(edisi yang berhak menjadi imam shalat bagi tuan rumah masyarakat setempat tamu dan musafir)
A]• DASAR HADITS
و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ كِلَاهُمَا عَنْ أَبِي خَالِدٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ رَجَاءٍ عَنْ أَوْسِ بْنِ ضَمْعَجٍ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ :
«يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَاءَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا وَلَا يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ وَلَا يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ»
قَالَ الْأَشَجُّ فِي رِوَايَتِهِ مَكَانَ سِلْمًا سِنًّا
[رواه مسلم / ٥ - كتاب المساجد ومواضع الصلاة / (٥٣) باب من أحق بالإمامة؟ / رقم الحديث: ٢٩٠]
Dan telah menceritakan kepada kami : Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abu Said Al Asyaj, keduanya dari Abu Khalid. [Abu Bakr] mengatakan; Telah menceritakan kepada kami : Abu Khalid Al Ahmar. Dari Al A'masy. Dari Ismail bin Raja'. Dari Aus bin Dham'aj. Dari Abu Mas'ud Al Asnhariy radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata; Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
"YANG BERHAK MENJADI IMAM ATAS SUATU KAUM adalah yang paling menguasai bacaan kitabullah (Alquran), jika dalam bacaan kapasitasnya sama, maka yang paling tahu terhadap sunnah, jika dalam as sunnah (hadis) kapasitasnya sama, maka yang paling dahulu hijrah, jika dalam hijrah sama, maka yang pertama-tama masuk Islam, dan jangan seseorang mengimami seseorang di daerah wewenangnya, dan jangan duduk di rumah seseorang di ruang tamunya, kecuali telah mendapatkan izin darinya."
Kata Al Asyaj dalam periwayatannya dengan redaksi "Maka yang menjadi pertimbangan kapasitas adalah keIslaman dan usia,
[HR. Muslim No. Hadits : 290].
Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan:
مَعْنَاهُ : مَا ذَكَرَهُ أَصْحَابنَا وَغَيْرهمْ : أَنَّ صَاحِب الْبَيْت وَالْمَجْلِس وَإِمَام الْمَسْجِد أَحَقّ مِنْ غَيْره ، وَإِنْ كَانَ ذَلِكَ الْغَيْر أَفْقَه وَأَقْرَأ وَأَوْرَع وَأَفْضَل مِنْهُ وَصَاحِب الْمَكَان أَحَقّ فَإِنْ شَاءَ تَقَدَّمَ ، وَإِنْ شَاءَ قَدَّمَ مَنْ يُرِيدهُ
“Maknanya, sebagaimana disebutkan para ulama madzhab kami, bahwa pemilik rumah, atau pemilik majelis, atau imam (tetap) masjid, lebih berhak untuk menjadi imam daripada yang lain. Walaupun ada orang lain yang lebih alim (berilmu agama), lebih pandai membaca Al Qur’an dan lebih utama darinya. Dan pemilik tempat lebih berhak untuk menjadi imam. Ia bisa memilih apakah ia yang maju atau mempersilahkan orang lain untuk maju”
[Lihat Kitab Al Minhaj Syarah Shahih Muslim Ibnu Al Hajjaj : juz 5 Hal 147. Karya imam An Nawawiy Asy Syafi'iy]
Namun dibolehkan orang pendatang untuk menjadi imam jika diizinkan oleh imam tetap atau oleh pemilik tempat. Asy Syaukani mengatakan:
وأكثر أهل العلم أنه لا بأس بإمامة الزائر بإذن رب المكان ؛ لقوله صلى الله عليه وسلم في حديث أبي مسعود رضي الله عنه : ( إلا بإذنه )
“Jumhur ulama berpendapat bahwa tidak mengapa orang yang sedang berkunjung menjadi imam DENGAN IZIN pemilik tempat. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dalam hadits Ibnu Mas’ud; [kecuali diizinkan olehnya]”
[Lihat Kitab Nailu Al Authar : Juz 3 Hal 170. Karya Imam Al Muhaddits Asy Syaukaniy].
وعلق الشيخ محمد فؤاد بن عبد الباقي :
(سلما) أي إسلاما. (ولا يؤمن الرجل الرجل في سلطانه) معناه أن صاحب البيت والمجلس وإمام المجلس أحق من غيره. وإن كان ذلك الغير أفقه وأقرأ وأورع وأفضل منه. وصاحب المكان أحق. فإن شاء تقدم وإن شاء قدم من يريده. وإن كان ذلك الذي يقدمه مفضولا بالنسبة إلى باقي الحاضرين. لأنه سلطانه فيتصرف فيه كيف يشاء.
(تكرمته) قال العلماء: التكرمة الفراش ونحوه مما يبسط لصاحب المنزل ويخص به.
