maka dikerjakan pada hari ke-14, dan jika tidak, maka dikerjakan pada hari ke-21”._*

*HADITS INI SHAHIH ISNADNYA* dan Imam Bukhariy Muslim tidak mengeluarkannya.
{HR. Hakim Dalam Kitabnya Al-Mustadrok / Kitabu Adz Dzabaaih / Babu Adz Dzabaaih /  No.7703. Hadits ini dishohihkan oleh Imam Hakim dan Imam Adz-Dzahabi}.

*💾🌴• وجاء ايضا في كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية لوزارة الأوقاف والشؤون الإسلامية - الكويت :*

وَذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى أَنَّ يَوْمَ الْوِلاَدَةِ يُحْسَبُ مِنَ السَّبْعَةِ، وَلاَ تُحْسَبُ اللَّيْلَةُ إِنْ وُلِدَ لَيْلاً، بَل يُحْسَبُ الْيَوْمُ الَّذِي يَلِيهَا,
{انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : ج ٣٠ ص ٢٧٨ / وقت العقيقه. لوزارة الأوقاف والشؤون الإسلامية - الكويت}.

*📕☘• Terdapat lagi dalam kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah karya Wazaratu Al Auqaaf Wa Asy Syu'uun Al Islamiyyah - Kuwait :*

“Mayoritas ulama pakar fiqih berpandangan bahwa waktu siang pada hari kelahiran adalah awal hitungan tujuh hari. Sedangkan waktu malam tidaklah jadi hitungan jika bayi tersebut dilahirkan malam, namun yang jadi hitungan hari berikutnya.” 
{Lihat Kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah : juz 30 hal 278 / Waqtu Al 'Aqiqah.  Karya Wazaratu Al Auqaaf Wa Asy Syu'uun Al Islamiyyah - Kuwait}.

Barangkali yang dijadikan dalil adalah hadits berikut ini,

تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ

“Disembelih baginya pada hari ketujuh.” Hari yang dimaksudkan adalah siang hari.

Misalnya ada bayi yang lahir pada hari Senin (21/06), pukul enam pagi, maka hitungan hari ketujuh sudah mulai dihitung pada hari Senin. Sehingga aqiqah bayi tersebut dilaksanakan pada hari Ahad (27/06).


*Para ahli ilmu berbeda pendapat dalam sahnya aqiqah ketika disembelih setelah terbitnya fajar dan sebelum terbitnya matahari, juga tentang bolehnya mengaqiqahi diri sendiri setelah melewati hitungan waktu yang dianjurkan dijelaskan dalam beberapa uraian pendapat para ulama' madzhab  diantaranya :*


*👌• Menurut Madzhab Imam Abu Hanifah :*

*💾🐫• جاء في كتاب " الموسوعة الفقهية الكويتية " لوزارة الأوقاف والشؤون الإسلامية - دولة الكويت :*

إِذَا أَوْصَى الْمَيِّتُ بِالتَّضْحِيَةِ عَنْهُ، أَوْ وَقَفَ وَقْفًا لِذَلِكَ جَازَ بِالاِتِّفَاقِ. فَإِنْ كَانَتْ وَاجِبَةً بِالنَّذْرِ وَغَيْرِهِ وَجَبَ عَلَى الْوَارِثِ إِنْفَاذُ ذَلِكَ. أَمَّا إِذَا لَمْ يُوصِ بِهَافَأَرَادَ الْوَارِثُ أَوْ غَيْرُهُ أَنْ يُضَحِّيَ عَنْهُ مِنْ مَال نَفْسِهِ، فَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْمَالِكِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ إِلَى جَوَازِ التَّضْحِيَةِ عَنْهُ، إِلاَّ أَنَّ الْمَالِكِيَّةَ أَجَازُوا ذَلِكَ مَعَ الْكَرَاهَةِ. وَإِنَّمَا أَجَازُوهُ لِأَنَّ الْمَوْتَ لاَ يَمْنَعُ التَّقَرُّبَ عَنِ الْمَيِّتِ كَمَا فِي الصَّدَقَةِ وَالْحَجِّ
{انظر كتاب " الموسوعة الفقهية الكويتية " : ج ٥ ص ١٠٦  - ١٠٧. لوزارة الأوقاف والشؤون الإسلامية - دولة الكويت}.

*📓🐪• Tersebut dalam kitab " Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah " karya Kementerian Urusan Wakaf dan Urusan Agama Islam - Negara Kuwait :*

“Adapun jika (orang yang telah meninggal dunia) belum pernah berwasiat untuk dikurbani kemudian *_ahli waris atau orang lain mengurbani orang yang telah meninggal dunia tersebut dari hartanya sendiri maka madzhab hanafii, maliki, dan hanbali memperbolehkannya_*. Hanya saja menurut madzhab maliki boleh tetapi makruh. Alasan mereka adalah karena kematian tidak bisa menghalangi orang yang meninggal dunia untuk ber-taqarrub kepada Allah sebagaimana dalam sedekah dan ibadah haji” .
{Lihat, Wizarah al-Awqaf wa asy-Syu`un al-Islamiyyah-Kuwait, Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwatiyyah, Bairut-Dar as-Salasil, juz, 5, h. 106-107)

الأضحية عن الميت :
- يجوز ذبح الأضحية عن الميت سواءً أوصى بذلك الميت  أو لم يوص – [الحنفية ، الحنابلة .
- إذا أوصى الميت بالأضحية فتوزع كلها ولا يجوز الأكل منها – [الشافعية ، الحنفية
- إذا لم يوص توزع الأضحية كما توزع عن الحي – [الحنابلة ، الحنفية .


*👌Madzhab Malikiyyah :*

*📓🍒• قال الشيخ محمد بن أحمد بن محمد (عليش) المالكي رحمه الله تعالى في كتابه " منح الجليل شرح مختصر  الخليل ":*

وَنُدِبَ ذَبْحُ وَاحِدَةٍ تُجْزِئُ ضَحِيَّةً فِي سَابِعِ الْوِلَادَةِ نَهَارًا ، 
{انظر كتاب منح  الجليل شرح مختصر الخليل / باب في الضحية والعقيقة. للشيخ محمد بن أحمد بن محمد (عليش) المالكي}.

*📒🌴• Syaikh 'Ulaisy Al Malikiy hafidzohullaahu ta'ala dalam Kitabnya " Minhu Al Jaliil Syarhu Mukhtshar Al Khaliil " berkata :*

*DIANJURKAN* menyembelih satu sembelihan, yang mencukupi dihari ketujuh saat kelahiran disiang hari.
{Lihat Kitab  Minhu Al Jaliil Syarhu Mukhtshar Al Khaliil : hal 80. Karya Syaikh 'Ulaisy Al Malikiy}. 

*📘🐏• قال الإمام ابو عبد الله المالكي (وهو محمد بن يوسف  المواقبن أبي القاسم بن يوسف العبدري الغرناطي، أبو عبد الله المواق المالكي، المتوفى: ٨٩٧هـ) رحمه الله تعالى في كتابه " التاج والإكليل لمختصر خليل ":*

ابْنُ رُشْدٍ: وَمَنْ ذَبَحَهَا لَيْلًا لَمْ تُجْزِهِ، وَأَمَّا إنْ ذَبَحَهَا قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَبَعْدَ طُلُوعِ الْفَجْرِ فَقَالَ ابْنُ الْمَاجِشُونِ: يُجْزِئُهُ وَهُوَ أَظْهَرُ.

وَفِي الْمَبْسُوطِ: لَا تُجْزِئُهُ وَهُوَ ظَاهِرُ سَمَاعِ ابْنِ الْقَاسِمِ.
{انظر كتاب التاج والإكليل لمختصر خليل : ج ٤ ص ٣٩٠ / كِتَابُ الْأَطْعِمَةِ / فَصْلٌ الْمُبَاحُ طَعَامٌ طَاهِرٌ / العقيقه. للإمام ابو عبد الله المواق المالكي}.
ِ
*📓🐫• Imam Abu 'Abdillah Al Mawwaq Al Malikiy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Al Taaj Wa Al Ikliil Li Mukhtshar Khalil " berkata :*

Ibnu Rusyd : barangsiapa menyembelihnya malam hari maka tidak mengesahkannya, adapun bilamana menyembelihnya sebelum matahari terbit dan setelah terbitnya fajar Ibnu Al Maajisyuun berkata : Mengesahkannya dan itu sangat jelas. 

Dan didalam kitab Al Mabsuth : Tidak bisa mengesahkannya dan itu merupakan kejelasan pendengaran Ibnu Al Qaasim.
{Lihat Kitab Al Taaj Wa Al Ìkliil Li Mukhtshar Khaliil : juz 4 hal 390 / Kitabu Al Ath'immah / Fashl Al Mubahu Thama'un Thaahir / Al 'Aqiqah. Karya Imam Abu 'Abdillah Al Mawwaq Al Malikiy}.


*👌• Menurut Madzhab Imam Syafi'iy :*

*💾🎙• قال الإمام  النووي الشافعي رحمه الله تعالى في كتابه "  المجموع شرح المهذب ":*

السُّنَّةُ ذَبْحُ الْعَقِيقَةِ يَوْمَ السَّابِعِ مِنْ الْوِلَادَةِ ، وَهَلْ يُسْتَحَبُّ يَوْمُ الْوِلَادَةِ مِنْ السَّبْعَةِ ؟ فِيهِ وَجْهَانِ حَكَاهُمَا الشَّاشِيُّ وَآخَرُونَ 

( أَصَحُّهُمَا ) يُحْسَبُ فَيُذْبَحُ فِي السَّادِسِ مِمَّا بَعْدَهُ 

( وَالثَّانِي ) لَا يُحْسَبُ فَيُذْبَحُ فِي السَّابِعِ مِمَّا بَعْدَهُ ، وَهُوَ الْمَنْصُوصُ فِي الْبُوَيْطِيِّ وَلَكِنَّ الْمَذْهَبَ الْأَوَّلُ وَهُوَ ظَاهِرُ الْأَحَادِيثِ ، فَإِنْ وُلِدَ فِي اللَّيْلِ حُسِبَ الْيَوْمُ الَّذِي يَلِي تِلْكَ اللَّيْلَةَ بِلَا خِلَافٍ . 
{انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٨ ص ٤٣١ / باب العقيقة. للإمام يحيى بن شرف النووي الشافعي}.

*📓🖍• Imam Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Al Majmu' Syarhu Al Muhadzab " berkata :*

*SUNNAH* menyembelih 'aqiqah pada hari ketujuh dihitung mulai dari hari  kelahiran.

Apakah hari kelahiran masuk dalam hitungan? Ada dua pendapat Imam Asy Syaasyi dan  ulama Syafi'iyyah yang lainnya  dalam hal ini menceritakan keduanya : 

*(Yang paling tepat):* dihitung, sehingga disembelih di hari keenam setelah kelahiran. 

*(Pendapat kedua) :* hari kelahiran tidak dihitung, sehingga disembelih di hari ketujuh setelahnya. Dan ini yang dinyatakan dalam kitanya al-Buwaiti. Namun pendapat pertama lebih mendekati makna hadis.

Jika terlahir di malam hari, mereka sepakat hari setelah malam itu dihitung. 
{Lihat Kitab al-Majmu Syarh al-Muhadzab : juz  8 hal 431 / Babu Al 'Aqiqah. Karya Imam Nawawiy Asy Syafi'iy}.


*💾✒• قال الإمام النووي الشافعي رحمه الله تعالى في كتابه "  المجموع شرح المهذب ":*

قَالَ أَصْحَابُنَا وَلَا تَفُوتُ بِتَأْخِيرِهَا عَنْ السبعة لكن يستحب أن لا يوخر عَنْ سِنِّ الْبُلُوغِ * قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ البوشيحى مِنْ أَئِمَّةِ أَصْحَابِنَا إنْ لَمْ تُذْبَحْ فِي السَّابِعِ ذُبِحَتْ فِي الرَّابِعَ عَشَرَ وَإِلَّا فَفِي الْحَادِي وَالْعِشْرِينَ ثُمَّ هَكَذَا فِي الْأَسَابِيعِ
{انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٨ ص ٤٣١ / باب العقيقة. للإمام يحيى بن شرف النووي الشافعي}.

*📓🖍• Imam Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Al Majmu' Syarhu Al Muhadzab " berkata :*

Para sahabat kami (Syafi'iyyah) berkata :

Kesunnahan aqiqah tidak hangus dengan mengakhirkannya sampai setelah hari ke 7, namun dianjurkan supaya tidak  mengakhirkan melebihi usia baligh.

Abu 'Abdillah Al-Busyaihi, salah seorang pengikut (Ashab) madzhab syafi’iy berkata : 
Apabila  penyembelihan tidak bisa  dilakukan pada hari ke - 7, maka dianjurkan dilakukan pada hari ke 14, dan jika tidak bisa maka pada hari ke 21, begitu seterusnya dengan hitungan kelipatan 7.
{Lihat Kitab al-Majmu Syarh al-Muhadzab : juz  8 hal 431 / Babu Al 'Aqiqah. Karya Imam Nawawiy Asy Syafi'iy}.


*💾🍒• قال الإمام البغوي الشافعي رحمه الله تعالى في كتابه " شرح السنة ":*

قال محمد ابن سيرين : 

عَقَقْتُ عَنْ نَفْسِي بِبُخْتِيَّةً بٙعْدٙ أنْ كُنْتُ رٙجُلاً.
{انظر كتاب شرح السنة : ج ١١ ص ٢٦٤. للإمام البغوي الشافعي}.

*📓🐫• Imam Baghawiy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Syarhu As Sunnah "  berkata :*

Muhammad Ibnu Siiriin berkata :

“Aku mengaqiqahkan atas diriku dengan seekor onta betina setelah aku dewasa.” 
{Lihat Kitab Syarah As Sunnah : juz  11 hal 264. Karya Imam Baghawiy Asy Syafi'iy}.


*📘🎙• قال الإمام الحبيب تقي الدين الشافعي (وهو أبو بكر بن محمد بن عبد المؤمن بن حريز بن معلى الحسيني الحصني، تقي الدين الشافعي المتوفى: ٨٢٩ هـ) رحمه الله تعالى في كتابه " كفاية الأخيار في حل غاية الإختصار  ":*

وَقاَلَ الرَّافِعِيْ وَغَيْرُهُ وَلاَ تَفُوْتُ بِفَوَاتِ السّاَبِعِ وَفيِ العُدَّةِ وَالحاَوِيْ لِلْماَوِرْدِي أَنَّهاَ بَعْدَ السّاَبِعِ تَكُوْنُ قَضاَءً , وَالمُخْتاَرُ أَنْ لاَ يَتَجاَوَزَ بِهاَ النِّفاَسُ فَإِنْ تَجاَوَزَتْهُ فَيُخْتاَرُ أَنْ لاَ يَتَجاَوَزَ بِهاَ الرَّضاَعُ فَإِنْ تَجَاوَزَ فَيُخْتاَرُ أَنْ لاَ يَتَجاَوَزَ بِهاَ سَبْعَ سِنِيْنَ فَإِنْ تَجاَوَزَهاَ فَيُخْتاَرُ أَنْ لاَ يَتَجاَوَزَ بِهاَ البُلُوْغُ فَإِنْ تَجاَوَزَهُ سَقَطَتْ عَنْ غَيْرِهِ وَهُوَ المُخَيَّرُ فيِ العِقِّ عَنْ نَفْسِهِ فيِ الكِبَرِ
{انظر كتاب  كفاية الأخيار في حل غاية الإختصار الامام الحبيب أبو بكر بن محمد بن عبد المؤمن بن حريز بن معلى الحسيني الحصني، تقي الدين الشافعي المتوفى: ٨٢٩ هـ)

*📙✒• Imam Taqiyuddin Al Husainiy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Kifayatu Al Akhyaar Fi Hilli Ghayati Al Ikhthishaar ":*

Imam Ar-Rofi'iy  dan Ulama lain menyatakan bahwa tidak termasuk tertinggal aqiqah apabila tidak dilaksanakan tidak pada hari ke tujuh. Dalam ktab Al-‘Uddah dan kitab Al-Hawi Imam Al-Mawirdiy menyatakan bahwa *_aqiqah setelah hari ke tujuh adalah qodlo (susulan)._* Pendapat terpilih ialah jangan melewati masa nifas, apabila tidak, maka jangan melewati masa menyususi, apabila tidak, maka jangan melewati batas usia tujuh tahun, apabila tidak, maka jangan melewati batas balig, apabila tidak, maka tidak ditekankan oleh yang lain termasuk orang tuanya. *_Masa setelah baligh  aqiqah lebih ditekankan oleh dirinya sendiri._*
{Lihat Kitab Kifayatul Akhyar :  Juz 1 hal. 534. Karya Imam Habib Taqiyuddin Asy Syafi'iy}


*👌• Menurut Madzhab Imam Ahmad Ibnu Hanbal :*

*📕🐂• وجاء في متن الإقناع للإمام الحجاوي المقدسي الحنبلي (وهو شرف الدين أبوالنجا موسى بن أحمد بن موسى بن سالم بن عيسى بن سالم الحجاوي المقدسي الصالحي. توفي: ٩٦٨ هـ - ١٥٦٠ مـ). رحمه الله تعالى :*

تُذْبَحُ يَوْمَ سَابِعِهِ مِنْ مِيلَادِهِ,  قَالَ فِي الْمُسْتَوْعِبِ وَعُيُونِ الْمَسَائِلِ: ضَحْوَةُ النَّهَارِ.
{انظر متن الإقناع / فصل في العقيقة.  للإمام الحجاوي المقدسي الحنبلي}. 

