Bismillahirrohmaanirrohiim

Tampilkan postingan dengan label DAN YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label DAN YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA). Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 Juli 2014

*꧁༺*أَلْبِرُّ وَالّعُقُوْقُ لِلْوَالِدَيْنِ وَمَا يَتَعَلَّقُ بِهِمَا | 𝕭𝖊𝖗𝖇𝖚𝖆𝖙 𝕭𝖆𝖎𝖐 𝕯𝖆𝖓 𝕯𝖚𝖗𝖍𝖆𝖐𝖆 𝕶𝖊𝖕𝖆𝖉𝖆 𝕺𝖗𝖆𝖓𝖌𝖙𝖚𝖆 𝕯𝖆𝖓 𝕻𝖊𝖗𝖐𝖆𝖗𝖆 𝖄𝖆𝖓𝖌 𝕭𝖊𝖗𝖍𝖚𝖇𝖚𝖓𝖌𝖆𝖓 𝕯𝖊𝖓𝖌𝖆𝖓 𝕶𝖊𝖉𝖚𝖆𝖓𝖞𝖆*★᭄ꦿ࿐*





(edisi revisi akhir bulan sya'ban menjelang ramadhan tahun pandemi 1442 H / 2021 M)

*A]• 🌴✍️ DEFINISI DURHAKA KEPADA ORANGTUA*

*a1)• 👌Definisi Durhaka Menurut Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy RahimahullAhu Ta'ala Yang Beliau Nukil Dari Pendapat Imam Muhammad bin Abdissalam RahimahullAhu Ta'ala:*

 وَأَمَّا حَقِيقَةُ الْعُقُوقِ الْمُحَرَّمِ شَرْعًا فَقَلَّ مَنْ ضَبَطَهُ وَقَدْ قَالَ الشَّيْخُ الْإِمَامُ أَبُو مُحَمَّدِ بْنُ عَبْدِ السَّلَامِ رَحِمَهُ اللَّهُ لَمْ أَقِفْ فِي عُقُوقِ الْوَالِدَيْنِ وَفِيمَا يَخْتَصَّانِ بِهِ مِنَ الْحُقُوقِ عَلَى ضَابِطٍ أَعْتَمِدهُ فَإِنَّهُ لَا يَجِبُ طَاعَتهُمَا فِي كُلِّ مَا يَأْمُرَانِ بِهِ وَيَنْهَيَانِ عَنْهُ بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاءِ وَقَدْ حَرُمَ على الولد الجهاد بغير اذنهما لما يشق عَلَيْهِمَا مِنْ تَوَقُّعِ قَتْلِهِ أَوْ قَطْعِ عُضْوٍ مِنْ أَعْضَائِهِ وَلِشِدَّةِ تَفَجُّعِهِمَا عَلَى ذَلِكَ وَقَدْ أُلْحِقَ بِذَلِكَ كُلُّ سَفَرٍ يَخَافَانِ فِيهِ عَلَى نَفْسِهِ أَوْ عُضْوٍ مِنْ أَعْضَائِهِ هَذَا كَلَامُ الشيخ أبى محمد وَقَالَ الشَّيْخُ أَبُو عَمْرِو بْنُ الصَّلَاحِ رَحِمَهُ اللَّهُ فِي فَتَاوِيهِ الْعُقُوقُ الْمُحَرَّمُ كُلُّ فِعْلٍ يَتَأَذَّى بِهِ الْوَالِدُ أَوْ نَحْوُهُ تَأَذِّيًا لَيْسَ بِالْهَيِّنِ مَعَ كَوْنِهِ لَيْسَ مِنَ الْأَفْعَالِ الْوَاجِبَةِ قَالَ وَرُبَّمَا قِيلَ طَاعَةُ الْوَالِدَيْنِ وَاجِبَةٌ فِي كُلِّ مَا لَيْسَ بِمَعْصِيَةٍ وَمُخَالَفَةُ أَمْرِهِمَا فِي ذَلِكَ عُقُوقٌ وَقَدْ أَوْجَبَ كَثِيرٌ مِنَ الْعُلَمَاءِ طَاعَتُهُمَا فِي الشُّبُهَاتِ. انتهى
{انظر كتاب المنهاج شرح صحيح مسلم : ج ٢ ص ٨٧ /  كتاب الايمان / باب الكبائر وأكبرها  فيه / (أبو بكرة رضي الله عنه قال / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت الطبعة: الثانية، ١٣٩٢ هـ].

Adapun definisi “durhaka” yang diharamkan oleh syari’at maka hanya sedikit yang mendefinisikannya. Berkata Syaikh Imam Abu Muhammad bin Abdissalam :

“Aku tidak menemukan definisi yang bisa aku jadikan pegangan tentang durhaka kepada kedua orangtua dan hak-hak yang khusus berkaitan dengan kedua orangtua, namun tidak wajib untuk taat kepada kedua orangtua pada semua yang diperintahkan dan dilarang oleh mereka berdua berdasarkan kesepakatan para ulama, dan telah diharamkan atas anak untuk berjihad tanpa idzin kedua orangtua karena hal itu terasa berat bagi mereka karena kawatir sang anak bisa terunuh atau terputus salah satu anggota tubuhnya yang hal ini sangat memukul mereka berdua. Dan disamakan hukumnya dengan hal ini (jihad) semua safar yang mereka berdua mengawatirkan keselamatan jiwa sang anak atau kawatir hilangnya salah satu dari anggota tubuh sang anak”…dan berkata Syaikh Abu ‘Amr bin As-Sholah pada sebagian fatwa-fatwa beliau, “Durhaka yang diharamkan adalah seluruh perbuatan yang orangtua merasa terganggu (tersakiti) dengan perbuatan tersebut atau semisalnya, yaitu gangguan yang tidak ringan dengan catatan bahwa perbuatan tersebut bukan termasuk perkara-perkara yang diwajibkan”, ia (Ibnus Solah) juga berkata, “Mungkin juga dikatakan bahwa taat (patuh) kepada kedua orangtua adalah wajib pada seluruh perkara yang bukan merupakan kemaksiatan, dan menyelisihi perintah mereka berdua pada perkara-perkara tersebut adalah durhaka. Bahkan banyak dari para ulama yang mewajibkan untuk taat kepada kedua orangtua pada perkara-perkara yang syubhat, ia berkata, “Dan bukanlah perkataan sebagian ulama kami “bahwasanya boleh untuk bersafar dalam rangka untuk menuntut ilmu dan untuk berdagang tanpa idzin mereka berdua” bertentangan dengan apa yang telah aku sebutkan karena perkataan mereka adalah perkataan yang mutlak, dan apa yang telah aku sebutkan ada penjelasan yang mentaqyid perkataan yang mutlaq itu, Wallahu A’lam”).
[Lihat Kitab Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim : juz 2 hal 87/ Kitabu Al Iman / Babu Al Kaba'iri Wa Akbaruha Fihi / Abu Bakrah RadhiyyAllahu 'Anhu Qala ... / karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Ihya'i At Turats Al 'Arabiy - Beirut Libanon, Cet. Kedua, Th. 1392 H].


*a2)• 👌 Definisi Durhaka menurut Imam Badruddin Al 'Ainiy Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala yang beliau nukil dari  Imam Taqiyyuddin Al Subuki rahimahullAhu ta'ala:*

وقال العلامة المحدث بدر الدين العيني: وقال الشيخ تقي الدين السبكي رحمه الله : إن ضابط العقوق إيذاؤهما بأي نوع كان من أنواع الأذى. قل أو كثر نهيا عنه أو لم ينهيا، أو يخالفهما فيما يأمران أو ينهيان بشرط انتفاء المعصية في الكل. وحكى قول الغزالي أن أكثر العلماء على وجوب طاعتهما في الشبهات ووافقهما عليه.
[انظر كتاب عمدة القارى شرح صحيح البخاري : ج ٢٢ ص ٨٦ / كتاب الأدب / بَابٌ عُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ مِنَ الْكَبَائِرِ
 / للإمام أبو محمد محمود بن أحمد بن موسى بن أحمد بن حسين الغيتابى الحنفى بدر الدين العينى (المتوفى: ٨٥٥ هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت - بدون السنة].

"Berkata Syaikh Taqiyyuddin As-Subki :

“Defenisi durhaka adalah menyakiti (mengganggu) kedua orangtua dengan jenis penggangguan apa saja, baik tingkatan gangguan tersebut rendah atau tinggi yang mereka melarang gangguan itu atau tidak, atau sang anak menyelisihi perintah mereka berdua atau larangan mereka berdua dengan syarat (perintah atau larangan mereka) bukanlah kemaksiatan.

Dan ini merupakan pendapat mayoritas ulama sebagaimana telah dihikayatkan oleh Imam Ghazali, dan keduanya mensepakatinya.
[Lihat Kitab 'Umdatu Al Qori Syarhu Shahih Al Bukhariy : juz 22 hal 86 / Kitabu Al Adabi / Babu 'Uququ Al Walidaini Min Al Kaba'iri / Karya Imam Badruddin Al 'Ainiy Al Hanafiy / Dar Ihya'i At Turats Al 'Arabiy - Beirut - Tnp. Tahun].


*a3)• 👌Definisi Durhaka menurut Imam Badruddin Al 'Ainiy Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala yang beliau nukil dari pendapat Imam Ibnu Atsir dan Imam Ibnu Daqiq Al 'Ied :

قال ابن الأثير: يُقال: عقّ والده يعقُّه عقوقاً، فهو عاقٌّ: إذا آذاه وعصاه، وخرج عليه، وهو ضِدُّ البِرِّ،

وقال ابن دقيق العيد : ضبط الواجب من الطاعة لهما والمحرم من العوق ما لهما فيه عسر . ورتب العقوق مختلفة ،
[انظر كتاب عمدة القارى شرح صحيح البخاري : ج ٢٢ ص ٨٦ / كتاب الأدب / بَابٌ عُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ مِنَ الْكَبَائِرِ
 / للإمام أبو محمد محمود بن أحمد بن موسى بن أحمد بن حسين الغيتابى الحنفى بدر الدين العينى (المتوفى: ٨٥٥ هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت - بدون السنة].

Berkata Imam Ibnul Atsir : “Durhaka kepada orang tua adalah ketika menyakitinya, maksiat kepada mereka, dan tidak tunduk kepadanya, durhaka  ضد البر adalah lawan dari berbakti.

Dan berkata Imam Ibnu Daqiqil ‘Ied : “Dan durhaka yang diharamkan adalah ما لهما فيه عسر sesuatu yang membuat kedua oangtua susah”, beliau juga berkata “Dan durhaka kepada kedua orangtua bertingkat-tingkat.
[Lihat Kitab 'Umdatu Al Qori Syarhu Shahih Al Bukhariy : juz 22 hal 86 / Kitabu Al Adabi / Babu 'Uququ Al Walidaini Min Al Kaba'iri / Karya Imam Badruddin Al 'Ainiy Al Hanafiy / Dar Ihya'i At Turats Al 'Arabiy - Beirut - Tnp. Tahun].


*B]• 🌴✒️ KEUTAMAAN ORANG TUA TERUTAMA IBUNDA MENURUT AL QUR'AN DAN AL SUNNAH*

*b1)• ✒️ Berbuat Baik Kepada Ibu Bapak:*

وَ اعْبُدُوا اللهَ وَ لاَ تُشْرِكُوْا بِه شَيْئًا، وَّ بِاْلوالِدَيْنِ اِحْسَانًا. {سورة النساء : ٠٠٤/ ٣٦}

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak.
{QS. An-Nisaa' : 004/ 36}

*b2)• ✒️ Berbuat Baik Kepada Ibu Bapak Dengan Sebaik Baiknya :*

وَ قَضى رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبُدُوْآ اِلاَّ اِيَّاهُ وَ بِاْلوالِدَيْنِ اِحْسَانًا، اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ اْلكِبَرَ اَحَدُهُمَا اَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَّهُمَا اُفّ وَّ لاَ تَنْهَرْ هُمَا وَ قُلْ لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا. وَ اخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَ قُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا.
{سورة الاسراء : ٠١٧/ ٢٣ - ٢٤}

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
{QS. Al-Israa' : 017/  23-24}

*b3)• ✒️ Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua Dan Tidak Mengikuti Keduanya Jika Mengajak Menyekutukan Allah :*

وَ وَصَّيْنَا اْلاِنْسَانَ بِوالِدَيْهِ حُسْنًا، وَ اِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِه عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَآ، اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ.
{سورة العنكبوت : 290/ 8}

Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku lah kembalimu, lalu Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
{QS. Al-Ankabuut : 029/  8}

*b4)• ✒️ Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Terutama Kepada Ibundanya :*

وَ وَصَّيْنَا اْلاِنْسَانَ بِوالِدَيْهِ اِحْسَانًا، حَمَلَتْهُ اُمُّه كُرْهًا وَّ وَضَعَتْهُ كُرْهًا، وَّ حَمْلُه وَ فِصَالُه ثَلثُوْنَ شَهْرًا.
{سورة الاحقاف : 46/ 15}

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.
{QS. Al-Ahqaaf : 046/ 15}

*b5)• ✒️Diwashiyatkan Agar Bersyukur Kepada Allah Dan Kepada Kedua Orang Tua :*

وَ وَصَّيْنَا اْلاِنْسَانَ بِوالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ اُمُّه وَهْنًا عَلى وَهْنٍ وَّ فِصلُه فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَ لِوالِدَيْكَ، اِلَيَّ اْلمَصِيْرُ. وَ اِنْ جَاهَدَاكَ عَلى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِه عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا، وَ صَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا، وَ اتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّ، ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ.
{سورة لقمان : ٠٣١/ ١٤ - ١٥}
 
Dan Kami washiyatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan bergaullah dengan keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Ku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
{QS. Luqman : 031/ 14-15}

Allah Subhanahu Wata'ala  menjadikan kedua orang tua kita sebagai perantara lahirnya kita di dunia ini, maka betapa besar jasa keduanya kepada kita, dan bagaimanapun juga kita tidak akan bisa membalas jasa keduanya.

*b6)• ✒️ Keutamaan Ibunda Melebihi Ayahanda :*

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ بْنِ شُبْرُمَةَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞–، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟, قَالَ :

*_«أُمُّكَ»،

قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟, قَالَ :

*_«ثُمَّ أُمُّكَ»،

قَالَ : ثُمَّ مَنْ؟,

قَالَ :

*_«ثُمَّ أُمُّكَ»،

قَالَ : ثُمَّ مَنْ؟,

قَالَ:

*_«ثُمَّ أَبُوكَ»،

وَقَالَ ابْنُ شُبْرُمَةَ وَيَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ مِثْلَهُ.
{رواه احمد برقم : 8876، 9009. والبخاري في صحيحه والفط له / كتاب الأدب / بَاب مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ / رقم الحديث : ٥٦٢٦، وفي الأدب المفرد، برقم : ٥ و ٦. ومسلم برقم : 4627، 4628. وابن ماجه برقم : 2698، 3656. وابن حبان برقم : 438، 439. والبيهقي في الكبرى: 7/ 480 برقم : 14481، وفي الصغرى برقم : 58، وفي شعب الايمان برقم : 7335، 7336. والطبراني في الأوسط برقم : 2414، 5207. والبغوي في شرح السنة برقم : 3319، 2040. وابن أبي شيبة في مصنفه برقم : 24817. وأبو يعلى الموصلي في مسنده برقم : 6035، 6046، 6049. والطحاوي في مشكل الآثار برقم : 1450، 1453، 1455، 1457. واسحاق بن راهوية في مسنده برقم : 142. والذهبي في سير إعلام النبلاء، برقم : 719. وابن حجر العسقلاني في تعليق التعليق : 5/ 80-83، برقم : 2037-2040}

Telah menceritakan kepada kami : Qutaibah bin Sa'id.  Telah menceritakan kepada kami : Jarir. Dari 'Umarah bin Al Qa'qa' bin Syubrumah. Dari Abu Zur'ah. Dari Abu Hurairah radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata;

"Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah –ﷺ💞– sambil berkata;

"Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?"

Beliau menjawab: *_"Ibumu."_"

Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?"

Beliau menjawab: *_"Ibumu."_*

Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?"

Beliau menjawab: *_"Ibumu."_*

Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?"

Beliau menjawab: *_"Kemudian ayahmu."_*

Ibnu Syubrumah dan Yahya bin Ayyub berkata; Telah menceritakan kepada kami ' Abu Zur'ah hadits seperti di atas."
{HR. Ahmad no.  8876، 9009. Teks Hadits Riwayat Bukhariy dalam Shahihnya / Kitabu Al Adabi / Babu Man Ahaqqu An Naasi Bihusni Ash Shuhbayi / No. Hadits : 5626, Dan Didalam Kitabnya Al Adabu Al Mufrad no.  5 و 6. Muslim no.  4627، 4628. Ibnu majah no.  2698، 3656. Ibnu Hibban no.  438، 439. Baihaqiy Al Kubra :  7/ 480 no. 14481، Al Sughra no. 58، Syu'abu Al Iman no.   7335، 7336. Thabaraniy Al Ausath no. 2414، 5207. Baghawiy no. 3319، 2040. Ibnu Abi Syaibah no. 24817.  Abu Ya'la Al Mushiliy no.  6035، 6046، 6049. Thahawiy Musykilu Al Atsaar no. 1450، 1453، 1455، 1457. Ishaq bin Rahuyah no.  142. Dzahabi Siru A'lam Al Nubula' no.  719. Dan Ibnu Hajar Al Asqalaniy Ta'liqu Al Ta'liq :  5/ 80-83، no.  2037-2040}

*b7)• ✒️ Dalam Riwayat Selanjutnya Rasulullah –ﷺ💞– Pernah Ditanya Oleh Seseorang Apakah Merawat, Melayani, Menggendongnya, Dan Sebagainya Sudah Dapat Membalas Jasa Mereka, Sebagaimana Hadits Berikut :*

حَدَّثَنَا آدَمُ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي بُرْدَةَ قَالَ‏:‏

سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ، أَنَّهُ شَهِدَ ابْنَ عُمَرَ وَرَجُلٌ يَمَانِيٌّ يَطُوفُ بِالْبَيْتِ، حَمَلَ أُمَّهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ، يَقُولُ‏:‏

إِنِّي لَهَا بَعِيرُهَا الْمُذَلَّلُ إِنْ أُذْعِرَتْ رِكَابُهَا لَمْ أُذْعَرِ

ثُمَّ قَالَ‏:‏

يَا ابْنَ عُمَرَ أَتُرَانِي جَزَيْتُهَا‏؟‏

قَالَ‏:‏ لاَ، وَلاَ بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ، ثُمَّ طَافَ ابْنُ عُمَرَ، فَأَتَى الْمَقَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ،

ثُمَّ قَالَ‏:‏

يَا ابْنَ أَبِي مُوسَى، إِنَّ كُلَّ رَكْعَتَيْنِ تُكَفِّرَانِ مَا أَمَامَهُمَا‏.‏
[رواه البخاري في صحيح  الأدب المفرد : ٣٦ / كتاب الوالدين / (٥)- بَابُ جَزَاءِ الْوَالِدَيْنِ/ رقم الحديث : ١١. وانظر في أخبار مكة للإمام الفاكهي].

Telah menceritakan kepada kami Adam. Dia berkata: Telah menceritakan kepada kami : Syu’bah. Dia berkata: Telah menceritakan kepada kami : Sa’id bin Abu Burdah. Dia berkata:  Aku mendengar Abi (Ibnu Abi Musa Al Asy'ariy yang bernama Al Harits dikatakan bernama 'Aamir)  menceritakan bahwasanya Ibnu Umar melihat seorang pria dari Yaman thowaf di ka’bah sambil mengangkat ibunya di belakang punggungnya seraya bersyair :

“Sesungguhnya aku adalah onta ibuku yang tunduk..jika ia takut untuk menungganginya aku tidak takut (untuk ditunggangi)”, lalu ia berkata :

“Wahai Ibnu Umar, apakah menurutmu aku telah membalas jasa ibuku?”,

Ibnu Umar berkata :  

“Tidak, bahkan engkau tidak bisa membalas jasa karena keluarnya satu tetes cairan dari cairan yang dikeluarkannya tatkala melahirkan”.

(Dikatakan :  “Belum, belum meskipun hanya satu helaan nafasnya).”

Kemudian Ibnu Umar menuju maqom Ibrahim dan sholat dua rakaat lalu berkata :  

“Wahai Ibnu Abi Musa sesungguhnya setiap dua rakaat menebus dosa-dosa yang ada dihadapan kedua rakaat tersebut”
[HR. Bukhariy dalam Kitab Tarikhnya " Shahih Al Adabu Al Mufrad / Kitabu Al Walidaini / (5)- Babu Jaza'i Al Walidaini / No. Hadits : 11. Dan Lihat Al Fakihiy Dalam Kitabnya Akhbaru Makkah].

*b8)• ✒️ Dan Dalam Riwayat Lain Juga Disebutkan Berbakti Harus Dengan Lego Legowo Dzahir Bathinnya Sama Melakukannya. Imam Abu Hasan Al Mawardiy Asy Syafi'iy RahimahumallAhu Ta'ala Dalam Kitabnya "Adabu Ad Dunya Wa Ad Din" Mengetengahkan Sebuah Riwayat :*

اَنَّ رَجُلاً اَتَى اِلَى النَّبِيِّ ص فَقَالَ:

اِنَّ لِىْ اُمًّا، اَنَا مَطِيَّتُهَا اُقْعِدُهَا عَلَى ظَهْرِى وَ لاَ اَصْرِفُ عَنْهَا وَجْهِى وَ اَرُدُّ اِلَيْهَا كَسْبِى، فَهَلْ جَزَيْتُهَا؟

قَالَ:

*_«لاَ، وَ لاَ بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ»._*

قَالَ: وَ لِمَ؟

قَالَ:

*_«لِاَنَّهَا كَانَتْ تَخْدُمُكَ وَ هِيَ تُحِبُّ حَيَاتَكَ. وَ اَنْتَ تَخْدُمُهَا تُحِبُّ مَوْتَهَا»._*
[أخرجه ابو الحسن الماوردى في كتابه أدب أدب الدنيا والدين : ص ١٥٠ / الباب الرابع أدب الدنيا / فصل ما يصلح به حال الإنسان في الدنيا / للإمام أبو الحسن علي بن محمد بن محمد بن حبيب البصري البغدادي، الشهير بالماوردي الشافعي (المتوفى: ٤٥٠هـ) / الناشر: دار مكتبة الحياة، تاريخ النشر: ١٩٨٦ هـ].

Sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi –ﷺ💞–, lalu bertanya :

"Sesungguhnya saya mempunyai seorang ibu, saya menggendongnya di punggung saya, saya tidak pernah bermuka masam kepadanya, dan saya serahkan kepadanya hasil pencaharian saya, apakah yang demikian itu saya telah membalas budinya ?".

Rasulullah –ﷺ💞–  bersabda :  

*_"Belum, walau satu tarikan nafas panjangnya"._*

Orang itu bertanya pula : "Mengapa demikian ya Rasulullah ?".

Jawab beliau :

*_"Karena ibumu memelihara kamu dengan berharap agar kamu panjang umur, sedangkan kamu memeliharanya itu dengan berharap ia lekas mati"._*
[Dikeluarkan Oleh  Abul Hasan Al-Mawardiy Asy Syafi'iy Dalam Kitabnya Adabu Ad Dunya Wa Ad Din : hal 150 / Al Babu Ar Rabi'u Adabu Ad Dunya / Fashlun : Ma Yashluhu Bihi Halu Al Insani Fi Ad Dunya / Karya Imam Abu Hasan Al Mawardiy Asy Syafi'iy / Dar Maktabah Al Hayaah, Th. 1986 M].

*b9• ✒️ Begitu Besarnya Pengaruh, Kemuliaan, Serta Keutamaan Seorang Ibu, Hingga Rasulullah Mengatakan : Surga Bearada Dibawah Telapak Kakinya. Hal Ini Berdasarkan Beberapa Riwayat Hadits Dengan Redaksi Yang Berbeda   Beda, Diantaranya :*

Telah mengabarkan kepada kami : Abu 'Aliy Al Hasan bin Khalaf Al Wasithiy. Telah menceritakan kepada kami : 'Umar bin Ahmad bin Syahiin. Telah menceritakan kepada kami : 'Abdul Wahid bin Al Muqtadiy Billah bin Al Watsiqiy Billah. Telah menceritakan kepada kami : 'Aliy bin Ibrahim Al Wasithiy. Telah menceritakan kepada kami : Manshur bin Al Muhajir. Dari Abi An Nadhar Al Aabar.


 أَخْبَرَنَا أَبُو عَلِيٍّ الْحَسَنُ بْنُ خَلَفٍ الْوَاسِطِيُّ، ثنا عُمَرُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ شَاهِينَ، ثنا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ الْمُهْتَدِي بِاللَّهِ بْنِ الْوَاثِقِ بِاللَّهِ، ثنا عَلِيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْوَاسِطِيُّ، ثنا مَنْصُورُ بْنُ الْمُهَاجِرِ، عَنْ أَبِي النَّضْرِ الْأَبَّارُ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞–:

*_«الْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الْأُمَّهَاتِ»_*
[إسناده ضعيف : أخرجه القضاعي في كتابه مسند الشهاب : ج ١ ص ١٠٢ /  الجنة تحت أقدام الأمهات / رقم الحديث : ١١٩ / للإمام أبو عبد الله محمد بن سلامة بن جعفر بن علي بن حكمون القضاعي المصري (المتوفى: ٤٥٤ هـ) / الناشر: مؤسسة الرسالة - بيروت الطبعة: الثانية، ١٤٠٧ هـ = ١٩٨٦ مـ | ورواه الخطيب في كتابه الجامع لأخلاق الراوي وآداب السامع : ج ٢ ص ٢٣١ / ذكر شيء من وجوب طاعة الأبوين وبرهما وترك الرحلة مع كراهتهما ذلك وسخطهما / للإمام أبو بكر أحمد بن علي بن ثابت بن أحمد بن مهدي الخطيب البغدادي (المتوفى: ٤٦٣هـ) / الناشر: مكتبة المعارف - الرياض - بدون السنة].

Telah mengabarkan kepada kami : Abu 'Aliy Al Hasan bin Khalaf Al Wasithiy. Telah menceritakan kepada kami : 'Umar bin Ahmad bin Syahiin. Telah menceritakan kepada kami : 'Abdul Wahid bin Al Muqtadiy Billah bin Al Watsiqiy Billah. Telah menceritakan kepada kami : 'Aliy bin Ibrahim Al Wasithiy. Telah menceritakan kepada kami : Manshur bin Al Muhajir. Dari Abi An Nadhar Al Aabar. Dari Anas bin Malik radliyyallaahu 'anhu, beliau berkata : Rasulullah –ﷺ💞– telah berabda :

*_"Surga itu berada dibawah telapak kaki para ibu."_*
{Hadits Dlo'if : Riwayat Al Qadlo'i dalam kitabnya Musnad Asy Syihab : juz 1 hal 102 / Al Jannatu Tahta Aqdaami Al Ummahaat / No. Hadits : 119 / Karya Imam Al Qadha'iy / Mu'assasah Ar Risalah - Beirut, Cet. Kedua, Th. 1407 H = 1986 M]. Dan Dikeluarkan Oleh  Al Khathib Dalam Kitabnya Al Jami' Li Akhlaqi Ar Raawi Wa Adabi As Sami'i : juz 2 hak 231 / Dzikru Syai'in Min Wujubi Tha'ati Al Abawaini Ma'a Karahatihima Dzalika Wa Sukhthihima / Karya Imam Al Khatib Al Baghdadiy / Maktabah Al Ma'arif - Riyadh - Tnp. Tahun].

🌴✍️• Walaupun hadits diatas dlo'if (lemah) bahkan ada yang mengatakan maudlu' (palsu), akan tetapi makna hadits diatas adalah shahih (benar) menurut riwayat hadits yang statusnya Shahih dan Hasan seperti dibawah ini :

حَدَّثَنَا رَوْحٌ قَالَ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– فَقَالَ :

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ الْغَزْوَ وَجِئْتُكَ أَسْتَشِيرُكَ؟, فَقَالَ :

*_«هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟»_*,

قَالَ : نَعَمْ، فَقَالَ :

*_«الْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ عِنْدَ رِجْلِهَا»_*,

ثُمَّ الثَّانِيَةَ ثُمَّ الثَّالِثَةَ فِي مَقَاعِدَ شَتَّى كَمِثْلِ هَذَا الْقَوْلِ.
[رواه احمد في مسنده / مسند المكيين / حديث معاوية بن جاهمة السلمي / رقم الحديث : ١٥٥٣٨].

Telah menceritakan kepada kami : Rauh berkata; Telah mengabarkan kepada kami : Ibnu Juraij berkata; Telah mengabarkan kepadaku : Muhammad bin Thalhah bin Abdullah bin Abdurrahman. Dari Bapaknya, (Thalhah bin Abdullah). Dari Mu’awiyah bin Jahimah, beliau telah datang kepada Nabi –ﷺ💞– dan berkata; wahai Rasulullah! saya ingin berperang dan saya datang kepada anda untuk meminta saran!. (Rasulullah –ﷺ💞–) bersabda:

*_“Apakah kamu masih memiliki seorang ibu?”_*

Dia berkata; Ya.


Beliau bersabda:

*_“Rawatlah dia, sebab surga itu berada di telapak kakinya”._*

Beliau mengucapkannya dua kali, tiga kali, pada tempat yang berbeda-beda, seperti perkataan tersebut.
[HR. Ahmad Dalam Kitab Musnadnya / Musnad Al Makiyyiin / Hadits Mu'awwiyyah Bin Jaahimah As Sulamiy / No. Hadits : 15538].


*✍️📚• Hadits Yang Senada :*

أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَبْدِ الْحَكَمِ الْوَرَّاقُ قَالَ : حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ : أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ طَلْحَةَ وَهُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ طَلْحَةَ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ –ﷺ💞–، فَقَالَ :

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ؟, فَقَالَ :

*_«هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟»،

قَالَ نَعَمْ، قَالَ :

*_« فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا »._*
{رواه احمد والنسائي واللفظ له /  (٢٥) - كتاب الجهاد / الرخصة في التخلف لمن له والدة / رقم الحديث : ٣١٠٤].

Telah mengabarkan kepada kami : 'Abdul Wahhâb bin ‘Abdul Hakam al-Warrâq, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Hajjâj dari Ibnu Juraij, ia berkata; Telah memberitakan kepadaku : Muhammad bin Thalhah -(yaitu Ibnu ‘Abdullah bin ‘Abdur Rahman). Dari ayahnya -(yaitu Thalhah). Dari Mu‘awiyah bin Jâhimah al-Salamî bahwa Jâhimah datang kepada NAbî –ﷺ💞– dan berkata:

“Wahai Rasulullah, saya ingin berperang dan datang untuk minta petunjukmu,” Beliau bertanya:

*_"Apakah engkau masih memiliki ibu?"_*

Ia menjawab: “Ya,”

Beliau bersabda:

*_"Jagalah ia, karena surga itu dibawah kakinya."_*
{HR. Ahmad. Teks Hadits Milik Nasa'i / (25)- Kitabu Al Jihadi / Ar Rukhshah At Takhallufu Liman Lahu Walidatun / Dengan Sanad Hasan / No. Hadits : 3104].

*b10)• ✒️ Berbakti Kepada Ibunda Melebihi Pahala Berjihad Fi Sabilillaah :*

حَدَّثَنَا أَبُو يُوسُفَ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ الرَّقِّيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ الْحَرَّانِيُّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السُّلَمِيِّ, قَالَ : أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞–، فَقُلْتُ :

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أَرَدْتُ الْجِهَادَ مَعَكَ أَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ؟,

قَالَ :

*_«وَيْحَكَ أَحَيَّةٌ أُمُّكَ؟»*_*،

قُلْتُ : نَعَمْ،

قَالَ :

*_«ارْجِعْ فَبَرَّهَا»_*,

ثُمَّ أَتَيْتُهُ مِنْ الْجَانِبِ الْآخَرِ فَقُلْتُ :

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أَرَدْتُ الْجِهَادَ مَعَكَ أَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ ، قَالَ :

*_«وَيْحَكَ أَحَيَّةٌ أُمُّكَ؟»_*،

قُلْتُ : نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ,

قَالَ :

*_«فَارْجِعْ إِلَيْهَا فَبَرَّهَا؟»_*,

ثُمَّ أَتَيْتُهُ مِنْ أَمَامِهِ فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ أَرَدْتُ الْجِهَادَ مَعَكَ أَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ ، قَالَ :

*_«وَيْحَكَ أَحَيَّةٌ أُمُّكَ؟»،

قُلْتُ : نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ،

قَالَ :

*_«وَيْحَكَ الْزَمْ رِجْلَهَا فَثَمَّ الْجَنَّةُ»_*.

حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَمَّالُ حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ عَنْ أَبِيهِ طَلْحَةَ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السُّلَمِيِّ أَنَّ جَاهِمَةَ أَتَى النَّبِيَّ –ﷺ💞–، فَذَكَرَ نَحْوَهُ، قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ بْن مَاجَةَ هَذَا جَاهِمَةُ بْنُ عَبَّاسِ بْنِ مِرْدَاسٍ السُّلَمِيُّ الَّذِي عَاتَبَ النَّبِيَّ –ﷺ💞– يَوْمَ حُنَيْنٍ.
[رواه ابن ماجة / (٢٤)- كتاب الجهاد / (١٢)- باب الرجل يغزو وله أبوان / رقم : 2781، وهو صحيح].

Telah menceritakan kepada kami Abu Yusuf Muhammad bin Ahmad Ar Raqqi; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salamah Al Harrani dari Muhammad bin Ishaq dari Muhammad bin Thalhah bin Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dari Muawiyah bin Jahimah As Sulami, ia berkata; “Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, aku katakan kepada beliau; ‘Sesungguhnya aku ingin berjihad bersamamu dalam rangka mencari ridla Allah dan kehidupan Akhirat.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Celakalah kau! Apakah ibumu masih hidup? ‘ la menjawab; ‘Ya.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Kembalilah dan berbaktilah kepadanya.’ Kemudian aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali dari sisi yang lain. Aku katakan’ ‘Wahai Rasulullah! Aku ingin berjihad bersamamu dalam rangka mencari ridla Allah dan kehidupan akhirat? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Celakalah kau! Apakah ibumu masih hidup? ‘ la menjawab; ‘Ya.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Kembalilah dan berbaktilah kepadanya.’ Kemudian aku mendatanginya dari sisi depan, aku katakan; ‘Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku ingin berjihad bersamamu dalam rangka mencari ridla Allah dan kehidupan akhirat.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Celakalah kau! Apakah ibumu masih hidup? ‘ la menjawab; ‘Ya! Wahai Rasulullah! ‘ Rasulullah bersabda: ‘Celakalah kau! Tetaplah berada pada kedua kakinya dan di situlah terdapat surga.’ Telah menceritakan kepada kami Harun bin Abdullah Al Hammal Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Muhammad Telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij Telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin Thalhah bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Bakr bin Shiddiq dari bapaknya, Thalhah dari Mu’awiyah bin Jahimah As Sulami bahwa Jahimah mendatangi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam lalu ia menyebutkan Hadits yang serupa. Abu Abdilah Ibnu Majah berkata; ‘Ini adalah Jahimah bin Abbas bin Mardas As-Sulami yang mencerca Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada saat perang Hunain.”
[HR. Ibnu Majah / (24)- Kitabu Al Jihadi / (12)- Babu Ar Rajulu Yaghzu Wa Lahu Abawani / No. Hadits :  2781].

*b)11• ✒️ Memenuhi Panggilan Ibu Lebih Utama Dibandingkan Meneruskan Mengerjakan Shalat Sunnah :*

حَدَّثَنَا عَيَّاشُ بْنُ الْوَلِيدِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ الأَعْلَى ، قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُسَيْطٍ ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ شُرَحْبِيلَ أَخِي بَنِي عَبْدِ الدَّارِ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– ، يَقُولُ :

*_«مَا تَكَلَّمَ مَوْلُوْدٌ مِنَ النَّاسِ فِي مَهْدٍ إِلاَّ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ –ﷺ💞– وَصَاحِبُ جُرِيْجٍ”»_*,

قِيْلَ: يَا نَبِيَّ اللهِ! وَمَا صَاحِبُ جُرَيْجٍ؟

قَالَ:

*_«فَإِنَّ جُرَيْجًا كَانَ رَجُلاً رَاهِباً فِي صَوْمَعَةٍ لَهُ، وَكَانَ رَاعِيُ بَقَرٍ يَأْوِي إِلَى أَسْفَلِ صَوْمَعَتِهِ، وَكَانَتْ اِمْرَأَةٌ مِنْ أَهْلِ الْقَرْيَةِ تَخْتَلِفُ إِلَى الرَّاعِي، فَأَتَتْ أُمُّهُ يَوْمًٍا فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ! وَهُوَ يُصّلِّى، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ – وَهُوَ يُصَلِّي – أُمِّي وَصَلاَتِي؟ فَرَأَى أَنْ يُؤْثِرَ صَلاَتَهُ، ثُمَّ صَرَخَتْ بِهِ الثَّانِيَةَ، فَقَالَ فِي نَفْسِهِ: أُمِّي وَصَلاَتِي؟ فَرَأَى أَنْ يُؤْثِرَ صَلاَتَهُ. ثُمَّ صَرَخَتْ بِهِ الثَالِثَةَ فَقَالَ: أُمِّي وَصَلاَتِي؟ فَرَأَى أَنْ يُؤْثِرَ صَلاَتَهُ. فَلَمَّا لَمْ يُجِبْهَا قَالَتْ: لاَ أَمَاتَكَ اللهُ يَا جُرَيْجُ! حَتىَّ تَنْظُرَ فِي وَجْهِ المُوْمِسَاتِ. ثُمَّ انْصَرَفَتْ فَأُتِيَ الْمَلِكُ بِتِلْكَ الْمَرْأَةِ وَلَدَتْ. فَقَالَ: مِمَّنْ؟ قَالَتْ: مِنْ جُرَيْجٍ. قَالَ: أَصَاحِبُ الصَّوْمَعَةِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: اِهْدَمُوا صَوْمَعَتَهُ وَأْتُوْنِي بِهِ، فَضَرَبُوْا صَوْمَعَتَهُ بِالْفُئُوْسِ، حَتىَّ وَقَعَتْ. فَجَعَلُوْا يَدَهُ إِلَى عُنُقِهِ بِحَبْلٍ؛ ثُمَّ انْطَلَقَ بِهِ، فَمَرَّ بِهِ عَلَى الْمُوْمِسَاتِ، فَرَآهُنَّ فَتَبَسَّمَ، وَهُنَّ يَنْظُرْنَ إِلَيْهِ فِي النَّاسِ. فَقَالَ الْمَلِكُ: مَا تَزْعُمُ هَذِهِ؟ قَالَ: مَا تَزْعُمُ؟ قَالَ: تَزْعُمُ أَنَّ وَلَدَهَا مِنْكَ. قَالَ: أَنْتِ تَزْعَمِيْنَ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: أَيْنَ هَذَا الصَّغِيْرُ؟ قَالُوْا: هَذَا فِي حُجْرِهَا، فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ. فَقَالَ: مَنْ أَبُوْكَ؟ قَالَ: رَاعِي الْبَقَرِ. قَالَ الْمَلِكُ: أَنَجْعَلُ صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: مِنْ فِضَّةٍ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: فَمَا نَجْعَلُهَا؟ قَالَ: رَدُّوْهَا كَمَا كَانَتْ. قَالَ: فَمَا الَّذِي تَبَسَّمْتَ؟ قَالَ: أَمْراً عَرَفْتُهُ، أَدْرَكَتْنِى دَعْوَةُ أُمِّي، ثُمَّ أَخْبَرَهُمْ»._*
[رواه احمد برقم : 7873، 8789، 9389. والبخاري في صحيح الأدب المفرد واللفظ له : ص ٤٤ / بَابُ بُكَاءِ الْوَالِدَيْنِ /  رقم الحديث : ٣٣ ، وفي صحيحه كتاب الأنبياء، برم : 2314 و 3205. ومسلم في كتاب البر والصلة والأدب برقم : 4631 و 4632. وابن حبان برقم : 6627. والبيهقي في شعب الايمان برقم : 7378، 7379. والحاكم في المستدرك : 2/ 593 برقم : 4092. والطبراني في مسند الشاميين برقم : 1269. وفي الأحاديث الطوال برقم : 59. والخطيب في تلخيص المتشابة في الرسم : 1/234 برقم : 330. والبغوي في معالم التنزيل برقم : 1246. والطحاوي في مشكل الآثار برقم : 1311. وابن أبي الدنيا في مجاب الدعوة برقم : 1. وابن بشكوال في غوامض الأسماء المهيمة برقم : 498. وابن قدامة المقدسي في الرقة والبكاء برقم : 7. وابن حجر العسقلاني في تعليق التعليق : 2/ 440 برقم : 424].

Telah menceritakan kepada kami Abbas bin Walid, beliau berkata :
Telah menceritakan kepada kami Abdu Al A'la, beliau berkata :
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaq. Dari Yazid bin 'Abdillah bin Qusaithin. Dari Muhammad bin Syurahbila saudara Bani 'Abdi Al Dar. Dari Abi Hurairah, beliau berkata : Aku mendengar Rasulullah –ﷺ💞– bersabda :

“Tidak ada bayi yang dapat berbicara dalam buaian kecuali Isa bin Maryam dan (bayi di masa) Juraij” Lalu ada yang bertanya,”Wahai Rasulullah siapakah Juraij?” Beliau lalu bersabda, ”Juraij adalah seorang rahib yang berdiam diri pada rumah peribadatannya (yang terletak di dataran tinggi/gunung). Terdapat seorang penggembala yang menggembalakan sapinya di lereng gunung tempat peribadatannya dan seorang wanita dari suatu desa menemui penggembala itu (untuk berbuat mesum dengannya).

(Suatu ketika) datanglah ibu Juraij dan memanggil anaknya (Juraij) ketika ia sedang melaksanakan shalat, ”Wahai Juraij.” Juraij lalu bertanya dalam hatinya, ”Apakah aku harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya. Juraij kembali bertanya di dalam hati, ”Ibuku atau shalatku?” Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya memanggil untuk kali ketiga. Juraij bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku atau shalatku?” Rupanya dia tetap mengutamakan shalatnya. Ketika sudah tidak menjawab panggilan, ibunya berkata, “Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij sampai wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur.” Lalu ibunya pun pergi meninggalkannya.

Wanita yang menemui penggembala tadi dibawa menghadap raja dalam keadaan telah melahirkan seorang anak. Raja itu bertanya kepada wanita tersebut, ”Hasil dari (hubungan dengan) siapa (anak ini)?” “Dari Juraij”, jawab wanita itu. Raja lalu bertanya lagi, “Apakah dia yang tinggal di tempat peribadatan itu?” “Benar”, jawab wanita itu. Raja berkata, ”Hancurkan rumah peribadatannya dan bawa dia kemari.” Orang-orang lalu menghancurkan tempat peribadatannya dengan kapak sampai rata dan mengikatkan tangannya di lehernya dengan tali lalu membawanya menghadap raja. Di tengah perjalanan Juraij dilewatkan di hadapan para pelacur. Ketika melihatnya Juraij tersenyum dan para pelacur tersebut melihat Juraij yang berada di antara manusia.

Raja lalu bertanya padanya, “Siapa ini menurutmu?” Juraij balik bertanya, “Siapa yang engkau maksud?” Raja berkata, “Dia (wanita tadi) berkata bahwa anaknya adalah hasil hubungan denganmu.” Juraij bertanya, “Apakah engkau telah berkata begitu?” “Benar”, jawab wanita itu. Juraij lalu bertanya, ”Di mana bayi itu?” Orang-orang lalu menjawab, “(Itu) di pangkuan (ibu)nya.” Juraij lalu menemuinya dan bertanya pada bayi itu, ”Siapa ayahmu?” Bayi itu menjawab, “Ayahku si penggembala sapi.”

Kontan sang raja berkata, “Apakah perlu kami bangun kembali rumah ibadahmu dengan bahan dari emas?” Juraij menjawab, “Tidak perlu”. “Ataukah dari perak?” lanjut sang raja. “Jangan”, jawab Juraij. “Lalu dari apa kami akan bangun rumah ibadahmu?”, tanya sang raja. Juraij menjawab, “Bangunlah seperti sedia kala.” Raja lalu bertanya, “Mengapa engkau tersenyum?” Juraij menjawab, “(Saya tertawa) karena suatu perkara yang telah aku ketahui, yaitu terkabulnya do’a ibuku terhadap diriku.” Kemudian Juraij pun memberitahukan hal itu kepada mereka.”
{HR. Ahmad no. 7873، 8789، 9389. Teks Hadits Riwayat Bukhariy Fi Al Adabu Al Mufrad / Babu Birri Al Walidaini / No. Hadits : 33، Dan Dalam Kitab Shahihnya no. 2314, 3205. Muslim Dalam Kitab Al Birr Wa Al Shilah no. 4631, 4632. Ibnu Hibban no. 6627. Baihaqiy Fi Syu'ab no. 7378، 7379. Hakim Fi Al Mustadrak : 2/ 593 no. 4092. Thabaraniy Fi Musnad Al Syamiyyiin no. 1269. Dan dalam Al Ahaditsu Al Thuwaal no. 59. Khathib dalam Talkhish Al Mutasyaabah Fi Al Rasmi : 1/234 no. 330. Baghawiy dalam Mu'alimu Al Tanzil no. 1246. Thahawiy dalam Musykilu Al Atsar no. 1311. Ibnu Abi Dunya dalam Mujabu Al Da'wah no. 1. Ibnu Basykawal dalam Ghowamidl Al Asma' Al Muhimmah no. 498. Ibnu Qudamah Al Maqdisiy dalam Al Riqah wa Al Buka' no. 7. Dan Ibnu Hajar Al 'Asqalaniy dalam Ta'liqu Al Ta'liq : 2/ 440 no. 424].

*b12)• ✒️ Jikalau Sudah Tidak Mempunyai Ibu, Sebagai Gantinya Bisa Berbakti Kepada Bibinya, Karena bibi dari ibu Itu Kedudukannya Sama Dengan Seorang Ibu. Berdasarkan Riwayat Hadits :*

حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ إِسْرَائِيلَ، ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ وَهُوَ ابْنُ مَدُّوَيْهِ قَالَ: حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى، عَنْ إِسْرَائِيلَ، وَاللَّفْظُ لِحَدِيثِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ الهَمْدَانِيِّ، عَنْ البَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ، عَنِ النَّبِيِّ –ﷺ💞– قَالَ:

*_«الخَالَةُ بِمَنْزِلَةِ الأُمِّ»_*

وَفِي الحَدِيثِ قِصَّةٌ طَوِيلَةٌ وَهَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ
[رواه الترمذى / (٢٥) - أبواب البر والصلة / باب ما جاء في بر الخالة / رقم الحديث : ١٩٠٤].

Telah menceritakan kepada kami : Sufyan bin Waki'. Telah menceritakan kepada kami : Bapakku. Dari Isra`il -(dalam riwayat lain)- Dan telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Ahmad (ia adalah Ibnu Madduwaih). Telah menceritakan kepada kami : 'Ubaidullah bin Musa. Dari Isra`il -(lafazh adalah milik haditsnya Ubaidullah)-. Dari Abu Ishaq Al Hamdani. Dari Al Barra` bin Azib. Dari Nabi –ﷺ💞–, beliau bersabda:

*_"Khalah (bibi dari ibu) itu kedudukannya sama dengan seorang ibu."_*

Hadits ini memiliki kisah yang panjang dan ini merupakan Hadits Hadits SHAHIH.
[HR. Tirmidziy / (25)- Abwabu Al Birri Wa Ash Shilati / Babu Ma Ja'a Fi Birri Al Khalati / No. Hadits : 1904].


*📚🌴• Hadits Selanjutnya :*

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ حَفْصٍ، (عَنْ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِيَّ –ﷺ💞– فَقَالَ:

يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي أَصَبْتُ ذَنْبًا عَظِيمًا فَهَلْ لِي تَوْبَةٌ؟ ,

قَالَ:

*_«هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟»،_*

قَالَ: لاَ،

قَالَ:

*_«هَلْ لَكَ مِنْ خَالَةٍ؟»،_*

قَالَ: نَعَمْ،

قَالَ:

*_«فَبِرَّهَا»._*

وَفِي البَابِ عَنْ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ حَفْصٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ، وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ عَنْ ابْنِ عُمَرَ، وَهَذَا أَصَحُّ مِنْ حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ حَفْصٍ هُوَ ابْنُ عُمَرَ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ
[رواه الترمذى / (٢٥) - أبواب البر والصلة / باب ما جاء في بر الخالة / رقم الحديث : ١٩٠٤، واللفظ له.  و ابن حبان برقم : 440.  و الحاكم في المستدرك، برقم : 7326. والبيهقي في شعب الايمان، برقم : 7363. والظوسي في مختصر الأحكام، برقم : 1372. وابن حجر في اتحاف المهرة، برقم : 11007}

Telah menceritakan kepada kami : Abu Kuraib, beliau berkata : Telah menceritakan kepada kami : Abu Mu'awwiyyah. Dari Muhammad bin Suqah. Dari Abi Bakr bin Hafsh. Dari Ibnu 'Umar Radliyyallaahu 'Anhuma : Seseorang datang kepada Nabi –ﷺ💞– lalu bertanya :  

"Sesungguhnya aku telah melakukan dosa besar. Apakah masih ada taubat bagiku ?".

Maka beliau –ﷺ💞–  bersabda :

*_"Apakah kamu masih mempunyai ibu ?"._*

Ia menjawab : "Tidak".

Beliau –ﷺ💞– bersabda :  

*_"Apakah kamu masih punya bibi ?"._*

Ia menjawab :  "Ya".

Sabda beliau –ﷺ💞– :

*_"Berbhaktilah kepadanya"._*

Dan dalam sebuah bab diriwayatkan dari 'Aliy.
[HR. Tirmidziy / (25)- Abwabu Al Birri Wa Ash Shilati / Babu Ma Ja'a Fi Birri Al Khalati / No. Hadits : 1904. Dan  Ibnu Hibban no. 440.  Hakim no.  7326. Baihaqiy Fi Syu'ab no.  7363. Ath Thusiy Fi Mukhtashor Al Ahkam no.  1372. Dan Ibnu Hajar Al 'Asqalaniy Fi Ittihaf no.  11007}


*C]• 🌴✍️ BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA DAN DERAJAT KEUTAMAANNYA*

*📓👌• Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Minhaj Syarhu Shahih Muslim " berkata :*

وَأََجْمَعَ الْعُلَمَاء عَلَى الْأَمْر بِبِرِّ الْوَالِدَيْنِ , وَأَنَّ عُقُوقهمَا حَرَام مِنْ الْكَبَائِر انتهى .
[انظر المنهاج شرح صحيح مسلم : ج ١٦ ص ١٠٤ / كتاب البر والصلة والآداب / باب بر الوالدين وأنهما أحق به / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت الطبعة: الثانية، ١٣٩٢ هـ].

Dan Ulama' bersepakat bahwasannya wajib hukumnya berbuat baik kepada kedua orang tua, dan sesungguhnya durhaka kepada mereka adalah haram hukumnya termasuk melakukan dosa yang besar.
{Lihat Kitab Al Minhaj Syarhu Shahihu Muslim : juz 16 hal 104 / Kitabu Al Birri Wa Ash Shilati / Babu Birri Al Walidaini Annahuma Ahaqqu Bihi / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Ihya'i At Turats Al 'Arabiy - Beirut, Cet. Kedua, Th. 1392 H].


*c1)• 🌴 Orang Yang Terbaik Adalah Orang Yang Paling Panjang Umurnya Dan Paling Baik Amalannya :*

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ ، عَنِ ابْنِ إِسْحَاقَ ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– :

*_«أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِكُمْ ؟»_*

قَالُوا : نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ،

قَالَ :

*_«خِيَارُكُمْ أَطْوَلُكُمْ أَعْمَارًا ، وَأَحْسَنُكُمْ أَعْمَالًا»._*

قالَ أَبُو عَبْد الرَّحْمَنِ سَأَلْتُ أَبِي عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ وَسُهيْلٍ عَنْ أَبِيهِ فَقَالَ : لَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا ذَكَرَ الْعَلَاءَ إِلَّا بِخَيْرٍ وَقَدَّمَ أَبَا صَالِحٍ عَلَى الْعَلَاءِ .
{رواه احمد في مسنده : ج ١٢ ص ١٤٦ / مسند المكثرين من الصحابة / مسند أبي هريرة رضي الله عنه / رقم الحديث: 7038، 8612، 8721، 9026، واللفظ له. والترمذي برقم : 2194. وابن حبان برقم : 532، 533. والبيهقي في الكبرى: 3/371، برقم : 6029، وفي شعب الايمان برقم : 10502، 10503. وابن أبي شيبة في مصنفه برقم : 33732. وابن عبد البر في التمهيد برقم : 4610، وفي التذكير برقم : 1008].

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi 'Ady. Dari Ishaq. Dari Muhammad bin Ibrahim. Dari Abi Salamah. Dari Abi Hurairah, beliau berkata : Rasulullah –ﷺ💞– telah bersabda :

*_"Orang yg paling baik diantara kalian ialah yg paling panjang umurnya & paling bagus amalannya."_*

Abu Abdurrahman berkata:
Aku bertanya kepada bapakku mengenai Al 'Ala` bin Abdurrahman dari bapaknya & Suhail dari bapaknya dia berkata; Aku tak mengutamakan seorangpun yang menyebutkan Ala' kecuali dengan  kebaikan. Dan ia lebih mengutamakan Aba  Shalih daripada Al 'Ala`.
{HR. Ahmad Teks Hadits Riwayatnya Dalam Musnadnya : juz 12 hal 146 / Musnad Al Muktsirin Min Ash Shahabati / Musnad Abi Hurairah Radhiyallahu 'Anhu /  No. Hadits : 7038، 8612، 8721، 9026. Dan  Tirmidzi no.  2194. Dan  Ibnu Hibban no.  532، 533. Baihaqiy Fil Kubra : 3/371 no.  6029، Fi Syu'abu Al Iman no. 10502، 10503. Ibnu Abi Syaibah Fi Mushannaf no. 33732. Ibnu Abdil Barr Al Qurthubiy Fi Al Tamhid no. 4610، dan Fi Al Tadzkir no. 1008].

*c2)• 🌴Menyekutukan Allah, Durhaka Kepada Orangtuatua, Dan Berbuat Keji Atau Curang Adalah Dosa Yang Paling Besar :*

وحَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا الْجُرَيْرِيُّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ النَّبِيُّ –ﷺ💞– :

*_«أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟»_* (ثَلَاثًا)

قَالُوا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ،

قَالَ :

*_«الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا»،_*,

فَقَالَ :

*_«أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ»،_*

قَالَ : فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ ، وَقَالَ إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا الْجُرَيْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ.
{رواه البخاري واللفظ له /  (٥٢)- كتاب الشهادات / باب ما قيل في شهادة الزور / الحديث الرقم : ٢٦٥٤. وانظر فتح الباري شرح صحيح البخاري : 5/261، برقم : 2654. ومسلم برقم : 87].

Dan telah menceritakan kepada kami : Musaddad. Telah menceritakan kepada kami : Bisyir bin Al Mufadhdhol. Telah menceritakan kepada kami : Al Jurairiy dari 'Abdurrahman bin Abi Bakrah. Dari bapaknya radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata; Nabi –ﷺ💞– telah bersabda :

*_"Apakah kalian mau aku beritahu dosa besar yang paling besar?"_*,

Beliau menyatakannya tiga kali.

Mereka menjawab: "Mau, wahai Rasulullah".

Maka Beliau bersabda:

*_"Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua"._*

Lalu Beliau duduk dari sebelumnya berbaring kemudian melanjutkan sabdanya:

*_"Ketahuilah, juga ucapan keji (curang) "._*

Dia (rawi) berkata:

"Beliau terus sajamengatakannya berulang-ulang hingga kami mengatakannya ' Duh sekiranya Beliau diam".

Dan berkata, Isma'il bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Al Jurairiy dari 'Abdurrahman.
[HR. Bukhariy / (52)- Kitabu Asy Syahadaat / Babu Ma Qila Di Syahadati Az Zuuri / No. Hadits :  2654. Dan lihat Fathul Baari Syarh Shahih Al Bukhariy : 5/261 No. 2654. Dan Muslim no. 87}

*c3)• 🌴 Berbakti Atau Ingat Kepada Orangtua Pada Hakikatnya Berarti Juga Berbakti Atau Ingat Kepada Pencipta Keduanya :*

حَدَّثَنَا الحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ قَالَ: حَدَّثَنَا الفَضْلُ بْنُ مُوسَى، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدٍ هُوَ ابْنُ أَبِي هِنْدٍ، عَنْ زِيَادٍ، مَوْلَى ابْنِ عَيَّاشٍ عَنْ أَبِي بَحْرِيَّةَ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ –ﷺ💞–:

*_«أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ، وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالوَرِقِ، وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ»؟»_*,

قَالُوا: بَلَى.

قَالَ:

*_«ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى»_*,

قَالَ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ:

*«مَا شَيْءٌ أَنْجَى مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ»*

وَقَدْ رَوَى بَعْضُهُمْ هَذَا الحَدِيثَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدٍ، مِثْلَ هَذَا بِهَذَا الإِسْنَادِ، وَرَوَى بَعْضُهُمْ عَنْهُ فَأَرْسَلَهُ.
[رواه احمد. والترمذي واللفظ له /  (٤٥) - أبواب الدعوات / باب منه / الحديث الرقم : ٣٣٧٧. وابن ماجه. والحاكم].

Telah menceritakan kepada kami : Al Husain bin Huraits. Telah menceritakan kepada kami : Al Fadhl bin Musa. Dari 'Abdullah bin Sa'id -(yaitu Ibnu Abu Hindun)-. Dari Ziyad -(mantan budak Ibnu 'Ayyasy)-. Dari Abu Bahriyyah. Dari Abu Ad Darda` radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata;

Nabi –ﷺ💞– bersabda:

*_"Maukah aku beritahukan kepada kalian mengenai amalan kalian yang terbaik, dan yang paling suci di sisi Raja (Allah) kalian, paling tinggi derajatnya, serta lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian daripada bertemu dengan musuh kemudian kalian memenggel leher mereka dan mereka memenggal leher kalian?"_*

Mereka berkata; ya.

Beliau bersabda :

*_"Berdzikir kepada Allah ta'ala."_*

Mu'adz bin Jabal radliyyAllahu 'anhu berkata;

*"Tidak ada sesuatu yang lebih dapat menyelamatkan dari adzab Allah daripada dzikir kepada Allah."*

Sebagian ulama telah meriwayatkan hadits ini dari Abdullah bin Sa'id seperti ini dengan sanad ini dan sebagian yang lain meriwayatkan dari Mu'adz dan memursalkan hadits tersebut.
{HR. Ahmad. Teks Hadits Riwayat Tirmidziy / (45)- Abwaabu Ad Da'awaati / Babu Minhu / No. Hadits : 3377.  Dan Ibnu Majah. Dan Hakim].

*c4)• 🌴Ridlo Allah Akan Ada Jikalau Orangtua Ridlo, Dan Murka Allah Akan Turun Jika Orangtua Murka :*

أَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَعِيدٍ الْبَزَّازُ , قَالَ : أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ شُعْبَةُ بْنُ الْفَضْلِ بْنِ سَعِيدٍ التَّغْلِبِيُّ , قَالَ : حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُوسَى , قَالَ : سَمِعْتُ أَبَا مُحَمَّدٍ الْقَاسِمَ بْنَ سُلَيْمٍ الصَّوَّافَ , يَقُولُ : شَهِدَ أَبُو بِسْطَامٍ , وَأَبُو مُعَاوِيَةَ , يَعْنِي شُعْبَةَ , وَهُشَيْمٌ , عَلَى يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ , عَنْ أَبِيهِ , عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو , قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ , وَسُخْطُهُ فِي سُخْطِهِمَا " .
[أخرجه أبو الحسن الخِلَعي في كتابه السادس عشر من الخلعيات / رضا الله في رضا الوالدين , وسخطه في سخطهما / رقم الحديث : ٥٠ / للإمام علي بن الحسن بن الحسين بن محمد، أبو الحسن الخِلَعي الشافعيّ (المتوفى: ٤٩٢ هـ) / الناشر: مخطوط نُشر في برنامج جوامع الكلم المجاني التابع لموقع الشبكة الإسلامية الطبعة: الأولى، ٢٠٠٤ مـ].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Muhammad Abdur Rahman bin Umar bin Muhammad bin Sa'id Al Bazzar, beliau berkata : Telah menceritakan kepada kami : Abu Al Hasan bin Syu'bah bin Al Fadlol bin Sa'id Al Tsa'labiy, beliau berkata : Telah menceritakan kepada kami Bisyru bin Musa, beliau berkata : Aku mendengar Aba Muhammad Al Qasim bin Sulaim Al Shawaf, mengatakan : Abu Bisthom dan Mu'awwiyah menjumpai Syu'bah dan Husyaim atas Ya'la bin 'Atho. Dari Bapaknya. Dari Abdullah ibnu 'Amr, beliau mengatakan : Rasulullah –ﷺ💞– bersabda :

*_“Ridha Allah ada di Ridha orang tua, dan Kemurkaan-Nya ada di kemurkaan orang tua”._*
[Dikeluarkan Oleh Abul Hasan Al Khila'iy Dalam Kitabnya " As Sadutsu 'Asyara Min Al Khika'iyyaat / RidhAllahi Ridha Al Walidaini, Wa Sukhtihi Fi Sukhthihima / Karya Imam Abul Hasan Al Khila'iy Asy Syafi'iy / Cet. Pertama, Th. 2004 M].


*📚👌• Hadits Yang Senada :*

أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ دَاوُدَ الْعَلَوِيُّ، أنا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ الْحَافِظُ، نا أَبُو أَحْمَدَ الْفَرَّاءُ، وَالْحَسَنُ بْنُ هَارُونَ، قَالَا: أَخْبَرَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ الْوَلِيدِ، نا شُعْبَةُ، عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ –ﷺ💞– :

*_«رِضَا اللهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ، وَسَخَطُ اللهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدَيْنِ»_*
[رواه البيهقي في الشعب / (٥٥) - بر الوالدين / رقم الحديث : ٧٤٤٦].

Telah mengabarkan kepada kami : Abul Hasan Muhammad bin Al Husain bin Dawud Al 'Alawiy. Telah mengabarkan kepada kami : Ahmad bin Muhammad bin Hasan Al Hafidz. Telah mengabarkan kepada kami : Abu Ahmad Al Farra' dan Al Hasan bin Harun, keduanya berkata : Telah mengabarkan kepada kami : Al Husain bin Walid. Telah mengabarkan kepada kami : Syu'bah. Dari Ya'la bin 'Atha`. Dari Bapaknya. Dari 'Abdullah bin ‘Amr beliau berkata; Rasulullah –ﷺ💞– bersabda;

*_"Ridha Allah pada ridha orang tua dan murka Allah pada murka orangtua."_*
[HR. Baihaqy / (55)- Birru Al Walidaini / No. Hadits : 7446].


*📚✍️• Lafadz Riwayat At-Tirmidzi Berbunyi;*

حَدَّثَنَا أَبُو حَفْصٍ عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ قَالَ: حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الحَارِثِ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنِ النَّبِيِّ –ﷺ💞– قَالَ:

*_«رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ»_*

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، نَحْوَهُ، وَلَمْ يَرْفَعْهُ وَهَذَا أَصَحُّ،: وَهَكَذَا رَوَى أَصْحَابُ شُعْبَةَ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، مَوْقُوفًا، وَلَا نَعْلَمُ أَحَدًا رَفَعَهُ غَيْرَ خَالِدِ بْنِ الحَارِثِ، عَنْ شُعْبَةَ وَخَالِدُ بْنُ الحَارِثِ ثِقَةٌ مَأْمُونٌ، سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ المُثَنَّى يَقُولُ: مَا رَأَيْتُ بِالبَصْرَةِ مِثْلَ خَالِدِ بْنِ الحَارِثِ، وَلَا بِالكُوفَةِ مِثْلَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ إِدْرِيسَ وَفِي البَابِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ
[رواه الترمذي /  (٢٥) - أبواب البر والصلة / باب ما جاء من الفضل في رضا الوالدين / رقم الحديث : ١٨٩٩].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Hafsh, Umar bin Aliy. Telah menceritakan kepada kami : Khalid bin Al Harits. Telah menceritakan kepada kami : Telah menceritakan kepada kami : Syu'bah. Dari Ya'la bin Atha'. Dari  Bapaknya. Dari Abdullah bin Amr radliyyAllahu 'anhuma. Dari Nabi –ﷺ💞–, beliau bersabda:

*_"Ridha Allah terdapat pada ridha seorang bapak, dan murka Allah juga terdapat pada murkanya seorang bapak."_*

Bercerita kepada Kami: Muhammad bin Basysyar, berkata: Bercerita kepada kami: Muhammad bin Ja'far. Dari Syu'bah. Dari Ya'la bin  Atha'. Dari Bapaknya. Dari Abdullah bin Amr seperti hadis diatas namun tidak memarfu'kannya dan riwayat ini lebih shohih. Berkata Abu Isa: Demikian shahabat-shahabat Syu'bah meriwayatkan dari Syu'bah dari Ya'la bin Atha' dari bapaknya dari Abdullah bin Amr secara mauquf dan kami tidak mengetahui seorangpun yang memarfu'kannya selain Khalid bin Harits dari Syu'bah dan Khalid bin Harits seorang yang tsiqah dan dipercaya. Dia berkata: aku mendengar Muhammad bin Al Mutsanna berkata: Aku tidak melihat seorang pun di Bashrah seperti Khalid bin Harits dan tidak juga di Kufah seperti Abdullah bin Idris. Hadis semakna diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud.
[HR. Tirmidziy / (25) - Abwabu Al Birri Wa Ash Shilati / Babu Ma Ja'a Min Al Fadhli Fi Ridha Al Walidaini / No. Hadits : 1899].