Syaikh Muhammad Fu'ad Abdul Baqi memberikan catatan :
(Silman) yaitu, Islam (dan jangan seseorang mengimami seseorang di daerah wewenangnya, dan jangan duduk di rumah seseorang di ruang tamunya, kecuali telah mendapatkan izin darinya) artinya pemilik rumah, majelis, dan imam majelis lebih berhak daripada yang lain, meskipun yang selain dia lebih afqah (lebih mengerti tentang hukum Islam), lebih aqra' (lebih bagus bacaannya), lebih aura' (lebih bisa menjaga dari halal dan haramnya), dan lebih utama darinya, dan pemilik tempat lebih berhak, maka jika dia mau, dia boleh maju dan jika dia mau, siapa saja yang dia mau diajukan menjadi imam.
Dan jika apa yang diajukannya lebih diutamakan dalam kaitannya dengan hadirin/jamaah yang lainnya, karena hal itu adalah kewenangannya, jadi dia bisa bertindak sesuka hatinya.
(Takrimatihi) Para ulama mengatakan: Takrimatihi adalah semacam kasur dan sejenisnya, yang dihamparkan bagi pemilik rumah dan dikhususkan untuknya.
Hadits Tamu Atau Orang Yang Berkunjung Boleh Menjadi Imam Setelah Mendapat Izin Atau Diajukan Oleh Tuan Rumah :
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ، وَهَنَّادٌ، قَالَا: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ أَبَانَ بْنِ يَزِيدَ العَطَّارِ، عَنْ بُدَيْلِ بْنِ مَيْسَرَةَ العُقَيْلِيِّ، عَنْ أَبِي عَطِيَّةَ، رَجُلٍ مِنْهُمْ قَالَ: كَانَ مَالِكُ بْنُ الحُوَيْرِثِ يَأْتِينَا فِي مُصَلَّانَا يَتَحَدَّثُ، فَحَضَرَتِ الصَّلَاةُ يَوْمًا، فَقُلْنَا لَهُ: تَقَدَّمْ، فَقَالَ: لِيَتَقَدَّمْ بَعْضُكُمْ حَتَّى أُحَدِّثَكُمْ لِمَ لَا أَتَقَدَّمُ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: «مَنْ زَارَ قَوْمًا فَلَا يَؤُمَّهُمْ، وَلْيَؤُمَّهُمْ رَجُلٌ مِنْهُمْ»:
قَالَ أَبُو عِيسَى : هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَالعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ أَكْثَرِ أَهْلِ العِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ وَغَيْرِهِمْ قَالُوا: صَاحِبُ المَنْزِلِ أَحَقُّ بِالإِمَامَةِ مِنَ الزَّائِرِ «،» وقَالَ بَعْضُ أَهْلِ العِلْمِ: إِذَا أَذِنَ لَهُ فَلَا بَأْسَ أَنْ يُصَلِّيَ بِهِ «،»
وقَالَ إِسْحَاقُ بِحَدِيثِ مَالِكِ بْنِ الحُوَيْرِثِ، وَشَدَّدَ فِي أَنْ لَا يُصَلِّيَ أَحَدٌ بِصَاحِبِ المَنْزِلِ، وَإِنْ أَذِنَ لَهُ صَاحِبُ المَنْزِلِ " قَالَ: " وَكَذَلِكَ فِي المَسْجِدِ، لَا يُصَلِّي بِهِمْ فِي المَسْجِدِ إِذَا زَارَهُمْ، يَقُولُ: يُصَلِّي بِهِمْ رَجُلٌ مِنْهُمْ "
[رواه الترمذي / ٢ - أبواب الصلاة / باب ما جاء فيمن زار قوما فلا يصل بهم / رقم الحديث : ٣٥٦].
Telah menceritakan kepada kami : Mahmud bin Ghailan dan Hannad keduanya; Telah menceritakan kepada kami : Waki'. Dari Aban bjn Yazid Al Aththar. Dari Budail bin Maisarah Al Uqaili. Dari Abu 'Athiyyah -(seorang dari bani Uqail)- ia berkata; " Malik bin Al Huwairits datang ke tempat shalat kami untuk membicarakan sesuatu, lalu tibalah waktu shalat, kami pun berkata kepadanya :
"Hendaklah engkau maju (menjadi imam), "
namun ia menjawab :
"Hendaklah salah seorang dari kalian maju menjadi imam hingga aku ceritakan kenapa aku tidak ingin maju. Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa mengunjungi suatu kaum maka janganlah ia menjadi imam untuk mereka, tetapi hendaklah seorang dari mereka yang menjadi imam."
Abu Isa (At Tirmidziy) berkata; "Hadits ini derajatnya HASAN SHAHIH.
Hadits ini diamalkan oleh banyak ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi ﷺ dan orang-orang setelah mereka. Mereka berkata; "Pemilik rumah lebih berhak untuk menjadi imam daripada yang berkunjung."
