*•••⊰✿ৡৢ˚❁ ١٥ ذو القعدة ١٤٤٥ هـ ❁˚ৡ✿⊱•••*
─═हই• ⃟ ⃟ •⊰❂͜͡✯━━━━━━━━━━━━━┓
•⊰❂͜͡✯﷽✯͜͡❂⊱• | 𝗗𝗜𝗔𝗡𝗧𝗔𝗥𝗔 𝗦𝗜𝗙𝗔𝗧 𝗠𝗔𝗡𝗨𝗦𝗜𝗔 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗦𝗘𝗣𝗘𝗥𝗧𝗜 𝗔𝗡𝗝𝗜𝗡𝗚 𝗠𝗨𝗗𝗔𝗛 𝗠𝗘𝗡𝗘𝗥𝗜𝗠𝗔 𝗜𝗟𝗠𝗨 (𝗖𝗘𝗥𝗗𝗔𝗦) 𝗗𝗔𝗡 𝗧𝗔𝗠𝗔𝗞 (𝗧𝗜𝗗𝗔𝗞 𝗣𝗘𝗥𝗡𝗔𝗛 𝗠𝗘𝗥𝗔𝗦𝗔 𝗣𝗨𝗔𝗦)
┗━━━━━━━━━━━━━✯͜͡❂⊱• ⃟ ⃟ •ইह═─
❁˚ৡ✿⊱•𝔸𝕃 ℚ𝕌ℝ'𝔸ℕ
ৡ✿⊱•Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman:
وَمَا عَلَّمْتُم مِّنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللَّهُ ۖ
﴿سورة المائدة : ٠٠٥/ ٤﴾
dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. (QS. Al Maidah: 005/ 4)
ৡ✿⊱•Dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman:
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنٰهُ بِهَا وَلٰكِنَّهٗٓ اَخْلَدَ اِلَى الْاَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ ۚ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ الْكَلْبِ ۚ اِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ اَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۗ ذٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ ﴿سورة الأعراف : ٠٠٧/ ۱۷۶﴾
Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), MAKA PERUMPAMAANNYA SEPERTI ANJING, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir. (QS. Al-A’raf: 007/ 176)
ৡ✿⊱•Dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman:
ۖوَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيْدِ ۗ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَّلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا ﴿سورة الكهف : ٠١٨/ ۱۸﴾
Sedang anjing mereka (Ashabul Kahfi) membentangkan kedua lengannya di depan pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentu kamu akan berpaling melarikan (diri) dari mereka dan pasti kamu akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka. (QS. Al-Kahf: 018/ 18)
ৡ✿⊱•Imam Al Hafidz Fakhruddin Ar Raziy berkata dalam kitab tafsirnya Mafatihu Al Ghaib = Tafsir Al Kabir (Juz. 15 Hal. 405):
وَاعْلَمْ أَنَّ هَذَا التَّمْثِيلَ مَا وَقَعَ بِجَمِيعِ الْكِلَابِ ، وَإِنَّمَا وَقَعَ بِالْكَلْبِ اللَّاهِثِ ، وَأَخَسُّ الْحَيَوَانَاتِ هُوَ الْكَلْبُ ، وَأَخَسُّ الْكِلَابِ هُوَ الْكَلْبُ اللَّاهِثُ ، فَمَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْعِلْمَ وَالدِّينَ فَمَالَ إِلَى الدُّنْيَا ، وَأَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ ، كَانَ مُشَبَّهًا بِأَخَسِّ الْحَيَوَانَاتِ ، وَهُوَ الْكَلْبُ اللَّاهِثُ ، وَفِي تَقْرِيرِ هَذَا التَّمْثِيلِ وُجُوهٌ :