*📚✒️• Lafadz Riwayat Imam Bukhariy Dalam Shahih Al Adabu Al Mufrad :*

 حَدَّثَنَا آدَمُ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا يَعْلَى بْنُ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ‏:‏

*"رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ‏.‏"*
[رواه البخاري في صحيح الأدب المفرد /  باب قوله تعالى: وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۗ  (سورة العنكبوت : ٠٢٩ الآية ٨) / رقم الحديث : ٢].

Telah menceritakan kepada kami : Adam, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Syu’bah, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Ya’la bin Atho. Dari Bapaknya. Dari Abdullah bin Umar radhiyyAllahu anhuma beliau berkata :  

*“Keridoan ar–Rabb (Allah) terdapat pada keridhoan bapak (orang tua) dan kemurkaan ar–Rabb terdapat pada kemurkaan bapak (orang tua).”*
[HR. Bukhariy Dalam Shahih Al Adabu Al Mufrad / Babu Qaulihi Ta'ala : Wawashshainal Insaana Biwaalidaihi Husnaa (QS. Al Ankabut : 029 Ayat 8) / No. Hadits : 2. DIHASANKAN Oleh Al Albaniy Tokoh Wahhabiy].


*🌴💾• Lafadz Riwayat Ibnu Hibban Berbunyi;*

Telah mengabarkan kepada kami : Al Hasan bin Sufyan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Habib bin 'Arabiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Khalid bin Al Harits. Dari Ya'la bin Atha'. Dari Bapaknya.


أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَبِيبِ بْنِ عَرَبِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ يَعْلَى بْنِ عَطَاءٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– :

*_«رِضَاءُ اللَّهِ فِي رِضَاءِ الْوَالِدِ وَسَخَطُ اللَّهِ في سخط الوالد»_*
[رواه ابن حبان / كتاب البر والإحسان تتمة / كتاب البر والإحسان / باب حق الوالدين / ذكر رجاء تمكن المرء من رضاء الله جل وعلا
 برضاء والده عنه / رقم الحديث : ٤٢٩].

Telah mengabarkan kepada kami : Al Hasan bin Sufyan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Habib bin 'Arabiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Khalid bin Al Harits. Dari Ya'la bin Atha'. Dari Bapaknya. Dari Abdullah bin Amr radliyyAllahu ‘anhuma beliau berkata :  Nabi –ﷺ💞– pernah bersabda:

*_“Ridha Allah terdapat pada ridha seorang ayah, dan murka Allah juga terdapat pada murkanya seorang ayah.”_*
[HR. Ibnu Hibban Teks Hadits Miliknya / Kitabu Al Birri Wa Al Ihsan Titimmatun / Kitabu Al Birri Wa Al Ihsani / Babu Haqqi Al Walidaini / Dzikru Raja'i Tamakkuni Al Mar'i Min Ridha'illaahi Jalla Wa 'Ala Birridha'i Waalidihi 'Anhu / No. Hadits : 429. Dan   Al-Bazzar Dalam Al-Musnad. Dan Al-Hasan bin Sufyan An-Nasawy Dalam A-Arba’in. Dan Al-Baghowy Dalam Syarhu As-Sunnah. Dan Ibnu Syahin dalam At-Targhib Fi Fadhoili Al-A’mal].


*💾🌴• Imam As-Shon’any rahimahullAhu ta'ala  menerangkan dalam kitabnya " Subulu  As-Salam " bahwa hadist ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim. Beliau berkata;*

وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - عَنْ النَّبِيِّ –ﷺ💞–  قَالَ:

«رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ، وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدَيْنِ» أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ ...

الْحَدِيثُ دَلِيلٌ عَلَى وُجُوبِ إرْضَاءِ الْوَلَدِ لِوَالِدَيْهِ وَتَحْرِيمِ إسْخَاطِهِمَا فَإِنَّ الْأَوَّلَ فِيهِ مَرْضَاةُ اللَّهِ وَالثَّانِيَ فِيهِ سَخَطُهُ فَيُقَدِّمُ رِضَاهُمَا عَلَى فِعْلِ مَا يَجِبُ عَلَيْهِ مِنْ فُرُوضِ الْكِفَايَةِ
[أنظر كتاب سبل السلام شرح بلوغ المرام : ج ٢ ص ٦٣٢ / باب البر والصلة / بر الوالدين يقدم على فروض الكفايات / للإمام  محمد بن إسماعيل بن صلاح بن محمد الحسني، الكحلاني ثم الصنعاني، أبو إبراهيم، عز الدين، المعروف كأسلافه بالأمير (المتوفى: ١١٨٢ هـ) / الناشر: دار الحديث - بدون السنة].

Dan dari 'Abdillah bin 'Amrin bin 'Al 'Ash - radhiyyAllahu 'anhuma  - dari Nabi –ﷺ💞– , beliau bersabda :

*_"Ridha Allah terdapat pada ridha orangtua, dan murka Allah juga terdapat pada murkanya kedua orangtua."_*

(At Tirmidziy telah mengeluarkannya, Ibnu Hibban dan Hakim telah menshahihkannya) ...

Hadits tersebut adalah dalil atas wajibnya ridha/relanya seorang anak pada kedua orangtuanya, dan haramnya memurkai keduanya, karena yang pertama didalamnya adalah keridhaan Allah, dan yang kedua didalamnya adalah kemurkaanNya, maka didahulukan keridhaan/kerelaan kedua orangtu daripada menjalani sesuatu yang wajib baginya dari beberapa kewajiban-kewajiban yang bersifat kifayah.
[Lihat Kitab Subulu As Salam Syarhu Bulughu Al Maram : juz 2 hal 632 / Babu Al Birri Wa Ash Shilati / Birru Al Walidaini Yuqaddimu 'Ala Furudhi Al Kifayati / Karya Imam Ash Shon'aniy Al Hasaniy / Dar Al Hadits - Tnp. Tahun].

Demikian pula Tokoh Wahhabiy Al-Albani juga menshahihkannya ketika mentakhrij sunan At-Tirmidzi dan juga dalam kitabnya Shahih Al-Jami’. Hanya saja, status hadis ini ada ikhtilaf, karena ada yang melemahkannya dengan alasan perawi yang bernama ‘Atho’ Al-‘Amiry sebagaimana ada yang memilih menguatkan statusnya sebagai hadis mauquf, bukan hadis marfu’.


*💾✍️• Imam Al Munawiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Faidhu Al Qadir " mengatakan :*

رضا الرب في رضا الوالد وسخط الرب في سخط الوالد) لأنه تعالى أمر أن يطاع الأب ويكرم فمن امتثل أمر الله فقد برَّ اللّه وأكرمه وعظمه فرضي عنه ومن خالف أمره غضب عليه .

وهذا ما لم يكن الوالد فيما يرومه خارجاً عن سبيل المتقين ، وإلا فرضى الرب في هذه الحالة في مخالفته ، وهذا وعيد شديد يفيد أن العقوق كبيرة ، وقد تظاهرت على ذلك النصوص " انتهى بتصرف
[أنظر كتاب فيض القدير : ج ٤ ص ٣٣ / حرف الراء / رقم الحديث : ٤٤٥٦ / للإمام زين الدين محمد المدعو بعبد الرؤوف بن تاج العارفين بن علي بن زين العابدين الحدادي ثم المناوي القاهري (المتوفى: ١٠٣١ هـ) / الناشر: المكتبة التجارية الكبرى - مصر الطبعة: الأولى،  ١٣٥٦ هـ].

Kepuasan Tuhan atas persetujuan ayah dan kemarahan Tuhan dalam kemarahan ayah) karena Yang Maha Kuasa memerintahkan agar ayah ditaati dan dihormati.

Ini adalah apa yang ayah tidak bermaksud untuk berada di luar jalan yang saleh, jika tidak hal ini Tuhan telah memaksakan untuk melanggar dia, dan ini adalah janji yang kuat bahwa ketidaktaatan itu besar, dan teks-teks itu berpura-pura seperti itu.
[Lihat Kitab Faidhu Al Qadir : juz 4 hal 33 / Harfu Ar Ra' / No. Hadits : 4456 / Karya Imam Zainuddin Abdurra'uf Al Munawiy / Al Maktabah At Tijariyyah Al Kubro, Cet. Pertama, Th. 1356 H].

 *D]• 🌴✍️ PAHALA KETIKA BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA DAN SIKSAANNYA KETIKA BERBUAT DURHAKA KEPADA ORANG TUA*

*d1)• 👌Pahala Bagi Yang Berbakti Kepada Orang Tua Dan Adzab Atau Dosa Bagi Yang Berbuat Durhaka Keduanya. Bagi Yang Berbakti Akan Mendapatkan Syafaat Pertolongan Serta Berkah Dalam Hidupnya Dan Menjadi Lantaran Seorang Anak Mendapat Jaminan Masuk Surga, Dan Bagi Yang Berbuat Durhaka Akan Mendapatkan Balasannya Segera Didunia Semasa Hidupnya Sebelum Dia Mati, Berbeda Dengan Dosa-dosa Yang Lain.

*📚Hal Ini Berdasarkan Riwayat Hadits :*

حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ عُيَيْنَةَ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ أَبِي بَكَرَةَ، وَوَكِيعٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا عُيَيْنَةُ،  وَيَزِيدُ، أَخْبَرَنَا عُيَيْنَةُ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي بَكَرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ –ﷺ💞–:

*_«مَا مِنْ ذَنْبٍ أَحْرَى أَنْ يُعَجِّلَ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ مَعَ مَا يُؤَخَّرُ لَهُ فِي الْآخِرَةِ، مِنْ بَغْيٍ، أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ»_*،

قَالَ وَكِيعٌ: " أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ "، وَقَالَ يَزِيدُ: " يُعَجِّلُ اللهُ "، وَقَالَ: " مَعَ مَا يُدَّخَرُ لَهُ "
[رواه أحمد / مسند البصريين / حديث أبي بكرة نفيع بن الحارث بن كلدة / رقم الحديث : ٢٠٣٧٤].

Telah menceritakan kepada kami : Yahya. Dari 'Uyainah, ia berkata; Telah menceritakan kepadaku : Ayahku. Dari Abu Bakrah dan Waki', ia berkata; Telah menceritakan kepada kami : 'Uyainah Dan Yazid. Telah mengabarkan kepada kami : 'Uyainah. Dari Ayahnya. Dari Abu Bakrah, beliau berkata; Rasulullah  –ﷺ💞– bersabda:

*_"Tidak ada dosa yang di segerakan terhadap pelakunya, dengan siksa yang tetap ia terima di akhirat, daripada kezhaliman atau memutus silaturahmi."_*

[Waqi'] ia berkata;

*"An Yu'ajjilallahu) Allah menyegerakan."*

[Yazid] berkata dengan redaksi;

*"Yu'ajjilullah (Disegerakan Allah)."*

Katanya lagi :

*"Dengan (tetap merasakan) siksa yang ditangguhkan untuknya."*
[HR. Ahmad / Musnad Al Bashriyyiin / Hadits  Abi Bakrah Nafii' Bin Al Harits Bin / No. Hadits : 20374].

*📚Dan Hadits Yang Senada :*

وحَدَّثَنَا حَامِدُ بْنُ عُمَرَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا بَكَّارُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ ، عَنِ النَّبِيِّ –ﷺ💞– ، قَالَ :

*_«كُلُّ ذُنُوبٍ يُؤَخِّرُ اللَّهُ مِنْهَا مَا شَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ، إِلا الْبَغْيَ ، وَعُقُوقَ الْوَالِدَيْنِ ، أَوْ قَطِيعَةَ الرَّحِمِ ، يُعَجِّلُ لِصَاحِبِهَا فِي الدُّنْيَا قَبْلَ الْمَوْتِ»_*.
[رواه البخاري في صحيح الأدب المفرد / بَابُ  الْبَغْيِ / رقم الحديث : ٥٩١، واللفظ له. وأبو داود برقم : 4258. والترمذي برقم : 2448. وابن ماجه برقم : 4209. وابن حبان برقم : 445، 460، 461. والبيهقي في شعب الايمان برقم : 6159، 7389، 7390، 7469، 7470. والبزار في البحر الزخار برقم : 3129، 3144. والخطيب في موضع أوهام الجمع : 1/ 42، برقم : 25، 26، 27، 498. وأبو نعيم في أخبار أصبهان : 1/ 375، برقم : 1085، 1635. وابن أبي الدنيا في ذم البغى، برقم : 1. وصححه الألباني في 'صحيح الأدب المفرد، برقم : 459].

Telah menceritakan kepada kami : Hamid bin 'Umar, beliau berkata : Telah menceritakan kepada kami : Bakkaar bin Abdul 'Aziz. Dari bapaknya. Dari kakeknya. Dari Nabi –ﷺ💞–, beliau telah bersabda :

*_“Setiap dosa diakhirkan (adzab/dosa) oleh Allah subhanahu wata'ala sesuai kehendak-Nya sampai hari kiamat kecuali kepada orang yang bertindak aniaya, dan durhaka kepada orang tua, dan memutus hubungan kekeluargaan (shilaturrahmi). Allah akan mendahulukan siksaannya didunia kepada orang yang melakukannya, sebelum dia mati."_*
[HR. Bukhariy Dalam Shahih Al Adabu Al Mufrad (Kitab Tarikhnya) / Babu Al Baghyi / No. 591. Dan Abu Dawud no. 4258. Tirmidzi no. 2448. Ibnu Majah no. 4209. Ibnu Hibban no. 445، 460، 461. Baihaqiy Fi Syu'abu Al Iman no. 6159، 7389، 7390، 7469، 7470. Bazzar Fi Al Bahr Al Zukhar no. 3129، 3144. Khathib Fi Maudlu'u Auham Al Jam'i no.1/ 42، no. 25، 26، 27، 498. Abu Nu'aim Fi Akhbar Ashbahan no. 1085، 1635. Ibnu Abi Dunya Fi Dzammu Al Bagho no. 1. Dan DISHAHIHKAN Oleh Albaniy Tokoh Harakah Wahhabiy Dalam Shahih Al Adabu Al Mufrad No. 459].


*📚• Lafadz Hadits Riwayat Imam Al Hakim :*

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَمْشَاذٍ، الْعَدْلُ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْحَسَنِ الْقَاضِي، قَالَا: ثَنَا الْحَارِثُ بْنُ أَبِي أُسَامَةَ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى بْنِ الطَّبَّاعِ، ثَنَا بَكَّارُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي، يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي بَكْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– يَقُولُ:

*_«كُلُّ الذُّنُوبِ يُؤَخِّرُ اللَّهُ مَا شَاءَ مِنْهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ إِلَّا عُقُوقَ الْوَالِدَيْنِ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُعَجِّلُهُ لِصَاحِبِهِ فِي الْحَيَاةِ قَبْلَ الْمَمَاتِ»_*

هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ.
[رواه الحاكم في المستدرك على الصحيحين / كتاب البر والصلة / رقم الحديث : ٧٢٦٣، وقال :هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ].

Telah menceritakan kepada kami : 'Aliy bin Hamsyadz Al 'Adl rahimahullaahu ta'ala dan Abdullah Al Hasan Al Qadli, keduanya mengatakan :
Telah menceritakan kepada kami : Al Harits bin Abi Usamah.
Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin 'Isa bin Al Thaba'.
Telah menceritakan kepada kami : Bakkaar bin Abdil 'Aziz bin Abi Bakrah, beliau berkata : Aku mendengar bapakku beliau menceritakan dari bapaknya (Abi Bakrah) radliyyallaahu 'anhu : Aku mendengar Rasulullah –ﷺ💞– bersabda :

*_“Setiap dosa diakhirkan (adzab/dosa) oleh Allah subhanahu wata'ala sesuai kehendak-Nya sampai hari kiamat kecuali kepada orang yang durhaka kepada orangtua karena sesungguhnya Allah akan mendahulukan siksaannya didunia kepada orang yang melakukannya dimasa hidupnya, sebelum dia mati."_*
[HR. Hakim Dalam Kitabnya Al Mustadrak 'Ala Shahihain / Kitabu Al Birri Wa Ash Shilati / No. 7263. Dan beliau mengatakan: Ini adalah Hadits yang SANADNYA SHAHIH yang Bukhari dan Muslim Tidak m Mengeluarkannya].

*d2)• 👌Pesan Luar Biasa Bagi Generasi  Anak Yang Berbakti Pada Orang Tua.*

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ صَالِحِ بْنِ هَانِئٍ، ثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ أَبِي طَالِبٍ، ثَنَا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ، وَإِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الصَّرَّافُ، قَالَا: ثَنَا سُوَيْدٌ أَبُو حَاتِمٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞–:

*_«عِفُّوا عَنْ نِسَاءِ النَّاسِ تَعِفَّ نِسَاؤُكُمْ وَبَرُّوا آبَاءَكُمْ تَبَرَّكُمْ أَبْنَاؤُكُمْ وَمَنْ أَتَاهُ أَخُوهُ مُتَنَصِّلًا فَلْيَقْبَلْ ذَلِكَ مِنْهُ مُحِقًّا كَانَ أَوْ مُبْطِلًا فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ لَمْ يَرِدْ عَلَيَّ الْحَوْضَ»_*

هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ.
[رواه الحاكم في المستدرك على الصحيحين / كتاب البر والصلة / رقم الحديث : ٧٢٥٨، وقال :هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ].

Telah menceritakan kepada kami :  Muhammad bin Shalih bin Hani'. Telah menceritakan kepada kami : Ibrahim bin Abi Thalib. Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Hakim dan Ishaq bin Ibrahim Al Sharaf, keduanya mengatakan : Telah menceritakan kepada kami : Suwaid Abi Hatim. Dari Abi Rafi'. Dari Qatadah. Dari Abi Hurairah radliyyAllahu 'anhu : Sesungguhnya Rasulullah –ﷺ💞– telah bersabda :

*_"Jagalah dirimu dari kaum wanita, maka istrimu pun terjaga pula. Dan berbhaktilah kepada bapak ibumu, maka anakmu akan berbhakti kepadamu. Dan siapa saja yang saudaranya datang kepadanya walaupun dia orang yang tidak baik, hendaklah ia segera menyambut kedatangannya, apakah ia berniat baik atau berniat buruk. Jika tidak mau menerimanya secara baik, maka ia tidak dapat haudl (telaga Nabi pada hari qiyamat)"._*
[HR. Hakim Dalam Kitabnya Al Mustadrak 'Ala Shahihain / Kitabu Al Birri Wa Ash Shilati / No. 7258. Dan beliau mengatakan: Ini adalah Hadits yang SANADNYA SHAHIH yang Bukhari dan Muslim Tidak m Mengeluarkannya].

*d3)• 👌 Berbakti Kepada Orang Tua, Menjaga Kehormatan Anak Istri Maka Kelak Merekapun Akan Ganti Melakukannya :*

حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ أَحْمَدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْأَسَدِيُّ الْحَافِظُ، وَعَبْدَانُ بْنُ يَزِيدَ الدَّقَّاقُ الْهَمْدَانِيَّانِ، بِهَمْدَانَ قَالَا: ثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ دِيزِيلَ، ثَنَا عَلِيُّ بْنُ قُتَيْبَةَ الرِّفَاعِيُّ، ثَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞–:

*_«بَرُّوا آبَاءَكُمْ تَبَرَّكُمْ أَبْنَاؤُكُمْ ، وَعِفُّوا تَعِفَّ نِسَاؤُكُمْ ، وَمَنْ تَنَصَّلَ إِلَيْهِ فَلَمْ يَقْبَلْ ، فَلَنْ يَرِدَ عَلَى الْحَوْضِ»._*
[رواه الحاكم في المستدرك على الصحيحين / كتاب البر والصلة / رقم الحديث : ٧٢٥٩. وأبو نعيم في حلية الأولياء برقم : 9085. والخطيب في تاريخ بغدادي : 7/ 311، برقم : 2135، 2136. وابن عبد البر في التمهيد : 2/ 308، برقم : 434. وابن حجر العسقلاني في الاتحاف برقم : 3477.  وعبد الرحمن الخرفي في فوائد أبي القاسم الحرفي، واللفظ له، رقم الحديث: 9،  باسناد غريب].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Ja'far Ahmad bin 'Ubaid Al Asadiy Al Hafidz dan 'Abdani bin Yazid Ad Daqqaq Al Hamdaniyani dihamdan, Keduanya berkata : Telah menceritakan kepada kami : Ibrahim bin Al Husain bin Diizil. Telah menceritakan kepada kami : 'Aliy bin Qutaibah Ar Rifa'iy. Telah menceritakan kepada kami : Malik bin Anas. Dari Abi Az Zubair. Dari Jabir radhiyyAllahu 'anhu, beliau berkata : Rasulullaah –ﷺ💞– telah bersabda :
 
*_"Dan berbhaktilah kepada bapak ibumu, maka anakmu akan berbhakti kepadamu.  Jagalah dirimu dari kaum wanita, maka istrimu pun terjaga pula. Dan barang siapa saja yang menyambung persaudaraan dengan  saudaranya, jika dia tidak mau menerimanya, maka ia tidak dapat haudl (telaga Nabi pada hari qiyamat)"._*
[HR. Hakim Dalam Kitabnya Al Mustadrak 'Ala Shahihain / Kitabu Al Birri Wa Ash Shilati / No. 7259. Dan  Abu Nu'aim Fi Hilyatu Al Auliya' no. 9085. Khathib Fi Tarikh Al Baghdadiy :  7/ 311، no.  2135، 2136. Ibnu 'Abdil Bar Fi Al Tamhid :  2/ 308، no.  434. Ibnu Hajar Al 'Asqalaniy Fi Ittihaf no.  3477.  Abdurrahman Al Kharfi Fi Fuad Abu Al Qasim no.  9. Dengan Sanad Gharib].

*d4)• 👌 Berbuat Baik  Dengan Kedua Orang  Tua Bisa Mendatangkan Berkah Dan Syafaat pertolongan Pertolongan Dikala Kita Tertimpa Bencana.*

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ حَدَّثَنَا أَبُو ضَمْرَةَ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
عَنْ النَّبِيِّ –ﷺ💞–قَالَ:

*_«بَيْنَمَا ثَلَاثَةُ نَفَرٍ يَمْشُونَ أَخَذَهُمْ الْمَطَرُ فَأَوَوْا إِلَى غَارٍ فِي جَبَلٍ فَانْحَطَّتْ عَلَى فَمِ غَارِهِمْ صَخْرَةٌ مِنْ الْجَبَلِ فَانْطَبَقَتْ عَلَيْهِمْ فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: انْظُرُوا أَعْمَالًا عَمِلْتُمُوهَا صَالِحَةً لِلَّهِ فَادْعُوا اللَّهَ بِهَا لَعَلَّهُ يُفَرِّجُهَا عَنْكُمْ ,

قَالَ أَحَدُهُمْ : اللَّهُمَّ إِنَّهُ كَانَ لِي وَالِدَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ وَلِي صِبْيَةٌ صِغَارٌ كُنْتُ أَرْعَى عَلَيْهِمْ فَإِذَا رُحْتُ عَلَيْهِمْ حَلَبْتُ فَبَدَأْتُ بِوَالِدَيَّ أَسْقِيهِمَا قَبْلَ بَنِيَّ وَإِنِّي اسْتَأْخَرْتُ ذَاتَ يَوْمٍ فَلَمْ آتِ حَتَّى أَمْسَيْتُ فَوَجَدْتُهُمَا نَامَا فَحَلَبْتُ كَمَا كُنْتُ أَحْلُبُ فَقُمْتُ عِنْدَ رُءُوسِهِمَا أَكْرَهُ أَنْ أُوقِظَهُمَا وَأَكْرَهُ أَنْ أَسْقِيَ الصِّبْيَةَ وَالصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ قَدَمَيَّ حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُهُ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا فَرْجَةً نَرَى مِنْهَا السَّمَاءَ فَفَرَجَ اللَّهُ فَرَأَوْا السَّمَاءَ ،

وَقَالَ الْآخَرُ : اللَّهُمَّ إِنَّهَا كَانَتْ لِي بِنْتُ عَمٍّ أَحْبَبْتُهَا كَأَشَدِّ مَا يُحِبُّ الرِّجَالُ النِّسَاءَ فَطَلَبْتُ مِنْهَا فَأَبَتْ عَلَيَّ حَتَّى أَتَيْتُهَا بِمِائَةِ دِينَارٍ فَبَغَيْتُ حَتَّى جَمَعْتُهَا فَلَمَّا وَقَعْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا قَالَتْ : يَا عَبْدَ اللَّهِ اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تَفْتَحْ الْخَاتَمَ إِلَّا بِحَقِّهِ فَقُمْتُ فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُهُ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا فَرْجَةً فَفَرَجَ ،

وَقَالَ الثَّالِثُ : اللَّهُمَّ إِنِّي اسْتَأْجَرْتُ أَجِيرًا بِفَرَقِ أَرُزٍّ فَلَمَّا قَضَى عَمَلَهُ قَالَ أَعْطِنِي حَقِّي فَعَرَضْتُ عَلَيْهِ فَرَغِبَ عَنْهُ فَلَمْ أَزَلْ أَزْرَعُهُ حَتَّى جَمَعْتُ مِنْهُ بَقَرًا وَرَاعِيَهَا فَجَاءَنِي فَقَالَ اتَّقِ اللَّهَ فَقُلْتُ اذْهَبْ إِلَى ذَلِكَ الْبَقَرِ وَرُعَاتِهَا فَخُذْ فَقَالَ : اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تَسْتَهْزِئْ بِي فَقُلْتُ : إِنِّي لَا أَسْتَهْزِئُ بِكَ فَخُذْ فَأَخَذَهُ فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ مَا بَقِيَ فَفَرَجَ اللَّهُ».

قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ وَقَالَ إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ فَسَعَيْتُ.
{رواه البخاري / (٤١) - كتاب المزارعة / باب إذا زرع بمال قوم بغير إذنهم، وكان في ذلك صلاح لهم / رقم الحديث : ٢٣٣٣، واللفظ له. ومسلم].

Telah menceritakan kepada kami : Ibrahim bin Al Mundzir. Telah menceritakan kepada kami : Abu Dhamrah. Telah menceritakan kepada kami : Musa bin ‘Uqbah. Dari Nafi’. Dari ‘Abdulloh bin ‘Umar radliyyAllahu ‘anhuma. Dari Nabi –ﷺ💞–, beliau telah bersabda :

*"Ada tiga orang yang sedang bepergian lalu hujan turun hingga akhirnya mereka masuk ke dalam gua pada suatu gunung. Lalu sebuah batu yang jatuh dari gunung di depan mulut gua sehingga menutupi mereka. Satu sama lain diantara mereka berkata; Perhatikanlah amal amal yang pernah kalian amalkan semata karena Alloh lalu berdoalah dengan perantaraan amal amal tersebut semoga Alloh Ta’ala berkenan membukakan batu tersebut untuk kalian.

👌Seorang diantara mereka berkata; “Ya Alloh, aku memiliki kedua orangtua yang sudah renta dan aku juga mempunyai anak yang masih kecil dimana aku mengembalakan hewan untuk makan minum mereka. Apabila aku sudah selesai aku memeras susu dan aku mulai memberikan susu tersebut untuk kedua orang tua, aku mendahuluinya untuk kedua orangtuaku sebelum anakku. Pada suatu hari aku terlambat pulang hingga malam dan aku dapati keduanya sudah tertidur. Maka aku mencoba menawarkan susu kepada keduanya, aku hampiri di dekat keduanya dan aku khawatir dapat membangunkannya dan aku juga tidak mau memberikan susu ini untuk anak kecilku padahal dia sedang menangis dibawah kakiku meminta minum hingga terbit fajar. Ya Alloh seandainya Engkau mengetahui apa yang aku kerjakan itu semata mencari ridhoMu, maka bukakanlah celah batu ini sehingga dari nya kami dapat melihat matahari. Maka Alloh membukakan batu itu hinga mereka sedikit dapat melihat matahari”.

👌Kemudian berkata, yang lain: “Ya Alloh, bersamaku ada putri pamanku yang merupakan orang yang paling aku cintai sebagaimana umumnya laki-laki mencintai wanita. Suatu hari aku menginginkannya namun dia menolak aku hingga kemudian aku datang kepadanya denagn membawa seratus dua puluh dinar agar aku bisa berbuat mesum dan menyetubuinya. Ketika aku sudah berada diantara kedua kakinya dia berkata; “Wahai ‘Abdulloh, bertaqwalah kepada Alloh dan janganlah kamu renggut keperawanan kecuali dengan cara yang haq. Maka bangkit. Ya Alloh seandainya Engkau mengetahui apa yang aku kerjakan itu semata mencari ridhoMu, maka bukakanlah celah pintu gua ini untuk kami. Maka batu itu kembali terbuka.

👌Kemudian orang yang ketiga berkata: Ya Alloh aku pernah memperkerjakan orang pada ladang padi. Ketika sudah selesai dia meminta upahnya, aku memberikannya namun dia enggan menerimanya. Sejak itu aku meneruskan bertani, hingga aku dapat mengumpulkan harta yang banyak dari hasil yang aku kembangkan tersebut orang itu datang kepadaku lalu berkata “Bertaqwalah kamu kepada Alloh”. Aku katakan: “Pergilah lihat sapi itu beserta pengembalanya dan ambillah”. Dia berkata: “Bertaqwalah kepada Alloh dan jangan mengolok-olok aku!” Aku katakan: “Aku tidak mengolok-olok kamu, ambillah. Maka dia mengambilnya. Jika aku kerjakan itu semata mencari ridhoMu, maka bukakanlah celah batu gua yang masih tersisa”.

Maka Alloh membukakannya. Berkata, Abu ‘Abdulloh dan berkata, Isma’il bin Ibrahim bin ‘Uqbah dari Nafi’: makna Fabaghaitu maksudnya fasa’aitu (Aku bersungguh-sunguh untuk menyetubuinya).
[HR. Bukhariy / (41)- Kitabu Al Muzara'ati / Babu Idza Zara'a Bimali Qaumin Bighairi Idznihim, Wa Kana Fi Dzalika Shalahun Lahum / No. Hadits : 2333, Lafadz Hadits Miliknya. Dan Muslim].

*d5)• 👌Berbakti Kepada Orang Tua Merupakan Sebuah Amalan Yang Paling Disukai Oleh Allah.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ، قَالَ : الْوَلِيدُ بْنُ الْعَيْزَارِ أَخْبَرَنِي ، قَالَ : سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ ، يَقُولُ : حَدَّثَنَا صَاحِبُ وَأَشَارَ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ ، هَذِهِ الدَّارِ ، قَالَ : " سَأَلْتُ النَّبِيَّ –ﷺ💞–، أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ ؟ قَالَ :

*_«الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا»_*،

قَالَ : ثُمَّ أَيٌّ ؟،

قَالَ :

*_«ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ»_*،

قَالَ : ثُمَّ أَيٌّ ؟ ،

قَالَ :

*_«الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ »_*،

قَالَ :

*_«حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي»_*.
[رواه احمد برقم : 3758، 3843، 3865. والبخارى /  (٧٨) - كتاب الأدب / باب قول الله تعالى: {ووصينا الإنسان بوالديه حسنا} [سورة العنكبوت: ٠٢٩ الآية  ٨]، واللفظ له / رقم الحديث : 498، 2587، 5540، 7003. ومسلم برقم : 123-126. والترمذي برقم : 158، 1816. والنسائي برقم : 606، 607. وابن حبان برقم : 1505-1509. والبيهقي في الكبرى : 1860، 2908. والبزار برقم : 1608-1610. والدارقطني برقم : 836، 838. والدارمي برقم : 1200. وأبو نعيم في المسند المستخرج برقم : 213-216. والطيالسي برقم : 367. وابن أبي شيبة في مسنده برقم : 204، وفي مصنفه برقم : 3127، 18744. وأبو يعلى برقم : 5272. والطبراني في الصغير برقم : 456، وفي الأوسط برقم : 2699، وفي الكبير برقم : 7423].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Al Walid. Telah menceritakan kepada kami : Syu'bah berkata; Al Walid bin 'Aizar telah mengabarkan kepadaku, dia berkata; Saya mendengar Abu 'Amru Asy Syaibani berkata; Telah mengabarkan kepada kami : pemilik rumah ini, sambil menunjuk kerumah Abdullah, beliau berkata; Saya bertanya kepada Nabi –ﷺ💞–;

Amalan apakah yang paling dicintai Allah? Beliau bersabda:

*_"Shalat tepat pada waktunya."_*

Dia bertanya lagi; Kemudian apa?

Beliau menjawab:

*_"Berbakti kepada kedua orang tua."_*

Dia bertanya; Kemudian apa lagi?

Beliau menjawab:

*_"Berjuang di jalan Allah."_*

Abu
'Amru berkata; Dia (Abdullah) telah menceritakan kepadaku semuanya, sekiranya aku menambahkan niscaya dia pun akan menambahkan (amalan) tersebut kepadaku.
{HR. Ahmad no.  3758، 3843، 3865. Teks Hadits Riwayat Bukhariy / (78)- Kitabu Al Adabi / Babu Qaulillaahi Ta'ala : Wa Washshaina Al Insaana Biwaalidaihi Husnaa (QS. Al Ankabut : 029 Ayat 8) / No. Hadits :   498، 2587، 5540، 7003. Dan Muslim no.  123-126. Dan Tirmidzi no.  158، 1816. Dan Nasa'i no.  606، 607. Dan Ibnu Hibban no. 1505-1509. Dan Baihaqiy Fi Al Kubra no. 1860، 2908. Dan Bazzar no.  1608-1610. Dan Daruquthniy no.  836، 838. Darimiy no.  1200. Dan Abu Nu'aim Fi Al Musnad Al Mustakhrij no.  213-216. Dan Thoyalisiy no. 367. Dan Ibnu Abi Syaibah Fi Musnadihi no.  204، Fi Mushonnafihi no.  3127، 18744. Dan Abu Ya'la no. 5272. Dan  Thabaraniy Fi Shaghir no. 456، Fi Al Ausath no.  2699، Fi Al Kabir no. 7423].

*d6)• 👌Anak Tidak Dapat Membalas Kebaikkan Orang Tua Kecuali Orang Tuanya Menjadi Budak Kemudian Dia Bisa Menebus Dan Memerdekakannya.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ :  قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– :

*_«لَا يَجْزِي وَلَدٌ وَالِدًا إِلَّا أَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوكًا فَيَشْتَرِيَهُ فَيُعْتِقَهُ»_*

وَفِي رِوَايَةِ ابْنِ أَبِي شَيْبَةَ وَلَدٌ وَالِدَهُ و حَدَّثَنَاه أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ كُلُّهُمْ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ سُهَيْلٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ وَقَالُوا : وَلَدٌ وَالِدَهُ.
{رواه مسلم /  (٢٠) - كتاب العتق / (٦) - باب فضل عتق الوالد / رقم الحديث : ١٥١٠,   واللفظ له. والترمذي. والنسائي وابن ماجه].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, keduanya mengatakan :
Telah menceritakan kepada kami : Jarir. Dari Suhail. Dari Bapaknya. Dari Abi Hurairah, beliau berkata : Rasulullah –ﷺ💞– telah bersabda :

*_"Seorang anak belum dikatakan membalas (kebaikan) orang tuanya, kecuali jika didapati bapaknya sebagai sahaya, lalu dia membelinya & memerdekakannya."_*

Dan dalam riwayatnya Abu Syaibah dikatakan; Seorang anak terhadap ayahnya. Dan telah menceritakan kepada kami : Abu Kuraib. Telah menceritakan kepada kami : Waki'. Telah menceritakan kepada kami : Ibnu Numair. Telah menceritakan kepada kami : Ayahku. -(Dan diriwayatkan dari jalur lain)- : Telah menceritakan kepadaku : 'Amru An Naqid. Telah menceritakan kepada kami : Abu Ahmad Az Zubairi semuanya dari Sufyan. Dari Suhail dengan isnad seperti ini,

Dan mereka menyebutkan;

*"Seorang anak terhadap ayahnya."*
{HR. Muslim / (20)- Kitabu Al 'Itqi / (6)- Babu Fadhli 'Itqi Al Walidi / No. Hadits : 1510. Dan Tirmidziy. Dan Nasa'i. Dan Ibnu Majah].

*d7)• 👌Orang Tua Adalah Surga Nerakanya Anak.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ , حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ , حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي الْعَاتِكَةِ , عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَزِيدَ , عَنْ الْقَاسِمِ , عَنْ أَبِي أُمَامَةَ , أَنَّ رَجُلًا , قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ , مَا حَقُّ الْوَالِدَيْنِ عَلَى وَلَدِهِمَا ؟ قَالَ : " هُمَا جَنَّتُكَ وَنَارُكَ ".
[رواه ابن ماجه / كِتَاب الْأَدَبِ / بَاب بِرِّ الْوَالِدَيْنِ /  رقم الحديث: ٣٦٦٠].

Telah menceritakan kepada kami : Hisyam bin 'Ammar. Telah menceritakan kepada kami : Shadaqah bin Khalid. Telah menceritakan kepada kami : 'Utsman bin Abi Al 'Atikah. Dari 'Aliy bin Yazid. Dari Al Qasim. Dari Abu Umamah Radliyyallaahu 'anhu :  Bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah –ﷺ💞– :

Ya Rasulullah, apa hak kedua orang tua atas anaknya ?.

Beliau bersabda :

*_"Pada keduanya terletak surgamu atau nerakamu"._*
[HR. Ibnu Majah /  Kitabu Al Adab / Babu Birri Al Walidaini / No. Hadits : 3660].

*d8)• 👌 Berbhakti Kepada Kedua Orang Tua Akan Membawa Berkah.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الْحَرَّانِيُّ، حَدَّثَنَا حَزْمُ بْنُ أَبِي حَزْمٍ الْقُطَعِيُّ، حَدَّثَنَا مَيْمُونُ بْنُ سِيَاهٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ–ﷺ💞–:

*_«مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ، وَيُزَادَ فِي رِزْقِهِ، فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ، وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ»_*،

قَالَ: وَقَالَ السَّالَحِينِيُّ:

*" يُبَارَكَ لَهُ فِي رِزْقِهِ "*،

وَقَالَ: *" وَالِدَيْهِ "* أَيْضًا،

وقَالَ يُونُسُ: *" وَالِدَيْهِ "*،

وَقَالَ: *" يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ"*.
[رواه احمد في مسنده / مسند المكثرين من الصحابة / مسند أنس بن مالك رضي الله تعالى عنه / رقم الحديث : ١٣٨١١].

Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Abdul Malik Al Harroni. Telah menceritakan kepada kami : Hazm bin Abu Hazm Al Qutha'i. Telah menceritakan kepada kami : Maimun bin Siyah. Dari Anas bin Malik, beliau berkata; Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:

*_"Barangsiapa yang senang untuk dipanjangkan umurnya dan ditambah rezekinya, berbuat baiklah terhadap kedua orang tuanya dan menyambung tali kerabatnya"._*

Anas bin Malik radliyyAllahu 'anhu berkata; Dan berkata as-Salahini dengan redaksi :

*'Diberi barakah dalam rezekinya'*, dan juga mencantumkan redaksi : *'pada kedua orang tuanya'.*

Yunus berkata; *'kedua orang tuanya'* dan juga mencantumkan redaksi :

*'ditambah dalam rezekinya'.*
[HR. Ahmad Dalam Kitab Musnadnya / Musnad Al Muktsirin Min Ash Shahabati / Hadits Anas Bin Malik Radhiyallahu Anhu / No. Hadits : 13811].

*d9). 👌Berbuat Baik Kepada Orang Tua Merupakan Keberuntungan Karena Dapat Memperpanjang Umur.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا أَصْبَغُ بْنُ الْفَرَجِ ، قَالَ : أَخْبَرَنِي ابْنُ وَهْبٍ ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَيُّوبَ ، عَنْ زَبَّانَ بْنِ فَائِدٍ ، عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ –ﷺ💞– :

*_«مَنْ بَرَّ وَالِدَيْهِ طُوبَى لَهُ ، زَادَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي عُمْرِهِ»_*.
[رواه البخاري في صحيح الأدب المفرد / كتاب الْوَالِدَيْنِ / (١١) - بَابُ : مَنْ بَرَّ وَالِدَيْهِ زَادَ اللَّهُ فِي عُمْرِهِ / رقم الحديث: ٢٢، واللفظ له.  وابو يعلى في مسنده برقم : 1487. و الطبرانى وأبو نعيم الاصبهانى في أخبار أصبحان : 1/ 199،  برقم : 494. و الحاكم في المستدرك : 4/ 148،  برقم : 7322.  و قال صحيح الاسناد. والواحدي في الوسيط في تفسير القرآن المجيد : 3/ 103، برقم : 538. وابن حجر العسقلاني في المطالب العالية برقم : 2622. وابن الجوزي في البر والصلة برقم : 17].

Telah menceritakan kepada kami :  Ashgbagh bin Al Faraj, berkata :
Telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahbin. Dari Yahya bin Ayyub. Dari Zabban bin Faaid. Dari Sahl bin Mu'adz. Dari Bapaknya, beliau berkata : Nabi –ﷺ💞– telah bersabda :

*_"Barangsiapa yang berbhakti kepada kedua orang tuanya maka sangat beruntunglah baginya, (karena) Allah akan menambah umurnya"._*
[HR. Bukhariy Fi Al Adabu Al Mufrad / (11) - Kitabu Birri Walidaini / Babu Man Barra Walidaihi ZadaAllaahu Fi 'Umrihi / No. Hadits :  22، Teks Hadits Riwayatnya. Dan Abu Ya'la Fi Musnadihi no. 1487. Thabaraniy. Abu Nu'aim Fi Akhbar Ashbahan : 1/ 199،  no.  494. Hakim Fi Mustadrak :  4/ 148، no.  7322, beliau mengatakan Shahih Sanadnya. Al Wahidiy Fi Al Wasith Fi Tafsiri Al Qur'an Al Majid :  3/ 103، no. 538. Ibnu Hajar Al Asqalaniy Fi Al Mathaalibu Al Aliyyah no.  2622. Dan Ibnu Al Jauziy Fi Al Birr wa Al Shilah no.  17].

*d10)• 👌Sebuah Kecelakaan Bagi Anak Ketika Orang Tuanya (Dalam Usia Lanjut), Atau Salah Satu Dari Keduanya, Tetapi Dia Tak Berusaha Masuk Surga (Dengan Berusaha Berbakti Kepadanya Dengan Sebaik Baiknya).*

✒️Hal ini berdasarkan tiga riwayat hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim secara berurutan :

حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ –ﷺ💞– قَالَ:  

*_«رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ»_*,

قِيلَ : مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟,

قَالَ :

*_«مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلْ الْجَنَّةَ»_*.
[رواه مسلم / (٤٥) - كتاب البر والصلة والآداب / (٣) - باب رغم أنف من أدرك أبويه أو أحدهما عند الكبر، فلم يدخل الجنة / رقم الحديث : ٢٥٥١. وانظر مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح /  كتاب الآداب / باب البر والصلة للشيخ الملا علي القارى الحنفي،  برقم : ٤٩١٢].

Telah menceritakan kepada kami : Syaiban bin Farrukh. Telah menceritakan kepada kami : Abu 'Awanah. Dari Suhail. Dari Bapaknya. Dari Abi Hurairah. Dari Nabi –ﷺ💞–, bahwasannya beliau pernah bersabda :

*_"Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka!"_*

Lalu beliau ditanya; *Siapakah yg celaka, ya Rasulullah?*

Jawab Nabi :

*_"Barang Siapa yg mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dari keduanya, tetapi dia tak berusaha masuk surga (dengan berusaha berbakti kepadanya dengan sebaik-baiknya)."_*
[HR. Muslim / (45) - Kitabu Al Birri Wa Ash Shilati Wa Al Adabi / (3)- Babu Raghima Anfu Man Adraka Abawaini Au Ahadihima 'Inda Al Al Kibari Falam Yadkhulu Al Jannata / No. Hadits : 2551. Dan Lihat Juga Kitab Mirqatu Al Mafatih Syarhu Misykatu Al Mashobih No. Hadits :  4912].


✒️Hadits yang diriwayatkan selanjutnya :

حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ :  قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞–:

*_«رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ»_*,

قِيلَ : مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟,

قَالَ : *_«مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلْ الْجَنَّةَ»_*
[رواه مسلم / (٤٥) - كتاب البر والصلة والآداب / (٣) - باب رغم أنف من أدرك أبويه أو أحدهما عند الكبر، فلم يدخل الجنة / رقم الحديث : ٢٥٥١].

Telah menceritakan kepada kami : Zuhair bin Harb. Telah menceritakan kepada kami Jarir. Dari Suhail. Dari bapaknya. Dari Abi Hurairah, beliau berkata : Rasulullah –ﷺ💞– telah bersabda :

*_"Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka!"_*

Lalu beliau ditanya; Siapakah yg celaka, ya Rasulullah?

Jawab Nabi :

*_"Barang Siapa yg mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dari keduanya, tetapi dia tak berusaha masuk surga (dengan berusaha berbakti kepadanya dgn sebaik-baiknya)."_*
[HR. Muslim / (45) - Kitabu Al Birri Wa Ash Shilati Wa Al Adabi / (3)- Babu Raghima Anfu Man Adraka Abawaini Au Ahadihima 'Inda Al Al Kibari Falam Yadkhulu Al Jannata / No. Hadits : 2551].


✒️Hadits yang diriwayatkan selanjutnya :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ بِلَالٍ، حَدَّثَنِي سُهَيْلٌ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ –ﷺ💞–:

*_«رَغِمَ أَنْفُهُ (ثَلَاثًا)»_*,

ثُمَّ ذَكَرَ مِثْلَهُ.
[رواه مسلم / (٤٥) - كتاب البر والصلة والآداب / (٣) - باب رغم أنف من أدرك أبويه أو أحدهما عند الكبر، فلم يدخل الجنة / رقم الحديث : ٢٥٥١].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Bakr bin Abu Syaibah.  Telah menceritakan kepada kami : Khalid bin Makhlad. Dari Sulaiman bin Bilal.  Telah menceritakan kepadaku : Suhail. Dari Bapaknya. Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah –ﷺ💞–  bersabda:

*_'Dia celaka, ' (sebanyak tiga kali)'._*

kemudian disebutkan Hadits yg serupa.
[HR. Muslim / (45) - Kitabu Al Birri Wa Ash Shilati Wa Al Adabi / (3)- Babu Raghima Anfu Man Adraka Abawaini Au Ahadihima 'Inda Al Al Kibari Falam Yadkhulu Al Jannata / No. Hadits : 2551].


*E]• 🌴✍️ SIKAP DAN ADAB KEPADA ORANG TUA.*

e1•Berlaku lembut terhadap kedua orang tua adalah termasuk berbhakti.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :

وَ قَضى رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبُدُوآ اِلاَّ اِيَّاهُ وَ بِاْلوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا، اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ اْلكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَّهُمَآ اُفّ وَّ لاَ تَنْهَرْ هُمَا وَ قُلْ لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا. وَ اخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَ قُلْ رَّبّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا.
{سورة الاسراء : 17/ 23-24}

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
{QS. Al-Israa' : 17/ 23-24}

e2• Bersikap sopan santun kepada orang tua dengan tidak mendahului berjalan, tidak mendahului duduk, dan mencaci-maki mereka.

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها  قَالَتْ: اَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم  وَ مَعَهُ شَيْخٌ فَقَالَ: مَنْ هذَا الَّذِيْ مَعَكَ؟ قَالَ: اَبِى، قَالَ: لاَ تَمْشِ اَمَامَهُ وَ لاَ تَقْعُدْ قَبْلَهُ وَ لاَ تَدْعُهُ بِاِسْمِهِ وَ لاَ تَسْتَسِبَّ لَهُ.
{رواه الطبرانى فى الاوسط}

Dari 'Aisyah Radliyyallaahu 'anha, ia berkata : Seorang laki-laki datang menghadap Nabi Shalallaahu 'alaihi wasallama bersama seorang yang telah tua. Nabi Shalallaahu 'alaihi wasallama bertanya, "Siapakah orang yang bersama kamu ini ?". Orang itu menjawab, "Itu ayah saya". Nabi Shalallaahu 'alaihi wasallama bersabda, "Kamu jangan berjalan mendahului di depannya, jangan duduk sebelum dia duduk, jangan memanggil dengan namanya dan jangan sekali-kali mencacinya".
{HR. Thabrani di dalam Al-Ausath}

e3• Menyambut hangat orang tua ketika berkunjung. Dan sunnah Menyambut Tamu (Yang Masih Ada Hubungan Mahram) Dengan Berdiri Dan Menciumnya.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ أَخْبَرَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ مَيْسَرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ عَائِشَةَ بِنْتِ طَلْحَةَ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ : مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَشْبَهَ سَمْتًا وَدَلًّا وَهَدْيًا بِرَسُولِ اللَّهِ فِي قِيَامِهَا وَقُعُودِهَا مِنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ وَكَانَتْ إِذَا دَخَلَتْ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ إِلَيْهَا فَقَبَّلَهَا وَأَجْلَسَهَا فِي مَجْلِسِهِ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ عَلَيْهَا قَامَتْ مِنْ مَجْلِسِهَا فَقَبَّلَتْهُ وَأَجْلَسَتْهُ فِي مَجْلِسِهَا فَلَمَّا مَرِضَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَتْ فَاطِمَةُ فَأَكَبَّتْ عَلَيْهِ فَقَبَّلَتْهُ ثُمَّ رَفَعَتْ رَأْسَهَا فَبَكَتْ ثُمَّ أَكَبَّتْ عَلَيْهِ ثُمَّ رَفَعَتْ رَأْسَهَا فَضَحِكَتْ فَقُلْتُ إِنْ كُنْتُ لَأَظُنُّ أَنَّ هَذِهِ مِنْ أَعْقَلِ نِسَائِنَا فَإِذَا هِيَ مِنْ النِّسَاءِ فَلَمَّا تُوُفِّيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ لَهَا أَرَأَيْتِ حِينَ أَكْبَبْتِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَفَعْتِ رَأْسَكِ فَبَكَيْتِ ثُمَّ أَكْبَبْتِ عَلَيْهِ فَرَفَعْتِ رَأْسَكِ فَضَحِكْتِ مَا حَمَلَكِ عَلَى ذَلِكَ قَالَتْ إِنِّي إِذًا لَبَذِرَةٌ أَخْبَرَنِي أَنَّهُ مَيِّتٌ مِنْ وَجَعِهِ هَذَا فَبَكَيْتُ ثُمَّ أَخْبَرَنِي أَنِّي أَسْرَعُ أَهْلِهِ لُحُوقًا بِهِ فَذَاكَ حِينَ ضَحِكْتُ

قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ عَائِشَةَ.
{رواه أبو داود.  والترمذي في كتاب المناقب برقم : 3872، واللفظ له. والنسائي}

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar. Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Umar. Telah menceritakan kepada kami Israil. Dari Maisarah bin Habib. Dari Al Manhal bin Amr. Dari Aisyah binti Thalhah. Dari Aisyah Ummil Mu'minin, beliau berkata :

"Saya tidak pernah melihat seorang pun yang menyerupai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam baik pada kekhusyu'annya, perilakunya dan pendiriannya ketika berdiri maupun duduknya kecuali Fathimah binti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Aisyah berkata; "(yaitu) apabila ia menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau akan menyambutnya, menciumnya dan memberinya tempat duduk di tempat duduk yang beliau tempati, begitu juga dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, apabila beliau menemuinya, maka ia akan berdiri dari tempat duduknya (untuk menyambut), lalu dia akan mencium beliau dan memberinya tempat duduk di tempat duduk yang dia tempati.

Pada saat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sakit, maka Fathimah datang menjenguk dan menemui beliau lalu ia merebahkan kepalanya (di dada beliau) dan menciumnya, kemudian Fathimah mengangkat kepalanya sambil menangis, lalu ia merebahkan kepalanya di dada beliau (yang kedua kali), dan mengangkatnya kembali sambil tertawa, maka kataku (dalam hati); "Sungguh saya telah mengira bahwa Fathimah adalah orang yang paling kuat (teguh ketabahannya) di antara wanita-wanita kami namun ternyata dia juga bisa seperti wanita-wanita lainnya (yakni bisa sedih dan menangis)."

Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah meninggal dunia, maka saya berkata kepadanya; "tahukan kamu ketika kamu menyandarkan kepalamu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu kamu mengangkatnya sambil menangis, setelah itu kamu menyandarkan kepalamu (yang kedua kalinya) lalu mengangkatnya sambil tertawa, apa yang membuatmu seperti itu?" Fathimah menjawab; "Sesungguhnya (waktu itu) saya mendapatkan kabar rahasia, beliau memberitahukan kepadaku, bahwa beliau akan segera meninggal dunia karena sakit yang di deritanya, maka saya menangis, kemudian beliau juga memberitahukan kepadaku bahwa aku adalah salah seorang dari anggota keluarganya yang pertama kali menyusul beliau, karena itulah saya tersenyum."

Abu Isa berkata; "Hadits ini derajatnya hasan gharib melalui jalur ini, dan hadits ini juga diriwayatkan oleh beberapa jalur dari Aisyah."
{HR. Abu Dawud. Teks Hadits Riwayat Tirmidzi no. 3872, dan beliau berkata : Hadits Hasan Gharib. Dan Nasa'i}

e4• Kamu dan hartamu milik ayahmu. Tidak boleh bakhil (pelit) terhadap kedua orang tua, karena harta dan diri ini adalah termasuk hasil jerih payah orang tua, sebagaimana riwayat di bawah ini :

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ إِسْحَقَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ : أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي مَالًا وَوَلَدًا وَإِنَّ أَبِي يُرِيدُ أَنْ يَجْتَاحَ مَالِي فَقَالَ أَنْتَ وَمَالُكَ لِأَبِيكَ.
{رواه ابن ماجه فى سننه، برقم : 2282.  باسناد صحيح}

Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Ammar. Telah menceritakan kepada kami 'Isa bin Yunus. Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Ishaq. Dari Muhammad Al Munkadir. Dari Jabir bin Abdullah :

"Seseorang lelaki berkata, "Wahai Rasulullah, aku mempunyai harta dan anak, sementara ayahku juga membutuhkan hartaku." Maka beliau bersabda: "Engkau dan hartamu milik ayahmu."
{HR. Ibnu Majah no. 2282. Dengan Sanad Shahih}

حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ يَحْيَى، ثنا مَيْمُونُ بْنُ يَزِيدَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ يَسْتَعْدِي عَلَى وَالِدِهِ، فَقَالَ: إِنَّهُ يَأْخُذُ مَالِي، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَنْتَ وَمَالُكَ مِنْ كَسْبِ أَبِيكَ»

وهذا إسناد ضعيف فيه ميمون بن زيد أبو إبراهيم : قال أبو حاتم : " لين " , وقال ابن عساكر فى " تاريخ دمشق " : " قال الأزدى ضعيف " .
{رواه الطبرانى فى " المعجم الكبير. برقم : 13345.  والهيثمى فى " زوائد البزار برقم : 1259}

Telah menceritakan kepada kami Wahb bin Yahya. Telah menceritakan kepada kami Maimun bin Yazid. Dari 'Amr bin Muhammad. Dari bapaknya. Dari Ibnu 'Umar Radliyyallaahu 'anhuma, beliau berkata :

Seorang laki-laki yang memusuhi ayahnya datang kepada Nabi Shalallaahu 'alaihi wasallama lalu berkata : "Sesungguhnya ayahku telah mengambil hartaku (yang demikian itu bagaimana ya Rasulullah ?". Maka beliau Shalallaahu 'alaihi wasallama  bersabda :  "Kamu dan hartamu adalah termasuk hasil usaha ayahmu".

Hadits ini Sanadnya Dlo'if (lemah) karena didalamnya ada Maimun bin Yazid Abu Ibrahim. Abu Hatim mengatakan : Sanadnya Layyin. Ibnu 'Asakir mengatakan dalam Tarikh Damsyiq : Al Azdiy mengatakan : Sanadnya Dlo'if.  
{HR. Thabarani di dalam Al-Kabir no. 13345. Dan Al Haitsamiy dalam Zawaidu Al Bazzar no. 1259}

e5• Berterimakasih kepada orang tua karena anak menjadi karya terbaik mereka.

أَخْبَرَنَاهُ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ ، قَالَ : ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ ، ثنا الْعَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ الدُّورِيُّ ، ثنا الأَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ ، ثنا شَرِيكٌ ، عَنْ وَائِلِ بْنِ دَاوُدَ ، عَنْ جَمِيعِ بْنِ عُمَيْرٍ ، عَنْ خَالِهِ أَبِي بُرْدَةَ ، قَالَ : " سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ ، أَوْ أَفْضَلُ ؟ ، قَالَ : عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ ، وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ " .
{رواه احمد برقم : 15522. والبيهقي في الكبرى: 5/263، برقم : 9634، 9635. وفي شعب الإيمان، رقم الحديث: 1169، 1170، واللفظ له. والحاكم في المستدرك : 2/10، برقم : 2094، 2095. والطبراني في الكبير برقم : 17997، 17998. وأبو نعيم في معرفة الصحابة، برقم : 6204. وأبو الشيخ في طبقات المحدّثين، برقم : 298}

Telah mengabarkan hadits kepada kami Abu Abdillah Al Hafidz, beliau berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Al Abbas bin Ya'qub. Telah menceritakan kepada kami Al Abbas bin Muhammad Al Duuriyyu. Telah menceritakan kepada kami Al Aswad bin 'Aamir. Telah menceritakan kepada kami Syarik. Dari Wail bin Dawud. Dari Jami' bin 'Umair. Dari pamannya Abi Burdah Radliyyallaahu 'anhu,  beliau berkata : Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wasallama ditanya : "Apakah hasil karya seorang laki-laki yang paling baik atau paling utama? Beliau menjawab : Pekerjaan dengan tangannya sendiri (termasuk terciptanya  seorang anak darinya), dan setiap jual beli yang baik".
{HR. Ahmad no.  15522. Teks hadits riwayat Baihaqiy Fi Al Kubra :  5/263، no.  9634، 9635. Dalam Syu'ab Al Iman no.  1169، 1170. Hakim Fi Al Mustadrak :  2/10، no.  2094، 2095. Thabaraniy Fi Al Kabir no. 17997، 17998. Abu Nu'aim Fi Ma'rifatu Al Shahabah no. 6204. Dan Abu Syaikh Fi Thabaqatu Al Muhadditsiin no.  298}

عَنْ اَبِى بُرْدَةَ رضي الله عنه  قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اَفْضَلُ كَسْبِ الرَّجُلِ وَلَدُهُ وَ كُلُّ بَيْعٍ مَبْرُوْرٍ.
{رواه الطبرانى فى الكبير}

Dari Abu Burdah Radliyyallaahu 'anhu ia berkata : Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wasallama telah  bersabda :  "Hasil karya seorang laki-laki yang paling utama adalah anaknya, dan setiap jual beli yang baik".
{HR. Thabrani di dalam Al-Kabir}



وقال الإمام عبد الرزاق رحمه الله في مصنفه باب : فِي الرَّجُلِ يَأْخُذُ مِنْ مَالِ وَلَدِهِ
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : { إنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ , وَوَلَدُهُ مِنْ كَسْبِهِ } .

Imam Abdurrazaq  rahimahullaah dalam kitabnya Al Mushannaf mengatakan dalam Bab Orang tua Mengambil Harta Anaknya : Dari 'Aisyah, beliau berkata : Rasulullah shalallaahu 'alaihi wasallama pernah bersabda : Sesungguhnya sebaik-baik makanan yang dimakan seseorang adalah hasil jerih payahnya sendiri, dan anaknya termasuk dari hasil jerih payahnya sendiri.
{Lihat Kitab Al Mushannaf karya Imam Abdurrazaq}

e6• Mohon doa restu kepada orang tua karena doa orang tua itu mustajab.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ حَدَّثَنَا الْحَجَّاجُ الصَّوَّافُ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ هِشَامٍ الدَّسْتُوَائِيِّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ وَزَادَ فِيهِ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ

قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَأَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ هَذَا الَّذِي رَوَى عَنْهُ يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ يُقَالُ لَهُ أَبُو جَعْفَرٍ الْمُؤَذِّنُ وَلَا نَعْرِفُ اسْمَهُ وَقَدْ رَوَى عَنْهُ يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ غَيْرَ حَدِيثٍ.
{رواه أحمد برقم : 7501. والبخاري برقم : 722. ومسلم برقم : 453. وأبو داود برقم : 1536. والترمذي واللفظ له، قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ، برقم : 1905 و 3370. وابن ماجه برقم : 3862. والطبراني في المعجم الأوسط برقم : 24}

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar. Telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim. Telah menceritakan kepada kami Al Hajjaj Al Showaf. Dari Yahya bin Abi Katsir. Dari Abi Ja'far. Dari Abi Hurairah radliyyallaahu 'anhu, beliau berkata : Rasulullaah shalallaahu 'alaihi wasallama telah bersabda :
Tiga doa yg terkabulkan, yaitu: Doa orang yg teraniaya, doa orang musafir, doa orang tua untuk anaknya.

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr. Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim. Dari Hisyam Ad Dastuwai. Dari Yahya bin Abu Katsir dengan sanad ini seperti hadits tersebut, & ia menambahkan padanya; dikabulkan, tak diragukan padanya.

Abu Isa (Al-Tirmidzi) berkata; Hadits ini adalah  Hadits Hasan.

Dan Abu Ja'far Ar Razi ini adl orang yg darinya Yahya bin Abu Katsir meriwayatkan hadits, ia dipanggil Abu Ja'far Al Muadzdzin & kami tak mengetahui namanya. Dan Yahya bin Katsir telah meriwayatkan darinya selain hadits ini.
{HR. Ahmad no. 7501. Bukhariy Fi Shahihi 722, dan dalam Al Adabu Al Mufrad. Muslim no.  453. Abu Dawud no. 1536. Teks hadits riwayat Tirmidzi no.  1905 atau no. 3370, dan beliau mengatakan : Hadits Ini Hadits Hasan. Ibnu Majah no.  3862. Dan Thabaraniy dalam Al Mu'jam Al Ausath no.  24}

عَنْ ثَوْبَانَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَرْبَعَةٌ دَعْوَتُهُمْ مُسْتَجَابَةٌ: َاْلاِمَامُ اْلعَادِلُ وَ الرَّجُلُ يَدْعُوْ ِلاَخِيْهِ بِظَهْرِ اْلغَيْبِ وَ دَعْوَةُ اْلمَظْلُوْمِ وَ رَجُلٌ يَدْعُوْ لِوَلَدِهِ.
{رواه ابو نعيم فى الحلية الأولياء}

Dari Tsauban Radliyyallaahu 'anhu beliau  berkata : Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wasallama  telah bersabda :  "Ada empat doa yang dikabulkan : 1. doanya imam yang adil, 2. Seseorang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, 3. doanya orang teraniaya dan 4. bapak yang mendoakan anaknya".
{HR. Abu Nu'aim di dalam Al-Hilyah}

e7• Mengasihi para ibu dan diharamkan durhaka kepada mereka.