Sedangkan sebagian ahli ilmu yang lain berkata;
Jika tuan rumah memberikan izin maka tidak mengapa ia menjadi imam."
Ishaq berpendapat berdasarkan hadits Malik bin Al Huwairits dan bersikap tegas, bahwa seseorang TIDAK BOLEH shalat dengan mengimami tuan rumah MESKIPUN IA MENDAPATKAN IZIN."
Dan Ishaq juga mengatakan : "Hal ini juga berlaku di dalam masjid, seseorang tidak boleh mengimami suatu kaum yang ia kunjungi. Dan hendaklah ia berkata;
"Hendaknya seorang dari mereka yang menjadi imam."
[HR. Tirmidziy]
Hadits Yang Senada :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ قَالَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ عَنْ عِتْبَانَ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ أَتَاهُ فِي مَنْزِلِهِ فَقَالَ:
«أَيْنَ تُحِبُّ أَنْ أُصَلِّيَ لَكَ مِنْ بَيْتِكَ قَالَ فَأَشَرْتُ لَهُ إِلَى مَكَانٍ فَكَبَّرَ النَّبِيُّ ﷺ وَصَفَفْنَا خَلْفَهُ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ».
[رواه البخاري واللفظ له / كتاب الصلاة / باب إذا دخل بيتا يصلي حيث شاء أو حيث أمر ولا يتجسس / حديث رقم: ٤٢٤. ومسلم].
Telah menceritakan kepada kami : Abdullah bin Maslamah, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami: Ibrahim bin Sa'd. Dari Ibnu Syihab. Dari Mahmud bin Ar-Rabi'. Dari 'Itban bin Malik radliyyAllahu 'anhu, bahwa Nabi ﷺ mendatanginya di rumahnya seraya bersabda:
"Mana tempat di rumahmu yang kau sukai untuk aku pimpin shalat?" Maka aku menunjukkan suatu tempat, lalu Nabi ﷺ takbir dan kami membuat shaf di belakangnya, kemudian beliaupun shalat dua rakaat."
[HR. Bukhariy Teks Miliknya No. Hadits : 424. Dan Muslim No. Hadits 33]
Hadits Yang menunjukkan Seorang Musafir Boleh Mengimami Orang Yang Menetap :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ زَيْدِ بْنِ جُدْعَانَ الْقُرَشِيُّ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ قَالَ سُئِلَ عِمْرَانُ بْنُ حُصَيْنٍ عَنْ صَلَاةِ الْمُسَافِرِ فَقَالَ :
«حَجَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَحَجَجْتُ مَعَ أَبِي بَكْرٍ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَمَعَ عُمَرَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَمَعَ عُثْمَانَ سِتَّ سِنِينَ مِنْ خِلَافَتِهِ أَوْ ثَمَانِيَ ثَمَانِي فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ»
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ
[رواه الترمذي / أبواب السفر / باب التقصير في السفر / حديث رقم: ٥٤٥]
Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Mani'. Telah menceritakan kepada kami : Husyaim. Telah mengabarkan kepada kami : 'Ali bin Zaid bin Jud'an Al Qurasyi. Dari Abu Nadlrah, dia berkata : Imran bin Hushain ditanya tentang shalatnya seorang musafir (dalam perjalanan), dia menjawab :
"Saya melaksanakan haji bersama Rasulullah ﷺ, lalu beliau shalat dua raka'at, kemudian saya melaksanakan haji bersama Abu Bakar dan dia melaksanakan shalat dua raka'at, dan bersama Umar, dia juga shalat dua raka'at, bersama Utsman selama enam atau delapan tahun pada masa kepemimpinannya juga shalat dua raka'at. Abu Isa berkata, hadits ini shahih.
[HR. Tirmidziy No. Hadits 545]
Al 'Alamah Al Mubarakfuriy rahimahullahu ta'ala menjelaskan dalam kitabnya Tuhfatu Al Ahwadzi Syarhu Sunan At Tirmidziy :
قَالَ الْحَافِظُ فِي الْفَتْحِ : وَالْمَنْقُولُ أَنَّ سَبَبَ إِتْمَامِ عُثْمَانَ أَنَّهُ كَانَ يَرَى الْقَصْرَ مُخْتَصًّا بِمَنْ كَانَ شَاخِصًا سَائِرًا.
وَأَمَّا مَنْ أَقَامَ فِي مَكَانٍ فِي أَثْنَاءِ سَفَرِهِ فَلَهُ حُكْمُ الْمُقِيمِ فَيُتِمُّ ,
Al-Hafiz mengatakan dalam Al-Fath: Diriwayatkan bahwa alasan penyelesaian Utsman adalah karena dia mengira mengqashar shalat, yang dikhususkan bagi mereka yang berjalan.
Adapun orang yang bertempat tinggal di suatu tempat selama ditengah perjalanannya, ia dihukumi sama dengan seorang penduduk setempat, maka wajib menyempurnakan.