*📙🐪• Tersebut dalam " Matan Al Ìqnaa' " karya Imam Al Hajjawiy  Al Hanbaliy rahimahullahu ta'ala :*

Disembelih pada hari ke 7 dari  kelahirannya. 

Berkata (Imam As Saamiriy Al Hanbaliy) dalam " Al Mustau'ib " dan (Qadli 'Abdul Wahhab Al Baghdadiy Al Malikiy) dalam " 'Uyuunu Al Masaa'ili ": sebelum tengah hari/pagi.
{Lihat Matan Al Ìqnaa' / Fashl Fi Al 'Aqiqah. Karya Imam Al Hajjawiy Al Hanbaliy}.


*📓🐪• قال الإمام ابن قدامة المقدسي الحنبلي رحمه الله تعالى في كتابه " المغني ":*

قَالَ أَصْحَابُنَا : السُّنَّةُ أَنْ تُذْبَحَ يَوْمَ السَّابِعِ ، فَإِنْ فَاتَ فَفِي أَرْبَعَ عَشْرَةَ ، فَإِنْ فَاتَ فَفِي إحْدَى وَعِشْرِينَ . وَيُرْوَى هَذَا عَنْ عَائِشَةَ . وَبِهِ قَالَ إِسْحَاقُ . وَعَنْ مَالِكٍ ، فِي الرَّجُلِ يُرِيدُ أَنْ يَعُقَّ عَنْ وَلَدِهِ ، فَقَالَ : مَا عَلِمْت هَذَا مِنْ أَمْرِ النَّاسِ ، وَمَا يُعْجِبُنِي . وَلَا نَعْلَمُ خِلَافًا بَيْن أَهْلِ الْعِلْمِ الْقَائِلِينَ بِمَشْرُوعِيَّتِهَا فِي اسْتِحْبَابِ ذَبْحِهَا يَوْمَ السَّابِعِ . 
{انظر كتاب المغني / كتاب الأضاحي / مسألة متى تذبح العقيقة. للإمام موفق الدين عبد الله بن أحمد بن قدامة المقدسي الحنبلي}.

*📒✒• Imam Ibnu Qudamah Al Hanbaliy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Al Mughniy " berkata :*

Para ulama madzhab hambali mengatakan, yang sesuai sunah hewan aqiqah disembelih di hari ke 7 … kami tidak mengetahui adanya perbedaan ulama yang manyatakan disyariatkannya aqiqah, bahwa hewan aqiqah dianjurkan untuk disembelih di hari ke 7...
{Lihat Kitab al-Mughni : juz 9 hal 364. Karya Imam Ibnu Qudâmah Al Hanbaliy}.


*🌴🎙• قال الإمام ابن القيم الجوزيه الحنبلي رحمه الله تعالى في كتابه " تحفة المودود بأحكام المولود ":*

وَقَالَ اللَّيْث بن سعد : 

" يعق عَن الْمَوْلُود فِي أَيَّام سابعه فإن لم يتهيأ لَهُم الْعَقِيقَة فِي سابعه فَلَا بَأْس أَن يعق عَنهُ بعد ذَلِك ، وَلَيْسَ بِوَاجِب أَن يعق عَنهُ بعد سَبْعَة أَيَّام " انتهى 
{انظر كتاب تحفة المودود بأحكام المولود : ص ٦٣. للامام محمد بن أبي بكر أيوب الزرعي أبو عبد الله (ابن القيم الجوزيه الحنبلي)}.

*📓🍒• Dan  Imam Muhammad bin Abi Bakr, bin Ayyub bin Sa'd al-Zar'i, al-Dimashqi, bergelar Abu Abdullah Syamsuddin, atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Al Hanbaliy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Tuhfatu Al Mauduudi Bi Ahkaami Al Mauluudi " berkata :*

Berkata Al Laits bin Sa'd : Anak diaqiqahi dihari yang ketujuh setelah kelahirannya, maka ketika belum tersedia bagi mereka aqiqah dihari ketujuh setelah kelahirannya, maka *TIDAK MENJADI PERSOALAN* apabila anaknya diaqiqahi setelah hari ketujuh. Selesai.
{Lihat Kitab Tuhfatu Al Mauduud Bi Ahkaami Al Mauluudi : hal 63. Karya Imam Ibnu Al Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy}.

*☘❤• قال الإمام ابن القيم الجوزيه الحنبلي رحمه الله تعالى في كتابه " تحفة المودود بأحكام المولود ":*

" لَو ذبح عَنهُ فِي الرَّابِع أَو الثَّامِن أَو الْعَاشِر أَو مَا بعده أَجْزَأت " انتهى
{انظر كتاب تحفة المودود بأحكام المولود : ص ٦٣. للامام محمد بن أبي بكر أيوب الزرعي أبو عبد الله (ابن القيم الجوزيه الحنبلي)}.

*📘✏• Dan  Imam Muhammad bin Abi Bakr, bin Ayyub bin Sa'd al-Zar'i, al-Dimashqi, bergelar Abu Abdullah Syamsuddin, atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Al Hanbaliy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Tuhfatu Al Mauduudi Bi Ahkaami Al Mauluudi " berkata :*

Apabila anak diaqiqahi dihari keempat, atau kedelapan, atau kesepuluh, atau pada hari setelahnya, maka hal itu *SUDAH MENGESAHKAN*.
{Lihat Kitab Tuhfatu Al Mauduud Bi Ahkaami Al Mauluudi : hal 63. Karya Imam Ibnu Al Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy}.


*📙🎙• قال الإمام ابن قدامة المقدسي الحنبلي رحمه الله تعالى في كتابه " المغني ":*

وَإِنْ لَمْ يَعُقَّ أَصْلًا ، فَبَلَغَ الْغُلَامُ ، وَكَسَبَ ، فَلَا عَقِيقَةَ عَلَيْهِ . 

وَسُئِلَ أَحْمَدُ عَنْ هَذِهِ الْمَسْأَلَةِ ، فَقَالَ : ذَلِكَ عَلَى الْوَالِدِ . يَعْنِي لَا يَعُقُّ عَنْ نَفْسِهِ ؛ لِأَنَّ السُّنَّةَ فِي حَقِّ غَيْرِهِ . 

وَقَالَ عَطَاءٌ ، وَالْحَسَنُ : يَعُقُّ عَنْ نَفْسِهِ ؛ لِأَنَّهَا مَشْرُوعَةٌ عَنْهُ وَلِأَنَّهُ مُرْتَهَنٌ بِهَا ، فَيَنْبَغِي أَنْ يُشْرَعَ لَهُ فِكَاكُ نَفْسِهِ . وَلَنَا ، أَنَّهَا مَشْرُوعَةٌ فِي حَقِّ الْوَالِدِ ، فَلَا يَفْعَلُهَا غَيْرُهُ ، كَالْأَجْنَبِيِّ ، وَكَصَدَقَةِ الْفِطْرِ .
{انظر كتاب المغني : ج ٢٢ ص ٧. للإمام ابن قدامة الحنبلى}.

*💾🍒• Imam Ibnu Qudamah Al Hanbaliy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Al Mughniy " berkata :*

“Dan jika belum diaqiqahi sama sekali lalu sang anak mencapai baligh dan berpenghasilan, maka tidak ada kewajiban aqiqah atasnya. 

Imam Ahmad ditanya tentang permasalahan ini, beliau berkata: “(Aqiqah) itu kewajiban orangtua, maksudnya adalah ia tidak (boleh) mengaqiqahi atas dirinya, karena menurut sunnah (mewajibkan) dalam hak selainnya.” 

Berkata Atha’, Al Hasan: “Ia (boleh) mengaqiqahi atas dirinya, karena aqiqah ini disyariatkan atasnya dan karena ia tergadaikan dengannya, maka semestinya ia menyegerakan pembebasan dirinya, dan menurut kami, bahwa aqiqah adalah disayriatkan pada kewajiban orangtua maka tidak boleh mengerjakannya selainnya, seperti orang lain dan seperti sedekah fitr.” 
{Lihat Kitab Al Mughniy : juz 22 hal 7. Karya Imam Ibnu Qudamah Al Hanbaliy. Asy Syamela}.


*📘🐏• قال الإمام ابن القيم الجوزيه الحنبلي رحمه الله تعالى في كتابه " تحفة المودود بأحكام المولود ":*

الْفَصْل التَّاسِع عشر فِي حكم من لم يعق عَنهُ أَبَوَاهُ هَل يعق عَن نَفسه إِذا بلغ

قَالَ الْخلال بَاب مَا يسْتَحبّ لمن لم يعق عَنهُ صَغِيرا أَن يعق عَن نَفسه كَبِيرا ثمَّ ذكر من مسَائِل إِسْمَاعِيل بن سعيد الشالنجي قَالَ سَأَلت أَحْمد عَن الرجل يُخبرهُ وَالِده أَنه لم يعق عَنهُ هَل يعق عَن نَفسه؟ قَالَ ذَلِك على الْأَب.
{انظر كتاب تحفة المودود بأحكام المولود : ص ٨٠. للإمام ابن القيم الجوزيه الحنبلي}.

*📕🐂• Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Tuhfatu Al Mawdud Bi Ahkam Al Mawlud " berkata :*

“Pasal ke 19: Hukum siapa yang belum diaqiqahi atasnya kedua orantunya, apakah ia mengaqiqahi dirinya jika sudah baligh, 

Berkata Al Khallal: “Bab Anjuran bagi siapa yang belum diaqiqahi atasnya semasa kecil, maka ia  boleh mengaqiqahi atas dirinya sendiri ketika dewasa. Kemudian ia menyebutkan pertanyan-pertanyaan Isma’il bin Sa’id Asy Syalinji, ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada Imam Ahmad tentang seseorang yang orangtuanya memberitahukkannya kepadanya bahwa ia belum diaqiqahi, apakah boleh untuk mengaqiqahkan dirinya sendiri? 

Beliau menjawab: “(Aqiqah) itu kewajiban bapak. 
{Lihat kitab Tuhfat Al Mawdud Bi Ahkam Al Mawlud : hal. 80. Karya Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy. Asy Syamela}.


*📓🐫• قال الإمام ابن القيم الجوزيه الحنبلي رحمه الله تعالى في كتابه " تحفة المودود بأحكام المولود ":*

ونقل عن الإمام أحمد أنه استحسن إن لم يعق عن الإنسان صغيراً أن يعق عن نفسه كبيراً وقال :[ إن فعله إنسان لم أكرهه ].
{انظر كتاب تحفة المودود بأحكام المولود : ص ٦٩. للإمام ابن القيم الجوزيه الحنبلي}.

*🌴🐂• Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Tuhfatu Al Mawdud Bi Ahkam Al Mawlud " berkata :*

Dinukilkan dari Imam Ahmad bahwasanya ia lebih baik jika belum diaqiqahi seseorang dimasa kecilnya maka ia mengaqiqahkan atas dirinya ketika dirinya sudah besar, beliau juga berkata: “Jika dilakukan oleh seseorang maka aku tidak membencinya.” 
{Lihat kitab Tuhfatu Al Mawdud Bi Ahkam Al Mawlud : hal. 69. Karya Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy. Asy Syamela}.


*👌Menurut Madzhab Dzahiriy :*

*📘🐃• قال الإمام ابن حزم الظاهري رحمه الله تعالى في كتابه " المحلّى بالآثار ":*

 [ إذا لم يعق عنك فعق عن نفسك وإن كنت رجلاً ].

*🌴🐪• Imam Ibnu Hazm Adz Dzahiriy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Al Muhalla Bi Atsaari " berkata :*

“Jika belum diaqiqahi atasmu, maka aqiqahkanlah atas dirimu, meskipun kamu seorang lelaki dewasa.” 
{Lihat Kitab Al Muhalla : juz 2 hal 204. Karya Imam Ibnu Hazm Adz Dzahiriy. Dan Syarh As Sunnah : juz  11 hal 264. Karya Al Baghawiy Asy Syafi'iy}.


*👌• Menurut Harakah/Gerakan Wahhabiy :*

*🌴🐫• قال ابن باز الوهابي :*

” والقول الأول أظهر ، وهو أنه يستحب أن يعق عن نفسه ؛ لأن العقيقة سنة مؤكدة ، وقد تركها والده فشرع له أن يقوم بها إذا استطاع ؛ ذلك لعموم الأحاديث ومنها : قوله ﷺ❤ : (كل غلام مرتهن بعقيقته تذبح عنه يوم سابعه ويحلق ويسمى) أخرجه الإمام أحمد ، وأصحاب السنن عن سمرة بن جندب رضي الله عنه بإسناد صحيح ، ومنها : حديث أم كرز الكعبية عن النبي ﷺ💙 : أنه أمر أن يُعق عن الغلام بشاتين وعن الأنثى شاة أخرجه الخمسة ، وخرج الترمذي وصحح مثله عن عائشة , وهذا لم يوجه إلى الأب فيعم الولد والأم وغيرهما من أقارب المولود ” انتهى 
{انظر مجموع فتاوى  ابن باز الوهابي : ج ٢٦ ص ٢٦٦}. 

*📘🌴• Tokoh Wahhabiy Ibnu Bazz berkata :*

“Dan pendapat yang pertama lebih jelas, yaitu dianjurkan ia mengaqiqahi dirinya, karena aqiqah adalah sunnah muakkadah dan orangtuanya telah meninggalkannya, maka disyariatkan kepadanya agar melakukan jika ia mampu, yang demikian itu berdasarkan keumuman beberapa hadits, diantaranya; Sabda RAsululah ﷺ💞: “Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelih atasnya (hewan aqiqahnya) pada hari ke tujuhnya, digunduli kepalanya dan memberikan nama.” HR. Ahmad dan para penulis kitab Sunan, dari Samurah bin Jundub radhiyyAllahu ‘anhu dengan sanad yang shahih. Dan termasuk diantaranya; hadits Ummu Al Kurz Al Ka’biyyah bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “ beliau memerintahkan anak lelaki agar diaqiqahi dengan dua ekor kambing dan anak perempuan agar diaqiqahi dengan satu ekor kambing.” HR. Imam yang lima dan Tirmidzi menshahihkan riwayat yang semisal yaitu dari riwayat Aisyah dan hadits ini tidak ditujukan kepada siapa-siapa, maka berarti mencakup anak, ibu dan selain keduanya dari para kearabat anak yang terlahir tersebut.”
{Lihat kitab Majmu’ Fatawa Syeikh Ibnu Bazz : juz 26 hal 266}.