أَخْبَرَنَا الشَّيْخُ السَّدِيدُ أَبُو عَلِيٍّ نَاصِرُ بْنُ مَهْدِيٍّ الْمشطبِيُّ ، أَخْبَرَنَا الشَّيْخُ الإِمَامُ أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ نَصْرَوَيْهِ ، أَخْبَرَنَا الشَّيْخُ الزَّاهِدُ أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ مَتٍّ ، حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ الْفَرَبْرِيُّ ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ الْبُخَارِيُّ ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ ، عَنْ مَنْصُورٍ ، عَنِ الشَّعْبِيِّ ، عَنْ وَرَّادٍ مَوْلَى الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الأُمَّهَاتِ ، وَوَأْدَ الْبَنَاتِ ، وَمَنَعَ وَهَاتِ ، وَكَرِهَ ذَلِكَ قِيلَ وَقَالَ : وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ " ،

هَذَا حَدِيثٌ حَسَن عَالٍ مُتَّفَقٌ عَلَى صِحَّتِهِ .
{رواه احمد برقم : 17781، 17810، 17819، 17821. والبخاري في صحيحه برقم : 1389، 2242، 5545، وفي الأدب المفرد برقم : 295، 456. ومسلم برقم : 3243، 3244. والنسائي في الكبرى برقم : 11279. وابن حبان برقم : 5671، 5672، 5837. والبيهقي في الكبرى: 6/ 61، برقم : 10488، 10489. وفي شعب الايمان برقم : 6045، 7370. والحاكم في المستدرك : 1/ 100، برقم : 204. والطبراني في الأوسط، برقم : 3835، 7657، 7680، وفي الكبير، برقم : 17317، 17319. والخطيب برقم : 237. وأبو عوانة برقم في مستخرج برقم : 5057-5060. وابن أبي الدنيا في إصلاح المال برقم : 112. والطحاوي في مشكل الآثار برقم : 2704. والطائي واللفظ له في أربعين في إرشاد السائرين : 1/ 217، برقم : 44}

Telah menceritakan kepada kami Asy Syaikh As Sadid Abu 'Aliy Nashir bin Mahdi Al Musythabiyyu.
Telah menceritakan kepada kami Asy Syaikh Al Imam Abu Al Hasan 'Aliy bin Ibrahim bin Nashrawaih.
Telah menceritakan kepada kami Asy Syaikh Az Zahid Abu Bakr bin Muhammad bin Ahmad bin Mattin.
Telah menceritakan kepada kami Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf Al Farabriyyu.
Telah menceritakan kepada kami  Muhammad bin Isma'il Al Bukhariy.
Telah menceritakan kepada kami 'Utsman.
Telah menceritakan kepada kami Jarir. Dari Manshur. Dari Al Sya'biy. Dari Warrad (budak merdekanya) Al Mughirah bin Syu'bah. Dari Al Mughirah bin Syu'bah radliyyallaahu 'anhu, beliau berkata : Rasulullaah shalallaahu 'alaihi wasallama telah bersabda :

"Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada kalian durhaka kepada ibu-ibu kalian, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menolak (membeberkan hak orang) dan meminta (yang bukan menjadi haknya), dan membenci pada kalian gosip, banyak tanya dan menyia-nyiakan harta.
{HR. Ahmad no. 17781، 17810، 17819، 17821. Bukhariy dalam Shahihnya no. 1389، 2242، 5545، dan dalam Al Adabu Al Mufrad no. 295، 456. Muslim no. 3243، 3244. Nasa'i dlm Al Kubra no. 11279. Ibnu Hibban no. 5671، 5672، 5837. Baihaqiy dlm Al Kubra : 6/ 61، no. 10488، 10489, dlm Syu'abu Al Iman no. 6045، 7370. Hakim dlm Al Mustadrak : 1/ 100، no. 204. Thabaraniy dlm Al Ausath no. 3835، 7657، 7680، dlm Al Kabir no. 17317، 17319. Khatib no. 237. Abu 'Awanah dlm Mustakhrij no. 5057-5060. Ibnu Abi Al Dunya dlm Ishlahu Al Maal no. 112. Thahawiy dlm Musykilu Al Atsar no. 2704. Dan teks hadits riwayat Al Thaa'i dlam Al Arba'in Fi Irsyaadi Al Saairiin : 1/ 217، no. 44}

e8• Berkata sopan tidak boleh mengumpati orang tua.

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قَالَ يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ.
{رواه البخاري في كتاب الأدب، باب لا يسب الرجل والديه، برقم : 5628}

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus. Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'din. Dari bapaknya. Dari Humaid bin Abdirrahman. Dari Abdillah bin 'Amr radliyyallaahu 'anhuma, beliau berkata : Rasulullaah shalallaahu 'alaihi wasallama telah bersabda :
“Sesungguhnya termasuk dari dosa-dosa paling besar adalah seseorang melaknat kedua orangtuanya. Ada yang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin seseorang melaknat kedua orang tuanya? ‘ Beliau pun menjawab, “(Ada yaitu) seseorang memaki ayah orang lain. Lalu orang itu pun memaki ayahnya dan juga ibunya. “
{HR. Bukhariy Fi Kitabu Al Al Adab Bab La Yasubbuzr Rojulu Waalidaihi no. 5628}

 

 *E]• 🌴✍️ SIKAP DAN ADAB KEPADA ORANG TUA.*

*e1)• 📓Berlaku Lembut Terhadap Kedua Orang Tua Adalah Termasuk Berbhakti.*

💾Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala :

۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا. وَ اخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَ قُلْ رَّبّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا.
{سورة الاسراء : 017/ 23-24}

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
{QS. Al-Israa' : 017/ 23-24}


*e2)• 📒Bersikap Sopan Santun Kepada Tua Dengan Tidak Mendahului Berjalan, Tidak Mendahului Duduk, Dan Mencaci Maki Mereka.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا عَلِيٌّ قَالَ: نا عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَرْعَرَةَ بْنِ الْبِرِنْدِ السَّامِيُّ قَالَ: نا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ الْمُزَنِيُّ الْوَاسِطِيُّ قَالَ: نا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: أَتَى رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– رَجُلٌ، وَمَعَهُ شَيْخٌ، فَقَالَ:

*_«يَا فُلَانُ، مَنْ هَذَا مَعَكُمْ؟»_*,

قَالَ: أَبِي ،

قَالَ:

*_«فَلَا تَمْشِ أَمَامَهُ، وَلَا تَجْلِسْ قَبْلَهُ، وَلَا تَدْعُهُ بِاسْمِهِ، وَلَا تَسْتَسِبَّ لَهُ»_*.

لَمْ يَرْوِ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ هِشَامٍ إِلَّا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ، تَفَرَّدَ بِهِ: عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ -[268]- عَرْعَرَةَ، وَلَا يُرْوَى عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا بِهَذَا الْإِسْنَادِ.
[رواه الطبرانى فى الاوسط / باب العين / من اسمه علي / رقم الحديث : ٤١٥٩].

Telah menceritakan kepada kami : 'Aliy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : 'Amr bin Muhammad bin 'Ar'arah bin Al Birindi As Syaamiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Muḥammad bin Al Hasan Al Muzaniy, Al Washithiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Hisyam bin 'Urwah. Dari Bapaknya. Dari 'Aisyah Radliyyallaahu 'anha, beliau berkata : Seorang laki-laki datang menghadap Nabi –ﷺ💞– bersama seorang yang telah tua. Nabi –ﷺ💞– bertanya, "Siapakah orang yang bersama kamu ini ?". Orang itu menjawab, "Itu ayah saya". Nabi Shalallaahu 'alaihi wasallama bersabda, "Kamu jangan berjalan mendahului di depannya, jangan duduk sebelum dia duduk, jangan memanggil dengan namanya dan jangan sekali-kali mencacinya".
[HR. Thabaraniy Dalam Mu'jam  Al-Ausath / Babu Al 'Aini / Man Ismuhu 'Aliy / No. Hadits: 4159].

*e3)• 📕 Menyambut Hangat Orang Tua Ketika Berkunjung. Dan Sunnah Menyambut Tamu (Yang Masih Ada Hubungan Mahram) Dengan Berdiri Dan Menciumnya.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ أَخْبَرَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ مَيْسَرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ عَائِشَةَ بِنْتِ طَلْحَةَ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ :

*"مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَشْبَهَ سَمْتًا وَدَلًّا وَهَدْيًا بِرَسُولِ اللَّهِ فِي قِيَامِهَا وَقُعُودِهَا مِنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– , قَالَتْ : وَكَانَتْ إِذَا دَخَلَتْ عَلَى النَّبِيِّ –ﷺ💞– قَامَ إِلَيْهَا فَقَبَّلَهَا وَأَجْلَسَهَا فِي مَجْلِسِهِ وَكَانَ النَّبِيُّ –ﷺ💞– إِذَا دَخَلَ عَلَيْهَا قَامَتْ مِنْ مَجْلِسِهَا فَقَبَّلَتْهُ وَأَجْلَسَتْهُ فِي مَجْلِسِهَا فَلَمَّا مَرِضَ النَّبِيُّ –ﷺ💞– دَخَلَتْ فَاطِمَةُ فَأَكَبَّتْ عَلَيْهِ فَقَبَّلَتْهُ ثُمَّ رَفَعَتْ رَأْسَهَا فَبَكَتْ ثُمَّ أَكَبَّتْ عَلَيْهِ ثُمَّ رَفَعَتْ رَأْسَهَا فَضَحِكَتْ، فَقُلْتُ:

*"إِنْ كُنْتُ لَأَظُنُّ أَنَّ هَذِهِ مِنْ أَعْقَلِ نِسَائِنَا فَإِذَا هِيَ مِنْ النِّسَاءِ"*,

فَلَمَّا تُوُفِّيَ النَّبِيُّ –ﷺ💞– قُلْتُ لَهَا :

*"أَرَأَيْتِ حِينَ أَكْبَبْتِ عَلَى النَّبِيِّ –ﷺ💞– فَرَفَعْتِ رَأْسَكِ فَبَكَيْتِ ثُمَّ أَكْبَبْتِ عَلَيْهِ فَرَفَعْتِ رَأْسَكِ فَضَحِكْتِ مَا حَمَلَكِ عَلَى ذَلِكَ ؟, قَالَتْ :

*"إِنِّي إِذًا لَبَذِرَةٌ أَخْبَرَنِي أَنَّهُ مَيِّتٌ مِنْ وَجَعِهِ هَذَا فَبَكَيْتُ ثُمَّ أَخْبَرَنِي أَنِّي أَسْرَعُ أَهْلِهِ لُحُوقًا بِهِ فَذَاكَ حِينَ ضَحِكْتُ"*

قَالَ أَبُو عِيسَى : هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ عَائِشَةَ.
[رواه أبو داود.  والترمذي / (٤٦) - أبواب المناقب / باب ما جاء في فضل فاطمة رضي الله عنها / رقم الحديث : ٣٨٧٢، واللفظ له. والنسائي].

Telah menceritakan kepada kami :  Muhammad bin Basyar. Telah menceritakan kepada kami : 'Utsman bin Umar. Telah menceritakan kepada kami : Israil. Dari Maisarah bin Habib. Dari Al Manhal bin Amr. Dari Aisyah binti Thalhah. Dari Aisyah Ummil Mu'minin, radhiyyAllahu 'anha,  beliau berkata :

"Saya tidak pernah melihat seorang pun yang menyerupai Rasulullah –ﷺ💞–  baik pada kekhusyu'annya, perilakunya dan pendiriannya ketika berdiri maupun duduknya kecuali Fathimah binti Rasulullah –ﷺ💞–, Aisyah berkata; "(yaitu) apabila ia menemui Nabi –ﷺ💞–, maka beliau akan menyambutnya, menciumnya dan memberinya tempat duduk di tempat duduk yang beliau tempati, begitu juga dengan Nabi –ﷺ💞–, apabila beliau menemuinya, maka beliau akan berdiri dari tempat duduknya (untuk menyambut), lalu beliau akan mencium beliau dan memberinya tempat duduk di tempat duduk yang dia tempati.

Pada saat Nabi –ﷺ💞– sakit, maka Fathimah datang menjenguk dan menemui beliau lalu beliau merebahkan kepalanya (di dada beliau) dan menciumnya, kemudian Fathimah mengangkat kepalanya sambil menangis, lalu ia merebahkan kepalanya di dada beliau (yang kedua kali), dan mengangkatnya kembali sambil tertawa, maka kataku (dalam hati);

*"Sungguh saya telah mengira bahwa Fathimah adalah orang yang paling kuat (teguh ketabahannya) di antara wanita-wanita kami namun ternyata dia juga bisa seperti wanita-wanita lainnya (yakni bisa sedih dan menangis)."*

Ketika Nabi –ﷺ💞– telah meninggal dunia, maka saya berkata kepadanya;

*"tahukan kamu ketika kamu menyandarkan kepalamu kepada Nabi –ﷺ💞– lalu kamu mengangkatnya sambil menangis, setelah itu kamu menyandarkan kepalamu (yang kedua kalinya) lalu mengangkatnya sambil tertawa, apa yang membuatmu seperti itu?"*

Fathimah menjawab;

*"Sesungguhnya (waktu itu) saya mendapatkan kabar rahasia, beliau memberitahukan kepadaku, bahwa beliau akan segera meninggal dunia karena sakit yang di deritanya, maka saya menangis, kemudian beliau juga memberitahukan kepadaku bahwa aku adalah salah seorang dari anggota keluarganya yang pertama kali menyusul beliau, karena itulah saya tersenyum."*

Abu Isa berkata; "Hadits ini derajatnya HASAN GHARIB melalui jalur ini, dan hadits ini juga diriwayatkan oleh beberapa jalur dari Aisyah."
[HR. Abu Dawud. Teks Hadits Riwayat Tirmidziy / (46)- Abwabu Al Manaqibi / Babu Ma Ja'a Fi Fadhli Fathimah RadhiyyAllahu 'Anha /
No. Hadits: 3872. Dan Abu Isa (At Tirmidziy)  berkata : HADITS HASAN GHARIB. Dan Nasa'i].


*e4)• 📂 Kamu Dan Hartamu Milik Ayahmu. Tidak Boleh Bakhil (Pelit) Terhadap Kedua Orang Tua, Karena Harta Dan Diri Ini Adalah Termasuk Hasil Jerih Payah Orang Tua.*

Sebagaimana Riwayat Di Bawah Ini :

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ قَالَ: حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي مَالًا وَوَلَدًا، وَإِنَّ أَبِي يُرِيدُ أَنْ يَجْتَاحَ مَالِي، فَقَالَ:

*_«أَنْتَ وَمَالُكَ لِأَبِيكَ»_*.
{رواه ابن ماجه / (١٢) - كتاب التجارات / (٦٤)- بَاب مَا لِلرَّجُلِ مِنْ مَالِ وَلَدِهِ / رقم الحديث: ٢٢٩١. وفي الزوائد إسناده صحيح ورجاله ثقات على شرط البخاري].

Telah menceritakan kepada kami : Hisyam bin 'Ammar. Telah menceritakan kepada kami : 'Isa bin Yunus. Telah menceritakan kepada kami : Yusuf bin Ishaq. Dari Muhammad Al Munkadir. Dari Jabir bin Abdullah :

Seseorang lelaki berkata, "Wahai Rasulullah, aku mempunyai harta dan anak, sementara ayahku juga membutuhkan hartaku."

Maka beliau bersabda:

*_"Engkau dan hartamu milik ayahmu."_*
[HR. Ibnu Majah / (12)- Kitabu At Tijarati / (64) - Babu Ma Lirrajuli Min Mali Waladihi / No. Hadits : 2291. Dan Didalam Kitab Az Zawa'id : SANADNYA SHAHIH Perawi Perawinya Tsiqat (Dapat Dipercaya) Memenuhi  Syarat Bukhaariy].


📚• Hadits Yang Senada Selanjutnya :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي خَيْثَمَةَ، ثنا وَهْبُ بْنُ يَحْيَى بْنِ زِمَامٍ الْعَلَّافُ، ثنا مَيْمُونُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ –ﷺ💞– يَسْتَعْدِي عَلَى وَالِدِهِ قَالَ: إِنَّهُ أَخَذَ مِنْ مَالِي، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ –ﷺ💞–:

*_«أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ، وَمَالَكَ مِنْ كَسْبِ أَبِيكَ»_*
[رواه الطبرانى فى " المعجم الكبير. /  باب العين / محمد بن زيد، عن ابن عمر / رقم الحديث : ١٣٣٤٥.  والهيثمى فى " زوائد البزار برقم : 1259. وهذا إسناد ضعيف فيه ميمون بن زيد أبو إبراهيم : قال أبو حاتم : " لين " , وقال ابن عساكر فى " تاريخ دمشق " : " قال الأزدى ضعيف " ].

Telah menceritakan kepada kami : Wahb bin Yahya. Telah menceritakan kepada kami : Maimun bin Yazid. Dari 'Amr bin Muhammad. Dari bapaknya. Dari Ibnu 'Umar radliyyAllahu 'anhuma, beliau berkata :

Seorang laki-laki yang memusuhi ayahnya datang kepada Nabi –ﷺ💞– lalu berkata :

"Sesungguhnya ayahku telah mengambil hartaku (yang demikian itu bagaimana ya Rasulullah ?".

Maka beliau –ﷺ💞–  bersabda :  

*_"Kamu dan hartamu adalah termasuk hasil usaha ayahmu"._*
[HR. Thabarani Di Dalam Mu'jam Al-Kabir / Babu Al 'Aini , Muḥammad Bin Zaid, 'An Ibni 'Umar /
No. Hadits : 13345. Dan Al Haitsamiy dalam Zawaidu Al Bazzar no. 1259. HADITS INI SANADNYA DLO'IF (lemah) karena didalamnya ada Maimun bin Yazid Abu Ibrahim. Abu Hatim mengatakan : Sanadnya Layyin. Ibnu 'Asakir mengatakan dalam Tarikh Damsyiq : Al Azdiy mengatakan : Sanadnya Dlo'if (lemah)].

*e5)• 📘 Berterima Kasih Kepada Orang tu Tuaa Karena Anak Menjadi Karya Terbaik Mereka.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ، عَنْ وَائِلٍ أَبِي بَكْرٍ، عَنْ عَبَايَةَ بْنِ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ، عَنْ جَدِّهِ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ، قَالَ: قِيلَ:

يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ؟ ،

قَالَ:

*_«عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ»_*
[رواه احمد /  مسند الشاميين / حديث رافع بن خديج / رقم الحديث : ١٧٢٦٥، واللفظ له. والبيهقي في الكبرى: 5/263، برقم : 9634، 9635. وفي شعب الإيمان، رقم الحديث: 1169، 1170. والحاكم في المستدرك : 2/10، برقم : 2094، 2095. والطبراني في الكبير برقم : 17997، 17998. وأبو نعيم في معرفة الصحابة، برقم : 6204. وأبو الشيخ في طبقات المحدّثين، برقم : 298].

Telah menceritakan kepada kami : Yazid. Telah menceritakan kepada kami : Al Mas'udiy. Dari Wa`il Abu Bakr. Dari Abayah bin Rifa'ah bin Rafi' bin Khadij. Dari kakeknya Rafi' bin Khadij radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata, "Dikatakan, "Wahai Rasulullah, mata pencaharian apakah yang paling baik?"

Beliau bersabda:

*_"Pekerjaan dengan tangannya sendiri (termasuk terciptanya  seorang anak darinya), dan setiap jual beli yang baik"._*
[HR. Ahmad Dalam Kitab Musnadnya / Musnad Asy Syamiyyiin / Hadits Rafi' Bin Khadij / No. Hadits : 17265. Dan  Baihaqiy Fi Al Kubra :  5/263، no.  9634، 9635. Dalam Syu'ab Al Iman no.  1169، 1170. Hakim Fi Al Mustadrak :  2/10، no.  2094، 2095. Thabaraniy Fi Al Kabir no. 17997، 17998. Abu Nu'aim Fi Ma'rifatu Al Shahabah no. 6204. Dan Abu Syaikh Fi Thabaqatu Al Muhadditsiin no.  298].

Lafadz Hadits Yang Senada :

حَدَّثَنَا أَبُو حَصِينٍ الْقَاضِي، وَالْحُسَيْنُ بن إِسْحَاقَ التُّسْتَرِيُّ، قَالا: ثنا يَحْيَى الْحِمَّانِيُّ، ثنا شَرِيكٌ، عَنْ وَائِلِ بن دَاوُدَ، عَنْ جَمَيعِ بن عُمَيْرٍ، عَنْ خَالِهِ أَبِي بُرْدَةَ بن نِيَارٍ، قَالَ:  قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞–:

*_«أَفْضَلُ كَسْبِ الرَّجُلِ وَلَدُهُ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ»_*.
[رواه الطبرانى فى الكبير /  باب الهاء / ما أسنده أبو بردة بن نيار / رقم الحديث : ١٧٩٦٨].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Hashinin Al Qaadhi dan Al Husain bin Ishaq At Tustariy, keduanya berkata :  Telah menceritakan kepada kami : Yahya Al Himmaniy. Telah menceritakan kepada kami : Syariik. Dari Wa'il bin Dawud. Dari Jamai'i bin 'Umair. Dari pamannya Burdah bin Niyar radhiyyAllahu 'anhu, beliau berkata :
 Rasulullah –ﷺ💞– telah  bersabda :  

*_"Hasil karya seorang laki-laki yang paling utama adalah anaknya, dan setiap jual beli yang baik"._*
[HR. Thabaraniy Dalam Al-Kabir / Babu Al Ha'i / Ma Asnadahu Abu Burdah Bin Niyar /  No. Hadits : 17968].


*🌴✒️• وقال الإمام عبد الرزاق رحمه الله في مصنفه باب : فِي الرَّجُلِ يَأْخُذُ مِنْ مَالِ وَلَدِهِ :*

عَنِ الثَّوْرِيِّ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ عَمَّةٍ، لَهُ سَأَلَتْ عَائِشَةَ عَنْ يَتِيمٍ فِي حِجْرِهَا تُصِيبُ مِنْ مَالِهِ؟ فَقَالَتْ عَائِشَةُ: قَالَ النَّبِيُّ –ﷺ💞–:

*_«إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ، وَإِنَّ وَلَدَهُ مِنْ كَسْبِهِ»._*
[أخرجه عبد الرزاق في مصنفه / (٢٥) - كتاب الصدقة / باب ما ينال الرجل من مال ابنه وما يجبر عليه من النفقة / رقم الحديث : ١٦٦٤٣].

Imam Abdurrazaq  rahimahullaah dalam kitabnya Al Mushannaf mengatakan dalam Bab Orang tua Mengambil Harta Anaknya :

Dari Ats Tsauriy. Dari Manshur. Dari Ibrahim.  Dari 'Umarah bin 'Umair. Dari pamannya : Aku bertanya kepada 'Aisyah dari anak yatim yang berada di pangkuannya, yang mendapatkan dari hartanya? Maka 'Aisyah berkata:  Rasulullah –ﷺ💞– pernah bersabda :

*_"Sesungguhnya sebaik-baik makanan yang dimakan seseorang adalah hasil jerih payahnya sendiri, dan anaknya termasuk dari hasil jerih payahnya sendiri."_*
[Dikeluarkan Oleh Abdurrazzaq Dalam Kitab Mushannafnya / (25)- Kitabu Ash Shadaqati / Babu Ma Yanalu Ar Rajulu Min Mali Ibnihii Wa Ma Yujbaru 'Alaihi Min An Nafaqati / No. Hadits : 16643].

*e6)• 📗Mohon Doa Restu Kepada Orang Tua Karena Doa Orang Tua Itu Mustajab.*

📁Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ حَدَّثَنَا الْحَجَّاجُ الصَّوَّافُ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞–:

*_«ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ»._*

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ هِشَامٍ الدَّسْتُوَائِيِّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ وَزَادَ فِيهِ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ

قَالَ أَبُو عِيسَى : هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَأَبُو جَعْفَرٍ الرَّازِيُّ هَذَا الَّذِي رَوَى عَنْهُ يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ يُقَالُ لَهُ أَبُو جَعْفَرٍ الْمُؤَذِّنُ وَلَا نَعْرِفُ اسْمَهُ وَقَدْ رَوَى عَنْهُ يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ غَيْرَ حَدِيثٍ.
[رواه أحمد برقم : 7501. والبخاري برقم : 722. ومسلم برقم : 453. وأبو داود برقم : 1536. والترمذي /  (٤٥) - أبواب الدعوات / باب / رقم الحديث : ٣٤٤٨، واللفظ له، قَالَ أَبُو عِيسَى : هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ. وابن ماجه برقم : 3862. والطبراني في المعجم الأوسط برقم : 24].

Telah menceritakan kepada : kami Muhammad bin Basysyar. Telah menceritakan kepada kami : Abu 'Ashim. Telah menceritakan kepada kami : Al Hajjaj Al Showaf. Dari Yahya bin Abi Katsir. Dari Abi Ja'far. Dari Abi Hurairah radliyyAllaahu 'anhu, beliau berkata : Rasulullaah –ﷺ💞–telah bersabda :

*_"Tiga doa yg terkabulkan, yaitu: Doa orang yg teraniaya, doa orang musafir, doa orang tua untuk anaknya."_*

Telah menceritakan kepada kami : Ali bin Hujr. Telah menceritakan kepada kami : Isma'il bin Ibrahim. Dari Hisyam Ad Dastuwai. Dari Yahya bin Abu Katsir dengan sanad ini seperti hadits tersebut, dan ia menambahkan padanya; dikabulkan, tak diragukan padanya.

Abu Isa (Al-Tirmidzi) berkata; HADITS INI ADALAH  HADITS HASAN.

Dan Abu Ja'far Ar Razi ini adl orang yg darinya Yahya bin Abu Katsir meriwayatkan hadits, ia dipanggil Abu Ja'far Al Muadzdzin & kami tak mengetahui namanya. Dan Yahya bin Katsir telah meriwayatkan darinya selain hadits ini.
[HR. Ahmad no. 7501. Bukhariy Fi Shahihi 722, dan dalam Al Adabu Al Mufrad. Muslim no.  453. Abu Dawud no. 1536. Teks Hadits Riwayat Tirmidziy / (45)- Abwabu Ad Da'awati / Babu / No. Hadits : 3448, Dan Beliau Mengatakan : HADITS INI HADITS HASAN. Ibnu Majah no.  3862. Dan Thabaraniy dalam Al Mu'jam Al Ausath no.  24].

📂Hadits yang senada selanjutnya :

Telah menceritakan kepada kami : Makhlad bin Ja'far. Telah menceritakan kepada kami : Hanifah Muḥammad bin Hanifah Al Wasithiy. Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Al Faraj. Telah menceritakan kepada kami : Hafsh bin Abi Dawud. Dari Qais bin Muslim. Dari Thariq bin Syihab. Dari Watsilah bin Al Asqa', beliau berkata :

حَدَّثَنَا مَخْلَدُ بْنُ جَعْفَرٍ، ثنا أَبُو حَنِيفَةَ مُحَمَّدُ بْنُ حَنِيفَةَ الْوَاسِطِيُّ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ الْفَرَجِ، ثنا حَفْصُ بْنُ أَبِي دَاوُدَ، عَنْ قَيْسِ بْنِ مُسْلِمٍ، عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ، عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ –ﷺ💞–:

*_«أَرْبَعَةٌ دَعْوَتُهُمْ مُسْتَجَابَةٌ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالرَّجُلُ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَرَجُلٌ يَدْعُو لِوَالِدَيْهِ »_*
[رواه ابو نعيم فى معرفة الصحابة : ج ٥ ص ٢٧١٦ /  الأسماء / باب الواو / واثلة بن الأسقع الليثي من بني ليث بن بكر بن عبد مناة مختلف في كنيته، فقيل: أبو شداد، وقيل: أبو قرصافة، وقيل: أبو الأسقع، سكن بيت جبرين من الشام، قدم قبل مخرج النبي –ﷺ💞– إلى تبوك بليال , فسكن الصفة، توفي سنة خمس وثمانين وله ثمان / رقم الحديث : ٦٤٨٧].

Telah menceritakan kepada kami : Makhlad bin Ja'far. Telah menceritakan kepada kami : Hanifah Muḥammad bin Hanifah Al Wasithiy. Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Al Faraj. Telah menceritakan kepada kami : Hafsh bin Abi Dawud. Dari Qais bin Muslim. Dari Thariq bin Syihab. Dari Watsilah bin Al Asqa' radhiyyAllahu 'anhu, beliau berkata : Rasulullah –ﷺ💞–  telah bersabda :  

*_"Ada empat doa yang dikabulkan : 1. doanya imam yang adil, 2. Seseorang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, 3. doanya orang teraniaya dan 4. bapak yang mendoakan anaknya"._*
[HR. Abu Nu'aim Dalam Kitabnya Ma'rifatu Ash Shahabati : juz 5 hal 2716 / Babu Al Wawi / Watsilah Bin Al Asqa' Al Laitsiy ... / No. Hadits : 6487].

*e7)• 📖 Mengasihi Para Ibu Dan Diharamkan Durhaka Kepada Mereka.*

🌴Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

 حَدَّثَنَا عُثْمَانُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ وَرَّادٍ مَوْلَى الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ –ﷺ💞–:

*_«إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الْأُمَّهَاتِ وَوَأْدَ الْبَنَاتِ وَمَنَعَ وَهَاتِ وَكَرِهَ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ»._*
[رواه البخاري /  (٤٣) - كِتَاب فِي الِاسْتِقْرَاضِ وَأَدَاءِ الدُّيُونِ وَالْحَجْرِ وَالتَّفْلِيسِ / باب ما ينهى عن إضاعة المال  / رقم الحديث : ٢٤٠٨].

Telah menceritakan kepada kami :  'Utsman. Telah menceritakan kepada kami : Jarir. Dari Manshur. Dari Asy-Sya'biy. Dari Warrad, -(maula/budak merdeka Al Mughirah bin Syu'bah)-. Dari Al Mughirah bin Syu'bah, beliau berkata; Nabi –ﷺ💞– bersabda:

*_"Sesunhgguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka kepada ibu, mengubur anak wanita hidup-hidup dan serta membenci kalian dari qiila wa qaola (memberitakan setiaapa yang didengar), banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta"._*
[HR. Bukhariy / (43) - Kitabu Al Istiqradhiy Wa Adaa'i Ad Duyuni Wa Al Hajri Wa At Taflisi / Babu Ma Yunha 'An Idho'ati Al Mali / No. Hadits : 2408].


🌴 Hadits yang senada :

و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ وَرَّادٍ مَوْلَى الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– قَالَ:

*_«إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الْأُمَّهَاتِ وَوَأْدَ الْبَنَاتِ وَمَنْعًا وَهَاتِ وَكَرِهَ لَكُمْ ثَلَاثًا قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ»_*

و حَدَّثَنِي الْقَاسِمُ بْنُ زَكَرِيَّاءَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ شَيْبَانَ عَنْ مَنْصُورٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ :

وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَقُلْ إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ
[رواه مسلم / (٣٠) - كتاب الأقضية / (٥) - بَاب النَّهْيِ عَنْ كَثْرَةِ الْمَسَائِلِ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ وَالنَّهْيِ عَنْ مَنْعٍ وَهَاتِ وَهُوَ الِامْتِنَاعُ مِنْ أَدَاءِ حَقٍّ لَزِمَهُ أَوْ طَلَبِ مَا لَا يَسْتَحِقُّهُ  / رقم الحديث : ٣٢٣٦].

Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al Handlali[1] telah mengabarkan kepada kami Jarir[2] dari Manshur[3] dari Asy Sya'bi[4] dari Warrad[5] bekas budak Al Mughirah bin Syu'bah, dari Mughirah bin Syu'bah[6] dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah 'azza wajalla mengharamkan kalian mendurhakai seorang ibu, mengubur anak perempuan hidup-hidup, dan tidak suka memberi dan suka meminta-minta. Dan membenci atasmu tiga perkara; mengatakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta." Dan telah menceritakan kepadaku Al Qasim bin Zakaria[7] telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin Musa[8] dari Syaiban[9] dari Manshur[3] dengan isnad seperti ini, hanya saja ia menyebutkan, 'Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mengharamkan atas kalian', tidak menyebutkan, 'Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian'."
[HR. Muslim / (30)- Kitabu Al Aqdhiyyati / (5) - Babu An Nahyi 'An Katsrati Al Masa'ili Min Ghairi Hajatin Wa An Nahyi 'An Man'i Wahatin Wahuwa Al Imtina'u Min 'Ada`i Haqqin Lazimahu Au Thalabi Ma La Yastahiqquhu / No. Hadits : 3236].

*🌴 Hadits yang senada selanjutnya :

أَخْبَرَنَا الشَّيْخُ السَّدِيدُ أَبُو عَلِيٍّ نَاصِرُ بْنُ مَهْدِيٍّ الْمشطبِيُّ، أَخْبَرَنَا الشَّيْخُ الإْمَامُ أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ نَصْرَوَيْهِ، أَخْبَرَنَا الشَّيْخُ الزَّاهِدُ أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ مَتٍّ، حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ الْفَرَبْرِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ (الْبُخَارِيُّ) ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ وَرَّادٍ مَوْلَى الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ:عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– :

*_«إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الأُمَّهَاتِ ، وَوَأْدَ الْبَنَاتِ ، وَمَنَعَ وَهَاتِ ، وَكَرِهَ ذَلِكَ قِيلَ وَقَالَ : وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ»_*،

هَذَا حَدِيثٌ حَسَن عَالٍ مُتَّفَقٌ عَلَى صِحَّتِهِ .
[رواه احمد برقم : 17781، 17810، 17819، 17821. والبخاري في صحيحه برقم : 1389، 2242، 5545، وفي الأدب المفرد برقم : 295، 456. ومسلم برقم : 3243، 3244. والنسائي في الكبرى برقم : 11279. وابن حبان برقم : 5671، 5672، 5837. والبيهقي في الكبرى: 6/ 61، برقم : 10488، 10489. وفي شعب الايمان برقم : 6045، 7370. والحاكم في المستدرك : 1/ 100، برقم : 204. والطبراني في الأوسط، برقم : 3835، 7657، 7680، وفي الكبير، برقم : 17317، 17319. والخطيب برقم : 237. وأبو عوانة برقم في مستخرج برقم : 5057-5060. وابن أبي الدنيا في إصلاح المال برقم : 112. والطحاوي في مشكل الآثار برقم : 2704. والطائي /  الحديث التاسع والثلاثون [بعض المحرمات والمكروهات] / واللفظ له في أربعين في إرشاد السائرين : 1/ 217، برقم : 44].

Telah menceritakan kepada kami : Asy Syaikh As Sadid Abu 'Aliy Nashir bin Mahdi Al Musythabiyyu.
Telah menceritakan kepada kami : Asy Syaikh Al Imam Abu Al Hasan 'Aliy bin Ibrahim bin Nashrawaih.
Telah menceritakan kepada kami : Asy Syaikh Az Zahid Abu Bakr bin Muhammad bin Ahmad bin Mattin.
Telah menceritakan kepada kami : Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf Al Farabriyyu.
Telah menceritakan kepada kami :  Muhammad bin Isma'il Al Bukhariy.
Telah menceritakan kepada kami : 'Utsman.
Telah menceritakan kepada kami : Jarir. Dari Manshur. Dari Al Sya'biy. Dari Warrad -(budak merdekanya)- Al Mughirah bin Syu'bah. Dari Al Mughirah bin Syu'bah radliyyAllaahu 'anhu, beliau berkata : Rasulullaah –ﷺ💞– telah bersabda :

*_"Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada kalian durhaka kepada ibu-ibu kalian, mengubur anak perempuan hidup-hidup, menolak (membeberkan hak orang) dan meminta (yang bukan menjadi haknya), dan membenci pada kalian gosip, banyak tanya dan menyia-nyiakan harta."_*

Hadits ini Hasan Mulia disepakati atas KESAHIHANNYA.
[HR. Ahmad no. 17781، 17810، 17819، 17821. Bukhariy dalam Shahihnya no. 1389، 2242، 5545، dan dalam Al Adabu Al Mufrad no. 295، 456. Muslim no. 3243، 3244. Nasa'i dlm Al Kubra no. 11279. Ibnu Hibban no. 5671، 5672، 5837. Baihaqiy dlm Al Kubra : 6/ 61، no. 10488، 10489, dlm Syu'abu Al Iman no. 6045، 7370. Hakim dlm Al Mustadrak : 1/ 100، no. 204. Thabaraniy dlm Al Ausath no. 3835، 7657، 7680، dlm Al Kabir no. 17317، 17319. Khatib no. 237. Abu 'Awanah dlm Mustakhrij no. 5057-5060. Ibnu Abi Al Dunya dlm Ishlahu Al Maal no. 112. Thahawiy dlm Musykilu Al Atsar no. 2704. Dan Teks Hadits Riwayat Al Thaa'i Dalam Al Arba'in Fi Irsyaadi Al Saairiin : juz  1 hal 217 / Al Haditsu At Tasi'u Wa Ats Tsalatsiina (Ba'dhu Al Muharramati Wa Al Makruhati) / No. Hadits : 44].

*e8• 📂Berkata Sopan Tidak Boleh Mengumpati Orang Tua.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ–ﷺ💞–:

*_«إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قَالَ يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ»_*.
{رواه البخاري / كتاب الأدب / باب لا يسب الرجل والديه / رقم الحديث : ٥٦٢٨].

Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Yunus. Telah menceritakan kepada kami : Ibrahim bin Sa'din. Dari bapaknya. Dari Humaid bin Abdirrahman. Dari Abdillah bin 'Amr radliyyAllaahu 'anhuma, beliau berkata : Rasulullaah –ﷺ💞– telah bersabda :

*_“Sesungguhnya termasuk dari dosa-dosa paling besar adalah seseorang melaknat kedua orangtuanya."_*

Ada yang bertanya :  ‘Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin seseorang melaknat kedua orang tuanya? ‘

Beliau pun menjawab :  

*_“(Ada yaitu) seseorang memaki ayah orang lain. Lalu orang itu pun memaki ayahnya dan juga ibunya.“_*
[HR. Bukhariy / Kitabu Al Adabi / Bab La Yasubbu Ar Rojulu / No. Hadits : 5628].

 *F]• 🌴📂 AMALAN AMALAN UNTUK ORANG TUA SEMASA HIDUP DAN SESUDAH MENINGGAL*

*f1)• 📁 Berdoa Untuk Orang Tua.*

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ.  {سورة الحشر: ٠٥٩ الآية ١٠}

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang Telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."
{QS. Al-Hasyr : 059 Ayat 10}

*f2)• 📂 Ikhlash Ketika Mendoakan Orang Tua.*

📁Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ يَحْيَى الْحَرَّانِيُّ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدٌ يَعْنِي ابْنَ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞–: يَقُولُ:

*_«إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى الْمَيِّتِ فَأَخْلِصُوا لَهُ الدُّعَاءَ»._*
[رواه ابو داود /  (٢٠) - كتاب الجنائز / باب الدعاء للميت / رقم الحديث : ٣١٩٩. . وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ].

Telah menceritakan kepada kami : Abdul Aziz bin Yahya Al Harrani. Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Salamah. Dari Muhammad bin Ishaq. Dari Muhammad bin Ibrahim. Dari Abu Salamah bin Abdurrahman. Dari Abu Hurairah radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata; Saya mendengar Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:

*_"Apabila kalian menshalatkan mayit, maka ikhlaskanlah doa untuknya."_*
[HR. Abu Dawud / (20) - Kitabu Al Jana'izi / Babu Ad Du'ai Lilmayyiti / No. Hadits : 3199. Dan DISHAHIHKAN Oleh Ibnu Hibban].


📁Hadits yang senada selanjutnya :

حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ الزُّبَيْرِ ، ثنا أَبُو جَعْفَرٍ النُّفَيْلِيُّ ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ–ﷺ💞–:

*_«إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى الْمَيِّتِ ، فَأَخْلِصُوا لَهُ فِي الدُّعَاءِ»_*.
[رواه الطبراني في الدعاء / باب : الأَمْرِ بِإِخْلاصِ الدُّعَاءِ لِلْمَيِّتِ / رقم الحديث: ١٢٠٥].

Telah menceritakan kepada kami : Ya'qub bin Ishaq bin Al Zubair. Telah menceritakan kepada kami : Abu Ja'far Al Nufailiy. Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Salamah. Dari Muhammad bin Ishaq. Dari Muhammad bin Ibrahim. Dari Abi Salamah bin Abdirrahman. Dari Abu Hurairah radhiyyAllahu 'anhu bahwasanya Nabi –ﷺ💞– bersabda :

*_"Jika kalian sholat terhadap jenazah, ikhlaskanlah doa untuknya."_*
[HR. Thabaraniy Dalam Kitabnya Ad Du'a / Babu Al Amri Biikhlashi Ad Du'ai Lilmayyiti / No. Hadits : 1205].


📖 Hadits tentang doa khusus bagi mayyit :

حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– إِذَا صَلَّى عَلَى جِنَازَةٍ يَقُولُ ‏ :

*_«اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الإِسْلاَمِ وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الإِيمَانِ اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تُضِلَّنَا بَعْدَهُ»_*.
[رواه ابن ماجه /  (٦) - كتاب الجنائز / (٢٣)- باب ما جاء في الدعاء في الصلاة على الجنازة / رقم الحديث : ١٤٩٨].

Telah menceritakan kepada kami : Suwaid bin Sa'id, ia berkata :  Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Mushar. Dari Muhammad bin Ishaq. Dari Muhammad bin Ibrahim. Dari Abu Salamah. Dari Abu Hurairah radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata :  

"Rasulullah –ﷺ💞– jika melakukan shalat jenazah selalu membaca berdo'a:

*_"ALLAHUMMAGHFIR LIHAYYINAA, WA MAYYITINAA, WA SYAAHIDINAA, WA GHAA`IBINAA, WA SHAGHIIRINAA, WA KABIIRINAA, WA DZAKARINAA, WA UNTSAANAA, ALLAHUMMA MAN AHYAITAHU MINNAA FA AHYIHI 'ALAL ISLAAM, WA MAN TAWAFFAITAHU MINNAA FA TAWAFFAHU 'ALAL IIMAAN, ALLAHUMMA LAA TAHRIMNA AJRAHU, WA LAA TUDLILLANAA BA'DAHU (Ya Allah, ampunilah kami yang masih hidup, yang telah meninggal dari kami, yang masih ada, yang telah tiada, anak kecil kami, orang tua kami, lelaki kami, perempuan kami. Ya Allah, siapa saja yang Engkau hidupkan dari kami, maka hidupkanlah di atas Islam, dan siapa saja yang Engkau wafatkan dari kami, maka wafatkanlah di atas iman. Ya Allah, janganlah Engkau haramkan bagi kami pahalanya, dan janganlah Engkau sesatkan kami sepeninggalnya."_*
[HR. Ibnu Majah / (6)- Kitabu Al Jana'izi / (23)- Babu Ma Ja'a Fi Ad Du'ai Fi Ash Shalati 'Ala Al Janazati / No. Hadits : 1494].


📚Hadits tentang doa khusus bagi mayyit selanjutnya :

أَخْبَرَنَا هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ حَدَّثَنَا مَعْنٌ، قَالَ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ حَبِيبِ بْنِ عُبَيْدٍ الْكَلاَعِيِّ، عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ الْحَضْرَمِيِّ، قَالَ سَمِعْتُ عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ، يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي عَلَى مَيِّتٍ فَسَمِعْتُ فِي دُعَائِهِ وَهُوَ يَقُولُ ‏ "‏ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَنَجِّهِ مِنَ النَّارِ - أَوْ قَالَ - وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ‏[وَعَذَابِ النَّارِ]
[رواه مسلم. والنسائي واللفظ له /  (٢١) - كتاب الجنائز الدعاء / رقم الحديث: ١٩٨٤].

Telah mengabarkan kepada kami : Harun bin 'Abdullah, dia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Ma'n, dia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Mu'awiyah bin Shalih. Dari Habib bin 'Ubaid Al Kala'i. Dari Jubair bin Nufair Al Hadlrami, dia berkata; aku mendengar 'Auf bin Malik berkata; "Aku mendengar Rasulullah –ﷺ💞– menshalati mayit, lalu aku mendengar dalam do'anya beliau mengucapkan:

*_""Alloohummaghfir lahu Warhamhu Wa ‘Aafihi Wa’fu ‘ahu, Wa Akrim Nuzulahu, Wa Wassi’ Madkholahu, Waghsilhu Bil Maa’i WatsTsalji Wal Barodi, Wa Naqqihi Minal Khothooyaa Kamaa Naqqaitats Tsaubal Abyadho Minad Danasi, Wa Abdilhu Daaron Khoiron Min Daarihi, Wa Ahlan Khoiron Min Ahlihi, Wa Zaujan Khoiron Min Zaijihi, Wa Adkhilhul Jannata, Wa A’idhu Min ‘Adzaabil Qabri ('Adzabinnaari) | Ya Allah, Ampunilah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.”_*
[HR. Muslim. Teks Hadits Riwayat Nasa'i / (21) - Kitabu Al Jana'izi / Ad Du'ai / No. Hadits : 1984].


💾Hadits tentang doa khusus bagi mayyit selanjutnya :

اَللَّهُمَّ إِنَّ فُلاَنَ بْنَ فُلاَنٍ فِيْ ذِمَّتِكَ، وَحَبْلِ جِوَارِكَ، فَقِهِ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ، وَأَنْتَ أَهْلُ الْوَفَاءِ وَالْحَقِّ. فَاغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Riwayat Haditsnya :

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ، ح وحَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الرَّازِيُّ، أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ - وَحَدِيثُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَتَمُّ - حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ جَنَاحٍ، عَنْ يُونُسَ بْنِ مَيْسَرَةَ بْنِ حَلْبَسٍ، عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ، قَالَ: صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ:

*_«اللَّهُمَّ إِنَّ فُلَانَ بْنَ فُلَانٍ فِي ذِمَّتِكَ، فَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ - قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ: مِنْ ذِمَّتِكَ وَحَبْلِ جِوَارِكَ، فَقِهِ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ - وَعَذَابِ النَّارِ، وَأَنْتَ أَهْلُ الْوَفَاءِ وَالْحَمْدِ، اللَّهُمَّ فَاغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ»_*،

قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ: عَنْ مَرْوَانَ بْنِ جَنَاحٍ
[رواه ابو داود / (٢٠) - كتاب الجنائز / باب الدعاء للميت / رقم الحديث : ٣٢٠٢. وابن ماجة].

Telah menceritakan kepada kami : Abdurrahman bin Ibrahim Ad Dimasyqi. Telah menceritakan kepada kami : Al Walid -(dan telah diriwayatkan dari jalur yang lain): Telah menceritakan kepada kami : Ibrahim bin Musa Ar Razi. Telah mengabarkan kepada kami : Al Walid. -(dan hadits Abdurrahman lebih sempurna)- Telah menceritakan kepada kami : Marwan bin Janah. Dari Yunus bin Maisarah bin Halbas. Dari Watsilah bin Al Asqa', beliau berkata; Rasulullah –ﷺ💞– bersama kami menshalati (jenazah) seorang laki-laki muslim, kemudian aku mendengar beliau mengucapkan:

*_"Alloohumma Inna Fulaanabna Fulaanin (Sedang Abdurrahman berkata): Fii Dzimmatika, Wa Habli Jiwaarika, Fa Qihi Min Fitnatil Qobri Wa ‘Adzaabin Naari, Wa Anta Ahlal Wafaa’i Wal Haqqi. Faghfirlahu Warhamhu, Innaka Antal Ghofuurur Rohiim | Ya, Allah! Sesungguhnya Fulan bin Fulan (Sedang Abdurrahman berkata): dalam tanggunganMu dan tali perlindunganMu. Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa Neraka. Engkau adalah Maha Setia dan Maha Benar. Ampunilah dan belas kasihanilah dia. Sesungguhnya Engkau, Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.”_*
[HR. Abu Dawud / (20) - Kitabu Al Jana'izi / Babu Ad Du'ai Lilmayyiti / No. Hadits : 3202. Dan Riwayat Ibnu Majah].


📓Hadits tentang doa khusus bagi mayyit selanjutnya :

اَللَّهُمَّ عَبْدُكَ وَابْنُ أَمْتِكَ احْتَاجَ إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ، إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِيْ حَسَنَاتِهِ، وَإِنْ كَانَ مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ.

Riwayat Haditsnya :

حَدَّثَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْخَلَّالُ، بِمَكَّةَ، ثنا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ إِسْحَاقَ الْكَاتِبُ، ثنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ الْحِزَامِيُّ، ثنا الْحُسَيْنُ بْنُ زَيْدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ الْحُسَيْنِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رُكَانَةَ بْنِ الْمُطَّلِبِ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– : إِذَا قَامَ لِلْجِنَازَةِ لِيُصَلِّيَ عَلَيْهَا قَالَ:

*_«اللَّهُمَّ عَبْدُكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ احْتَاجَ إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِي إِحْسَانِهِ، وَإِنْ كَانَ مُسِيئًا فَتَجَاوَزَ عَنْهُ»._*

هَذَا إِسْنَادٌ صَحِيحٌ «وَيَزِيدُ بْنُ رُكَانَةَ وَأَبُوهُ رُكَانَةُ بْنُ عَبْدِ يَزِيدَ صَحَابِيَّانِ مِنْ بَنِي الْمُطَّلِبِ بْنِ عَبْدِ مَنَافٍ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ»
[رواه الحاكم في مستدركه / كتاب الجنائز / رقم الحديث : ١٣٢٨].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Muhammad Abdul Azizi bin 'Abdirrahman Al Khalal di Makkah.  Telah menceritakan kepada kami : 'Abdurrahman bin Ishaq Al Katib. Telah menceritakan kepada kami : Ibrahim bin Al Mundzir Al Hizamiy. Telah menceritakan kepada kami : Al Husain bin Zaid bin 'Aliy bin Al Husain bin 'Aliy. Dari Ja'far bin Muhammad. Dari Bapaknya. Dari Yazid bin 'Abdillah bin Rukanah bin Al Muthalib, beliau berkata : Adalah Rasulullah –ﷺ💞– ketika berdiri dihadapan jenazah untuk menshalatinya beliau mengucapkan doa :

*_"Alloohumma ‘Abduka Wabnu Amatikahtaaja Ilaa Rohmatika, Wa Anta Ghoniyyun ‘An ‘Adzaabihi, In Kaana Muhsinan, Fa Zid Fii Hasanaatihi, Wa In Kaana Musii’an Fa Tajaawaz ‘Anhu | Ya, Allah, ini hambaMu, anak ham-baMu perempuan (Hawa), membutuh-kan rahmatMu, sedang Engkau tidak membutuhkan untuk menyiksanya, jika ia berbuat baik tambahkanlah dalam amalan baiknya, dan jika dia orang yang salah, lewatkanlah dari kesalahan-nya."_*
[HR. Al-Hakim Dalam Kitabnya Al Mustadrak / Kitabu Al Jana'izi / No. Hadits : 1328. Menurut pendapatnya: HADITS TER-SEBUT ADALAH SHAHIH. Imam Adz-Dzahabiy  menyetujuinya 1/359].

*f3)• 📂 Memintakan Ampunan Kepada Orang Tua.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits:

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَحِيرٍ عَنْ هَانِئٍ مَوْلَى عُثْمَانَ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ :  كَانَ النَّبِيُّ–ﷺ💞– إِذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الْمَيِّتِ وَقَفَ عَلَيْهِ , فَقَالَ :  

*_«اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ وَسَلُوا لَهُ بِالتَّثْبِيتِ فَإِنَّهُ الْآنَ يُسْأَلُ»._*
{رواه أبو داود /  (٢٠) - كتاب الجنائز / باب الاستغفار عند القبر للميت في وقت الانصراف / رقم الحديث : ٣٢٢١].

Telah menceritakan kepada kami : Ibrahim bin Musa Al Raziy. Telah menceritakan kepada kami : Hisyam. Dari Abdillah bin Bahir. Dari Hani' (budak merdekanya Sayyidina Utsman). Dari 'Utsman bin 'Affan, beliau berkata : Jika Rasulullah –ﷺ💞–  selesai menguburkan mayat, beliau berdiri dan bersabda :    

*_"Mintakanlah ampunan untuk saudara kalian, dan mintalah untuknya keteguhan (menjawab pertanyaan Malaikat) karena sesungguhnya ia sekarang sedang ditanyai"._*
{HR. Abu Dawud / (20) - Kitabu Al Jana'izi / Babu Al Istighfaari 'Inda Al Qabri Lilmayyiti Fi Waqti Al Inshiraafi / No. Hadits : 3221].

*f4)• 📕 Berusaha Menjadi Anak Yang Shalih Yang Berilmu Dan Penderma Agar Bisa Bermanfaat Didunia Dan Akhirat Bagi Orang Tua.*

📁Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ هُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞–قَالَ :

*_«إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ»_*.
[رواه مسلم  / (٢٥) - كتاب الوصية / (٣) - بَاب مَا يَلْحَقُ الْإِنْسَانَ مِنْ الثَّوَابِ بَعْدَ وَفَاتِهِ
 / رقم الحديث : ٣٠٨٤].

Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Ayyub dan Qutaibah -(yaitu Ibnu Sa’id)- dan Ibnu Hujr mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami : Isma’il -(yaitu Ibnu Ja’far). Dari Al ‘Ala’. Dari Ayahnya. Dari Abu Hurairah radliyyAllahu 'anhu, bahwa Rasulullah –ﷺ💞– telah bersabda :

*_“Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; 1). sedekah jariyah, 2). ilmu yang bermanfa’at baginya dan 3). anak sholeh yang selalu mendoakannya.”_*
[HR Muslim / (25)- Kitabu Al Washiyyah / (3)- Ma Yalhaqu Al Insana Min Ats Tsawabi Ba'da Wafaatihi / No. Hadits : 3084].

📂 Hadits yang senada :

حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ الْمُؤَذِّنُ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ سُلَيْمَانَ يَعْنِي ابْنَ بِلَالٍ عَنْ الْعَلاَءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أُرَاهُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– قَالَ :  

*_«إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ»_*.
[رواه داود /  (١٧) - كتاب الوصايا / باب ما جاء في الصدقة عن الميت / رقم الحديث : ٢٨٨٠].

Telah menceritakan kepada kami : Al Rabi' bin Sulaiman Al Muadzin. Telah menceritakan kepada kami : Ibnu Wahbin. Dari Sulaiman -(maksudku Ibnu Bilal)-. Dari Al 'Ala bin 'Abdirrahman, beliau menetapkannya dari bapaknya. Dari Abi Hurairah radliyyAllaahu Sesungguhnya: Sesungguhnya Rasulullah –ﷺ💞– telah bersabda :  

*_"Apabila seorang muslim meninggal, maka amalannya terputus kecuali dari tiga perkara; 1). sedekah jariyah, 2).  Ilmu yg bermanfaat, atau 3). anak shalih yg mendoakannya."*
{HR. Abu Dawud / (17)- Kitabu Al Washaya / Babu Ma Ja'a Fi Ash Shadaqati 'An Al Mayyiti / No.Hadits : 2880].

📘 Hadits tentang sampainya pahala sedekah kepada orang yang sudah meninggal :

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّا بْنُ إِسْحَقَ حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَجُلًا قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ أَفَيَنْفَعُهَا إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟  قَالَ : نَعَمْ.  قَالَ :  فَإِنَّ لِي مَخْرَفًا فَأُشْهِدُكَ أَنِّي قَدْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا

قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَبِهِ يَقُولُ أَهْلُ الْعِلْمِ يَقُولُونَ لَيْسَ شَيْءٌ يَصِلُ إِلَى الْمَيِّتِ إِلَّا الصَّدَقَةُ وَالدُّعَاءُ وَقَدْ رَوَى بَعْضُهُمْ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرْسَلًا قَالَ وَمَعْنَى قَوْلِهِ إِنَّ لِي مَخْرَفًا يَعْنِي بُسْتَانًا.
[رواه الترمذي / (٥) - أبواب الزكاة / باب ما جاء في الصدقة عن الميت / رقم الحديث : ٦٦٩].

Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Mani'. Telah menceritakan kepada kami : Rauh bin 'Ubadah. Telah menceritakan kepada kami : Zakariyya bin Ishaq. Telah menceritakan kepadaku : 'Amrun bin Dinar. Dari 'Ikrimah. Dari Ibnu 'Abbas : Sesungguhnya seseorang telah bertanya kepada Rasulullah : Wahai Rasulallaah ibuku telah meninggal, apakah bermanfaat jika aku bersedekah untuknya?  

Rasulullah menjawab : *_"Ya,_*

Dia berkata, Oleh karena itu, saksikanlah oleh tuan sesungguhnya saya infakkan kebun kurmaku ini.

Abu 'Isa (At Tirmidziy) berkata, INI ADALAH HADITS HASAN & diakui oleh para ulama, mereka berkata, tak ada suatu amalan yg pahalanya sampai kepada mayyit kecuali shadaqah & do'a. Sebagian mereka (ahlul hadits) meriwayatkan hadits ini dari Amru bin Dinar dari 'Ikrimah dari Nabi –ﷺ💞– secara mursal. Dia (perawi) berkata, arti dari Makhrafan adalah kebun.
[HR. Tirmidziy / (5) - Abwabu Az Zakati / Babu Ma Ja'a Fi Ash Shadaqati 'An Al Mayyiti / No. Hadits : 669].

*f5)• 🌹Menjadi Anak Yang Dapat Mengangkat Derajat Orang Tua Kesurga.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ –ﷺ💞– قَالَ :

*_«الْقِنْطَارُ اثْنَا عَشَرَ أَلْفَ أُوقِيَّةٍ كُلُّ أُوقِيَّةٍ خَيْرٌ مِمَّا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ»_*,

وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– :

*_«إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ : أَنَّى هَذَا ؟, فَيُقَالُ : بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ»_*.
[رواه أحمد : 2/509 ، رقم 10618، وابن ماجه واللفظ له / (٣٣) - كتاب الأدب / (١) - باب بر الوالدين / رقم  الحديث : ٣٦٦٠. والبيهقي : 7/233 ، رقم 14116. وأخرجه أيضًا: ابن أبى شيبة : 6/93 ، رقم 29740، والطبراني فى الأوسط : 5/210 ، رقم 5108. وفي الزوائد إسناده صحيح. رجاله ثقات. وصححه الألباني في " السلسلة الصحيحة " (4 / 129)].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Bakar bin Abi Syaibah. Telah menceritakan kepada kami : Abdush Shamad bin Abdul Warits. Dari Hammad bin Salamah. Dari 'Ashim. Dari Abi Shalih. Dari Abi Hurairah radhiyyAllahu  'anhu. Dari Nabi –ﷺ💞–, beliau telah bersabda :

*_"Satu Qinthar adalah dua belas ribu uqiyah, dan setiap satu uqiyah lebih baik dari pada  apa yang ada di antara langit dan bumi."_*

Rasulullah –ﷺ💞– juga bersabda:

*_"Sesungguhnya seseorang akan di angkat derajatnya di surga, lalu orang tersebut akan bertanya, 'Bagaimana ini bisa terjadi? ' lalu dijawab, 'Karena anakmu telah memohonkan ampun untukmu'."_*
[HR. Ahmad : 2/509 ، no. 10618. Teks hadits riwayat Ibnu Majah / (33) - Kitabu Al Adabi / (1) - Babu Birri Al Walidaini / No. Hadits : 3660. Dan Baihaqiy : 7/233 ، no. 14116. Ibnu Abi Syaibah : 6/93 no. 29740، Thabaraniy dalam Al Ausath : 5/210 ، no. 5108. Dalam Az Zawa'id : ISNADNYA SHAHIH DAN PERAWINYA TSIQAT. Dan dishahihkan oleh Albani Tokoh Wahhabiy dalam Al Silsilah Al Shahihah : 4 / 129].


*🌴🎙️• قَالَ العَلّامَةُ السِّنْدِيُّ الحنفي رحمه الله تعالى فِي حاشيته "شَرْحُ سُنَنِ ابْنِ مَاجَه":*

(بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ) أَيْ فَيَنْبَغِي لِلْوَلَدِ أَنْ يَسْتَغْفِر لِلْوَالِدَيْنِ. انْتَهَى كَلَامُهُ رَحِمَهُ الله. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ، رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
[انظر كتاب حاشية السندي على سنن ابن ماجه : ج ٢ ص ٣٨٩ / كتاب الأدب / باب بر الوالدين / للإمام محمد بن عبد الهادي التتوي، أبو الحسن، نور الدين السندي الحنفي (المتوفى: ١١٣٨ هـ) / الناشر: دار الجيل - بيروت، بدون السنة].

Imam Al Sindiy rahimahullaah dalam Syarhu Ibnu Majah mengatakan :

Maksud sabda Nabi (بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ) artinya adalah seyogyanya bagi anak itu memohonkan ampunan kepada kedua orang tuanya.
[Lihat Kitab Hasyiyyah  As Sindiy 'Ala Sunan Ibni Majah : juz 2 hal 389 / Kitabu Al Adabi / Babu Birri Al Walidaini / Karya Al 'Alamah Nuruddin As Sindiy Al Hanafiy / Daar Al Jiil - Beirut - Tnp. Tahun].


*📂✒️• قال العدوي رحمه الله تعالى في حاشيته على كفاية الطالب الرباني:*

وَالظَّاهِرُ أَنَّ ذَلِكَ يَجِبُ مَرَّةً فِي الْعُمْرِ كَالشَّهَادَتَيْنِ وَالصَّلَاةِ عَلَى النَّبِيِّ –ﷺ💞– وَالْحَمْدِ لِلَّهِ، وَهَلْ لَا بُدَّ فِي الْخُرُوجِ مِنْ عُهْدَةِ ذَلِكَ مِنْ النِّيَّةِ أَوْ يَكْفِي الْإِتْيَانُ بِهِ وَإِنْ لَمْ يَنْوِهِ؟ ...

فَإِنْ تَرَكَ ذَلِكَ فَهُوَ عَاصٍ وَإِيمَانُهُ صَحِيحٌ اهـ.
[انظر كتاب حاشية العدوي على كفاية الطالب الرباني : ج ١ ص ١٢٣ / بَابُ مَا تَنْطِقُ بِهِ الأَلْسِنَةُ وَتَعْتَقِدُهُ الأَفْئِدَةُ  / التنبيه الثاني: الإيمان والإسلام واحد / للإمام أبو الحسن, علي بن أحمد بن مكرم الصعيدي العدوي (نسبة إلى بني عدي، بالقرب من منفلوط) (المتوفى: ١١٨٩ هـ) / الناشر: دار الفكر - بيروت - تاريخ النشر: ١٤١٤ هـ  = ١٩٩٤ مـ].

Dan lahiriyahnya bahwa semua itu (membacakan istighfar kepada pendahulu yang sudah meninggal) hukumnya wajib melakukan sekali dalam seumur hidup, seperti membaca 2 kalimah syahadah dan shalawat atas Nabi –ﷺ💞– dan membaca tahmid (Alhamdulillah), Apakah penting untuk keluar dari perjanjian dengan itu karena niat, atau apakah cukup untuk mematuhinya walaupun jika dia tidak menginginkannya? ...

Apabila sampai ia meninggalkan semua itu (sekedar mengucapkan tanpa niat) dia adalah orang yang melakukan maksiat dan meski  imannya benar. Selesai.
[Lihat Kitab Hasyiyyah Al 'Adawiy 'Ala Kifayati Ath Thalib Ar Rabbaniy : juz 1 hal 123 / Babu Ma Tantiqu Bihi Al Alsinatu Wa Ta'taquduhu Al Af'idatu / At Tanbihu Ats Tsaniy : Al Islamu Wa Al Iimanu Wahidun / Karya Imam Abul Hasan Al 'Adawiy / Daar Al Fikri - Beirut , Th. 1414 H = 1994 M].


*🌴🎙️•وقال النفراوي المالكي رحمه الله تعالى في الفواكه الدواني:*

(وَ) مِنْ الْفَرَائِضِ (عَلَى الْمُؤْمِنِ) الْمُكَلَّفِ (أَنْ يَسْتَغْفِرَ لِأَبَوَيْهِ الْمُؤْمِنَيْنِ) أَيْ يَطْلُبَ مِنْ رَبِّهِ الْمَغْفِرَةَ لَهُمَا امْتِثَالًا لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَقُلْ رَبِّي ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا} [سورة الإسراء: ٠١٧/ ٢٤] وَفِي كَلَامِ الْمُصَنِّفِ إشَارَةٌ إلَى أَنَّ الْمَيِّتَ يَنْتَفِعُ بِالدُّعَاءِ لَهُ وَهُوَ كَذَلِكَ، وَعَلَيْهِ إجْمَاعُ الْمُسْلِمِينَ،
[انظر كتاب الفواكه الدواني على رسالة ابن أبي زيد القيرواني : ج ٢ ص ٢٩١ / باب جُمَلٍ من الفرائض والسنن الواجبة والرغائب  / الاستغفار للوالدين / للإمام أحمد بن غانم (أو غنيم) بن سالم ابن مهنا، شهاب الدين النفراوي الأزهري المالكي (المتوفى: ١١٢٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - تاريخ النشر: ١٤١٥ هـ = ١٩٩٥مـ].

Dan termasuk kewajiban - kewajiban atas orang beriman yang mukallaf (sudah diperintahkan menjalankan kewajiban) adalah memintakan ampunan bagi kedua orangtuanya yang keduanya beriman, artinya ia harus memohon ampunan kepada Tuhannya untuk kedua orangtuanya, dengan doa yang menyerupai  firman Allah Ta'ala : Wa Qul Rabbirhamhuma Kama Rabbayaniy Shaghira | Dan ucapkanlah: \'Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil\'." (QS Al Isra: 017/ 24)

Dan didalam ungkapan mushannif/pengarang memberikan isyarat bahwasannya mayyit mendapatkan manfa'at dengan doa yang ditujukan kepadanya, dan ia (yang mengirim) begitu juga, dan atasnya (ungkapan tersebut) berdasarkan  kesepakatan kaum muslimin.
[Lihat Kitab Al Fawakihu Ad Dawani 'Ala Risalati Ibnu Abi Zaid Al Qairawaniy : juz 2 hal 391 / Babu Jumalin Min Al Fara'idhi Wa As Sunani Al Wajibati Wa Ar Ragha'ibi / Al Istighfaru Lilwalidaini / Karya Imam Ahmad bin Ghanim An Nafrawiy Al Malikiy / Daar Al Fikri - Th. 1415 H = 1995 M].