Hadits Atsar ;
حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ ، عَنْ دَاوُدَ ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ ، مَوْلَى أَبِي أُسَيْدَ ، قَالَ :
تَزَوَّجْتُ وَأَنَا مَمْلُوكٌ ، فَدَعَوْتُ نَفَرًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ فِيهِمْ ابْنُ مَسْعُودٍ وَأَبُو ذَرٍّ وَحُذَيْفَةُ ، قَالَ : وَأُقِيمَتِ الصَّلَاةُ ، قَالَ : فَذَهَبَ أَبُو ذَرٍّ لِيَتَقَدَّمَ ، فَقَالُوا : إِلَيْكَ ، قَالَ : أَوَ كَذَلِكَ ؟ قَالُوا : نَعَمْ ، قَالَ : فَتَقَدَّمْتُ إِلَيْهِمْ وَأَنَا عَبْدٌ مَمْلُوكٌ وَعَلَّمُونِي فَقَالُوا : إِذَا أُدْخِلَ عَلَيْكَ أَهْلُكَ فَصَلِّ عَلَيْكَ رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ سَلِ اللَّهَ تَعَالَى مِنْ خَيْرِ مَا دَخَلَ عَلَيْكَ ، وَتَعَوَّذْ بِهِ مِنْ شَرِّهِ ، ثُمَّ شَأْنَكَ وَشَأْنَ أَهْلِكَ
[أخرجه ابن أبي شيبة في مصنفه / كِتَابُ النِّكَاحِ / مَا يُؤْمَرُ بِهِ الرَّجُلُ إِذَا دَخَلَ عَلَى أَهْلِهِ ؟ / رقم الحديث : ١٣١٧٤].
Telah menceritakan kepada kami : Ibnu Idris. Dari Dawud. Dari Abi Nadlrah. Dari Abu Sa’id maula (budak yang dimerdekakan) Abu Usaid ia berkata : “Aku menikah ketika budak, lalu aku mengundang beberapa orang sahabat Nabi ﷺ, di antaranya Ibnu Mas’ud, Abu Dzar dan Hudzaifah. Iqamat pun dikumandangkan, maka Abu Dzar maju ke depan, namun yang lain mengatakan :
“Kamu saja (yakni kepadaku)!”,
ia pun bertanya, “Apa memang demikian?”
Para sahabat menjawab : “Ya,” maka aku maju sedangkan ketika itu aku adalah seorang budak, mereka juga mengajariku dan berkata :
“Apabila istri dihadirkan kepadamu, lakukanlah shalat dua rakaat, mintalah kepada Allah Ta'ala kebaikan apa yang datang kepadamu, dan berlindunglah kepada-Nya dari keburukannya. kemudian setelahnya terserah kepadamu dan kepada istrimu.”
[SANADNYA SHAHIH. HR. Ibnu Abi Syaibah Dan Abdurrazzaaq].
B]• PENDAPAT ULAMA' MADZHAB
١)• عند الشافعية (Menurut Pengikut Madzhab Imam Asy Syafi'iy)
PEMILIK RUMAH ATAU MAJELIS, ATAU IMAM MASJID, LEBIH BERHAK atas hal itu daripada orang lain, MESKIPUN ORANG LAIN ITU LEBIH MENGETAHUI ISLAM ATAU AL-QUR'AN ATAU LEBIH SALEH ATAU LEBIH BAIK DARINYA
Dan jika penguasa hadir didaerah kekuasaannya dia diajukan mengimami semua yang hadir
قال الامام النووي الشافعي رحمه الله تعالى :
"(ولا يؤمن الرجل.." مَعْنَاهُ مَا ذَكَرَهُ أَصْحَابُنَا وَغَيْرُهُمْ أَنَّ صَاحِبَ الْبَيْتِ وَالْمَجْلِسِ وَإِمَامَ الْمَسْجِدِ أَحَقُّ مِنْ غَيْرِهِ وَإِنْ كَانَ ذَلِكَ الْغَيْرُ أَفْقَهَ وَأَقْرَأَ وَأَوْرَعَ .... وَإِنْ شَاءَ قَدَّمَ مَنْ يُرِيدهُ ، وَإِنْ كَانَ ذَلِكَ الَّذِي يُقَدِّمهُ مَفْضُولا بِالنِّسْبَةِ إِلَى بَاقِي الْحَاضِرِينَ ؛ لأَنَّهُ سُلْطَانه فَيَتَصَرَّف فِيهِ كَيْف شَاءَ .
قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( وَلا يَقْعُد فِي بَيْته عَلَى تَكْرِمَته إِلا بِإِذْنِهِ ) قَالَ الْعُلَمَاء : التَّكْرِمَة الْفِرَاش وَنَحْوه مِمَّا يُبْسَط لِصَاحِبِ الْمَنْزِل وَيُخَصّ بِهِ " انتهى باختصار .).