*📕☘• قال عبد الرحمن جبرين :*

وذهب بعضهم إلى أن الطفل إذا بلغ سن الرشد سقطت في حقه، ويرى بعض العلماء أنه يعق عن نفسه، ولم يثبت في ذلك دليل صحيح

“Sebagian ulama berpendapat bahwa anak jika sudah mencapai umur rusyd (dewasa) maka gugur (aqiqah) pada haknya dan sebagian ulama nerpendapat bahwa ia mengaqiqahi dirinya sendiri dan belum tetap dalam hal itu satu dalil shahihpun.” 


Al Fauzan Al Wahhabiy  berkata:

وإذا لم يفعلها الوالد فقد ترك سنة، وإذا لم يعق عنه والده وعق عن نفسه فلا بأس بذلك فيما أرى، والله أعلم .

“…Jika orangtua mengerjakannya (aqiqah) maka sungguh ia telah meninggalkan sunnah dan jika orangtuanya belum mengaqiqahinya kemudian ia mengaqiqahi dirinya sendiri, maka hal itu tidak mengapa, sepenglihatan saya, wallahu a’lam.” 
{Lihat kitab Al Muntaqa min Fatawa Al Fawzan : 5/84 Asy Syameal}


Al Fawzan Al Wahhabiy  berkata:

الأفضل يوم سابعه، هذا هو الأفضل المنصوص عليه، فإن تأخرت عن ذلك فلا بأس بذلك ولا حد لآخر وقتها إلا أن بعض أهل العلم يقول : إذا كبر المولود يفوت وقتها، فلا يرى العقيقة عن الكبير، والجمهور على أنه لا مانع من ذلك حتى ولو كبر

*Fawzan Al Fawzan berkata :*

“Yang utama (aqiqah) dilakukan pada hari ke tujuhnya, ini adalah paling utama yang telah ditegaskan atasnya, maka jika terlambat dari itu tidak mengapa, dan tidak ada batasan untuk akhir waktunya kecuali sebagian para ulama berkata: Jika anak yang lahir sudah besar maka waktu aqiqahnya sudah lewat, maka tidak dianjurkan untuk melakukan aqiqah atas seorang yang sudah besar. Dan (sedangkan) mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak ada larangan untuk itu meskipun sudah besar.” 
{Lihat kitab Al Muntaqa min Fatawa Al Fawzan : juz 4 hal 84 Asy Syamela}.


*💾👉• KESIMPULAN :*

Sebelum disimpulkan perlu diketahui bahwa qurban dan aqiqah HUKUMYA sama hanya pada waktu pelaksanaannya saja yang berbeda.

Pertama : Imam Syafi'iy *TIDAK MENGESAHKAN MENYEMBELIH QURBAN/AQIQAH DARI ORANG LAIN TANPA SEIZINNYA  MAUPUN ORANG YANG SUDAH MENINGGAL TANPA ADA WASHIYYAT DARINYA.*

Kedua : Mutlak (tidak seizin atau tidak  diwashiyyati)  menurut  Imam Rofi'iy dan Imam Al 'Abaad  rahimahumAllaahu keduanya adalah pengikut imam Syafi'iy yang didukung oleh jumhur/mayoritas ulama'  ( Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Ahmad) *MENGESAHKAN  MENGQURBANI/MENGAQIQAHI ORANG LAIN ATAU ORANG YANG SUDAH MENINGGAL.*

Ketiga : Qurban dan Aqiqah itu *TIDAK TERBATAS WAKTUNYA BOLEH DILAKUKAN  BAIK KETIKA MASIH HIDUP ATAUPUN SUDAH MENINGGAL.* Namun pelaksanaan qurban susulan harus tetap pada hari Iedul adha ditambah 3 hari tasyriq.

Keempat : Menurut Syafi'iyyah (pengikut Imam Syafi'iy) *LEBIH DITEKANKAN MENGAQIQAHI DIRINYA SENDIRI*. Jikalau sebelum baligh orang tuanya tidak mampu mengaqiqahinya hingga dia mampu melaksanakannya sendiri.

Silahkan pilih sendiri pelaksanaannya  sama2 ada yang bertanggung jawab.


*D• BOLEHKAH BERKURBAN TAPI BELUM MELAKSANAKAN AQIQOH?*

*(Pertama)*, hukum aqiqah adalah sunnah mu’akkadah dan terkait dengan kelahiran anak, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Adapun qurban adalah ibadah terkait dengan hari idul adha sebagai amalan sunnah mu’akkadah, untuk meneladani sunnah Nabi Ibrahim as.


*(Kedua)*, memang kedua ibadah tersebut jika dilihat dari bentuk dan tata cara aplikasinya hampir sama, yaitu dengan menyembelih hewan. Jika aqiqah hanya kambing (dan dianjurkan anak laki-laki dua ekor dan anak perempuan satu ekor), sementara  qurban, di samping kambing, juga dibolehkan  sapi, kerbau atau unta.  Selain kekuatan hukum yang sama, ketentuan lain yang sama adalah  terkait dengan syarat-syarat hewan yang akan disembelih. Pembagian  hewan yang berbeda, jika aqiqah disunnahkan dalam kondisi telah dimasak, sementara qurban disunnahkan masih mentah (belum dimasak).

*(Ketiga)*, kedua ibadah ini menjadi berbeda, dan tidak dapat salah satu dan yang lain saling menggantikan, menurut jumhur ulama sebab, waktu, dan tuntutan penunaiannya adalah berbeda. Pelaksanaan aqiqah disarankan oleh Rasul saw pada tanggal 7, 14, 21, dan seterusnya, atau sesuai dengan waktu yang mudah bagi seseorang dan sesuai dengan kemampuan. Aqiqah waktunya lebih luas (muwassa’). Sementara ibadah qurban waktunya telah ditentukan syari’at dan terbatas (mudhayaq), yaitu harus dilaksanakan pada tanggal 10-14 Dzulhijjah.

*(Keempat)*, karena itu, melihat keutamaan ibadah qurban, dan karena waktu yang terbatas diperbolehkan mendahulukan ibadah qurban –meski belum aqiqah—karena aqiqah dapat dilaksanakan di sepanjang tahun, bahkan pada tahun-tahun berikutnya. Bahkan karena saking utamanya qurban, imam Abu hatim dan Imam Ahmad membolehkan berhutang terlebih dahulu demi untuk dapat berqurban. Terlebih jika kondisi belum aqiqah adalah telah berusia dewasa, karena hal ini masih diperselisihkan ulama.

*📙🐏• قال الشيخ محمد النووي البنتني الإندونيسي الشافعي حفظه الله تعالى في كتابه " توشيخ على شرح فتح القريب ":*

 قٙالٙ ابْنُ حٙجٙرٍ لٙوْ أرٙادٙ بِالشّٙاةِ الوٙاحِدٙةِ الأُضْحِيّٙةٙ وٙالْعٙقِيْقٙةٙ لٙمْ يٙكْفِ خِلاٙفًا للْعٙلٙامٙةِ الرّٙمْلِى حٙيْثُ قٙالٙ : وَلَوْ نَوَى بِالشَّاةِ الْمَذْبُوحَةِ الْأُضْحِيَّةَ وَالْعَقِيقَةَ حَصَلَا 
{انظر كتاب توشيخ على شرح فتح القريب. للشيخ محمد نووي البنتني الجاوي الإندونيسي الشافعي}.

*📓🐑• Syaikh Muhammad Nawawiy Al Bantaniy Al Indonisiy Asy Syafi'iy hafidzohullaahu ta'ala dalam Kitabnya " Tausyikh Syarhu Fathu Al Qarib " berkata :*

Ibnu Hajar berkata:

"Seandainya ada seseorang meginginkan dengan satu kambing untuk kurban dan aqiqah, *MAKA HAL INI TIDAK CUKUP”*. 

Berbeda dengan al-‘allamah Ar-Ramli yang mengatakan bahwa apabila seseorang berniat dengan satu kambing yang disembelih untuk kurban dan aqiqah, *MAKA KEDUA-DUANYA DAPAT TEREALISASI.*


*1⃣• Cukup Menggabung Niat Kurban Dan Aqiqah Menurut Madzhab Hanafiyyah.*

Hewan kurban boleh digabungkan dengan hewan aqiqah. Ini pendapat Imam Abu Hanifah. Karena tujuan dari kurban dan aqiqah adalah untuk bertaqarub kepada Allah dengan sembelihan, maka salah satunya bisa mewakili yang lainnya, sebagaimana shalat tahiyyatul masjid termasuk di dalam shalat fardhu bagi siapa saja yang memasuki masjid. Sedangkan dalil yang sebagai landasan beliau adalah : 

*🌴🐏• روى ابن أبي شيبة رحمه الله تعالى في كتابه  "المصنف" :*

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ مَطَرٍ ، عَنْ هِشَامٍ ، عَنِ الْحَسَنِ ، قَالَ : 

*_"إِذَا ضَحَّوْا عَنِ الْغُلامِ فَقَدْ أَجْزَأَتْ عَنْهُ مِنَ الْعَقِيقَةِ "_*.
{انظر كتاب  مصنف ابن أبي شيبة : ج ٥ ص ٥٣٤ / كِتَابُ الْعَقِيقَةِ / مَنْ قَالَ : إِذَا ضَحَّى عَنْهُ أَجْزَأَتْهُ مِنَ  العقيقة / رقم الحديث : ٢٣٦٦٧}.

*📓🐑• Imam Ibnu Abi Syaibah –rahimahullah ta'ala - meriwayatkan dalam Kitabnya  “al Mushannaf” :*

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : 'Utsman bin Mathar. Dari Hisyam. Dari Al  Hasan, ia  berkata: 

*_“Jika mereka menyembelih kurban untuk seorang anak, maka juga boleh untuk aqiqah”_*.
{Lìhat Kitab Al Mushannaf Karya Imam Ibnu Syaibah : juz 5 hal 534 / Kitabu Al 'Aqiqah / Man Qaala : Ìdzaa Dlohha 'Anhu Ajza'athu Min Al 'Aqiqati / No. 23667}.

*📘🐑• وروى ابن أبي شيبة رحمه الله تعالى في كتابه  "المصنف" :*

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ ، عَنْ هِشَامٍ ، عَنِ الْحَسَنِ وَابْنِ سِيرِينَ ، قَالا : 

*_" تُجْزِئُ عَنْهُ مِنَ الْعَقِيقَةِ الأُضْحِيَةُ"._*
{انظر كتاب  مصنف ابن أبي شيبة : ج ٥ ص ٥٣٤ / كِتَابُ الْعَقِيقَةِ / مَنْ قَالَ : إِذَا ضَحَّى عَنْهُ أَجْزَأَتْهُ مِنَ  العقيقة / رقم الحديث : ٢٣٦٦٨}.

*📓🐑• Imam Ibnu Abi Syaibah –rahimahullah ta'ala - meriwayatkan dalam Kitabnya lagi “al Mushannaf” :*

Telah menceritakan kepada kami : Abu Bakar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Waki'. Dari Sufyaan. Dari Hisyam. Dari Al Hasan dan Ibnu Siriin keduanya berkata: 

*_“Dibolehkan sembelihan untuk aqiqah diniatkan juga untuk kurban”._*
{Lìhat Kitab Al Mushannaf Karya Imam Ibnu Syaibah : juz 5 hal 534 / Kitabu Al 'Aqiqah / Man Qaala : Ìdzaa Dlohha 'Anhu Ajza'athu Min Al 'Aqiqati / No. 23668}.

*📒🐃• وروى ابن أبي شيبة رحمه الله تعالى في كتابه  "المصنف" :*

 حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ مَطَرٍ ، عَنْ سَعِيدٍ ، عَنْ قَتَادَةَ ، قَالَ : 

*_"لا تُجْزِئُ عَنْهُ حَتَّى يُعَقَّ عَنْهُ " ._*
{انظر كتاب  مصنف ابن أبي شيبة : ج ٥ ص ٥٣٤ / كِتَابُ الْعَقِيقَةِ / مَنْ قَالَ : إِذَا ضَحَّى عَنْهُ أَجْزَأَتْهُ مِنَ  العقيقة / رقم الحديث : ٢٣٦٦٩}.

*💾🐪• Imam Ibnu Abi Syaibah –rahimahullah ta'ala - meriwayatkan lagi dalam Kitabnya  “al Mushannaf” :*

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : 'Utsman bin Mathar. Dari Sa'iid. Dari Qatadah, ia berkata: 

*_“Tidak sah kurbannya sampai diaqiqahi terlebih dahulu”_*.
{Lìhat Kitab Al Mushannaf Karya Imam Ibnu Syaibah : juz 5 hal 534 / Kitabu Al 'Aqiqah / Man Qaala : Ìdzaa Dlohha 'Anhu Ajza'athu Min Al 'Aqiqati / No. 23669}.

*2⃣• Tidak Cukup Menggabung Niat Kurban Dan Aqiqah Menurut Madzhab Malikiyyah.*

*📘🍒• وقال الإمام  الحطاب المالكي رحمه الله تعالى في كتابه  "مواهب الجليل في شرح مختصر الشيخ خليل  ":*

"إِنْ ذَبَحَ أُضْحِيَّتَهُ لِلْأُضْحِيَّةِ وَالْعَقِيقَةِ أَوْ أَطْعَمَهَا وَلِيمَةً ، فَقَالَ فِي الذَّخِيرَةِ : قَالَ صَاحِبُ الْقَبَسِ : قَالَ شَيْخُنَا أَبُو بَكْرٍ الْفِهْرِيُّ إذَا ذَبَحَ أُضْحِيَّتَهُ لِلْأُضْحِيَّةِ وَالْعَقِيقَةِ لَا يُجْزِيهِ ، وَإِنْ أَطْعَمَهَا وَلِيمَةً أَجْزَأَهُ ، وَالْفَرْقُ أَنَّ الْمَقْصُودَ فِي الْأَوَّلَيْنِ إرَاقَةُ الدَّمِ ، وَإِرَاقَتُهُ لَا تُجْزِئُ عَنْ إرَاقَتَيْنِ ، وَالْمَقْصُودُ مِنْ الْوَلِيمَةِ الْإِطْعَامُ ، وَهُوَ غَيْرُ مُنَافٍ لِلْإِرَاقَةِ ، فَأَمْكَنَ الْجَمْعُ . انْتَهَى.
{انظر كتاب مواهب الجليل في شرح مختصر الشيخ خليل : ج ٣ ص ٢٥٩. للإمام الحطاب المالكي}.

*📕🐂• Imam Al Hathab –rhimahullahu ta'ala - berkata dalam kitabnya  “Mawahibu Al Jalil Fi Syarhi Mukhtshar Asy Syaikh Khaliil " :*

“ Jika ia menyembelih sembelihannya untuk kurban dan aqiqah atau untuk walimahan, maka ia berkata dalam “ad Dakhirah”. Pengarang “al Qabas” berkata: “Syeikh kami Abu Bakr al Fihri berkata: “Jika seseorang menyembelih sembelihannya untuk niat kurban dan aqiqah maka itu tidak  dibolehkan, namun jika ia berniat untuk kurban dan walimahan atau aqiqah dan walimahan, maka dibolehkan; bedanya adalah karena tujuan kurban dan aqiqah adalah pengucuran darah, sedang sembelihan walimahan adalah untuk hidangan makan, dan ini tidak menafikan pengucuran darah, maka memungkinkan untuk digabungkan (antara aqiqah dan walimahan atau kurban dan walimahan).
{Lihat Kitab Mawahibu Al Jalil Fi Syarhi Mukhtshar Asy Syaijh Khaliil : juz 3 hal 259. Karya Imam Hathab Al Malikiy}.


*3⃣• Tidak Cukup Menggabung Niat Kurban Dan Aqiqah Keduanya Tidak Sah Menurut Madzhab Syafi'iyyah​.*

*📓🐃• وقال العلامة شيخ الإسلام زكريا الأنصاري الشافعي في كتابه  "الغرر البهية في شرح البهجة الوردية" :*

وَالْعَقِيقَةُ كَالْأُضْحِيَّةِ فِي الْحَقِيقَةِ فِي سُنِّيَّتِهَا ، وَجِنْسِهَا وَسِنِّهَا وَسَلَامَتِهَا ، وَالْأَفْضَلِ مِنْهَا ، وَالْأَكْلِ وَالتَّصَدُّقِ وَالْإِهْدَاءِ.
{انظر كتاب "الغرر البهية في شرح البهجة الوردية" : ج ٥ ص ١٧١. للإمام شيخ الإسلام زكريا الانصاري الشافعي. ط. المطبعة الميمنية}.