*f6)• ✒️ Mensedekahkan Harta Peninggalan Orang Tua Agar Menjadi Jaminan Penghapus Dosa Bagi Mereka.*

📂Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ يَعْنِي ابْنَ جَعْفَرٍ قَالَ أَخْبَرَنِي الْعَلَاءُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ –ﷺ💞–:

إِنَّ أَبِي مَاتَ وَتَرَكَ مَالًا وَلَمْ يُوصِ فَهَلْ يُكَفِّرُ عَنْهُ أَنْ أَتَصَدَّقَ عَنْهُ ؟، فَقَالَ :

*_«نَعَمْ»_*.
{رواه احمد /  مسند المكثرين من الصحابة / مسند أبي هريرة رضي الله عنه / رقم الحديث : ٨٨٤١].

Telah menceritakan kepada kami : Sulaiman bin Dawud, beliau berkata : Telah menceritakan kepada kami : Isma'il (yaitu Ibnu Ja'far). Dari Al 'Alaa'. Dari Bapaknya. Dari Abu Hurairah radliyyAllahu 'anhu, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi –ﷺ💞– :

"Ayahku telah meninggal dunia dan meninggalkan harta, namun dia tidak memberi wasiat terhadap harta yang ditinggalkannya, dapatkah harta itu menghapus dosa-dosanya jika harta tersebut saya sedekahkan atas namanya?"

Beliau menjawab:

*_"Ya."_*
[HR. Ahmad / Musnad Al Muktsirin Min Ash Shahabati / Musnad Abi Hurairah Radhiyallahu 'Anhu / No. 8841].

📁 Hadits yang senada :

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَبِي مَاتَ وَتَرَكَ مَالًا وَلَمْ يُوصِ فَهَلْ يُكَفِّرُ عَنْهُ أَنْ أَتَصَدَّقَ عَنْهُ قَالَ نَعَمْ.
[رواه مسلم / (٢٥) - كتاب الوصية / (٢) - باب وصول ثواب الصدقات إلى الميت / رقم الحديث : 3081].

Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa'id dan Ali bin Hujr mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami : Isma'il -yaitu Ibnu Ja'far- dari Al 'Ala'. Dari Ayahnya. Dari Abu Hurairah radliyyAllahu 'anhu, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi –ﷺ💞– :

"Ayahku telah meninggal dunia dan meninggalkan harta, namun dia tidak memberi wasiat terhadap harta yang ditinggalkannya, dapatkah harta itu menghapus dosa-dosanya jika harta tersebut saya sedekahkan atas namanya?"

Beliau menjawab:

*_"Ya."_*
[HR. Muslim / (25)- Kitabu Al Washiyyati / (2)- Babu Wushuli Tsawabi Ash Shadaqati Ila Al Mayyiti / No. Hadits : 3081].

مسلم / (٢٥) - كتاب الوصية / (٢) - باب وصول ثواب الصدقات إلى الميت / رقم الحديث : 3081].

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدُ بْنُ الْفَضْلِ الْخَرَقِيُّ ، أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ الطَّيْسَفُونِيُّ ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ الْجَوْهَرِيُّ ، أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيٍّ الْكُشْمِيهَنِيُّ ، أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ ، أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ ، أَخْبَرَنَا الْعَلاءُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ –ﷺ💞– :

*_"إِنَّ أَبِي مَاتَ وَتَرَكَ مَالًا ، وَلَمْ يُوصِ ، فَهَلْ يُكَفِّرُ عَنْهُ أَنْ أَتَصَدَّقَ عَنْهُ ؟"*,

 قَالَ :

*_" نَعَمْ "_*.

هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ ، أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ ، عَنِ ابْنِ حُجْرٍ ، وَغَيْرِهِ .
[رواه النسائي في الكبرى برقم : 6250. وابن ماجة برقم : 2708. والبيهقي في الكبرى : 6/ 278، برقم : 11701. والخطيب : 3/ 586، برقم : 753. والبغوي في شرح السنة واللفظ له / كِتَابُ الزَّكَاةِ / بَابُ الصَّدَقَةِ عَنِ الْميت / رقم الحديث: 1690].

Telah mengabarkan kepada kami : Abu Abdullah Muhammad bin Al Fadlol Al Kharafiyyu. Telah mengabarkan kepada kami : Abu Al Hasan Al Thoisafuniyyu. Telah mengabarkan kepada kami : Abdullah bin 'Umar Al Jauhariyyu. Telah mengabarkan kepada kami : Ahmad bin Aliy Al Kusymiihaniyyu. Telah mengabarkan kepada kami : Aliy bin Hujrin. Telah mengabarkan kepada kami : Isma'il bin Ja'far. Telah mengabarkan kepada kami : Al 'Alaa' bin 'Abdirrahman. Dari Bapaknya. Dari Abu Hurairah radliyyAllahu 'anhu, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi –ﷺ💞– :

"Ayahku telah meninggal dunia dan meninggalkan harta, namun dia tidak memberi wasiat terhadap harta yang ditinggalkannya, dapatkah harta itu menghapus dosa-dosanya jika harta tersebut saya sedekahkan atas namanya?"

Beliau menjawab:

*_"Ya."_*

Hadits ini HADITS SHAHIH, Imam Muslim mengeluarkannya dari Ibnu Hujrin dan yang lainnya.
[HR. Nasa'i Dalam Al Kubra no. 6250. Ibnu Majah no. 2708. Baihaqiy Dalam Al Kubra : 6/ 278، no. 11701. Khathib : 3/ 586، no. 753. Teks hadits riwayat Baghawiy Dalam  Syarhu Al Sunnah / Kitabu Az Zakati / Babu Ash Shadaqati 'An Al Mayyiti / No. Hadits : 1690].


📚 Hadits yang senada selanjutnya :

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا : أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ –ﷺ💞– : إِنَّ أُمِّي افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا وَأُرَاهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ أَفَأَتَصَدَّقُ عَنْهَا؟,

قَالَ :

*_«نَعَمْ تَصَدَّقْ عَنْهَا»_*.
[رواه مالك في الموطأ برقم : 1427. والشافعي في السنن المأثورة رواية المزاني، برقم : 485. واحمد برقم : 23696. والبخاري واللفظ له، برقم : 1305/ 2554 / 2567. ومسلم برقم : 1678، 3090، 3091. وأبو داود برقم : 2498. والنسائي برقم : 3608، وفي الكبرى برقم : 6247. وابن ماجه برقم : 2709. وابن حبان برقم : 3435. والبيهقي في الصغير برقم : 1050، وفي الكبرى : 4/ 61، برقم : 6567، 11696، 11697. وابن حزيمة برقم : 2334. وابن أبي شيبة : 2/ 260، برقم : 11834. والطبراني في الأوسط برقم : 719. وأبي نعيم برقم : 2051. وأبو عوانة برقم : 4614. واسحاق بن راهوية برقم : 650].

Telah bercerita kepada kami : Isma'il berkata : Telah bercerita kepadaku : Malik. Dari Hisyam bin 'Urwah. Dari Bapaknya. Dari 'Aisyah radliyyAllahu 'anha : Bahwasannya ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Nabi –ﷺ💞–: "Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia secara mendadak dan aku menduga seandainya dia sempat berbicara dia akan bershadaqah. Apakah aku boleh bershadaqah atas namanya?"

Beliau menjawab:

*_"Ya bershodaqolah atasnya"._*
[HR. Malik dlm Al Muwatho' no. 1427. Syafi'i dlam Al Sunan Al Ma'tsurah Riwayat Al Muzaniy no. 485. Ahmad no. 23696. Teks hadits riwayat Bukhariy no. 1305/ 2554 / 2567. Muslim no. 1678، 3090، 3091. Abu Dawud no. 2498. Nasa'i no. 3608، dlm Al Kubra no. 6247. Ibnu Majah no. 2709. Ibnu Hibban no. 3435. Baihaqiy dllm Al Shoghir no. 1050، dlm Al Kubra : 4/ 61، no. 6567، 11696، 11697. Ibnu Huzaimah no. 2334. Ibnu Syaibah : 2/ 260، no. 11834. Thabaraniy dlm Al Ausath no. 719. Abu Nu'aim no. 2051. Abu 'Awanah no. 4614. Dan Ishaq bin Rahuyah no. 650].

*f7)• 📘 Bersedekah Dengan Sebaik-baik Sedekah Untuk  Orang Tua.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا هَمَّامٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ سَعِيدٍ : أَنَّ سَعْدًا أَتَى النَّبِيَّ –ﷺ💞– فَقَالَ : أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعْجَبُ إِلَيْكَ؟ ، قَالَ :

*_«الْمَاءُ»._*

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَرْعَرَةَ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ وَالْحَسَنِ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ عَنْ النَّبِيِّ –ﷺ💞– نَحْوَهُ.
[رواه أبو داود / (٩) - كتاب الزكاة / باب في فضل سقي الماء / رقم الحديث : ١٦٧٩ و ١٦٨٠].

Telah menceritakan kepada kami :  Muhammad bin Katsir. Telah menceritakan kepada kami :  Hammam. Dari Qatadah. Dari Sa'id, sesungguhnya Sa'id mendatangi Nabi –ﷺ💞– dan bertanya : Shadaqah apa yang lebih anda sukai?

Beliau menjawab:

*_"Air!"_*

Telah berkata kepada Kami : Muhammad bin Abdurrahim. Telah berkata kepada Kami :  Muhammad bin Ararah. Dari Syu'bah. Dari Qatadah. Dari Sa'id bin Musayyib & Al Hasan. Dari Sa'd bin 'Ubadah. Dari Nabi –ﷺ💞– sama seperti itu.
[HR. Abu Dawud / (9)- Kitabu Az Zakati / Babu Fi Fadhli Suqyi Al Ma'i / No. Hadits : 1679 & 1680].


📓 Hadits senada selanjutnya :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ رَجُلٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ أَنَّهُ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمَّ سَعْدٍ مَاتَتْ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ الْمَاءُ قَالَ فَحَفَرَ بِئْرًا وَقَالَ هَذِهِ لِأُمِّ سَعْدٍ.
[رواه أبو داود / (٩) - كتاب الزكاة / باب في فضل سقي الماء / رقم الحديث : ١٦٨١].

Telah menceritakan kepada kami :  Muhammad bin Katsir. Telah menceritakan kepada kami : Israil. Dari Abi Ishaq. Dari seseorang. Dari Sa'ad bin 'Ubadah, sesungguhnya beliau bertanya : Wahai Rasulallaah, sesungguhnya Ummi Sa'ad telah meninggal, sedekah apakah yg paling utama?

Beliau bersabda:

*_"Air."_*

Orang tersebut mengatakan :

Kemudian Sa'd menggali sebuah sumur & mengatakan : Ini adalah untuk Ummu Sa'ad.
[HR. Abu Dawud / (9)- Kitabu Az Zakati / Babu Fi Fadhli Suqyi Al Ma'i / No. Hadits : 1681].


📕 Hadits yang senada selanjutnya :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بْنِ إِشْكَابَ حَدَّثَنَا أَبُو بَدْرٍ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الَّذِي كَانَ يَنْزِلُ فِي بَنِي دَالَانَ عَنْ نُبَيْحٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أَيُّمَا مُسْلِمٍ كَسَا مُسْلِمًا ثَوْبًا عَلَى عُرْيٍ كَسَاهُ اللَّهُ مِنْ خُضْرِ الْجَنَّةِ وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ أَطْعَمَ مُسْلِمًا عَلَى جُوعٍ أَطْعَمَهُ اللَّهُ مِنْ ثِمَارِ الْجَنَّةِ وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ سَقَى مُسْلِمًا عَلَى ظَمَإٍ سَقَاهُ اللَّهُ مِنْ الرَّحِيقِ الْمَخْتُومِ.
[رواه أبو داود / (٩) - كتاب الزكاة / باب في فضل سقي الماء / رقم الحديث : ١٦٨٢].

Telah menceritakan kepada kami : Ali bin Al Husain bin Ibrahim bin Isykaba. Telah menceritakan kepada kami : Abu Badrin. Telah menceritakan kepada kami : Abu Khalid yaitu orang yang menetap di Bani Daalan. Dari Nubaih. Dari Abi Sa'id Al Khudriy. Dari Nabi –ﷺ💞–, beliau telah bersabda :

*_"Siapapun seorang muslim yang  memakaikan pakaian kepada muslim yang  lainnya karena ia tak berpakaian maka Allah akan memakaikan kepadanya pakaian dari pakaian yg hijau di Surga, & siapapun seorang muslim yang memberikan makan kepada muslim lainnya yang dalam keadaan lapar maka Allah memberinya makanan dari buah-buahan di Surga, & siapapun seorang muslim yang memberi minum muslim lainnya yang dalam keadaan haus maka Allah akan memberinya minum dari Ar Rahiq Al Makhtum (arak Surga).
[HR. Abu Dawud / (9)- Kitabu Az Zakati / Babu Fi Fadhli Suqyi Al Ma'i / No. Hadits : 1682].

*f8)• 🌹 Berbuat Baik Kepada Orang Tua, Dan Mensedekahi Mereka Ketika Mau Berikrar Tauhid.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ ، أَخْبَرَنَا حَجَّاجٌ ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّه :  أَنَّ الْعَاصَ بْنَ وَائِلٍ نَذَرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ أَنْ يَنْحَرَ مِائَةَ بَدَنَةٍ ، وَأَنَّ هِشَامَ بْنَ العاص نَحَرَ حِصَّتَهُ ، خَمْسِينَ بَدَنَةً ، وَأَنَّ عَمْرًا سَأَلَ النَّبِيَّ –ﷺ💞– عَنْ ذَلِكَ ؟

فَقَالَ :

*_«أَمَّا أَبُوكَ ، فَلَوْ كَانَ أَقَرَّ بِالتَّوْحِيدِ ، فَصُمْتَ ، وَتَصَدَّقْتَ عَنْهُ ، نَفَعَهُ ذَلِكَ»_* .
[رواه احمد في  مسنده  / مُسْنَدُ الْعَشَرَةِ الْمُبَشَّرِينَ بِالْجَنَّةِ ... / مُسْنَدُ المُكْثِرِينَ مِنَ الصَّحَابَةِ / رقم الحديث : ٦٤١٧].

Telah menceritakan kepada kami : Husyaim. Telah mengkhabarkan kepada kami : Hajjaj. Telah menceritakan kepada kami : 'Amru bin Syu'aib. Dari Bapaknya. Dari kakeknya, ia berkata; Bahwa pada masa Jahiliyah Al 'Ash bin Wa`il bernadzar untuk menyembelih seratus ekor unta, dan Hisyam bin Al 'Ash menyembelih bagiannya sebanyak lima puluh ekor unta, dan sesungguhnya 'Amru bertanya kepada Nabi –ﷺ💞– mengenai hal itu, lalu beliau pun bersabda:

*_"Adapun bapakmu, seandainya dia mau mengikrarkan tauhid lalu kamu berpuasa dan bersedekah untuknya, niscaya itu akan bermanfa'at baginya."_*
[HR. Ahmad / Musnad Al 'Asyrah Al Mubasysyiriina Biljannati ... / Musnad Al Muktsirin Min Ash Shahabati / No. Hadits : 6417. HADITS  HASAN].

*f9). 📂 Mau Menebus Hutang Puasa Orang Tua.*

🌴Hal ini berdasarkan riwayat hadits :  
    
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو ، حَدَّثَنَا زَائِدَةُ ، عَنِ الْأَعْمَشِ ، عَنْ مُسْلِمٍ الْبَطِينِ ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : " جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ –ﷺ💞– ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرٍ ، أَفَأَقْضِيهِ عَنْهَا ؟ ،

قَالَ : *_«نَعَمْ»_*،

قَالَ : *_«فَدَيْنُ اللَّهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى»_*،

قَالَ سُلَيْمَانُ : فَقَالَ الْحَكَمُ وَسَلَمَةُ وَنَحْنُ جَمِيعًا جُلُوسٌ ، حِينَ حَدَّثَ مُسْلِمٌ بِهَذَا الْحَدِيثِ ، قَالَا : سَمِعْنَا مُجَاهِدًا يَذْكُرُ هَذَا عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، وَيُذْكَرُ عَنْ أَبِي خَالِدٍ ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ ، عَنِ الْحَكَمِ ، وَمُسْلِمٍ الْبَطِينِ ، وَسَلَمَةِ بْنِ كُهَيْلٍ ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ ، وَعَطَاءٍ ، وَمُجَاهِدٍ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَتِ امْرَأَةٌ لِلنَّبِيِّ –ﷺ💞– : إِنَّ أُخْتِي مَاتَتْ ، وَقَالَ يَحْيَى ، وَأَبُو مُعَاوِيَةَ ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ ، عَنْ مُسْلِمٍ ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَتِ امْرَأَةٌ لِلنَّبِيِّ –ﷺ💞– : إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ ، وَقَالَ عُبَيْدُ اللَّهِ ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَبِي أُنَيْسَةَ ، عَنِ الْحَكَمِ ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَتِ امْرَأَةٌ لِلنَّبِيِّ –ﷺ💞– : إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمُ نَذْرٍ ، وَقَالَ أَبُو حَرِيزٍ ، حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَتِ امْرَأَةٌ لِلنَّبِيِّ –ﷺ💞– : مَاتَتْ أُمِّي وَعَلَيْهَا صَوْمُ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا .
[رواه احمد برقم : 1791، 1896. والبخاري واللفظ له / كتاب الْصَوْمِ / بَاب : مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صَوْمٌ، رقم الحديث: ١٩٥٣. والترمذي برقم : 649. والنسائي في الكبرى برقم : 2867، 4226. وابن ماجه برقم : 1748. وابن حبان برقم : 3612، 3652. والبيهقي في الكبرى : 4/ 254، برقم : 7599-7605. والدارقطني برقم : 2057. والبزار برقم : 573، 734، 819. والدارمي برقم : 1791، 1896. وابن حزيمة برقم : 1848، 1925. والطبراني في الأوسط برقم : 1818، وفي الكبير برقم : 12168. وأبو نعيم في المسند المستخرج، برقم : 2367-2369. والخطيب في موضع أوهام الجمع : 2/ 458، برقم : 1660. والطوسي في مختصر الأحكام المستخرج على جامع الترمذي، برقم : 590. والطيالسي برقم : 2724. والطحاوي في أحكام القرآن برقم : 605-607. وابن عبد البر في الاستدكار برقم : 347. وابن حجر العسقلاني في الاتحاف برقم : 7782، 8468].

Telah menceritakan kepada kami :  Muhammad bin 'Abdur Rahim. Telah menceritakan kepada kami : Mu'awiyah bin 'Amru. Telah menceritakan kepada kami : Za'idah. Dari Al A'masy. Dari Muslim Al Bathin. Dari Sa'id bin Jubair. Dari Ibnu 'Abbas radliyyAllahu 'anhuma berkata;

"Datang seorang laki-laki kepada Nabi –ﷺ💞– lalu berkata:

"Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meningal dunia dan dia mempunyai kewajiban (hutang) puasa selama sebulan, apakah aku boleh menunaikannya?".

Beliau –ﷺ💞– bersabda : *_"Ya",_*

Beliau melanjutkan:

*_"Hutang kepada Allah lebih berhaq untuk dibayar"._*

Sulaiman berkata : Al Hakam dan Salamah berkata; Ketika kami sedang duduk bersama, Muslim menceritakan tentang hadits ini, keduanya berkata; Kami mendengar Mujahid menyebutkan masalah ini dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma. Dan disebutkan pula dari Abu Khalid, telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Al Hakam dan Muslim Al Bathin dan Salamah bin Kuhail dari Sa'id bin Jubair dan 'Atho' dan Mujahid dari Ibnu 'Abbas radliyyAllahu 'anhuma; seorang wanita berkata kepada Nabi –ﷺ💞–:

"Sesungguhnya saudara perempuanku telah meninggal dunia".

Dan Yahya dan Abu Mu'awiyah berkata, telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Muslim dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas radliyyAllahu 'anhuma; seorang wanita berkata kepada Nabi –ﷺ💞–:

"Sesungguhnya ibuku telah meningal dunia".

Dan 'Ubaidullah berkata; dari Zaid bin Abi Unaisah dari Al Hakam dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas; seorang wanita berkata kepada Rasulullah –ﷺ💞–;

"sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, dan dia mempunyai tanggungan puasa nadzar."

Dan Abu Hariz berkata, telah menceritakan kepada kami 'Ikrimah dari Ibnu 'Abbas radliyyAllahu 'anhuma: seorang wanita berkata kepada Nabi –ﷺ💞–;

"sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, dan dia memiliki hutang puasa selama lima belas hari".
[HR. Ahmad no. 1791، 1896. Teks Hadits Riwayat Bukhariy / (30) - Kitabu Ash Shaumi / Babu Man Mata Wa 'Alaihi Shaumun / No. Hadits : 1953. Dan  Tirmidzi no. 649. Nasa'i dlm Al Kubra no. 2867، 4226. Ibnu Majah no. 1748. Ibnu Hibban no. 3612، 3652. Baihaqiy : 4/ 254، no. 7599-7605. Daruquthniy no. 2057. Bazzar no. 573، 734، 819. Darimiy no. 1791، 1896. Ibnu Huzaimah no. 1848، 1925. Thabaraniy dlm Al Ausath no. 1818، dlm Al Kabir no. 12168. Abu Nu'aim dlm Al Musnad Al Mustakhrij no. 2367-2369. Khathib dlm Mudlu'u Auhaam Al Jam'i : 2/ 458، no. 1660.Al Thusiy dlm Mukhtashar Ahkam Al Mustakhrij 'ala Jami'i Al Tirmidzi no. 590. Thayalisiy no. 2724. Thahawiy dlm Ahkamu Al Al Qur'an no. 605-607. Ibnu Abdi Al Barr dlm Al Istidzkar no. 347. Dan Ibnu Hajar Al Asqalaniy dlm Al Ittihaf no. 7782، 8468].


🌹 Hadits yang senada :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُوسَى بْنِ أَعْيَنَ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي جَعْفَرٍ أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ جَعْفَرٍ حَدَّثَهُ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– قَالَ :

*_«مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ»._*

تَابَعَهُ ابْنُ وَهْبٍ عَنْ عَمْرٍو وَرَوَاهُ يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ عَنْ ابْنِ أَبِي جَعْفَرٍ.
{رواه البخاري / كتاب الصوم / باب من مات وعليه صوم / رقم الحديث : ١٨٥١]

Telah menceritakan kepada kami :  Muhammad bin Khalid. Telah menceritakan kepada kami :  Muhammad bin Musa bin A'yan. Telah menceritakan kepada kami : Bapakku. Dari 'Amru bin Al Harits. Dari 'Ubaidullah bin Abu Ja'far bahwa Muhammad bin Ja'far menceritakan kepadanya dari 'Urwah. Dari 'Aisyah radliyyAllahu 'anha bahwa Nabi –ﷺ💞– bersabda:

*_"Barang siapa meninggal dunia dan memiliki hutang puasa maka walinya (boleh) berpuasa untuknya"._*

Hadits ini dikuatkan pula oleh Ibnu Wahab dari 'Amru. Dan Yahya bin Ayyub meriwayatkannya dari Ibnu Abu Ja'far.
[HR. Bukhariy / Kitabu Al Shaumi / Babu Man Mata Wa 'Alaihi Shaumun / No. Hadits : 1851].


📂 Hadits yang senada :

و حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ وَأَحْمَدُ بْنُ عِيسَى قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي جَعْفَرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ–ﷺ💞–, قَالَ :

*_«مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ»_*.
[رواه مسلم / (١٣) - كتاب الصيام / (٢٧) - باب قضاء الصيام عن الميت / رقم الحديث : ١٩٣٥].

Dan telah menceritakan kepadaku : Harun bin Sa'id Al Aili dan Ahmad bin Isa keduanya berkata :  Telah menceritakan kepada kami : Ibnu Wahb. Telah mengabarkan kepada kami : 'Amru bin Harits. Dari Ubaidullah bin Ja'far. Dari Muhammad bin Ja'far bin Zubair. Dari Urwah. Dari Aisyah radliyyAllahu 'anha; Bahwa Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:

*_"Siapa yang meninggal, sedangkan ia masih memiliki hutang puasa, maka yang membayarnya adalah walinya."_*
[HR. Muslim / (13) - Kitabu Ash Shaumi / (27) - Babu Qadhoi Ash Shiyami 'An Al Mayyiti / No. Hadits : 1935].

*f10)• 📁 Bersedia Melaksanakan Nadzar Orang Tua Yang Belum Terealisasi (Seperti Haji Dsb).*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي بِشْرٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ :  أَنَّ امْرَأَةً جَاءَتْ إِلَى النَّبِيِّ –ﷺ💞– فَقَالَتْ : إِنَّ أُمِّي نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ فَمَاتَتْ قَبْلَ أَنْ تَحُجَّ أَفَأَحُجَّ عَنْهَا؟ ,

قَالَ :

*_«نَعَمْ.  حُجِّي عَنْهَا أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ أَكُنْتِ قَاضِيَتَهُ»_*,

قَالَتْ :  نَعَمْ.  قَالَتْ نَعَمْ

فَقَالَ :  

*_«اقْضُوا اللَّهَ الَّذِي لَهُ فَإِنَّ اللَّهَ أَحَقُّ»_*.
[رواه مالك في الموطأ برقم : 991. واحمد برقم : 1820، 1823، 1929. والبخاري واللفظ له / (٩٦) - كتاب الاعتصام بالكتاب والسنة / بَاب مَنْ شَبَّهَ أَصْلًا مَعْلُومًا بِأَصْلٍ مُبَيَّنٍ قَدْ بَيَّنَ اللَّهُ حُكْمَهُمَا لِيُفْهِمَ السَّائِلَ / رقم الحديث : 1423، 1729، 1731، 2568، 4073، 5787، 6232، 6233، 6472، 6771. ومسلم برقم : 1943-1945. وأبو داود برقم : 1546، 2879، 2881. والترمذي برقم : 1464. والنسائي في الصغرى برقم : 2598-2600، وفي الكبرى برقم : 2862-2866. وابن ماجه برقم : 2899، 2902. وابن حبان برقم : 4079، 4080. وأبو عوانة في مستخرج برقم : 2303-2308. والطوسي في مختصر أحكام المستخرج، برقم : 763].

Telah menceritakan kepada kami :  Musaddad. Telah menceritakan kepada kami : Abu 'Awanah. Dari Abu Bisyr. Dari Sa'id bin Jubair. Dari Ibn Abbas, bahwa seorang wanita menemui Nabi –ﷺ💞– dan berujar :  

"Ibuku bernadzar untuk haji, hanya terburu meninggal dunia, bolehkah aku menggantikan hajinya?"

Nabi –ﷺ💞– menjawab:

*_"Silahkan, berhajilah engkau untuk menggantikannya, bukankah engkau sependapat sekiranya ibumu mempunyai hutang, bukankah engkau yang melunasi?"_*

Wanita itu menjawab :  "Ya."

Lantas Nabi bersabda :

*_"Penuhilah hutang Allah, sebab Allah lebih berhak untuk dilunasi hutangnya."_*
[HR. Malik dlm Al Muwatho' no.  991. Ahmad no. 1820، 1823، 1929. Teks Hadits Riwayat Bukhariy / (96) - Kitabu Al I'tishami Bi Al Kitabi Wa As Sunnati / Babu Man Syabbaha Ashlan Ma'luman Biashlin Mubayyanin Qad Bayyanallaahu Hukmahuma Liyufhima As Saa'ila / No.  1423، 1729، 1731، 2568، 4073، 5787، 6232، 6233، 6472، 6771. Dan Muslim no. 1943-1945. Dan Abu Dawud no.  1546، 2879، 2881. Dan Tirmidzi no. 1464. Dan  Nasa'i dlm Al Sughra no. 2598-2600، dlm Al Kubra no.  2862-2866. Dan Ibnu Majah no.  2899، 2902. Dan Ibnu Hibban no.  4079، 4080. Abu 'Awanah dlm Mustakhrij no. 2303-2308. Dan Ath Thusiy dlm Mukhtashor Ahkami Al Mustakhrij no. 763].

*f11)• 📁 Mau Melunasi Hutang Orang Tua Atau Saudaranya*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ أَبُو جَعْفَرٍ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ سَعْدِ بْنِ الْأَطْوَلِ :

أَنَّ أَخَاهُ مَاتَ وَتَرْكَ ثَلَاثَ مِائَةِ دِرْهَمٍ وَتَرَكَ عِيَالًا فَأَرَدْتُ أَنْ أُنْفِقَهَا عَلَى عِيَالِهِ ؟,

فَقَالَ النَّبِيُّ –ﷺ💞–:

*_«إِنَّ أَخَاكَ مَحْبُوسٌ بِدَيْنِهِ فَاقْضِ عَنْهُ»_*,

فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَدْ أَدَّيْتُ عَنْهُ إِلَّا دِينَارَيْنِ ادَّعَتْهُمَا امْرَأَةٌ وَلَيْسَ لَهَا بَيِّنَةٌ ، قَالَ :

*_«فَأَعْطِهَا فَإِنَّهَا مُحِقَّةٌ»_*

حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنِ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ –ﷺ💞– بِمِثْلِهِ
[رواه احمد في مسنده واللفظ له / مسند البصريين / بقية حديث سعد بن الأطول / رقم الحديث : ٢٠٠٧٦. والبخاري في التاريخ الكبرى، برقم : 668. وابن ماجه برقم : 2424 أو 2426. وابن حبان برقم : 55. والطبراني في الكبرى، برقم : 5327. وأبو يعلى برقم : 1501. وأبو نعيم برقم : 2931. وابن أبي شيبة برقم : 620. وابن عبد البر في التمهيد : 23/ 236، برقم : 4239. والبصيري في اتحاف الخيرة المهرة، برقم : 2070}

Telah menceritakan kepada kami : 'Affan. Telah menceritakan kepada kami :  Hammad bin Salamah. Telah mengabarkan kepada kami : 'Abdul Malik Abu Ja'far. Dari Abu Nadhrah. Dari Sa'id bin Al Athwal :  

Bahwa saudara laki-lakinya telah meninggal dunia dengan meninggalkan tiga ratus dirham dan keluarga (anak dan isteri). Maka aku ingin mensedekahkannya kepada keluarganya, Nabi –ﷺ💞– bersabda:

*_"Sesungguhnya saudara lelakimu tertahan karena hutangnya, maka bayarlah hutangnya."_*

Lalu aku berkata; "Wahai Rasululah, aku telah melunasinya, kecuali dua dinar yang diklaim oleh seorang wanita sementara ia tidak memiliki bukti yang jelas."

Beliau bersabda:

*_"Bayarkanlah kepada wanita itu, karena ia lebih berhak."_*

Telah menceritakan kepada kami : 'Affan. Telah menceritakan kepada kami : Hammad bin Salamah. Dari Al Jurairi. Dari Abu Nadhrah. Dari [seorang] sahabat Nabi –ﷺ💞– seperti hadits di atas.
[HR. Ahmad / Musnad Al Bashriyyiin / Baqiyyatu Hadits Sa'd Bin Al Athwal / No. Hadits : 20076. Dan  Bukhariy Dalam Al Tarikh Al Kabir no. 668. Dan Ibnu Majah no.  2424 / 2426. Dan Ibnu Hibban no.  55. Dan Thabaraniy dlm Al Kubra no. 5327. Abu Ya'la no. 1501. Abu Nu'aim no.  2931. Ibnu Abi Syaibah no.  620. Ibnu Abdil Bar dlm Al Tamhid : 23/ 236، no.  4239. Dan Al Bushoiriy dlm Ittihaf Al Khoirah Al Mahrah no.  2070}

*f12)• 📕 Tidak Bersikap Acuh Tak Acuh Kepada Orang Tua Setelah Kematian Mereka Dalam Segala Urusan.*

📘Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ ، أَخْبَرَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ الأَصَمُّ ، أَخْبَرَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ ، أَخْبَرَنِي أَبِي ، أَخْبَرَنَا الأَوْزَاعِيُّ ، قَالَ :

*" بَلَغَنِي أَنَّ مَنْ عَقَّ وَالِدَيْهِ فِي حَيَاتِهِمَا ، ثُمَّ قَضَى دَيْنًا إِنْ كَانَ عَلَيْهِمَا ، وَاسْتَغْفَرَ لَهُمَا وَلَمْ يسْتَسِبَّ لَهُمَا كُتِبَ بَارًّا ، وَمَنْ بَرَّ وَالِدَيْهِ فِي حَيَاتِهِمَا ، ثُمَّ لَمْ يَقْضِ دَيْنًا إِذَا كَانَ عَلَيْهِمَا ، وَلَمْ يَسْتَغْفِرْ لَهُمَا ، واسْتَسَبَّ لَهُمَا كُتِبَ عَاقًّا "* .
[رواه البيهقي في شعب الإيمان / (٥٥) - بر الوالدين / فصل في حفظ حق الوالدين بعد موتهما / رقم الحديث: 7410]

Telah mengabarkan kepada kami : Abu Abdillah Al Hafidz. Telah mengabarkan kepada kami : Abu Al 'Abbas Al Ashom. Telah mengabarkan kepada kami : Al 'Abbas bin Al Walid. Telah mengabarkan kepadaku : Bapakku. Telah mengabarkan kepada kami : Al Auza'iy, beliau mengatakan : Telah sampai kepadaku :  

*Sesungguhnya orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, semasa hidup mereka, kemudian dia membayar hutang kedua orang tuanya jikalau keduanya mempunyai hutang, dan mau memintakan ampunan bagi kedua orang tuanya, dan tidak mencaci maki kedua orang tuanya,  maka dia terhitung orang yang berbakti. Dan barang siapa berbakti kepada orang tua semasa hidup mereka, kemudian dia  tidak mau membayar hutang orang tuanya, jikalau keduanya mempunyai hutang, dan tidak mau memintakan ampunan bagi keduanya, dan malah mau mencaci maki keduanya, maka dia terhitung orang yang durhaka kepada orang tua."*
[HR. Baihaqiy Dalam Syu'abu Al Iman / (55) - Birru Al Walidaini / Fashlun : Fi Hifdzi Haqqi Al Walidaini Ba'da Mautihima / No. Hadits : 7410].


📓 Hadits Iman❤️ senada selanjutnya :
 
روى عنه علي بن محمد الحنائي ، قَرَأْتُ بِخَطِّ أَبِي الْحَسَنِ الْحِنَّائِيِّ ، أخبرنا أَبُو مُحَمَّدٍ وَثِيقُ بْنُ أَحْمَدَ السُّلَمِيُّ ، أخبرنا عَلِيُّ بْنُ يَعْقُوبَ بْنِ أَبِي الْعَقِبِ ، عَنْ رَجُلٍ ذَهَبَ عَنِّي اسْمُهُ أَظُنُّهُ حَاجِبَ بْنَ أَرْكِينَ الْفَرْغَانِيُّ ، أخبرنا الْفَضْلُ بْنُ الْعَبَّاسِ بْنِ عُمَيْرَةَ ، أخبرنا ثَابِتُ بْنُ مُحَمَّدٍ ، أخبرنا الْمُعَلَّى بْنُ ثَابِتِ بْنِ خَالِدٍ الْفَزَارِيُّ ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ نُعَيْمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْمُجْمِرُ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ـ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– :

*_«مَنْ قَضَى دَيْنَ وَالِدَيْهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا ، وَأَوْفَى نَذْرَهُمَا وَلَمْ يَسْتَسِبَّ لَهُمَا فَقَدْ بَرَّهُمَا ، وَإِنْ كَانَ عَاقًّا بِهِمَا ، وَمَنْ لَمْ يَقْضِ دَيْنَهُمَا ، وَلَمْ يُوَفِّ نَذْرَهُمَا ، وَاسْتََبَّ لَهُمَا ، فَقَدْ عَقَّهُمَا ، وَإِنْ كَانَ بِهِمَا بَارًّا فِي حَيَاتِهِمَا»_*.
[رواه ابن عساكر في تاريخ دمشق، واللفظ له / حرف الواو / وجيه بن عبد الله بن مسعر أبو المقدم التنوخي المعري / رقم الحديث: 68185. والشجري الجرجاني في الآمالي الخميسية، برقم : 1403].

Telah meriwayatkan darinya 'Aliy bin Muhammad Al Hina'iy. Aku membaca dengan tulisan Abi Al Hasan Al Hina'iy. Telah mengabarkan kepada kami : Abu Muhammad Watsiq bin Ahmad Al Sulamiy. Telah mengabarkan kepada kami : Aliy bin Ya'qub bin Abi Al 'Aqibiy. Dari seorang laki-laki yang pergi menjauhiku, aku mengira namanya adalah : Hajib bin Arkiin Al Far'aaniyyu. Telah mengabarkan kepada kami : Al Fadlu bin Al 'Abbas bin 'Umairata. Telah mengabarkan kepada kami : Tsabit bin Muhammad. Telah mengabarkan kepada kami : Al Mu'ala bin Tsabit bin Khalid Al Fazariyyu. Telah mengabarkan kepadaku : Muhammad bin Nu'aim bin Abdillah Al Mujmiru. Dari Bapaknya. Dari Abi Hurairah radliyyAllaahu 'anhu, beliau berkata : Rasulullah –ﷺ💞– telah bersabda :

*_"Barang siapa melunasi hutang kedua orang tuanya setelah kematian mereka, dan melaksanakan nadzar kedua orang tuanya, serta tidak mencaci maki kedua orang tuanya, maka dia telah dihitung menjadi orang yang berbakti kepada orang tua, walaupun (semasa hidup kedua orang tuanya) dia durhaka kepada mereka. Dan barang siapa tidak mau melunasi hutang kedua orang tuanya setelah kematian mereka, dan tidak mau melaksanakan nazdar mereka, serta dia berani mencaci maki kedua orang tuanya, maka dia tergolong orang yang durhaka kepada orang tuanya, walaupun semasa hidup orang tuanya dia berbakti kepada keduanya."_*  
[HR. Ibnu 'Asakir Dalam Kitabbya Tarikh Damsyiq Teks Hadits Riwayatnya / Harfu Al Wawi / Wajih Bin 'Abdillah Bin Mis'ar Abu Al Muqaddam At Tanukhiy Al Ma'riy / No. Hadits : 68185. Dan Al Syajari Al Jurjaniy dlm Al Amaliy Al Khamisiyyah, no. 1403}

*f13)• 📒 Memohon Maaf Kepada Kedua Orang Tua Setelah Mereka Meninggal, Jikalau Dimasa Hidupnya Belum Sempat Atau Enggan Melakukannya.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيُّ ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ الْحُسَيْنِ بْنِ مَنْصُورٍ ، أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ خَالِدٍ الْبَراثِيُّ . وَأَخْبَرَنَا أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَلِيِّ بْنِ أَحْمَدَ الْمُعَاذِيُّ ، أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ الْعَبَّاسِ بْنِ الْوَلِيدِ بْنِ مُسْلِمٍ الْبَزَّارُ ، أَخْبَرَنَا أَبُو الْحَسَنِ أَحْمَدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ إِسْحَاقَ الصُّوفِيُّ ، قَالا : أَخْبَرَنَا الرَّبِيعُ بْنُ ثَعْلَبَةَ ، أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ عُقْبَةَ بْنِ أَبِي الْعَيْزَارِ ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُحَادَةَ ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– :

*_«إِنَّ الْعَبْدَ لَيَمُوتُ وَالِدَاهُ أَوْ أَحَدُهُمَا ، وَإِنَّهُ لَهُمَا لَعَاقٌّ ، فَلا يَزَالُ يَدْعُو لَهُمَا ، وَيَسْتَغْفِرُ لَهُمَا حَتَّى يَكْتُبَهُ اللَّهُ بَارًّا»_*،

وَفِي رِوَايَةِ السُّلَمِيِّ : بَرًّا ، الأَوَّلُ مَعَ إِرْسَالِهِ أَصَحُّ .
[رواه البيهقي في شعب الإيمان / (٥٥) - بر الوالدين / فصل في حفظ حق الوالدين بعد موتهما / رقم الحديث: 7405, واللفظ له. وابن عساكر الدمشقي في تاريخ دمشق : 73/ 106، برقم : 75126].

Telah mengabarkan kepada kami : Abu Abdirrahman Al Sulamiy. Telah mengabarkan kepada kami : Muhammad bin Al Hasan bin Al Husain bin Manshur. Telah mengabarkan kepada kami : Ahmad bin Muhammad bin Khalid Al Baratsiyyu. Telah mengabarkan kepada kami : Abu Muhammad Abdillah bin Ali bin Ahmad Al Mu'adziy. Telah mengabarkan kepada kami : 'Ubaidillah bin Al 'Abbas bin Al Walid bin Muslim Al Bazzar. Telah mengabarkan kepada kami : Abu Al Hasan Ahmad bin Al Husain bin Ishaq Al Shufiyyu, keduanya mengatakan : Telah mengabarkan kepada kami : Al Rabi' bin Tsa'labah. Telah mengabarkan kepada kami : Yahya bin 'Uqbah bin Abi Al 'Aizar. Dari Muhammad bin Juhadah. Dari Anas bin Malik radliyyAllaahu 'anhu, beliau berkata : Bahwasannya Rasulullah –ﷺ💞– telah bersabda :

*_"Sesungguhnya ada seseorang hamba yang ibu-bapaknya telah meninggal dunia atau salah satunya, hamba itu (dahulunya) durhaka dan tidak berbhakti kepadanya. Lalu ia selalu mendoakan kebaikan kepada ibu-bapaknya dan selalu memohonkan ampunan untuk mereka berdua, sehingga Allah mencatatnya sebagai orang yang berbhakti"._*
[HR. Baihaqi Dalam Syu'abul Iman / (55) - Birru Al Walidaini / Fashlun : Fi Hifdzi Haqqi Al Walidaini Ba'da Mautihima / No. Hadits : 7405. Dan Ibnu 'Asakir Dalam Tarikh Damsyiq : 73/ 106, no. 75126].

*f14)• 📚 Mengangkat Derajat Orang Tua Setelah Mereka Meninggal Dengan Ampunan Bagi Mereka.*

📚Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا يَزِيدُ أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُودِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞–:  

*_«إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِي الْجَنَّةِ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ أَنَّى لِي هَذِهِ، فَيَقُولُ : بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ»_*
{رواه احمد في مسنده /  مسند المكثرين من الصحابة / مسند أبي هريرة رضي الله عنه / رقم الحديث : ١٠٦١٠].

Telah menceritakan kepada kami : Yazid, dia berkata; Telah mengabarkan kepada kami : Hammad bin Salamah. Dari 'Ashim bin Abu An Nujud. Dari Abu Shalih. Dari Abu Hurairah radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata; Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:

*_"Sesungguhnya Allah 'azza wajalla akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga, hamba itu kemudian berkata; 'Wahai Rabb, dari mana semua ini? ' maka Allah berfirman; 'Dari istighfar anakmu."_*
[HR. Ahmad / Musnad Al Muktsirin Min Ash Shahabati / Hadits Abi Hurairah Radhiyallahu 'Anhu / No. Hadits : 10610].


💾 Hadits yang senada selanjutnya :

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ ، عَنْ عَاصِمٍ ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ :

*" تُرْفَعُ لِلْمَيِّتِ بَعْدَ مَوْتِهِ دَرَجَتُهُ ، فَيَقُولُ : أَيْ رَبِّي ، أَيُّ شَيْءٍ هَذِهِ ؟ ، فَيُقَالُ : وَلَدَكَ اسْتَغْفَرَ لَكَ "_* .
[ارواه البخاري في الأدب المفرد / بَابُ : بِرِّ الْوَالِدَيْنِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا / رقم الحديث: ٣٦, حسن الاسناد].

Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Yunus, berkata :
Telah menceritakan kepada kami : Abu Bakr. Dari 'Ashim. Dari Abi Shalih. Dari Abi Hurairah radhiyyAllahu 'anhu, beliau berkata :

*"Ada seorang yang telah meninggal dunia terangkat derajatnya setelah dia meninggal, maka orang tersebut bertanya, “Apa ini wahai Tuhanku ?”. Lalu dikatakan kepadanya, “Anakmu memohonkan ampun untukmu”.*
[HR. Bukhari Dalam Shahih Al Adabul Mufrad / Babu Birri Al Walidaini Ba'da Mautihima / No. Hadits : 36, SANADNYA HASAN].

 *G)• 🌴📂 BERZIARAH KEMAKAM ORANG TUA, DAN BERSHILATURRAHMI KEPADA ORANG YANG MENJADI KENALAN ORANG TUA.*

*g1)• 📁 Mendatangi Pusara Orang Tuanya Ketika Berziarah.*

🌹Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالاَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ أَبِى حَازِمٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: زَارَ النَّبِىُّ –ﷺ💞– قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ :

اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى فِى أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِى وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِى أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِى فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ»._*
[رواه مسلم / (١١) - كتاب الجنائز / (٣٦) - باب استئذان النبي صلى الله عليه وسلم ربه عز وجل في زيارة قبر أمه / رقم الحديث: ١٠٨. وانظر كتاب مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح » كتاب الجنائز » باب زيارة القبور، للإمام الملا علي إلقاري، برقم : 1762].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari Yaziid bin Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari Abu Hurairah radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata: Rasulullah –ﷺ💞– berziarah kepada makam ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pula lah orang-orang di sekitar beliau. Beliau lalu bersabda:

*_“Aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian”._*
[HR. Muslim / (11) - Kitabu Al Jana'izi / (36) - Babu Isti'dzani An Nabiy ShallAllahu 'Alaihi Wa Sallama Rabbahu 'Azza Wa Jalla Fi Ziarati Qabri Ummihi / No.108. Dan Lihat Kitab Mirqatu Al Mafatihu Syarhu Miskatu Al Mashabih karya Imam Mula Aliy Al Qari no hadits. 1762].


🌴 Hadits yang senada selanjutnya :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَمَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ وَالْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ قَالُوا : حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمِ النَّبِيلُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ مَرْثَدٍ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞–:

*_«قَدْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَقَدْ أُذِنَ لِمُحَمَّدٍ فِي زِيَارَةِ قَبْرِ أُمِّهِ فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُذَكِّرالْآخِرَةَ»._*

قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي سَعِيدٍ وَابْنِ مَسْعُودٍ وَأَنَسٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَأُمِّ سَلَمَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى : حَدِيثُ بُرَيْدَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَالْعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ لَا يَرَوْنَ بِزِيَارَةِ الْقُبُورِ بَأْسًا وَهُوَ قَوْلُ ابْنِ الْمُبَارَكِ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَإِسْحَقَ.
[رواه الترمذي / (٨) - أبواب الجنائز / باب ما جاء في الرخصة في زيارة القبور / رقم الحديث : ١٠٥٤].

Telah menceritakan kepada kami : Muhammad bin Basyar, dan Mahmud bin Ghailan, dan Al Hasan bin 'Aliy Al Khalal, mereka mengatakan : Telah menceritakan kepada kami : Abu 'Ashim Al Nabil. Telah menceritakan kepada kami : Sufyan. Dari 'Alqamah bin Martsad. Dari Sulaiman bin Buraidah. Dari Bapaknya, beliau berkata : Rasulullah –ﷺ💞– pernah bersabda :

*_"Saya pernah melarang kalian berziarah kubur. Sekarang telah diizinkan untuk Muhammad menziarahi kuburan ibunya, maka berziarahlah, karena (berziarah kubur itu) dapat mengingatkan akhirat."_*

Abu Isa (At Tirmidzi) berkata; Hadits semakna diriwayatkan dari Abu Sa'id, Ibnu Mas'ud, Anas, Abu Hurairah & Umu Salamah. Abu Isa berkata; Hadits Buraidah adl HADITS HASAN SAHIH.

Ulama mengamalkannya mereka berpendapat bahwa ziarah kubur tak mengapa. Ini adalah pendapat Ibnu Mubarak, Syafi'iy, Ahmad & Ishaq.
[HR. Tirmidziy / (8) - Abwabu Al Jana'izi / Babu Ma Ja'a Fi Ar Rukhshati Fi Ziyarati Al Quburi / No. Hadits : 1054].


🌷 Hadits yang senada selanjutnya :*

حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ قَالَ:

تُوُفِّيَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ بِحُبْشِيٍّ قَالَ: فَحُمِلَ إِلَى مَكَّةَ فَدُفِنَ فِيهَا فَلَمَّا قَدِمَتْ عَائِشَةُ أَتَتْ قَبْرَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ , فَقَالَتْ : وَكُنَّا كَنَدْمَانَيْ جَذِيمَةَ حِقْبَةً مِنْ الدَّهْرِ حَتَّى قِيلَ لَنْ يَتَصَدَّعَا فَلَمَّا تَفَرَّقْنَا كَأَنِّي وَمَالِكًا لِطُولِ اجْتِمَاعٍ لَمْ نَبِتْ لَيْلَةً مَعَا ، ثُمَّ قَالَتْ : وَاللَّهِ لَوْ حَضَرْتُكَ مَا دُفِنْتَ إِلَّا حَيْثُ مُتَّ وَلَوْ شَهِدْتُكَ مَا زُرْتُكَ.
[رواه الترمذي / (٨) - أبواب الجنائز / باب ما جاء في الرخصة في زيارة القبور / رقم الحديث : ١٠٥٥].

Telah menceritakan kepada kami : Al Husain bin Huraits. Telah menceritakan kepada kami : Isa bin Yunus. Dari Ibnu Juraij. Dari Abdullah bin Abu Mulaikah berkata;

"Abdurrahman bin Abu Bakar meninggal di Hubsyi. Kemudian dia dibawa ke Makkah dan dikubur di dalamnya. Tatkala Aisyah datang, dia mengunjungi kuburan Abdullah bin Abu Bakar, lalu berkata; "Kami adalah orang yang duduk di suatu raja di Iraq dalam waktu yang lama (empat puluh tahun) sampai dikatakan tidak akan berpisah lagi. Tatkala kami berpisah, seolah saya dan si mayit karena lamanya bersatu, belum pernah sekalipun bermalam bersama."

Lalu dia berkata; "Demi Allah, kalau saja saya hadir pada (kematian) mu, niscaya kamu tidak akan dikubur kecuali di tempat kamu meninggal. Seandainya saya menyaksikanmu, niscaya saya tidak akan mengunjungimu.
[HR. Tirmidziy / (8) - Abwabu Al Jana'izi / Babu Ma Ja'a Fi Ar Rukhshati Fi Ziyarati Al Quburi / No. Hadits : 1055].

*g2)• 📗 Merapikan Rerumputan Dipekuburan, Atau Dahan Yang Masih Segar Agar Ikut Mendoakan Yang Ada Didalam Kubur.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ قَالَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ أَوْ مَكَّةَ فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِي قُبُورِهِمَا فَقَالَ النَّبِيُّ –ﷺ💞–:

*_«يُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ»_*,

ثُمَّ قَالَ :

*_«بَلَى كَانَ أَحَدُهُمَا لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ وَكَانَ الْآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ»_*,

ثُمَّ دَعَا بِجَرِيدَةٍ فَكَسَرَهَا كِسْرَتَيْنِ فَوَضَعَ عَلَى كُلِّ قَبْرٍ مِنْهُمَا كِسْرَةً، فَقِيلَ لَهُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا ؟, قَالَ :

*_«لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ تَيْبَسَا أَوْ إِلَى أَنْ يَيْبَسَا»_*.
[رو: من الكبائر أن لا يستتر من بوله / رقم الحديث : ٢١٦. وفي الأدب المفرد، برقم : 734. والطبراني في الأوسط، برقم : 4768. والخطيب في الفصل للوصل، برقم : 765. وأبو يعلى برقم : 2023. وابن أبي الدنيا في الصمت وآداب اللسان، برقم : 174، وذم الغيبة، برقم : 37. والبصيري في اتحاف الخيرة، برقم : 508. وابن حجر العسقلاني في المعالم العالية، برقم : 17].

Telah menceritakan kepada kami : 'Utsman, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Jarir. Dari Manshur. Dari Mujahid. Dari Ibnu 'Abbas radliyyAllahu 'anhuma, beliau berkata :

"Rasulullah –ﷺ💞– melewati perkebunan penduduk Madinah atau Makkah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang di siksa dalam kumur mereka. Maka Nabi –ﷺ💞– pun berkata:

*_"Keduanya sedang disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa disebabkan dosa besar."_*

Lalu beliau menerangkan:

*_"Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah kencing, sementara yang satunya lagi disiksa karena suka mengadu domba."_*

Beliau kemudian minta diambilkan sebatang dahan kurma yang masih basah, beliau lalu membelah menjadi dua bagian, kemudian beliau menancapkan setiap bagian pada dua kuburan tersebut. Maka beliau pun ditanya : "Kenapa Tuan melakukan ini?"

Beliau menjawab:

*_"Mudah-mudahan siksanya diringankan selama dahan itu masih basah."_*
[HR. Bukhariy / (4) - Kitabu Al Wudhu' / Babu Min Al Kaba'iri An La Yastatiro Min Baulihi / No. Hadits : 216، Dalam Al Adabu Al Mufrad no.  734. Thabaraniy dlm Al Ausath no.  4768. Khathib dlm Al Fashlu Lilwashli no. 765. Abu Ya'la no. 2023. Ibnu Abid Dunya dlm Al Shumtu Wa Adabu Al Lisan no. 174، dan dlm Dzammu Al Ghibah no.  37. Bushiriy dlm Ittihaf Al Khairah no. 508. Dan Ibnu Hajar Al Asqalaniy dlm Al Mu'alimu Al Aliyyah no.  17].


*🌴🌹• Syaikh Muhammad bin 'Umar  Nawawi Al-Bantaniy Al Jawiy Al Indonesiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam Kitabnya " Nihayatu Al-Zain Fi Irsyadi Al Mubtadiin " mengatakan :*

وَيُنْدَبُ وَضْعُ الشَّيْءِ الرَّطْبِ على القبر كَالْجَرِيْدِ الْأَحْضَرِ وَالرَّيْحَانِ، لِأَنَّهُ يَسْتَغْفِرُ لِلْمَيِّتِ مَا دَامَ رَطْباً.
[انظر كتاب نهاية الزين في إرشاد المبتدئين : ص ١٦٣ / فصل في الجنائز /  للشيخ محمد بن عمر نووي الجاوي البنتني إقليما، التناري بلدا (المتوفى: ١٣١٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بيروت الطبعة: الأولى - بدون السنة].

Disunnahkan meletakkan  sesuatu yang masih segar atas kuburan, seperti pelepah kurma yang masih hijau dan tumbuhan-tumbuhan yang harum, karena itu meminta keampunan bagi mayat selama ia dalam keadaan segar.
[Lihat Kitab Nihayatu Al-Zain Fi Irsyadi Al Mubtadiin : hal 163 / Fashlun Fi Al Jana'izi / Karya Syaikh Muhammad bin 'Umar  Nawawi Al-Bantaniy Al Jawiy Al Indonesiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Beirut, Cet. Pertama, Tnp. Tahun].


*📂💐• Tersebut Dalam Kitab Fath al-Mu’in, Karya Syaikh Zainuddin al-Malibary Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala :*

يُسَنُّ وَضْعُ جَرِيْدَةٍ خَضْرَاءَ عَلَى الْقَبْرِ لِلْإ تِّباَعِ وَلِأَنَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُ بِبَرَكَةِ تَسْبِيْحِهَا وَقيِْسَ بِهَا مَا اعْتِيْدَ مِنْ طَرْحِ نَحْوِ الرَّيْحَانِ الرَّطْبِ
[انظر كتاب فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين : ص ٢١٨ /  باب الصلاة / فصل في الصلاة على الميت / للإمام  زين الدين أحمد بن عبد العزيز بن زين الدين بن علي بن أحمد المعبري المليباري الهندي (المتوفى: ٩٨٧ هـ) / الناشر: دار بن حزم الطبعة: الأولى - بدون السنة].

Disunnahkan meletakkan pelepah kurma yang masih hijau di atas kuburan, karena hal ini mengikuti sunnah Nabi Muhammad –ﷺ💞–. dan dapat meringankan beban si mayat karena berkah bacaan tasbihnya dan disamakan dengannya apa yang menjadi adat kebiasaan, yaitu menaburi bunga yang harum dan masih segar.
[Lihat Kitab Fathu  Al-Mu’in Bisyarhi Qurrati Al 'Aini Bimuhimmati Ad Dini : hal 218 / Babu Ash Shalati / Fashlun : Fi Ash Shalati 'Ala Al Mayyiti / Karya Imam Zainuddin Al Malibariy Asy Syafi'iy / Dar Ibnu Hazm, Cet. Pertama - Tnp. Tahun].


*🌴📂• Pendapat Ini Berdasarkan Hadits Nabi –ﷺ💞– :*

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِقَبْرَيْن فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍا كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ فأَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا.
(متفق عليه)
[انظر كتاب تحفة المحتاج إلى أدلة المنهاج : ج ١ ص ١٦٤ /  كتاب الطهارة / باب الاستطابة / رقم الحديث : ٤٦ / للشيخ ابن الملقن سراج الدين أبو حفص عمر بن علي بن أحمد الشافعي المصري (المتوفى: ٨٠٤ هـ) المحقق: عبد الله بن سعاف اللحياني الناشر: دار حراء - مكة المكرمة الطبعة: الأولى، ١٤٠٦ هـ].

Dari Ibnu Abbas, beliau mengatakan, Nabi –ﷺ💞– melewati dua perkuburan, maka Nabi mengatakan, “Kedua-duanya sedang disiksa, tetapi bukan karena dosa besar, yang seorang buang air kecil tidak bersuci dan seorang lagi tukang fitnah.” Kemudian Nabi mengambil pelepah kurma yang masih hijau dan dibelah dua. Kemudian masing-masing ditanam pada setiap perkuburan. Ada yang bertanya, Ya Rasulullah kenapa engkau lakukan ini ? Jawab beliau, “Mudah-mudahan keduanya dapat meringankan siksaannya selama belum kering.(Muttafaqun ‘alaihi).
[Lihat Kitab Tuhfatu  Al-Muhtaj Ila Adillaati  Al-Minhaj: juz 1 hal 164 / Kitabu Ath Thaharati / Babu Al Istithabati / Karya Imam Ibnu Al Mulaqqan Asy Syafi'iy / Dar Hara' - Makkah Al Mukarramah, Cet. Pertama, Th. 1406 M].


*💾✒️• Keterangan dalam Kitab I'anatu Ath Thalibin Syarhu Fathu Al Mu'in karya Syaikh Sayyid Abu Bakar Bin Muhammad Syatho Ad Dimyathiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala :*

( قوله ويحرم أخذ شيء منهما ) أي من الجريدة الخضراء ومن نحو الريحان الرطب وظاهره أنه يحرم ذلك مطلقا أي على مالكه وغيره

وفي النهاية ويمتنع على غير مالكه أخذه من على القبر قبل يبسه فقيد ذلك بغير مالكه وفصل ابن قاسم بين أن يكون قليلا كخوصة أو خوصتين فلا يجوز لمالكه أخذه لتعلق حق الميت به وأن يكون كثيرا فيجوز له أخذه…

( وقوله من تفويت حظ الميت ) أي منفعته وهو التخفيف عنه ببركة تسبيحها….
[انظر كتاب إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين : ج ٢ ص ١٣٦ / باب الصلاة / للشيخ السيد  أبو بكر (المشهور بالبكري) عثمان بن محمد شطا الدمياطي الشافعي (المتوفى: ١٣١٠ هـ) / الناشر: دار الفكر للطباعة والنشر والتوريع الطبعة: الأولى، ١٤١٨ هـ = ١٩٨٧ مـ].

Diharamkan mengambil sesuatu dari keduanya selagi belum mongering karena dapat menghilangkan bagian dan hak janazah yang dianjurkan oleh nabi Muhammad shallalaahu alaihi wasallam

Ket : (“Diharamkan mengambil sesuatu”) artinya tanaman hijau /bunga-bunga basah diatas pusara.

Bila menilik zhahirnya keterangan diatas keharaman mengmbilnya mutlak baik bagi pemilik (penanam/penabur) nya atau bagi orang lain.

Dalam kitab ‘an-Nihaayah’ keharaman mengambilnya saat ia belum kering hanya berlaku pada orang yang tidak meliki (menanam/menabur) nya.

Ibnu Qaasim merinci “Bila tanaman hijau/bunga-bunga basah diatas pusara tersebut sedikit (sejimpit atau dua jimpit) bagi pemilik (penanam/penabur) nya haram mengambilnya karena berhubungan dengan hak nya mayat tapi bila tanaman hijau/bunga-bunga basah diatas pusara tersebut banyak maka boleh ia mengambilnya.

Ket :  (‘karena dapat menghilangkan bagian dan hak mayat) menghilangkan manfaatnya yaitu meringankan siksaan mayat akibat bacaan tasbih tanaman/bunga diatas pusara tersebut.
[Lihat Kitab I’aanatu  Ath-Thoolibiin Syarhu Fathu Al Mu'in : juz 2/ 136 / Babu Ash Shalati / Karya Syaikh Sayyid Abu Bakar Bin Muhammad Syatho Ad Dimyathiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri, Cet. Pertama, Th. 1418 H = 1987 M].

*g3)• 👌Menyirami Pekuburan Orang Tua Agar Yang Didalam Kubur Merasa Nyaman.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ ، وَأَبُو زَكَرِيَّا ، وَأَبُو سَعِيدٍ ، قَالُوا : حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ ، قَالَ : أَخْبَرَنَا الرَّبِيعُ ، قَالَ : أَخْبَرَنَا الشَّافِعِيُّ ، قَالَ : أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ ، عَنْ أَبِيهِ : أَنّ النَّبِيَّ –ﷺ💞–:  

*_«رَشَّ عَلَى قَبْرِ إِبْرَاهِيمِ ابْنِهِ وَوَضَعَ عَلَيْهِ حَصْبَاءَ»_*.
[رواه الشافعي في مسنده /  ومن كتاب الجنائز والحدود.
والبيعقي في معرفة السنن والآثار، واللفظ له / كتاب الجنائز / باب ما يقال إذا دخل الميت قبره, رقم الحديث: ١٩٢٢].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Bakr, dan Abu Bakr Zakariyya, dan Abu Sa'id, mereka mengatakan : Telah menceritakan kepada kami : Abu Al 'Abbas, beliau berkata : Telah menceritakan kepada kami : Abu Al Rabi', beliau berkata : Telah menceritakan kepada kami : Al Syafi'i, beliau berkata : Telah menceritakan kepada kami : Ibrahim bin Muhammad. Dari Ja'far bin Muhammad. Dari Bapaknya :

*"Sesungguhnya Nabi –ﷺ💞– menyirami kuburan Ibrahim putranya, dan meletakkan kerikil-kerikil kecil diatasnya."*
[HR. Syafi'iy Dalam Kitab Musnadnya / Wa Min Kitabi Al Jana'izi Wa Al Hududi. Dan teks hadits riwayat Baihaqiy dlm Kitab Ma'rifatu Al Sunan Wa Al Atsaar, no. 1922}


*🌴📂• Syaikh Muhammad bin 'Umar  Nawawi Al-Bantaniy Al Jawiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam Kitabnya " Nihayatu Al-Zain Fi Irsyadi Al Mubtadiin "  mengatakan :*

وَيُنْدَبُ رَشُّ الْقَبْرِ بِمَاءٍ باَرِدٍ تَفاَؤُلاً بِبُرُوْدَةِ الْمَضْجِعِ وَلاَ بَأْسَ بِقَلِيْلٍ مِنْ مَّاءِ الْوَرْدِ ِلأَنَّ الْمَلاَ ئِكَةَ تُحِبُّ الرَّائِحَةَ الطِّيْبِة
[انظر كتاب نهاية الزين في إرشاد المبتدئين : ص ١٥٤ / فصل في الجنائز /  للشيخ محمد بن عمر نووي الجاوي البنتني إقليما، التناري بلدا (المتوفى: ١٣١٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بيروت الطبعة: الأولى - بدون السنة].

Disunnahkan untuk menyirami kuburan dengan air yang dingin sebagai pengharapan dinginnya tempat berbaring (kuburan) dan juga tidak apa-apa menyiram kuburan dengan sedikit air mawar, karena malaikat senang pada aroma yang harum.
[Lihat Kitab Nihayatu Al-Zain Fi Irsyadi Al Mubtadiin : hal 154 / Fashlun Fi Al Jana'izi / Karya Syaikh Muhammad bin 'Umar  Nawawi Al-Bantaniy Al Jawiy Al Indonesiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Beirut, Cet. Pertama, Tnp. Tahun].

*g4)• ✍️ Dilarang Menginjak Atau Duduk Di Atas Kuburan, Karena Dapat Menyakiti Orang Yang Dikubur Didalamnya.*

🌴Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ وَحَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ أَخْبَرَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ بَكْرِ بْنِ سَوَادَةَ عَنْ زِيَادِ بْنِ نُعَيْمٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ قَالَ :  رَآنِي رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– مُتَّكِئًا عَلَى قَبْرٍ فَقَالَ :

*_«لَا تُؤْذِ صَاحِبَ هَذَا الْقَبْرِ أَوْ لَا تُؤْذِهِ»_*.
[رواه احمد في مسنده /  الملحق المستدرك من مسند الأنصار / مسند عمرو بن حزم الأنصاري / رقم : ٢٠٩٣١.  وقَالَ الْحَافِظُ فِي الْفَتْحِ : إِسْنَادُهُ صَحِيحٌ].