الْأَوَّلُ : أَنَّ كُلَّ شَيْءٍ يَلْهَثُ فَإِنَّمَا يَلْهَثُ مِنْ إِعْيَاءٍ أَوْ عَطَشٍ إِلَّا الْكَلْبَ اللَّاهِثَ فَإِنَّهُ يَلْهَثُ فِي حَالِ الْإِعْيَاءِ ، وَفِي حَالِ الرَّاحَةِ ، وَفِي حَالِ الْعَطَشِ ، وَفِي حَالِ الرِّيِّ ، فَكَانَ ذَلِكَ عَادَةً مِنْهُ وَطَبِيعَةً ، وَهُوَ مُوَاظِبٌ عَلَيْهِ كَعَادَتِهِ الْأَصْلِيَّةِ ، وَطَبِيعَتِهِ الْخَسِيسَةِ ، لَا لِأَجْلِ حَاجَةٍ وَضَرُورَةٍ ، فَكَذَلِكَ مَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْعِلْمَ وَالدِّينَ وَأَغْنَاهُ عَنِ التَّعَرُّضِ لِأَوْسَاخِ أَمْوَالِ النَّاسِ ، ثُمَّ إِنَّهُ يَمِيلُ إِلَى طَلَبِ الدُّنْيَا ، وَيُلْقِي نَفْسَهُ فِيهَا ، كَانَتْ حَالُهُ كَحَالِ ذَلِكَ اللَّاهِثِ ، حَيْثُ وَاظَبَ عَلَى الْعَمَلِ الْخَسِيسِ ، وَالْفِعْلِ الْقَبِيحِ ، لِمُجَرَّدِ نَفْسِهِ الْخَبِيثَةِ ، وَطَبِيعَتِهِ الْخَسِيسَةِ ، لَا لِأَجْلِ الْحَاجَةِ وَالضَّرُورَةِ .
وَالثَّانِي : أَنَّ الرَّجُلَ الْعَالِمَ إِذَا تَوَسَّلَ بِعِلْمِهِ إِلَى طَلَبِ الدُّنْيَا ، فَذَاكَ إِنَّمَا يَكُونُ لِأَجْلِ أَنَّهُ يُورِدُ عَلَيْهِمْ أَنْوَاعَ عُلُومِهِ وَيُظْهِرُ عِنْدَهُمْ فَضَائِلَ نَفْسِهِ وَمَنَاقِبَهَا ، وَلَا شَكَّ أَنَّهُ عِنْدَ ذِكْرِ تِلْكَ الْكَلِمَاتِ ، وَتَقْرِيرِ تِلْكَ الْعِبَارَاتِ يُدْلِعُ لِسَانَهُ ، وَيُخْرِجُهُ لِأَجْلِ مَا تَمَكَّنَ فِي قَلْبِهِ مِنْ حَرَارَةِ الْحِرْصِ وَشِدَّةِ الْعَطَشِ إِلَى الْفَوْزِ بِالدُّنْيَا ، فَكَانَتْ حَالَتُهُ شَبِيهَةً بِحَالَةِ ذَلِكَ الْكَلْبِ الَّذِي أَخْرَجَ لِسَانَهُ أَبَدًا مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ وَلَا ضَرُورَةٍ ، بَلْ بِمُجَرَّدِ الطَّبِيعَةِ الْخَسِيسَةِ .
وَالثَّالِثُ : أَنَّ الْكَلْبَ اللَّاهِثَ لَا يَزَالُ لَهْثُهُ الْبَتَّةَ ، فَكَذَلِكَ الْإِنْسَانُ الْحَرِيصُ لَا يَزَالُ حِرْصُهُ الْبَتَّةَ .
[انظر كتاب مفاتيح الغيب = التفسير الكبير : (ج ١٥ ص ٤٠٥) / تتمة سورة الأعراف / [سورة الأعراف (٧) : الآيات ١٧٥ إلى ١٧٦] / المؤلف: أبو عبد الله محمد بن عمر بن الحسن بن الحسين التيمي الرازي الملقب بفخر الدين الرازي خطيب الري (ت ٦٠٦هـ) / الناشر: دار إحياء التراث العربي - بيروت، الطبعة: الثالثة - ١٤٢٠ هـ].