*🌴🐃• Imam Syaikhul Islam Zakariyya Al Anshariy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Al Ghuraru Al Bahiyyatu Fi Syarhi Al Bahjatu Al Wardiyyah " berkata :*

Dan 'Aqiqah itu diqiyaskan seperti Qurban pada hakikatnya sama didalam kesunnahannya, jenis binatangnya, umur hewannya, dan keselamatan dari cacatnya, perkara yang lebih utama darinya, memakannya, mensedekahkannya, dan menghadiahkannya.
{Lihat Kitab Al Ghuraru Al Bahiyyatu Fi Syarhi Al Bahjatu Al Wardiyyah : juz 5 hal 171. Karya Syaikhul Islam Zakariyya Al Anshariy Asy Syafi'iy. Cet. Mathba'ah Al Maimuniyyah, Tnp th}.

*📕🐃• وجاء في كتاب حاشيتا قليوبي وعميرة في الفقه الشافعي :*

قوله : ( وَسِنُّهَا إلَخْ ) أَيْ وَهِيَ كَالْأُضْحِيَّةِ فِي سِنِّهَا وَسَلَامَتِهَا وَالْإِهْدَاءِ وَالتَّصَدُّقِ وَقَدْرِ الْوَاجِبِ وَجِنْسِهِ ، وَوُجُوبِهَا بِالنَّذْرِ أَوْ الْجُعْلِ وَاعْتِبَارِ الْأَفْضَلِ مِنْهَا قَدْرًا وَجِنْسًا وَمُشَارَكَةً وَلَوْنًا وَجَوَازِ الِادِّخَارِ مِنْ غَيْرِ الْوَاجِبَةِ ، وَوُجُوبِ التَّصَدُّقِ بِجَمِيعِ الْوَاجِبَةِ وَجَوَازِ أَكْلِ وَلَدِهَا وَشُرْبِ فَاضِلِ لَبَنِهَا وَعَدَمِ صِحَّةِ نَحْوِ الْبَيْعِ ، وَلَوْ لِجِلْدِهَا وَغَيْرِ ذَلِكَ .

نَعَمْ لَا يَجِبُ التَّصَدُّقُ بِجُزْءٍ مِنْهَا نِيئًا وَيَجُوزُ بَيْعُ الْغَنِيِّ مَا أُهْدِيَ لَهُ مِنْهَا قَالَهُ شَيْخُنَا ،

قَوْلُهُ : ( وَيُسَنُّ طَبْخُهَا ) وَلَوْ مَنْذُورَةً نَعَمْ يُعْطَى فَخْذُهَا نِيئًا لِلْقَابِلَةِ وَالْأَفْضَلُ الْأَيْمَنُ .

قَوْلُهُ : ( بِحُلْوٍ ) كَسَائِرِ الْوَلَائِمِ وَبِكَبُرٍّ بِحَامِضٍ وَلَوْ مَعَ حُلْوٍ ، 

قَوْلُهُ : ( وَلَا يُكْسَرُ عَظْمٌ ) وَلَوْ بَدَنَةً شَارَكَ بِسُبْعِهَا مَثَلًا أَوْ أَكْثَرَ أَوْ كُلِّهَا عَنْ وَاحِدٍ أَوْ أَكْثَرَ فَإِنْ كُسِرَ فَخِلَافُ الْأَوْلَى لَا مَكْرُوهٌ ، 

وَيُنْدَبُ الْعَقُّ أَوَّلَ النَّهَارِ عِنْدَ طُلُوعِ الشَّمْسِ ، وَيُنْدَبُ لَطْخُ رَأْسِهِ بِزَعْفَرَانٍ وَيُكْرَهُ بِدَمِ الْعَقِيقَةِ وَلَمْ يَحْرُمْ لِخَبَرٍ وَرَدَ فِيهِ ، بَلْ قِيلَ بِنَدْبِهِ وَيَحْرُمُ لَطْخُ الْأَبْوَابِ بِدَمِهَا وَبِدَمِ الْأُضْحِيَّةِ ، وَالْأَفْضَلُ بَعْثُهَا إلَى الْفُقَرَاءِ لَا دُعَاؤُهُمْ إلَيْهَا .
{انظر كتاب حاشيتا قليوبي وعميرة : ج ٢ ص ١٣٦ - ١٣٧. للإمام شهاب الدين قليوبي وشهاب الدين عميرة من بعض الشافعية}

*📓🐐• Tersebut dalam kitab " Hasyiyyataa Qulyubiy Wa 'Amirah " karya Imam Syihabuddin Qalyubiy dan Imam Syihabuddin 'Amirah :*

Ungkapan Mushannif/Pengarang kitab  (dan umurnya ... dst) yakni *AQIQAH* sama seperti *UDLHIYYAH/QURBAN* dalam masalah umur ternaknya, ternaknya harus  selamat dari cacat, boleh  menghadiahkannya dagingnya, boleh mensedekahkannya, seberapa kadar wajibnya, dan apa jenisnya,

Dan sama  kewajibannya apabila dengan niat Nadzar atau mewajibkannya, mencari gambaran ternak yang paling utama darinya baik kadar dan jenisnya, campurannya, warnanya, dan boleh menyimpan dagingnya selain dari yang diwajibkan, wajib menyedekahkan semua daging ternak sembelihannya  yang diniati wajib/Nadzar, boleh memakan anak dan sisa susu ternak sembelihan wajibnya, tidak  sahnya semacam  menjualnya, walaupun kulitnya dan yang lainnya.

Benar tidak wajib mensedekahkan anggota tubuh dari ternak sembelihannya secara mentah. Dan orang yang kaya boleh menjual daging dari ternak sembelihan yang dihadiahkan kepadanya, seperti yang telah dikatakan oleh guru kami.

Ungkapan Mushannif : (dan disunnahkan memasaknya) walaupun berupa ternak yang dinadzarkan, ya dibenarkan memberikan pahanya yang masih mentah kepada beberapa  kelompok kaum, dan yang paling utama diberikan adalah pahanya sebelah kanan.

Ungkapan Mushannif :  (dengan dimasak manis) seperti dalam beberapa walimah/pesta dan menambahkan dengan cuka walaupun bersamaan dengan rasa manis. 

Ungkapan Mushannif : (dan tidak memecahkan tulang belulangnya) walaupun berupa sembelihan badanah/unta atau sapi yang digemukkan yang didapatkan dengan  berandilan sebanyak 7 orang umpamanya atau lebih, atau semuanya cuma dari satu orang atau lebih, ketika tulang belulangnya dipecah, maka hal tersebut khilaful aulaa  *(MENYELISIHI KEUTAMAAN)* bukan sampai  *DIMAKRUHKAN*.

*DISUNNAHKAN* menyembelihnya pada awal siang/pagi hari ketika terbitnya matahari, *DISUNNAHKAN* melumuri kepala si bayi dengan minyak za'faran, dan *MAKRUH* melumuri kepalanya dengan darah hewan aqiqahnya, tidak sampai *HARAM* berdasarkan khabar yang menjelaskan  permasalahan didalamnya, sebaliknya dikatakan sekedar dianjurkan. Dan *HARAM* melumuri pintu - pintu dengan darah sembelihan aqiqah dan darah hewan qurban,

*DAN YANG PALING UTAMA ADALAH MENGANTARKAN* daging aqiqah (yang sudah dimasak manis) kepada kaum fakir, *BUKAN DENGAN MENGUNDANG MEREKA* untuk menyantap/mengambilnya.
{Lihat Kitab Hasyiyyataa Qulyubiy Wa 'Amirah : juz 2 hal 136 - 137. Karya Imam Syihabuddin Qulyubiy dan Imam Syihabuddin 'Amirah penganut Madzhab Imam Syafi'iy}.


*📘🎙• قال الإمام ابراهيم البجوري الشافعي رحمه الله تعالى في حاشيته :*

( وتجزئ البدنة عن سبعة ) الى ان قال ويدخل وقت الذبيح للضحية من وقت الصلاة العيد ( وَسِنُّهَا وَسَلَامَتُهَا ) مِنْ الْعَيْبِ ( وَالْأَكْلُ وَالتَّصَدُّقُ ) وَالْإِعْدَاءُ مِنْهَا ، ( كَالْأُضْحِيَّةِ ) فِي الْمَذْكُورَاتِ ( وَيُسَنُّ طَبْخُهَا ) وَيَكُونُ بِحُلْوٍ تَفَاؤُلًا بِحَلَاوَةِ أَخْلَاقِهِ ، 

( وَلَا يُكْسَرُ عَظْمٌ ) تَفَاؤُلًا بِسَلَامَتِهِ مِنْ الْآفَاتِ ( وَأَنْ تُذْبَحَ يَوْمَ سَابِعِ وِلَادَتِهِ ) أَيْ الْمَوْلُودِ وَبِهَا يَدْخُلُ وَقْتُ الذَّبْحِ وَلَا تَفُوتُ بِالتَّأْخِيرِ عَنْ السَّابِعِ ، 

( وَيُسَمَّى فِيهِ وَيَحْلِقُ رَأْسَهُ بَعْدَ ذَبْحِهَا وَيَتَصَدَّقُ بِزِنَتِهِ ) أَيْ الشَّعْرِ ( ذَهَبًا أَوْ فِضَّةً وَيُؤَذِّنُ فِي أُذُنِهِ حِينَ يُولَدُ وَيُحَنَّكُ بِتَمْرٍ ) ، بِأَنْ يُمْضَغَ وَيُدَلَّكَ بِهِ حَنَّكَهُ دَاخِلَ الْفَمِ حَتَّى يَنْزِلَ إلَى جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنْهُ,

ذَكَرَهُ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ رَوَى التِّرْمِذِيُّ وَغَيْرُهُ حَدِيثَ عَائِشَةَ { أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ💙  أَمَرَهُمْ أَنْ يُعَقَّ عَنْ الْغُلَامِ شَاتَانِ ، وَعَنْ الْجَارِيَةِ شَاةٌ } وَحَدِيثُ سَمُرَةَ { الْغُلَامُ مُرْتَهِنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ ، وَيُحْلَقُ رَأْسَهُ وَيُسَمَّى } وَحَدِيثَ { أَنَّهُ ﷺ❤ أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلَاةِ ، وَقَالَ فِي كُلٍّ } حَسَنٌ صَحِيحٌ وَرَوَى مُسْلِمٌ { أَنَّهُ ﷺ💞 أُتِيَ بِغُلَامٍ حِينَ وُلِدَ وَتَمَرَاتٍ فَلَاكَهُنَّ ثُمَّ فَغَرَ فَاهُ ثُمَّ مَجَّهُ فِيهِ } ، وَرَوَى الْحَاكِمُ وَصَحَّحَهُ عَنْ عَلِيٍّ { أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ💚 أَمَرَ فَاطِمَةَ فَقَالَ زِنِي شَعْرَ الْحُسَيْنِ وَتَصَدَّقِي بِوَزْنِهِ فِضَّةً } وَقِيسَ عَلَيْهَا الذَّهَبُ وَعَلَى الذَّكَرِ فِيمَا ذُكِرَ الْأُنْثَى .

تَنْبِيهٌ : يَحْصُلُ أَصْلُ السُّنَّةِ فِي عَقِيقَةِ الذَّكَرِ بِشَاةٍ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ كَأَصْلِهَا .
{انظر كتاب حاشية البجوري : ج ٢ ص ٣٠٠. للشيخ ابراهيم البجوري الشافعي}.

*📕🐫• Imam Ibrahim Al Bahutiy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala berkata dalam kitab Hasyiyyahnya :*

Badanah (unta/sapi yang digemukkan) cukup dari 7 orang ... (sampai ia berkata) ... waktu menyembelih qurban dimulai  dari waktu shalat 'ied, umurnya dan keselamatannya dari cacat, Boleh memakannya,  menyedekahkannya, dan membagikan dagingnya, seperti udlhiyyah/qurban dalam perkara - perkara yang telah disebutkan, *DAN DISUNNAHKAN DIMASAK MANIS* karena bertafaa'ul/mengharap kebaikkan dengan kemanisan akhlaknya,

Dan jangan dipecah tulang belulangnya karena bertafaa'ul dengan keselamatan dari marabahaya, dan agar disembelih dihari ke 7 kelahiran anak, dengan hari itu mulai masuknya waktu menyembelih aqiqah, dan tidak terputus dengan mengakhirkannya jauh dari hari ke 7, 

Dan anak diberi nama, dicukur rambut kepalanya setelah penyembelihan hewan aqiqahnya, dan menyedekahkan emas atau perak seberat rambut bayi yang telah dicukur, dikumandangkan adzan di telinganya ketika dilahirkan, mencekokinya dengan buah tamar, gambarannya dikunyah dan digosokkan dilangit - langit   mulutnya hingga sesuatu dari buah tamar tersebut turun tertelan kedalam perutnya, Imam Nawawiy telah menyebutkannya didalam Syarah Al Muhadzab : Tirmidzi dan yang lainnya tekah  meriwayatkan hadits dari Sayyidatuna 'Aisyah radliyyAllahu 'anha :

"((Rasulullah ِﷺ💙  memerintahkan mereka agar beraqiqah dua ekor kambing (yang sepadan umur dan besarnya) untuk bayi laki-laki dan seekor kambing untuk bayi perempuan))". 

Dan dari Sayyidina Samirah radliyyAllahu 'anhu : 

"((Seorang anak tergadai dengan aqîqahnya yang disembelih pada hari ketujuh, digunduli, dan diberi nama))."

Dan hadits : (Dari 'Ubaidullah bin Abu Rafi'. Dari Bapaknya beliau  berkata, "Aku melihat)  Rasulullah ﷺ💞  mengumandangkan adzan -shalat- pada telinga Hasan bin Ali saat ia dilahirkan oleh Fatimah, dan beliau berkata pada setiap telinganya." (Abu Isa berkata, "Hadits ini derajatnya) Hasan Shahih.

Dan Muslim telah meriwayatkan : 

(Dari Anas bin Malik radliyyAllahu 'anhu beliau  berkata; "Saya pergi bersama Abdullah Bin Abu Thalhah al Anshari radliyyAllahu​ 'anhu menemui Rasulullah ﷺ💚  ketika beliau baru dilahirkan. Aku mendatangi Nabi ﷺ💘, yang ketika itu beliau sedang di 'ab'ah/kandang unta  memberi minum untanya. Maka Rasulullah ﷺ❤  bertanya padaku; "Apakah kamu membawa kurma?". Saya menjawab; ya). 

Beliau kemudian mengambil beberapa kurma lalu dimasukkan ke dalam mulut beliau dan melembutkannya. Setelah itu beliau membuka mulut bayi dan disuapkan padanya, bayi itu mulai menjilatinya. 

Hakim telah meriwayatkan dan ia *MENSHAHIHKANNYA* dari Sayyidina 'Aliy radliyyAllahu 'anhu : 

"((Bahwa Rasulullah ﷺ🧡  menyuruh Fatimah radliyyAllahu 'anha maka beliau bersabda: timbanglah rambut Husaien dan bersedekahlah dengan perak seberat timbangan tersebut)).

Dan emas disamakan/diqiyaskan dengan perak, dan pada anak laki - laki seperti dalam perkara  yang disebutkan pada anak perempuan.

Peringatan : Asal Kesunnahan keberhasilan pada aqiqah anak laki-laki dengan cuma satu kambing, seperti disebutkan dalam kitab " Ar Raudhah " seperti asalnya.
{Lihat Kitab Hasyiyyah Al Baajuriy : juz 2 hal 300. Karya Syaikh Ibrahim Al Baajuriy Asy Syafi'iy}.