Telah menceritakan kepada kami : 'Ali bin 'Abdullah. Telah menceritakan kepada kami : Ibnu Wahb. Telah memberitakan kepada kami : 'Amr bin Al Harits. Dan telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Ishaq. Telah memberitakan kepada kami : Ibnu Lahi'ah. Dari Bakr bin Sawadah. Dari Ziyad bin Nu'aim.

Dari 'Amr bin Hazm, beliau  berkata; Rasulullah –ﷺ💞–  melihatku bersandar diatas kuburan kemudian beliau bersabda;

*_"Jangan ganggu penghuni kubur ini, " atau, "Jangan ganggu dia."_*
[HR. Ahmad Fi Musnadihi / Al Mulhiqu Al Mustadraku Min Musnad Al Anshar / Musnad 'Amr Bin Hazm Al Anshariy / No. Hadits : 20931. Dan Al Hafidz Imam Ibnu Hajar Al Asqalaniy mengatakan Dalam Kitabnya Fathu Al Bahri Syarhu Shahih Bukhariy :  SANADNYA SHAHIH].


🌷 Hadits yang senada selanjutnya :

حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ ، ثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ ، ثَنَا أَسَدُ بْنُ مُوسَى ، ثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ ، ثَنَا بَكْرُ بْنُ سَوَادَةَ ، عَنْ زِيَادِ بْنِ نُعَيْمٍ الْحَضْرَمِيِّ ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ حَزْمٍ ، قَالَ : رَآنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ جَالِسًا عَلَى قَبْرٍ ، قَالَ : " انْزِلْ مِنَ الْقَبْرِ لا تُؤْذِ صَاحِبَ الْقَبْرِ وَلا يُؤْذِيكَ " .
[رواه احمد برقم : 23410. والحاكم في المستدرك على الصحيحين : ج 3 ص 587, واللفظ له / كِتَابُ مَعْرِفَةِ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ ... /  وَمنْ مَنَاقِبِ أَهْلِ بَيْتِ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– ... / ذِكْرُ عُمَارَةَ بْنِ حَزْمٍ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ ... / رقم الحديث: ٦٥٣٣. وأبو نعيم في معرفة الصحابة، برقم : 4773.  والطحاوي في مجمع الزوائد : 3/ 61. وابن مندة.  وابن عساكر في تاريخ دمشق، برقم : 45615. وابن حجر العسقلاني في اتحاف المهرة، برقم : 14726].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Al 'Abbas  Muhammad bin Ya'qub. Telah menceritakan kepada kami : Al Rabi' bin Sulaiman. Telah menceritakan kepada kami : Asad bin Musa. Telah menceritakan kepada kami : Ibnu Lahi'ah. Telah menceritakan kepada kami : Bakr bin Sawadah. Dari Ziyad bin Nu'aim Al Hadlromiy. Dari 'Umarah bin Hazm, beliau berkata : Rasulullah –ﷺ💞– melihatku berada duduk di atas kuburan lalu beliau berkata :

*_“Turunlah dari kuburan. Jangan engkau sakiti penghuni kubur agar ia tidak menyakitimu.”_*
[HR. Ahmad no.  23410. Teks Hadits Riwayat Hakim Dalam Kitabnya Al Mustadrak :  juz 3 hal  587 / Kitab Ma'rifatu Shahabah RadhiyyAllahu 'Anhum / Wa Min Manaqibi Ahli Baiti RasulillAhi –ﷺ💞– ... / Dzikru 'Umarah Bin Hazm Al Anshariy RadhiyyAllahu 'Anh ... / No. Hadits : 6533. Dan Abu Nu'aim Dalam Kitabnya Ma'rifatu Al Shahabah no.  4773.  Thahawiy dlm Mu'jam Al Zawaid :  3/ 61. Ibnu Mandah. Ibnu 'Asakir dlm Tarikh Damsyiq no.  45615.  Ibu Hajar Al 'Asqalaniy no.  14726].

رَآنِي رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، وَأَنَا مُتَّكِئٌ عَلَى قَبْرٍ ، فَقَالَ : انْزِلْ مِنَ الْقَبْرِ ، لاَ تُؤْذِي صَاحِبَ الْقَبْرِ ، وَلاَ يُؤْذِيكَ.
{رواه مالك في "الموطأ" 6521}


*📁 Hadits Senada Selanjutnya Dalam kitab Al Muwatho, menggunakan lafadz Muttaki'un….*

👌Hadits yang senada selanjutnya :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ :

*"نَهَى رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ"*

و حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُا سَمِعْتُ النَّبِيَّ –ﷺ💞– بِمِثْلِهِ

Telah menceritakan kepada kami : Abu Bakar bin Abu Syaibah. Telah menceritakan kepada kami : Hafsh bin Ghiyats. Dari Ibnu Juraij. Dari Abu Zubair. Dari Jabir, beliau  berkata;

*"Rasulullah –ﷺ💞– melarang mengapur kuburan, duduk dan membuat bangunan di atasnya."*

Dan telah menceritakan kepadaku Harun bin Abdullah. Telah menceritakan kepada kami : Hajjaj bin Muhammad -(dalam jalur lain)- Dan telah menceritakan kepadaku : Muhammad bin Rafi'. Telah menceritakan kepada kami : Abdurrazaq semuanya dari Ibnu Juraij, ia berkata : Telah mengabarkan kepada kami : Abu Zubair bahwa ia mendengar Jabir bin Abdullah berkata;

Saya mendengar Nabi –ﷺ💞– bersabda dengan hadis semisalnya.

و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞– :

*_«لَأَنْ يَجْلِسَ أَحَدُكُمْ عَلَى جَمْرَةٍ فَتُحْرِقَ ثِيَابَهُ فَتَخْلُصَ إِلَى جِلْدِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَجْلِسَ عَلَى قَبْرٍ»_*

و حَدَّثَنَاه قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ ح و حَدَّثَنِيهِ عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ كِلَاهُمَا عَنْ سُهَيْلٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ.

Dan telah menceritakan kepadaku : Zuhair bin Harb. Telah menceritakan kepada kami : Jarir. Dari Suhail. Dari Bapaknya. Dari Abu Hurairah, radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata; Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:

*_"Jika salah seorang dari kalian duduk di atas bara api, lalu terbakar baju dan kulitnya adalah lebih baik baginya daripada ia harus duduk di atas kuburan."_*

Dan telah menceritakannya kepada kami : Qutaibah bin Sa'id. Telah menceritakan kepada kami : 'Abdul Aziz Ad Darawardi  -(dalam jalur lain)- Dan telah menceritakannya kepadaku : 'Amru An Naqid. Telah menceritakan kepada kami : Abu Ahmad Az Zubaidi. Telah menceritakan kepada kami : Sufyan  keduanya dari Suhail  dengan isnad ini, hadits yang semisalnya.

و حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ الرَّبِيعِ الْبَجَلِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ بُسْرِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ الْخَوْلَانِيِّ عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ عَنْ أَبِي مَرْثَدٍ الْغَنَوِيِّ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– يَقُولُ :

*_«لَا تُصَلُّوا إِلَى الْقُبُورِ وَلَا تَجْلِسُوا عَلَيْهَا»_*
[رواه مسلم / (١١) - كتاب الجنائز / (٣٣) - باب النهي عن الجلوس على القبر والصلاة عليه / رقم الحديث : ١٦١٢، ١٦١٣، ١٦١٤].

Dan telah menceritakan kepada kami : Hasan bin Rabi' Al Bajali. Telah menceritakan kepada kami : Ibnul Mubarak. Dari 'Abdurrahman bin Yazid. Dari Busr bin Ubaidullah. Dari Abu Idris Al Khaulani. Dari Watsilah bin Al Asyqa'. Dari Abu Martsad Al Ghanawi, beliau  berkata; Saya mendengar –ﷺ💞– bersabda:

*_"Janganlah kalian shalat dengan menghadap kuburan dan jangan pula kalian duduk di atasnya."_*
[HR. Muslim / (11) - Kitabu Al Jana'izi / (33) - Babu An Nahyi 'An Al Julusi 'Ala Al Qabri Wa Ash Shalati 'Alaihi / No. Hadits : 1612, 1613, 1614].

📓 Hadits yang senada selanjutnya :

ورواه ابن مندة عن القاسم بن مخيمرة قال لأن أطأ على سنان محمى حتى ينفذ من قدمي أحب إلي من أن أطأ على قبر وإن رجلا وطئ على قبر وإن قلبه ليقظان إذ سمع صوتا : إليك عني يا رجل ولا تؤذني انتهى.
[أخرجه العجلوني في كتابه  كتاب كشف الخفاء : ج ١ ص ٢٥٦ / حرف الهمزة / حرف الهمزة مع النون / رقم الحديث : ٧٨٩ / الناشر: مكتبة القدسي، لصاحبها حسام الدين القدسي - القاهرة عام النشر: ١٣٥١ هـ].

Ibnu Mandah meriwayatkan dari al qasim bin mukhaimiroh dia berkata :sungguh aku menginjak ujung tombak yang dipanasi api hingga menembus telapak kakiku itu lebih aku sukai daripada aku menginjak kuburan ….sungguh telah ada seorang laki-laki menginjak kuburan dengan hati yang sadar tiba-tiba dia mendengar suara :hai …! menjauhlah dariku….!wahai orang laki-laki jangan kau menyakitiku…!
[Dikeluarkan Oleh Al 'Ajluniy Dalam Kitabnya Kasyafu Al Khafa' : juz 1 hal 256 / Harfu Al Hamzati / Harfu Al Hamzati Ma'a An Nuni / No. Hadits : 789 / Maktabah Al Qudsiy - Al Qahirah, Th. 1351 H].


*g5)• 🌴 Mengucapkan Salam Acap Kali Berziarah.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَثِيرِ بْنِ الْمُطَّلِبِ أَنَّهُ سَمِعَ مُحَمَّدَ بْنَ قَيْسٍ يَقُولُ: سَمِعْتُ عَائِشَةَ تُحَدِّثُ فَقَالَتْ :

أَلَا أُحَدِّثُكُمْ عَنْ النَّبِيِّ –ﷺ💞– وَعَنِّي قُلْنَا بَلَى ح و حَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ حَجَّاجًا الْأَعْوَرَ وَاللَّفْظُ لَهُ قَالَ حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ قَيْسِ بْنِ مَخْرَمَةَ بْنِ الْمُطَّلِبِ أَنَّهُ قَالَ يَوْمًا :

أَلَا أُحَدِّثُكُمْ عَنِّي وَعَنْ أُمِّي قَالَ :  فَظَنَنَّا أَنَّهُ يُرِيدُ أُمَّهُ الَّتِي وَلَدَتْهُ قَالَ : قَالَتْ عَائِشَةُ :

أَلَا أُحَدِّثُكُمْ عَنِّي وَعَنْ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– قُلْنَا : بَلَى، قَالَ : قَالَتْ:

لَمَّا كَانَتْ لَيْلَتِي الَّتِي كَانَ النَّبِيُّ –ﷺ💞– فِيهَا عِنْدِي انْقَلَبَ فَوَضَعَ رِدَاءَهُ وَخَلَعَ نَعْلَيْهِ فَوَضَعَهُمَا عِنْدَ رِجْلَيْهِ وَبَسَطَ طَرَفَ إِزَارِهِ عَلَى فِرَاشِهِ فَاضْطَجَعَ فَلَمْ يَلْبَثْ إِلَّا رَيْثَمَا ظَنَّ أَنْ قَدْ رَقَدْتُ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ رُوَيْدًا وَانْتَعَلَ رُوَيْدًا وَفَتَحَ الْبَابَ فَخَرَجَ ثُمَّ أَجَافَهُ رُوَيْدًا فَجَعَلْتُ دِرْعِي فِي رَأْسِي وَاخْتَمَرْتُ وَتَقَنَّعْتُ إِزَارِي ثُمَّ انْطَلَقْتُ عَلَى إِثْرِهِ حَتَّى جَاءَ الْبَقِيعَ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ انْحَرَفَ فَانْحَرَفْتُ فَأَسْرَعَ فَأَسْرَعْتُ فَهَرْوَلَ فَهَرْوَلْتُ فَأَحْضَرَ فَأَحْضَرْتُ فَسَبَقْتُهُ فَدَخَلْتُ فَلَيْسَ إِلَّا أَنْ اضْطَجَعْتُ فَدَخَلَ فَقَالَ :

*_«مَا لَكِ يَا عَائِشُ حَشْيَا رَابِيَةً ؟»_*,

قَالَتْ : قُلْتُ: لَا شَيْءَ, قَالَ :

*_«لَتُخْبِرِينِي أَوْ لَيُخْبِرَنِّي اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ»_*,

قَالَتْ: قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي فَأَخْبَرْتُهُ قَالَ :  

_*«فَأَنْتِ السَّوَادُ الَّذِي رَأَيْتُ أَمَامِي»_*,

قُلْتُ : نَعَمْ فَلَهَدَنِي فِي صَدْرِي لَهْدَةً أَوْجَعَتْنِي ، ثُمَّ قَالَ:

*_«أَظَنَنْتِ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ؟»_*,

قَالَتْ : مَهْمَا يَكْتُمِ النَّاسُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ نَعَمْ ، قَالَ :

*_«فَإِنَّ جِبْرِيلَ أَتَانِي حِينَ رَأَيْتِ فَنَادَانِي فَأَخْفَاهُ مِنْكِ فَأَجَبْتُهُ فَأَخْفَيْتُهُ مِنْكِ وَلَمْ يَكُنْ يَدْخُلُ عَلَيْكِ وَقَدْ وَضَعْتِ ثِيَابَكِ وَظَنَنْتُ أَنْ قَدْ رَقَدْتِ فَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَكِ وَخَشِيتُ أَنْ تَسْتَوْحِشِي فَقَالَ إِنَّ رَبَّكَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَأْتِيَ أَهْلَ الْبَقِيعِ فَتَسْتَغْفِرَ لَهُمْ , قَالَتْ : قُلْتُ : كَيْفَ أَقُولُ لَهُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ : قُولِي : السَّلَامُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَيَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ»_*.
[رواه مسلم / (١١) - كتاب الجنائز / (٣٥) - باب ما يقال عند دخول القبور والدعاء لأهلها / رقم الحديث : ١٦١٩].

Telah menceritakan kepadaku : Harun bin Sa'id Al Aili. Telah menceritakan kepada kami : 'Abdullah bin Wahb. Telah mengabarkan kepada kami : Ibnu Juraij. Dari Abdullah bin Katsir bin Muthallib bahwa ia mendengar Muhammad bin Qais berkata :  Saya mendengar Aisyah radliyyAllahu 'anha  menceritakan, beliau  berkata;

"Maukah kalian aku ceritakan sebuah hadits dari Rasulullah –ﷺ💞– dan juga dariku?"

Kami menjawab, "Ya."

-(dalam jalur lain)- Dan telah menceritakan kepadaku : seorang yang mendengar Hajjaj Al A'war, dan lafazh juga miliknya, ia berkata :  Telah menceritakan kepada kami : Hajjaj bin Muhammad. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij. Telah mengabarkan kepadaku : 'Abdullah -seorang laki-laki dari Qurais-. Dari Muhammad bin Qais bin Makhramah bin Al Muthallib bahwa pada suatu hari ia berkata :

"Maukah kalian aku ceritakan (hadits) dariku dan dari ibuku?"

Maka kami pun menyangka bahwa yang ia maksud dengan ibunya adalah Ibu yang telah melahirkannya, Ia berkata; Aisyah berkata,

"Maukah kalian aku ceritakan hadits dariku dan dari Rasulullah –ﷺ💞–?"

kami menjawab, "Ya, mau."

Aisyah berkata;

"Pada suatu malam ketika giliran Rasulullah –ﷺ💞– di rumahku, setelah beliau menanggalkan pakaiannya, meletakkan terompahnya dekat kaki dan membentangkan pinggir jubahnya di atas kasur, beliau lantas berbaring. Setelah beberapa lama kemudian dan barangkali beliau menyangkaku telah tidur, beliau mengambil baju dan terompahnya, dibukanya pintu perlahan-lahan dan kemudian ditutupnya kembali perlahan-lahan. Menyaksikan beliau seperti itu, kukenakan pula bajuku dan kututup kepalaku dengan kain, kemudian aku mengikuti beliau dari belakang hingga sampai di Baqi'. Ketika sampai di sana beliau berdiri agak lama, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya tiga kali, sesudah itu beliau berbalik pulang. Aku pun berbalik pula mendahului beliau. Kalau beliau berjalan cepat, maka aku pun berjalan cepat-cepat. Bila beliau berlari kecil, aku pun demikian. Ketika beliau sampai, aku pun sudah sampai lebih dulu dari beliau. Kemudian aku masuk ke dalam rumah dan langsung tidur. Setelah itu, beliau masuk dan bertanya:

*_"Kenapa kamu wahai Aisyah? Kudengar nafasmu kembang kempis.?"_*

Jawabku, "Tidak ada apa-apa wahai Rasulullah?"

Beliau berkata:

*_"Ceritakanlah kepadaku atau kalau tidak Allah -Yang Maha Lembut dan Mengetahui- akan menceritakannya padaku."_*

Aku menjawab, "Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku." Lalu kuceritakanlah kepada beliau apa yang sebenarnya terjadi.

Beliau berkata :

*_"Kalau begitu, kamulah kiranya bayangan hitam yang saya lihat di depanku tadi?"_"

Saya menjawab, "Ya, benar wahai Rasulullah."

Maka beliau pun mendorong dadaku dengan keras hingga terasa sakit bagiku. Kemudian beliau berkata :

*_"Apakah kamu masih curiga, Allah dan Rasul-Nya akan berbuat curang kepadamu?"_*

Jawabku : "Setiap apa yang dirahasiakan manusia, pasti Allah mengetahuinya pula."

Kemudian Rasulullah –ﷺ💞– menceritakan kenapa beliau sampai keluar. Beliau bercerita:

*_"Tadi Jibril datang, tapi karena ia melihat ada kamu, dia memanggilku perlahan-lahan sehingga tidak terdengar olehmu. Aku menjawab panggilannya tanpa terdengar pula olehmu. Dia tidak masuk ke rumah, karena kamu menanggalkan pakaianmu. Dan aku pun mengira bahwa kamu telah tidur, karena itu aku segan membangunkanmu khawatir engkau akan merasa kesepian. Jibril berkata padaku : Allah memerintahkan agar Tuan datang ke Baqi' dan memohonkan ampunan bagi para penghuninya.' Aku berkata, 'Lalu apa yang kubaca sesampai di sana wahai rasulullah? ' Jibril menjawab, 'Bacalah:_*

*_AS SALAAMU 'ALA AHLID DIYAAR MINAL MUKMINIIN WAL MUSLIMIIN WA YARHAMULLAHUL MUSTAQDIMIIN MINNAA WAL MUSTA`KHIRIIN WA INNAA INSYAA`ALLAHU BIKUM LAAHIQUUN (Semoga keselamatan tercurah bagi penduduk kampung orang-orang mukmin dan muslim ini. Dan semoga Allah memberi rahmat kepada orang-orang yang telah mendahului kami dan orang-orang kemudian, dan kami insya Allah akan menyusul kalian semua).'"_*
[HR. Muslim / (11) - Kitabu Al Jana'izi / (35) - Babu Ma Yuqalu 'Inda Dukhuli Al Quburi Wa Ad Du'ai Li Ahliha / No. Hadits : 1619].

👌 Hadits yang senada selanjutnya :

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَيَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ  يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ  حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ شَرِيكٍ وَهُوَ ابْنُ أَبِي نَمِرٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّمَا كَانَ لَيْلَتُهَا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ إِلَى الْبَقِيعِ فَيَقُولُ :  السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَأَتَاكُمْ مَا تُوعَدُونَ غَدًا مُؤَجَّلُونَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأَهْلِ بَقِيعِ الْغَرْقَدِ

وَلَمْ يُقِمْ قُتَيْبَةُ قَوْلَهُ وَأَتَاكُمْ
[رواه مسلم / (١١) - كتاب الجنائز / (٣٥) - باب ما يقال عند دخول القبور والدعاء لأهلها / رقم الحديث : ١٦١٨].

Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Yahya At Tamimi dan Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa'id -Yahya berkata : Telah mengabarkan kepada kami : -sementara dua orang yang lain berkata- Telah menceritakan kepada kami : Isma'il bin Ja'far. Dari Syarik, yaitu anaknya Abu Namir dari Atha` bin Yasar. Dari Aisyah bahwa ia berkata ; Pada malam gilirannya bersama Rasulullah –ﷺ💞–, di akhir malam beliau keluar ke Baqi' dan mengucapkan :

*_"AS SALAAMU 'ALAIKUM DAARA QAUMIN MU'MINIIN WA ATAAKUM MAA TUU'ADUUNA GHADAN MU'AJJILUUNA WA INNA INSYAA ALLAAHU BIKUM LAAHIQUUNA. ALLAAHUGHFIRLII LIAHLI BAQII'I'll GHARQAD | Semoga keselamatan atas kalian wahai para penghuni (kuburan) dari kaum mukminin. Apa yang dijanjikan Allah kepada kalian niscaya akan kalian dapati esok (pada hari kiamat), dan kami Insya Allah akan menyusul kalian. Ya Allah ampunilah penduduk Baqi' yang mati tenggelam."_* (bisa diganti dengan nama sebuah pemakaman yang diinginkan).

Qutaibah tidak menyebutkan; "Wa Ataakum."
[HR. Muslim / (11) - Kitabu Al Jana'izi / (35) - Babu Ma Yuqalu 'Inda Dukhuli Al Quburi Wa Ad Du'ai Li Ahliha / No. Hadits : 1618].


📓 Hadits yang senada selanjutnya :

حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ، عَنْ مَالِكٍ، عَنِ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– خَرَجَ إِلَى الْمَقْبَرَةِ، فَقَالَ:

*_«السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ»_*
[رواه أبو داود / (٢٠) - كتاب الجنائز  / باب ما يقول إذا زار القبور أو مر بها / رقم الحديث : ٢٨١٨].

Telah menceritakan kepada kami : Al Qa'nabi. Dari Malik. Dari Al 'Ala` bin Abdurrahman. Dari ayahnya. Dari Abu Hurairah radliyyAllahu 'anhu, bahwa Rasulullah –ﷺ💞– keluar menuju sebuah kuburan kemudian mengucapkan :

*_"ASSALAAMU 'ALAIKUM DAARA QAUMIN MUKMINIIN, WA INNAA INSYAA ALLAAHU BIKUM LAAHIQUUN" (Semoga keselamatan terlimpah kepada kalian wahai penghuni kampung kaum mukminin, sesungguhnya insya Allah kami akan menyusul kalian)."_*
[HR. Abu Dawud / (20) - Kitabu Al Jana'izi / Babu Ma Yaqulu Idza Zara Al Qubura Au Marra Biha / No. Hadits : 2818].

*g6)• 💾 Bersikap Sopan Ketika Berziarah Kubur Dengan Mencopot Sandal Tidak Memakainya.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ بَكَّارٍ حَدَّثَنَا الْأَسْوَدُ بْنُ شَيْبَانَ عَنْ خَالِدِ بْنِ سُمَيْرٍ السَّدُوسِيِّ عَنْ بَشِيرِ بْنِ نَهِيكٍ عَنْ بَشِيرٍ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– وَكَانَ اسْمُهُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ زَحْمُ بْنُ مَعْبَدٍ فَهَاجَرَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– فَقَالَ :

*_«مَا اسْمُكَ؟»_*,

قَالَ : زَحْمٌ ،

قَالَ:  

*_«بَلْ أَنْتَ بَشِيرٌ »_*,

قَالَ : بَيْنَمَا أَنَا أُمَاشِي رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– مَرَّ بِقُبُورِ الْمُشْرِكِينَ ، فَقَالَ:

*_«لَقَدْ سَبَقَ هَؤُلَاءِ خَيْرًا كَثِيرًا (ثَلَاثًا)»_*,

ثُمَّ مَرَّ بِقُبُورِ الْمُسْلِمِينَ ، فَقَالَ :

*_«لَقَدْ أَدْرَكَ هَؤُلَاءِ خَيْرًا كَثِيرًا»_*,

وَحَانَتْ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– نَظْرَةٌ فَإِذَا رَجُلٌ يَمْشِي فِي الْقُبُورِ عَلَيْهِ نَعْلَانِ ، فَقَالَ :

*_«يَا صَاحِبَ السِّبْتِيَّتَيْنِ وَيْحَكَ أَلْقِ سِبْتِيَّتَيْكَ»_*,

فَنَظَرَ الرَّجُلُ فَلَمَّا عَرَفَ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– خَلَعَهُمَا فَرَمَى بِهِمَا.
[رواه احمد برقم : 20286، 20288، 21390. وأبو دبود واللفظ له / (٢٠) - كتاب الجنائز  / باب المشي في النعل بين القبور / رقم الحديث : ٣٢٣٠. والنسائي في الكبرى برقم : 2160. وابن ماجه برقم : 1557. وابن حبان برقم : 3249. والبيهقي في الكبرى: 4/ 79، برقم : 6668. والحاكم في المستدرك: 1/ 373، برقم : 1313. والطبراني في الكبير برقم : 1216. وأبو نعيم في معرفة الصحابة، برقم : 1125. والطحاوي في شرح معاني. والطيالسي برقم : 1208. وابن أبي شيبة برقم: 11898. وابن عبد البر في التمهيد: 21/ 78، برقم: 3701، 3702. وابن حزم الظاهري في المحلّى: 3/ 360، برقم : 911. وابن عساكر في تاريخ دمشق، برقم : 8448}

Telah menceritakan kepada kami : Sahl bin Bakkar. Telah menceritakan kepada kami Al Aswad bin Syaiban. Dari Khalid bin Sumair As Sadusi. Dari Basyir bin Nahik. Dari Basyir -(mantan budak Rasulullah 6 yang pada masa jahiliyah bernama Zahm bin Ma'bad)-, kemudian ia berhijrah
kepada Allah, lalu beliau bersabda:

*_"Siapakah namamu?"_*

Ia berkata; Zahm.

Beliau bersabda:

*_"sebaliknya, engkau adalah Basyir."_*

Ia berkata; ketika aku berjalan bersama Rasulullah –ﷺ💞–, beliau melewati kuburan orang-orang musyrik, lalu beliau berkata:

*_"Sungguh mereka telah mendahului mendapatkan kebaikan yang banyak. (Beliau mengatakannya tiga kali)."_*

Kemudian beliau melalui kuburan orang-orang muslim, kemudian beliau bersabda :

*_"Sungguh mereka telah mendapatkan kebaikan yang banyak."_*

Dan beliau melihat seseorang yang berjalan diantara kuburan mengenakan dua sandal. Kemudian beliau bersabda :

*_"Wahai pemilik dua sandal, lepaskan dua sandalmu!"_*

kemudian orang tersebut melihat dan ia kenal dengan Rasulullah –ﷺ💞–. Maka ia melepasnya dan meletakkannya.
[HR. Ahmad no. 20286، 20288، 21390. Teks Hadits Riwayat Abu Dawud / (20) - Kitabu Al Jana'izi / Babu Al Masyyi Fi An Na'li Baina Al Qabri / No. Hadist : 3230. Dan Nasa'i Dalam Al Kubra no. 2160. Ibnu Majah no. 1557. Ibnu Hibban no. 3249. Baihaqiy dlm Al Kubra : 4/ 79، no. 6668. Hakim dlm Al Mustadrak: 1/ 373 no. 1313. Thabaraniy dlm Al Kabir no. 1216. Abu Nu'aim dlm Ma'rifatu Al Shahabah no. 1125. Thahawiy dlm Syarhu Ma'aniy. Thayalisiy no. 1208. Ibnu Abi Syaibah no. 11898. Ibnu Abdil Barr dlm Al Tamhid: 21/ 78، no. 3701، 3702. Ibnu Hazm Al Dzahiriy dlm Al Muhalla: 3/ 360، no. 911. Ibnu 'Asakir dlm Tarikh Damsyiq no. 8448].


*1️⃣✍️• Menurut Madzhab Imam Muhammad Bin Idris Asy Syafi'iy RahimahumallAhu Ta'ala :*

*📂• Tersebut dalam Kitab Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala :*

الْمَشْهُورُ فِي مَذْهَبِنَا أَنَّهُ لَا يُكْرَهُ الْمَشْيُ فِي الْمَقَابِرِ بِالنَّعْلَيْنِ وَالْخُفَّيْنِ وَنَحْوِهِمَا مِمَّنْ صَرَّحَ بِذَلِكَ مِنْ اصحابنا الخطابى والعبد رى وَآخَرُونَ وَنَقَلَهُ الْعَبْدَرِيُّ عَنْ مَذْهَبِنَا وَمَذْهَبِ أَكْثَرِ الْعُلَمَاءِ قَالَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ رَحِمَهُ اللَّهُ يُكْرَهُ وَقَالَ صَاحِبُ الْحَاوِي يَخْلَعُ نَعْلَيْهِ لِحَدِيثِ بَشِيرِ بْنِ مَعْبَدٍ الصَّحَابِيِّ الْمَعْرُوفِ بِابْنِ الْخَصَاصِيَةِ قال " بينهما أَنَا أُمَاشِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى–ﷺ💞– نُظِرَ فَإِذَا رَجُلٌ يَمْشِي فِي الْقُبُورِ عَلَيْهِ نَعْلَانِ فَقَالَ يَا صَاحِبَ السِّبْتَتَيْنِ وَيْحَك أَلْقِ سِبْتَتَيْك فَنَظَرَ الرَّجُلُ فَلَمَّا عَرَفَ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– خَلَعَهُمَا (رَوَاهُ أَبُو دَاوُد وَالنَّسَائِيُّ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ)

وَاحْتَجَّ أَصْحَابُنَا بِحَدِيثِ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ –ﷺ💞– قَالَ " الْعَبْدُ إذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتَوَلَّى وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى إنَّهُ لَيَسْمَعَ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ فَأَقْعَدَاهُ إلَى آخِرِ الْحَدِيثِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ).

(وَأَجَابُوا) عَنْ الْحَدِيثِ الْأَوَّلِ بِجَوَابَيْنِ :

(أَحَدِهِمَا) وَبِهِ أَجَابَ الخطابي انه يشبه انه كرههما المعنى فِيهِمَا لِأَنَّ النِّعَالَ السِّبْتِيَّةَ - بِكَسْرِ السِّينِ - هِيَ الْمَدْبُوغَةُ بِالْقَرَظِ وَهِيَ لِبَاسُ أَهْلِ التَّرَفُّهِ وَالتَّنَعُّمِ فَنَهَى عَنْهُمَا لِمَا فِيهِمَا مِنْ الْخُيَلَاءِ فَأَحَبَّ –ﷺ💞– أَنْ يَكُونَ دُخُولُهُ الْمَقَابِرَ عَلَى زِيِّ التَّوَاضُعِ وَلِبَاسِ أَهْلِ الْخُشُوعِ،

(وَالثَّانِي) لَعَلَّهُ كَانَ فِيهِمَا نَجَاسَةٌ قَالُوا وَحَمَلَنَا عَلَى تَأْوِيلِهِ الْجَمْعُ بَيْنَ الْحَدِيثَيْنِ.
[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٥ ص ٣١٢ - ٣١٣ / كتاب الجنائز / باب التعزية والبكاء على الميت / أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بدون السنة].

“Yang masyhur dalam madhzab kami (Madzhab Syafi’i), yaitu tidaklah makruh memakai sandal atau khuf (sepatu) ketika memasuki area pemakaman. Yang menegaskan seperti ini adalah Imam Al Khottobi dari ulama Syafi’iyah, juga disampaikan oleh Al ‘Abdari dan ulama Syafi’i lainnya. Hal ini dinukil oleh Al ‘Abdari dari pendapat Syafi’iyah dan mayoritas atau kebanyakan ulama. Imam Ahmad bin Hambal mengatakan, bahwa memakai sandal ketika itu dimakruhkan. Penulis kitab Al Hawi mengatakan, bahwa sandal mesti dilepas ketika masuk areal makam mengingat hadis dari Basyir bin Ma’bad – sahabat yang telah ma’ruf dengan nama Ibnul Khososiyah, ia berkata: “Pada suatu hari saya berjalan bersama Rasulullah –ﷺ💞–, tiba-tiba beliau –ﷺ💞– melihat orang yang berjalan di areal pemakaman dalam keadaan memakai sandal, maka beliau –ﷺ💞– menegurnya: “Wahai orang yang memakai sandal, celaka engkau, lepaskan sandalmu!” Orang tersebut lantas melongok dan ketika ia tahu bahwa yang menegur adalah Rasulullah –ﷺ💞–, ia mencopot sandalnya.” Hadis ini dikeluarkan oleh Abu Daud dan An Nasai dengan sanad yang Hasan. (HR. Abu Daud no. 3230 dan An Nasai no. 2050. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadis ini Shahih)

Sedangkan dalil bolehnya dari Madzhab Syafi’iy adalah hadis dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi –ﷺ💞–:

“Jika seseorang dimasukkan dalam liang kubur, lalu ia ditinggalkan dan keluarga yang menziarahinya pergi, maka ia akan mendengar hentakan sandalnya, lalu dua malaikat akan mendatanginya, dan akan duduk di sampingnya.” Kemudian disebutkan hingga akhir hadis, diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim. (HR. Bukhari no. 1338 dan Muslim no. 2870).

Ulama Syafi’iyah untuk menyikapi hadis yang melarang yaitu hadis yang pertama memberikan dua jawaban:

1)- Al Khotobi mengatakan, bahwa itu cuma tidak disukai oleh Nabi –ﷺ💞– karena sandal tersebut disamak dan sandal seperti itu digunakan oleh orang yang biasa bergaya dengan nikmat yang diberi. Nabi –ﷺ💞– melarangnya karena dalamnya ada sifat sombong. Sedangkan Nabi –ﷺ💞– sangat suka jika seseorang memasuki areal kubur dengan sikap tawadhu’ dan khusyu’.

2)- Boleh jadi di sandal tersebut terdapat najis. Dipahami demikian, karena kompromi antara dua hadis yang ada.
[Lihat Kitab Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab : juz 5 hal 312 - 313 / Kitabu Al Jana'izi / Babu At Ta'ziyyah Wa Al Buka'i 'Ala Al Mayyiti / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


*📁• Tersebut dalam Kitab Syarhu Al Muqaddimah Al Hadhramiyyah = Busyra Al Karim Yasyrahu Masa'ila At Ta'limi karya Syaikh Sa'id Ba 'Aliy Ba'isy Al Hadhramiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala :*

و لا كراهة فى المشى على القبور بالنعل مالم تكن متنجسة بنجاسة رطبة فيحرم فيكره باليابسة
{انظر كتاب شرح المقدمة الحضرمية المسمى بشرى الكريم بشرح مسائل التعليم: ج ١ ص ٤٧٣ /  باب الجنائز / فصل: في الدفن وما يتعلق به / للشيخ سَعيد بن محمد بَاعَليّ بَاعِشن الدَّوْعَنِيُّ الرباطي الحضرمي الشافعي (المتوفى: ١٢٧٠ هـ) / الناشر: دار المنهاج للنشر والتوزيع، جدة الطبعة: الأولى، ١٤٢٥ هـ = ٢٠٠٤ مـ].

Tidak makruh berjalan diatas kuburan dgn sandal selagi sandal tersebut tidak terkena najis yang basah. Bila terkena najis yang basah maka haram. Adapun untuk najis yang kering hukumnya makruh.
[Lihat Syarhu Al Muqaddimah Al Hadhramiyyah = Busyra Al Karim Yasyrahu Masa'ila At Ta'limi : juz 1 hal 473 /Kitabu Al Jana'izi / Fashlun : Fi Ad Dafni Wa Ma Yata'allaqu Bihi / Karya Syaikh Sa'id Ba 'Aliy Ba'isy Al Hadhramiy Asy Syafi'iy / Dar Al Minhaj - Jeddah, Cet. Pertama, Th. 1425 H = 2004 M].


*📘• Tersebut dalam kitab " Asna Al Mathalib Di Syarhi Raudhotu Ath Thalib " karya Syaikh Zakariyya Al Anshariy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala:*

(وَمَشْيٌ) أَيْ وَلَا بَأْسَ بِمَشْيِ (مُتَنَعِّلٍ بِمَقْبَرَةٍ) لِخَبَرِ الصَّحِيحَيْنِ  «الْعَبْدُ إذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ حَتَّى يَسْمَعَ قَرْعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ» الْحَدِيثَ ,

وَأَجَابُوا عَنْ خَبَرِ أَبِي دَاوُد «أَنَّهُ –ﷺ💞– قَالَ لِرَجُلٍ: رَآهُ يَمْشِي فِي الْقُبُورِ بِنَعْلَيْنِ يَا صَاحِبَ السِّبْتِيَّتَيْنِ وَيْحَك أَلْقِ سِبْتِيَّتَيْك فَخَلَعَهُمَا» بِأَنَّهُ كَرِهَهُمَا لِمَعْنًى فِيهِمَا؛ لِأَنَّ النِّعَالَ السِّبْتِيَّةَ هِيَ الْمَدْبُوغَةُ بِالْقَرَظِ، وَهِيَ لِبَاسُ أَهْلِ التَّرَفُّهِ وَالتَّنَعُّمِ فَنَهَى عَنْهُمَا لِمَا فِيهِمَا مِنْ الْخُيَلَاءِ فَأُحِبُّ أَنْ يَكُونَ دُخُولُهُ الْمَقَابِرَ عَلَى زِيِّ التَّوَاضُعِ وَلِبَاسِ أَهْلِ الْخُشُوعِ وَبِأَنَّهُ يَحْتَمِلُ أَنَّهُ كَانَ فِيهِمَا نَجَاسَةٌ وَالنَّهْيُ عَلَى التَّقْدِيرَيْنِ لِلتَّنْزِيهِ لِمَا مَرَّ أَنَّهُ قَضَاءُ الْحَاجَةِ عِنْدَ الْقُبُورِ.
[انظر كتاب أسنى المطالب في شرح روضة الطالب : ج ١ ص ٣٢٨ / كتاب الصلاة وفيه سبعة أبواب / كتاب الجنائز / باب الدفن للميت / فرع يستحب أن يكون عدد الدافنين والمغسلين وترا / فرع لا يزاد القبر على ترابه الذي خرج منه / للإمام زكريا بن محمد بن زكريا الأنصاري، زين الدين أبو يحيى السنيكي (المتوفى: ٩٢٦هـ) / الناشر: دار الكتاب الإسلامي - بدون السنة].

Dan berjalan artinya tidak menjadi persoalan berjalan memakai sandal (alas kaki) diatas pekuburan berdasarkan 2 riwayat hadits yang Shahih :

"Jika seorang hamba (jenazahnya) sudah diletakkan didalam kuburnya dan teman-temannya sudah berpaling dan pergi meninggalkannya dan dia dapat mendengar gerak langkah sandal sandal mereka, maka akan datang kepadanya 2 malaikat ... Al Hadits." (HR. Bukhariy).

Dan mereka menyanggah dengan hadits riwayat Abu Dawud : Bahwasannya Nabi –ﷺ💞– bersabda kepada seorang laki-laki : yang beliau melihatnya berjalan diantara kuburan mengenakan dua sandal. Kemudian beliau berkata: "Wahai pemilik dua sandal, celaka kamu, lepaskan dua sandalmu!, maka ia melepaskan kedua sandalnya"

Sebab Nabi tidak suka pada 2 sandal tersebut, karena ada maksud didalam 2 jenis sandal tersebut, yakni dikarenakan sandal jenis sibtiyyah ialah sandal yang di samak dengan sejenis tumbuhan yang berdaun tiga serangkai, ia adalah pakaian orang-orang yang suka berhura hura dan bermewah mewahan, kemudian Nabi melarang menggunakan keduanya karena didalamnya mengandung unsur kekesombongan, maka lebih disukai apabila memasuki kuburan dengan hiasan orang-orang yang tawadhu', dan pakaian orang-orang yang khusyu', dan bisa saja mengandung najis pada keduanya, dan dilarang menilai keduanya untuk bersenang-senang karena perkara yang telah lewat, karena sesungguhnya hal itu adalah memenuhi kebutuhan diarea pekuburan (bukan tempat untuk berhibur dan bermewah mewahan).
[Lihat Kitab Asna Al Mathalib Di Syarhi Raudhotu Ath Thalib : juz 1 hal 328 / KitabuAsh Shalati Wa Fihi Sab'atu Abwabin / Kitabu Al Jana'izi / Babu Ad Dafni Lilmayyiti / Far'un : Yustahabbu An Yakuna 'Adadu Ad Daafinaini Al Maghsilaini Witran / Far'un : La Yuzadu Al Qabru 'Ala Turabihi Alladzi Kharaja Minhu / Karya Syaikh Zakariyya Al Anshariy Asy Syafi'iy / Dar Al Kitab Al Islamiy - Tnp. Tahun].


*📂• Syaikh Sulaiman Al-Bujairomiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Hasyiyyah Al Bujairamiy 'Ala Al Minhaj = At Tajrid Linaf'i Al 'Abid " mengatakan :*

(وَكُرِهَ جُلُوسٌ وَوَطْءٌ عَلَيْهِ) لِلنَّهْيِ عَنْهُمَا رَوَاهُ فِي الْأَوَّلِ مُسْلِمٌ وَفِي الثَّانِي التِّرْمِذِيُّ، وَقَالَ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَفِي مَعْنَاهُمَا الِاتِّكَاءُ عَلَيْهِ وَالِاسْتِنَادُ إلَيْهِ وَبِهِمَا صَرَّحَ فِي الرَّوْضَةِ (بِلَا حَاجَةٍ) مِنْ زِيَادَتِي مَعَ التَّصْرِيحِ بِالْكَرَاهَةِ فَإِنْ كَانَ لِحَاجَةٍ بِأَنْ لَا يَصِلَ إلَى مَيِّتِهِ أَوْ لَا يَتَمَكَّنَ مِنْ الْحَفْرِ إلَّا بِوَطْئِهِ فَلَا كَرَاهَةَ
[انظر كتاب حاشية البجيرمي على شرح المنهج = التجريد لنفع العبيد : ج ١ ص ٤٩٥ / كتاب الجنائز / فصل في دفن الميت / للشيخ سليمان بن محمد بن عمر البُجَيْرَمِيّ المصري الشافعي (المتوفى: ١٢٢١ هـ) / الناشر: مطبعة الحلبي الطبعة: بدون طبعة تاريخ النشر: ١٣٦٩ هـ = ١٩٥٠ مـ].

Dimakruhkan menduduki dan menginjak bagian atas kuburan, karena adanya larangan dari keduanya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim pada masalah pertama dan Riwayat Imam Tirmidziy pada  masalah kedua, dan ia mengatakan : hadits Hasan Shahih. Didalam makna keduanya adalah ittika' (duduk bertekanan diatas kubur) dan bersandar padanya, dan dengan model duduk keduanya telah dijelaskan dalam kitab Ar Raudhah, dengan tanpa ada keperluan adalah tambahanku beserta kejelasan tentang kemakruhannya, maka jika ada hajat keperluan apabila tidak bisa sampai  mayyitnya atau tidak mungkinnya menggali kecuali dengan harus menginjakinya, maka tidak makruh sama sekali.
[Lihat Kitab Hasyiyyah Al Bujairamiy 'Ala Al Manhaj = At Tahrid Linaf'i Al 'Abid : juz 1 hal 495 / Kitabu Al Jana'izi / Fashlun Fi Dafni Al Mayyiti / Karya Syaikh Sulaiman Al Bujairamiy Asy Syafi'iy / Mathba'ah Al Halabiy , Th. 1369 H = 1950 M].


*✒• Imam Asy-Syaafi’iy rahimahullahu ta'åla berkata didalam Kitabnya " Al Umm ":*

وَأَكْرَهُ وَطْءَ الْقَبْرِ وَالْجُلُوسَ وَالِاتِّكَاءَ عَلَيْهِ، إِلَّا أَنْ لَا يَجِدَ الرَّجُلُ السَّبِيلَ إِلَى قَبْرِ مَيِّتِهِ، إِلَّا بِأَنْ يَطَأَهُ، فَذَلِكَ مَوْضِعُ ضَرُورَةٍ، فَأَرْجُو حِينَئِذٍ أَنْ يَسَعَهُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى.
[انظر كتاب ألأم : ج ١ ص ٣١٦ / كتاب الجنائز / باب الدفن / باب ما يكون بعد الدفن / للإمام أبو عبد الله محمد بن إدريس بن العباس بن عثمان بن شافع بن عبد المطلب بن عبد مناف المطلبي القرشي المكي (المتوفى: ٢٠٤ هـ) / الناشر: دار المعرفة - بيروت الطبعة: بدون طبعة سنة النشر: ١٤١٠ هـ = ١٩٩٠ مـ].

“Aku membenci menginjak kubur, duduk, atau bersandar di atasnya; kecuali apabila seseorang tidak menemukan jalan lain ke kubur yang ditujunya melainkan dengan menginjaknya. Kondisi tersebut adalah darurat, dan aku harap ia mendapat keluasaan (dispensasi), insya Allahu ta’ala” .
[Lihat Kitab Al-‘Umm : juz  1 hal 316 / Kitabu Al Jana'izi / Babu Ad Dafni / Babu Ma Yakunu Ba'da Ad Dafni / Karya Imam Muhammad Bin Idris Asy Syafi'iy / Dar Al Ma'rifah - Beirut Libanon, Th. 1410 H = 1990 M].


*👌• Berkata Syåikh Muhammad bin 'Umar  Nawawiy Al Bantaniy Al Indonisiy Asy Syafi'iy dalam kitabnya " Nihayatu  Az Zain Fi Irsyadi Al Mubtadiin ":*

(و) كره جُلُوس على الْقَبْر الْمُحْتَرَم واتكاء عَلَيْهِ واستناد إِلَيْهِ و (وَطْء عَلَيْهِ إِلَّا لضَرُورَة) أَي حَاجَة بِأَن حَال الْقَبْر عَمَّن يزوره وَلَو أَجْنَبِيّا بِأَن لَا يصل إِلَيْهِ إِلَّا بِوَطْئِهِ فَلَا يكره وَفهم بِالْأولَى عدم الْكَرَاهَة لضَرُورَة الدّفنوَالْحكمَة فِي عدم الْجُلُوس وَنَحْوه توقير الْمَيِّت واحترامه

وَأما خبر مُسلم أَنه صلى الله عَلَيْهِ وَسلم قَالَ لِأَن يجلس أحدكُم على جَمْرَة فتخلص إِلَى جلده خير لَهُ من أَن يجلس على قبر ففسر الْجُلُوس عَلَيْهِ بِالْجُلُوسِ للبول وَالْغَائِط وَهُوَ حرَام بِالْإِجْمَاع

أما غير الْمُحْتَرَم كقبر مُرْتَد وحربي فَلَا كَرَاهَة فِي الْجُلُوس وَنَحْوه وَلَا يحرم الْبَوْل والتغوط على قبورهما.
[انظر كتاب نهاية الزين في إرشاد المبتدئين ص : ١٥٥ / فصل في الجنائز / للشيخ محمد بن عمر نووي الجاوي البنتني إقليما، التناري بلدا (المتوفى: ١٣١٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بيروت الطبعة: الأولى - بدون السنة].

"Dimakruhkan duduk, menginjak, berjalan dan bersandar atas kuburan orang yang di hormati  kecuali karena hajat keperluan  seperti kondisi kuburan yang di penuhi dengen penziarah dan kita tidak akan sampai ke kuburan yang kita tuju kecuali dengen berjalan di atas kuburan lain, maka tidak di makruhkan berjalan lebih2 lagi tidak makruh menginjak apabila pemakaman tersebut berdesakan.

Adapun hadist yang menyatakan :

*"Duduk di atas bara api lebih bagus dari pada duduk diatas kuburan’.*

*_Ditafsirkan dengan duduk untuk kencing atau berak maka hukumnya haram dengan ijma’ para ulama._*

Sedangkan kuburan orang yang tidak di hormati seperti kuburan orang murtad, kuburan orang kafir harbi maka tidak makruh duduk atau menginjaknya walau tidak ada hajat, dan tidak haram kencing atau berak di atas kuburan tersebut."
[Lihat Kitab Nihayatu Az Zain Fi Irsyadi Al Mubtadiin hal : 155 / Fashlun Fi Al Jana'izi /  Karya Syaikh Muhammad Bin 'Umar  Nawawiy Al Bantaniy Al Indonesia Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Beirut, Cet. Pertama, Tnp. Tahun].


*🎤• Imam Asy-Syaukani Asy Syi'iy (Syi'ah) Az Zaidiyah  rahimahullahu ta'åla ketika mengomentari hadits Abu Hurairah radliyyAllaahu ‘anhu di atas yang menukil dari jumhur ulama’ :*

فِيهِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُ لَا يَجُوزُ الْجُلُوسُ عَلَى الْقَبْرِ وَقَدْ تَقَدَّمَ النَّهْيُ عَنْ ذَلِكَ وَذَهَبَ الْجُمْهُورُ إلَى التَّحْرِيمِ، وَالْمُرَادُ بِالْجُلُوسِ الْقُعُودُ.
{انظر كتاب نيل الأوطار : ج ٤ ص ١٠٧ / كتاب الجنائز / أبواب الدفن وأحكام القبور / باب آداب الجلوس في المقبرة والمشي فيها / للإمام محمد بن علي بن محمد بن عبد الله الشوكاني اليمني (المتوفى: ١٢٥٠هـ) / الناشر: دار الحديث، مصر الطبعة: الأولى، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٣ مـ].

“Hadits tersebut terdapat dalil tidak diperbolehkannya duduk di atas kubur, dan telah disebutkan larangan tentang hal tersebut. Jumhur ulama berpendapat *_hukumnya haram._* Dan yang dimaksud dengan kata juluus adalah qu’uud (duduk)”.
[Lihat Kitab Nailu Al-Authaar : juz 4 hal 107 / Kitabu Al Jana'izi / Abwabu Ad Dafni Wa Ahkamu Al Quburi / Babu Adabi Al Julusi Fi Al Maqbarati Wa Al Masyyi Fiha / Karya Imam Asy Syaukaaniy Al Yamaniy / Dar Al Hadits - Mesir, Cet. Pertama, Th. 1413 H = 1993 M].


*2️⃣🌴• Menurut Madzhab Imam Abu Hanifah RahimahullAhu Ta'ala:*

*✍️• Tersebut dalam kitab 'Umdatu Al Qariy Syarhu Shahih Al Bukhariy " Karya Al 'Alamah Badruddin Al 'Ainiy Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala  :*

وَقَالَ الْجُمْهُور من الْعلمَاء بِجَوَاز ذَلِك، وَهُوَ قَول الْحسن وَابْن سِيرِين وَالنَّخَعِيّ وَالثَّوْري وَأبي حنيفَة وَمَالك وَالشَّافِعِيّ وجماهير الْفُقَهَاء من التَّابِعين وَمن بعدهمْ،
[انظر كتاب عمدة القاري شرح صحيح البخاري للإمام ألعيني الحنفي : ج ٨ ص ١٤٧ / كتاب الجنائز / باب من أحب الدفن في الأرض المقدسة أو نحوها / للعلامة أبو محمد محمود بن أحمد بن موسى بن أحمد بن حسين الغيتابى الحنفى بدر الدين العينى (المتوفى: ٨٥٥هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت - بدون السنة].

"Mayoritas ulama' berpendapat akan bolehnya berjalan memakai sandal dikuburan. Itu merupakan pendapat Al Hasan (Al Bashriy), Ibnu Sirin, Al Nakha'iy, Tsauriy, Abi Hanifah, Malik, Syafi'i, dan mayoritas ulama fiqih dari generasi tabiin atau setelah generasi mereka."
[Lita'ala Kitab 'Umdatu Al Qariy Syarhu Shahih Al Bukhariy : juz 8 hal 147 / Kitabu Al Jana'izi / Babu Man Ahabba Ad Dafna Fi Al Ardhi Al Muqaddasah Au Nahwiha / Karya Al 'Alamah Badruddin Al 'Ainiy Al Hanafiy / Dar Ihya'i At Turats Al 'Arabiy - Beirut , Tnp. Tahun].


*✍️• Al 'Alamah Badruddin Al 'Ainiy Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Banayah " mengatakan :*

والنهي في حديث جابر عن دفنه قبل الصلاة عليه والمشي بالنعلين لا بأس به في القبور إذا لم يدركها كالماشي وهو المشهور من مذهب الشافعي، وكره النعلين أحمد ومنع ابن حزم النعال السبتية دون غيرها.
[انظر كتاب البناية شرح الهداية : ج ٣ ص ٢٦١ / كتاب الصلاة / باب الجنائز / فصل في الدفن / الدفن ليلا /  للعلامة أبو محمد محمود بن أحمد بن موسى بن أحمد بن حسين الغيتابى الحنفى بدر الدين العينى (المتوفى: ٨٥٥ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بيروت، لبنان الطبعة: الأولى، ١٤٢٠ هـ = ٢٠٠٠ مـ]

Dan larangan dalam hadits Jabir dari menguburnya sebelum menshalatinya, dan berjalan dengan 2 sandal tidak menjadi persoalan dengannya diatas kuburan ketika tidak ditemukannya seperti orang yang berjalan, dan itu terkenal dari Madzhab Asy Syafi'iy, dan Imam Ahmad memakruhkan memakai 2 sandal, dan Ibnu Hazm Adz Dzohiriy melarang memakai 2 sandal jenis sibtiyyah bukan selainnya.
[Lihat Kitab Al Banayah Syarhu Al Hidayah : juz 3 hal 261 / Kitabu Ash Shalati / Babu Al Jana'izi / Fashlun: Fi Ad Dafni / Ad Dafnu Lailan / Karya Imam Badruddin Al 'Ainiy Al Hanafiy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut Libanon, Cet. Pertama, Th. 1420 H = 2000 M].


*👌• Syaikh Ath Thahawiy Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitab Hasyiyyahnya mengatakan :*

ومن السنة أن لا يطأ القبور في نعليه ويستحب أن يمشي على القبور حافيا ويدعو الله تعالى لهم.
[انظر كتاب حاشية الطحطاوي على مراقي الفلاح شرح نور الإيضاح : ص ٦٢٠ / كتاب الصلاة / فصل في زيارة القبور / للشيخ أحمد بن محمد بن إسماعيل الطحطاوي الحنفي (توفي : ١٢٣١ هـ ) / الناشر: دار الكتب العلمية بيروت - لبنان الطبعة: الطبعة الأولى ١٤١٨ هـ = ١٩٩٧ مـ].

Dan termasuk Sunnah apabila tidak memperlambat langkah pada kuburan diatas 2 sandalnya, dan disunnahkan apabila berjalan diatas kuburan tanpa alas kaki dan mendoakan kepada Allah Ta'ala untuk mereka.
[Lihat Kitab Hasyiyyah Ath Thahawiy 'Ala Muraqiy Al Falahi Syarhu Nuuri Al Idhooh : hal 620 / Kitabu Ash Shalati / Fashlun : Fi Ziyarati Al Quburi / Karya Syaikh Ath Thahawiy Al Hanafiy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut Libanon, Cet. Pertama, Th. 1418 H = 1997 M].


*📓• Tersebut dalam kitab Al Fatawa Al Hindiyyah himpunan komite ulama' pimpinan Syaikh Nidzomuddin Al Balkhiy Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala :*

وَالْمَشْيُ فِي الْمَقَابِرِ بِنَعْلَيْنِ لَا يُكْرَهُ عِنْدَنَا، كَذَا فِي السِّرَاجِ الْوَهَّاجِ.
[انظر كتاب الفتاوى الهندية : ج ١ ص ١٦٧ /  كتاب الصلاة وفيه اثنان وعشرون بابا / الباب الحادي والعشرون في الجنائز وفيه سبعة فصول مسائل في التعزية / لجنة علماء برئاسة نظام الدين البلخي / الناشر: دار الفكر الطبعة: الثانية، ١٣١٠ هـ].

Dan berjalan diatas pemakaman dengan memakai 2 sandal tidak dimakruhkan menurut kami (Hanafiyyah). Hal ini seperti dalam kitab As Siraj Al Wahhaj.
[Lihat Kitab Al Fatawa Al Hindiyyah : juz 1 hal 167 / Kitabu Ash Shalati Wa Fihi Itsnani  Wa 'Isyruna Baban / Al Babu Al Hadi Wa Al 'Isyruna Fi Al Jana'izi Wa Fihi Sab'atu Fushuli  Masa'ilin Fi At Ta'ziyyah / Komite Ulama' Pimpinan Syaikh Nidzomuddin Al Balkhiy Al Hanafiy / Dar Al Fikri, Cet. Kedua, Th. 1310 H].


*3️⃣📂• Menurut Madzhab Imam Malik Bin Anas RahimahullAhu Ta'ala :*

*🌴• Syaikh Ibnu 'Irfah Ad Dasuqiy Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Asy Syarhu Al Kabir Lisy Syaikh Ad Dardir "  mengatakan :*

(وَالْقَبْرُ) لِغَيْرِ السِّقْطِ (حَبْسٌ لَا يُمْشَى عَلَيْهِ) أَيْ يُكْرَهُ حَيْثُ كَانَ مُسَنَّمًا وَالطَّرِيقُ دُونَهُ وَإِلَّا جَازَ وَلَوْ بِنَعْلٍ وَكَذَا الْجُلُوسُ عَلَيْهِ
[انظر كتاب الشرح الكبير للشيخ الدردير وحاشية الدسوقي : ج ١ ص ٤٢٨ / باب في بيان أوقات الصلاة وما يتعلق بذلك من الأحكام / فصل أحكام الموتى / من لا يجب تغسيلهم / للإمام محمد بن أحمد بن عرفة الدسوقي المالكي (المتوفى: ١٢٣٠ هـ) / الناشر: دار الفكر الطبعة: بدون السنة].

Dan kuburan selain kuburan siqtu (mayyit bayi prematur) dijaga dan tidak boleh diinjak bagian atasnya, artinya dimakruhkan sekiranya kuburannya dibuat gundukkan dan  ada jalan selainnya, jikalau tidak demikian maka  boleh menginjaknya walaupun memakai sandal, dan begitu juga boleh  menduduki bagian atasnya.
[Lihat Kitab Asy Syarhu Al Kabir Lisy Syaikh Ad Dardir = Hasyiyyah Ad Dasuqiy : juz 1 hal 428 / Babu Fi Bayani Auqati Ash Shalati Wa Ma Yata'allaqu Bidzalika Min Al Ahkami / Fashlun : Ahkamu Al Mauta / Karya Syaikh Ibnu 'Irfah Ad Dasuqiy Malikiy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].

 

 *4️⃣✍️• Menurut Madzhab Imam Ahmad Bin Hanbal RahimahullAhu Ta'ala :*

*📂• Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Mughniy " mengatakan:*

مَسْأَلَةٌ: قَالَ: (وَيَخْلَعُ النِّعَالَ إذَا دَخَلَ الْمَقَابِرَ) . هَذَا مُسْتَحَبٌّ؛ لِمَا رَوَى بَشِيرُ ابْنُ الْخَصَاصِيَةِ، قَالَ: «بَيْنَا أَنَا أُمَاشِي رَسُولَ اللَّهِ–ﷺ💞– إذَا رَجُلٌ يَمْشِي فِي الْقُبُورِ، عَلَيْهِ نَعْلَانِ، فَقَالَ: يَا صَاحِبَ السِّبْتِيَّتَيْنِ، أَلْقِ سِبْتِيَّتَيْك. فَنَظَرَ الرَّجُلُ، فَلَمَّا عَرَفَ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– خَلَعَهُمَا , فَرَمَى بِهِمَا. (رَوَاهُ أَبُو دَاوُد). انتهى
[انظر كتاب والمغني : ج ٢ ص ٤٢٠ / كتاب الجنائز / مسألة ماتت نصرانية وهي حاملة من مسلم فأين تدفن / للإمام  أبو محمد موفق الدين عبد الله بن أحمد بن محمد بن قدامة الجماعيلي المقدسي ثم الدمشقي الحنبلي، الشهير بابن قدامة المقدسي (المتوفى: ٦٢٠ هـ) / الناشر: مكتبة القاهرة, تاريخ النشر: ١٣٨٨ هـ = ١٩٦٨ مـ].

Disunnahkan melepas sandal jika memasuki pemakaman berdasarkan hadits Basyir bin al Khashashiyah, beliau  berkata :

”Ketika aku berjalan menemani Rasulullah–ﷺ💞– ada seorang laki-laki yang berjalan di kuburan dengan menggunakan dua sandal. Lalu beliau–ﷺ💞– bersabda :

*_" Wahai pemilik dua sandal, celaka kamu lepaskan kedua sandalmu."_*

Lalu lelaki itu pun menoleh dan tatkala dia mengetahui Rasulullah –ﷺ💞– maka dia pun melepaskan dan menjauhkan kedua sandalnya.”(HR. Abu Dawud).
[Lihat Kitab Al Mughniy : juz 2 hal 420 / Kitabu Al Jana'izi / Mas'alatun : Matat Nashraniyyatun Wa Hiya Hamilatun Min Muslimin Fa'aina Tudfanu / Karya Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy Al Hanbaliy / Maktabah Al Qahirah, Th. 1388 H = 1968 M].


🌴📓• Tersebut dalam kitab Syarhu Az Zarkasyi 'Ala Mukhtashar Al Kharqiy karya Imam Syamsuddin Az Zarkasyi Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala :*

يستحب خلع النعال في المقبرة، ويكره المشي فيها إذاً_لما روى بشير مولى رسول الله [قال: بينما أنا أماشي رسول الله صلى الله عليه وسلم] مر بقبور المشركين...إلى ان قال... فنظر الرجل فلما عرف رسول الله خلعهما، فرمى بهما.

راه أبو داود، والنسائي، واحتج به أحمد في رواية حنبل وغيره، وقال: هذا أمر من النبي صلى الله عليه وسلم، وصححه في رواية محمد بن الحكم، ونقل عنه ما يدل على جواز ذلك من غير كراهة.
[انظر شرح الزركشي على مختصر الخرقي : ج ٢ ص ٣٦٦ /  (٢٠) - كتاب الجنائز / صلاة الجنازة على مرتكب الكبيرة / للإمام شمس الدين محمد بن عبد الله الزركشي المصري الحنبلي (المتوفى: ٧٧٢ هـ) / الناشر: دار العبيكان الطبعة: الأولى، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٣ مـ].

Disunnahkan melepas sandal ketika berjalan dipekuburan, dan makruh memakainya. Hal ini berdasarkan hadits Nabi riwayat dari Basyir mantan budak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallama yang pada
hiliyah bernama Zahm bin Ma'bad, kemudian ia berhijrah kepada Allah, lalu beliau bersabda:

...."Wahai pemilik dua sandal, lepaskan dua sandalmu!" kemudian orang tersebut melihat dan ia kenal dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka ia melepasnya dan meletakkannya.

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa'i. Dan Imam Ahmad berhujjah dengan hadits ini dalam riwayat Hanbal dan yang lainnya. Beliau mengatakan : Ini adalah perintah Nabi shalallaahu 'alaihi wasallama. Dan beliau juga menshahihkan dalam riwayat Muhammad bin Al Hakam, beliau menukil darinya akan hukum bolehnya memakai sandal dipekuburan dengan tanpa adanya kemakruhan.
[Lihat Kitab Syarhu Al Zarkasyi 'Ala Mukhtashar Al Khurqiy: juz 2 hal 366 / (20) - Kitabu Al Jana'izi / Shalati Al Janazati 'Ala Murtakabi Al Kabirah / Karya Imam Syamsuddin Muḥammad Az Zarkasyiy Al Hanbaliy / Dar Al 'Abikaan, Cet. Pertama, Th. 1413 H = 1993 M].


*✍️• Imam Burhanuddin Ibnu Muflih Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Mubdi' Fi Syarhi Al Muqni' " mengatakan :*

 (وَالْجُلُوسُ) لِمَا رَوَى مُسْلِمٌ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مَرْفُوعًا «لِأَنْ يَجْلِسَ أَحَدُكُمْ عَلَى جَمْرَةٍ فَتَحْرِقَ ثِيَابَهُ، فَتَخْلُصَ إِلَى جِلْدِهِ، خَيْرٌ من أَنْ يَجْلِسَ عَلَى قَبْرٍ» .

 (وَالْوَطْءُ عَلَيْهِ) لِمَا رَوَى ابْنُ مَاجَهْ وَالْخَلَّالُ مَرْفُوعًا «لِأَنْ أَطَأَ عَلَى جَمْرَةٍ أَوْ سَيْفٍ أَحَبُّ إِلَيَّ [مِنْ] أَنْ أَطَأَ عَلَى قَبْرِ مُسْلِمٍ» ، وَفِي " الْكَافِي " إِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ طَرِيقٌ إِلَى قَبْرِ مَنْ يَزُورُهُ إِلَّا بِالْوَطْءِ جَازَ لِلْحَاجَةِ

(وَالِاتِّكَاءُ إِلَيْهِ) لِمَا رَوَى أَحْمَدُ «أَنَّ النَّبِيَّ –ﷺ💞– رَأَى عَمْرَو بْنَ حَزْمٍ مُتَّكِئًا عَلَى قَبْرٍ فَقَالَ: لَا تُؤْذِهِ» .
[انظر كتاب المبدع في شرح المقنع : ج ٢ ص ٢٧٤ / كتاب الجنائز / أحكام خاصة بالقبر / للإمام إبراهيم بن محمد بن عبد الله بن محمد ابن مفلح، أبو إسحاق، برهان الدين (المتوفى: ٨٨٤ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت - لبنان الطبعة: الأولى، ١٤١٨ هـ = ١٩٩٧ مـ].

