┏─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫━━━━━━━━━━━━━┓
᪇ 💫﷽💫᪇ KESEMPURNAAN DUDUK DALAM SHALAT DENGAN BERBAGAI MACAMNYA ADALAH MENARUH TANGAN DIATAS PAHA DAN BOLEH MELEPASKAN DISAMPING PAHA MENYENTUH TANAH ATAU LANTAI
┗━━━━━━━━━━━━━💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ┛
(Diinti sarikan dari kitab Ahaditsu Ash Shalat dan Kaifa Tushalli karya Murobbi Ruhina KH. Muhammad Ihya' 'Ulumiddin Alumnus pertama Prof. DR. Al Muhadits Abuya As Sayyid Muhammad 'Alawiy Al Malikiy Al Hasaniy Rushaifah - Makkah)
•⊰❁🌦️༄ A]• DASAR HADITS MENARUH KEDUA TANGAN DIATAS PAHA KETIKA DUDUK DALAM SHALAT
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ الْبَزَّازُ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ حَدَّثَنَا عَامِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- إِذَا قَعَدَ فِي الصَّلَاةِ جَعَلَ قَدَمَهُ الْيُسْرَى تَحْتَ فَخْذِهِ الْيُمْنَى وَسَاقِهِ وَفَرَشَ قَدَمَهُ الْيُمْنَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخْذِهِ الْيُمْنَى وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ وَأَرَانَا عَبْدُ الْوَاحِدِ وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ
[رواه أبو داود / باب تفريع أبواب الركوع والسجود / باب الإشارة في التشهد / حديث رقم: ٩٨٨].
Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Abdurrahim Al Bazzaz. Telah menceritakan kepada kami : 'Affan. Telah menceritakan kepada kami : Abdul Wahid bin Ziyad. Telah menceritakan kepada kami : Utsman bin Hakim. Telah menceritakan kepada kami 'Amir bin Abdullah bin Az Zubair. Dari Ayahnya dia berkata;
"Apabila Rasulullah -ﷺ- duduk dalam shalat, beliau meletakkan telapak kaki kirinya di bawah paha dan betis kanannya, dan menghamparkan telapak kaki kanannya serta meletakkan tangan kirinya di atas lutut kiri dan meletakkan tangan kanan di atas paha kanan sambil menunjuk dengan jarinya." Abdul Wahid memperlihatkan kepada kami sambil menunjuk dengan jari telunjuknya."
[HR. Abu Dawud No. 988]
💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ─╸Dalam Riwayat Yang Lain:
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ كُلَيْبٍ الْجَرْمِيُّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ حُجْرٍ قَالَ : قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ قُلْتُ لَأَنْظُرَنَّ إِلَى صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ -ﷺ- فَلَمَّا جَلَسَ يَعْنِي لِلتَّشَهُّدِ افْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى يَعْنِي عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
وَالْعَمَلُ عَلَيْهِ عِنْدَ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ وَهُوَ قَوْلُ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ وَأَهْلِ الْكُوفَةِ وَابْنِ الْمُبَارَكِ
[رواه الترمذي / أبواب الصلاة / باب كيف الجلوس في التشهد / حديث رقم : ٢٩٢].
Telah menceritakan kepada kami : Abu Kuraib, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami : 'Abdullah bin Idris, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami : 'Ashim bin Kulaib Al Jarmi. Dari Ayahnya. Dari Ibnu Hujr radliyyAllahu 'anhu beliau berkata; "Ketika aku tiba di Madinah, aku berkata;
"Sungguh, aku benar-benar akan melihat bagaimana Rasulullah -ﷺ- shalat. Ketika duduk tasyahud beliau membentangkan kaki kirinya dan meletakkan tangan kirinya -yakni di atas paha kirinya- serta menegakkan kaki kanannya."
Abu Isa (At Tirmidziy) berkata; "HADITS INI DERAJATNYA HASAN SHAHIH.
Hadits ini diamalkan oleh kebanyakan para ahli ilmu. Ini adalah pendapat Sufyan Ats Tsauri, penduduk Kufah dan bin Al Mubarak."