[انظر كتاب المنهاج شرح صحيح مسلم ابن الحجاج : ج ٥ ص ١٧٣ / كتاب المساجد ومواضع الصلاة / [٥٢٠] قوله صلى الله عليه (باب من أحق بالإمامة) / للامام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي الشافعي (ت ٦٧٦هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت، الطبعة: الثانية، ١٣٩٢ هـ].
Imam Al-Nawawi Asy Syafi'iy (semoga Allah mengasihani dia) mengatakan:
Sabda Nabi ﷺ: (... "Tidak seorang pun harus memimpin orang lain dalam sholat di tempat otoritasnya"). “Maknanya, sebagaimana disebutkan para ulama madzhab kami (Syafi'iyyah), bahwa pemilik rumah, atau pemilik majelis, atau imam (tetap) masjid, LEBIH BERHAK UNTUK MENJADI IMAM DARIPADA YANG LAIN. Walaupun ada orang lain yang lebih alim (berilmu agama), lebih pandai membaca Al Qur’an dan lebih utama darinya. DAN PEMILIK TEMPAT LEBIH BERHAK UNTUK MENJADI IMAM. Ia bisa memilih apakah ia yang maju atau mempersilahkan orang lain untuk maju”, sekalipun yang dia minta untuk memimpin shalat adalah tidak sebaik orang lain yang hadir, karena itu adalah tempat kekuasaannya dan dia boleh melakukan apapun yang dia suka. Berkenaan dengan sabda Nabi ﷺ “duduk di tempat terhormatnya di rumahnya, kecuali dengan izinnya”,
para ulama mengatakan: tempat terhormat itu adalah permadani dan sebagainya. hanya untuk pemilik rumah.
[Lihat Kitab Al Minhaj Syarhu Shahih Muslim Ibnu Al Hajjaj : Juz 5 Hal 179. Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy].
Hukum Penguasa Jadi Imam Shalat.
Dijelaskan oleh Imam Syairazi dalam kitab Al Muhazzab sebagai berikut;
وان اجتمع امام المسلمين مع صاحب البيت او مع امام المسجد فالامام اولى لان ولايته عامة ولانه راع وهم رعيته فكان تقديم الراعي اولى
[انظر كتاب المهذب : ج ١ ص ١٨٧ / كتاب الصلاة / باب صفة الأئمة / للامام أبو اسحاق إبراهيم بن علي بن يوسف الشيرازي (ت ٤٧٦ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بدون السنة].
“Dan jika berkumpul pemimpin kaum Muslimin beserta tuan rumah atau beserta imam tetap masjid, maka pemimpin tersebut lebih utama (jadi imam salat). Hal ini karena kepemimpinannya umum dan dia juga seorang penjaga (pemimpin). Sementara mereka adalah rakyatnya. Maka mendahulukan pemimpin lebih utama.”
[Lihat Kitab Al Muhadzab : Juz 1 Hal 178. Karya Imam Asy Syairoziy].
Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala menjelaskan dalam kitabnya Al Majmu' Syarhu Al Muhadzab :
إذَا حَضَرَ الْوَالِي فِي مَحَلِّ وِلَايَتِهِ قُدِّمَ عَلَى جَمِيعِ الْحَاضِرِينَ فَيُقَدَّمُ عَلَى الْأَفْقَهِ وَالْأَقْرَأِ وَالْأَوْرَعِ ، وَعَلَى صَاحِبِ الْبَيْتِ وَإِمَامِ الْمَسْجِدِ إذَا أَذِنَ صَاحِبُ الْبَيْتِ وَنَحْوُهُ فِي إقَامَةِ الصَّلَاةِ فِي مِلْكِهِ فَإِنْ لَمْ يَتَقَدَّمْ الْوَالِي قَدَّمَ مَنْ شَاءَ مِمَّنْ يَصْلُحُ لِلْإِمَامَةِ ، وَإِنْ كَانَ غَيْرُهُ أَصْلَحَ مِنْهُ
[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٤ ص ٢٨٤ - ٢٨٥ / كتاب الصلاة / باب صفة الائمة / للامام أبو زكريا محيي الدين بن شرف النووي الحنفي (ت ٦٧٦ هـ) / الناشر: (إدارة الطباعة المنيرية، مطبعة التضامن الأخوي) - القاهرة، عام النشر:١٣٤٤ - ١٣٤٧ هـ].
Apabila penguasa datang ke wilayah kekuasannya, maka ia didahulukan (untuk jadi imam) dari seluruh hadirin. Ia didahulukan dari yg ahli agama (faqih), yg ahli Al-Quran (qari'), yg paling saleh (wara'). Juga didahulukan dari pemilik rumah dan imam masjid apabila pemilik rumah dan lainnya mengijinkan pendirian shalat di tempat miliknya. Apabila penguasa tidak berkenan jadi imam, maka didahulukan siapa saja yang pantas menjadi imam walaupun ada yang lain yang lebih pantas.