Dan makruh duduk diatas kuburan berdasarkan riwayat hadits yang telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abi Hurairah radhiyyAllahu 'anhu secara marfu' :

*_"Sesungguhnya seorang dari kalian yang duduk ditas bara api lalu membakar pakaian hingga menyisakan kulitnya lebih baik baginya daripada duduk diatas sebuah kuburan."_* (HR. Muslim).

Dan makruh menginjak kuburan berdasarkan riwayat hadits yang telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan Al Khalal secara marfu'

“Sesungguhnya jika aku menginjak bara api atau pedang, itu masih lebih baik bagiku dibandingkan aku menginjak kuburan seorang muslim”. (HR.Ibnu Majah. Dan Al Khalal)

Dan didalam kitab Al Kafi disebutkan : Apabila tidak ada jalan menuju kuburan mayyit yang akan diziarahinya kecuali harus menginjaki (kuburan lainnya), maka diperbolehkan karena adanya kebutuhan.

Dan makruh bertekanan diatas kuburan berdasarkan riwayat hadits yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad :

Sesungguhnya Rasulullah –ﷺ💞– melihat 'Amr bin Hazm  bersandar diatas kuburan kemudian beliau bersabda;

*_"Jangan ganggu penghuni kubur ini."_*(HR. Ahmad).
[Lihat Kitab Al Mubdi' Fi Syarhi Al Muqni' : juz 2 hal 274 / Kitabu Al Jana'izi / Ahkamu Khashatin Bi Al Qabri / Karya Imam Burhanuddin Ibnu Muflih Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut Libanon, Cet. Pertama, Th. 1418 H = 1997 M].


*📁• Imam 'Alauddin Al Murdawiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Inshaf Fi Ma'rifati Ar Rajih Min Al Khilafi " mengatakan :*

قَوْلُهُ (وَيُكْرَهُ الْجُلُوسُ وَالْوَطْءُ عَلَيْهِ وَالِاتِّكَاءُ إلَيْهِ) هَذَا الْمَذْهَبُ، وَعَلَيْهِ أَكْثَرُ الْأَصْحَابِ، وَكَرَاهَةُ الْمَشْيِ فِي الْمَقَابِرِ بِالنَّعْلَيْنِ مِنْ مُفْرَدَاتِ الْمَذْهَبِ وَجَزَمَ بِهِ نَاظِمُهَا،
[انظر كتاب الإنصاف في معرفة الراجح من الخلاف : ج ٢ ص ٥٥٠ /  كتاب الصلاة / كتاب الجنائز / للإمام علاء الدين أبو الحسن علي بن سليمان المرداوي الدمشقي الصالحي الحنبلي (المتوفى: ٨٨٥ هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي الطبعة: الثانية - بدون السنة].

Ungkapan mushannif/pengarang (dan dilarang duduk, menginjak bagian atas kuburan, dan duduk bertekanan kepadanya) inilah Al Madzhab (Imam Ahmad), dan lebih banyak teman (pengikut Imam Ahmad) berpegangan atasnya, dan tidak suka berjalan diatas  kuburan dengan 2 sandal yang termasuk dari ungkapan  madzhab (Imam Ahmad), dan penyusunnya telah  menegaskan dengannya,
[Lihat Kitab Al Inshaf Fi Ma'rifati Ar Rajih Min Al Khilafi : juz 2 hal 550 / Kitabu Ash Shalati / Kitabu Al Jana'izi / Karya Imam 'Alauddin Al Murdawiy Al Hanbaliy / Dar Ihya'i At Turats Al 'Arabiy, Cet. Kedua, Tnp. Tahun].


*🌴• Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Kasyafu Al Qina' 'Ala Matni Al Iqna' " mengatakan :*

(وَيُكْرَهُ الْمَشْيُ بِالنَّعْلِ فِيهَا) أَيْ: فِي الْمَقْبَرَةِ، لِمَا رَوَى بَشِيرُ ابْنُ الْخَصَاصِيَةِ ....

رَوَاهُ أَبُو دَاوُد وَقَالَ أَحْمَدُ: إسْنَادُهُ جَيِّد وَلِأَنَّ خَلْعَ النَّعْلَيْنِ أَقْرُبُ إلَى الْخُشُوعِ وَزِيُّ أَهْلِ التَّوَاضُعِ، وَاحْتِرَامُ أَمْوَاتِ الْمُسْلِمِينَ ...

(لَا) يُكْرَهُ الْمَشْيُ بَيْنَ الْقُبُورِ (بِخُفٍّ) لِأَنَّهُ لَيْسَ بِنَعْلٍ وَلَا فِي مَعْنَاهُ وَيَشُقُّ نَزْعُهُ وَرُوِيَ عَنْ أَحْمَدَ أَنَّهُ كَانَ إذَا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ إلَى الْجِنَازَةِ لَبِسَ خُفَّيْهِ وَأَمَّا وَطْءُ الْقَبْرِ نَفْسِهِ فَمَكْرُوهٌ مُطْلَقًا لِمَا سَبَقَ.

 (وَيُسَنُّ خَلْعُ النَّعْلِ إذَا دَخَلَهَا) أَيْ: الْمَقْبَرَةَ، لِمَا سَبَقَ (إلَّا خَوْفَ نَجَاسَةٍ أَوْ شَوْكٍ وَنَحْوِهِ) مِمَّا يُتَأَذَّى بِهِ، كَحَرَارَةِ الْأَرْضِ لِأَنَّهُ عُذْرٌ...
[انظر كتاب كشاف القناع عن متن الإقناع : ج ٢ ص ١٤١ /  كتاب الجنائز / فصل رفع القبر عن الأرض/ للإمام منصور بن يونس بن صلاح الدين ابن حسن بن إدريس البهوتى الحنبلى (المتوفى: ١٠٥١ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بدون السنة].

Dan makruh berjalan dengan memakai sandal dikuburan, berdasarkan hadits yang telah diriwayatkan oleh Basyir Ibnu Al Khashashiyyah ...

Abu Dawud telah meriwayatkannya. Dan Imam Ahmad berkata : SANADNYA JAYYID (BAGUS) dan sesungguhnya melepas kedua sandal lebih mendekati kepada kekhusyu'an dan hiasan ahli tawadhu' (rendah diri), dan memuliakan orang - orang yang meninggal dari kaum muslimin ...

Tidak dimakruhkan berjalan diantara kuburan dengan mengenakan khuf (kaos kaki) karena ia bukan termasuk jenis  sandal dan juga bukan didalam kesamaannya, dan sulit melepaskannya. Dan diriwayatkan dari Imam Ahmad bahwa dia ketika akan keluar menyaksikan jenazah ia memakai kaos kakinya, dan adapun menginjak kuburan yakni bentuk kuburan itu sendiri, maka  hukumnya adalah makruh secara mutlak, berdasarkan hadits yang telah lampau.

Dan disunnahkan melepas sandal ketika memasuki kuburan berdasarkan riwayat hadits yang telah lewat, kecuali apabila takut terkena najis, duri, dan semacamnya, dari setiap perkara yang dapat menyakiti, seperti panasnya tanah (yang diinjak), karena hal tersebut adalah udzur (penghalang) ...
[Lihat Kitab Kasyafu Al Qina' 'Ala Matni Al Iqna' : juz 2 hal 141 / Kitabu Al Jana'izi / Fashlun : Raf'u Al Qabri 'An Al Ardhi / Karya Imam Manshur Al Buhutiy Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Tnp. Tahun].


*5️⃣💾• Menurut Madzhab Imam Dawud Adz Dzohiriy RahimahullAhu Ta'ala :*

*💾• Imam Ibnu Hazm Adz Dzohiriy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Muhalla Bi Al Atsari " mengatakan :*

 وَلَا يَحِلُّ لِأَحَدٍ أَنْ يَمْشِيَ بَيْنَ الْقُبُورِ بِنَعْلَيْنِ سِبْتِيَّتَيْنِ وَهُمَا اللَّتَانِ لَا شَعْرَ فِيهِمَا، فَإِنْ كَانَ فِيهِمَا شَعْرٌ: جَازَ ذَلِكَ؟ فَإِنْ كَانَتْ إحْدَاهُمَا بِشَعْرٍ، وَالْأُخْرَى بِلَا شَعْرٍ: جَازَ الْمَشْيُ فِيهِمَا
[انظر كتاب المحلى بالآثار : ج ٣ ص ٣٥٩ /  كتاب الجنائز صلاة الجنائز وحكم الموتى / مسألة المشي بين القبور / للإمام أبو محمد علي بن أحمد بن سعيد بن حزم الأندلسي القرطبي الظاهري (المتوفى: ٤٥٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بيروت - بدون السنة].

Dan tidak halal bagi seseorang apabila ia berjalan diantara kuburan dengan memakai 2 sandal jenis sibtiyyah, dan keduanya tidak ada rambutnya sama sekali, maka jikalau terdapat rambut pada keduanya, maka semua itu boleh, dan apabila pada salah satunya terdapat rambut dan yang lainnya tidak ada rambutnya, maka boleh berjalan (diatas kuburan) dengan beralaskan Keduanya.
[Lihat Kitab Al Muhalla Bi Al Atsari : juz 3 hal 359 / Kitabu Al Jana'izi Shalatu Al Jana'izi Wa Hukmu Al Mauta / Mas'alatun : Al Masyu Baina Al Quburi / Karya Imam Ibnu Hazm Adz Dzohiriy / Dar Al Fikri - Beirut - Tnp. Tahun].


*💾📂• Semua keterangan ini seperti yang terdapat dalam kitab Fiqih 'ala Madzahibi All-Arba’ah karya Imam Al Jaziriy rahimahullAhu ta'ala:*

ويكره المشي على القبور إلا لضرورة كما إذا لم يصل إلى قبر ميته إلا بذلك باتفاق، وخالف المالكية،
[انظر كتاب الفقه على المذاهب الأربعة : ج ١ ص ٤٨٧ /  كتاب الصلاة / مباحث الجنائز / مباحث مختلفة / اتخاذ البناء على القبور / للإمام عبد الرحمن بن محمد عوض الجزيري (المتوفى: ١٣٦٠ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت - لبنان الطبعة: الثانية، ١٤٢٤ هـ = ٢٠٠٣ مـ].

“Makruh berjalan di atas kuburan kecuali dalam keadaan darurat, seperti seseorang yang tidak bisa sampai pada kuburan mayatnya kecuali dengan cara melangkahi kuburan. Hukum ini telah menjadi kesepakatan para ulama (Hanafiyyah, Syafi'iyyah, dan Hanabillah)، dan Malikiyyah (pengikut Imam Malik) berbeda pendapat.”
[Lihat Kitab  Al-Fiqh 'Ala Al-Madzahib Al-Arba’ah :  juz 1 hal. 487 / Kitabu Ash Shalati / Mubahatsu Al Jana'izi / Mubahatsun Mukhtalifatun / Ittikhadzu Al Bina'i 'Ala Al Quburi / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut Libanon,  Kedua, Th. 1424 H = 2003 M].

 *g7)• 📂Menambahkan Faidah Ataupun Fadloilu A'mal Dengan Membacakan Surat Yasin Dengan Niat Untuk Memohonkan Ridlo Allah Dan Kaplingan Akhirat Kecuali Allah Ta'ala Akan Mengampuninya.*

Dalam masyarakat umum biasanya jikalau membacakan surat Yasin bagi orangtuanya atau saudara maupun tetangganya yang sudah tidak bisa diharapkan kesembuhan dari sakitnya dibacakan Surat Yasin baik sendiri atau mengajak satu jama'ah, dengan niatan " jika masih dikehendaki hidup maka hiduplah, dan jika dikehendaki mati maka matilah biar tidak merepotkan orang yang masih hidup", ini sangat ironis sekali dengan tujuan membacakan surat Yasin untuk memohonkan ridho Allah dan mencarikan tempat diakhirat kelak bagi yang dibacakan, seolah olah niat yang pertama memaksakan kehendak kepada Allah dan memojokkan pada orang atau arwah yang dibacakan.

Adapun dalam hal membacakan Al Qur'an atas orang yang sedang sakaratul maut ataupun bagi yang sudah meninggal ada beberapa pendapat yang berbeda, diantaranya adalah :


*1️⃣📁• Pendapat Pertama : Bacaannya Bisa Berpengaruh Bagi Yang Sedang Sakaratul Maut Bahkan Pahalanya Bisa Juga Sampai Pada Orang Yang Sudah Meninggal.*

📁 Hal ini berdasarkan pada riwayat hadits :

حَدَّثَنَا عَارِمٌ، حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ –ﷺ💞– قَالَ:

*_«الْبَقَرَةُ سَنَامُ الْقُرْآنِ وَذُرْوَتُهُ، نَزَلَ مَعَ كُلِّ آيَةٍ مِنْهَا ثَمَانُونَ مَلَكًا، وَاسْتُخْرِجَتْ {اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} [البقرة: ٠٠٢ الآية ٢٥٥] مِنْ تَحْتِ الْعَرْشِ، فَوُصِلَتْ بِهَا، أَوْ فَوُصِلَتْ بِسُورَةِ الْبَقَرَةِ، وَيس قَلْبُ الْقُرْآنِ، لَا يَقْرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيدُ اللهَ والدَّارَ الْآخِرَةَ إِلَّا غُفِرَ لَهُ، وَاقْرَءُوهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ»._*
[رواه أحمد / مسند البصريين / حديث معقل بن يسار / رقم الحديث : ٢٠٣٠٠.

Telah menceritakan kepada kami : 'Arim. Telah menceritakan kepada kami : Mu'tamir. Dari Ayahnya. Dari Seseorang. Dari Ayahnya. Dari Ma'qil bin Yasar : Bahwa Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:

*_"Al Baqarah adalah Al Qur'an kedudukan yang tertinggi dan puncaknya. Delapan puluh Malaikat turun menyertai masing-masing ayatnya. Laa ilaaha illaahu wal hayyul qayyuum (QS. Al Baqarah : 002/ 255), di bawah 'Arsy, lalu ia digabungkan dengannya, atau digabungkan dengan surat Al Baqarah. Sedangkan Yasin adalah hati Al Qur'an. Tidaklah seseorang membacanya, sedang ia mengharap (ridla) Allah Tabaraka wa Ta'ala dan rumah singgah diakhirat, melainkan dosanya akan di ampuni. Bacakanlah surat tersebut terhadap orang-orang yang mati (sakaratul maut) di antara kalian."_*
[HR. Ahmad / Musnad Al Bashriyyiin / Hadits Ma'qil Bin Yasar / No. Hadits : 20300].


✍️ Hadits yang senada selanjutnya :

أخبرنَا مُحَمَّد بن عبد الْأَعْلَى قَالَ حَدثنَا مُعْتَمر عَن أَبِيه عَن رجل عَن أَبِيه عَن معقل بن يسَار : أَن رَسُول الله –ﷺ💞– قَالَ:

*_«وَيس قلب الْقُرْآن لَا يقْرؤهَا رجل يُرِيد الله وَالدَّار الْآخِرَه الا غفر لَهُ  آقرؤوها على مَوْتَاكُم»_*
[أخرجه النسائي في كتابه  "عمل اليوم والليلة" / ما يقرأ على الميت / رقم الحديث : ١٠٧٥. والطبراني].

Telah mengabarkan kepada kami : Muḥammad bin 'Abdul A'la. Telah menceritakan kepada kami : Mu'tamir. Dari Bapaknya. Dari Seseorang. Dari Bapaknya. Dari Ma'qil bin Yasar : Bahwa Rasulullah –ﷺ💞– pernah bersabda :

*_"Dan Yasin adalah hati Al Qur'an. Tidaklah seseorang membacanya, sedang ia mengharap (ridla) Allah Tabaraka wa Ta'ala dan rumah singgah diakhirat, melainkan dosanya akan di ampuni. Bacakanlah surat tersebut terhadap orang-orang yang mati (sakaratul maut) di antara kalian."_
[HR. An Nasa'i Dalam Kitabnya 'Amalu Al Yaum Wa Al Lailah / Ma Yaqra'u 'Ala Al Mayyiti / No. Hadits : 1075. Dan Thabaraniy].


🌴 Hadits senada selanjutnya yang umum dibaca dan diamalkan dimasyarakat :

حَدَّثَنَا عَارِمٌ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ التَّيْمِيُّ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ، وَلَيْسَ بِالنَّهْدِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ –ﷺ💞–:

*_«اقْرَءُوهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ (يَعْنِي يس)»_*
[رواه احمد /  مسند البصريين / حديث معقل بن يسار / رقم الحديث : ٢٠٣٠١].

Telah menceritakan kepada kami : 'Arimun. Telah menceritakan kepada kami : 'Abdullah bin Al Mubarak. Telah menceritakan kepada kami : Sulaiman At Taimiy. Dari Abi 'Utsman, -tetapi bukan An-Nahdi-. Dari Ayahnya. Dari Ma'qil bin Yasar : Sesungguhnya Nabi shalallaahu 'alaihi wasallama telah bersabda :

*_"Bacakanlah ia untuk orang-orang mati kalian. Yakni surat Yasin tersebut."_*
[HR. Ahmad / Musnad Al Bashriyyiin / Hadits Ma'qil Bin Yasar / No. Hadits : 20301].


*📚✒️• Hadits ini sangat lemah karena punya tiga cacat (‘illah):

1).Abu Utsman tidak diketahui orangnya (majhuul) tidak ada yang meriwayatkan darinya kecuali Sulaiman At-Taimiy, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Al-Madiniy (234H) dan Adz-Dzahabiy.

2).Bapak dari Abu Utsman juga tidak diketakui.

3).Hadits ini juga mudhtharib (tidak jelas), terkadang diriwayatkan dari Abu Utsman dari bapaknya, terkadang bapaknya tidak disebut, terkadang Abu Utsman dari seseorang (tidak disebutkan namanya), dan terkadang dari seseorang dari bapaknya.


*💾🌴• Hadits ini dihukumi Dha’if (lemah) oleh Imam  Ad-Daruquthniy (w. 385H), An-Nawawiy (w. 676H),
Ibnu Al-Qaththaan (w. 628H).*

ونقل عن أبي بكر بن العربي عن الدارقطني أنه قال: هذا حديث ضعيف الإسناد، مجهول المتن، ولا يصح في الباب حديث.
[انظر كتاب تلخيص الحبير : ج ٢ ص ٢٤٥ / كتاب الجنائز / مدخل / للإمام أبو الفضل أحمد بن علي بن محمد بن أحمد بن حجر العسقلاني (المتوفى: ٨٥٢هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية الطبعة: الطبعة الأولى ١٤١٩ هـ. = ١٩٨٩ مـ].

مذكور فى المهذب فى أول الجنائز حديثه: “اقرؤا على موتاكم يس” . رواه أبو داود، وابن ماجة بإسناد ضعيف.
[انظر كتاب تهذيب الأسماء : ج ٢ ص ١٠٦ / القسم الأول: في الأسماء / حرف الميم / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر  دار الكتب العلمية، بيروت - لبنان - بدون السنة].

وَذكر: " اقرؤوا يس على مَوْتَاكُم ".وَسكت عَنهُ، وَهُوَ لَا يَصح.
[انظر كتاب بيان الوهم والإيهام في كتاب الأحكام : ج ٥ ص ٧٠٩ /   باب ذكر مضمن هذا الكتاب على نسق التصنيف (كتاب الجنائز) / للإمام علي بن محمد بن عبد الملك الكتامي الحميري الفاسي، أبو الحسن ابن القطان (المتوفى : ٦٢٨ هـ) /  الناشر : دار طيبة - الرياض الطبعة : الأولى ، ١٤١٨ هـ = ١٩٩٧ مـ].

Imam Ad-Daruquthniy mengatakan: Hadits ini lemah sanadnya, dan tidak ada hadits sahih dalam masalah ini (keutamaan surah Yasin).

Imam An Nawawiy : Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah dengan Sanad dho'if (lemah).

Imam Ibnu Qathan : diam darinya, dan itu tidak Shahih.
[Lihat Kitab  Tahdziib al-asmaa’ karya Imam An-Nawawiy : 2/106, Bayaan Al-Wahm karya Ibnu Al-Qaththaan : 5/709, Al-Badr Al-Muniir karya Ibnu Al-Mulaqqin :  5/193, Talkhiis Al-Habiir karya Ibnu Hajar Al Asqalaniy : 2/245 no.734, dan Irwa’ Al-Galiil karya Albaniy Tokoh Wahhabiy  : 3/150 no.688].


*📂🌴• Akan tetapi Imam Ahmad meriwayatkan dalam kitabnya “Al-Musnad” :

حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ، حَدَّثَنِي الْمَشْيَخَةُ، أَنَّهُمْ حَضَرُوا غُضَيْفَ بْنَ الْحَارِثِ الثُّمَالِيَّ، حِينَ اشْتَدَّ سَوْقُهُ، فَقَالَ:

" هَلْ مِنْكُمْ أَحَدٌ يَقْرَأُ يس ؟ "

قَالَ: فَقَرَأَهَا صَالِحُ بْنُ شُرَيْحٍ السَّكُونِيُّ، فَلَمَّا بَلَغَ أَرْبَعِينَ مِنْهَا قُبِضَ،

قَالَ: وَكَانَ الْمَشْيَخَةُ يَقُولُونَ: إِذَا قُرِئَتْ عِنْدَ الْمَيِّتِ خُفِّفَ عَنْهُ بِهَا .

قَالَ صَفْوَانُ: " وَقَرَأَهَا عِيسَى بْنُ الْمُعْتَمِرِ عِنْدَ ابْنِ مَعْبَدٍ " .
[رواه احمد في مسنده /  مسند الشاميين / حديث غضيف بن الحارث / رقم الحديث : ١٦٩٦٩، واللفظ له.  والنسائي. وحسَّن إسناده الحافظ في "الإصابة" . وضعفه الدار قطني والهيثمي].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Al Mughirah. Telah menceritakan kepada kami : Shafwan ( bin ‘Amr As-Saksakiy w. 155H). Telah menceritakan kepadaku : Beberapa Syaikh bahwasanya mereka membesuk  Gudhaif bin Al-Harits Ats-Tsumaaliy radliyyAllahu ‘anhu ketika sakaratul mautnya bertambah keras.

Gudhaif berkata kepada mereka:

*"Adakah di antara kalian yang mau membaca surah Yasiin?"*

Maka Shalih bin Syuraih As-Sukuuniy membacanya. Dan ketika sampai pada ayat ke 40, ruh Gudhaif dicabut.

Para Syaikh mengatatakan : *"Jika surah Yasin dibaca di sisi orang yang akan meninggal dunia , maka akan diringankan baginya sakaratul maut dengan surah tersebut".*

Shafwan berkata: "Dan Isa bin Al-Mu’tamir juga membacanya di sisi Ibnu Ma’bad."
[HR.  Ahmad / Musnad Asy Syamiyyiin / Hadits Ghudhaif Bin Al Harits RadhiyyAllahu 'Anhu / No. Hadits : 16969. Dan Nasaa’i. DIHASANKAN Oleh Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolaniy. Dan  Dinilai lemah oleh ad-Daruquthni, al-Haitsami].


🌴🌹• Walhasil sekalipun derajat haditsnya dha'if/lemah namun maknanya Shahih (benar) terkait dengan Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua) dengan mendoakannya ketika masih hidup atau sudah mati, sudah masuk Islam atau masih kafir dan saling tolong menolong dengan kebaikkan, yang semuanya tercantum dalam Al Qur'an dan As Sunnah, Atsar, Ijma' dan Qiyas menurut pandangan Ahli Hikmah dan Ahli Ma'rifah bukan sekedar pandangan kalangan dibawahnya.


*2️⃣💾✍️• Pendapat Kedua: Tidak Boleh Membacakan Al-qur'an Untuk Orang Yang Sedang Sakaratul Maut Atau Yang Sudah Mati Karena Tidak Berpengaruh Dan pahalanya tidak sampai.*

Hal ini menurut satu pandangan sebagian ulama' bahwasannya: Setiap individu menanggung dosa dari perbuatannya sendiri begitu pula dengan pahala hanya ia dapatkan dari amalannya sendiri, dengan niatnya sendiri, bukan dari niat orang lain, namun pandangan ini cuma terbatas pada ibadah mahdhoh (murni), seperti shalat, puasa, membaca Al Qur'an, dsb yang semuanya bisa sah atau mendapatkan pahala jika diniati oleh diri sendiri bukan lantaran niat orang lain.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى} [الأنعام: 164] [الإسراء: 15] [فاطر: 18] [الزمر: 7]

Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. [Al-An'aam:164] [Lihat juga: Al-Israa':15, Faathir:18, dan Az-Zumar:7]

{أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى (38) وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى} [النجم: 38، 39]

(Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. [An-Najm: 38-39]

{وَلَا تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ} [يس: 54]

Dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan. [Yaasiin:54]

{لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ} [البقرة: 286]

Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. [Al-Baqarah:286]

Menurut sebuah pandangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah menganjurkan untuk membaca Al-Qur'an kemudian dihadiahkan pahalanya kepada orang yang sudah meninggal, tidak pula dicontohkan oleh sahabat Rasulullah yang mulia -radhiyallahu 'anhum-. Benar begitu namun jika keadaan tidak normal atau ketika ada udzur syar'i, siapa yang menggantikan puasa, shalat, atau amalan-amalannya, tentu saja yang menjadi wali atau saudaranyalah yang mengqadlo' atau membayar fidyah dendanya. Contoh orang tua meninggal tetapi ada hutang puasa belum terbayar, atau shalat yang ditinggalkan belum diqadho, maka menjadi kewajiban wali atau anak-anaknya untuk membayar atau mengqadho'nya. Karena Hak Allah itu lebih wajib dibayar.

Adapun do'a, sedekah, aqiqah, qurban, haji, dsb untuk orang yang telah meninggal  ditetapkan oleh syari'at dengan  dinamakan ibadah Ghairu Mahdhoh (bisa diniatkan untuk orang lain), atau Ibadah Mahdhoh namun tidak terlaksana karena udzur syar'i, keabsahannya, berkah maupun pahalanya bisa sampai atau diterima oleh selain yang melakukannya jikalau niat amaliahnya dihadiahkan kepada orang lain baik bagi yang masih hidup ataupun bagi yang sudah meninggal.

Kaidah mengatakan "tidak ada kias dalam masalah ibadah", karena penetapan suatu ibadah hanya bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah yang sahih, namun hanya terbatas ibadah yang bersifat Mahdhoh (membutuhkan niat sendiri) karena yang mengetahui hanya sipelaku dan Tuhannya. Dan syarat bolehnya kias suatu hukum harus diketahui 'illah-nya (alasan suatu hukum) dan hal itu  dapat diketahui dalam masalah ibadah yang bersifat Ghairu Mahdhoh dan Ibadah Mahdhoh tapi terbentur suatu kendala atau udzur syar'i yang tidak dapat terpenuhi. Contoh : shalat wajib terkendala belum masuk usia pikun urat syaraf normal tapi sudah kembali seperti anak kecil, maka kewajiban wali atau keturunannya untuk menebus shalat yang ditinggalkannya selama sakit.


*3️⃣✍️• Pendapat Ketiga: Semua Amal Shaleh Yang Dilakukan Seorang Anak Termasuk Bacaan Al-qur'an Pahalanya Sampai Untuk Orang Tuannya, Baik Ia Niatkan Atau Tidak, Tanpa Mengurangi Pahala Si Anak Karena Anak Termasuk Kasb (Hasil Karya) Orang Tuanya Sendiri.*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَفْصِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ النَّيْسَابُورِيُّ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ: حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ الْأَسْوَدِ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞–:

*_«إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ، وَإِنَّ وَلَدَهُ مِنْ كَسْبِهِ»._*
[رواه النسائي / (٤٤) - كتاب البيوع / باب الحث على الكسب / رقم الحديث : ٤٤٥٢. وصححه الألباني الوهابي].

Telah mengabarkan kepada kami : Ahmad bin Hafsh bin Abdullah An Naisaburi, ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Ayahku, ia berkata; Telah menceritakan kepadaku : Ibrahim bin Thahman. Dari 'Umar bin Sa'id. Dari Al A'masy. Dari Ibrahim. Dari Al Aswad. Dari 'Aisyah, beliau berkata; Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:

*_"Sesungguhnya sebaik-baik apa yang dimakan seseorang adalah yang berasal dari usahanya dan anaknya adalah berasal dari usahanya."_*
[HR. Nasa'i / (44) - Kitabu Al Buyu'i / Babu Al Hitstsu 'Ala Al Kasbi / No. Hadits : 4452. Dishahihkan Oleh Albaniy Tokoh Wahhabiy].


*📓📂• Adapun selain dari anak kandungnya maka pahalanya bisa sampai jika bacaannya diniatkan untuk dihadiahkan kepada orang yang dituju, dan bukan termasuk perkara bid'ah, hal ini  menurut Madzhab Imam Syafi'iy menyelisihi pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Ahmad bin Hanbal.

*I]• 📂🌴Menurut Madzhab Imam Asy Syafi'iy RahimahullAhu Ta'ala :*

Kebalikan dari Al-Imaam Abu Haniifah, Al-Imaam Maalik, dan Al-Imaam Ahmad adalah pendapat Al-Imaam Asy-Syaafi’iy rahimahumallAhu ta'ala meskipun bahwa hadiah pahala kepada mayit tidak sampai, tapi beliau berpendapat membolehkan dan menganggap baik membaca al-Qur’an diatas kuburan.

*📁• Imam Abu Bakar Al Khalal Al Hanbaliy  rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya  " Al Amru Bi Al Ma'arif Wa An Nahyu 'An Al Munkari " meriwayatkan :*

أَخْبَرَنِي رَوْحُ بْنُ الْفَرَجِ، قَالَ: سَمِعْتُ الْحَسَنَ بْنَ الصَّبَّاحِ الزَّعْفَرَانِيَّ، يَقُولُ:

*_" سَأَلْتُ الشَّافِعِيَّ عَنِ الْقِرَاءَةِ عِنْدَ الْقَبْرِ، فَقَالَ: لا بَأْسَ بِهِ "_*
[انظر كتاب الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر : ص ٨٩ / باب القراءة عند القبور / للإمام أبو بكر أحمد بن محمد بن هارون بن يزيد الخَلَّال البغدادي الحنبلي (المتوفى: ٣١١ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت - لبنان الطبعة: الأولى، ١٤٢٤ هـ = ٢٠٠٣ مـ].  

Telah mengkhabarkan kepadaku Rauh bin Al-Faraj, ia berkata : Aku mendengar Al-Hasan bin Ash-Shabbaah Az-Za’faraaniy berkata : Aku pernah bertanya kepada Asy-Syaafi’iy tentang membaca Al-Qur’an di sisi/samping kubur, maka beliau menjawab :

*_“Tidak mengapa dengannya”_*
[Lihat Kitab Al-Amru Bi Al Ma'rufi Wa An Nahyu 'An Al Munkari :  hal. 89 / Babu Al Qura'ati 'Inda Al Quburi / Karya Imam Abu Bakar Al Khalal Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut Libanon, Cet. Pertama, Th. 1424 H = 2003 M. Shahih].


*🌴• Imam Muḥammad Bin Idris Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Umm " mengatatakan:*

وَأُحِبُّ لَوْ قُرِئَ عِنْدَ الْقَبْرِ، وَدُعِيَ لِلْمَيِّتِ وَلَيْسَ فِي ذَلِكَ دُعَاءٌ مُؤَقَّتٌ،
[انظر كتاب ألأم : ج ١ ص ٣٢٣ /  كتاب الجنائز / من يدخل قبر الرجل / للإمام الشافعي أبو عبد الله محمد بن إدريس بن العباس بن عثمان بن شافع بن عبد المطلب بن عبد مناف المطلبي القرشي المكي (المتوفى: ٢٠٤ هـ) / الناشر: دار المعرفة - بيروت, سنة النشر: ١٤١٠ هـ = ١٩٩٠ مـ].

Aku lebih suka jikalau dibacakan (Al Qur'an) diatas kubur, dan didoakan bagi mayyit dan tidak ada doa dalam hal tersebut yang dibatasi.
[Lihat Kitab Al Umm : juz 1 hal 323 / Kitabu Al Jana'izi / Man Yadkhulu Qabra Ar Rajuli / Karya Imam Muḥammad Bin Idris Asy Syafi'iy / Dar Al Ma'rifah - Beirut, Th. 1410 H = 1990 M].


*📁• Imam Al Mawardiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Hawiy Al Kabir Fi Fiqhi Madzhab Al Imam Asy Syafi'iy " mengatatakan :*

فَأَمَّا الْقِرَاءَةُ عِنْدَ الْقَبْرِ فَقَدْ قَالَ الشَّافِعِيُّ :

*" وَرَأَيْتُ مَنْ أَوْصَى بِالْقِرَاءَةِ عِنْدَ قَبْرِهِ وَهُوَ عِنْدَنَا حَسَنٌ."*
[أنظر كتاب الحاوي الكبير في فقه مذهب الإمام الشافعي وهو شرح مختصر المزني: ج ٣ ص ٢٦ / كتاب الجنائز / باب عدد الكفن وكيف الحنوط / فصل / للإمام أبو الحسن علي بن محمد بن محمد بن حبيب البصري البغدادي، الشهير بالماوردي الشافعي (المتوفى: ٤٥٠ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت - لبنان الطبعة: الأولى، ١٤١٩ هـ = ١٩٩٩ مـ].

Adapun membaca Al Qur'an diatas kuburan Imam Asy Syafi'iy sesungguhnya telah mengatakan :

*"Dan aku berpendapat pada orang yang berwasiat agar dibacakan Al Qur'an diatas kuburnya, menurutku adalah hal yang bagus."*
[Lihat Kitab Al Hawiy Al Kabir Fi Fiqhi Madzhab Al Imam Asy Syafi'iy : juz 3 hal 26 / Kitabu Al Jana'izi / Babu 'Adadi Al Kufni Wa Kaifa Al Hanuthu / Fashlun / Karya Imam Al Mawardiy Asy Syafi'iy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut Libanon, Cet. Pertama, Th. 1419 H = 1999 M].


🌴✒️• Pernyataan sebagian ulama Syafi’iyah yang menyatakan, bahwa perbedaan pendapat (asy-Syafi’i yang menyatakan tidak sampai dan Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad yang menyatakan sampai) terjadi dalam kondisi bila pembacaan al-Qur’an tidak diiringi dengan doa sebagaimana di atas.

Lain halnya bila diiringi dengan doa agar pahala bacaannya sampai kepada mayyit yang dituju, maka khilaf tersebut tidak berlaku, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Sulaiman Al-Bujairimi Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Tuhfatu Al Habib 'Ala Syarhi Al Khatib = Hasyiyyah Al Bujairamiy 'Ala Al Khathib " :

إنَّ مَحِلَّ الْخِلَافِ حَيْثُ لَمْ يُخْرِجْهُ مَخْرَجَ الدُّعَاءِ، كَأَنْ يَقُولَ: اللَّهُمَّ اجْعَلْ ثَوَابَ قِرَاءَتِي لِفُلَانٍ، وَإِلَّا كَانَ لَهُ إجْمَاعًا كَمَا ذَكَرَهُ فِي الْمَدْخَلِ
[انظر كتاب تحفة الحبيب على شرح الخطيب =  حاشية البجيرمي على الخطيب : ج ٢ ص ٣٠٢ / كتاب الصلاة / فصل في الجنازة / للشيخ سليمان بن محمد بن عمر البُجَيْرَمِيّ المصري الشافعي (المتوفى: ١٢٢١ هـ) / الناشر: دار الفكر الطبعة: بدون طبعة تاريخ النشر: ١٤١٥ هـ = ١٩٩٥ مـ].

“Kemudian sungguh konteks perbedaan ulama tentang sampainya pahala itu sekira tidak dikemas dalam kemasan doa, seperti pelakunya berdoa:

“Ya Allah, jadikanlah pahala bacaan al-Qur’anku untuk Fulan (...)”, dan jika tidak demikian maka hadiah pahala sampai kepada mayyit sesuai Ijma’ ulama sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibn al-Hajj (Al Malikiy) dalam kitabnya Al-Madkhal.”
[Lihat Kitab Tuhfatu Al Habib 'Ala Syarhi Al Khatib = Hasyiyyah Al Bujairamiy 'Ala Al Khathib : juz 2 hal 302 / Kitabu Ash Shalati / Fashlun : Fi Al Janazati / Karya Syaikh Sulaiman Al Bujairamiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri, Th. 1415 H = 1995 M].


*📓• Dalam kitab I’anatu Ath Thalibin 'Ala Halli Alfaadzi Fathi Al Mu'in  dijelaskan:*

وَقَدْ نَصَّ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ عَلَى نَدْبِ قِرَاءَةِ مَا تَيَسَّرَ عِنْدَ الْمَيِّتِ وَالدُّعَاءِ عَقِبَهَا، أَيْ لِأَنَّهُ حِينْئَذٍ أَرْجَى لِلْإِجَابَةِ.
[انظر كتاب إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين : ج ٣ ص ٢٥٩ / باب في الوصية / للإمام السيد أبو بكر (المشهور بالبكري) عثمان بن محمد شطا الدمياطي الشافعي (المتوفى: ١٣١٠ هـ) / الناشر: دار الفكر، الطبعة: الأولى، ١٤١٨ هـ = ١٩٩٧ مـ].

“Dan sungguh Imam as-Syafi’i dan ulama penerusnya secara terang-terangan menyunnahkan membaca al-Qur’an secukupnya di sisi mayit dan berdoa setelahnya. Maksudnya karena doa setelah membaca al-Qur’an lebih diharapkan terkabul.”
[Lihat Kitab I'aanatu At-Thoolibiin Syarhu Fathu Al Mu'in : juz 3 hal 259 / Babu Fi Al Washiyyah / Karya Syaikh Sayyid Abu Bakar Bin Muhammad Syatho Ad Dimyathiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri, Cet. Pertama, Th. 1418 H = 1997 M].


*🌴• Dan Hal Ini Berdasarkan Beberapa Riwayat Hadits Shahih Diantaranya:*

حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي أُسَامَةَ الْحَلَبِيُّ ، ثنا أَبِي . ح وَحَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ دُحَيْمٍ الدِّمَشْقِيُّ ، ثنا أَبِي . ح وَحَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ إِسْحَاقَ التُّسْتَرِيُّ ، ثنا عَلِيُّ بْنُ بَحْرٍ ، قَالُوا : ثنا مُبَشِّرُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْعَلاءِ بْنِ اللَّجْلاجِ ، عَنْ أَبِيهِ ، قَالَ : قَالَ لِي أَبِي :

*"يَا بُنَيَّ ، إِذَا أَنَا مُتُّ فَأَلْحِدْنِي ، فَإِذَا وَضَعْتَنِي فِي لَحْدِي ، فَقُلْ : بِسْمِ اللَّهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللَّهِ ، ثُمَّ سِنَّ عَلَيَّ الثَّرَى سِنًّا ، ثُمَّ اقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِي بِفَاتِحَةِ الْبَقَرَةِ ، وَخَاتِمَتِهَا ، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– يَقُولُ ذَلِكَ"*.
[رواه الطبراني في المعجم الكبير / باب اللام / لجلاج أبو خالد " كان ينزل دمشق " / رقم الحديث : ٤٩١].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Usamah 'Abdullah bin Muhammad bin Abi Usamah Al Halabiy. Telah menceritakan kepada kami : Bapakku. -(riwayat dari jalur lain)- Dan telah menceritakan kepada kami : Ibrahim bin Duhaim Ad Dimsyaqiy. Telah menceritakan kepada kami : Bapakku. -(riwayat dari jalur lain)- Dan telah menceritakan kepada kami : Al Husain bin Ishaq At Tustariy. Telah menceritakan kepada kami : Mubasysyir bin Isma'il. Telah menceritakan kepadaku : 'Abdurrahman bin Al 'Alaa` bin Al Lajlaji. Dari Bapaknya, ia berkata : berkata kepadaku Bapakku :

*"Jika aku mati, maka buatkan liang lahat untukku. Setelah engkau masukkan aku ke liang lahat, bacalah: Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah. Kemudian ratakanlah tanah kubur perlahan, lalu bacalah di dekat kepalaku permulaan dan penutup surat al-Baqarah. Sebab aku mendengar Rasulullah bersabda demikian".*
[HR al-Thabrani Dalam Kitabnya Al Mu'jam Al-Kabir / Babu Al Laami / Lajlaaj Abu Khalid " Kana Yanzilu Damstiqa " / No. Hadits : 491.

*📂🌴• Al-Hafidz Al-Haitsamiy berkata:*

وَرِجَالُهُ مُوَثَّقُوْنَ
[انظر كتاب مجمع الزوائد ومنبع الفوائد للحافظ الهيثمي : ج ٣ ص ٦٦].

"Perawinya dinilai sebagai orang-orang terpercaya"
[Lihat Kitab Majma' Al-Zawaid Wa Manba'u Al Fawa'idi :  juz III hal 66. Karya Imam Al Haitsamiy].


*📁✒️• Begitu pula dengan riwayat hadis berikut ini:*

حَدَّثَنَا أَبُو شُعَيْبٍ الْحَرَّانِيُّ، ثنا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ اللهِ الْبَابْلُتِّيُّ، ثنا أَيُّوبُ بْنُ نَهِيكٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عَطَاءَ بْنَ أَبِي رَبَاحٍ، يَقُولُ: سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ، يَقُولُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ –ﷺ💞– يَقُولُ:

*_«إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلَا تَحْبِسُوهُ، وَأَسْرِعُوا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ، وَلْيُقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ، وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ بِخَاتِمَةِ الْبَقَرَةِ فِي قَبْرِهِ»._*
[رواه الطبراني في المعجم الكبير واللفظ له /  باب العين / عطاء بن أبي رباح، عن ابن عمر / رقم الحديث : ١٣٦١٣. والبيهقي في الشعب , رقم الحديث : 9294. وتاريخ يحي بن معين : 4 / 449].

Telah menceritakan kepada kami : Abu Syu'aib Al Harraniy. Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin 'Abdillah Al Baabulutiy. Telah menceritakan kepada kami : Ayyub bin Nahiq, ia berkata : Aku mendengar 'Atho` bin Abi Rabbah berkata : Aku mendengar Ibnu 'Umar radliyyAllahu 'anhuma berkata : Aku mendengar Nabi –ﷺ💞– pernah bersabda :


*_"Jika diantara kalian ada yang meninggal, maka janganlah diakhirkan, segeralah dimakam-kan. Dan hendaklah di dekat kepalanya dibacakan pembuka al-Quran (Surat al-Fatihah) dan dekat kakinya dengan penutup surat al-Baqarah di kuburnya"._*
[Teks HR. Thabaraniy  Dalam Kitabnya Al Mu'jam Al-Kabir / Babu Al 'Aini / 'Atho` Bin Abi Rabbah, 'An Ibni 'Umar / No. Hadits : 13613. Dan  Al-Baihaqi Dalam Syu'ab Al-Iman No. Hadits : 9294. Dan Tarikh Yahya bin Ma'in : juz 4 hal 449].


*📓✍️• Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolaniy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala memberikan penilaian pada hadis tersebut:*

وَيُؤَيِّدهُ حَدِيث بْنِ عُمَرَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ –ﷺ💞– يَقُولُ : إِذَا مَاتَ فَلاَ تَحْبِسُوْهُ وَأَسْرِعُوْا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ أَخْرَجَهُ الطَّبْرَانِي بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ
[انظر كتاب فتح الباري شرح صحيح البخاري : ج ص ١٨٤ /  قوله: باب السرعة بالجنازة / للإمام الحافظ أحمد بن علي بن حجر أبو الفضل العسقلاني الشافعي  (شعبان ٧٧٣ هـ - ذو الحاجة ٨٥٢ هـ = ١٣٧١ مـ - ١٤٤٩ مـ) / الناشر: دار المعرفة - بيروت، ١٣٧٩ هـ].

Dan menguatkannya hadits Ibnu 'Umar radliyyAllahu 'anhuma : Aku mendengar Rasulullah –ﷺ💞– bersabda :

*_"Jika diantara kalian ada yang meninggal, maka janganlah diakhirkan, segeralah dimakam-kan ... "_*. (Hadits dikeluarkan oleh Al-Thabaraniy  DENGAN SANAD YANG HASAN".
[Lihat Kitab Fathu  Al-Bari Syarhu Shahih Al Bukhariy : juz III hal 184 / Qauluhu : Babu As Sur'ati Bi Al Janazati / Karya Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolaniy Asy Syafi'iy / Dar Al Ma'rifah - Beirut, Th. 1379 H].


*📂📚• Dalam kedua hadis ini Rasulullah –ﷺ💞– tidak menentukan waktu pembacaan al-Quran saat pemakaman saja. Dan kalaulah membaca al-Quran di kuburan dilarang, maka sudah pasti Rasulullah tidak akan memperbolehkannya dan hanya mengkhususkan ketika pemakaman saja.

Dan sudah barang tentu hal semacam ini tidak boleh terjadi sebagaimana dalam kaidah fikih:

 اِنَّ الْبَيَانَ لاَ يُؤَخَّرُ عَنْ وَقْتِ الْحَاجَةِ
[انظر كتاب التلخيص في أصول الفقه : ج ٢ ص ٢٠٨ / القول في تأخير البيان عن وقت الحاج إلى وقت الحاجة  / للإمام عبد الملك بن عبد الله بن يوسف بن محمد الجويني، أبو المعالي، ركن الدين، الملقب بإمام الحرمين الشافعي (المتوفى: ٤٧٨ هـ) / الناشر: دار البشائر الإسلامية - بيروت, بدون السنة].

"Penjelasan tentang hukum tidak boleh ditunda di saat penjelasan itu dibutuhkan"
[Lihat Kitab Al-Talkhish Fi Ushul Al-Fiqh : juz II hal 208 / Al Qaulu Fi Ta'khiiri Al Bayani 'An Waqti Al Haji Ilaa Waqti Al Haajah / Karya Imam 'Abdul Mulk Al Juwainiy (Al Haramain) Asy Syafi'iy / Dar Al Basya'ir Al Islamiyyah - Beirut, Tnp. Tahun].


💾🌴• Lalu dari mana sumbernya pihak yang anti tahlil melarang membaca al-Quran di kuburan, padahal Rasulullah sendiri tidak menyatakan yang demikian itu dalam hadits-haditsnya?

Hadis di atas juga diperkuat oleh amaliyah sahabat Abdullah bin Umar bin Khattab yang merupakan salah satu sahabat Rasulullah yang meriwayatkan ribuan hadits setelah Abu Hurairah dan Ibnu Abbas:

أَخْبَرَنَا أَبُوْ عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ حَدَّثَنَا أَبُوْ الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوْبَ حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ سَأَلْتُ يَحْيَى بْنَ مَعِيْنٍ عَنِ الْقِرَاءَةِ عِنْدَ الْقَبْرِ فَقَالَ حَدَّثَنَا مُبَشِّرُ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ الْحَلَبِىُّ عَنْ عَبْدِ الرَّحَمْنِ بْنِ الْعَلاَءَ بْنِ اللَّجْلاَجِ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّهُ قَالَ لِبَنِيْهِ:

*«إِذَا أَدْخَلْتُمُوْنِى قَبْرِى فَضَعُوْنِى فِى اللَّحْدِ وَقُوْلُوْا : بِاسْمِ اللهِ وَعَلَى سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ –ﷺ💞– وَسُنُّوا عَلَيَّ التُّرَابَ سَنًّا وَاقْرَءُوا عِنْدَ رَأْسِي أَوَّلَ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتَهَا فَإِنِّي رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يَسْتَحِبُّ ذَلِكَ».*
[رواه البيهقي في السنن الكبرى / (٩) - كتاب الجنائز / جماع أ
بواب التكبير على الجنائز ومن أولى بإدخاله القبر / باب ما ورد في قراءة القرآن عند القبر / رقم الحديث : ٧٠٦٨.  وفي الدعوات الكبير رقم الحديث : ٦٣٨].

 "Diriwayatkan dari Abdurrahman bin 'Ala' bahwa bapaknya berkata pada anak-anaknya: Jika kalian telah memasukkan aku ke dalam kubur, maka letakkan aku di liang lahat. Dan ucapkanlah: Dengan nama Allah dan atas sunnah Rasulullah Saw. Dan ratakanlah tanah secara perlahan, lalu bacalah di dekat kepalaku permulaan dan penutup surat al-Baqarah. Sebab aku melihat Ibnu Umar menganjurkan demikian".*
[HR. Baihaqiy Dalam As Sunan Al Kubro / (9)- Kitabu Al Jana'izi / Juma'u Abwabi At Takbiri 'Ala Al Jana'izi Wa Man Aula Biidkhaali Al Qabra / Babu Ma Warada Fi Qura'ati Al Qur'an 'Inda Al Qabri / No. Hadits :  7068. Dan Dalam Al-Da'awat No. Hadits : 638].

*📓✍️• Imam Ibnu Jum'ah rahimahullAhu ta'ala berkata:*

 عَنِ ابْنِ عُمَرَ  أَنَّهُ اسْتَحَبَّ أَنْ يُقْرَأَ عَلَى الْقَبْرِ بَعْدَ الدَّفْنِ أَوَّلَ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتِهَا رَوَاهُ الْبَيْهَقِيّ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ
[انظر كتاب خلاصة الأحكام في مهمات السنن وقواعد الإسلام : ج ٢ ص ١٠٢٨ /  كتاب الجنائز / باب استحباب المكث عند القبر بعد دفنه ساعة والدعاء له بالتثبيت وغيره وقراءة القرآن / رقم الحديث : ٣٦٧٧ / للإمام  أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي (المتوفى : ٦٧٦ هـ) / الناشر : مؤسسة الرسالة - لبنان - بيروت الطبعة : الاولى ، ١٤١٨ هـ = ١٩٩٧ مـ].

"Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa beliau menganjurkan membaca permulaan dan penutup surat al-Baqarah di atas kuburan setelah dimakamkan. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi DENGAN SANAD YANG HASAN"
[Lihat Kitab Khulashat al-Ahkam Fi Muhimmati As Sunani Wa Qawa'idi Al Islami : juz II hal 1028 / Kitabu Al Jana'izi / Babu Istihbabi Al Muktsi 'Inda Al Qabri Ba'da Dafnihi Sa'atan Wa Ad Du'ai Lahu Bi At Tatsbiti Wa Ghaurihi Wa Qura'ati Al Qur'ani / No. Hadits : 3677 / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Mu'assasah Ar Risalah - Libanon Beirut, cet. Pertama, Th. 1418 H = 1997 M].


*📂✒️• Atsar ini juga disahihkan oleh madzhab Hanbali:*

 وَفِي الْمَبْدَعِ مِنْ كُتُبِ الْحَنَابِلَةِ وَقَدْ صَحَّ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ أَوْصَى إِذَا دُفِنَ أَنْ يُقْرَأَ عِنْدَهُ بِفَاتِحَةِ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتِهَا. اهـ مِنْ هِدَايَةِ الرَّاغِبِ
[انظر كتاب الفتاوى  – فتاوى شرعية وبحوث إسلامية : ج ١ ص ٤٤٤ / للشيخ حسنين مخلوف (١٨٩٠ - ١٩٩٠ مـ)، واحد من كبار علماء الأزهر].

"Di dalam kitab al-Mabda' dari kalangan Hanbali disebutkan: Sungguh telah sahih dari Ibnu Umar bahwa beliau berwasiat setelah dimakamkan untuk dibacakan pembukaan surat al-Baqarah dan penutupnya di dekat kuburnya. Dikutip dari kitab Hidayat al-Raghib"
[Lihat Kitab Al Fatawa - Fatawa Syar'iyyah Wa Buhutsi Islamiyyah : juz 1 hal 444 / Karya Syaikh Hasanain Makhluf Salah Satu Ulama' Besar Al Azhar].


*💾👌• Kendatipun Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala  dikenal sebagai ulama yang tidak menganjurkan membaca Al-Qur'an di kuburan, tetapi beliau  tidak menampik dengan argumen riwayat Ibnu Umar diatas SEBAGAI DALIL DIPERBOLEHKANNYA MEMBACA AL-QURAN DI KUBURAN:*

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ وَصَّى أَنْ يُقْرَأَ عِنْدَ دَفْنِهِ بِفَوَاتِحِ الْبَقَرَةِ وَخَوَاتِمِهَا وَالرُّخْصَةُ إمَّا مُطْلَقًا وَإِمَّا حَالَ الدَّفْنِ خَاصَّةً
[انظر كتاب جامع المسائل - المجموعة الثالثة : ص ١٣٢ /  (٤) مسألة في قصد المشاهد المبنية على القبور للصلاة عندها والنذر لها وغير ذلك / القراءة وختم القرآن عند القبر / للإمام شيخ الإسلام أحمد بن عبد الحليم بن عبد السلام ابن تيمية (٦٦١ - ٧٢٨  هـ) / الناشر: دار عالم الفوائد للنشر والتوزيع - مكة الطبعة: الأولى، ١٤٢٢ هـ].

"Dari Ibnu Umar bahwa beliau berwasiat setelah dimakamkan untuk dibacakan pembukaan surat al-Baqarah dan penutupnya. Dispensasi (rukhshah, keringanan) ini bisa jadi secara mutlak (boleh baca al-Quran di kuburan kapan saja), dan bisa jadi khusus ketika pemakaman saja".
[Lihat Kitab Jaami'u Al Masa'ili - Al Majmu'ah Ats Tsaalitsatu : hal 132 / (4) Mas'alatun : Fi Qashdi Al Musyahadi Al Mabniyyah 'Ala Al Quburi Lishshalati 'Indaha Wa An Nadzri Laha Wa Ghairi Dzalika / Al Qira'atu Wa Khatmu Al Qur'ani 'Inda Al Qabri / Karya Imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy / Dar 'Alimu Al Fawa'id - Makkah, Cet. Pertama, Th. 1422 H].

*🌴📂• Dalil Penguat Dari Madzhab Imam Malik Adalah Menggunakan Qiyas Aulawi (Dengan Yang Sederhana Saja Boleh Apalagi Dengan Yang Lebih Utama) Seperti Disampaikan Oleh Imam Al Qurthubiy Al Malikiy RahimahullAhu Ta'ala Dalam Kitabnya " At Tadzkirah Bi Ahwali Al Mauta Wa Umuri Al Akhirati " :*

 قُلْتُ وَقَدِ اسْتَدَلَّ بَعْضُ عُلَمَائِنَا عَلَى قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ عَلَى الْقَبْرِ بِحَدِيْثِ الْعَسِيْبِ الرُّطَبِ الَّذِي شَقَّهُ النَّبِيُّ –ﷺ💞– بِاثْنَيْنِ ثُمَّ غَرَسَ عَلَى هَذَا وَاحِدًا وَعَلَى هَذَا وَاحِدًا ثُمَّ قَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا خَرَّجَهُ الْبُخَارِي (٢١٨) وَمُسْلِمٌ (٧٠٣) ...

قَالُوْا وَيُسْتَفَادُ مِنْ هَذَا غَرْسُ اْلأَشْجَارِ وَقِرَاءَةُ اْلقُرْآنِ عَلَى الْقُبُوْرِ وَإِذَا خُفِّفَ عَنْهُمْ بِاْلأَشْجَارِ فَكَيْفَ بِقِرَاءَةِ الرَّجُلِ الْمُؤْمِنِ الْقُرْآنَ؟
[انظر كتاب التذكرة  بأحوال الموتى وأمور الآخرة : ص ٢٧٦ /  باب ما جاء في قراءة القرآن عند القبر حالة الدفن وبعده وأنه يصل إلى الميت ثواب ما يقرأ ويدعى ويستغفر له ويتصدق عليه / للإمام أبو عبد الله محمد بن أحمد بن أبي بكر بن فرح الأنصاري الخزرجي شمس الدين القرطبي المالكي (المتوفى: ٦٧١ هـ) / الناشر: مكتبة دار المنهاج - الرياض , الطبعة: الأولى، ١٤٢٥ هـ | وانظر شرح الصدور للحافظ جلال الدين السيوطي : ص ٣٠٥].

"Saya (Al-Qurthubiy Al Malikiy) berpendapat : Sebagian ulama kalangan kita (Malikiyyah) menggali dalil membaca al-Quran di kubur dengan hadits tentang pohon kurma yang masih basah, yang dibelah oleh Rasulullah –ﷺ💞– menjadi dua, kemudian masing-masing ditanam di atas dua kuburan. Rasulullah –ﷺ💞– bersabda: 'Semoga pohon ini meringankan siksa kedua (mayit), selama belum mengering' (HR al-Bukhari No 218 dan Muslim No 703) ...

Ulama berkata: Diambil faedah dari hadits ini mengenai menanam tanaman dan membaca Al-Qur'an di kubur. Jika orang yang meninggal saja mendapat keringanan (siksa) dengan tanaman, lalu bagaimana dengan bacaan Al-Qur'an dari orang yang beriman?”
[Lihat Kitab At Tadzkirah Bi Ahwali Al Mauta Wa Umuri Al Akhirati : hal 276 / Babu Ma Ja'a Fi Qira'ati Al Qur'ani 'Inda Al Qabri Halata Ad Dafni Wa Ba'dahu Wa Annahu Yashilu Ila Al Mayyiti Tsawabu Ma Yuqra'u Wa Yud'a Wa Yustaghfaru Lahu Wa Yutashaddaqu 'Alaihi / Karya Imam Al Qurthubiy Al Malikiy / Maktabah Dar Al Minhaj - Riyadh, Cet. Pertama, Th. 1425 H |
Dan Lihat Kitab Syarhu  Al-Shudur : hal 305. Karya Imam Jalaluddin As Suyuthiy Asy Syafi'iy].


*💾📂• Imam An  Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala mengutip kesepakatan ulama Syafi'iyah tentang membaca al-Quran di kuburan beliau berkata dalam kitabnya " Al Majmu' Syarhu Al Muhadzdzab " :*

وَيُسْتَحَبُّ (لِلزَّائِرِ) اَنْ يَقْرَأَ مِنَ الْقُرْآنِ مَا تَيَسَّرَ وَيَدْعُوَ لَهُمْ عَقِبَهَا نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ وَاتَّفَقَ عَلَيْهِ اْلاَصْحَابُ
[انظر كتاب المجموع شرح المهذب : ج ٥ ص ٣١١ /  كتاب الجنائز / باب التعزية والبكاء على الميت / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي الشافعي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بدون السنة].

"Dan dianjurkan bagi peziarah untuk membaca al-Quran sesuai kemampuannya dan mendoakan ahli kubur setelah membaca al-Quran. Hal ini dijelaskan oleh al-Syafi'i dan disepakati oleh ulama Syafi'iyyah"
[Lihat Kitab Al-Majmu'  Syarhu Al-Muhadzdzab : juz V hal 311 / Kitabu Al Jana'izi / Babu At Ta'ziyyah Wa Al Buka'i 'Ala Al Mayyiti / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Tnp. Tahun].


*📓📁• Ternyata Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala, murid Imam Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy, juga mengklaim bahwa membaca Al-Qur'an di kuburan telah menjadi tradisi bagi para sahabat Anshar di Madinah beliau berkata dalam kitabnya " Ar Ruh Fi Al Kalami 'Ala Arwahi Al Ahya'i Wa Al Amwati Bidala'ili Min Al Kitabi Wa As Sunnati " :*

وَذَكَرَ الْخَلاَّلُ عَنِ الشَّعْبِي قَالَ كَانَتِ اْلأَنْصَارُ إِذَا مَاتَ لَهُمُ الْمَيِّتُ اِخْتَلَفُوْا إِلَى قَبْرِهِ يَقْرَءُوْنَ عِنْدَهُ الْقُرْآنَ
[انظر كتاب الروح في الكلام على أرواح الأموات والأحياء بالدلائل من الكتاب والسنة : ص ١١ /  المسألة الأولى وهي هل تعرف الأموات زيارة الأحياء وسلامهم أم لا قال / للإمام محمد بن أبي بكر بن أيوب بن سعد شمس الدين ابن قيم الجوزية الحنبلي (المتوفى: ٧٥١ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بيروت - بدون السنة].

"Al-Khallal mengutip dari al-Sya'bi bahwa jika salah seorang dari sahabat Anshar meninggal, maka mereka bergiliran membaca Al-Qur'an di kuburannya"
[Lihat Kitab Ar Ruh Fi Al Kalami 'Ala Arwahi Al Ahya'i Wa Al Amwati Bidala'ili Min Al Kitabi Wa As Sunnati : hal 11 / Al Mas'alatu Al 'Ula Wahiya Hal Ta'rifu Al Amwatu Ziyarata Al Ahya'i Wa Salamahum Am La Qaala / Karya Imam Ibnu Qayyim Al Jauziy Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut, Tnp. Tahun].


*🌴✍️• Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala  juga mengutip fatwa Imam Ahmad rahimahullAhu ta'ala yang awalnya melarang membaca Al-Qur'an di kuburan kemudian Imam Ahmad meralatnya bahkan menganjurkan hal tersebut:*

Al Khalal berkata : Dan telah mengabarkan kepadaku Al Hasan bin  Ahmad Al Warraq. Telah menceritakan kepadaku :

قَالَ الْخَلاَّلُ وَأَخْبَرَنِي الْحَسَنُ بْنُ أَحْمَدَ الْوَرَّاقُ حَدَّثَنِى عَلِىُّ بْنُ مُوْسَى الْحَدَّادُ وَكَانَ صَدُوْقًا قَالَ :

كُنْتُ مَعَ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلَ وَمُحَمَّدٍ بْنِ قُدَامَةَ الْجَوْهَرِى فِي جَنَازَةٍ فَلَمَّا دُفِنَ الْمَيِّتُ جَلَسَ رَجُلٌ ضَرِيْرٌ يَقْرَأُ عِنْدَ الْقَبْرِ فَقَالَ لَهُ أَحْمَدُ يَا هَذَا إِنَّ اْلقِرَاءَةَ عِنْدَ الْقَبْرِ بِدْعَةٌ.

فَلَمَّا خَرَجْنَا مِنَ الْمَقَابِرِ قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ قُدَامَةَ ِلأَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلَ يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ مَا تَقُوْلُ فِي مُبَشِّرٍ الْحَلَبِيّ ؟,

قَالَ : ثِقَةٌ ،

قَالَ كَتَبْتَ عَنْهُ شَيْئًا ؟ , قَالَ نَعَمْ, فَأَخْبَرَنِي مُبَشِّرٌ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ اْلعَلاَءِ اللَّجْلاَجِ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّهُ أَوْصَى إِذَا دُفِنَ أَنْ يُقْرَأَ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتِهَا وَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ يُوْصِي بِذَلِكَ , فَقَالَ لَهُ أَحْمَدُ : فَارْجِعْ وَقُلْ لِلرَّجُلِ يَقْرَأُ.
[انظر كتاب الروح في الكلام على أرواح الأموات والأحياء بالدلائل من الكتاب والسنة : ص ١٠ /  المسألة الأولى وهي هل تعرف الأموات زيارة الأحياء وسلامهم أم لا قال / للإمام محمد بن أبي بكر بن أيوب بن سعد شمس الدين ابن قيم الجوزية الحنبلي (المتوفى: ٧٥١ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بيروت - بدون السنة].

Al Khalal berkata : Dan telah mengabarkan kepadaku Al Hasan bin  Ahmad Al Warraq. Telah menceritakan kepadaku : 'Aliy bin Musa Al-Haddad (orang yang sangat jujur) berkata:

Saya bersama Ahmad bin Hanbal dan Muhammad Ibnu Qudamah al-Jauhari menghadiri pemakaman janazah. Setelah dimakamkan, ada orang laki-laki buta membaca Al-Qur'an di dekat kubur tersebut. Ahmad berkata kepadanya: Wahai saudara! Membaca di dekat kubur adalah bid'ah.

Setelah kami keluar dari kuburan, Muhammad ibnu Qudamah bertanya kepada Ahmad bin Hanbal: Wahai Abu Abdillah. Apa penilaianmu tentang Mubasysyir al-Halabi?

Ahmad menjawab: Ia orang terpercaya.

Ibnu Qudamah bertanya lagi: Apakah engkau meriwayatkan hadits dari Mubasysyir?

Ahmad bin Hanbal menjawab: Ya. Saya mendapatkan riwayat dari Mubasysyir bin Abdirrahman dari ayahnya, bahwa ayahnya berpesan agar setelah dimakamkan dibacakan di dekat kepalanya dengan pembukaan al-Baqarah dan ayat akhirnya. Ayahnya berkata bahwa ia mendengar Ibnu Umar berwasiat seperti itu juga.

Kemudian Imam Ahmad berkata kepada Ibnu Qudamah: Kembalilah, dan katakan pada lelaki tadi agar membacanya!"
[Lihat Kitab Ar Ruh Fi Al Kalami 'Ala Arwahi Al Ahya'i Wa Al Amwati Bidala'ili Min Al Kitabi Wa As Sunnati : hal 10 / Al Mas'alatu Al 'Ula Wahiya Hal Ta'rifu Al Amwatu Ziyarata Al Ahya'i Wa Salamahum Am La Qaala / Karya Imam Ibnu Qayyim Al Jauziy Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut, Tnp. Tahun].