*📕🎙• قال الإمام أحمد بن محمد بن علي بن حجر الهيتمي الشافعي رحمه الله تعالى في كتابه " تحفة المحتاج في شرح المنهاج ":*

( وَيَجُوزُ ذَكَرٌ وَأُنْثَى ) إجْمَاعًا لَكِنَّ الذَّكَرَ وَلَوْ بِلَوْنٍ مَفْضُولٍ فِيمَا يَظْهَرُ أَفْضَلُ ؛ لِأَنَّ لَحْمَهُ أَطْيَبُ إلَّا إذَا كَثُرَ نَزَوَانُهُ فَأُنْثَى لَمْ تَلِدْ أَفْضَلُ مِنْهُ وَيُجْزِئُ خُنْثَى إذْ لَا يَخْلُو عَنْهُمَا وَالذَّكَرُ أَفْضَلُ مِنْهُ لِاحْتِمَالِ أُنُوثَتِهِ وَهُوَ أَفْضَلُ مِنْ الْأُنْثَى لِاحْتِمَالِ ذُكُورَتِهِ
{انظر كتاب تحفة المحتاج في شرح المنهاج : ج ٧ ص ٤٠٧ / كتاب الأضحية. للإمام ابن حجر الهيتمي الشافعي}.

*📓🐏• Imam Ibnu Hajar Al Haitamiy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala berkata dalam Kitabnya " Tuhfatu Al Muhtaaj Fi Syarhi Al Minhaaj ":*

(Dan *BOLEH* menyembelih aqiiqah berupa ternak jantan dan betina) dengan kesepakatan para ulama', namun dengan ternak jantan walaupun dengan warna yang norak/berlebihan pada sesuatu yang tampak *LEBIH UTAMA* karena kwalitas dagingnya lebih bagus, kecuali ketika banyak mengeluarkan keringat, maka ternak betina yang belum beranak lebih utama daripadanya, dan  ternak waria/berkelamin ganda mencukupi ketika tidak ditemukan dari keduanya (jantan dan betina) maka ternak waria yang cenderung condong kejantan lebih utama karena hanya  meliputi potensi pada sifat betinanya (tidak seutuhnya jantan),  dibandingkan dengan ternak waria yang condong kekelamin betina karena hanya meliputi potensi pada sifat jantannya (tidak seutuhnya betina).
{Lihat Kitab Tuhfatu Al Muhtaaj Fi Syarhi Al Minhaaj : juz 7 hal 407. Karya Imam Ibnu Hajar Al Haitamiy Asy Syafi'iy}.


*E• AQIQAH DAN KURBAN MEMILIKI TUJUANNYA SENDIRI*

Masing-masing dari aqiqah dan kurban memiliki tujuannya sendiri, maka salah satunya tidak bisa mewakili yang lainnya; karena masing-masing penyebabnya berbeda, seperti halnya dam (denda) haji Tamattu’ dan dam fidyah.

Jika seseorang berniat dalam satu kambing untuk kurban dan aqiqah, *MAKA IA TIDAK MENDAPATKAN DUA-DUANYA,* pendapat inilah yang kuat, karena masing-masing dari kurban dan aqiqah memiliki tujuan tertentu”.

*📒🌴• وجاء في كتاب " الفتاوى الفقهية الكبرى " للامام أحمد بن محمد بن علي بن حجر الهيتمي السعدي الأنصاري، شهاب الدين شيخ الإسلام، أبو العباس الشافعي، المتوفى: ٩٧٤هـ) رحمه الله تعالى :*

(وَسُئِلَ) - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - عَنْ ذَبْحِ شَاةٍ أَيَّامَ الْأُضْحِيَّةِ بِنِيَّتِهَا وَنِيَّةِ الْعَقِيقَةِ فَهَلْ يَحْصُلَانِ أَوْ لَا اُبْسُطُوا الْجَوَابَ؟

(فَأَجَابَ) نَفَعَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِعُلُومِهِ بِقَوْلِهِ الَّذِي دَلَّ عَلَيْهِ كَلَامُ الْأَصْحَابِ وَجَرَيْنَا عَلَيْهِ مُنْذُ سِنِينَ أَنَّهُ لَا تَدَاخُلَ فِي ذَلِكَ لِأَنَّ كُلًّا مِنْ الْأُضْحِيَّةِ وَالْعَقِيقَةِ سُنَّةٌ مَقْصُودَةٌ لِذَاتِهَا وَلَهَا سَبَبٌ يُخَالِفُ سَبَبَ الْأُخْرَى وَالْمَقْصُودُ مِنْهَا غَيْرُ الْمَقْصُودِ مِنْ الْأُخْرَى إذْ الْأُضْحِيَّةُ فِدَاءٌ عَنْ النَّفْسِ وَالْعَقِيقَةُ فِدَاءٌ عَنْ الْوَلَدِ إذْ بِهَا نُمُوُّهُ وَصَلَاحُهُ وَرَجَاءُ بِرِّهِ وَشَفَاعَتِهِ.

وَبِالْقَوْلِ بِالتَّدَاخُلِ يَبْطُلُ الْمَقْصُودُ مِنْ كُلٍّ مِنْهُمَا فَلَمْ يُمْكِنْ الْقَوْلُ بِهِ نَظِيرَ مَا قَالُوهُ فِي سُنَّةِ غُسْلِ الْجُمُعَةِ وَغُسْلِ الْعِيدِ وَسُنَّةِ الظُّهْرِ وَسُنَّةِ الْعَصْرِ وَأَمَّا تَحِيَّةُ الْمَسْجِدِ وَنَحْوُهَا فَهِيَ لَيْسَتْ مَقْصُودَةً لِذَاتِهَا بَلْ لِعَدَمِ هَتْكِ حُرْمَةِ الْمَسْجِدِ وَذَلِكَ حَاصِلٌ بِصَلَاةِ غَيْرِهَا وَكَذَا صَوْمُ نَحْوِ الِاثْنَيْنِ لِأَنَّ الْقَصْدَ مِنْهُ إحْيَاءُ هَذَا الْيَوْمِ بِعِبَادَةِ الصَّوْمِ الْمَخْصُوصَةِ وَذَلِكَ حَاصِلٌ بِأَيِّ صَوْمٍ وَقَعَ فِيهِ وَأَمَّا الْأُضْحِيَّةُ وَالْعَقِيقَةُ فَلَيْسَتَا كَذَلِكَ ... الخ.
{انظر كتاب  الفتاوى الفقهية الكبرى : ج ٤ ص ٢٥٦. للإمام ابن حجر الهيتمي الشافعي}.

*💾🐏• Dan tersebut dalam kitab " Al Fatawa Al Fiqhiyyah Al Kubra " karya Imam Ibnu Hajar Al Haitamiy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala :*

Ibnu Hajar al Makky asy Syafi’i –rahimahullah ta'ala- pernah ditanya tentang penyembelihan kambing pada hari raya idul adha dan hari tasyriq dengan niat kurban dan aqiqah, apakah mendapatkan dua pahala atau tidak ?

Beliau menjawab:

“Menurut pendapat banyak sahabat kami dalam madzhab, dan yang telah kami yakini selama ini bahwa *MASING-MASING NIAT TIDAK BISA MEWAKILI YANG LAINNYA,* karena kurban dan aqiqah masing-masing sunnah yang memiliki tujuan tersendiri, keduanya juga memiliki sebab dan tujuan yang berbeda, kurban adalah pengganti jiwa sedang aqiqah adalah pengganti anak, dengan aqiqah harapannya anak tumbuh berkembang dengan baik, shaleh, berbakti, dan (diizinkan) memberi syafa’at, 

pendapat yang mengatakan bisa mewakili kurban akan membatalkan semua maksud aqiqah di atas, dan tidak bisa disamakan dengan mandi hari Jum’at dan mandi sebelum shalat id, juga tidak sama dengan shalat sunnah (qabliyah) dzuhur dan ashar. Adapun shalat tahiyyatul masjid dan semacamnya masih bisa digabung karena tidak sampai menodai kehormatan masjid, demikian juga puasa hari senin misalnya, karena tujuannya menghidupkan hari tersebut dengan puasa tertentu, maka bisa digabung dengan puasa lain pada hari itu. Adapun aqiqah dan kurban tidak demikian, sebagaimana yang telah nampak dengan jelas pada penjelasan kami di atas”.
{Lihat Kitab al Fatawa al Fikhiyah : juz 4 hal 256. Karya Imam Ibnu Hajar Al Haitamiy Asy Syafi'iy}.


*📙🐃• قال الإمام ابن حجر الهيتمي الشافعي رحمه الله تعالى في كتابه "تحفة المحتاج شرح المنهاج" :*

" وَظَاهِرُ كَلَامِ َالْأَصْحَابِ أَنَّهُ لَوْ نَوَى بِشَاةٍ الْأُضْحِيَّةَ وَالْعَقِيقَةَ لَمْ تَحْصُلْ وَاحِدَةٌ مِنْهُمَا ، وَهُوَ ظَاهِرٌ ; لِأَنَّ كُلًّا مِنْهُمَا سُنَّةٌ مَقْصُودَةٌ " انتهى .
{انظر كتاب تحفة المحتاج شرح المنهاج : ج ٩ ص ٣٧١. للإمام ابن حجر الهيتمي الشافعي}.

*💾🐃• Imam Ibnu Hajar Al Haitamiy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Tuhfatu Al Muhtaaj 'Ala Syarhi Al Minhaaj " berkata :*

“ Jika seseorang berniat dalam satu kambing untuk kurban dan aqiqah, maka ia tidak mendapatkan dua-duanya, pendapat inilah yang kuat, karena masing-masing dari kurban dan aqiqah memiliki tujuan tertentu”.
{Lihat Kitab Tuhfatu Al Muhtaaj 'Ala Syarhi Al Minhaaj : juz 9 hal 371. Karya Imam Ibnu Hajar Al Haitamiy Asy Syafi'iy}.


*💾🐃• قال الشيخ السيد عبد الرحمن باعلوي الحضرمي الشافعي رحمه الله تعالى في كتابه " بغية المسترشدين في تلخيص فتاوى بعض الأئمة من العلماء المتأخرين ":*

لَوْ ذَبِحَ شَاةً وَنَوَى بِهَا الْاُضْحِيَّةَ وَالْعَقِيْقَةَ أَجْزَأَهُ عَنْهُمَا قَالَهُ م ر وَقَالَ ابْنُ حَجَرٍ لَا تَتَدَاخُلَانِ.
{انظر كتاب بغية المسترشدين في تلخيص فتاوى بعض الأئمة من العلماء المتأخرين : ص ٢٥٧. للشيخ السيد عبد الرحمن بن محمد بن حسين بن عمر باعلوي الشافعي}.

*📓🐐• Syaikh Sayyid 'Abdurrahman Ba'alawiy Asy Syafi'iy hafidzohullaahu ta'ala dalam Kitabnya

Jikalau menyembelih satu kambing dan berniat dengannya udlhiyyah/qurban dan 'aqiiqah, maka mencukupinya untuk keduanya, seperti telah dikatakan oleh  Imam Ramli. Dan Ibnu Hajar (Al Haitamiy) berkata : tidak bisa saling masuk menggantikan satu sama lainnya  (keduanya berdiri sendiri-sendiri).
{Lihat Kitab Bughyatu Al Mustarsyidiin Fi Talkhishi Fatawa Al Aimmati Al Mutaakhirin : hal 257. Karya Syaikh 'Abdurrahman Ba'alawiy Asy Syafi'iy}.


*📘🐂• قال الشيخ ابراهيم البجوري الشافعي رحمه الله تعالى في حاشيته :*

(وَتَعَدُّدُ الْعَقِيْقَةِ بِعَدَدِ الْاَوْلَادِ) اَيْ فَلَا تَكْفِي عَنْهُمْ عَقِيْقَةٌ وَاحِدَةٌ وَهَذَا مَبْنِيٌ عَلَى قَوْلِ الْعَلَّامَةِ ابْنِ حَجَرٍ أَنَّهُ لَوْ اَرَادَ بِالشَّاةِ الْوَاحِدَةِ الْاُضْحِيَّةِ وَالْعَقِيْقَةِ لَمْ يَكْفِ لَكِنِ الَّذِي صَرَّحَ بِهِ الْعَلَّامَةُ الرَّمْلِيُّ اَنَّهُ يَكْفِي وَعَلَيْهِ فَتَكْفِي عَقِيْقَةٌ وَاحِدَةٌ عَنِ الْاَوْلَادِ بِطَرِيْقِ الْاَوْلَى فَتَتَدَاخَلُ عَلَى الْمُعْتَمَدِ اهـ..
{انظر كتاب حاشية الباجوري : ج ٢ ص ٣٠٤. للشيخ ابراهيم البجوري الشافعي}.

*📙🌴• Syaikh Ibrahim Al Baajuriy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala berkata dalam kitab Hasyiyyahnya :*

(Bilangan aqiiqah berdasarkan bilangan anak - anak) artinya tidak cukup dari mereka satu sembelihan aqiiqah, dan ini tetap menurut perkataan Imam Ibnu Hajar bahwasannya jikalau menginginkan dengan satu kambing diniati udlhiyyah/qurban dan aqiqah maka hal itu tidak mencukupi,

namun perkara yang Al Alamah Ramli telah menjelaskannya bahwasannya hal tersebut telah mencukupi, dan atasnya cukup satu aqiiqah untuk beberapa anak dengan jalan keutamaan, maka bisa saling memasuki menurut pendapat yang mu'tamad/bisa dipegang.
{Lihat Kitab Hasyiyyah Al Baajuriy : juz 2 hal 304. Karya Imam Ibrahim Al Baajuriy Asy Syafi'iy}.


Seandainya seseorang berniat satu kambing untuk qurban dan ‘aqiqah sekaligus maka keduanya sama-sama tidak teranggap. Inilah yang lebih tepat karena maksud dari qurban dan ‘aqiqah itu berbeda. Karena sesungguhnya maksud dengan berqurban adalah memberikan jamuan secara umum, sedangkan dari aqiqah memberikan jamuan secara khusus, dan karena sesungguhnya keduanya berbeda dalam beberapa masalahnya, seperti perkara  yang akan datang, dan dengan ini akan menjadi jelas *PENOLAKKAN* terhadap pendapat orang yang menganggap bahwasannya *KEDUANYA BISA TERREALISASIKAN*


*📘🐃• قال الإمام ابن حجر الهيثمي الشافعي رحمه الله تعالى في كتابه " تحفة المحتاج في شرح المنهاج ":*

وَظَاهِرُ كَلَامِ الْمَتْنِ وَالْأَصْحَابِ أَنَّهُ لَوْ نَوَى بِشَاةٍ الْأُضْحِيَّةَ وَالْعَقِيقَةَ لَمْ تَحْصُلْ وَاحِدَةٌ مِنْهُمَا وَهُوَ ظَاهِرٌ؛ لِأَنَّ كُلًّا مِنْهُمَا سُنَّةٌ مَقْصُودَةٌ ،

وَلِأَنَّ الْقَصْدَ بِالْأُضْحِيَّةِ الضِّيَافَةُ الْعَامَّةُ وَمِنْ الْعَقِيقَةِ الضِّيَافَةُ الْخَاصَّةُ ,

وَلِأَنَّهُمَا يَخْتَلِفَانِ فِي مَسَائِلَ كَمَا يَأْتِي وَبِهَذَا يَتَّضِحُ الرَّدُّ عَلَى مَنْ زَعَمَ حُصُولَهُمَا وَقَاسَهُ عَلَى غُسْلِ الْجُمُعَةِ وَالْجَنَابَةِ عَلَى أَنَّهُمْ صَرَّحُوا بِأَنَّ مَبْنَى الطَّهَارَاتِ عَلَى التَّدَاخُلِ فَلَا يُقَاسُ بِهَا غَيْرُهَا (يُسَنُّ) سُنَّةً مُؤَكَّدَةً.

(قَوْلُهُ وَهُوَ ظَاهِرٌ) خِلَافًا لِلنِّهَايَةِ عِبَارَتُهُ وَلَوْ نَوَى بِالشَّاةِ الْمَذْبُوحَةِ الْأُضْحِيَّةَ وَالْعَقِيقَةَ حَصَلَا خِلَافًا لِمَنْ زَعَمَ اهـ. 