[Lihat Kitab Al Majmu' Syarhu Al Muhadzab : Juz 4 Hal 284 - 285. Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy].
وجاء في كتاب التقريرات السديدة للحبيب حسن بن أحمد بن محمد الكاف الحسيني الشافعي :
أحق الناس بالإمامة: الولي "الحاكم" مطلقا، ثم ساكن البيت مطلقا؛ إلا معير البيت فإنه أحق من مستعيره
Terdapat dalam kitab At Taqrirat As Sadidah karya Habib Hasan Ahmad bin Muhammad Al Kaff dijelaskan :
Orang-orang yang paling berhak menjadi imam shalaat adalah: wali “(penguasa)” secara mutlak, kemudian penghuni rumah secara mutlak; Kecuali orang yang meminjamkan rumah lebih berhak daripada orang yang meminjamnya.
[Lihat Kitab At Taqrirat As Sadidah : Hal 306. Karya Al Habib Hasan Ahmad Bin Muhammad Al Kaff].
Pemilik rumah memiliki kekuasaan khusus atas rumahnya, yang orang lain tidak bisa menyampurinya, maka mendahulukannya lebih utama.
Imam Abul Husain Yahya Al Imraniy Al Yamaniy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala menjelaskan dalam kitabnya Al Bayan :
لأنَّ لصاحبِ البيتِ ولايةً خاصَّةً على الدَّار، لا يُشارِكُه فيها غيرُه؛
[انظر كتاب البيان في مذهب الإمام الشافعي : ج ٢ ص ٤١٨ / مسألة الأولى بالإمامة / فرع تقديم صاحب البيت في الإمامة / للإمام أبو الحسين يحيى بن أبي الخير بن سالم العمراني اليمني الشافعي (ت ٥٥٨هـ) / الناشر: دار المنهاج - جدة، الطبعة: الأولى، ١٤٢١ هـ- ٢٠٠٠ مـ].
Pemilik rumah memiliki kekuasaan khusus atas rumahnya, yang orang lain tidak bisa menyampurinya,
[Lihat Kitab Al Bayan Fi Madzhabi Al Imam Asy Syafi'iy : Juz 2 Hal 418. Karya Imam Abul Husain Yahya Al Imraniy Al Yamaniy Asy Syafi'iy].
٢)• عند الحنفية (Menurut Pengikut Madzhab Imam Abu Hanifah)
وجاء في كتاب نور الإيضاح ونجاة الأرواح في الفقه الحنفي للامام حسن بن عمار بن علي الشرنبلالي المصري الحنفي (ت ١٠٦٩هـ) :
إذا لم يكن بين الحاضرين صاحب منزل ولا وظيفة ولا ذو سلطان فالأعلم أحق بالإمامة ثم الأقرأ ثم الأورع ثم الأسن ثم الأحسن خلقا ثم الأحسن وجها ثم الأشرف نسبا ثم الأحسن صوتا ثم الأنظف ثوبا.
[انظر كتاب نور الإيضاح ونجاة الأرواح في الفقه الحنفي : ص ٦٥ / كتاب الصلاة / فصل الأحق بالإمامة وترتيب الصفوف / للإمام حسن بن عمار بن علي الشرنبلالي المصري الحنفي (ت ١٠٦٩هـ) / الناشر: المكتبة العصرية، الطبعة: ١٢٤٦ هـ- ٢٠٠٥ مـ].
Imam Hasan Asy Syurunbulaliy Al Mishriy Al Hanafiy rahimahullahu ta'ala menjelaskan dalam kitabnya Nur Al Idlohi Wa Najatu Al Arwahi Fi Fiqhi Al Hanafiy ;
Jika tidak ada diantara para hadirin, pemilik rumah, pekerjaan, atau pejabat, maka yang paling berilmu yang paling berhak menjadi imam, kemudian yang paling bagus bacaannya, kemudian yang paling alim, kemudian yang paling tua, kemudian yang paling baik akhlaknya, kemudian yang paling ganteng wajahnya, kemudian yang paling mulia keturunannya, kemudian yang paling baik suaranya, kemudian yang paling bersih pakaiannya.
[Lihat Kitab Nur Al Idlohi Wa Najatu Al Arwahi Fi Fiqhi Al Hanafiy ; 65. Imam Hasan Asy Syurunbulaliy Al Mishriy Al Hanafiy].
٣)• عند المالكية (Menurut Pengikut Madzhab Imam Malik Bin Anas)
وجاء في التاج والاكليل المختصر خليل :
أَنَّ الْأَمِيرَ وَصَاحِبَ الْمَنْزِلِ أَحَقُّ بِالْإِمَامَةِ وَإِنْ كَانَ غَيْرُهُمَا أَعْلَى مَرْتَبَةً مِنْهُمَا فِي الْعِلْمِ وَالْفَضْلِ.