[HR. Tirmidziy No. 292]
جاء في كتاب "الموسوعة الفقهية الكويتية" صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت / أحكام تتعلق بالجلوس: / جلسة الاستراحة (ج ١٥ ص ٢٦٦):
وَلاَ خِلاَفَ فِي وَضْعِ الْيَدَيْنِ عَلَى الْفَخِذَيْنِ عِنْدَ الْجَمِيعِ؛ لأَِنَّهُ مِنْ تَمَامِ صِفَةِ الْجُلُوسِ " انتهى.
❁🌦️༄ Hal tersebut tertuang dalam Kitab Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah (“The Kuwaiti Encyclopedia of Jurisprudence”) / yang diterbitkan oleh: Kementerian Wakaf dan Urusan Islam - Kuwait / Ketentuan Terkait Duduk / Duduk Istirahat (Vol. 15, Hal. 266):
Tidak ada perbedaan pendapat tentang meletakkan tangan di paha menurut semua orang. Karena itu adalah bagian dari kesempurnaan sifat duduk
•⊰❁🌦️༄B]• MENURUT ULAMA' MADZHAB
💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ─╸i)• MENURUT MADZHAB SYAFI'IYYAH
BOLEH DIDUK DALAM SHALAT DENGAN POSISI DUDUK IQA'K (MENDUDUKI KEDUA TUMIT) Dan DUDUK IFTIROSY (Menduduki Kaki kiri) lebih sempurna dari itu.
SUNNAH MELETAKKAN KEDUA TELAPAK TANGAN TANGAN di atas paha (dekat dengan lutut), sekiranya ujung jari kedua tangannya sejajar dengan lutut dan tidak menjadi masalah membungkukkan melingkarkan ujung-ujung jari di atas lutut
DAN BOLEH MELEPASKAN TANGAN TANPA MELETAKKAN DIPAHA namun meletakkan keduanya ditanah/lantai seperti bolehnya melepaskan tangan los kebawah ketika berdiri
وقال الإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي الشافعي (ت ٦٧٦هـ) في كتابه روضة الطالبين وعمدة المفتين / فصل / فصل (ج ١ ص ٢٦٠):
وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، قَرِيبًا مِنْ رُكْبَتَيْهِ مَنْشُورَتِيِ الْأَصَابِعِ، وَلَوِ انْعَطَفَتْ أَطْرَافُهَا عَلَى الرُّكْبَةِ فَلَا بَأْسَ، وَلَوْ تَرَكَهُمَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ جَانِبِي فَخِذَيْهِ كَانَ كَإِرْسَالِهِمَا فِي الْقِيَامِ.
وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَقُولَ فِي جُلُوسِهِ: (اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي، وَعَافِنِي، وَارْزُقْنِي، وَاهْدِنِي)
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Abu Zakariyya Muhyiddin Yahya bin Syaraf Al-Nawawiy Al-Syafi’iy (w. 676 H) mengatakan dalam kitabnya Raudatu Al-Thalibin Wa Umdatu Al-Muftin / bab / bab (vol. 1, hal. 260):
DISUNNAHKAN KEDUA TANGANNYA DILETAKKAN DI ATAS PAHANYA, dekat dengan lututnya, dengan jari-jari terentang, dan jika ujung-ujungnya berada di atas lutut, tidak menjadi persoalan apabila membiarkannya di sisi pahanya seperti melepaskan los kebawah didalam berdiri
DISUNNAHKAN baginya saat duduk berdoa :
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي، وَعَافِنِي، وَارْزُقْنِي، وَاهْدِنِي
وقال الإمام شمس الدين محمد بن أبي العباس أحمد بن حمزة شهاب الدين الرملي الشافعي (ت ١٠٠٤هـ) في كتابه نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج / أركان الصلاة / الثامن من أركان الصلاة الجلوس بين السجدتين (ج ١ ص ٥١٧):