(قَوْلُهُ لِأَنَّ كُلًّا مِنْهُمَا إلخ) قَدْ يُقَالُ وَأَيْضًا كُلٌّ مِنْهُمَا لَا يَحْصُلُ بِأَقَلَّ مِنْ شَاةٍ وَيَلْزَمُ مِنْ حُصُولِهِمَا بِوَاحِدَةٍ حُصُولُ كُلٍّ مِنْهُمَا بِدُونِهَا اهـ سم. 

عِبَارَةُ الْبُجَيْرِمِيِّ عَنْ الْحَلَبِيِّ وَالشَّوْبَرِيِّ وَلَوْ نَوَى بِهَا الْعَقِيقَةَ وَالْأُضْحِيَّةَ حَصَلَا عِنْدَ شَيْخِنَا خِلَافًا لِابْنِ حَجّ حَيْثُ قَالَ : لَا يَحْصُلَانِ لِأَنَّ كُلًّا إلَخْ وَهُوَ وَجِيهٌ اهـ.
{انظر كتاب تحفة المحتاج في شرح المنهاج : ج ٩ ص ٣٦٩ - ٣٧٠ / كتاب الأضحية / باب في العقيقة. للإمام ابن حجر الهيتمي الشافعي}.

*💾🐂• Menurut imam Ibnu Hajar Al Haitamiy Asy Syafi'iy dalam kitabnya " Tuhfatu Al Muhtaaj Fi Syarhi Al Minhaaj ":*

Penjelasan ungkapan kitab Matan dan Ashaab (Syafi'iyyah) bahwasannya jikalau berniat 
satu sembelihan  diniati aqiqoh dan qurban sekaligus tidak dapat mencukupi untuk keduanya, keduanya harus dikerjakan sendiri-sendiri, sebab keduanya merupakan kesunatan tersendiri. 

Tujuan dari qurban adalah perjamuan umum, sedangkan aqiqoh adalah perjamuan khusus. 

Dan sesungguhnya keduanya saling berbeda dalam beberapa masalah seperti yang akan disebutkan, dan dengan ini menjelaskan penolakkan terhadap pendapat orang yang mengira keberhasilan keduanya, dan ia mengkiaskannya atas kesamaan mandi Jum'at dan mandi jinabah bahwasannya mereka menjelaskan karena sesungguhnya ketetapan kesucian - kesucian itu saling mengisi, maka tidak boleh  disamakan antara yang lain dengannya. Disunnahkan Sunnah Muakkad (yang dianjurkan).

Ungkapan pengarang : dan itu jelas menyelisihi pada kitab An Nihayah, yang ungkapannya berbunyi : jikalau berniat dengan satu kambing yang disembelih untuk udlhiyyah/qurban dan aqiiqah sekaligus, maka keduanya dapat dihasilkan, menyelisihi orang yang menganggapnya (pelaksanaan tersebut tidak bisa dihasilkan).

Ungkapan pengarang : bahwasannya salah satu dari keduanya ... dst. Sesungguhnya dikatakan dan lagi salah satu dari keduanya tidak bisa berhasil dengan lebih sedikit dari satu kambing dan  pasti berhasil salahsatunya dengan kambing  yang  lainnya dari keberhasilan keduanya dengan satu kambing.

Ungkapan Al Bujairimiy dari Al Halabiy dan Asy Syaubariy jikalau menyembelih  dengan satu kambing berniat untuk 'aqiiqah dan qurban, maka keduanya berhasil menyelisihi Ibnu Al Hajj, sebagaimana ia telah berkata : tidak berhasil keduanya karena salahsatunya ... dst. Dan itu sah.
{Lihat Kitab Tuhfatu Al Muhtaaj Fi Syarhi Al Minhaaj : juz 3 hal 369 - 370. Karya Imam Ibnu Hajar Al Haitamiy Asy Syafi'iy}.


*4⃣• Cukup Menggabung Niat Kurban Dan Aqiqah Menurut Madzhab Hanabillah (Imam Ahmad).*

*💾🐫• وقال العلامة البهوتي الحنبلي في كتابه "الروض المربع شرح زاد المستقنع" :*

(وحُكمُها)؛ أي: حُكْمُ العقيقةِ فيما يُجْزِئُ ويُسْتَحَبُّ ويُكرَهُ والأَكْلُ والهَدِيَّةُ والصدقةُ (كالأُضْحِيَةِ).
{انظر كتاب "الروض المربع شرح زاد المستقنع" : ج ص . للعلامة البهوتي الحنبلي}.

*🌴🎙• Al 'Alamah Bahutiy Al Hanbaliy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Ar Raudl Al Murabbi' Syarhu Zaada Al Mustaqni' :*

Dan hukum yakni *HUKUM AQIIQAH* didalam perkara yang dianggap cukup, diperbolehkan, dimakruhkan, memakannya, menghadiahkannya, dan menyedekahkannya, *HUKUMNYA SEPERTI UDLHIYYAH/QURBAN*.
{Lihat Kitab Ar Raudl Al Murabbi' Syarhu Zaada Al Mustaqni' : juz hal . Karya Imam Al Bahutiy Al Hanbaliy}.


*💾🐏• قال الشيخ عبد الرحمن بن قاسم العاصمي الحنبلي في كتابه حاشية الروض المربع :*

[أي حكم العقيقة كالأضحية فيما يجزئ من إبل وبقر وغنم وفيما يستحب، كالسلامة من كل عيب مما مر ونحوه، وكاستسمان، واختيار الأفضل، وفيما يكره، كمعيبة الأذن والألية، ونحو شقٍّ أو قطعٍ] اهـ. 
{انظر كتاب " حاشية الروض المربع شرح زاد المستقنع" : ج ٤ ص ٢٥٠. للعلامة عبد الرحمن محمد بن  قاسم الحنبلي}.

*📓🐐• Syaikh 'Abdurrahman bin Qaasim Al 'Ashimiy Al Hanbaliy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Hasyiyyah Ar Raudl Al Murabbi' " berkata :*

Yakni *HUKUM 'AQIIQAH SEPERTI HUKUM UDLHIYYAH/QURBAN* dalam masalah ternak yang mencukupi untuk sembelihan dari jenus unta, sapi, dan kambing, 

Dan sama dalam perkara yang diperbolehkan seperti ternak harus selamat dari setiap cacat yang telah berlalu dan semacamnya, dan seperti mencari ternak yang gemuk, dan memilih ternak yang paling utama,

Dan sama dalam perkara yang dimakruhkan seperti cacat  telinga dan pahanya,  semacam sobek  atau putus.
{Lihat Kitab Hasyiyyah Ar Raudl Al Murabbi'. Karya Al 'Alamah 'Abdurrahman Muhammad bin Qaasim Al Hanbaliy}.


Hewan kurban boleh digabungkan dengan hewan aqiqah. Ini pendapat Imam Ahmad dalam riwayat yang lain. Karena tujuan dari kurban dan aqiqah adalah untuk bertaqarub kepada Allah dengan sembelihan, maka salah satunya bisa mewakili yang lainnya, sebagaimana shalat tahiyyatul masjid termasuk di dalam shalat fardhu bagi siapa saja yang memasuki masjid. Sedangkan dalil yang sebagai landasan beliau adalah : 

*🌴🐏• روى ابن أبي شيبة رحمه الله تعالى في كتابه  "المصنف" :*

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ مَطَرٍ ، عَنْ هِشَامٍ ، عَنِ الْحَسَنِ ، قَالَ : 

*_"إِذَا ضَحَّوْا عَنِ الْغُلامِ فَقَدْ أَجْزَأَتْ عَنْهُ مِنَ الْعَقِيقَةِ "_*.
{انظر كتاب  مصنف ابن أبي شيبة : ج ٥ ص ٥٣٤ / كِتَابُ الْعَقِيقَةِ / مَنْ قَالَ : إِذَا ضَحَّى عَنْهُ أَجْزَأَتْهُ مِنَ  العقيقة / رقم الحديث : ٢٣٦٦٧}.

*📓🐑• Imam Ibnu Abi Syaibah –rahimahullah ta'ala - meriwayatkan dalam Kitabnya  “al Mushannaf” :*

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : 'Utsman bin Mathar. Dari Hisyam. Dari Al  Hasan, ia  berkata: 

*_“Jika mereka menyembelih kurban untuk seorang anak, maka juga boleh untuk aqiqah”_*.
{Lìhat Kitab Al Mushannaf Karya Imam Ibnu Syaibah : juz 5 hal 534 / Kitabu Al 'Aqiqah / Man Qaala : Ìdzaa Dlohha 'Anhu Ajza'athu Min Al 'Aqiqati / No. 23667}.

*📘🐑• وروى ابن أبي شيبة رحمه الله تعالى في كتابه  "المصنف" :*

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ ، عَنْ هِشَامٍ ، عَنِ الْحَسَنِ وَابْنِ سِيرِينَ ، قَالا : 

*_" تُجْزِئُ عَنْهُ مِنَ الْعَقِيقَةِ الأُضْحِيَةُ"._*
{انظر كتاب  مصنف ابن أبي شيبة : ج ٥ ص ٥٣٤ / كِتَابُ الْعَقِيقَةِ / مَنْ قَالَ : إِذَا ضَحَّى عَنْهُ أَجْزَأَتْهُ مِنَ  العقيقة / رقم الحديث : ٢٣٦٦٨}.

*📓🐑• Imam Ibnu Abi Syaibah –rahimahullah ta'ala - meriwayatkan dalam Kitabnya lagi “al Mushannaf” :*

Telah menceritakan kepada kami : Abu Bakar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Waki'. Dari Sufyaan. Dari Hisyam. Dari Al Hasan dan Ibnu Siriin keduanya berkata: 

*_“Dibolehkan sembelihan untuk aqiqah diniatkan juga untuk kurban”._*
{Lìhat Kitab Al Mushannaf Karya Imam Ibnu Syaibah : juz 5 hal 534 / Kitabu Al 'Aqiqah / Man Qaala : Ìdzaa Dlohha 'Anhu Ajza'athu Min Al 'Aqiqati / No. 23668}.

*📒🐃• وروى ابن أبي شيبة رحمه الله تعالى في كتابه  "المصنف" :*

 حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ مَطَرٍ ، عَنْ سَعِيدٍ ، عَنْ قَتَادَةَ ، قَالَ : 

*_"لا تُجْزِئُ عَنْهُ حَتَّى يُعَقَّ عَنْهُ " ._*
{انظر كتاب  مصنف ابن أبي شيبة : ج ٥ ص ٥٣٤ / كِتَابُ الْعَقِيقَةِ / مَنْ قَالَ : إِذَا ضَحَّى عَنْهُ أَجْزَأَتْهُ مِنَ  العقيقة / رقم الحديث : ٢٣٦٦٩}.

*💾🐪• Imam Ibnu Abi Syaibah –rahimahullah ta'ala - meriwayatkan lagi dalam Kitabnya  “al Mushannaf” :*

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : 'Utsman bin Mathar. Dari Sa'iid. Dari Qatadah, ia berkata: 

*_“Tidak sah kurbannya sampai diaqiqahi terlebih dahulu”_*.
{Lìhat Kitab Al Mushannaf Karya Imam Ibnu Syaibah : juz 5 hal 534 / Kitabu Al 'Aqiqah / Man Qaala : Ìdzaa Dlohha 'Anhu Ajza'athu Min Al 'Aqiqati / No. 23669}.


*📕🐪• وقال البهوتي الحنبلي رحمه الله تعالى في كتابه "شرح منتهى الإرادات  المسمى دقائق أولي النهى لشرح المنتهى ":*

" وَإِنْ اتَّفَقَ وَقْتُ عَقِيقَةٍ وَأُضْحِيَّةٍ ، بِأَنْ يَكُونَ السَّابِعُ أَوْ نَحْوُهُ مِنْ أَيَّامِ النَّحْرِ ، فَعَقَّ أَجْزَأَ عَنْ أُضْحِيَّةٍ ، أَوْ ضَحَّى أَجْزَأَ عَنْ الْأُخْرَى ، كَمَا لَوْ اتَّفَقَ يَوْمُ عِيدٍ وَجُمُعَةٍ فَاغْتَسَلَ لِأَحَدِهِمَا ، وَكَذَا ذَبْحُ مُتَمَتِّعٍ أَوْ قَارِنٍ شَاةً يَوْمَ النَّحْرِ ، فَتُجْزِئُ عَنْ الْهَدْيِ الْوَاجِبِ وَعَنْ الْأُضْحِيَّةَ " انتهى .
{انظر كتاب شرح منتهى الإرادات  المسمى دقائق أولي النهى لشرح المنتهى : ج ١ ص ٦١٧. للإمام البهوتي الحنبلى}.

*📙🌴• Imam Bahutiy Al Hanbaliy rahimahullah ta'ala berkata dalam kitabnya  “Syarh Muntahal Idaraat" yang dinamakan ” Daqaaiqu Uli An Nuha Li Syarhi Al Muntaha " :*

“Jika waktu aqiqah bersamaan dengan waktu berkurban, seperti pada hari ke tujuh atau yang lainnya bersamaan dengan hari raya idul adha atau hari tasyriq, maka salah satu dari aqiqah atau kurban bisa mewakili yang lainnya. Sebagaimana jika hari raya bersamaan dengan hari jum’at, maka niat mandinya untuk salah satunya saja, sebagaimana juga sembelihan haji tamattu’ atau haji qiran pada hari raya idul adha, maka sembelihan dam (yang wajib) juga untuk kurban idul adha”. 
{Lihat Kitab “Syarh Muntahal Idaraat" yang dinamakan ” Daqaaiqu Uli An Nuha Li Syarhi Al Muntaha " : juz 1 hal 617. Karya Imam Bahutiy Al Hanbaliy}.

*📘🐪• وقال الإمام البهوتي رحمه الله تعالى في كتابه  "كشاف القناع عن متن الإقناع ":*

" وَلَوْ اجْتَمَعَ عَقِيقَةٌ وَأُضْحِيَّةٌ ، وَنَوَى الذَّبِيحَةَ عَنْهُمَا ، أَيْ : عَنْ الْعَقِيقَةِ وَالْأُضْحِيَّةِ أَجْزَأَتْ عَنْهُمَا نَصًّا [أي : نص عليه الإمام أحمد]" انتهى.
{انظر كتاب كشاف القناع عن متن الإقناع : ج ٣ ص ٣٠. للإمام البهوتي الحنبلى}.

*📒🐃• Imam Bahutiy Al Hanbaliy rahimahullah ta'ala juga berkata dalam “Kasysyaful Qinaa' 'Ala Matni Al Ìqnaa' :*

“Jika aqiqah dan kurban berkumpul, dan berniat dalam satu sembelihan untuk keduanya (aqiqah  dan kurban), maka hal itu dibolehkan secara tekstual oleh Imam Ahmad”. 
{Lihat Kitab Kasyaafu Al Qinaa' 'Ala Matni Al Ìqnaa' : juz 3 hal 30. Karya Imam Bahutiy Al Hanbaliy}.

*📘🐐• وقد اختار هذا القول الشيخ محمد بن إبراهيم رحمه الله فقال :*

"لو اجتمع أضحية وعقيقة كفى واحدة صاحب البيت ، عازم على التضحية عن نفسه فيذبح هذه أضحية وتدخل فيها العقيقة .
وفي كلامٍ لبعضهم ما يؤخذ منه أنه لابد من الاتحاد : أن تكون الأضحية والعقيقة عن الصغير. وفي كلام آخرين أنه لا يشترط ، إذا كان الأب سيضحي فالأضحية عن الأب والعقيقة عن الولد .

*💾🐂• Syaikh Muhammad bin Ibrahim –rahimahullah- telah memilih pendapat ini dengan mengatakan:*

"Jika bertemu antara waktu aqiqah dengan waktu kurban, maka cukup dengan satu hewan sembelihan, dengan berniat untuk berkurban untuk dirinya dan berniat untuk aqiqah anaknya. Sebagian dari mereka justru berpendapat harus dijadikan satu, yaitu; kurban dan aqiqah untuk bayi. Namun pendapat yang lain tidak mensyaratkan hal itu, jika seorang ayah mau berkurban, maka kurban itu untuk sang ayah dan aqiqah untuk si anak. 