Dan ketahuilah, bahwa gambaran ini tidak terjadi pada semua anjing, melainkan hanya terjadi pada anjing yang terengah engah (menjulurkan lidahnya), dan hewan yang paling hina adalah anjing, dan anjing yang paling hina adalah anjing yang terengah-engah, maka barang siapa yang diberi ilmu dan agama oleh Allah, lalu berpaling kepada dunia dan berdiam di bumi, maka ia diumpamakan dengan binatang yang paling hina, yaitu anjing yang terengah-engah, dan dalam menyatakan hal ini terdapat beberapa pendapat:
(Yang pertama): Segala sesuatu yang terengah-engah karena lelah atau haus, kecuali anjing yang terengah-engah, karena ia terengah-engah pada saat lelah, saat istirahat, saat haus, dan saat diairi, Ini adalah kebiasaan dan sifat dari dirinya, dan dia melanjutkan dengan itu sebagaimana kebiasaan aslinya dan sifatnya yang tercela, bukan karena kebutuhan dan keharusan. Demikian pula jika Allah memberinya ilmu dan agama serta menghindarkannya dari keburukkan harta manusia, maka ia cenderung mencari dunia, dan menceburkan diri ke dalamnya. Kondisinya seperti anjing yang terengah engah, yang terus melakukan pekerjaan keji dan perbuatan buruk, semata-mata karena dirinya yang jahat dan sifat kejinya, bukan karena kebutuhan dan kebutuhan.
(Yang kedua): Jika seorang Alim yang berilmu menggunakan ilmunya untuk mencari dunia, maka hal itu hanya karena dia memaparkan kepada mereka jenis-jenis ilmunya dan menunjukkan kepada mereka keutamaan dan keutamaan dirinya, dan tidak ada keraguan ketika dia menyebutkan kata-kata itu, dan mengungkapkan ekspresi itu, memutar balikkan lidahnya, dan mengeluarkannya untuk suatu tujuan yang sudah terpendam dalam hatinya, karena dorongan keinginannya, dan kehausan untuk memenangkan dunia, JADI KONDISINYA MIRIP DENGAN ANJING YANG SELALU TERENGAH ENGAH MENJULURKAN LIDAHNYA tanpa ada hajat keperluan dan keterpaksaan, melainkan karena sifat keji belaka.
(Ketiga): Anjing yang terengah-engah menjulurkan lidahnya tidak akan pernah berhenti terengah-engah selamanya, maka begitu juga dengan manusia yang terobsesi oleh keinginan, maka keinginannya tidak akan berhenti untuk selamanya. Selesai.
ৡ✿⊱•Menyamakan orang Islam dengan anjing atau keledai dan sebagainya dianggap sebagai penghinaan yang haram dan pantas didisiplinkan (patut diajari sikap tatakrama) menurut mayoritas Ulama'.
وجاء في الموسوعة الفقهية:
وكذلك يعزر إذا شبهه بالحيوانات الدنيئة كقوله: يا حمار, يا كلب, يا قرد, يا بقر، ونحو ذلك، عند جمهور الفقهاء ـ المالكية والشافعية والحنابلة، وهو المختار عند متأخري الحنفية... اهـ.
Demikian pula ia dihukum jika ia menyamakannya dengan binatang yang keji, seperti mengucapkan: Wahai keledai, wahai anjing, wahai kera, wahai sapi, dan sejenisnya, menurut mayoritas ahli hukum – Maliki, Syafi’i, dan Hambali, dan itu adalah pilihan yang lebih disukai menurut ulama Hanafi generasi kemudian...Selesai.
ৡ✿⊱•Imam Muhammad 'Ulaisy Al Malikiy berkata dalam Kitabnya Syarhu Mukhtashar Khalil:
لو قال: يا فاسق أو يا فاجر، أو يا شارب الخمر، أو يا ابن الفاسقة، أو يا ابن الفاجرة، أو يا آكل الربا، أو يا حمار، أو يا ابن الحمار، أو يا خنزير، أو ما أشبه ذلك، فإنه يؤدب. انتهى.
Jika dia berkata: Kamu orang yang maksiat, atau kamu orang yang berbuat dosa, atau kamu peminum minuman keras, atau kamu anak laki-laki orang yang maksiat, atau kamu anak orang yang maksiat, atau kamu pemakan riba, atau kamu keledai, atau kamu anak keledai, atau kamu babi, atau semacamnya, maka dia pantas didisiplinkan (patut diajari sikap tatakrama). Selesai.