وَرُوِيَ عَنْ الشَّافِعِيِّ أَنَّهُ يَجْلِسُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَيَكُونُ صُدُورُ قَدَمَيْهِ عَلَى الْأَرْضِ، وَهَذَا نَوْعٌ مِنْ الْإِقْعَاءِ وَتَقَدَّمَ أَنَّهُ مُسْتَحَبٌّ هُنَا وَالِافْتِرَاشُ أَكْمَلُ مِنْهُ (وَاضِعًا يَدَيْهِ) أَيْ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ (قَرِيبًا مِنْ رُكْبَتَيْهِ) بِحَيْثُ تَسَامَتْ رُءُوسهمَا الرُّكْبَةَ لِلِاتِّبَاعِ، وَلَا يَضُرُّ: أَيْ فِي أَصْلِ السُّنَّةِ فِيمَا يَظْهَرُ انْعِطَافُ رُءُوسِ الْأَصَابِعِ عَلَى الرُّكْبَتَيْنِ،
وَالْحِكْمَةُ فِي ذَلِكَ مَنْعُ يَدَيْهِ مِنْ الْعَبَثِ، وَأَنَّ هَذِهِ الْهَيْئَةَ أَقْرَبُ إلَى التَّوَاضُعِ، وَعُلِمَ مِنْ ذِكْرِ الْوَاوِ أَنَّ كُلًّا سُنَّةٌ مُسْتَقِلَّةٌ (وَيَنْشُرُ أَصَابِعَهُ مَضْمُومَةً لِلْقِبْلَةِ) كَمَا فِي السُّجُودِ أَخْذًا مِنْ الرَّوْضَةِ (قَائِلًا: رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَأَجْبُرنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي وَعَافَنِي) لِلِاتِّبَاعِ رَوَى بَعْضَهُ أَبُو دَاوُد وَبَاقِيهِ ابْنُ مَاجَهْ.
وَقَالَ الْمُتَوَلِّي: يُسْتَحَبُّ لِلْمُنْفَرِدِ: أَيْ وَإِمَامِ مَنْ مَرَّ أَنْ يَزِيدَ عَلَى ذَلِكَ : رَبِّ هَبْ لِي قَلْبًا تَقِيًّا نَقِيًّا مِنْ الشِّرْكِ بَرِّيًّا لَا كَافِرًا وَلَا شَقِيًّا وَارْفَعْنِي وَارْحَمْنِي مِنْ زِيَادَتِهِ عَلَى الْمُحَرَّرِ، وَأَسْقَطَ مِنْ الرَّوْضَةِ ذِكْرَ ارْحَمْنِي وَزَادَ فِي الْإِحْيَاءِ بَعْدَ قَوْلِهِ : وَعَافَنِي وَاعْفُ عَنِّي
💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ╾Imam Syamsuddin Muhammad ibn Abi Al-Abbas Ahmad ibn Hamzah Syihabuddin Al-Ramliy Al-Shafi'iy (w. 1004 H) mengatakan dalam Kitabnya Nihayatu Al-Muhtaj Ila Syarhi Al-Minhāj / Rukun Shalat / Rukun Shalat Yang Kedelapan Adalah Duduk Di Antara Dua Sujud (Jilid 1, Hal. 517):
Diriwayatkan dari Asy Syafi'iy bahwa beliau duduk diatas kedua tumitbya dan pangkal telapak kaki menyentuh tanah, ini termasuk jenis jongkok (Iqa'k), telah disebutkan sebelumnya bahwa DIANJURKAN di sini (dengan posisi duduk Iqa'k), DAN DUDUK IFTIROSY (MENDUDUKI KAKI KIRI) LEBIH SEMPURNA DARI ITU. (Meletakkan kedua tangan), yaitu kedua telapak tangan di atas paha (dekat dengan lutut), sekiranya ujung jari kedua tangannya sejajar dengan lutut untuk mengikuti sunnah, dan tidak menjadi masalah: dalam asal usul Sunnah Yang tampak adalah membungkuk melingkarkan ujung-ujung jari di atas lutut,
DAN HIKMAH DI DALAMNYA adalah lebih mencegah tangannya main-main, dan model (membungkukkan ujung jari dan menggenggam lutut) ini lebih dekat kepada sifat tawadlu', dan diketahui dari penyebutan kata sambung (wawu : و) bahwa masing-masing (antara meletakkan ujung jari sejajar dengan lutut dan membungkuk menggenggam lutut) merupakan sunnah tersendiri (dan dia menghamparkan jari-jarinya berkumpul menghadap kiblat) seperti sujud, menukil dari Kitab Raudlah (sambil berucap:
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَأَجْبُرنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي وَعَافَنِي
Karena mengikuti sunnah. Sebagiannya diriwayatkan oleh Abu Dawud dan sisanya oleh Ibnu Majah.