[انظر كتاب التاج والإكليل لمختصر خليل : ج ٢ ص ٤٧٠ / فصل في صفة الأئمة / فصل في شروط الاقتداء بالإمام / للإمام محمد بن يوسف بن أبي القاسم بن يوسف العبدري الغرناطي، أبو عبد الله المواق المالكي (ت ٨٩٧هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، الطبعة: الأولى : ١٤١٦هـ-١٩٩٤مـ].
Terdapat dalam kitab Al Tajj Wa Al Iklil Li Mukhtashar Khalil :
Penguasa dan pemilik rumah lebih berhak menjadi imam shalat, meskipun orang lain lebih tinggi derajatnya dari keduanya dalam ilmu dan kebajikan.
[Lihat Kitab Al Tajj Wa Al Iklil Li Mukhtashar Khalil : Juz 2 Hal 470. Karya Imam Al Mawwaq Al Malikiy].
٤)• عند الحنابلة (Menurut Pengikut Madzhab Imam Abu Hanifah)
Pemilik rumah dan Imam Masjid lebih berhak menjadi imam daripada yang lainnya ketika ia termasuk orang yang sah menjadi imam
Terdapat dalam Kitab Asy Syarhu Al Kabir 'Ala Matni Al Muqniq (Yang Dicetak Bersama Al Mughniy) Karya Imam Syamsuddin Abul Faraj 'Abdurrahman Ibnu Qudamah Al Maqdisiy Al Hanbaliy :
وصاحب البيت وإمام المسجد أحق بالإمامة إلا أن يكون بعضهم ذا سلطان) متى أقيمت الجماعة في بيت فصاحبه أولى بالإمامة من غيره إذا كان ممن تصح إمامته ...(إلى أن قال) ...
وهذا قول عطاء والشافعي ولا نعلم فيه خلافاً فان كان في البيت ذو سلطان قدم على صاحب البيت لأن ولايته على البيت وصاحبه وقدم النبي ﷺ عتبان بن مالك وأنساً في بيوتهما
[انظر كتاب الشرح الكبير على متن المقنع (مطبوع مع المغني) : ج ٢ ص ٢١ / كتاب الصلاة مسألة: وصاحب البيت وإمام المسجد أحق بالإمامة الا أن يكون بعضهم ذا سلطان / للإمام شمس الدين أبو الفرج عبد الرحمن بن أبي عمر محمد بن أحمد بن قدامة المقدسي الحنبلي (ت ٦٨٢ هـ) / أشرف على طباعته: محمد رشيد رضا صاحب المنار، عام النشر: ١٤٠٣ هـ - ١٩٨٣ هـ].
Dan pemilik rumah serta imam masjid lebih berhak untuk memimpin shalat kecuali sebagian dari mereka memiliki wewenang (kekuasaan, penguasa), setiap kali didirikan shalat berjamaah di sebuah rumah, maka pemiliknya lebih berhak memimpin shalat daripada orang lain, jika dia termasuk orang yang sah menjadi imamnya... (sampai dia berkata)...
Ini adalah perkataan Atha' dan Asy-Syafi'iy, dan kami tidak melihat adanya perbedaan pendapat tentangnya.
Dan jika ada orang yang mempunyai kekuasaan (penguasa) didalam rumah, maka didahulukan pemilik rumah, karena kekuasaannya adalah meliputi atas rumah dan kepemilikannya, dan Nabi ﷺ memajukan Utban bin Malik dan Anas radliyyAllahu 'anhuma menjadi imam shalat di rumah mereka
[Lihat Kitab Asy Syarhu Al Kabir 'Ala Matni Al Muqniq (Yang Dicetak Bersama Al Mughniy) : Juz 2 Hal 21. Karya Imam Syamsuddin Abul Faraj 'Abdurrahman Ibnu Qudamah Al Maqdisiy Al Hanbaliy].
وقال الإمام ابن قدامة الحنبلي في كتابه المغني :
(وَصَاحِبُ الْبَيْتِ أَحَقُّ بِالْإِمَامَةِ إلَّا أَنْ يَكُونَ بَعْضُهُمْ ذَا سُلْطَانٍ) . وَجُمْلَتُهُ أَنَّ الْجَمَاعَةَ إذَا أُقِيمَتْ فِي بَيْتٍ، فَصَاحِبُهُ أَوْلَى بِالْإِمَامَةِ مِنْ غَيْرِهِ، وَإِنْ كَانَ فِيهِ مَنْ هُوَ أَقْرَأُ مِنْهُ وَأَفْقَهُ، إذَا كَانَ مِمَّنْ يُمْكِنُهُ إمَامَتُهُمْ، وَتَصِحُّ صَلَاتُهُمْ وَرَاءَهُ، فَعَلَ ذَلِكَ ابْنُ مَسْعُودٍ، وَأَبُو ذَرٍّ، وَحُذَيْفَةُ، وَقَدْ ذَكَرْنَا حَدِيثَهُمْ، وَبِهِ قَالَ عَطَاءٌ، وَالشَّافِعِيُّ. وَلَا نَعْلَمُ فِيهِ خِلَافًا
[انظر كتاب المغني : ج ٢ ص ١٥٠ / للإمام أبو محمد عبد الله بن أحمد بن محمد بن قدامة الحنبلي (٥٤١ - ٦٢٠ ه) على مختصر: أبي القاسم عمر بن حسين بن عبد الله بن أحمد الخرقي (المتوفى ٣٣٤ ه) / الناشر: مكتبة القاهرة، الطبعة: الأولى، (١٣٨٨ هـ = ١٩٦٨ مـ) - (١٣٨٩ هـ = ١٩٦٩ مـ)].