*💾✒️• Hukum Membaca Al-Qur'an Untuk Orang Yang Meninggal Pada Waktu Dan Tempat Yang Sama Secara Berjama'ah?*

Tidak ada tuntunan langsung dari Rasulullah –ﷺ💞–  namun ada tuntunan dari sahabat 'Abdullah bin 'Umar bin Khattab  -radhiyallahu 'anhuma- untuk membacakan  Al-Qur'an bagi orang yang sudah meninggal, bahkan beliau mewasiatkan untuk membacakan awal dan akhir surat Al Baqarah ketika beliau dimakamkan, adapun mengenai pelaksanaannya secara  berjama'ah di waktu dan tempat yang sama ulama' berbeda pendapat.

Adapun teks dalil  tentang wasiyat Sayyidina Ibnu ‘Umar radliyyAllaahu ‘anhumaa agar dibacakan surat Al-Baqarah setelah kematiannya :

*📂🎙️• Imam Ibnu Abi Al 'Izz Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Syarhu Al 'Aqidati Ath Thahawiyyati " mengatakan :*

اسْتَدَلُّوا بِمَا نُقِلَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّهُ أَوْصَى أَنْ يُقْرَأَ عَلَى قَبْرِهِ وَقْتَ الدَّفْنِ بِفَوَاتِحِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ وَخَوَاتِمِهَا
[انظر كتاب شرح العقيدة الطحاوية : ج ١ ص ٤٥٨ /  في دعاء الأحياء وصدقاتهم منفعة للأموات / للإمام صدر الدين محمد بن علاء الدين عليّ بن محمد ابن أبي العز الحنفي، الأذرعي الصالحي الدمشقي (المتوفى: ٧٩٢هـ) /  الناشر: دار السلام ، الطبعة: الطبعة المصرية الأولى، ١٤٢٦ هـ = ٢٠٠٥ مـ].

“Mereka beristidlaal dengan riwayat yang ternukil dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya ia pernah berwasiat agar dibacakan di atas kuburnya bagian awal dan akhir surat Al-Baqarah pada waktu penguburan”
[Lihat Kitab Syarhu Al 'Aqidati Ath Thahawiyyati : juz 1 hal 458 / Fi Du'ai Al Ahya'i Wa Shadaqatihim Man'faatun Lilamwaati / Karya Imam Ibnu Abi Al 'Izz Al Hanafiy / Dar As Salam, Cet. Mesir Pertama, Th. 1426 H = 2005 M].


*🌴✒️• Imam An-Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahullahu ta'ala dalam kitabnya " Al Adzkar " berkata :*

وروينا في " سنن أبي داود " والبيهقي بإسناد حسن، عن عثمان رضي الله عنه، قال: كان النبيُّ صلى الله عليه وسلم إذا فرغَ من دفن الميت، وقفَ عليه فقال: " اسْتَغْفِرُوا لأَخِيكُمْ، وسألوا الله لَهُ التَّثْبِيتَ فإنَّهُ الآنَ يُسْألُ ".

قال الشافعي والأصحاب: يُستحبّ أن يقرؤوا عنده شيئاً من القرآن، قالوا: فإن ختموا القرآن كلَّه كان حسناً.

وروينا في " سنن البيهقي " بإسناد حسن، أن ابن عمر استحبَّ أن يقرأ على القبر بعد الدفن أوّل سورة البقرة وخاتمتها.
[انظر كتاب الاذكار : ص ١٦٢ /  كتاب أذكار المرض والموت وما يتعلق بهما / باب ما يقوله بعد الدفن / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي الشافعي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: دار الفكر للطباعة والنشر والتوزيع، بيروت - لبنان طبعة جديدة منقحة، ١٤١٤ هـ = ١٩٩٤ مـ].

Dan kami telah  meriwayatkan dalam Sunan Abi Dawud dan Al Baihaqiy DENGAN SANAD HASAN, dari 'Utsman radhiyyAllahu 'anhu,  beliau berkata : Adalah Nabi –ﷺ💞– apabila selesai memakamkan jenazah, beliau berdiri di samping kuburannya, lalu bersabda :

اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ، وَسَلُوا لَهُ بِالتَّثْبِيتِ، فَإِنَّهُ الْآنَ يُسْأَلُ

”Mintakanlah ampunan untuk saudara kalian, dan mintalah keteguhan untuknya. Karena saat ini dia sedang diuji.” (HR. Abu Daud 3221, al-Hakim 1372, al-Baghawi dalam Syarhus Sunah 1523, dan SANADNYA DISHAHIHKAN Oleh Imam ad-Dzahabi).

Imam Asy Syafi'iy dan Para Sahabatnya berkata : Disunnahkan apabila mereka membacakan disamping mayyit sesuatu dari Al Qur'an, kemudian mereka mengatakan: apabila mereka mengharamkan Al Qur'an semuanya adalah lebih bagus.

Dan kami telah meriwayatkan dalam Sunan Al-Baihaqiy dengan sanad hasan, bahwasannya Ibnu ‘Umar menyukai agar dibacakan di atas kubur setelah penguburan bagian awal dan akhir surat Al-Baqarah”
[Lihat Kitab Al-Adzkaar: hal 162 / Kitabu Adzkari Al Maradhi Wa Al Mauti Wa Ma Yata'allaqu Bihima / Babu Ma Yaquluhu Ba'da Ad Dafni / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Dar Al Fikri - Beirut Libanon, Th. 1414 H = 1994 M].


*💾📁• Penghasanan riwayat oleh Imam An-Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahullAhu ta'ala tersebut perlu ditinjau kembali menurut sebagian orang, namun menurut Ulama' Sunni (Ahlussunah Wal Jama'ah), bisa diamalkan sebagai Fadhilah Amal karena maknaya yang Shahih (benar) terkait orang yang masih hidup diperbolehkan mendoakan, memintakan ampunan, mengirimkan sedekah, dsb kepada orang - orang yang beriman yang telah wafat mendahului, dan didalam Al Qur'an semua ada yang dibutuhkan atau dimanfaatkan oleh kaum beriman yang telah wafat.
 
📂• Berikut riwayat yang dibawakan oleh Al-Baihaqiy dalam Sunan Al-Kubraa :

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، ثنا الْعَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ، قَالَ: سَأَلْتُ يَحْيَى بْنَ مَعِينٍ عَنِ الْقِرَاءَةِ عِنْدَ الْقَبْرِ، فَقَالَ حَدَّثَنَا مُبَشِّرُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ الْحَلَبِيُّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْعَلاءِ بْنِ اللَّجْلاجِ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّهُ قَالَ لِبَنِيهِ: " إِذَا أَدْخَلْتُمُونِي قَبْرِي فَضَعُونِي فِي اللَّحْدِ وَقُولُوا: بِاسْمِ اللَّهِ وَعَلَى سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسُنُّوا عَلَيَّ التُّرَابَ سَنًّا، وَاقْرَءُوا عِنْدَ رَأْسِي أَوَّلَ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتَهَا فَإِنِّي رَأَيْتُ ابْنَ عُمَرَ يَسْتَحِبُّ ذَلِكَ "
[رواه البيهقي في السنن الكبرى / (٩) - كتاب الجنائز / جماع أبواب التكبير على الجنائز ومن أولى بإدخاله القبر / باب ما ورد في قراءة القرآن عند القبر / رقم الحديث : ٧٠٦٨].

Telah mengkhabarkan kepada kami : Abu ‘Abdillah Al-Haafidh : Telah menceritakan kepada kami :  Abul-‘Abbaas Muhammad bin Ya’quub : Telah menceritakan kepada kami : Al-‘Abbaas bin Muhammad, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Yahyaa bin Ma’iin tentang qiraa’ah di sisi kubur, maka ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Mubasysyir bin Ismaa’iil Al-Halabiy. Dari ‘Abdurrahmaan bin Al-‘Alaa’ bin Al-Lajlaaj. Dari Ayahnya, bahwasannya ia pernah berkata kepada anak-anaknya :

“Apabila kalian memasukkan aku ke kuburku, maka letakkanlah aku dalam liang lahad dan ucapkanlah : ‘bismillaahi wa ‘alaa sunnati Rasuulillah –ﷺ💞–. Lalu letakkanlah di atas (mayat)-ku tanah, dan bacalah di atas kepalaku awal dan akhir surat Al-Baqarah. Karena sesungguhnya aku melihat Ibnu ‘Umar menyukai hal tersebut”
[HR. Baihaqiy Dalam As-Sunan Al-Kubraa, 4/56-57 / (9) - Kitabu Al Jana'izi / Juma'u At Takbiri 'Ala Al Jana'izi Wa Man Aula Biidkhaalihi Al Qabra / Babu Ma Warada Fi Qira'ati Al Qur'ani 'Inda Al Qabri / No. Hadits : 7068].


📁• Riwayat lain dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma  yang marfu’ :

وَأَخْبَرَنِي الْعَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدِ الْكَرِيمِ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو شُعَيْبٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ أَحْمَدَ بْنِ شُعَيْبٍ الْحَرَّانِيُّ، مِنْ كِنَانَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الضَّحَّاكُ، حَدَّثَنَا أَيُّوبُ بْنُ نَهِيكٍ الْحَلَبِيُّ الزُّهْرِيُّ، مَوْلَى آلِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ: سَمِعْتُ عَطَاءَ بْنَ أَبِي رَبَاحٍ الْمَكِّيَّ، قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ –ﷺ💞– يَقُولُ:

*_«إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلا تَجْلِسُوا، وَأَسْرِعُوا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ، وَلْيُقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْبَقَرَةِ، وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ بِخَاتِمَتِهَا فِي قَبْرِهِ»._*
[أخرجه أبو بكر الخلال في كتابه الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر : ص ٨٨ /  باب القراءة عند القبور / للإمام أبو بكر أحمد بن محمد بن هارون بن يزيد الخَلَّال البغدادي الحنبلي (المتوفى: ٣١١ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت - لبنان الطبعة: الأولى، ١٤٢٤ هـ = ٢٠٠٣ مـ]

Telah mengkhabarkan kepadaku : Al-‘Abbaas bin Muhammad bin Ahmad bin ‘Abdil-Kariim, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku : Abu Syu’aib ‘Abdullah bin Al-Husain bin Ahmad bin Syu’aib Al-Harraaniy. Dari Kinaanah, ia berkata :  Telah menceritakan kepadaku : Yahyaa bin ‘Abdillah Adl-Dlahhaak : Telah menceritakan kepada kami : Ayyuub bin Nahiik Al-Halabiy -(maula/budak merdeka keluarga Sa’d bin Abi Waqqaash)-, ia berkata : Aku mendengar ‘Athaa’ bin Abi Rabbaah Al-Makkiy, ia berkata : Aku mendengar Ibnu ‘Umar, beliau berkata : Aku mendengar Nabi –ﷺ💞– bersabda :

*_“Apabila salah seorang di antara kalian meninggal, janganlah kalian duduk, bersegeralah kalian dengannya untuk menguburkannya, serta bacakanlah di dekat kepalanya awal surat Al-Baqarah dan di dekat kedua kakinya akhir surat Al-Baqarah di kuburnya”._*
[Diriwayatkan Oleh Abu Bakar Al-Khallaal Al Hanbaliy Dalam Kitabnya Al-Amru Bilma'ruf Wa An Nahyu 'An Al Munkari : hal. 88 / Babu Al Qira'ati 'Inda Al Quburi / Karya Imam Abu Bakar Al Khalal Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut Libanon, Cet. Pertama, Th. 1424 H = 2003 M].


*🌴📂• Walhasil terkait qira’atul qur’an atau pembacaan Al-Qur’an di kuburan, ulama berbeda pendapat. Mayoritas ulama berpendapat, hukum pembacaan Al-Qur’an di kuburan tidak dimakruhkan. Mereka bahkan menganjurkan aktivitas ini. Tetapi sebagian berpendapat, hukum pembacaan Al-Qur’an di kuburan adalah makruh.

*💾• Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Raudhotu Ath Thalibin Wa 'Umdatu Al Muftiin " mengatakan :*

 وَسُئِلَ الْقَاضِي أَبُو الطَّيِّبِ عَنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ فِي الْمَقَابِرِ فَقَالَ: الثَّوَابُ لِلْقَارِئِ، وَيَكُونُ الْمَيِّتُ كَالْحَاضِرِ، تُرْجَى لَهُ الرَّحْمَةُ وَالْبَرَكَةُ، فَيُسْتَحَبُّ قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ فِي الْمَقَابِرِ لِهَذَا الْمَعْنَى، وَأَيْضًا فَالدُّعَاءُ عُقَيْبَ الْقِرَاءَةِ أَقْرَبُ إِلَى الْإِجَابَةِ، وَالدُّعَاءُ يَنْفَعُ الْمَيِّتَ.
[انظر كتاب روضة الطالبين وعمدة المفتين : ج ٢ ص ١٣٩ /  كتاب الجنائز / باب / فصل / للإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي الشافعي (المتوفى: ٦٧٦ هـ) / الناشر: المكتب الإسلامي، بيروت - دمشق - عمان الطبعة: الثالثة، ١٤١٢هـ / ١٩٩١مـ].

“Ketika ditanya perihal membaca Al-Qur’an di kuburan, Qadhi Abut Thayyib menjawab, ‘Pahala membaca itu kembali kepada orang yang membaca. Sedangkan mayit seperti orang hidup yang diharapkan rahmat dan keberkahan Allah untuknya. Pembacaan Al-Qur’an dianjurkan dalam rangka ini. Sedangkan doa setelah pembacaan Al-Qur’an lebih dekat pada ijabah. Doa orang hidup itu akan bermanfaat bagi si mayit,’”
[Lihat Kitab Raudhatu Ath Thalibin Wa 'Umdatu Al Muftiin : juz 2 hal 139 / Kitabu Al Jana'izi / Bab / Fashlun / Karya Imam An Nawawiy Asy Syafi'iy / Al Maktab Al Islamiy - Beirut - Damsyiq - 'Aman, Cet. Ketiga, Th. 1412 H = 1991 M].


*📚• Tersebut dalam kitab " Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah " Keluaran Kementrian Urusan Wakaf Dan Islam Negara Kuwait :*

ذَهَبَ جُمْهُورُ الْحَنَفِيَّةِ وَالشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ إِلَى أَنَّهُ لاَ تُكْرَهُ قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ فِي الْمَقَابِرِ بَل تُسْتَحَبُّ

وَنَصَّ بَعْضُ الْحَنَفِيَّةِ عَلَى أَنَّهُ لاَ تُكْرَهُ قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ فِي الْمَقَابِرِ إِذَا أَخْفَى وَلَمْ يَجْهَرْ وَإِنْ خَتَمَ، وَإِنَّمَا تُكْرَهُ قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ فِيهَا جَهْرًا
[انظر كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية : ج ٣٨ ص ٣٤٧ - ٣٤٨ / حرف الميم /؛مقبرة /؛ما يتعلق بالمقبرة من أحكام: الصلاة على الجنازة في المقبرة /  صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت عدد الأجزاء: ٤٥ جزءا ، الطبعة: (من ١٤٠٤ - ١٤٢٧ هـ)، .الأجزاء ٢٤ - ٣٨ : الطبعة الأولى، مطابع دار الصفوة - مصر - بدون السنة].

“Mayoritas ulama mazhab Hanafiyyah (Pengikut Imam Abu Hanifah), Syafi’iyyah (Pengikut Imam Syafi'iy), dan Hanabilah (Pengikut Imam Ahmad)  berpendapat bahwa, qira’atul qur’an atau pembacaan Al-Qur’an di kuburan TIDAK DIMAKRUHKAN, tetapi justru dianjurkan,”

Sebagian ulama Hanafiyyah berpendapat bahwa qira’atul qur’an atau pembacaan Al-Qur’an di kuburan dengan khatam sekalipun tidak dimakruhkan sejauh dibaca perlahan atau sir. Kemakruhannya itu muncul karena Al-Qur’an dibaca jahar atau keras.
[Lihat Kitab Mausu’atu Al Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah : juz 38 hal 347 - 348 / Harfu Al Mimi / Maqbarah / Ma Yata'allaqu Bilmaqbarati Min Ahkam : Ash Shalatu 'Ala Al Janazati Fi Al Maqbarati / Keluaran Kementrian Urusan Wakaf Dan Islam Negara Kuwait, Jumlah  : 45 Juz, Mulai Dicetak Th : 1404 - 1427 H, Juz 24 - 38 : Cet. Pertama Oleh Dar Ash Shafwah Mesir - Tnp. Tahun].


*II]• 📁🌴 Menurut Madzhab Imam Abu Hanifah RahimahullAhu Ta'ala*

*📂• Imam Ibnu Mazah Al Bukhariy Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Al Muhith Al Burhaniy Fi Al Fiqhi An Nu'maniy " berkata :*

وفي «الفتاوى» : قراءة القرآن في القبور عند أبي حنيفة رضي الله عنه تكره، وعند محمد لا تكره،
[انظر كتاب المحيط البرهاني في الفقه النعماني : ج ٥ ص ٣١١ /  كتاب الاستحسان والكراهية / الفصل الرابع في الصلاة، والتسبيح، وقراءة القرآن، والذكر، والدعاء ورفع الصوت عند قراءة القرآن والذكر والدعاء / للإمام أبو المعالي برهان الدين محمود بن أحمد بن عبد العزيز بن عمر بن مَازَةَ البخاري الحنفي (المتوفى: ٦١٦ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية، بيروت - لبنان الطبعة: الأولى، ١٤٢٤ هـ = ٢٠٠٤ مـ].

Dalam kitab " Al Fatawa " : Membaca Al Qur'an dikuburan menurut Imam Abu Hanifah MAKRUH HUKUMNYA, dan menurut Imam Muhammad (sahabat Imam Abu Hanifah) TIDAK DIMAKRUHKAN.
[Lihat Kitab Al Muhith Al Burhaniy Fi Al Fiqhi An Nu'maniy : juz 5 hal 311 / Kitabu Al Istihsaani Wa Al Karahiyyati / Al Fashlu Ar Rabi'u Fi Ash Shalati Wa At Tasbihi Wa Qira'ati Al Qur'ani Wa Adz Dzikri Wa Ad Du'ai Wa Raf'i Ash Shauti 'Inda Qira'ati Al Qur'ani Wa Adz Dzikri Wa Ad Du'ai / Karya Imam Ibnu Maazah Al Bukhariy Al Hanafiy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut Libanon, Cet. Pertama, Th. 1424 H = 2003 M].


*🌴📓• Imam Syaikhi Zaadah Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Majma' Al Anhar " mengatatakan :*

(وَكَرِهَ الْإِمَامُ الْقِرَاءَةَ عِنْدَ الْقَبْرِ) لِأَنَّ أَهْلَ الْقَبْرِ جِيفَةٌ وَكَذَا يُكْرَهُ الْقُعُودُ عَلَى الْقَبْرِ لِأَنَّهُ إهَانَةٌ (وَجَوَّزَهَا) أَيْ الْقِرَاءَةَ عِنْدَ الْقَبْرِ (مُحَمَّدٌ وَبِهِ) أَيْ يَقُولُ مُحَمَّدٌ (أَخْذٌ) لِلْفَتْوَى لِمَا فِيهِ مِنْ النَّفْعِ لِوُرُودِ الْآثَارِ بِقِرَاءَةِ آيَةِ الْكُرْسِيِّ وَسُورَةِ الْإِخْلَاصِ وَالْفَاتِحَةِ وَغَيْرِ ذَلِكَ عِنْدَ الْقُبُورِ وَمَذْهَبُ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ أَنَّ لِلْإِنْسَانِ أَنْ يَجْعَلَ ثَوَابَ عَمَلِهِ لِغَيْرِهِ
[انظر كتاب مجمع الأنهر  في شرح ملتقى الأبحر : ج ٢ ص ٥٥٢ / كتاب الكراهية / فصل في المتفرقات / للإمام عبد الرحمن بن محمد بن سليمان المدعو بشيخي زاده, يعرف بداماد أفندي (المتوفى: ١٠٧٨ هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بدون السنة]

Dan Al Imam (Abu Hanifah) memakruhkan membaca Al-Qur'an di atas kuburan, karena Ahli Kubur sudah menjadi jifah (bangkai), begitu juga dimakruhkan duduk diatas kuburan, karena hal tersebut termasuk menghinakan.

Dan Imam Muhammad (sahabat Imam Abu Hanifah) memperbolehkan membaca Al-Qur'an diatas kuburan, dan Imam Muhammad mengatakan denganya karena mengambil fatwa/pendapat pada perkara yang didalamnya terdapat  manfaat karena datangnya atsar-atsar  yang menjelaskan tentang bolehnya membaca ayat kursiy, surat Fatihah, surat Ikhlash, dan yang lainnya di atas kuburan, dan merupakan madzhab  Sunni (Ahlussunah Wal Jama'ah) bahwa bagi seseorang bisa apabila  mejadikan/memberikan pahala dari hasil amalnya kepada orang lain
[Lihat Kitab Majma' Al Anhar Fi Syarhi Multaqa Al Abhar : juz 2 hal 552 / Kitabu Al Karahiyyati / Fashlun : Fi Al Mutafarriqati / Karya Imam Syaikhi Zaadah Al Hanafiy / Dar Ihya'i At Turats Al 'Arabiy - Tnp. Tahun].


*💾🌴• Imam Ibnu Abil-‘Izz Al-Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Syarhu Al 'Aqidati Ath Thahawiyyati "  mencoba meringkas bagaimana pendapat Madzhab 4  Imam sebagai berikut :*

وَاخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ فِي قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ عِنْدَ الْقُبُورِ، عَلَى ثَلَاثَةِ أَقْوَالٍ: هَلْ تُكْرَهُ، أَمْ لَا بَأْسَ بِهَا وَقْتَ الدَّفْنِ، وَتُكْرَهُ بَعْدَهُ؟ فَمَنْ قَالَ بِكَرَاهَتِهَا، كَأَبِي حَنِيفَةَ وَمَالِكٍ وَأَحْمَدَ فِي رِوَايَةٍ, قَالُوا: لِأَنَّهُ مُحْدَثٌ، لَمْ تَرِدْ بِهِ السُّنَّةُ، وَالْقِرَاءَةُ تُشْبِهُ الصَّلَاةَ، وَالصَّلَاةُ عِنْدَ الْقُبُورِ مَنْهِيٌّ عَنْهَا، فَكَذَلِكَ الْقِرَاءَةُ, وَمَنْ قَالَ: لَا بَأْسَ بِهَا، كَمُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ وَأَحْمَدَ فِي رِوَايَةٍ, اسْتَدَلُّوا بِمَا نُقِلَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّهُ أَوْصَى أَنْ يُقْرَأَ عَلَى قَبْرِهِ وَقْتَ الدَّفْنِ بِفَوَاتِحِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ وَخَوَاتِمِهَا, وَنُقِلَ أَيْضًا عَنْ بَعْضِ الْمُهَاجِرِينَ قِرَاءَةُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ1. وَمَنْ قَالَ: لَا بَأْسَ بِهَا وَقْتَ الدَّفْنِ فَقَطْ، وَهُوَ رِوَايَةٌ عَنْ أَحْمَدَ, أَخَذَ بِمَا نُقِلَ عَنْ عُمَرَ وَبَعْضِ الْمُهَاجِرِينَ. وَأَمَّا بَعْدَ ذَلِكَ، كَالَّذِينِ يَتَنَاوَبُونَ الْقَبْرَ لِلْقِرَاءَةِ عِنْدَهُ, فَهَذَا مَكْرُوهٌ، فَإِنَّهُ لَمْ تَأْتِ بِهِ السُّنَّةُ، وَلَمْ يُنْقَلْ عَنْ أَحَدٍ مِنَ السَّلَفِ مِثْلَ ذَلِكَ أَصْلًا, وَهَذَا الْقَوْلُ لَعَلَّهُ أَقْوَى مِنْ غَيْرِهِ، لِمَا فِيهِ مِنَ التَّوْفِيقِ بَيْنَ الدَّلِيلَيْنِ.
[انظر كتاب شرح العقيدة الطحاوية : ج ١ ص ٤٥٨ / في دعاء الأحياء وصدقاتهم منفعة للأموات / للإمام  صدر الدين محمد بن علاء الدين عليّ بن محمد ابن أبي العز الحنفي، الأذرعي الصالحي الدمشقي (المتوفى: ٧٩٢ هـ) /  الناشر: دار السلام، الطبعة: الطبعة المصرية الأولى، ١٤٢٦ هـ = ٢٠٠٥ مـ].

“Para ulama berselisih tentang hukum membaca Al-Qur’an di sisi kubur menjadi tiga pendapat : Apakah itu (1) dimakruhkan, (2) diperbolehkan pada waktu pengkuburan dan dimakruhkan setelahnya ?.

(1) Ulama yang mengatakan kemakruhannya adalah Abu Haniifah, Maalik, dan Ahmad dalam satu riwayat. Mereka berkata : ‘Karena hal tersebut adalah muhdats/bid’ah, tidak ada contohnya dalam sunnah. Qiraa’at itu menyerupai shalat, sedangkan shalat di sisi kubur adalah terlarang. Begitu juga dengan qiraa’at (yang juga terlarang)’.

(2) Ulama yang mengatakan kebolehannya adalah Muhammad bin Al-Hasan dan Ahmad dalam satu riwayat. Mereka berdalil dengan riwayat yang ternukil dari Ibnu ‘Umar radliyyAllaahu ‘anhuma : Bahwasannya ia pernah berwasiat agar dibacakan di atas kuburnya bagian awal dan akhir surat Al-Baqarah pada waktu penguburan. Dan dinukil juga dari sebagian Muhaajirin tentang qiraa’at surat Al-Baqarah.

(3) Adapun ulama yang membolehkan membaca Al-Qur’an hanya pada waktu penguburan saja, maka ia adalah satu riwayat dari Ahmad yang mengambil riwayat yang ternukil dari ‘Umar dan sebagian Muhaajiriin. Adapun pembacaan Al-Qur’an setelah itu seperti orang-orang yang bergantian membaca Al-Qur’an di sisi kubur, maka ini makruh, karena perbuatan tersebut tidak ada dasarnya dalam sunnah, dan tidak pula ternukil satupun dari kalangan salaf perbuatan semisal itu”
[Lihat Kitab Syarh Al-‘Aqiidah Ath-Thahawiyyah : juz 1 hal. 458 / Fi Du'ai Al Ahya'i Wa Shadaqatihim Man'faatun Lilamwaati / Karya Imam Ibnu Abi Al 'Izz Al Hanafiy / Dar As Salam, Cet. Mesir Pertama, Th. 1426 H = 2005 M].


*III]• 📁🌴 Menurut Madzhab Imam Malik Bin Anas RahimahullAhu Ta'ala*

*📓• Imam Muḥammad Ulaisy Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Manhu Al Jalil " mengatakan :*

(وَ) كُرِهَ قِرَاءَةٌ عَلَى الْمَيِّتِ (بَعْدَهُ) أَيْ الْمَوْتِ (وَعَلَى قَبْرِهِ) أَيْ الْمَيِّتِ؛ لِأَنَّهَا لَيْسَتْ مِنْ عَمَلِ السَّلَفِ الصَّالِحِ، وَلِمُنَافَاتِهَا لِلْمَقْصُودِ مِنْ التَّدَبُّرِ فِي حَالِ الْمَيِّتِ كَمَا تَقَدَّمَ فِي التَّوْضِيحِ. مَذْهَبُ مَالِكٍ - رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ - كَرَاهَةُ الْقِرَاءَةِ عَلَى الْقَبْرِ
[انظر منح الجليل شرح مختصر خليل: ج ١ ص ٥٠٩ / باب في بيان أوقات الصلوات الخمس / فصل فيما يتعلق بالميت / للإمام محمد بن أحمد بن محمد عليش، أبو عبد الله المالكي (المتوفى: ١٢٩٩ هـ) / الناشر: دار الفكر - بيروت الطبعة: بدون طبعة تاريخ النشر: ١٤٠٩ هـ = ١٩٨٩ مـ].

Dan dimakruhkan membaca (Al Qur'an) atas mayyit setelah kematiannya dan diatas kuburnya, karena hal tersebut bukanlah amaliyyah Salafus Shalih, dan karena penentangannya untuk tujuan tadabbur (perenungan) pada keadaan mayyit. Seperti telah lampau disebutkan dalam kitab " At Taudhih " - Madzhab Imam Malik radhiyyAllahu ta'ala 'anhu- MEMAKRUHKAN MEMBACA AL-QURAN DI ATAS KUBURAN.
[Lihat Kitab Manhu Al Jalil Syarhu Mukhtasar Khalil : juz 1 hal 509 / Babu Fi Bayani Auqati Ash Shalawati Al Khamsi / Fashlun : Fima Yata'allaqu Bi Al Mayyiti / Karya Imam Muhammad 'Ulaisy Al Malikiy / Dar Al Fikri - Beirut, Th. 1409 H = 1989 M]


*📘• Imam Al Kharasyi Al Malikiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Syarhu Mukhtasar Khalil " mengatakan :*

وَأَشَارَ بِقَوْلِهِ (وَبَعْدَهُ وَعَلَى قَبْرِهِ) إلَى أَنَّ الْقِرَاءَةَ لَيْسَتْ أَيْضًا مَشْرُوعَةً بَعْدَ الْمَوْتِ وَلَا عِنْدَ الْقَبْرِ؛ لِأَنَّهُ لَيْسَ مِنْ عَمَلِ السَّلَفِ.
[انظر كتاب شرح مختصر خليل للخرشي مع حاشية العدوي: ج ٢ ص ١٣٦ / باب الوقت المختار / فصل صلاة الجنازة / للإمام محمد بن عبد الله الخرشي المالكي أبو عبد الله (المتوفى: ١١٠١ هـ) / الناشر: دار الفكر للطباعة - بيروت - بدون السنة].

Dan memberikan isyarat dengan ungkapannya: setelah matinya dan diatas kuburnya, bahwasannya  membaca Al-Qur'an bukanlah hal yang disyari'atkan setelah kematian begitu juga tidak disyari'atkan dibaca diatas kuburan, karena hal tersebut bukanlah termasuk amalan kaum salaf.
[Lihat Kitab Syarhu Mukhtashar Khalil : juz 2 hal 136 / Babu Waqti Al Mukhtari / Fashlun : Shalatu Al Janazati / Karya Imam Al Kharasyi Al Malikiy / Dar Al Fikri - Beirut, Tnp. Tahun].


*IV]• 📁🌴 Menurut Madzhab Imam Ahmad Bin Hanbal  RahimahullAhu Ta'ala*

*🌴• Imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Iqtidho'i Ash Shirathi Al Mustaqimi " mengatakan :*

لكن اختلفوا في القراءة عند القبور: هل تكره، أم لا تكره؟والمسألة مشهورة، وفيها ثلاث روايات عن أحمد:

إحداها أن ذلك لا بأس به. وهي اختيار الخلال وصاحبه، وأكثر المتأخرين من أصحابه. وقالوا: هي الرواية المتأخرة عن أحمد، وقول جماعة من أصحاب أبي حنيفة، واعتمدوا على ما نقل عن ابن عمر  رضي الله عنهما، أنه أوصى أن يقرأ على قبره وقت الدفن بفواتيح البقرة، وخواتيمها. ونقل أيضا عن بعض المهاجرين قراءة سورة البقرة.

والثانية: أن ذلك مكروه ...

والثالثة: أن القراءة عنده وقت الدفن لا بأس بها،
[انظر كتاب اقتضاء الصراط المستقيم لمخالفة أصحاب الجحيم : ج ٢ ص ٢٦٣ - ٢٦٤ / القسم الثاني: الكتاب محققا مع التعليق عليه / فصل في عدم جواز سائر العبادات عند القبور / للإمام تقي الدين أبو العباس أحمد بن عبد الحليم بن عبد السلام بن عبد الله بن أبي القاسم بن محمد ابن تيمية الحراني الحنبلي الدمشقي (المتوفى: ٧٢٨ هـ) / الناشر: دار عالم الكتب، بيروت، لبنان الطبعة: السابعة، ١٤١٩ هـ = ١٩٩٩ مـ].

Akan tetapi mereka berbeda pendapat terkait dalam membaca Al-Qur'an dikuburan : Apakah dimakruhkan, ataukah tidak dimakruhkan?

Dan permasalahan yang disaksikan, dan didalamnya ada 3 riwayat dari Imam Ahmad :

(Yang Pertama) : Semua itu tidak menjadi persoalan, dan itu adalah pendapat Al Khalal dan sahabatnya, dan kebanyakkan generasi terakhir dari sahabatnya. Dan mereka berkata : itu adalah riwayat yang terakhir dari Imam. Ahmad, dan pendapat sekelompok pengikut Imam Abu Hanifah, dan mereka berpegangan pada Atsar yang dinukil dari Sahabat Ibnu 'Umar radliyyAllahu 'anhuma, bahwasannya beliau pernah berpesan agar dibacakan diatas kuburnya waktu dimakamkan dengan awwal surat. Al Baqarah dan 2 ayat terakhir darinya. Dan dinukil lagi dari sebagian kaum Muhajirin (ketika ada yang meninggal) dibacakan surat Al Baqarah diatas kuburnya.

(Yang Kedua) : Semua itu DIMAKRUHKAN...

(Yang Ketiga): Bahwa membaca Al-Qur'an diatas kuburan ketika dimakamkan TIDAK MENJADI PERSOALAN  dengannya ...
[Lihat Kitab Iqtidho'i Ash Shirathi Al Mustaqimi Limukhalafati Ashaabi Al Jahiimi : juz 2 hal 263 - 264 / Al Qasmu Ats Tsaniy : Al Kitabu Muhaqqaqan Ma'a At Ta'liqi 'Alaihi / Fashlun : Fi 'Adami Jawazi Saa'iri Al Ibadaati 'Inda Al Quburi / Karya Imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy / Dar 'Aalimu Al Kutub - Beirut Libanon, Cet. Ketujuh, Th. 1419 H = 1999 M].


*📂• Imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Majmu' Al Fatawa Al Kubro " mengatakan :*

وَلَا قَالَ أَحَدٌ قَطُّ مِنْ عُلَمَاءِ الْأُمَّةِ الْمَتْبُوعِينَ: إنَّ الصَّلَاةَ أَوْ الْقِرَاءَةَ عِنْدَ الْقَبْرِ أَفْضَلُ مِنْهَا عِنْدَ غَيْرِهِ؛ بَلْ الْقِرَاءَةُ عِنْدَ الْقَبْرِ قَدْ اخْتَلَفُوا فِي كَرَاهَتِهَا فَكَرِهَهَا أَبُو حَنِيفَةَ. وَمَالِكٌ وَالْإِمَامِ أَحْمَد فِي إحْدَى الرِّوَايَتَيْنِ. وَطَوَائِفُ مِنْ السَّلَفِ. وَرَخَّصَ فِيهَا طَائِفَةٌ أُخْرَى مِنْ أَصْحَابِ أَبِي حَنِيفَةَ وَالْإِمَامِ أَحْمَد وَغَيْرِهِمْ. وَهُوَ إحْدَى الرِّوَايَتَيْنِ عَنْ أَحْمَد وَلَيْسَ عَنْ الشَّافِعِيِّ فِي ذَلِكَ كُلِّهِ نَصٌّ نَعْرِفُهُ.

وَلَمْ يَقُلْ أَحَدٌ مِنْ الْعُلَمَاءِ: إنَّ الْقِرَاءَةَ عِنْدَ الْقَبْرِ أَفْضَلُ. وَمَنْ قَالَ: إنَّهُ عِنْدَ الْقَبْرِ يَنْتَفِعُ الْمَيِّتُ بِسَمَاعِهَا دُونَ مَا إذَا بَعُدَ الْقَارِئُ: فَقَوْلُهُ هَذَا بِدْعَةٌ بَاطِلَةٌ مُخَالِفَةٌ لِإِجْمَاعِ الْعُلَمَاءِ.
[انظر كتاب مجموع الفتاوى الكبرى : ج ٣١ ص ٤١ - ٤٢ / الفقه ١١ : الوقف - العتق / كتاب الوقف / كراهة القراءة والذكر والمبيت بالربط / للإمام  تقي الدين أبو العباس أحمد بن عبد الحليم بن تيمية الحراني (المتوفى: ٧٢٨ هـ) /  الناشر: مجمع الملك فهد لطباعة المصحف الشريف، المدينة النبوية، المملكة العربية السعودية عام النشر: ١٤١٦ هـ/١٩٩٥ مـ].

Dan tidak ada satu orangpun dari para ulama ummat yang diikuti berkata : bahwa shalat atau bacaan diatas kuburan lebih utama daripadanya menurut selainnya, akan tetapi membaca diatas kuburan sesungguhnya para ulama' berselisih pendapat dalam kemakruhannya, Imam Abu Hanifah, Malik,  salah satu dari 2 riwayat imam Ahmad, dan sebagian dari ulama' salaf  memakruhkannya. Dan sebagian yang lain dari  pengikut Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad, dan selain mereka didalamnya memberikan rukhshah (kelonggaran). Dan itu adalah salah satu 2 riwayat dari Imam Ahmad dan bukan dari Imam Syafi'iy dalam semua hal itu terdapat nash yang kami telah mengetahuinya.

Dan tidak satupun dari para ulama' mengatakan : bahwa membaca Al-Qur'an diatas kuburan adalah lebih utama. Dan orang yang mengatakan : membaca Al-Qur'an diatas kuburan mayyit bisa mengambil manfaat dengan mendengarkannya, bukan bacaan ketika posisi yang membaca berada ditempat yang jauh, maka ungkapannya ini adalah bid'ah yang batal yang menyelisihi Ijma' (kesepakatan) para ulama'.
[Lihat Kitab Majmu' Al Fatawa Al Kubro : juz 31 hal 41 - 42 / Al Fiqhu 11 : Al Waqfu - Al 'Itqu / Kitabu Al Waqfi / Karahatu Al Qira'ati Wa Adz Dzikri Wa Al Mabiiti Bi Ar Ribathi / Karya Imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy / Majma' Al Mulk Fahd Lithaba'ati Al Mushhafi Asy Syarifi Al Madinah An Nabawiyyah Al Mamlakah Al 'Arabiyyah As Su'udiyyah, Th. 1416 H = 1995 M].


قَالَ: فَأَخْبَرَنِي مُبَشِّرٌ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّهُ أَوْصَى إذَا دُفِنَ يُقْرَأُ عِنْدَهُ بِفَاتِحَةِ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتِهَا، وَقَالَ: سَمِعْت ابْنَ عُمَرَ يُوصِي بِذَلِكَ. قَالَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ: فَارْجِعْ فَقُلْ لِلرَّجُلِ يَقْرَأُ.
[انظر كتاب المغني : ج ٢ ص ٤٢٢ /  كتاب الجنائز / مسألة لا بأس أن يزور الرجل المقابر / للإمام أبو محمد موفق الدين عبد الله بن أحمد بن محمد بن قدامة الجماعيلي المقدسي ثم الدمشقي الحنبلي، الشهير بابن قدامة المقدسي (المتوفى: ٦٢٠ هـ) / الناشر: مكتبة القاهرة ، تاريخ النشر: ١٣٨٨ هـ = ١٩٦٨ مـ].

Muhammad bin Qudamah (Al Jauhariy) berkata bahwa Mubashir mengabarkan kepadaku dari ayahnya bahwa ia berwasiat agar di dekatnya dibacakan awal dan akhir Al-Baqarah. Ia berkata bahwa ia mendengar Ibnu Umar berwasiat seperti itu. Ahmad bin Hambal berkata: "Susul orang itu dan katakan kepadanya baca Qur'an di kubur"
[Lihat Kitab Al-Mughniy : juz 2 hal 422 / Kitabu Al Jana'izi / Mas'alatun: La Ba'sa An Yazura Ar Rajulu Al Maqabira / Karya Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisiy Al Hanbaliy /Maktabah Al Qahirah, Th. 1388 H = 1968 M].

  *📂• Syaikhul Islam Abul ‘Abbas Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy  rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Ahkamu Maa Ba’da Al Maut " berkata:*

“Adapun membaca Al Qur’an di sisi kubur secara rutin, hal ini tidaklah dikenal di masa salaf. Namun para ulama memang berselisih pendapat tentang hukum membaca Al Qur’an di sisi kubur. Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad dalam banyak pendapatnya berpendapat terlarangnya hal tersebut. Namun dalam pendapat belakangan dari Imam Ahmad, beliau memberikan keringanan dengan alasan karena ‘Abdullah bin ‘Umar mewasiatkan untuk membacakan awal dan akhir surat Al Baqarah ketika beliau dimakamkan.

Telah dinukil pula dari sebagian Anshor bahwa ia mewasiatkan untuk membacakan surat Al Baqarah ketika hendak dimakamkan. Ini semua dilakukan ketika pemakaman. Adapun membaca Al Qur’an setelah pemakaman, maka tidak ada satu keterangan pun dari mereka akan hal ini. Inilah perbedaan perkataan ketiga yaitu antara hukum membaca Al Qur’an ketika hendak mengubur dan membaca Al Qur’an yang dibaca rutin setelah penguburan. Membaca Al Qur’an setelah penguburan adalah bid’ah yang tidak ada dukungan dalil sama sekali.

Barangsiapa yang mengatakan bahwa mayit bisa mengambil manfaat dari mendengar bacaan Al Qur’an dan ia mendapatkan pahala karena mendengarnya, pendapat semacam ini jelas keliru. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika manusia itu meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak sholih yang selalu mendo’akan kebaikan untuknya.” Hal ini menunjukkan bahwa mayit setelah ia mati, ia tidaklah mendapat ganjaran karena mendengar Al Qur’an atau yang lainnya. Walaupun mayit mendengar bunyi sandal, ia mendengar pula salam dari orang yang mengucapkan salam untuknya, dan ia mendengar selain itu. Akan tetapi amalan orang lain tidak bermanfaat untuknya kecuali yang telah dikecualikan di atas.”
[Lihat Kitab Ahkamu  Maa Ba’da Al Maut : hal. 198-200. Karya Imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy].


*📁• Dalam Kitabnya yang lain Kitab Majmu' Al Fatawa Al Kubro Imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala mengatakan :*

نَقَلَ الْجَمَاعَةُ عَنْ أَحْمَدَ كَرَاهَةَ الْقُرْآنِ عَلَى الْقُبُورِ، وَهُوَ قَوْلُ جُمْهُورِ السَّلَفِ، وَعَلَيْهَا قُدَمَاءُ أَصْحَابِهِ، وَلَمْ يَقُلْ أَحَدٌ مِنْ الْعُلَمَاءِ الْمُعْتَبَرِينَ: إنَّ الْقِرَاءَةَ عِنْدَ الْقَبْرِ أَفْضَلُ، وَلَا رَخَّصَ فِي اتِّخَاذِهِ عِيدًا كَاعْتِيَادِ الْقِرَاءَةِ عِنْدَهُ فِي وَقْتٍ مَعْلُومٍ أَوْ الذِّكْرِ أَوْ الصِّيَامِ، وَاِتِّخَاذُ الْمَصَاحِفِ عِنْدَ الْقَبْرِ بِدْعَةٌ وَلَوْ لِلْقِرَاءَةِ .اهــ
[انظر كتاب مجموع الفتاوى الكبرى : ج ٥ ص ٣٦٢ / كتاب الاختيارات العلمية / كتاب الصلاة /؛كتاب الجنائز / للإمام تقي الدين أبو العباس أحمد بن عبد الحليم بن عبد السلام بن عبد الله بن أبي القاسم بن محمد ابن تيمية الحراني الحنبلي الدمشقي (المتوفى: ٧٢٨ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية الطبعة: الأولى، ١٤٠٨ هـ = ١٩٨٧ مـ].

Al Jama'ah menukil dari Imam Ahmad atas kemakruhan membaca Al-Qur'an diatas kuburan, itu adalah pendapat mayoritas Ulama' Salaf, dan berpegangan atasnya pendahulu - pendahulu para sahabatnya, dan tidak ada satupun dari para ulama' yang diambil pelajarannya mengatatakan : bahwa membaca Al-Qur'an diatas kuburan adalah lebih utama, dan tidak ada rukhshah (kelonggaran) membuat perayaan seperti perayaan membaca Al-Qur'an pada waktu tertentu, atau dzikir, maupun puasa, atas mayyit, dan menggunakan mushaf Al-Qur'an diatas kuburan adalah bid'ah (tidak ada zaman Nabi) sekalipun untuk bacaan.
[Lihat Kitab Majmu' Al Fatawa Al Kubro : juz 5 hal 362 / Kitabu Al Ikhtiyarat Al 'Ilmiyyah / Kitabu Ash Shalati / Kitabu Al Jana'izi / Karya Imam Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah, Cet. Pertama, Th. 1408 H = 1987 M].
 

*💾✍️• Imam Musthafa Ar Ruhaibaniy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala menceritakan kisah  salah seorang murid terdekat Imam Ahmad, Imam Abu Bakar Al-Marrudzi rahimahullAhu ta'ala, pernah mendengar gurunya Imam Ahmad  berkata kepadanya :*

قَالَ الْمَرُّوذِيُّ: سَمِعْتُ أَحْمَدَ يَقُولُ: إذَا دَخَلْتُمْ الْمَقَابِرَ فَاقْرَءُوا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ، وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ، وَاجْعَلُوا ثَوَابَ ذَلِكَ إلَى أَهْلِ الْمَقَابِرِ؛ فَإِنَّهُ يَصِلُ إلَيْهِمْ، وَكَانَتْ هَكَذَا عَادَةُ الْأَنْصَارِ فِي التَّرَدُّدِ إلَى مَوْتَاهُمْ؛ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ.
[انظر كتاب مطالب أولي النهى في شرح غاية المنتهى : ج ١ ص ٩٣٥ - ٩٣٦ /  كتاب الجنائز / فصل زيارة القبور / للإمام مصطفى بن سعد بن عبده السيوطي شهرة، الرحيبانى مولدا ثم الدمشقي الحنبلي (المتوفى: ١٢٤٣ هـ) / الناشر: المكتب الإسلامي الطبعة: الثانية، ١٤١٥ هـ = ١٩٩٤ مـ].

Jika kalian masuk ke kuburan, maka bacalah Surat Al-Fatihah, Al-Muawwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas), dan Al-Ikhlas. Lantas jadikanlah pahala bacaan itu untuk ahli kubur, maka hal itu akan sampai ke mereka. Dan inilah kebiasaan kaum Anshar ketika datang ke orang-orang yang telah wafat, mereka membaca Al-Qur’an [Lihat Kitab Mathalib Uli An Nuha Fi Syarhi Ghayati Al Muntaha : juz 1 hal. 935 - 936 / Kitabu Al Jana'izi / Fashlun : Ziyaratu Al Quburi / Karya Imam Musthafa Ar Rahaibaniy Al Hanbaliy / Al Maktab Al Islamiy, Cet. Kedua, Th. 1415 H = 1994 M].


*📓📁• Dalam kitabnya Ar-Ruh, Imam Ibnu Qayyim Al Jauziy Al Hanbaliy rahimahullAhu ta'ala  juga meriwayatkan kebiasaan senada yang dilakukan oleh kaum Anshar:*

وَقَالَ الْحسن بن الصَّباح الزَّعْفَرَانِي سَأَلت الشَّافِعِي عَن الْقِرَاءَة عِنْد الْقَبْر فَقَالَ لَا بَأْس بهَا

وَذَكَرَ الْخَلاَّلُ عَنِ الشُّعْبِي قَالَ كَانَتِ اْلأَنْصَارُ إِذَا مَاتَ لَهُمُ الْمَيِّتُ اِخْتَلَفُوْا إِلَى قَبْرِهِ يَقْرَءُوْنَ عِنْدَهُ الْقُرْآنَ
[انظر كتاب الروح في الكلام على أرواح الأموات والأحياء بالدلائل من الكتاب والسنة : ص ١١ /  المسألة الأولى وهي هل تعرف الأموات زيارة الأحياء وسلامهم أم لا قال / للإمام محمد بن أبي بكر بن أيوب بن سعد شمس الدين ابن قيم الجوزية الحنبلي  (المتوفى: ٧٥١ هـ) / الناشر: دار الكتب العلمية - بيروت - بدون السنة]

Berkata Al Hasan bin Shabbah Az Za'faraniy : Aku bertanya kepada Imam Asy Syafi'iy dari masalah membaca Al-Qur'an diatas kuburan? Maka beliau menjawab : TIDAK ADA PERSOALAN DENGAN HAL ITU.

Al-Khallal menyebutkan dari Syu’bi bahwa sahabat Anshar jika di antara mereka ada yang meninggal, maka mereka bergantian ke kuburnya membaca Al-Qur’an
[Lihat Kitab Ar-Ruh Fi Al Kalami Arwahi Al Amwati Wa Al Ahya'i Bidala'ili Min Al Kitabi Wa As Sunnati : hal 11 / Al Mas'alatu Al Ula : Wa Hiya Hal Ta'rifu Al Amwatu Ziyarata Al Ahya'i Wa Salamahum Am La Qaala / Karya Imam Ibnul Qayyim Al Jauziy Al Hanbaliy / Dar Al Kutub Al 'Ilmiyyah - Beirut, Tnp. Tahun].


*📂✍️• Asy-Syekh Prof. Dr. ‘Ali Jum’ah Muhammad Mufti Mesir hafidzhullahu ta'ala mengatakan :*

قراءة القرآن الكريم من أفضل العبادات التي يتقرب بها المسلم إلى ربه، وقد جاء الأمر الشرعي بذلك مطلقا، ومن المقرر في أصول الفقه أن الأمر المطلق يقتضي عموم الأمكنة والأزمنة والأحوال إلا ما جاء الشرع باستثنائه وتقييده، فقراءة القرآن على الميت: حال وفاته أو بعدها، في منزله أو في المسجد، عند القبر أو غيره، حالة الدفن أو بعدها، كل ذلك جائز شرعا ولا حرمة فيه بإجماع العلماء، إلا أن بعض المالكية ذهبوا إلى كراهة القراءة على القبر تحديدا، ولكن الشيخ الدردير - رضي الله عنه- قال: "المتأخرون على أنه لا بأس بقراءة القرآن والذكر وجعل ثوابه للميت، ويحصل له الأجر إن شاء الله". اهـ،

وقد ألف في هذه المسألة جماعة من العلماء على اختلاف مذاهبهم الفقهية: كالإمام الخلال الحنبلي في جزء "القراءة على القبور"، والحافظ شمس الدين المقدسي الحنبلي في جزء ألفه في هذه المسألة، والسيد عبد الله الغماري في كتابه "توضيح البيان لوصول ثواب القرآن"، وغيرهم ممن صنف في هذه المسألة، ومن الأدلة على ذلك:

١) - حديث معقل بن يسار - رضي الله عنه - عن النبي - صلى الله عليه وآله وسلم - قال: ((اقرءوا يس على موتاكم)). رواه أحمد وأبو داود وابن ماجه وصححه ابن حبان والحاكم، وهذا يشمل حال الاحتضار وبعده.

٢) - حديث ابن عمر - رضي الله عنهما - قال: سمعت رسول الله - صلى الله عليه وآله وسلم - يقول: ((إذا مات أحدُكم فلا تحبسوه، وأَسْرِعوا به إلى قبره، وليُقْرَأْ عند رأسه بفاتحة الكتاب، وعند رجليه بخاتمة سورة البقرة في قبره)). أخرجه الطبراني، والبيهقي في شعب الإيمان، وحسنه الحافظ ابن حجر، وفي رواية ((بفاتحة البقرة)) بدلًا من ((فاتحة الكتاب))، كما صح عن ابن عمر - رضي الله عنهما - أنه أوصى إذا دفن أن يقرأ عنده بفاتحة البقرة وخاتمتها. أخرجه الخلال، وصححه ابن قدامة، وحسنه النووي.

٣)- ما روي عن أنس - رضي الله عنه - مرفوعا: ((مَنْ دخل المقابر، فقرأ فيها يس، خفَّف الله عنهم يومئذ، وكان له بعددهم حسنات)). أخرجه صاحب الخلَّال، وذكره ابن قدامة في المغني.

والخلاف في هذه المسألة ضعيف، ومذهب من استحب قراءة القرآن وأجازها هو الأقوى، حتى إن بعض العلماء رأى أن هذه المسألة مسألة إجماع، وصرحوا بذلك ، وممن ذكر هذا الإجماع الإمام ابن قدامة المقدسي الحنبلي حيث قال: "وأي قربة فعلها وجعل ثوابها للميت المسلم نفعه ذلك إن شاء الله ".. إلى أن قال: " قال بعضهم: إذا قرئ القرآن عند الميت، أو أهدي إليه ثوابه، كان الثواب لقارئه، ويكون الميت كأنه حاضرها، فترجى له الرحمة، ولنا: ما ذكرناه، وأنه إجماع المسلمين، فإنهم في كل عصر ومصر يجتمعون ويقرؤون القرآن ويهدون ثوابه إلى موتاهم من غير نكير". اهـ المغني: 2/ 225.

وقد نقل الإجماع أيضا الشيخ العثماني في كتابه "رحمة الأمة في اختلاف الأئمة " وعبارته في ذلك: "وأجمعوا على أن الاستغفار والدعاء والصدقة والحج والعتق تنفع الميت ويصل إليه ثوابه، وقراءة القرآن عند القبر مستحبة ". اهـ.

وأخذ العلماء وصول ثواب القراءة للميت من جواز الحج عنه ووصول ثوابه إليه ؛ لأن الحج يشتمل على الصلاة ، والصلاة تقرأ فيها الفاتحة وغيرها، وما وصل كله وصل بعضه، فثواب القراءة يصل للميت إذا نواه القارئ عند الجمهور، وذهب الشافعية إلى أنه يصل كدعاء بأن يقول القارئ مثلا: " اللهم اجعل مثل ثواب ما قرأت لفلان "، لا إهداء نفس العمل، والخلاف يسير، ولا ينبغي الاختلاف في هذه المسألة.

والله سبحانه وتعالى أعلم.

Membaca Alquran merupakan salah satu ibadah terbaik yang dilakukan seorang muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah. Perintah syariat yang menerangkan perintah membaca Alquran ini dinyatakan dalam bentuk yang mutlak (tanpa batasan tertentu). Dan sebagaimana ditetapkan dalam ilmu Ushul Fikih, keumuman perintah menghendaki keumuman penerapannya, baik dari sisi tempat, waktu, ataupun keadaan, kecuali dalam beberapa hal yang dikecualikan oleh syariat atau memiliki batasan-batasan tertentu. Oleh karena itu, membaca Alquran untuk mayyit, baik sebelum maupun sesudah wafatnya, di rumah maupun di masjid, di kuburannya atau di tempat lain, juga ketika prosesi penguburan atau setelahnya, adalah dibolehkan. TIDAK ADA LARANGAN SAMA SEKALI dalam hal ini berdasarkan ijmak para ulama. Hanya saja, sebagian ulama Malikiyah berpendapat bahwa membaca Alquran di atas kuburan adalah makruh. Namun, Syaikh ad-Dardir (Al Malikiy) rodhiyallahu ‘anh berkata : "Para ulama Malikiyyah belakangan berpendapat bahwa tidak apa-apa membaca Alquran dan dzikir lalu menghadiahkan pahalanya untuk mayit. Mayit itu insyaallah akan mendapatkan pahalanya."

Sejumlah ulama dari berbagai mazhab telah menulis beberapa buku berkaitan dengan masalah ini. Di antaranya adalah Imam Abu Bakar al-Khallal (311 H) (salah seorang ulama Hanbaliy) dalam Bab Membaca Alquran di atas Kubur dalam kitabnya al-Jâmi'. Al-Hafizh Syamsuddin bin Abdul Wahid al-Maqdisi (juga salah seorang ulama Hanbaliy) pun menulis sebuah kitab khusus mengenai masalah ini. Begitu juga, al-Hafizh Sayyid Abdullah bin Shiddiq Al-Ghurnathi Al Hasaniy (1413 H) dalam kitabnya " Tawdhîh al-Bayân li Wushûl Tsawâb al-Qurân ", dan para ulama lainnya.

Di antara dalil yang menjelaskan kebolehan ini adalah:

1). Hadits Ma'qal bin Yasar rodhiyallahu ‘anh dari Nabi –ﷺ💞–, beliau bersabda :

اقْرَءُوا (يس) عَلَى مَوْتَاكُمْ

"Bacakanlah surat Yâsîn atas orang-orang yang meninggal diantara kalian." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah serta dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim).

Hadits ini mencakup pembacaan ketika dalam keadaan sakaratul maut dan setelahnya.

2). Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma, beluau berkata, "Rasulullah –ﷺ💞– bersabda :

إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلاَ تَحْبِسُوْهُ، وَأَسْرِعُوْا بِهِ إِلَى قَبْرِهِ، وَليُقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ، وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ بِخَاتِمَةِ سُـوْرَةِ الْبَقَرَةِ فِي قَبْرِهِ

"Jika salah seorang dari kalian meninggal dunia, maka janganlah kalian menahannya. Segeralah membawanya ke kuburan. Dan hendaknya dibacakan surat al-Fatihah di bagian kepalanya dan akhir surat al-Baqarah di bagian kedua kakinya setelah di kubur." (HR. Thabaraniy dan Baihaqi dalam Syu'ab al-Îmân).

Sanad hadits ini, sebagaimana dijelaskan oleh Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath al-Bârî, adalah HASAN. Dalam riwayat lain disebutkan dengan redaksi: "membaca awal surat al-Baqarah", sebagai ganti "membaca surat al-Fatihah".

Begitu juga diriwayatkan secara shahih dari Ibnu Umar rodhiyallahu ‘anhuma  bahwa ia berwasiat jika ia dikuburkan agar dibacakan padanya awal dan akhir surat al-Baqarah. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh al-Khallal, DISHAHIHKAN oleh Ibnu Qudamah dan DIHASANKAN oleh Nawawi.

3). Hadits Anas rodhiyallahu ‘anh, bahwa Rasulullah –ﷺ💞– bersabda :

مَنْ دَخَلَ الْمَقَابِرَ فَقَرَأَ سُوْرَةَ يس، خَفَّفَ اللهُ عَنْهُمْ، وَكَانَ لَهُ بِعَدَدِ مَنْ فِيْهَا حَسَنَاتٌ

"Barang siapa yang masuk ke pekuburan dan membaca surat Yâsîn, maka Allah akan meringankan siksa atas mereka. Dan ia pun akan memperoleh banyak kebaikan sejumlah orang yang dikubur di sana." (HR. Abdul Aziz, murid al-Khallal, dan disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam al-Mughnî).

Perbedaan pendapat dalam masalah ini tidaklah kuat. Yang kuat adalah pendapat ulama yang menganjurkan dan membolehkan membaca Alquran untuk mayyit. Bahkan, sebagian ulama secara tegas berpendapat bahwa masalah ini masalah yang disepakati oleh semua ulama (ijmak). Salah satu ulama yang menyatakan hal itu adalah Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi (salah seorang ulama Ham6bali) yang berkata : "Ibadah apapun yang dikerjakan dan diberikan pahalanya kepada seorang mayyit muslim maka pahala itu akan bermanfaat baginya insyaallah." Ia juga berkata : "Sebagian ulama mengatakan bahwa jika dibacakan Alquran pada mayyit, atau ia diberi hadiah pahala bacaannya, maka pahala itu adalah untuk orang yang membacanya, sedangkan orang yang meninggal bagaikan menghadiri pembacaan itu sehingga diharapkan mendapatkan rahmat dari Allah karenanya. Dalil kami adalah apa yang kami telah sebutkan dan bahwa masalah ini adalah masalah yang telah disepakati (ijmak) oleh kaum muslimin. Hal itu karena mereka pada setiap masa dan tempat selalu berkumpul dan membaca Alquran serta menghadiahkan pahalanya kepada orang-orang yang meninggal di antara mereka, tanpa ada satu orang pun yang mengingkarinya."

Ijmak tentang hal ini juga dinukil oleh Syaikh al-Utsmani dalam kitabnya " Rahmatul Ummah Fikhtilâfil Aimmah ". Beliau mengatakan :  "Para ulama berijmak bahwa istighfar, doa, sedekah, ibadah haji dan memerdekakan budak dapat bermanfaat bagi orang yang meninggal dan pahalanya akan sampai kepadanya. Dan membaca Alquran di atas kubur adalah hal yang dianjurkan."

Pendapat para ulama mengenai sampainya pahala bacaan kepada mayit berpegang pada kebolehan melakukan ibadah haji untuk mayit dan sampainya pahala haji itu kepadanya. Hal itu karena ibadah haji tercakup di dalamnya amalan shalat yang mencakup bacaan surat al-Fatihah dan ayat-ayat lainnya. Dan sesuatu yang sampai seluruhnya maka akan sampai pula sebagiannya. Oleh karena itu, berdasarkan pendapat jumhur ulama, pahala bacaan Alquran akan sampai kepada mayit jika orang yang membacanya meniatkan hal itu.

Para ulama Syafi'iyah berpendapat bahwa pahala itu akan sampai sebagaimana sampainya doa, yaitu jika seseorang berkata dalam doanya, "Ya Allah, berikanlah pahala seperti pahala apa yang saya baca kepada Fulan." Sehingga, ia bukan menghadiahkan amalan itu sendiri. Perbedaan ulama dalam masalah ini tidaklah berat dan tidak selayaknya terdapat perselisihan dalam masalah ini.
[Lihat Fatwa DR. Syaikh 'Aliy Jum'ah Muḥammad Mufti Mesir Hafidzhullahu Ta'ala].


*4️⃣✍️• Pendapat Keempat : Segala Kebaikan Yang Dilakukan Seorang Anak Kepada Orang Tuanya Belum Bisa Membalas Jasa Jasa Mereka*

*📓• Hal Ini Berdasarkan Riwayat Hadits :*

حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي بُرْدَةَ قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ، أَنَّهُ شَهِدَ ابْنَ عُمَرَ وَرَجُلٌ يَمَانِيٌّ يَطُوفُ بِالْبَيْتِ، حَمَلَ أُمَّهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ، يَقُولُ:

[البحر الرجز]:

إِنِّي لَهَا بَعِيرُهَا الْمُذَلَّلُ # إِنْ أُذْعِرَتْ رِكَابُهَا لَمْ أُذْعَرِ.

ثُمَّ قَالَ: يَا ابْنَ عُمَرَ أَتُرَانِي جَزَيْتُهَا؟ ،

قَالَ: لَا، وَلَا بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ طَافَ ابْنُ عُمَرَ، فَأَتَى الْمَقَامَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قَالَ: يَا ابْنَ أَبِي مُوسَى، إِنَّ كُلَّ رَكْعَتَيْنِ تُكَفِّرَانِ مَا أَمَامَهُمَا
{رواه البخاري في صحيح الأدب المفرد : ص ٨ / باب جزاء الوالدين / رقم الحديث : ١١ / للإمام محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة البخاري، أبو عبد الله (المتوفى: ٢٥٦ هـ) / الناشر: دار البشائر الإسلامية - بيروت الطبعة: الثالثة، ١٤٠٩ هـ = ١٩٨٩ مـ | وانظر في أخبار مكة للإمام الفاكهي].


Ādam menyampaikan kepada kami dengan mengatakan: Syu‘bah menyampaikan kepada kami dengan mengatakan: Sa‘īd bin Abī Burdah menyampaikan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar ayahku menyampaikan bahwa dia menyaksikan Ibnu ‘Umar dan seorang dari Yaman melakukan thawaf di Ka‘bah – dengan menggendong ibunya di belakang di atas punggungnya – seraya menyampaikan syair:

(Al Bahar Ar Rajaz) :

“Baginya aku (ibarat) ontanya yang jinak dan patuh # Jika dia membuat onta kendaraannya terperanjat maka aku tidak terperanjat”.

Kemudian ayahku bertanya: “Wahai Ibnu ‘Umar! Apakah menurutmu aku sudah mampu membalas (kebaikan) ibuku?” Ibnu ‘Umar berkata: “Tidak, meskipun hanya sekali tarikan nafas.”

Kemudian Ibnu ‘Umar thawaf dan mendatangi Maqām (Ibrāhīm) lantas shalat dua rakaat, kemudian berkata :

“Wahai putra Abū Mūsā! Sesungguhnya setiap (shalat) dua rakaat menghapus (dosa) yang ada di depannya.”
[HR. Bukhariy Dalam Kitab Tarikhnya : Al Adabu Al Mufrad : hal 18 / Babu Jaza'i Al Walidaini / No. Hadits : 11 / Karya Imam Muhammad Bin Isma'il  Al Bukhariy / Dar Al Basya'ir Al Islamiyyah - Beirut, Cet. Ketiga, Th. 1409 H = 1989 M | Dan Lihat Al Fakihiy Dalam Kitabnya Akhbaru Makkah].