Imam Al-Mutawali berkata: Diutamakan bagi orang-orang yang shalat sendirian : atau sebagai Imam yang tidak memberatkan jamaahnya menambahkan doa lebih dari itu :
رَبِّ هَبْ لِي قَلْبًا تَقِيًّا نَقِيًّا مِنْ الشِّرْكِ بَرِّيًّا لَا كَافِرًا وَلَا شَقِيًّا وَارْفَعْنِي وَارْحَمْنِي
(Ya Tuhanku, berilah aku hati yang shaleh, bersih dari kemusyrikan, bertakwa, tidak kafir dan tidak celaka, dan angkatlah aku dan ampunilah aku) dari penambahannya, dalam kitab Al Muharrar. Dan digugurkan Dari kitab Ar Raudlah penuturan lafadz : ارْحَمْنِي “(Kasihanilah aku),” dan Imam Al Ghozali dalam Kitabnya Ihya setelah ucapannya : menambahkan doa :
وَعَافَنِي وَاعْفُ عَنِّي
“(sehatkanlah aku dan maafkanlah aku).”
💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ╾ASAL DOA PADA DUDUK DIANTARA DUA SUJUD YANG DISUNNAHKAN Beserta Tambahannya Seperti Yang Dibaca Oleh Masyarakat Umum Baik Yan Bersumber Dari Dua Riwayat Atau Tambahan Imam Mutawwali Dan Imam Al Ghozali Menjadi :
أ)• رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي وَعَافَنِي وَاعْفُ عَنِّي
Ya Tuhanku, mohon ampunilah aku; rahmatilah aku; perbaikilah aku; angkatlah aku; anugerahkanlah rezeki kepadaku; berilah hidayah kepadaku; sehatkanlah aku dan maafkanlah aku.
(Dengan Tambahan Dari Imam Al Ghozali Dalam Ihya)
Atau :
ب)• رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي
رَبِّ هَبْ لِي قَلْبًا تَقِيًّا نَقِيًّا مِنْ الشِّرْكِ بَرِّيًّا لَا كَافِرًا وَلَا شَقِيًّا وَارْفَعْنِي وَارْحَمْنِي
"(Ya Tuhanku, mohon ampunilah aku; rahmatilah aku; perbaikilah aku; angkatlah aku; anugerahkanlah rezeki kepadaku; berilah hidayah kepadaku
Ya Tuhanku, berilah aku hati yang shaleh, bersih dari kemusyrikan, bertakwa, tidak kafir dan tidak celaka, dan angkatlah aku dan ampunilah aku)."
[Dengan Tambahan Dari Imam Mutawwali Untu Orang Yang Shalat Sendirian Atau Sebagai Imam Yang Tidak Memberatkan Jamaahnya].