*📕🐪• وجاء في فتاوى الشيخ محمد ابن ابراهيم :*

الحاصل : أنه إذا ذبح الأضحية عن أُضحية نواها وعن العقيقة كفى" انتهى .
{انظر "فتاوى الشيخ محمد بن إبراهيم" : ج ٦ ص ١٥٩. للشيخ محمد بن ابراهيم}.

*📒🐃• Tersebut Dalam Kitab Fatawa Syaikh Muhammad bin Ibrahim :*

*Kesimpulannya adalah:* 

Jika seseorang berniat untuk berkurban, pada waktu bersamaan ia berniat untuk aqiqah maka hal itu sudah cukup”.
{Lihat Kitab Fatawa Syaikh Muhammad bin Ibrahim: juz 6 hal 159. Karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim}.


*📓🐏• وجاء في كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية لوزارة الأوقاف والشؤون الإسلامية - دولة الكويت :*

وجمهور العلماء على أنه يجزئ فيها الغنم والإبل والبقر ، لكن اختلفوا هل تأخذ حكم الأضحية ، فيصح الاشتراك في بقرة أو بعير ؟

والأقرب : أنه لا يصح فيها الاشتراك ، وهو مذهب المالكية والحنابلة .
{انظر كتاب  "الموسوعة الفقهية الكويتية " : ج ٣٠ ص ٢٧٩. لوزارة الأوقاف والشؤون الإسلامية - دولة الكويت}.

*💾🐂• Tersebut dalam Kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah karya Kementrian Urusan Wakaf dan Urusan Agama - Negara Kuwait :*

Jumhur ulama menyatakan boleh beraqiqah dengan kambing, sapi atau unta, akan tetapi mereka berbeda pendapat dalam hal apakah aqiqah juga bisa mewakili kurban, maka menjadi sah penggabungan pada sapi atau unta ?

Yang lebih mendekati adalah tidak sah penggabungan antara aqiqah dan kurban, ini merupakan pendapat Malikiyah dan Hanabilah.
{Lihat Kitab Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyyah : juz  30 hal 279. Karya Kementrian Urusan Wakaf dan Urusan Agama - Negara Kuwait}.


*5⃣• Tidak Mencukupi Mênurut Harakah/Gerakan Wahhabiy.*

*📘🍒• قال ابن عثيمين الوهابي :* 

" العقيقة لا يجزئ فيها الاشتراك ، فلا يجزئ البعير عن اثنين ، ولا البقرة عن اثنين ، ولا تجزئ عن ثلاثة ولا عن أربعة من باب أولى . ووجه ذلك :

أولا : أنه لم يرد التشريك فيها ، والعبادات مبنية على التوقيف .

ثانيا : أنها فداء ، والفداء لا يتبعض ؛ فهي عن فداء عن النفس ، فإذا كانت فداء عن النفس فلا بد أن تكون نفسا ، والتعليل الأول لا شك أنه الأصوب ، لأنه لو ورد التشريك فيها بطل التعليل الثاني ، فيكون مبنى الحكم على عدم ورود ذلك " انتهى . 

*📓🐫• Ibnu Utsaimin  berkata:*

“Aqiqah tidak sah jika digabung dengan yang lainnya, maka satu unta tidak bisa untuk dua bayi, demikian juga sapi tidak bisa untuk dua bayi. Jika untuk 2 bayi saja tidak sah maka bagaimana jika diperuntukkan untuk 3 dan 4 bayi tentu akan lebih tidak sah lagi, hal itu dikarenakan:

1.      Tidak ada dalil yang menyatakan boleh digabung, ibadah itu bersifat given (pemberian).

2.      Bahwa aqiqah itu merupakan tebusan, yang namanya tebusan tidak bisa dibagi-bagi; karena menjadi tebusan jiwa, jika tebusan jiwa maka harus juga berupa jiwa, sebab pertama tidak diragukan lagi bahwa hal itu lebih tepat; karena jika ternyata boleh digabung maka sebab keduanya menjadi batal, maka tumpuan hukumnya karena tidak adanya riwayat akan hal itu.


*F• KESIMPULAN BESERTA ALASAN - ALASANNYA* :

Para ulama fikih dalam masalah ini berbeda pendapat menjadi dua pendapat:


*👌• (PENDAPAT PERTAMA) :*

Satu hewan kurban bisa termasuk di dalamnya aqiqah, ini adalah pendapat Hasan al Bashri, Muhammad bin Siriin, Qatadah, dan pendapat madzhab Hanafiyah, dan salah satu pendapat Imam Ahmad.

Mereka menjadikan masalah ini seperti masalah bertemunya shalat hari raya dengan shalat jum’at, bahwa dibolehkan mendirikan salah satunya saja; karena kedua shalat tersebut banyak kesamaannya, dari sisi jumlah raka’at, khutbah dan dikerjakan dengan jahr. Demikian juga antara kurban dan aqiqah adalah sama-sama sembelihan.

Mereka juga mengatakan: “ Persamaannya juga seperti seseorang mendirikan shalat sunnah dua raka’at dengan tahiyyatul masjid dan sunnah qabliyah.


*👌• (PENDAPAT KEDUA) :*

Hewan kurban tidak boleh juga diniatkan untuk aqiqah. Ini adalah pendapat Malikiyah, Syafi’iyah, dan riwayat yang lain dari Imam Ahmad.

Mereka berkata: Kedua sembelihan tersebut (aqiqah dan kurban), masing-masing memiliki sebab yang berbeda, maka salah satunya tidak bisa mewakili yang lainnya. Sebagaimana jika dam (denda) haji Tamattu’ dan dam fidyah bertemu, maka salah satunya tidak bisa mewakili yang lainnya.

Mereka juga beralasan: Tujuan masing-masing dari keduanya (aqiqah dan kurban) adalah mengalirkan darah, keduanya juga syi’ar dengan mengalirkan darah, maka salah satunya tidak bisa mewakili yang lainnya.


*👌• TAMBAHAN :*

*Dalam permasalahan ini dalam tubuh Madzhab Syafi'iyyah (pengikut Imam Syafi'iy) sendiri  terdapat perbedaan pendapat antara Imam ar-Ramli dan Ibnu Hajar Al Haitamiy. Menurut Imam ar-Ramli *SUDAH DIANGGAP CUKUP,* sedangkan menurut Imam Ibnu Hajar Al Haitamiy *TIDAK CUKUP.*

Konsekuensi yang mungkin kotradiktif dari pendapat imam Romli ini adalah dalam pembagian dagingnya, mengingat daging kurban lebih afdhal dibagikan dalam kondisi belum dimasak (masih mentah), sementara aqiqah dibagikan dalam kondisi siap saji. Problem ini tentunya tidak perlu dipermasalahkan karena cara pembagian tersebut bukanlah termasuk hal yang subtantif. Kedua cara pembagian daging tersebut adalah demi meraih keutamaan, bukan menyangkut keabsahan ibadah.


*G• HEWAN QURBAN/AQIQAH  LEBIH UTAMA DIBANDINGKAN SEDEKAH DENGAN UANG SEHARGANYA*

Hal ini berdasarkan hadits dan beberapa pendapat ulama' madzhab :

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيُّ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ ابْنُ نَافِعٍ ، حَدَّثَنِي أَبُو الْمُثَنَّى ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ عَائِشَةَ ، أَنّ النَّبِيَّ ﷺ💞 قَالَ : 

*_" مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلًا ، أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ ، وَإِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا ، وَأَظْلَافِهَا ، وَأَشْعَارِهَا ، وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ ، فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا " ._*
{رواه  ابن ماجه / كِتَاب الْأَضَاحِيِّ / بَاب ثَوَابِ الْأُضْحِيَّةِ / رقم الحديث : ٣١٢٥، واللفظ له. ورواه البيهقي في شعب الإيمان : ج ٥ ص ٤٨٠، برقم: ٧٣٣٣. وقال في مشكاة المصابيح : ج ١ ص ٣٣٠ : صحيح، برقم : ١٤٧٠}. 

Telah menceritakan kepada kami : 'Abdurrahman bin Ibrahim Ad Dimasyqi. Telah menceritakan kepada kami : 'Abdullah bin Nafi'. Telah menceritakan kepadaku : Abu Al Mutsanna. Dari Hisyam bin 'Urwah. Dari Ayahnya. Dari ', bahwa Nabi ﷺ❤ bersabda: 

*_"Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) kurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya dan bulu-bulunya. Dan sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya."_*
{HR. Ibnu Majah / Kitabu Al Adloohi / Babu Tsawaabi Al Udlhiyyati / No. 3125, teks hadits miliknya. Dan Baihaqiy dalam Syu'abu Al Iman : juz 5 hal 480, No. 7333. Berkata dalam Misykat Al Mashaabih : juz 1 hal 330 : *HADITS SHAHIH*, No. 1470}.

*📓🐫• قال الإمام  السرخسي الحنفي رحمه الله تعالى في كتابه " المبسوط " :*

"والأضحية أحب إلي من التصدق بمثل ثمنها".
{انظر كتاب المبسوط : ج ٦ ص ١٧١. للإمام السرخسي الحنفي}.

*📙🐃• Imam Sarkhasiy Al Hanafiy rahimahullahu ta'ala dalam Kitabnya " Al Mabsuth " berkata :*

Menyembelih hewan qurban lebih aku sukai daripada bersedekah dengan uang senilai dengan harga hewan qurbannya.
{Lihat Kitab Al Mabsuth : juz 6 hal 171. Karya Imam As Sarkhasiy Al Hanafiy}.

*📘🐂• وقال الإمام منصور البهوتي الحنبلي رحمه الله تعالى في كتابه " الروض المربع شرح زاد المستقنع ":*

"وذبحها أفضل من الصدقة بثمنها".
{انظر كتاب الروض المربع شرح زاد المستنقع : ج ١ ص ٢٩١. للإمام البهوتي الحنبلي. وكتاب المغني : ج ١١ ص ٩٥. للإمام ابن قدامة الحنبلى. وكتاب العمدة في الفقه : ج ١ ص ٢٠٦. للإمام ابن قدامة المقدسي الحنبلي}.

*📓🐂• Imam Bahutiy Al Hanbaliy rahimahullahu ta'ala berkata dalam Kitabnya " Ar Raudl Al Murabbi' Syarhu Zaada Al Mustaqni' :*

Dan menyembelihnya *LEBIH UTAMA* dibandingkan bersedekah dengan uang senilai harga hewan qurbannya.
{Lihat Kitab Ar Raudl Al Murabbi' Syarhu Zaada Al Mustaqni' : juz 1 hal 291. Karya Imam Bahutiy Al Hanbaliy. Dan Kitab Al Mughniy : juz 11 hal 95. Karya Imam Ibnu Qudamah Al Hanbaliy. Dan Kitab Al 'Umdah : juz 1 hal 206. Karya Ibnu Qudamah Al Hanbaliy}.


*H• HIKMAH DI BALIK MENYEMBELIH QURBAN/AQIQAH*

1). Kebaikkan setiap helai bulu hewan kurban

Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah ﷺ💘 apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: 

“Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” 

Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya? ”Rasulullah menjawab: 

“Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” 
[HR. Ahmad dan ibn Majah]

2. Berkurban adalah ciri keislaman seseorang

Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ💙 bersabda: 

"Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.” 
[HR. Ahmad dan Ibnu Majah]

3). Ibadah kurban adalah salah satu ibadah yang paling disukai oleh Allah

Dari Aisyah, Rasulullah ﷺ💚 bersabda:  

“Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” 
[HR. Ibn Majah dan Tirmidzi. Tirmidzi menyatakan: Hadits ini adalah hasan gharib]

4). Berkurban membawa misi kepedulian pada sesama, menggembirakan kaum dhuafa

“Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah”.
[HR. Muslim]

5). Berkurban adalah ibadah yang paling utama

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” 
[Qur’an Surat Al Kautsar : 2]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy rahimahullahu ta'ala  sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531-532) ketika menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar menguraikan : “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji, perintah, serta keutamaan-Nya.”

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku (kurban), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” 
[Qur’an Surat Al An’am : 162]

Beliau juga menegaskan: “Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih qurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat…”

6). Berkurban adalah sebagian dari syiar agama Islam

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)”.
[Qur’an Surat Al Hajj : 34]

7). Mengenang ujian kecintaan dari Allah kepada Nabi Ibrahim

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” 
[Qur’an Surat Ash Shaffat : 102 – 107]


*Hikmah Qurban Menurut Harakah Wahhabiy :*

Pertama: Bersyukur kepada Allah atas nikmat hayat (kehidupan) yang diberikan.

Kedua: Menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim –kholilullah (kekasih Allah)- ‘alaihis salaam yang ketika itu Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail ‘alaihis salaam ketika hari an nahr (Idul Adha).

Ketiga: Agar setiap mukmin mengingat kesabaran Nabi Ibrahim dan Isma’il ‘alaihimas salaam, yang ini membuahkan ketaatan pada Allah dan kecintaan pada-Nya lebih dari diri sendiri dan anak. Pengorbanan seperti inilah yang menyebabkan lepasnya cobaan sehingga Isma’il pun berubah menjadi seekor domba. Jika setiap mukmin mengingat  kisah ini, seharusnya mereka mencontoh dalam bersabar ketika melakukan ketaatan pada Allah dan seharusnya mereka mendahulukan kecintaan Allah dari hawa nafsu dan syahwatnya.

Keempat: Ibadah Qurban lebih utama daripada  bersedekah dengan uang yang senilai dengan hewan qurban. Ibnul Qayyim berkata, “Penyembelihan yang dilakukan di waktu mulia lebih afdhol daripada sedekah senilai penyembelihan tersebut. Oleh karenanya jika seseorang bersedekah untuk menggantikan kewajiban penyembelihan pada manasik tamattu’ dan qiron meskipun dengan sedekah yang bernilai berlipat ganda, tentu tidak bisa menyamai keutamaan udhiyah.”
{Lihat Talkhish Kitab Ahkami Al Udhiyah Wa Adz Dzakaah, hal. 11-12 dan Shahih Fiqh Sunnah, 2: 379}.