*📂• Dan Dalam Riwayat Lain Juga Disebutkan :*

وَقَدْ رُوِيَ : اَنَّ رَجُلاً اَتَى اِلَى النَّبِيِّ ص فَقَالَ: اِنَّ لِىْ اُمًّا، اَنَا مَطِيَّتُهَا اُقْعِدُهَا عَلَى ظَهْرِى وَ لاَ اَصْرِفُ عَنْهَا وَجْهِى وَ اَرُدُّ اِلَيْهَا كَسْبِى، فَهَلْ جَزَيْتُهَا؟ قَالَ: لاَ، وَ لاَ بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ. قَالَ: وَ لِمَ؟ قَالَ: ِلاَنَّهَا كَانَتْ تَخْدُمُكَ وَ هِيَ تُحِبُّ حَيَاتَكَ. وَ اَنْتَ تَخْدُمُهَا تُحِبُّ مَوْتَهَا.
[أخرجه ابو الحسن الماوردى في كتابه " أدب الدنيا والدين " : ص ١٥٠ /  الباب الرابع أدب الدنيا / فصل ما يصلح به حال الإنسان في الدنيا / للإمام أبو الحسن علي بن محمد بن محمد بن حبيب البصري البغدادي، الشهير بالماوردي الشافعي (المتوفى: ٤٥٠ هـ) / الناشر: دار مكتبة الحياة الطبعة: بدون طبعة تاريخ النشر: ١٩٨٦ مـ].

Sesungguhnya telah diriwayatkan :

*"Bahwasannya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi –ﷺ💞–, lalu bertanya :

"Sesungguhnya saya mempunyai seorang ibu, saya menggendongnya di punggung saya, saya tidak pernah bermuka masam kepadanya, dan saya serahkan kepadanya hasil pencaharian saya, apakah yang demikian itu saya telah membalas budinya ?".

Rasulullah –ﷺ💞– bersabda :  

*_"Belum, walau satu tarikan nafas panjangnya"._*

Orang itu bertanya pula : "Mengapa demikian ya Rasulullah ?".

Jawab beliau :

*_"Karena ibumu memelihara kamu dengan berharap agar kamu panjang umur, sedangkan kamu memeliharanya itu dengan berharap ia lekas mati"._*
[Dikeluarkan Oleh Imam Abul Hasan Al-Mawardi Dalam Kitabnya Adabu Ad Dunya Wa Ad Din : hal 150 / Al Babu Ar Rabi'u : Adabu Ad Dunya / Fashlun : Ma Yashluhu Bihi Halu Al Insani Fi Ad Dunya / Karya Imam Abul Hasan Al Mawardiy Asy Syafi'iy / Dar Maktabah Al Hayaah, Th. 1986 M].


*📚• Dalam Musnad Ahmad Diketengahkan  Sebuah Hadits Berikut:*

قَالَ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْغَسِيلِ قَالَ حَدَّثَنِي أَسِيدُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ أَبِيهِ عَلِيِّ بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ أَبِي أُسَيْدٍ صَاحِبِ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– وَكَانَ بَدْرِيًّا وَكَانَ مَوْلَاهُمْ قَالَ : قَالَ أَبُو أُسَيْدٍ :

بَيْنَمَا أَنَا جَالِسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ –ﷺ💞– إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِيَ عَلَيَّ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ بَعْدَ مَوْتِهِمَا أَبَرُّهُمَا بِهِ؟, قَالَ :

*_«نَعَمْ خِصَالٌ أَرْبَعَةٌ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا رَحِمَ لَكَ إِلَّا مِنْ قِبَلِهِمَا فَهُوَ الَّذِي بَقِيَ عَلَيْكَ مِنْ بِرِّهِمَا بَعْدَ مَوْتِهِمَا»._*
[رواه أحمد في مسنده /  مسند المكيين / حديث أبي أسيد الساعدي / رقم الحديث : ١٦٠٥٩].

(Ahmad bin Hanbal radliyallhu'anhu) berkata; Telah menceritakan kepada kami : Yunus bin Muhammad, ia  berkata; Telah menceritakan kepada kami : 'Abdurrohman bin Al Ghasil, ia berkata; Telah menceritakan kepadaku : Asid bin 'Aliy. Dari Bapaknya, 'Ali bin 'Ubaid. Dari Abu Usaid, sahabat Rasulullah –ﷺ💞–, Ahli Badar, dan dia termasuk maula mereka, berkata; Abu Usaid berkata;

Ketika aku duduk di samping Rasulullah –ﷺ💞–, tiba-tiba seorang laki-laki Anshar datang dan berkata; Wahai Rasulullah –ﷺ💞– apakah masih tersisa kewajiban atasku untuk berbuat baik kepada orang tuaku setelah kematian mereka berdua?.

Beliau menjawab :

*_"Ya', masih tersisa empat perkara yaitu: mendoakan untuk mereka berdua, meminta ampunan mereka, memenuhi janji mereka yang belum terselesaikan dan memuliakan temAn teman mereka serta silaturrahim yang sebenarnya tidak berhubungan dengan kamu kecuali dari jalur mereka. Itulah semua yang tersisa dari kewajibanmu untuk berbuat kebaikan kepada orang tuamu setelah mereka meninggal."_*
[HR. Ahmad Dalam Musnadnya / Musnad Al Makiyyiin / Hadits Abi USAID As Saa'idiy / No. Hadits : 16059].


*🌴📂• Berikut Kisah Kisah Orang Orang Shalih Yang Membaktikan Diri Mereka Kepada Orang Tuanya :*

*I]• 🌴 Kisah Sayyidina Utsamah bin Zaid pada zaman pemerintahan  Sayyidina 'Utsman Bin 'Affan radliyyAllahu 'anhuma yang memberikan Jantung Pohon Kurma yang sangat mahal harganya pada zaman itu untuk diberikan kepada ibunya*

أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ صَالِحِ بْنِ هَانِئٍ، ثَنَا السَّرِيُّ بْنُ خُزَيْمَةَ، ثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، ثَنَا قُرَّةُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ، قَالَ:

بَلَغَتِ النَّخْلَةُ عَلَى عَهْدِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَلْفَ دِرْهَمٍ، فَعَمَدَ أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ إِلَى نَخْلَةٍ فَنَقَرَهَا وَأَخْرَجَ جُمَّارَهَا فَأَطْعَمَهَا أُمَّهُ، فَقَالَ لَهُ:

مَا حَمَلَكَ عَلَى هَذَا؟

وَأَنْتَ تَرَى النَّخْلَةَ قَدْ بَلَغَتْ أَلْفًا، فَقَالَ:

*"«إِنَّ أُمِّي سَأَلَتْنِيهِ وَلَا تَسْأَلُنِي شَيْئًا أَقْدِرُ عَلَيْهِ إِلَّا أَعْطَيْتُهَا»"*
 [رواه الحاكم في مستدركه / كتاب معرفة الصحابة رضي الله عنهم " أما الشيخان فإنهما لم يزيدا على المناقب، وقد بدأنا في أول ذكر الصحابي بمعرفة نسبه ووفاته، ثم بما يصح على شرطهما من مناقبه مما لم يخرجاه فلم أستغن عن ذكر محمد بن عمر الواقدي وأقرانه في المعرفة " ذكر أسامة بن زيد بن حارثة حب رسول الله صلى الله عليه وسلم / رقم الحديث : ٦٥٣١. والطبراني في الكبير].

Telah mengabarkan kepadaku : Muhammad bin Shaleh bin Hani'. Telah menceritakan kepada kami : As Sariy bin Khuzaimah. Telah menceritakan kepada kami : Muslim bin Ibrahim. Telah menceritakan kepada kami : Qurrah bin Khalid. Telah menceritakan kepadaku : Muhammad bin Sirin, ia berkata :

((Harga kurma naik melambung di masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan hingga 1000 dirham, maka Usamah bin Zaid pun pergi menuju pohon kurma yang ia miliki lalu iapun melobanginya dan mengambil jantung kurma tersebut lalu ia berikan kepada ibunya. Orang-orang lalu berkata kepadanya,

“Apa yang menyebabkan engkau melakukan ini padahal engkau tahu bahwa harga pohon kurma sekarang mencapai 1000 dirham?”,

Usamah berkata :

*“Ibuku meminta jantung pohon kurma kepadaku dan tidaklah ia meminta sesuatu kepadaku yang aku mampu kecuali aku penuhi permintaannya."*
[HR. Hakim Dalam Kitabnya Al Mustadrak / Kitabu Ma'rifati Ash Shahabati RadhiyyAllahu 'Anhum .... Dzikru 'Utsamah Bin Zaid Bin Harits Hubbi RasulillAhi –ﷺ💞– / No. Hadits : 6531. Dan Thabaraniy Dalam Al-Kabir].


*✍️• Imam Ibnul Qayyim Al Jauziy Al Hanbaliy menukilnya kedalam kitabnya " Shifatu Ash Shafwah " :*

قال مُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ : بَلَغَتِ النَّخْلَةُ عَلَى عَهْدِ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَلْفَ دِرْهَمٍ، قَالَ: فَعَمَدَ أُسَامَةُ إِلَى نَخْلَةٍ فَنَقَرَهَا وَأَخْرَجَ جُمَّارَهَا فَأَطْعَمَهَا أُمَّهُ، فَقَالُوا لَهُ:

مَا يَحْمِلُكَ عَلَى هَذَا؟،  وَأَنْتَ تَرَى النَّخْلَةَ قَدْ بَلَغَتْ أَلْفًا؟,

فَقَالَ :

*"إِنَّ أُمِّيْ سَأَلَتْنِيْهِ وَلاَ تَسْأَلُنِيْ شَيْئًا أَقْدِرُ عَلَيْهِ إِلاَّ أَعْطَيْتُهَا"*
[انظر كتاب صفة الصفوة : ج ١ ص ١٩٩ / ذكر المشهورين بالعلم والزهد والتعبد من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم على طبقاتهم / من الطبقة الثانية من المهاجرين والأنصار ممن لم يشهد بدرا وله اسلام قديم أسامة بن زيد بن حارثة / للإمام  جمال الدين أبو الفرج عبد الرحمن بن علي بن محمد الجوزي (المتوفى: ٥٩٧ هـ) / الناشر: دار الحديث، القاهرة، مصر الطبعة: ١٤٢١ هـ/٢٠٠٠ مـ]

Muhammad bin Sirin berkata, ((Harga kurma naik melambung di masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan hingga 1000 dirham, maka Usamah bin Zaid pun pergi menuju pohon kurma yang ia miliki lalu iapun melobanginya dan mengambil jantung kurma tersebut lalu ia berikan kepada ibunya. Orang-orang lalu berkata kepadanya, “Apa yang menyebabkan engkau melakukan ini padahal engkau tahu bahwa harga pohon kurma sekarang mencapai 1000 dirham?”, Usamah berkata, “Ibuku meminta jantung pohon kurma kepadaku dan tidaklah ia meminta sesuatu kepadaku yang aku mampu kecuali aku penuhi permintaannya.
[Lihat Kitab Sifatu Ash  Shofwah : juz 1 hal 199 / Dzikru Al Masyhuriin ... / Min Ath Thabaqati Ats Tsaniyyah Min Al Muhajirin Wa Al Anshari ... / Karya Imam Ibnu Qayyim Al Jauziy Al Hanbaliy / Dar Al Hadits - Kairo Mesir, Th. 1421 H = 2000 M].


*II]• 📂 Kisah Imam 'Aliy Bin Al Husain As Sibthiy Bin 'Aliy Bin Abi Thalib Tidak Mau Makan Bersama Ibundanya Karena Takut Ada Makanan Yang Dilihat Oleh Ibunya Ikut Kemakan Oleh Beliau.*

أنبأنا مُحَمَّدُ بْنُ نَاصِرٍ، عَنْ أَبِي عَلِيِّ بْنِ الْبَنَّاءِ، قَالَا: أَنْبَأَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ الْأَزْهَرِيُّ، فثنا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، فثنا أَحْمَدُ بْنُ مَرْوَانَ الْمَالِكِيُّ، فثنا أَحْمَدُ بْنُ زُهَيْرِ بْنِ حَرْبٍ، فثنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ الْحِزَامِيُّ، عَنِ ابْنِ فُلَيْحٍ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ الزُّهْرِيَّ، يَقُولُ:

*" كَانَ عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ لَا يَأْكُلُ مَعَ أُمِّهِ، وَكَانَ أَبَرَّ النَّاسِ بِهَا، فَقِيلَ لَهُ فِي ذَلِكَ؟، فَقَالَ: أَخَافُ أَنْ آكُلَ مَعَهَا فَتَسْبِقُ عَيْنُهَا إِلَى شَيْءٍ مِنَ الطَّعَامِ، وَأَنَا لَا أَعْلَمُ بِهِ فَآكُلَهُ، فَأَكُونُ قَدْ عَقَقْتُهَا "*
[أخرجه ابن القيم الجوزية في كتابه البر والصلة : ص ٨٦ / الباب الثاني عشر في ذكر من كان يبالغ في بر الوالدين / رقم الحديث : ٩٠ / للإمام جمال الدين أبو الفرج عبد الرحمن بن علي بن محمد الجوزي الحنبلي (المتوفى: ٥٩٧ هـ) / الناشر: مؤسسة الكتب الثقافية، بيروت - لبنان الطبعة: الأولى، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٣ مـ].

Telah mengabarkan kepada kami : Muhammad bin Nashir, dari Abi 'Aliy bin Al Bana', keduanya berkata: Telah mengabarkan 'Ubaidullah bin Ahmad Al Azhariy. Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Ibrahim. Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Marwan Al Malikiy. Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Zuhair bin Harb. Telah menceritakan kepada kami : Ibrahim bin Al Mundzir Al Hizamiy. Dari Ibnu Fulaih. Dari Musa bin ‘Uqbah berkata, “Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abi Tholib tidak makan bersama ibunya padahal ia adalah orang yang paling berbakti kepada ibunya. Lalu ditanyakan kepadanya tentang hal itu maka ia berkata :

*“Aku takut jika aku makan bersama ibuku lantas matanya memandang pada suatu makanan dan aku tidak tahu pandangannya tersebut lalu aku memakan makanan yang dipandangnya itu maka aku telah durhaka kepadanya."*
[Dikeluarkan Oleh Ibnul Qayyim Al Jauziyyah Lihat Kitabnya Al Bir Wa Ash Shilah hal. 86 / Al Babu Ats Tsaniy 'Asyara Fi Dzikri Man Kana Yubalighu Fi Birri Al Walidaini / No. Hadits : 90 / Karya Imam Ibnul Jauziy Al Hanbaliy / Mu'assasah Al Kutub Ats Tsaqafiyyah - Beirut Libanon, Cet. Pertama, Th. 1413 H = 1993 M.  Sebagaimana Dinukil Oleh Abdurrahman Bin Abdil Wahhab Alibabtain Dalam Risalahnya Birru Al Walidaini : hal. 33].


*III]• 📁 Kisah Kahmas bin Al-Hasan At-Tamimi Yang Rela Disengat Kalajengking 🦂 Yang Diperkirakan Jikalau Kalajengking Tersebut Keluar Dari Lubangnya Pasti Menyengat Ibundanya.*

*🌴• Imam Syamsuddin Adz Dzahabiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " Siyaru A'lam An Nubula' " mengkisahkan :*

وَقِيلَ : إِنَّهُ أَرَادَ قَتْلَ عَقْرَبٍ ، فَدَخَلَتْ فِي جُحْرٍ فَأَدْخَلَ أَصَابِعَهُ خَلْفَهَا فَضَرَبَتْهُ . فَقِيلَ لَهُ ، قَالَ : خِفْتُ أَنْ تَخْرُجَ فَتَجِيءَ إِلَى أُمِّي تَلْدَغُهَا .
[انظر كتاب سير أعلام النبلاء : ج ٦ ص ٣١٦ /  الطبقة الخامسة / (١٣٤) - كهمس بن الحسن التميمي الحنفي البصري / للإمام شمس الدين أبو عبد الله محمد بن أحمد بن عثمان بن قَايْماز الذهبي (المتوفى : ٧٤٨ هـ) / الناشر : مؤسسة الرسالة الطبعة : الثالثة ، ١٤٠٥  هـ / ١٩٨٥ مـ].

Dikatakan bahwasanya Kahmas bin Al-Hasan At-Tamimiy Al Hanafiy Al Bashriy hendak membunuh kalajengking namun kalajengking tersebut masuk ke dalam lubangnya maka beliaupun memasukan jari beliau ke dalam lubang tersebut dari belakang kalajengking maka kalajengking tersebutpun menyengatnya. Lalu ditanyakan kepadanya kenapa ia melakukan hal itu?, ia berkata, “Aku khawatir kalajengking itu keluar dari lubangnya kemudian menyengat ibuku.
[Lihat Kitab Siyaru A'lam An Nubula' : juz 6 hal 316 / Ath Thabaqah Al Khamisah / (134) - Kahmas Bin Al Hasan At Tamimiy Al Hanafiy Al Bashriy / Karya Imam Syamsuddin Adz Dzahabiy / Mu'assasah Ar Risalah, Cet. Ketiga, Th. 1405 H = 1985 M. Sebagaimana Dinukil Oleh Abdurrahman bin Abdil Wahhab Alibabtain Dalam Risalahnya Biru Al Walidaini : hal. 35].

*✒️• Ket : Kahmas bin Al Hasan At Tamimiy Al Hanafiy Al Bashriy  adalah seorang tabi’in yang tinggal di Bashroh dan seorang ‘abib (ahli ibadah) , wafat pada tahun 149 H (Masyahir Ulama Al-Amshor 1/152).

Berkata Imam  Adz-Dzahabiy :

كَهْمَسٌ يُصَلِّي فِي اليَوْمِ وَاللَّيلَةِ أَلفَ رَكْعَةٍ، ...

وَقِيْلَ: إِنَّ كَهْمَساً سَقطَ مِنْهُ دِيْنَارٌ، فَفتَّشَ، فَلَقِيَهُ، فَلَمْ يَأْخُذْهُ، وَقَالَ: لَعَلَّهُ غَيرُهُ.وَكَانَ -رَحِمَهُ اللهُ- بَرّاً بِأُمِّهِ،

“Beliau sholat sehari semalam 1000 rakaat…dan uangnya sedinar pernah jatuh lalu iapun mencarinya dan akhirnya mendapatkannya, namun ia tidak mengambilnya dan berkata, “Jangan-jangan ini bukan uangku”,…dan beliau adalah orang yang berbakti kepada ibunya…”
[Lihat Kitab Siyaru A'lam An Nubula' : juz 6 hal 316 / Ath Thabaqah Al Khamisah / (134) - Kahmas Bin Al Hasan At Tamimiy Al Hanafiy Al Bashriy / Karya Imam Syamsuddin Adz Dzahabiy / Mu'assasah Ar Risalah, Cet. Ketiga, Th. 1405 H = 1985 M].


*IV]• 📓 Kisah Berbaktinya Al-Fadhl Bin Yahya kepada Ayahnya.*

أنبأنا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ الْعَبَّاسِيُّ، قَالَ: أَنْبَأَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْغَزَالِ، فثنا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ الْحَسَنِ الضَّرَّابُ، فثنا أَبِي، فثنا أَحْمَدُ بْنُ مَرْوَانَ، فثنا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيٍّ الْكَابِلِيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ الْمُعَلَّى بْنَ أَيُّوبَ، قَالَ: سَمِعْتُ الْمَأْمُونَ، يَقُولُ:

*" لَمْ أَرَ أَبَرَّ مِنَ الْفَضْلِ بْنِ يَحْيَى بِأَبِيهِ، بَلَغَ مِنْ بِرِّهِ بِأَبِيهِ: أَنَّ يَحْيَى كَانَ لَا يَتَوَضَّأُ إِلَّا بِالْمَاءِ الْحَارِّ، وَكَانَ فِي السِّجْنِ، فَمَنَعَهُمَا السَّجَّانُ مِنْ إِدْخَالِ الْحَطَبِ فِي لَيْلَةٍ بَارِدَةٍ، فَقَامَ الْفَضْلُ حِينَ أَخَذَ يَحْيَى مَضْجَعَهُ إِلَى قُمْقُمٍ يُسَخِّنُ فِيهِ الْمَاءَ، فَمَلَأَهُ، ثُمَّ أَدْنَاهُ مِنْ نَارِ الْمِصْبَاحِ، فَلَمْ يَزَلْ قَائِمًا وَهُوَ فِي يَدِهِ حَتَّى أَصْبَحَ.وَحَكَى غَيْرُ الْمَأْمُونِ: أَنَّ السَّجَّانَ فَطِنَ لِارْتِفَاقِهِ بِالْمِصْبَاحِ فِي تَغْيِيرِ الْمَاءِ، فَمَنَعَهُمْ مِنَ الِاسْتِصْبَاحِ فِي اللَّيْلَةِ الْقَابِلَةِ، فَعَمِدَ الْفَضْلُ إِلَى الْقُمْقُمِ مَمْلُوءًا فَأَخَذَهُ مَعَهُ فِي فِرَاشِهِ، وَأَلْصَقَهُ بِأْحَشَائِهِ حَتَّى أَصْبَحَ وَقَدْ فَتَرَ الْمَاءُ ".*
[أخرجه ابن القيم الجوزية في كتابه البر والصلة : ص ٨٩ - ٩٠ / الباب الثاني عشر في ذكر من كان يبالغ في بر الوالدين / رقم الحديث : ١٠١ / للإمام جمال الدين أبو الفرج عبد الرحمن بن علي بن محمد الجوزي الحنبلي (المتوفى: ٥٩٧ هـ) / الناشر: مؤسسة الكتب الثقافية، بيروت - لبنان الطبعة: الأولى، ١٤١٣ هـ = ١٩٩٣ مـ].

Telah mengabarkan kepada kami : Ahmad bin Muhammad bin 'Abdil 'Aziz Al 'Abbaasiy, ia berkata : Telah mengabarkan kepada kami : 'Abdullah bin Muhammad bin Al Ghazali. Telah menceritakan kepada kami : 'Abdil 'Aziz bin Al Hasan Adh Dharrab. Telah menceritakan kepada kami : Ayahku. Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin Marwan. Telah menceritakan kepada kami : Ahmad bin 'Aliy Al Kabiliy, ia berkata : Aku mendengar Al Mu'alla bin Ayyub, ia berkata : Aku mendengar Al-Ma’mun berkata :

“Aku tidak melihat ada orang berbakti kepada ayahnya sebagaimana berbaktinya Al-Fadhl bin Yahya kepada ayahnya. Yahya (ayah Fadhl) adalah orang yang tidak bisa berwudhu kecuali dengan air hangat. Pada suatu waktu Yahya dipenjara maka penjaga penjara melarangnya untuk memasukan kayu bakar di malam yang dingin, maka tatkala Yahya hendak tidur Al-Fadhl pun mengambil qumqum (yaitu tempat air dari tembaga yang atasnya sempit, yaitu semacam kendi kecil yang terbuat dari tembaga) lalu ia penuhi dengan air kemudian ia dekatkan dengan lampu sambil berdiri. Ia terus berdiri sambil memegang qumqum hingga subuh.”

Dan selain Ma’mun menceritakan bahwasanya para petugas penjaga penjarapun mengetahui apa yang diperbuat oleh Al-Fadhl maka merekapun melarang Al-Fadhl untuk mendekati lampu pada malam berikutnya maka Al-Fadhl pun mengambil qumqum yang penuh dengan air kemudian ia membawanya tatkala ia hendak tidur, ia memasukannya diantara bantal-bantal hingga subuh sehingga airnyapun hangat.
[Dikeluarkan Oleh Ibnul Qayyim Al Jauziyyah Lihat Kitabnya Al Bir Wa Ash Shilah : hal. 89 - 90 / Al Babu Ats Tsaniy 'Asyara Fi Dzikri Man Kana Yubalighu Fi Birri Al Walidaini / No. Hadits : 101 / Karya Imam Ibnul Jauziy Al Hanbaliy / Mu'assasah Al Kutub Ats Tsaqafiyyah - Beirut Libanon, Cet. Pertama, Th. 1413 H = 1993 M.  Sebagaimana Dinukil Oleh Abdurrohman Alibabtein Dalam Risalahnya “Birrul Walidain” : hal. 45].


*5️⃣✍️• Pendapat Kelima : Durhaka Kepada Orang Tua Siksanya Disegerakan Didunia*

Hal ini berdasarkan riwayat hadits :

حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ الْمُسَيَّبِ عَنْ وَرَّادٍ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ عَنْ النَّبِيِّ –ﷺ💞– قَالَ :

*_«إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الْأُمَّهَاتِ وَمَنْعًا وَهَاتِ وَوَأْدَ الْبَنَاتِ وَكَرِهَ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ»._*
[رواه البخاري / (٧٨) - كتاب الأدب / باب: عقوق الوالدين من الكبائر / رقم الحديث : ٥٩٧٥].

Telah menceritakan kepada kami : Sa'd bin Hafsh. Telah menceritakan kepada kami : Syaiban. Dari Manshur. Dari Al Musayyib. Dari Warrad. Dari Al Mughirah bin Syu'bah. Dari Nabi –ﷺ💞– beliau bersabda:

*_"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka kepada kedua orang tua, tidak suka memberi namun suka meminta-minta dan mengubur anak perempuan hidup-hidup. Dan membenci atas kalian tiga perkara, yaitu; suka desas-desus, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta."_*
[HR. Bukhaariy / (78) -  Kitabu Al Adabi / Babu : 'Uquqi Al Walidaini Min Al Kaba'iri / No. Hadits : 5975].


Ket : Lafal (عقوق) diambil dari (العق) yang maknanya adalah (القطع) yang artinya memutuskan. Dikatakan عق والده يعقه عقا وعقوقا dengan mendommah huruf ‘ain (ia telah durhaka kepada orangtuanya) jika ia memutuskan hubungan dengan orangtuanya dan tidak menyambung silaturahmi dengan orangtuanya.
[Lihat Kitab Al-Minhaj :  2/87].

Adapun perkataan وعق عن ولده يعق عقا artinya adalah mengaqiqah (menyembelih untuk aqiqah anaknya).
[Lihat Kitab Umdatul Qori :  22/86].

((Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka kepada para ibu).
[HR Al-Bukhari 5/2229 no 5630 bab عقوق الوالدين من الكبائر, dari hadits Al-Mughiroh].

Ket : Berkata Al-’Aini, “…penyebutan “para ibu” dalam hadits ini bukan berarti hukumnya khusus untuk para ibu saja, namun karena biasanya yang didurhakai adalah para ibu karena lemahnya mereka. Ada juga yang mengatakan karena durhaka kepada para ibu menunjukan kejelekan yang lebih, atau penyebutan “para ibu” untuk mewakili penyebutan para bapak.
[Lihat Kitab Umdatul Qori :  22/87].


*📓• Siksa Orang Yang Durhaka Kepada Orang Tuanya Disegerakan, Hal Ini Berdasarkan Riwayat Hadits :*

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ قَالَ: حَدَّثَنَا عُيَيْنَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي بَكْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ –ﷺ💞– قَالَ:

*_«مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجَّلَ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةُ مَعَ مَا يُدَّخَرُ لَهُ، مِنَ الْبَغِيِّ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ»._*
[رواه أحمد. واللفظ للبخاري في الأدب المفرد /  باب عقوبة عقوق الوالدين / رقم الحديث : ٢٩. وأبو داود. والترمذي. وابن ماجة. والحاكم].

‘Abdullāh bin Yazīd menyampaikan kepada kami dengan mengatakan: ‘Uyainah bin ‘Abd-ir-Raḥmān menyampaikan kepada kami: Dari Ayahnya: Dari Abū Bakrah, dari Nabi –ﷺ💞–, bahwa Beliau bersabda:

*_"Tidak ada dosa yang Allah cepatkan adzabnya kepada pelakunya di dunia ini dan Allah juga akan mengadzabnya di akhirat yang pertama adalah berlaku zhalim, kedua memutuskan silaturahmi”._*
[Hadits Riwayat Ahmad. Teks Riwayat  Bukhari Dalam Kitabnya Shahih Al Adabu Al Mufrad / (78) - Kitabu Al Adabi / Babu 'Uqubati 'Uquqi Al Walidaini / No. Hadits : 29. Dan Abu Dawud (4902), Tirmidzi (2511), Ibnu Majah (4211). Ahmad 5/36 & 38, Hakim 2/356 & 4/162-163, Tirmidzi berkata, “HADITS HASAN SHAHIH”, kata Al-Hakim : SHAHIH SANADNYA”, Imam Dzahabi menyetujuinya].


*📂• Dalam hadits lain dikatakan :*

أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عُقْبَةَ الشَّيْبَانِيُّ، بِالْكُوفَةِ، ثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْحَاقَ الْقَاضِي، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الطَّنَافِسِيُّ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ الرَّاسِبِيُّ، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞–:

*_«مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تُدْرِكَا دَخَلْتُ الْجَنَّةَ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ - وَأَشَارَ بِإِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوسْطَى - وَبَابَانِ مُعَجَّلَانِ عُقُوبَتُهُمَا فِي الدُّنْيَا الْبَغْيُ وَالْعُقُوقُ»._*

هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ
[رواه الحاكم في مستدركه / كتاب البر والصلة / وأما حديث عبد الله بن عمرو / رقم الحديث : ٧٣٥٠].

Telah mengabarkan kepada kami : 'Aliy bin Muhammad bin 'Uqbah Asy Syaibaniy, di Kuffah. Telah menceritakan kepada kami : Ibrahim bin Ishaq Al Qadhiy. Telah menceritakan kepada kami : Muḥammad bin 'Ubaid Ath Thanaafisiy. Telah menceritakan kepadaku : Muḥammad bin 'Abdil 'Aziz Ar Rasibiy. Dari Abi Bakar bin 'Ubaidillah bin Anas. Dari Anas radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata : Rasulullaah –ﷺ💞– telah bersabda :

*_"Barangsiapa menghidupi dua anak PEREMPUANnya hingga dewasa; aku dan dia akan memasuki surga bersama sepertia dua jari ini", dan beliau menunjuk jari telunjuk dan jari tengahnya - Dua pintu yang hukumannya dicepatkan di dunia: kezaliman dan durhaka kepada orang tua.”_*

Ini adalah : HADITS SHAHIH SANADNYA, Dan Imam Bukhariy Dan Muslim Tidak Mengeluarkannya.
[HR. Hakim Dalam Kitabnya Al Mustadrak / Kitabu Al Birri Wa Ash Shilati / Wa Amma Haditsu 'Abdullah Bin 'Amr / No. Hadits : 750].


*📘• Kelak Allah Ta'ala Tidak Mau Melihat Kepada Orang Yang Durhaka Terhadap Kedua Orangtuanya. Hal ini berdasarkan riwayat hadits :*

حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ مُحَمَّدٍ يَعْنِي ابْنَ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ عَنْ أَخِيهِ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَسَارٍ مَوْلَى ابْنِ عُمَرَ قَالَ أَشْهَدُ لَقَدْ سَمِعْتُ سَالِمًا يَقُولُ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –ﷺ💞–:

*_«ثَلَاثٌ لَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْعَاقُّ وَالِدَيْهِ وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ الْمُتَشَبِّهَةُ بِالرِّجَالِ وَالدَّيُّوثُ وَثَلَاثَةٌ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْعَاقُّ وَالِدَيْهِ وَالْمُدْمِنُ الْخَمْرَ وَالْمَنَّانُ بِمَا أَعْطَى»._*
[رواه أحمد واللفظ له / مسند المكثرين من الصحابة مسند عبد الله بن عمر رضي الله عنهما / رقم الحديث : ٦١٨٠. والبخاري. ومسلم. وأبو داود. والترمذي].

Telah menceritakan kepada kami : Ya'qub. Telah menceritakan kepada kami : 'Ashim bin Muhammad yakni Ibnu Zaid bin Abdillah bin Umar bin Khaththab. Dari saudaranya Umar bin Muhammad. Dari  Abdullah bin Yasar -(budak merdeka Ibnu Umar)- saya menyaksikan, saya mendengar Salim berkata, Abdullah radliyyAllahu 'anhuma, berkata; Rasulullah –ﷺ💞– bersabda:

*_"Ada tiga golongan yang tidak masuk surga dan Allah tidak melihat mereka kelak pada hari kiamat yaitu, seorang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, seorang wanita yang menyerupai laki-laki dan Dayyuts. Dan tiga golongan yang Allah tidak melihat mereka kelak pada hari kiamat yaitu, seorang yang durhaka kepada kepada kedua orangtuanya, pecandu khamer dan orang yang mengungkit-ngungkit pemberian."_*
[HR. Ahmad Dalam Kitab Musnadnya / Musnad Al Muktsirin Min Ash Shahabati / Musnad 'Abdullah Bin 'Umar RadhiyyAllahu 'Anhuma / No. Hadits : 6180. Dan Bukhariy. Muslim. Abu Dawud. Dan Tirmidziy].


*🌴📁• Faedah: Berkata Imam Ibnu Hazm Adz Dzohiriy rahimahullAhu ta'ala berkata :*

فَلَوْ كَانَ هَاهُنَا كُفْرٌ لَيْسَ شِرْكًا لَكَانَ ذَلِكَ الْكُفْرُ خَارِجًا عَنْ الْكَبَائِرِ، وَلَكَانَ عُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَشَهَادَةُ الزُّورِ، أَعْظَمُ مِنْهُ، وَهَذَا لَا يَقُولُهُ مُسْلِمٌ؟

فَصَحَّ أَنَّ كُلَّ كُفْرٍ شِرْكٌ، وَكُلَّ شِرْكٍ كُفْرٌ، وَأَنَّهُمَا اسْمَانِ شَرْعِيَّانِ أَوْقَعَهُمَا اللَّهُ تَعَالَى عَلَى مَعْنًى وَاحِدٍ؟ ؟ ...

وَهُوَ أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ الْمُشْرِكُ إلَّا مَا وَقَعَ عَلَيْهِ اسْمُ التَّشْرِيكِ فِي اللُّغَةِ -: وَهُوَ مَنْ جَعَلَ لِلَّهِ تَعَالَى شَرِيكًا فَقَطْ -: لَوَجَبَ أَنْ لَا يَكُونَ الْكُفْرُ إلَّا مَنْ كَفَرَ بِاَللَّهِ تَعَالَى وَأَنْكَرَهُ جُمْلَةً، لَا مَنْ أَقَرَّ بِهِ وَلَمْ يَجْحَدْهُ، فَيَلْزَمُ مِنْ هَذَا أَنْ لَا يَكُونَ الْكُفَّارُ إلَّا الدَّهْرِيَّةُ فَقَطْ، وَأَنْ لَا يَكُونَ الْيَهُودُ، وَلَا النَّصَارَى، وَلَا الْمَجُوسُ، وَلَا الْبَرَاهِمَةُ. كُفَّارًا؛ لِأَنَّهُمْ كُلُّهُمْ مُقِرُّونَ بِاَللَّهِ تَعَالَى، وَهُوَ لَا يَقُولُ بِهَذَا، وَلَا مُسْلِمٌ عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ.

أَوْ كَانَ يَجِبُ أَنْ يَكُونَ كُلُّ مَنْ غَطَّى شَيْئًا: كَافِرًا، فَإِنَّ الْكُفْرَ فِي اللُّغَةِ: التَّغْطِيَةُ، فَإِذَا كُلُّ هَذَا بَاطِلٌ فَقَدْ صَحَّ أَنَّهُمَا اسْمَانِ نَقَلَهُمَا اللَّهُ تَعَالَى عَنْ مَوْضُوعِهِمَا فِي اللُّغَةِ إلَى كُلِّ مَنْ أَنْكَرَ شَيْئًا مِنْ دِينِ اللَّهِ الْإِسْلَامِ يَكُونُ بِإِنْكَارِهِ مُعَانِدًا لِرَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - بَعْدَ بُلُوغِ النِّذَارَةِ إلَيْهِ،
[انظر كتاب المحلّى بالآثار: ج ٣ ص ١٦٥ - ١٦٦ /  الأعمال المستحبة في الصلاة وليست فرضا / حكم المساجد / مسألة دخول المشركين في جميع المساجد حاشا حرم مكة كله / للإمام أبو محمد علي بن أحمد بن سعيد بن حزم الأندلسي القرطبي الظاهري (المتوفى: ٤٥٦ هـ) / الناشر: دار الفكر - بيروت - بدون السنة].


“Kalau memang pada hadits ini kekufuran bukanlah kesyirikan maka kekufuran bukanlah termasuk dari dosa-dosa besar, bahkan durhaka kepada kedua orangtua dan persaksian palsu lebih besar dari pada kufur, dan tidak ada seorang muslimpun yang berpendapat demikian.

Oleh karena itu benarlah bahwa setiap kekufuran merupakan kesyirikan dan setiap kesyirikan adalah kekufuran dan kedua nama ini (kefur dan syirik) adalah dua nama yang Allah jadikan untuk satu nama…

Jika memang tidaklah disebut seorang musyrik kecuali kepada orang yang melakukan kesyirikan sebagaimana sesuai dengan sisi bahasa (yaitu orang yang melakukan kesyirikan saja) maka demikian juga kufur maka tidaklah disebut seseorang kafir kecuali kepada orang yang mengingkari kepada Allah dan mengingkari Allah secara menyeluruh (yaitu tidak mengakui adanya Allah-pen) dan bukanlah orang kafir orang yang mengakui adanya Allah dan tidak menentang adanya Allah maka hal ini melazimkan bahwa tidaklah disebut orang-orang kafir kecuali Dahriyah adapun Yahudi, Nasrani, Majusi, dan Al-Barahimah bukanlah orang-orang kafir karena mereka semua mengakui adanya Allah. Dan tidak ada seorang muslimpun di atas muka bumi ini yang mengatakan demikian.  

Atau sebaliknya wajib bahwa semua yang menutup sesuatu adalah oarng kafir karena kufur dalam bahasa adalah menutup. Dan jika semua ini adalah kebatilan maka jelas bahwa syirik dan kufur merupakan dua nama yang Allah pindahkan dari makna asal bahasanya kepada setiap orang yang mengingkari sesuatu dari agama Allah yaitu agama Islam yang dengan pengingkarannya itu ia telah menentang Rasulullah –ﷺ💞– setelah sampainya 1 peringatan kepadanya.
[Lihat Kitab Al-Muhalla Bi Al Atsari : juz 3 hal 165 - 166 / Al A'malu Al Mustahabbatu Fi Ash Shalati Wa Laisat Fardhon / Hukmu Al Masajidi / Mas'alatun: Dukhulu Al Musyrikina Fi Jami'i Al Masajidi Hasyan Hurima Makkatun Kulluhu / Karya Imam Ibnu Hazm Al Dzohiriy / Permasalahan No. 499 / Dar Al Fikri - Beirut, Tnp. Tahun].


*🎙️• Tersebut dalam kitab " Umdatu Al Qariy Syarhu Shahih Al Bukhariy " :*

وَقَالَ الْمُهلب فِيهِ: جَوَاز اتكاء الْعَالم بَين يَدي النَّاس وَفِي مجْلِس الْفَتْوَى، وَكَذَلِكَ السُّلْطَان والأمير فِي بعض مَا يحْتَاج إِلَيْهِ من ذَلِك لَا لما يجده فِي بعض أَعْضَائِهِ، أَو الرَّاحَة يرتفق بذلك وَلَا يكون ذَلِك فِي عَامَّة جُلُوسه.
[انظر كتاب كتاب عمدة القاري شرح صحيح البخاري : ج ٢٢ ص ٢٦٠ / كتاب الأدب / باب من أسرع في مشيته لحاجة أو قصد / للإمام أبو محمد محمود بن أحمد بن موسى بن أحمد بن حسين الغيتابى الحنفى بدر الدين العينى (المتوفى: ٨٥٥ هـ) الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت - بدون السنة].

Al Muhlab berkata :

“Hadits ini menunjukan akan beolehnya seorang alim untuk berittika’ di hadapan manusia, demikian juga dalam majelis fatwa, hal ini juga berlaku bagi sulton dan amir jika mereka membutuhkan hal itu bukan karena ingin merilekskan sebagian anggota tubuh, namun tidaklah ittika’ ini dilakukan pada mayoritas duduknya.
[Lihat Kitab 'Umdatu Al Qori Syarhu Shahih Al Bukhariy :  juz 22 hal 260 / Kitabu Al Adabi / Babu Man Asra'a Fi Masyiyatihi Lihaajatin Au Qashdin / Karya Imam Badruddin Al 'Ainiy Al Hanafiy / Dar Ihya'i At Turats Al 'Arabiy - Beirut, Tnp. Tahun].


حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الحُسَيْنِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى، أَخْبَرَنَا شَيْبَانُ، عَنْ فِرَاسٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ –ﷺ💞–، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الكَبَائِرُ؟ ، قَالَ:

*_«الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ»_*,

قَالَ: ثُمَّ مَاذَا؟ ، قَالَ:

*_«ثُمَّ عُقُوقُ الوَالِدَيْنِ»_*,

قَالَ: ثُمَّ مَاذَا؟ ، قَالَ:

*_«اليَمِينُ الغَمُوسُ»_*,  

قُلْتُ: وَمَا اليَمِينُ الغَمُوسُ؟ قَالَ:

*_«الَّذِي يَقْتَطِعُ مَالَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ، هُوَ فِيهَا كَاذِبٌ»_*
[رواه البخاري / (٨٨) - كتاب استتابة المرتدين والمعاندين وقتالهم / باب إثم من أشرك بالله، وعقوبته في الدنيا والآخرة / رقم الحديث : ٦٩٢٠].

Telah menceritakan kepadaku : Muhammad bin Al Husain bin Ibrahim. Telah mengabarkan kepada kami : 'Ubaidullah bin Musa.  Telah mengabarkan kepada kami : Syaiban. Dari Firas. Dari Asy Sya'bi. Dari 'Abdullah bin Amru, beliau  mengatakan; Seorang arab badui menemui Nabi –ﷺ💞– dan bertanya; 'Ya Rasulullah, apa yang dianggap dosa-dosa besar itu? ' Beliau menjawab:

*_"Menyekutukan Allah"_*

Lantas selanjutnya apa? ' Tanyanya. Nabi menjawab:

*_"Mendurhakai orang tua."_*

Selanjutnya apa? ' Tanyanya. Nabi –ﷺ💞– menjawab:

*_"Sumpah ghamus."_*

Kami bertanya; 'apa makna ghamus? ' Beliau jawab;

*_"Maknanya sumpah palsu, dusta, yang karena sumpahnya ia bisa menguasai harta seorang muslim, padahal sumpahnya bohong belaka."_*
[HR Al-Bukhariy / (88) - Kitabu Istitaabati Al Murtadin Wa Al Mu'anidin Wa Qitalihim / Babu Itsmu Man Asyraka Billahi Wa 'Uqubatihi Fi Ad Dunya Wa Al Akhirati / No. Hadits : 6920].


*🌴✒️• Ket : Berkata Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolaniy Asy Syafi'iy rahimahumallAhu ta'ala dalam kitabnya " Fathu Al-Bari Syarhu Shahih Al Bukhariy " :*  

قِيلَ سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِأَنَّهَا تَغْمِسُ صَاحِبَهَا فِي الْإِثْمِ ثُمَّ فِي النَّارِ فَهِيَ فَعُولٌ بِمَعْنَى فَاعِلٍ ,

وَقِيلَ الْأَصْلُ فِي ذَلِكَ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا أَرَادُوا أَنْ يتعاهدوا أَحْضَرُوا جَفْنَةً فَجَعَلُوا فِيهَا طِيبًا أَوْ دَمًا أَو رَمَادا ثمَّ يحلفُونَ عِنْد مَا يُدْخِلُونَ أَيْدِيَهُمْ فِيهَا لِيَتِمَّ لَهُمْ بِذَلِكَ الْمُرَادُ مِنْ تَأْكِيدِ مَا أَرَادُوا فَسُمِّيَتْ تِلْكَ الْيَمِينُ إِذَا غَدَرَ صَاحِبُهَا غَمُوسًا لِكَوْنِهِ بَالَغَ فِي نَقْضِ الْعَهْدِ وَكَأَنَّهَا عَلَى هَذَا مَأْخُوذَةٌ مِنَ الْيَدِ الْمَغْمُوسَةِ
[انظر كتاب فتح الباري شرح صحيح البخاري : ج ١١ ص ٥٥٥ - ٥٥٦ / قوله : باب اليمين الغموس / للإمام أحمد بن علي بن حجر أبو الفضل العسقلاني الشافعي الناشر: دار المعرفة - بيروت، ١٣٧٩ هـ].

“Dikatakan : bahwa dinamakan demikian “Al-Yamin Al-Gomus” karena sumpah yang dusta tersebut menyebabkan pelakunya tenggelam di dalam dosa kemudian tenggelam di neraka, maka (الغموس) wazannya (فعول) namun maknanya (فاعل),  

dan dikatakan juga :  bahwa asalnya diambil dari keadaan mereka yang dahulu jika ingin untuk bersumpah maka mereka menghadirkan tempayan yang diletakkan di dalamnya minyak wangi atau darah atau abu kemudian mereka bersumpah tatkala mereka memasukkan tangan-tangan mereka dalam tempayan tersebut sehingga sempurnalah maksud mereka yaitu penekanan apa yang mereka inginkan maka dinamakanlah sumpah tersebut jika orang yang bersumpah melanggarnya (غموسا) (yang tercelup) karena ia telah terlalu parah melanggar sumpahnya. Maka seakan-akan diambil dari tangan yang tercelup.
[Lihat Fathul Bari Syarhu Shahih Al  Bukhariy : juz 11 hal 555-556 / Qauluhu : Babu Al Yamiini Al Ghamusi / Karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqolaniy Asy Syafi'iy / Dar Al Ma'rifah - Beirut, Tnp. Tahun].


*📂🎙️• Berkata Imam Badruddin Al-‘Aini Al Hanafiy rahimahullAhu ta'ala dalam kitabnya " 'Umdatu Al Qariy Syarhu Shahih Al Bukhariy " :*

قيل: العقوق كَيفَ يكون فِي دَرَجَة الْإِشْرَاك وَهُوَ كفر؟

وَأجِيب: إِنَّمَا أَدخل فِي سلكه تَعْظِيمًا لأمر الْوَالِدين وتغليظاً على الْعَاق أَو المُرَاد: إِن أكبر الْكَبَائِر فِيمَا يتَعَلَّق بِحَق الله الْإِشْرَاك، وَفِيمَا يتَعَلَّق بِحَق النَّاس العقوق.
[انظر كتاب كتاب عمدة القاري شرح صحيح البخاري : ج ٢٢ ص ٢٦٠ / كتاب الأدب / باب من أسرع في مشيته لحاجة أو قصد / للإمام أبو محمد محمود بن أحمد بن موسى بن أحمد بن حسين الغيتابى الحنفى بدر الدين العينى (المتوفى: ٨٥٥ هـ) الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت - بدون السنة].

“Jika dikatakan bagaimana durhaka kepada orangtua berada di derajat yang sama dengan kesyirikan padahal kesyirikan merupakan kekafiran?,

jawabannya adalah hanyalah durhaka kepada orangtua dimasukkan dalam barisan kesyirikan dalam rangka mengagungkan kedua orangtua dan sebagai penekanan dan pengerasan terhadap anak yang durhaka, atau dikatakan bahwa dosa besar yang paling besar yang berkaitan dengan hak Allah adalah kesyirikan dan dosa besar yang paling besar yang berkaitan dengan hak manusia adalah durhaka kepada orangtua”.
[Lihat Kitab 'Umdatu Al Qori Syarhu Shahih Al Bukhariy :  juz 22 hal 260 / Kitabu Al Adabi / Babu Man Asra'a Fi Masyiyatihi Lihaajatin Au Qashdin / Karya Imam Badruddin Al 'Ainiy Al Hanafiy / Dar Ihya'i At Turats Al 'Arabiy - Beirut, Tnp. Tahun].


جمعها ورتبها ومراجعتها " طالب العلم " عبد الحكيم الجاوي الماجلانجي

Selesai Kamis Kliwon MTsN 1 Magelang :

١٧ رمضان ١٤٤١ هـ | ٢٩ أبريل ٢٠٢١ مـ

PALING DIMINATI

Kategori

SHALAT (8) HADITS (5) WANITA (5) ADAB DAN HADITS (3) FIQIH HADIST (3) WASHIYYAT DAN FAWAID (3) 5 PERKARA SEBELUM 5 PERKARA (2) AQIDAH DAN HADITS (2) CINTA (2) PERAWATAN JENAZAH BAG VII (2) SIRAH DAN HADITS (2) TAUSHIYYAH DAN FAIDAH (2) TAWAJUHAT NURUL HARAMAIN (2) (BERBHAKTI (1) 11 BAYI YANG BISA BICARA (1) 12 BINATANG YANG MASUK SURGA (1) 25 NAMA ARAB (1) 7 KILOGRAM UNTUK RAME RAME (1) ADAB DAN AKHLAQ BAGI GURU DAN MURID (1) ADAB DAN HADITS (SURGA DIBAWAH TELAPAK KAKI BAPAK DAN IBU) (1) ADAT JAWA SISA ORANG ISLAM ADALAH OBAT (1) AIR KENCING DAN MUNTAHAN ANAK KECIL ANTARA NAJIS DAN TIDAKNYA ANTARA CUKUP DIPERCIKKI AIR ATAU DICUCI (1) AJARAN SUFI SUNNI (1) AKIBAT SU'UDZON PADA GURU (1) AL QUR'AN (1) AMALAN KHUSUS JUMAT TERAKHIR BULAN ROJAB DAN HUKUM BERBICARA DZIKIR SAAT KHUTBAH (1) AMALAN NISFHU SYA'BAN HISTORY (1) AMALAN SUNNAH DAN FADHILAH AMAL DIBULAN MUHARRAM (1) AMALAN TANPA BIAYA DAN VISA SETARA HAJI DAN UMRAH (1) APAKAH HALAL DAN SAH HEWAN YANG DISEMBELIH ULANG? (1) AQIDAH (1) ASAL MULA KAUM KHAWARIJ (MUNAFIQ) DAN CIRI CIRINYA (1) ASAL USUL KALAM YANG DISANGKA HADITS NABI (1) AYAT PAMUNGKAS (1) BELAJAR DAKWAH YANG BIJAK MELALUI BINATANG (1) BERITA HOAX SEJARAH DAN AKIBATNYA (1) BERSENGGAMA ITU SEHAT (1) BERSIKAP LEMAH LEMBUT KEPADA SIAPA SAJA KETIKA BERDAKWAH (1) BIRRUL WALIDAIN PAHALA DAN MANFAATNYA (1) BOLEH SHALAT SUNNAH SETELAH WITIR (1) BOLEHNYA MENDEKTE IMAM DAN MEMBAWA MUSHAF DALAM SHALAT (1) BOLEHNYA MENGGABUNG DUA SURAT SEKALIGUS (1) BOLEHNYA PATUNGAN DAN MEWAKILKAN PENYEMBELIHAN KEPADA KAFIR DZIMMI ATAU KAFIR KITABI (1) BULAN ROJAB DAN KEUTAMAANNYA (1) DAGING KURBAN AQIQAH UNTUK KAFIR NON MUSLIM (1) DAN FAKHR (1) DAN YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA) (1) DARIMANA SEHARUSNYA UPAH JAGAL DAN BOLEHKAH MENJUAL DAGING KURBAN (1) DASAR PERAYAAN MAULID NABI (1) DEFINISI TINGKATAN DAN PERAWATAN SYUHADA' (1) DO'A MUSTAJAB (1) DO'A TIDAK MUSTAJAB (1) DOA ASMAUL HUSNA PAHALA DAN FAIDAHNYA (1) DOA DIDALAM SHALAT DAN SHALAT DENGAN SELAIN BAHASA ARAB (1) DOA ORANG MUSLIM DAN KAFIR YANG DIDZALIMI MUSTAJAB (1) DOA SHALAT DLUHA MA'TSUR (1) DONGO JOWO MUSTAJAB (1) DURHAKA (1) FADHILAH RAMADHAN DAN DOA LAILATUL QADAR (1) FAIDAH MINUM SUSU DIAWWAL TAHUN BARU HIJRIYYAH (1) FENOMENA QURBAN/AQIQAH SUSULAN BAGI ORANG LAIN DAN ORANG MATI (1) FIKIH SHALAT DENGAN PENGHALANG (1) FIQIH MADZAHIB (1) FIQIH MADZAHIB HUKUM MEMAKAN SERANGGA (1) FIQIH MADZAHIB HUKUM MEMAKAN TERNAK YANG DIBERI MAKAN NAJIS (1) FIQIH QURBAN SUNNI (1) FUNGSI ZAKAT FITRAH DAN CARA IJAB QABULNYA (1) GAYA BERDZIKIRNYA KAUM CERDAS KAUM SUPER ELIT PAPAN ATAS (1) HADITS DAN ATSAR BANYAK BICARA (1) HADITS DLO'IF LEBIH UTAMA DIBANDINGKAN DENGAN PENDAPAT ULAMA DAN QIYAS (1) HALAL BI HALAL (1) HUKUM BERBUKA PUASA SUNNAH KETIKA MENGHADIRI UNDANGAN MAKAN (1) HUKUM BERKURBAN DENGAN HEWAN YANG CACAT (1) HUKUM BERSENGGAMA DIMALAM HARI RAYA (1) HUKUM DAN HIKMAH MENGACUNGKAN JARI TELUNJUK KETIKA TASYAHUD (1) HUKUM FAQIR MISKIN BERSEDEKAH (1) HUKUM MEMASAK DAN MENELAN IKAN HIDUP HIDUP (1) HUKUM MEMELIHARA MENJUALBELIKAN DAN MEMBUNUH ANJING (1) HUKUM MEMUKUL DAN MEMBAYAR ONGKOS UNTUK PENDIDIKAN ANAK (1) HUKUM MENCIUM MENGHIAS DAN MENGHARUMKAN MUSHAF AL QUR'AN (1) HUKUM MENGGABUNG NIAT QODLO' ROMADLAN DENGAN NIAT PUASA SUNNAH (1) HUKUM MENINGGALKAN PUASA RAMADLAN MENURUT 4 MADZHAB (1) HUKUM MENYINGKAT SHALAWAT (1) HUKUM PUASA SYA'BAN (NISHFU SYA'BAN (1) HUKUM PUASA SYAWWAL DAN HAL HAL YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA (1) HUKUM PUASA TARWIYYAH DAN 'ARAFAH BESERTA KEUTAMAAN - KEUTAMAANNYA (1) HUKUM SHALAT IED DIMASJID DAN DIMUSHALLA (1) HUKUM SHALAT JUM'AT BERTEPATAN DENGAN SHALAT IED (1) IBADAH JIMA' (BERSETUBUH) DAN MANFAAT MANFATNYA (1) IBADAH TERTINGGI PARA PERINDU ALLAH (1) IBRANI (1) IMAM YANG CERDAS YANG FAHAM MEMAHAMI POSISINYA (1) INDONESIA (1) INGAT SETELAH SALAM MENINGGALKAN 1 ATAU 2 RAKAAT APA YANG HARUS DILAKUKAN? (1) ISLAM (1) JANGAN GAMPANG MELAKNAT (1) JUMAT DIGANDAKAN 70 KALI BERKAH (1) KAIFA TUSHLLI (XX) - (1) KAIFA TUSHOLLI (III) - MENEPUK MENARIK MENGGESER DALAM SHALAT SETELAH TAKBIRATUL IHRAM (1) KAIFA TUSHOLLI (XV) - SOLUSI KETIKA LUPA DALAM SHALAT JAMAAH FARDU JUM'AH SENDIRIAN MASBUQ KETINGGALAN (1) KAIFA TUSHOLLI (I) - SAHKAH TAKBIRATUL IHROM DENGAN JEDA ANTARA KIMAH ALLAH DAN AKBAR (1) KAIFA TUSHOLLI (II) - MENEMUKAN SATU RAKAAT ATAU KURANG TERHITUNG MENEMUKAN SHALAT ADA' DAN SHALAT JUM'AT (1) KAIFA TUSHOLLI (IV) - SOLUSI KETIKA LUPA MELAKUKAN SUNNAH AB'ADH DAN SAHWI BAGI IMAM MA'MUM MUNFARID DAN MA'MUM MASBUQ (1) KAIFA TUSHOLLI (IX) - BASMALAH TERMASUK FATIHAH SHALAT TIDAK SAH TANPA MEMBACANYA (1) KAIFA TUSHOLLI (V) - (1) KAIFA TUSHOLLI (VI) - TAKBIR DALAM SHALAT (1) KAIFA TUSHOLLI (VII) - MENARUH TANGAN BERSEDEKAP MELEPASKANNYA ATAU BERKACAK PINGGANG SETELAH TAKBIR (1) KAIFA TUSHOLLI (VIII) - BACAAN FATIHAH DALAM SHOLAT (1) KAIFA TUSHOLLI (XI) - LOGAT BACAAN AMIN SELESAI FATIHAH (1) KAIFA TUSHOLLI (XII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XIV) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XIX) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XVI) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XVII) - BACAAN TASBIH BAGI IMAM MA'MUM DAN MUNFARID KETIKA RUKU' (1) KAIFA TUSHOLLI (XVIII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XX1V) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXI) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXIII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXIX) - BACAAN SALAM SETELAH TASYAHUD MENURUT PENDAPAT ULAMA' MADZHAB MENGUSAP DAHI ATAU WAJAH DAN BERSALAM SALAMAN SETELAH SHALAT DIANTARA PRO DAN KONTRA (1) KAIFA TUSHOLLI (XXV) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXVI) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXVII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXVIII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXX) - (1) KAIFA TUSHOLLI (XXXI) - DZIKIR JAHRI (KERAS) MENURUT ULAMA' MADZHAB (1) KAIFA TUSHOLLI (XXXII) - (1) KAIFA TUSHOLLI (x) - (1) KEBERSIHAN DERAJAT TINGGI DALAM SHALAT (1) KEMATIAN ULAMA' DAN AKIBATNYA (1) KEPADA ORANGTUA (1) KESUNNAHAN TAHNIK/NYETAKKI ANAK KECIL (1) KEUTAMAAN ILMU DAN ADAB (1) KEWAJIBAN SABAR DAN SYUKUR BERSAMAAN (1) KHUTBAH JUM'AT DAN YANG BERHUBUNGAN (1) KIFARAT SUAMI YANG MENYERUBUHI ISTRI DISIANG BULAN RAMADHAN (1) KISAH INSPIRATIF AHLU BAIT (SAYYIDINA IBNU ABBAS) DAN ULAMA' BESAR (SAYYIDINA ZAID BIN TSABIT) (1) KISAH PEMABUK PINTAR YANG MEMBUAT SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANIY MENANGIS (1) KRETERIA UCAPAN SUNNAH MENJAWAB KIRIMAN SALAM (1) KULLUHU MIN SYA'BAN (1) KURBAN DAN AQIQAH UNTUK MAYYIT (1) LARANGAN MENYINGKAT SHALAWAT NABI (1) LEBIH UTAMA MANA GURU DAN ORANGTUA (1) MA'MUM BOLEH MEMBENARKAN BACAAN IMAM DAN WAJIB MEMBENARKAN BACAAN FATIHAHNYA (1) MA'MUM MEMBACA FATIHAH APA HUKUMNYA DAN KAPAN WAKTUNYA? (1) MACAM DIALEK AAMIIN SETELAH FATIHAH (1) MACAM MACAM NIAT ZAKAT FITRAH (1) MAKAN MINUM MEMBUNUH BINATANG BERBISA MEMAKAI PAKAIAN BERGAMBAR DAN MENJAWAB PANGGILAN ORANGTUA DALAM SHALAT (1) MALAIKAT SETAN JIN DAPAT DILIHAT SETELAH MENJELMA SELAIN ASLINYA (1) MELAFADZKAN NIAT NAWAITU ASHUMU NAWAITU USHALLI (1) MELEPAS TALI POCONG DAN MENEMPELKAN PIPI KANAN MAYYIT KETANAH (1) MEMBAYAR FIDYAH BAGI ORANG ORANG YANG TIDAK MAMPU BERPUASA (1) MEMPERBANYAK DZIKIR SAMPAI DIKATAKAN GILA/PAMER (1) MENDIRIKAN SHALAT JUM'AT DALAM SATU DESA KARENA KAWATIR TERSULUT FITNAH DAN PERMUSUHAN (1) MENGAMBIL UPAH DALAM IBADAH (1) MENGHADIAHKAN MITSIL PAHALA AMAL SHALIH KEPADA NABI ﷺ (1) MENGIRIM MITSIL PAHALA KEPADA YANG MASIH HIDUP (1) MERAWAT JENAZAH MENURUT QUR'AN HADITS MADZAHIB DAN ADAT JAWS (1) MUHASABATUN NAFSI INTEROPEKSI DIRI (1) MUTIARA HIKMAH DAN FAIDAH (1) Manfaat Ucapan Al Hamdulillah (1) NABI DAN RASUL (1) NIAT PUASA SEKALI UNTUK SEBULAN (1) NISHFU AKHIR SYA'BAN (1) ORANG GILA HUKUMNYA MASUK SURGA (1) ORANG SHALIHPUN IKUT TERKENA KESULITAN HUJAN DAN GEMPA BUMI (1) PAHALA KHOTMIL QUR'AN (1) PENIS DAN PAYUDARA BERGERAK GERAK KETIKA SHALAT (1) PENYELEWENGAN AL QUR'AN (1) PERAWATAN JENAZAH BAG I & II & III (1) PERAWATAN JENAZAH BAG IV (1) PERAWATAN JENAZAH BAG V (1) PERAWATAN JENAZAH BAG VI (1) PREDIKSI LAILATUL QADAR (1) PUASA SUNNAH 6 HARI BULAN SYAWAL DISELAIN BULAN SYAWWAL (1) PUASA SYAWWAL DAN PUASA QADLO' (1) QISHOH ISLAMI (1) RAHASIA BAPAK PARA NABI DAN PILIHAN PARA NABI DALAM TASYAHUD SHALAT (1) RAHASIA HURUF DHOD PADA LAMBANG NU (1) RESEP MENJADI WALI (1) SAHABAT QULHU RADLIYYALLAHU 'ANHUM (1) SANAD SILSILAH ASWAJA (1) SANG GURU ASLI (1) SEDEKAH SHALAT (1) SEDEKAH TAK SENGAJA (1) SEJARAH TAHNI'AH (UCAPAN SELAMAT) IED (1) SERBA SERBI PENGGUNAAN INVENTARIS MASJID (1) SETIAP ABAD PEMBAHARU ISLAM MUNCUL (1) SHADAQAH SHALAT (1) SHALAT DAN FAIDAHNYA (1) SHALAT IED DIRUMAH KARENA SAKIT ATAU WABAH (1) SHALAT JUM'AT DISELAIN MASJID (1) SILSILAH SYAIKH JUMADIL KUBRA TURGO JOGJA (1) SIRAH BABI DAN ANJING (1) SIRAH DAN FAIDAH (1) SIRAH DZIKIR BA'DA MAKTUBAH (1) SIRAH NABAWIYYAH (1) SIRAH NIKAH MUT'AH DAN NIKAH MISYWAR (1) SIRAH PERPINDAHAN QIBLAT (1) SIRAH THAHARAH (1) SIRAH TOPI TAHUN BARU MASEHI (1) SUHBAH HAQIQAH (1) SUM'AH (1) SUNNAH MENCERITAKAN NIKMAT YANG DIDAPAT KEPADA YANG DIPERCAYA TANPA UNSUR RIYA' (1) SURGA IMBALAN YANG SAMA BAGI PENGEMBAN ILMU PENOLONG ILMU DAN PENYEBAR ILMU HALAL (1) SUSUNAN MURAQIY/BILAL SHALAT TARAWIH WITIR DAN DOA KAMILIN (1) SYAIR/DO'A BAGI GURU MUROBBI (1) SYAIR/DO'A SETELAH BERKUMPUL DALAM KEBAIKKAN (1) SYARI'AT DARI BID'AH (1) TA'JIL UNIK LANGSUNG BERSETUBUH TANPA MAKAN MINUM DAHULU (1) TAAT PADA IMAM ATAU PEMERINTAH (1) TAKBIR IED MENURUT RASULULLAH DAN ULAMA' SUNNI (1) TALI ALLAH BERSATU DAN TAAT (1) TATACARA SHALAT ORANG BUTA ATAU BISU DAN HUKUM BERMAKMUM KEPADA KEDUANYA (1) TEMPAT SHALAT IED YANG PALING UTAMA AKIBAT PANDEMI (WABAH) CORONA (1) TIDAK BOLEH KURBAN DENGAN KUDA NAMUN HALAL DIMAKAN (1) TREND SHALAT MEMAKAI SARUNG TANGAN DAN KAOS KAKI DAN HUKUMNYA (1) T̳I̳P̳ ̳C̳E̳P̳E̳T̳ ̳J̳A̳D̳I̳ ̳W̳A̳L̳I̳ ̳A̳L̳L̳O̳H̳ (1) UCAPAN HARI RAYA MENURUT SUNNAH (1) UCAPAN NATAL ANTARA YANG PRO DAN KONTRA (1) ULANG TAHUN RASULILLAH (1) URUTAN SILSILAH KETURUNAN ORANG JAWA (1) Ulama' Syafi'iyyah Menurut Lintas Abadnya (1) WAJIB BERMADZHAB UNTUK MENGETAHUI MATHLA' TEMPAT MUNCULNYA HILAL (1) YAUMU SYAK) (1) ZAKAT DIBERIKAN SEBAGAI SEMACAM MODAL USAHA (1) ZAKAT FITRAH 2 (1) ZAKAT FITRAH BISA UNTUK SEMUA KEBAIKKAN DENGAN BERBAGAI ALASAN (1)
Back To Top