وقال الإمام أبو حامد محمد بن محمد الغزالي الطوسي الشافعي (ت ٥٠٥هـ) في كتابه إحياء علوم الدين/ الباب الثاني في كيفية الأعمال الظاهرة من الصلاة والبداءة بالتكبير وما قبله / التشهد (ج ١ ص ١٥٥):
وأن يقول سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثًا فَإِنْ زَادَ فَحَسَنٌ إِلَّا أَنْ يَكُونَ إِمَامًاثُمَّ يَرْفَعُ مِنَ السُّجُودِ فَيَطْمَئِنُّ جَالِسًا مُعْتَدِلًا فَيَرْفَعُ رَأْسَهُ مُكَبِّرًا وَيَجْلِسُ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ قَدَمَهُ الْيُمْنَى وَيَضَعُ يَدَيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَالْأَصَابِعُ مَنْشُورَةٌ وَلَا يَتَكَلَّفُ ضَمَّهَا وَلَا تَفْرِيجَهَاوَيَقُولُ:
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي وَاجْبُرْنِي وَعَافِنِي وَاعْفُ عني
💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ─╸ii)•MENURUT MADZHAB HANAFIYYAH
DUDUK IFTIROSY (MENDUDUKI KAKI KIRI) SUNNAH DALAM SHALAR FARDLU DAN SUNNAH meletakkan tangan kanan kepaha kanan dan tangan kiri kepaha kiri jari dikumpulkan direnggangkan sedikit dan yang paling Shahih ujungnya sejajar dengan lutut bukan menggenggamnya supaya dapat dihadapkan kearah kiblat dan tidak berisyarat dengan jari telunjuknya ketika tasyahud (membaca tasyahud)
قال الإمام محمد أمين، الشهير بابن عابدين الحنفي [ت ١٢٥٢ هـ] في كتابه حاشية رد المحتار، على الدر المختار: شرح تنوير الأبصار / فصل في بيان تأليف الصلاة إلى انتهائها / فروع قرأ بالفارسية أو التوراة أو الإنجيل (ج ١ ص ٥٠٨):
(وَبَعْدَ فَرَاغِهِ مِنْ سَجْدَتَيْ الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ يَفْتَرِشُ) الرَّجُلُ (رِجْلَهُ الْيُسْرَى) فَيَجْعَلُهَا بَيْنَ أَلْيَتَيْهِ (وَيَجْلِسُ عَلَيْهَا وَيَنْصِبُ رِجْلَهُ الْيُمْنَى وَيُوَجِّهُ أَصَابِعَهُ) فِي الْمَنْصُوبَةِ (نَحْوَ الْقِبْلَةِ) هُوَ السُّنَّةُ فِي الْفَرْضِ وَالنَّفَلِ (وَيَضَعُ يُمْنَاهُ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيُسْرَاهُ عَلَى الْيُسْرَى، وَيَبْسُطُ أَصَابِعَهُ) مُفَرَّجَةً قَلِيلًا (جَاعِلًا أَطْرَافَهَا عِنْدَ رُكْبَتَيْهِ) وَلَا يَأْخُذُ الرُّكْبَةَ هُوَ الْأَصَحُّ لِتَتَوَجَّهَ لِلْقِبْلَةِ (وَلَا يُشِيرُ بِسَبَّابَتِهِ عِنْدَ الشَّهَادَةِ
💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ╾Imam Muhammad Amin yang dikenal dengan nama Ibnu Abidin Al-Hanafiy [w. 1252 H] mengatakan dalam Kitabnya Hashiyatu Raddu Al-Muhtar 'Ala Al-Durr Al-Mukhtar : Syarhu Tanwiru Al Abshor / Bab Yang Menjelaskan Susunan Shalat Sampai Selesai / Cabang dibaca dalam bahasa Persia, Taurat, Atau Al Kitab (Vol. 1, Hal. 508):
(Dan setelah selesai sujud rakaat kedua seseorang harus merentangkan (kaki kirinya) dan meletakkannya di antara pantatnya (dan duduk di atasnya dan menempatkan (kaki kanannya dan mengarahkan jari-jarinya) dalam posisi tegak (kearah kiblat) yang sunnah dalam shalat wajib maupun shalat sunah (dan beliau MELETAKKAN TANGAN KANANNYA DI ATAS PAHA KANANNYA DAN MELETAKKAN TANGAN KIRINYA DI ATAS TANGAN KIRINYA, serta SEDIKIT MERENTANGKAN JARI-JARINYA) meletakkan ujung-ujungnya sejajar lutut dan yang paling Shahih tidak memegang lututnya, supaya dapat menghadapkannya kearah kiblat, dan tidak boleh berisyarat dengan jari telunjuk saat tasyahud (membaca syahadat)
💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ─╸iii)•MENURUT MADZHAB MALIKIYYAH
وقال الإمام محمد بن أحمد بن عرفة الدسوقي المالكي في كتابه حاشية الدسوقي على الشرح الكبير / باب في بيان أوقات الصلاة وما يتعلق بذلك من الأحكام / مندوبات الصلاة (ج ١ ص ٢٤٩):
( قَوْلُهُ : فَهُوَ مِنْ تَمَامِ صِفَةِ الْجُلُوسِ ) أَيْ لِأَنَّ وَضْعَ الْيَدَيْنِ عَلَى آخِرِ الْفَخِذَيْنِ فِي الْجُلُوسِ مُسْتَحَبٌّ
💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ╾Imam Muhammad bin Ahmad bin 'Irfah Al-Dasuqiy Al-Malikiy mengatakan dalam Kitabnya Hashiyatu Al-Dasuqiy 'Ala Al-Syarhi Al-Kabir / Bab Penjelasan Waktu Sholat Dan Hukum Yang Terkait Dari Hukum / Kesunnahan Sholat (Vol 1, hal. 249):
(Ungkapannya: Ini sebagian dari ciri-ciri duduk yang sempurna) karena MELETAKKAN TANGAN DIUJUNG PAHA KETIKA DUDUK DIANJURKAN.
وقال الإمام أبو القاسم، محمد بن أحمد بن محمد بن عبد الله، ابن جزي الكلبي الغرناطي المالكي (ت ٧٤١هـ) في كتابه القوانين الفقهية / الباب الرابع عشر في الجلوس وفيه مسألتان (ص ٤٦):
فَأَما اليدان فيجعلهما على فَخذيهِ اتِّفَاقًا وَيقبض الاصبع الْوُسْطَى والخنصر والبنصر من يَده الْيُمْنَى ويمد السبابَة وجانبها إِلَى السَّمَاء والأبهم على الْوُسْطَى وَاخْتلف هَل يُحَرك السبابَة أم لَا ويبسط الْيَد الْيُسْرَى وَهَذِه صفة الْجُلُوس كُله إِلَّا أَنه بَين السَّجْدَتَيْنِ يَجْعَل كفيه قَرِيبا من رُكْبَتَيْهِ منشورتي الْأَصَابِع الْيُمْنَى واليسرى سَوَاء فِي الْمَشْهُور وَقيل كجلوس التَّشَهُّد
((فرع)) الاقعاء فِي الْجُلُوس مَكْرُوه عِنْد الْأَرْبَعَة خلافًا لِابْنِ عَبَّاس وَهُوَ أَن يجلس على اليتيه ناصبا فَخذيهِ كَمَا يجلس الْكَلْب وَقيل أَن يَجْعَل اليتيه على عَقِبَيْهِ وَيجْلس على صُدُور قَدَمَيْهِ
💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ╾Imam Abul-Qasim Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Ibnu Juzay Al-Kalbiy Al-Gharnatiy Al-Malikiy (w. 741 H) dalam Kitabnya Al Qawanin Al Fiqhiyyah / Bab Empat Belas tentang Duduk Yang Memuat Dua Persoalan ( Hal.46):
Adapun kedua tangannya ia letakkan di atas pahanya secara sejajar, dan ia mengepalkan jari tengah, jari kelingking, dan jari manis tangan kanannya, serta menjulurkan jari telunjuk dan sisinya ke langit, dan ibu jari dengan jari tengah, dan terjadi perbedaan pendapat apakah menggerakkan jari telunjuknya atau tidak, lalu mengulurkan tangan kirinya, dan inilah ciri-ciri duduk sempurna, hanya saja di antara dua sujud mendekatkan kedua telapak tangan ke lutut, dengan jari tangan kanan dan kiri terentang sama, didalam pendapat yang terkenal, dan konon, ibarat duduk tasyahud
((Cabang)) Duduk Iq'ak makruh menurut empat madzhab, berbeda dengan Ibnu Abbas radliyaAllahu 'anhuma duduk dengan pantat dengan menegakkan kedua pahanya, seperti anjing duduk. Dan dikatakan juga bahwa beliau meletakkan pantatnya di atas tumitnya dan duduk di atas kedua kakinya.