*•••⊰✿ৡৢ˚❁ 𝔸𝕃 ℍ𝔸𝔻𝕀𝕋𝕊
⊰✿ৡৢ˚❁Riwayat Tentang Larangan Duduk Seperti Anjing Yang Seolah Olah Mengancam Orang Yang Mendekatinya
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي زِيَادٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ :
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- بِثَلَاثٍ وَنَهَانِي عَنْ ثَلَاثٍ أَمَرَنِي بِرَكْعَتَيْ الضُّحَى كُلَّ يَوْمٍ وَالْوِتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَنَهَانِي عَنْ نَقْرَةٍ كَنَقْرَةِ الدِّيكِ وَإِقْعَاءٍ كَإِقْعَاءِ الْكَلْبِ وَالْتِفَاتٍ كَالْتِفَاتِ الثَّعْلَبِ
[رواه أحمد في مسنده / باقي مسند المكثرين / مسند أبي هريرة رضي الله عنه / رقم الحديث: ٨٠٤٤].
Dari Abu Hurairah radhiyyAllahu 'anhu, beliau berkata :
“Rasulullah -ﷺ- memerintahkan kepadaku dengan 3 perkara dan melarangku dari 3 perkara; Beliau memerintahkanku dengan 2 raka’at dhuha pada setiap hari, witir sebelum tidur, dan puasa 3 hari pada setiap bulannya. Dan melarangku mematuk (dalam shalat) seperti ayam mematuk, DUDUK SEPERTI DUDUKNYA ANJING (membentangkan kedua lengannya di depan), dan menengok seperti menengoknya serigala.”
[HR. Ahmad Dalam Musnadnya No. 8044].
⊰✿ৡৢ˚❁Riwayat Tentang Keburukkan Menarik Kembali Sesuatu Yang Sudah Diberikan Seperti Anjing Memakan Kembali Yang Dimuntahkannya
حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَيُّوبَ السَّخْتِيَانِيِّ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ﵄ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ:
«الْعَائِدُ فِي هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَعُودُ فِي قَيْئِهِ، لَيْسَ لَنَا مَثَلُ السَّوْءِ.»
[رواه البخاري / كتاب الحيل / باب في الهبة والشفعة / رقم الحديث: ٦٩٧٥].
Dari Ibnu Abbas radliyaAllahu 'anhuma mengatakan : Nabi -ﷺ- bersabda:
"Orang yang menarik kembali pemberian, bagaikan anjing yang menyantap lagi muntahannya, yang kita tak mempunyai perumpamaan lebih buruk daripadanya."
[HR. Bukhariy No. 6975]
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْمُبَارَكِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ -ﷺ- :
لَيْسَ لَنَا مَثَلُ السَّوْءِ الَّذِي يَعُودُ فِي هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَرْجِعُ فِي قَيْئِهِ
[رواه البخاري / كتاب الهبة وفضلها / باب لا يحل لأحد أن يرجع في هبته وصدقته / رقم الحديث: ٢٦٢٢].
Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata; Nabi -ﷺ- bersabda:
"Tidak patut bagi kita (orang beriman) sengaja membuat perumpamaan yang buruk. Orang yang meminta kembali apa yang telah dihibahkannya BAGAIKAN ANJING YANG MENELAN KEMBALI APA YANG DIMUNTAHKANNYA".
[HR. Bukhariy No. 2622]
⊰✿ৡৢ˚❁Riwayat Hadits Yang Senada:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- :
«الْعَائِدُ فِي هِبَتِهِ كَالْعَائِدِ فِي قَيْئِهِ»
[رواه البخاري. والنسائي. وابن ماجه واللفظ له / ١٤ - كتاب الهبات / (٥) باب الرجوه في الهبة / رقم الحديث: ٢٣٨٥].
Dari Ibnu Abbas radliyaAllahu 'anhuma beliau berkata: "Rasulullah -ﷺ- bersabda:
"Orang yang kembali meminta pemberiannya seperti orang yang memakan kembali muntahannya."
[HR. Ibnu Majah No. 2385].
✯͜͡❂⊱•أَلحَمْدُ لِلّـهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتُمُّ الصّالِحَاتُ✯͜͡❂⊱•
•._.••´¯``•.¸¸.•` 🎀 кяα∂єηαη ѕєℓαтαη
ѕяυмвυηg
мαgєℓαηg
🎀 `•.¸¸.•``¯´••._.•
١٥ ذو القعدة ١٤٤٥ هـ
24 мєι 2024 м