نقلها ورتبها طالب العلم " محمد عبد الحكيم " سرومبونج - ماجلانج - جاوة الوسطى

Selesai senin legi :

٢٢ ذو الحجة ١٤٣٩ هـ
03 September 2018 M

PALING DIMINATI

Kategori

SHALAT (8) HADITS (5) WANITA (5) ADAB DAN HADITS (3) FIQIH HADIST (3) WASHIYYAT DAN FAWAID (3) 5 PERKARA SEBELUM 5 PERKARA (2) AQIDAH DAN HADITS (2) CINTA (2) PERAWATAN JENAZAH BAG VII (2) SIRAH DAN HADITS (2) TAUSHIYYAH DAN FAIDAH (2) TAWAJUHAT NURUL HARAMAIN (2) (BERBHAKTI (1) 11 BAYI YANG BISA BICARA (1) 12 BINATANG YANG MASUK SURGA (1) 25 NAMA ARAB (1) 7 KILOGRAM UNTUK RAME RAME (1) ADAB DAN AKHLAQ BAGI GURU DAN MURID (1) ADAB DAN HADITS (SURGA DIBAWAH TELAPAK KAKI BAPAK DAN IBU) (1) ADAT JAWA SISA ORANG ISLAM ADALAH OBAT (1) AIR KENCING DAN MUNTAHAN ANAK KECIL ANTARA NAJIS DAN TIDAKNYA ANTARA CUKUP DIPERCIKKI AIR ATAU DICUCI (1) AJARAN SUFI SUNNI (1) AKIBAT SU'UDZON PADA GURU (1) AL QUR'AN (1) AMALAN KHUSUS JUMAT TERAKHIR BULAN ROJAB DAN HUKUM BERBICARA DZIKIR SAAT KHUTBAH (1) AMALAN NISFHU SYA'BAN HISTORY (1) AMALAN SUNNAH DAN FADHILAH AMAL DIBULAN MUHARRAM (1) AMALAN TANPA BIAYA DAN VISA SETARA HAJI DAN UMRAH (1) APAKAH HALAL DAN SAH HEWAN YANG DISEMBELIH ULANG? (1) AQIDAH (1) ASAL MULA KAUM KHAWARIJ (MUNAFIQ) DAN CIRI CIRINYA (1) ASAL USUL KALAM YANG DISANGKA HADITS NABI (1) AYAT PAMUNGKAS (1) BELAJAR DAKWAH YANG BIJAK MELALUI BINATANG (1) BERITA HOAX SEJARAH DAN AKIBATNYA (1) BERSENGGAMA ITU SEHAT (1) BERSIKAP LEMAH LEMBUT KEPADA SIAPA SAJA KETIKA BERDAKWAH (1) BIRRUL WALIDAIN PAHALA DAN MANFAATNYA (1) BOLEH SHALAT SUNNAH SETELAH WITIR (1) BOLEHNYA MENDEKTE IMAM DAN MEMBAWA MUSHAF DALAM SHALAT (1) BOLEHNYA MENGGABUNG DUA SURAT SEKALIGUS (1) BOLEHNYA PATUNGAN DAN MEWAKILKAN PENYEMBELIHAN KEPADA KAFIR DZIMMI ATAU KAFIR KITABI (1) BULAN ROJAB DAN KEUTAMAANNYA (1) DAGING KURBAN AQIQAH UNTUK KAFIR NON MUSLIM (1) DAN FAKHR (1) DAN YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA) (1) DARIMANA SEHARUSNYA UPAH JAGAL DAN BOLEHKAH MENJUAL DAGING KURBAN (1) DASAR PERAYAAN MAULID NABI (1) DEFINISI TINGKATAN DAN PERAWATAN SYUHADA' (1) DO'A MUSTAJAB (1) DO'A TIDAK MUSTAJAB (1) DOA ASMAUL HUSNA PAHALA DAN FAIDAHNYA (1) DOA DIDALAM SHALAT DAN SHALAT DENGAN SELAIN BAHASA ARAB (1) DOA ORANG MUSLIM DAN KAFIR YANG DIDZALIMI MUSTAJAB (1) DOA SHALAT DLUHA MA'TSUR (1) DONGO JOWO MUSTAJAB (1) DURHAKA (1) FADHILAH RAMADHAN DAN DOA LAILATUL QADAR (1) FAIDAH MINUM SUSU DIAWWAL TAHUN BARU HIJRIYYAH (1) FENOMENA QURBAN/AQIQAH SUSULAN BAGI ORANG LAIN DAN ORANG MATI (1) FIKIH SHALAT DENGAN PENGHALANG (1) FIQIH MADZAHIB (1) FIQIH MADZAHIB HUKUM MEMAKAN SERANGGA (1) FIQIH MADZAHIB HUKUM MEMAKAN TERNAK YANG DIBERI MAKAN NAJIS (1) FIQIH QURBAN SUNNI (1) FUNGSI ZAKAT FITRAH DAN CARA IJAB QABULNYA (1) GAYA BERDZIKIRNYA KAUM CERDAS KAUM SUPER ELIT PAPAN ATAS (1) HADITS DAN ATSAR BANYAK BICARA (1) HADITS DLO'IF LEBIH UTAMA DIBANDINGKAN DENGAN PENDAPAT ULAMA DAN QIYAS (1) HALAL BI HALAL (1) HUKUM BERBUKA PUASA SUNNAH KETIKA MENGHADIRI UNDANGAN MAKAN (1) HUKUM BERKURBAN DENGAN HEWAN YANG CACAT (1) HUKUM BERSENGGAMA DIMALAM HARI RAYA (1) HUKUM DAN HIKMAH MENGACUNGKAN JARI TELUNJUK KETIKA TASYAHUD (1) HUKUM FAQIR MISKIN BERSEDEKAH (1) HUKUM MEMASAK DAN MENELAN IKAN HIDUP HIDUP (1) HUKUM MEMELIHARA MENJUALBELIKAN DAN MEMBUNUH ANJING (1) HUKUM MEMUKUL DAN MEMBAYAR ONGKOS UNTUK PENDIDIKAN ANAK (1) HUKUM MENCIUM MENGHIAS DAN MENGHARUMKAN MUSHAF AL QUR'AN (1) HUKUM MENGGABUNG NIAT QODLO' ROMADLAN DENGAN NIAT PUASA SUNNAH (1) HUKUM MENINGGALKAN PUASA RAMADLAN MENURUT 4 MADZHAB (1) HUKUM MENYINGKAT SHALAWAT (1) HUKUM PUASA SYA'BAN (NISHFU SYA'BAN (1) HUKUM PUASA SYAWWAL DAN HAL HAL YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA (1) HUKUM PUASA TARWIYYAH DAN 'ARAFAH BESERTA KEUTAMAAN - KEUTAMAANNYA (1) HUKUM SHALAT IED DIMASJID DAN DIMUSHALLA (1) HUKUM SHALAT JUM'AT BERTEPATAN DENGAN SHALAT IED (1) IBADAH JIMA' (BERSETUBUH) DAN MANFAAT MANFATNYA (1) IBADAH TERTINGGI PARA PERINDU ALLAH (1) IBRANI (1) IMAM YANG CERDAS YANG FAHAM MEMAHAMI POSISINYA (1) INDONESIA (1) INGAT SETELAH SALAM MENINGGALKAN 1 ATAU 2 RAKAAT APA YANG HARUS DILAKUKAN? (1) ISLAM (1) JANGAN GAMPANG MELAKNAT (1) JUMAT DIGANDAKAN 70 KALI BERKAH (1) KAIFA TUSHLLI (XX) - (1) KAIFA TUSHOLLI (III) - MENEPUK MENARIK MENGGESER DALAM SHALAT SETELAH TAKBIRATUL IHRAM (1) KAIFA TUSHOLLI (XV) - SOLUSI KETIKA LUPA DALAM SHALAT JAMAAH FARDU JUM'AH SENDIRIAN MASBUQ KETINGGALAN (1) KAIFA TUSHOLLI (I) - SAHKAH TAKBIRATUL IHROM DENGAN JEDA ANTARA KIMAH ALLAH DAN AKBAR (1) KAIFA TUSHOLLI (II) - MENEMUKAN SATU RAKAAT ATAU KURANG TERHITUNG MENEMUKAN SHALAT ADA' DAN SHALAT JUM'AT (1) KAIFA TUSHOLLI (IV) - SOLUSI KETIKA LUPA MELAKUKAN SUNNAH AB'ADH DAN SAHWI BAGI IMAM MA'MUM MUNFARID DAN MA'MUM MASBUQ (1) KAIFA TUSHOLLI (IX) - BASMALAH TERMASUK FATIHAH SHALAT TIDAK SAH TANPA MEMBACANYA (1) KAIFA TUSHOLLI (V) - (1) KAIFA TUSHOLLI (VI) - TAKBIR DALAM SHALAT (1) KAIFA TUSHOLLI (VII) - MENARUH TANGAN BERSEDEKAP MELEPASKANNYA ATAU BERKACAK PINGGANG SETELAH TAKBIR (1) KAIFA TUSHOLLI (VIII) - BACAAN FATIHAH DALAM SHOLAT (1) KAIFA TUSHOLLI (XI) - LOGAT BACAAN AMIN SELESAI FATIHAH (1) KAIFA TUSHOLLI (XII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XIV) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XIX) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XVI) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XVII) - BACAAN TASBIH BAGI IMAM MA'MUM DAN MUNFARID KETIKA RUKU' (1) KAIFA TUSHOLLI (XVIII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XX1V) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXI) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXIII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXIX) - BACAAN SALAM SETELAH TASYAHUD MENURUT PENDAPAT ULAMA' MADZHAB MENGUSAP DAHI ATAU WAJAH DAN BERSALAM SALAMAN SETELAH SHALAT DIANTARA PRO DAN KONTRA (1) KAIFA TUSHOLLI (XXV) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXVI) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXVII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXVIII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXX) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXXI) - DZIKIR JAHRI (KERAS) MENURUT ULAMA' MADZHAB (1) KAIFA TUSHOLLI (XXXII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (x) - (1) KEBERSIHAN DERAJAT TINGGI DALAM SHALAT (1) KEMATIAN ULAMA' DAN AKIBATNYA (1) KEPADA ORANGTUA (1) KESUNNAHAN TAHNIK/NYETAKKI ANAK KECIL (1) KEUTAMAAN ILMU DAN ADAB (1) KEWAJIBAN SABAR DAN SYUKUR BERSAMAAN (1) KHUTBAH JUM'AT DAN YANG BERHUBUNGAN (1) KIFARAT SUAMI YANG MENYERUBUHI ISTRI DISIANG BULAN RAMADHAN (1) KISAH INSPIRATIF AHLU BAIT (SAYYIDINA IBNU ABBAS) DAN ULAMA' BESAR (SAYYIDINA ZAID BIN TSABIT) (1) KISAH PEMABUK PINTAR YANG MEMBUAT SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANIY MENANGIS (1) KRETERIA UCAPAN SUNNAH MENJAWAB KIRIMAN SALAM (1) KULLUHU MIN SYA'BAN (1) KURBAN DAN AQIQAH UNTUK MAYYIT (1) LARANGAN MENYINGKAT SHALAWAT NABI (1) LEBIH UTAMA MANA GURU DAN ORANGTUA (1) MA'MUM BOLEH MEMBENARKAN BACAAN IMAM DAN WAJIB MEMBENARKAN BACAAN FATIHAHNYA (1) MA'MUM MEMBACA FATIHAH APA HUKUMNYA DAN KAPAN WAKTUNYA? (1) MACAM DIALEK AAMIIN SETELAH FATIHAH (1) MACAM MACAM NIAT ZAKAT FITRAH (1) MAKAN MINUM MEMBUNUH BINATANG BERBISA MEMAKAI PAKAIAN BERGAMBAR DAN MENJAWAB PANGGILAN ORANGTUA DALAM SHALAT (1) MALAIKAT SETAN JIN DAPAT DILIHAT SETELAH MENJELMA SELAIN ASLINYA (1) MELAFADZKAN NIAT NAWAITU ASHUMU NAWAITU USHALLI (1) MELEPAS TALI POCONG DAN MENEMPELKAN PIPI KANAN MAYYIT KETANAH (1) MEMBAYAR FIDYAH BAGI ORANG ORANG YANG TIDAK MAMPU BERPUASA (1) MEMPERBANYAK DZIKIR SAMPAI DIKATAKAN GILA/PAMER (1) MENDIRIKAN SHALAT JUM'AT DALAM SATU DESA KARENA KAWATIR TERSULUT FITNAH DAN PERMUSUHAN (1) MENGAMBIL UPAH DALAM IBADAH (1) MENGHADIAHKAN MITSIL PAHALA AMAL SHALIH KEPADA NABI ﷺ (1) MENGIRIM MITSIL PAHALA KEPADA YANG MASIH HIDUP (1) MERAWAT JENAZAH MENURUT QUR'AN HADITS MADZAHIB DAN ADAT JAWS (1) MUHASABATUN NAFSI INTEROPEKSI DIRI (1) MUTIARA HIKMAH DAN FAIDAH (1) Manfaat Ucapan Al Hamdulillah (1) NABI DAN RASUL (1) NIAT PUASA SEKALI UNTUK SEBULAN (1) NISHFU AKHIR SYA'BAN (1) ORANG GILA HUKUMNYA MASUK SURGA (1) ORANG SHALIHPUN IKUT TERKENA KESULITAN HUJAN DAN GEMPA BUMI (1) PAHALA KHOTMIL QUR'AN (1) PENIS DAN PAYUDARA BERGERAK GERAK KETIKA SHALAT (1) PENYELEWENGAN AL QUR'AN (1) PERAWATAN JENAZAH BAG I & II & III (1) PERAWATAN JENAZAH BAG IV (1) PERAWATAN JENAZAH BAG V (1) PERAWATAN JENAZAH BAG VI (1) PREDIKSI LAILATUL QADAR (1) PUASA SUNNAH 6 HARI BULAN SYAWAL DISELAIN BULAN SYAWWAL (1) PUASA SYAWWAL DAN PUASA QADLO' (1) QISHOH ISLAMI (1) RAHASIA BAPAK PARA NABI DAN PILIHAN PARA NABI DALAM TASYAHUD SHALAT (1) RAHASIA HURUF DHOD PADA LAMBANG NU (1) RESEP MENJADI WALI (1) SAHABAT QULHU RADLIYYALLAHU 'ANHUM (1) SANAD SILSILAH ASWAJA (1) SANG GURU ASLI (1) SEDEKAH SHALAT (1) SEDEKAH TAK SENGAJA (1) SEJARAH TAHNI'AH (UCAPAN SELAMAT) IED (1) SERBA SERBI PENGGUNAAN INVENTARIS MASJID (1) SETIAP ABAD PEMBAHARU ISLAM MUNCUL (1) SHADAQAH SHALAT (1) SHALAT DAN FAIDAHNYA (1) SHALAT IED DIRUMAH KARENA SAKIT ATAU WABAH (1) SHALAT JUM'AT DISELAIN MASJID (1) SILSILAH SYAIKH JUMADIL KUBRA TURGO JOGJA (1) SIRAH BABI DAN ANJING (1) SIRAH DAN FAIDAH (1) SIRAH DZIKIR BA'DA MAKTUBAH (1) SIRAH NABAWIYYAH (1) SIRAH NIKAH MUT'AH DAN NIKAH MISYWAR (1) SIRAH PERPINDAHAN QIBLAT (1) SIRAH THAHARAH (1) SIRAH TOPI TAHUN BARU MASEHI (1) SUHBAH HAQIQAH (1) SUM'AH (1) SUNNAH MENCERITAKAN NIKMAT YANG DIDAPAT KEPADA YANG DIPERCAYA TANPA UNSUR RIYA' (1) SURGA IMBALAN YANG SAMA BAGI PENGEMBAN ILMU PENOLONG ILMU DAN PENYEBAR ILMU HALAL (1) SUSUNAN MURAQIY/BILAL SHALAT TARAWIH WITIR DAN DOA KAMILIN (1) SYAIR/DO'A BAGI GURU MUROBBI (1) SYAIR/DO'A SETELAH BERKUMPUL DALAM KEBAIKKAN (1) SYARI'AT DARI BID'AH (1) TA'JIL UNIK LANGSUNG BERSETUBUH TANPA MAKAN MINUM DAHULU (1) TAAT PADA IMAM ATAU PEMERINTAH (1) TAKBIR IED MENURUT RASULULLAH DAN ULAMA' SUNNI (1) TALI ALLAH BERSATU DAN TAAT (1) TATACARA SHALAT ORANG BUTA ATAU BISU DAN HUKUM BERMAKMUM KEPADA KEDUANYA (1) TEMPAT SHALAT IED YANG PALING UTAMA AKIBAT PANDEMI (WABAH) CORONA (1) TIDAK BOLEH KURBAN DENGAN KUDA NAMUN HALAL DIMAKAN (1) TREND SHALAT MEMAKAI SARUNG TANGAN DAN KAOS KAKI DAN HUKUMNYA (1) T̳I̳P̳ ̳C̳E̳P̳E̳T̳ ̳J̳A̳D̳I̳ ̳W̳A̳L̳I̳ ̳A̳L̳L̳O̳H̳ (1) UCAPAN HARI RAYA MENURUT SUNNAH (1) UCAPAN NATAL ANTARA YANG PRO DAN KONTRA (1) ULANG TAHUN RASULILLAH (1) URUTAN SILSILAH KETURUNAN ORANG JAWA (1) Ulama' Syafi'iyyah Menurut Lintas Abadnya (1) WAJIB BERMADZHAB UNTUK MENGETAHUI MATHLA' TEMPAT MUNCULNYA HILAL (1) YAUMU SYAK) (1) ZAKAT DIBERIKAN SEBAGAI SEMACAM MODAL USAHA (1) ZAKAT FITRAH 2 (1) ZAKAT FITRAH BISA UNTUK SEMUA KEBAIKKAN DENGAN BERBAGAI ALASAN (1)
Back To Top