وقال الإمام محمد بن يوسف بن أبي القاسم بن يوسف العبدري الغرناطي، أبو عبد الله المواق المالكي (ت ٨٩٧هـ) في كتابه التاج والإكليل لمختصر خليل / باب في كيفية الصلاة / فصل في فرائض الصلاة (ج ٢ ص ٢٤٨):
يَضَعُ يَدَيْهِ بَيْنَ سَجْدَتَيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ مَبْسُوطَتَيْنِ.
ابْنُ بَشِيرٍ: وَأَمَّا فِي جُلُوسِهِ لِلتَّشَهُّدَيْنِ فَيَبْسُطُ يَدَهُ الْيُسْرَى وَيَقْبِضُ الْيُمْنَى، وَصِفَةُ مَا يَفْعَلُ أَنْ يَقْبِضَ ثَلَاثَ أَصَابِعَ وَهِيَ الْوُسْطَى وَالْخِنْصَرُ وَمَا بَيْنَهُمَا وَيَبْسُطَ الْمُسَبِّحَةَ وَيَحْمِلَ جَانِبَهَا مِمَّا يَلِي السَّمَاءَ وَيَمُدَّ الْإِبْهَامَ عَلَى الْوُسْطَى وَهُوَ كَالْعَاقِدِ ثَلَاثَةً وَعِشْرِينَ.
ابْنُ الْحَاجِبِ: تِسْعَةً وَعِشْرِينَ.
وَالْمَرْوِيُّ : ثَلَاثَةً وَخَمْسِينَ.
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Muhammad bin Yusuf bin Abil-Qasim bin Yusuf Al-Abdariy Al-Gharnatiy Abu Abdullah Al-Mawaq Al-Malikiy (w. 897 H), berkata dalam Kitabnya Al Taj Wa Al Iklil Li Mukhtashar Khalil / Bab Cara Sholat / Bab Kewajiban Sholat (vol. 2, hal. 248):
MELETAKKAN KEDUA TANGANNYA DI ANTARA DUA SUJUD DIATAS PAHANYA, YANG KEDUANYA TERENTANG.
Ibnu Bashir: Adapun ketika dia duduk untuk dua tasyahud, dia mengulurkan tangan kirinya dan mengepalkan tangan kanannya, dan gambaran yang dilakukannya adalah dengan mengumpulkan tiga jari, yaitu jari tengah, kelingking serta apa yang ada di antaranya. mereka, dan dia mengacungkan jari telunjuk dan memegang salah satu sisinya dari sesuatu yang dekat dengan langit, dan mengulurkan ibu jarinya ke yang jari tengah, dan itu seperti sebuah simpul, membentuk angka 23.
Ibn al-Hajib: membentuk angka 29 (dua puluh sembilan).
Al-Marwi : membentuk angka 53 (lima puluh tiga).
💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ─╸iv)•MENURUT MADZHAB HANABILLAH
KETIKA DUDUK DISUNNAHKAN MENGHAMPARKAN TANGAN KIRI KEPAHA KIRI TANGAN KANAN KEPAHA KANAN melingkarkan ibu jari dihubungkan bersama jari tengah dan isyarat dengan jari telunjuk
قال الإمام أبو محمد عبد الله بن أحمد بن محمد بن قدامة المقدسي الحنبلي (٥٤١ - ٦٢٠ ه) في كتابه المغني/ باب صفة الصلاة / مسألة المصلي إذا جلس للتشهد (ج ١ ص ٣٨٣):
مَسْأَلَةٌ: قَالَ: (ثُمَّ يَبْسُطُ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى، وَيَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى، وَيُحَلِّقُ الْإِبْهَامَ مَعَ الْوُسْطَى؛ وَيُشِيرُ بِالسَّبَّابَةِ)
وَجُمْلَتُهُ أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ لِلْمُصَلِّي إذَا جَلَسَ لِلتَّشَهُّدِ وَضْعُ الْيَدِ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِ الْيُسْرَى، مَبْسُوطَةً مَضْمُومَةَ الْأَصَابِعِ، مُسْتَقْبِلًا بِجَمِيعِ أَطْرَافِ أَصَابِعِهَا الْقِبْلَةَ، وَيَضَعُ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى، يَقْبِضُ مِنْهَا الْخِنْصَرَ وَالْبِنْصِرَ، وَيُحَلِّقُ الْإِبْهَامَ مَعَ الْوُسْطَى، وَيُشِيرُ بِالسَّبَّابَةِ، وَهِيَ الْإِصْبَعُ الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ؛ لِمَا رَوَى وَائِلُ بْنُ حُجْرٌ «، أَنَّ النَّبِيَّ -ﷺ- وَضَعَ مَرْفِقَهُ الْأَيْمَنَ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى، ثُمَّ عَقَدَ مِنْ أَصَابِعِهِ الْخِنْصَرَ وَاَلَّتِي تَلِيهَا، وَحَلَّقَ حَلْقَةً بِإِصْبَعِهِ الْوُسْطَى وَالْإِبْهَامِ، وَرَفَعَ السَّبَّابَةَ مُشِيرًا بِهَا» .
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah Al-Maqdisiy Al-Hanbaliy (541 – 620 H) mengatakan dalam Kitabnya Al-Mughni / Bab Ciri-Ciri Sholat / Masalah Orang Sholat Saat Duduk Tasyahud ( Vol. 1, Hal.383):
Pertanyaan: Beliau menjawab: (Kemudian beliau merentangkan telapak tangan kirinya meletakkannya di atas paha kirinya, dan tangan kanannya di atas paha kanannya, dan melingkarkan ibu jari dengan jari tengah, dan menunjuk dengan jari telunjuk) dan rangkumannya adalah DIANJURKAN Bagi orang yang shalat, ketika duduk untuk tasyahud, meletakkan tangan kirinya di paha kirinya, secara terentang dan jari-jarinya terkepal, dengan seluruh ujung jarinya menghadap kiblat, Dia meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya sambil mengumpulkan jari manis, jari kelingking, melingkarkan ibu jari dengan jari tengah, dan menunjuk dengan jari telunjuk, ia adalah jari yang mengikuti ibu jari. Berdasarkan yang telah diriwayatkan oleh Wa'il bin Hujr radliyyAllahu 'anhu : “Nabi -ﷺ- meletakkan siku kanannya di paha kanannya, lalu menyilangkan jari kelingkingnya dan jari berikutnya, dan dia membuat lingkaran dengan jari tengah dan ibu jarinya, dan mengangkat jari telunjuknya sambil menunjuk dengan jari itu.”
قال الإمام علاء الدين أبو الحسن علي بن سليمان المرداوي الحنبلي (٧١٧ - ٨٨٥ هـ) في كتابه الإنصاف في معرفة الراجح من الخلاف / كتاب الصلاة / باب صفة الصلاة (ج ٢ ص ٧٥):
يَبْسُطُ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى، وَيَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى، وَيُحَلِّقُ الْإِبْهَامَ مَعَ الْوُسْطَى.قَوْلُهُ (وَيُشِيرُ بِالسَّبَّابَةِ فِي تَشَهُّدِهِ مِرَارًا)
╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam 'Alauddin Abul-Hasan Ali bin Sulaiman Al-Mardawiy Al-Hanbaliy (717 – 885 H) mengatakan dalam kitabnya Al-Insaaf Fi Ma'rifati Ar Rajih Min Al Khilafi / Kitab Shalat / Bab tentang Ciri-ciri Sholat (Vol. 2, Hal. 75):
Dia merentangkan telapak tangan kirinya pada paha kirinya, dan tangan kanannya pada paha kanannya, dan melingkarkan ibu jarinya dengan jari tengah. Beliau berucap (dan menunjuk dengan jari telunjuk) berulang-ulang dalam tasyahudnya)
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات
Magelang :
٢٧ جمادى الأولى ١٤٤٥ هـ
11 Desember 2023 M