Dan pemilik rumah lebih berhak untuk memimpin shalat, kecuali sebagian dari para hadirin orang yang memiliki kekuasaan (penguasa). Simplenya adalah bahwa jika shalat berjamaah diadakan di sebuah rumah, MAKA PEMILIKNYA LEBIH BERHAK UNTUK MEMIMPIN SHALAT DARIPADA YANG LAIN, meskipun di dalamnya ada orang yang lebih pandai membaca Al Qur'an dan lebih berpengetahuan tentang ilmu agama daripadanya, ketika dia adalah salah satu dari mereka yang dapat memimpin mereka dan shalat mereka di belakangnya sah.
[Lihat Kitab Al Mughniy : Juz 2 Hal 150. Karya Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy Al Hanbaliy].
Dalam Kitab Matan Akhsharil Mukhtasharat Karya Imam Muhammad Badruddin Al Balbaniy Ad Dimsyaqiy Al Hanbaliy disebutkan:
وَحَرُمَ أَنْ يَؤُمَّ قَبْلَ رَاتِبٍ إِلَّا:- بِإِذْنِهِ.- أَوْ عُذْرِهِ.- أَوْ عَدَمِ كَرَاهَتِهِ
[انظر كتاب أخصر المختصرات : ص ٩٩ / باب صفة الصلاة / فصل - تجب الجماعة للخمس المؤداة على / للإمام محمد بن بدر الدين البلباني الدمشقي الخزرجي الحنبلي / الناشر: دار ركائز للنشر والتوزيع - الكويت، دار الصميعي للنشر والتوزيع، الرياض - المملكة العربية السعودية، الطبعة: الأولى، ١٤٣٨ هـ - ٢٠١٧ مـ].
“DIHARAMKAN seseorang menjadi imam sebelum imam ratib (tetap) datang, kecuali atas idzin darinya atau ia ada udzur atau ia tidak membencinya”.
[Lihat Kitab Matan Akhsharil Mukhtasharat : Hal 99. Karya Imam Muhammad Badruddin Al Balbaniy Ad Dimsyaqiy Al Hanbaliy].
٥)• عند أهل الحديث (Menurut Madzhab Ahli Hadits)
وقال الشوكاني رحمه الله في شرح حديث مالك بن الحويرث :
وَأَكْثَرُ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّهُ لَا بَأْسَ بِإِمَامَةِ الزَّائِرِ بِإِذْنِ رَبِّ الْمَكَانِ لِقَوْلِهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فِي حَدِيثِ أَبِي مَسْعُودٍ: " إلَّا بِإِذْنِهِ ") .
[انظر كتاب "نيل الأوطار" : ج ٣ ص ١٩٠ / أبواب الإمامة وصفة الأئمة / باب من أحق بالإمامة / للامام محمد بن علي بن محمد بن عبد الله الشوكاني اليمني (ت ١٢٥٠هـ) / الناشر: دار الحديث، مصر، الطبعة: الأولى، ١٤١٣هـ - ١٩٩٣مـ].
Imam Al Muhaddits Asy Syaukaniy Al Yamaniy rahimahullahu ta'ala menjelaskan dalam kitabnya Nailu Al Author :
“Jumhur (mayoritas ulama) berpendapat bahwa tidak mengapa orang yang sedang berkunjung menjadi imam DENGAN IDZIN PEMILIK TEMPAT. Berdasarkan sabda Nabi ﷺ dalam hadits Ibnu Mas’ud; [KECUALI DIIZINKAN OLEHNYA]”
[Lihat Kitab Nailul Authar : Juz 3 Hal 190. Karya Imam Al Muhaddits Asy Syaukaniy Al Yamaniy].
Selesai dinukil Kamis Wage malam Jum'at Kliwon
Dikradenan selatan oo3 oo1 Kradenan Srumbung Magelang Jateng 56483
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات
٢٨ شوالـــ ١٤٤٤ هـ
١٨ مايــــو ٢٠٢٣ مـ